Anda di halaman 1dari 4

Guru Pembimbing : Dra.Hj.

Cik Ayu Kusuma


KELAS XII IPA 3
Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
1. ALYA NURHALIZAH (1)
2. MUS'HAB BERLIAN ALPADEWA A.S (24)
3. P.G.D ANGGRAENI ASIH (26)
4. ROSSI LOULITA NURCHOLIS (28)
Unsur Intrinsik Novel Bumi Manusia
Berikut beberapa unsur intrinsik dari novel Bumi Manusia, Diantaranya:

1. TEMA

Tema novel ini adalah tentang kisah percintaan seorang pemuda keturunan priyayi Jawa
dengan seorang gadis keturunan Belanda dan perjuangannya di tengah pergerakan Indonesia di
awal abad ke-20.

2. ALUR

Alur yang di tahap awal megisahkan seorang Minke yang mahir menulis dan bersekolah di HBS
yang dikagumi. lalu keadaan Minke yang dekat dengan keluarga Annelies dan menjadi
revolusioner untuk memberontak kebudayaan Jawa yang membuat dirinya selalu berada di
bawah.

Bagian akhir pengarang menggambarkan bahwa Nyai Ontosoroh sebagai wanita yang tidak
memiliki kesusilaan dan membuatnya menderita sehingga Nyai berpikir bahwa untuk
mengubah kemiskinan hanya dengan belajar lalu Minke dan Annelies menikah.

3.LATAR

A. Latar Waktu

Latar waktu pada bumi manusia yaitu sekitar tahun 1898 sampai dengan tahun 1918

B. Latar Tempat

Latar tempat yang terjadi di Novel Bumi Manusia adalah di Wonokromo dekat Surabaya di Jawa
Timur.

C. Latar Suasana

Latar Suasana nya tegang dan genting .

4. GAYA BAHASA

a. Diksi

Dalam novel ini, pemilihan kata atau diksi yang paling menonjol adalah penggunaan bahasa
Jawa pada beberapa bagian dalam novel ini, misalnya : sinyo, ndoro, raden mas, kebo giro,
mbedah praja mboyong putri, wisma, turangga, kukila, curiga, dan lainnya.

b. Citra Imaji
Pencitraan atau pengimajian yang terdapat di dalam novel ini antara lain :

•Citraan penglihatan : Di pojokan berdiri seperangkat mejamakan dengan enam kursi. Di


dekatnya terdapat tangga naik ke loteng.

• Citraan penciuman : Bau susu sapi memenuhi ruangan.

• Citraan pendengaran : Terdengar suara sepatu berjalan menyeret pada lantai. Makin lama
makin jelas. Makin dekat.

• Citraan taktil : Darahku naik ke kepala mendengar itu. bibirku menggeletar kering. Aku
melangkah pelahan mendekatinya dan sudah siap hendak mencakar mukanya.

• Citraan perabaan : Tanganku diraih dan dipegangnya. Tangannya agak gemetar.

c. Majas

• Personifikasi : Ilmu pengetahuan telah memberikan padaku suatu restu yang tiada terhingga
indahnya. Jaringan jalan keretaapi membelah-belah pulauku, Jawa. Pandang dua pemuda itu
terasa menusuk punggungku.

Butir-butir air yang kelabu itu merajai segalana.

• Asindeton : Keretaapi – kereta tanpa kuda, tanpa sapi, tanpa kerbau,….

Pemandangan tambah lama tambah membosankan: tanah gersang, kadang kelabu, kadang
kuning keputihan.

• Hiperbola : Kehebatannya menandingi kesaktian para satria dan dewa nenek moyangku
dalam cerita wayang. Sekarang aku malu terpental-pental. Pikiranku mulai gila bergerayangan.
Ia terus menggerutu seakan sedang jadi pengawal langit jangan sampai merobohi bumi.

• Sinekdoke : Jerman malah sudah membikin kereta digerakkan listrik.

• Metafora : Di kejauhan sana samar-samar nampak gunung-gemunung berdiri tenang dalam


keangkuhan, seperti pertapa berbaring membatu.

• Simile : Matanya bak sepasang kejora bersinar di langit cerah.

• Alegori : Jantungku mendadak berdebaran ibarat laut diterjang angin barat.

• Simbolik : Dia telah menjadi hewan yang tak tahu lagi baik daripada buruk.

• Pleonasme : Ia berkaca dan melihat dirinya sendiri.


• Anti klimaks : Para lurah, wedana, mantri, polisi, menyerbu pendopo.

• Elipsis : Darsam! (maksudnya adalah memanggilnya untuk menghadap)

• Paradoks : Nampaknya guru-guruku, dengan adanya bendi mewah itu, lebih banyak
memperlakukan aku sebagai orang tak dikenal dan sama derajat.

Anda mungkin juga menyukai