Anda di halaman 1dari 2

1.

Pria yang Punya Visi

Mengapa sebelum menikah, kebanyakan wanita selalu menanyakan tentang pandangan pria tentang
masa depannya? Karena wanita mau bersama pria yang punya visi.

Sebelum menikah, teman saya dan calon suaminya berdiskusi akan banyak hal. Bagaimana kira-kira yang
mereka inginkan dalam menjalani rumah tangga mereka. Mau dibawa ke mana rumah tangganya?
Target seperti apa yang ingin dicapai? Hal ini dilakukan para wanita untuk meyakinkan dirinya bahwa
calon pendampingnya ini memiliki tujuan yang jelas dalam menjalani kehidupan rumah tangganya kelak.

Hidup harus selalu punya tujuan, bukan mengalir begitu saja.

Suami ibarat nakhoda yang mengemudikan kapal. Ia menentukan ke mana arah tujuan dan memegang
kendali agar kapal bisa sampai ke tujuan.

Sebagai seorang pemimpin yang membawa seluruh anggota keluarganya, suami diharapkan punya visi
yang jelas.

2. Pria yang Dewasa

Visi tanpa disertai komitmen dan tanggung jawab adalah bohong.

Dibutuhkan kedewasaan untuk dapat menjalankan visi yang telah dimiliki.

Kedewasaan tidak bicara soal usia. Kedewasaan adalah kemampuan untuk memikul tanggung jawab.
Saat memasuki kehidupan pernikahan, seorang pria tidak lagi hanya bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri. Kini ia juga bertanggung jawab atas hidup seorang wanita yang memilih untuk menjalani
hidup bersamanya.

Saat menikah, biasanya wanita akan rela melepaskan karier dan mimpi-mimpinya untuk mengikuti
suaminya. Wanita akan lebih fokus pada rumah tangganya daripada mengejar mimpi pribadinya. Di sini
dibutuhkan kedewasaan dari seorang pria. Jangan sampai wanita yang sudah rela “mengorbankan”
segalanya, harus hidup dengan pria yang tidak bertanggung jawab. Kedewasaan adalah komitmen
seumur hidup. Jangan hanya mengumbar janji sebelum menikah, tetapi harus dijalani sampai maut
memisahkan.

Salah satu contoh ketidakdewasaan pria dialami oleh teman saya. Dengan berjalannya waktu, setelah
menikah, ternyata perkataan suaminya hanyalah janji. Suaminya malas-malasan, tidak bekerja, dan lupa
tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Teman saya yang akhirnya harus berjuang sendiri untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Teman saya tetap bertahan, tetapi ia menderita. Apalagi ia selalu
berusaha menutupi aib suaminya.
Kedewasaan juga sejalan dengan perubahan. Saat belum menikah, para pria bisa dikatakan “bebas”.
Namun dalam pernikahan, segalanya berubah, ia harus “terikat” dengan segala komitmen dan tanggung
jawab yang mengikutinya. Pria dewasa adalah pria yang mau mengubah dirinya untuk menjadi lebih baik
dan mencapai tujuannya.

3. Pria yang Tangguh

Kebutuhan utama seorang wanita adalah rasa aman. Seorang pria yang tangguh akan mampu
memenuhi kebutuhan yang satu ini.

Kehidupan pernikahan tak akan lepas dari yang namanya masalah. Oleh karena itu, dibutuhkan pria yang
tangguh. Sebagai pemimpin keluarga, pria yang diharapkan adalah sosok yang tangguh, yang mampu
menghadapi setiap problematika hidup dengan baik. Jika pemimpinnya tidak tangguh, bagaimana ia bisa
berjuang demi keluarganya?

Tangguh artinya tidak cengeng. Tak jarang sekarang ini kita jumpai pria yang cengeng, yang malah
sembunyi di balik bahu istrinya.

Saya juga menjumpai beberapa pria yang saat bertemu masalah malah lari kepada alkohol dan
sejenisnya. Tindakan seperti itu menunjukkan bahwa pria itu cengeng.

Bukannya menang dari masalah, pria seperti itu malah menambah masalah yang baru.

Seorang pria yang tangguh akan fokus pada penggalian akar masalah dan pencarian solusi saat
menjumpai masalah. Bukan pada pencarian kambing hitam, apalagi mencari pelarian

Visi yang jelas, kedewasaan dalam menjalaninya, dan ketangguhan dalam menghadapi setiap masalah
adalah “modal” awal seorang pria yang diharapkan oleh para wanita. Jika tiga hal ini dimiliki, kerukunan
dalam rumah tangga, kondisi ekonomi yang stabil, dan hal-hal baik lain pasti akan mengikuti dengan
sendirinya.

Anda mungkin juga menyukai