Makalah
Oleh
Widya Arimurti 001104312021
Akbar Gifari 003504312021
Dosen Pengampu:
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
PEMBAHASAN
Adapun beberapa jasa bidang forensik sebagaimana dirinci oleh salah satu
kantor akuntan peringkat teratas (the big four) yang beroperasi di asia tenggara
adalah sebagai berikut:
5. Whistleblower Hotline
B. ASSET RECOVERY
C. EXPERT WINTESS
1. Keterangan atau pendapatnya didasarkan atas fakta atau data yang cukup.
2. Keterangan atau pendapatnya merupakan hasil dari prinsip dan metode yang
andal.
3. Saksi ahli sudah menerapkan prinsip dan metode dengan benar pada fakta
dalam kasus yang dihadapi.
Kata kuncinya adalah prinsip dan metode yang andal (reliable principles and
methods). Hal ini menjadi standar umum untuk apa yang diterima sebagai keterangan
ahli.
5. Kelima, auditor harus mengenali pola fraud yang dilakukan oleh pelaku.
Pendeteksian dan pengumpulan bukti terhadap fraud yang dilakukan dalam
pembukuan, seperti pencatatan ganda atas pembayaran kepada pemasok, akan
memerlukan tehnik dan prosedur audit yang berbeda dengan pola fraud yang ada
di luar pembukuan seperti kickback, penagihan piutang yang sudah dihapus dan
penjualan barang yang sudah dubesituakan. Untuk membuktikan fraud yang
dilakukan dengan pembayaran ganda misalnya, auditor forensik akan lebih
efektif dan efisien jika menggunakan prosedur vouching, yaitu menelusuri dari
transaksi ke bukti pendukung. Jika auditor forensik melakukan sebaliknya, yaitu
dengan menggunakan trashing (menelusuri dari bukti pendukung ke transaksi),
maka pencatatan ganda atas pembayaran tersebut tidak akan terdeteksi.
Menurut Allan Pinkerton dalam Tuanakotta (2010 : 104) menyebutkan kualitas yang harus
dimiliki oleh seorang detektif, yaitu seorang detektif harus memiliki beberapa kualifikasi
tertentu, yaitu hati-hati (tidak gegabah), menjaga kerahasiaan pekerjaannya, kreatif dalam
menemukan hal-hal baru, pantang menyerah, berani, dan di atas segala-galanya adalah jujur.
Disamping itu, kemampuan dalam pendekatan dengan manusia dan ketangguhan mencari
informasi seluas-luasnya yang memungkinkannya menerapkan kemahirannya sebagai detektif
dengan segera dan secara efektif.
Menurut Robert J. Lindquist dalam Tuanakotta (2010 :106) menyatakan kualitas yang
harus dimiliki oleh akuntan forensik sebagai berikut :
1. Kreatif. Kemampuan untuk melihat sesuatu secara berbeda dari orang lain. Suatu
hal yang normal bagi orang lain belum tentu dianggap normal oleh akuntasi
forensik.
2. Rasa ingin tahu. Adalah keinginan untuk menemukan apa yang sesungguhnya
terjadi dalam rangkaian peristiwa dan situasi.
3. Tidak menyerah. Adalah kemampuan untuk maju terus pantang mundur walaupun
fakta (seolah-olah) tidak mendukung, dan ketika dokumen atau informasi sulit
diperoleh.
4. Akal sehat. Adalah kemampuan untuk mempertahankan perspektif dunia nyata. Ada
yang menyebutnya perspektif anak jalanan yang mengerti betul kerasnya
kehidupan.
6. Percaya diri. Adalah kemampuan untuk mempercayai diri dan temuannya sehingga
dapat bertahan di bawah cross examination (pertanyaan silang dari jaksa penuntut
umum dan pembela).
Tiga sikap dan tindak pikir yang selalu harus melekat pada diri seorang
auditor, yakni independen, objektif, dan skeptic. Ketiga sikap dan tindak pikir
juga tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan akuntan forensic.
Kode etik merupakan bagian dari kehidupan berprofesi. Kode etik mengatur
hubungan antara anggota profesi dengan sesamanya, dengan pemakai jasanya dan
stake holder lainnya, dan dengan masyarakat luas.
Kode etik berisi nilai-nilai luhur (virtues) yang amat penting bagi eksistensi
profesi. Profesi bisa eksis karena ada integritas, rasa hormat dan kehormatan, dan
nilai-nilai luhur lainnya yang menciptakan rasa percaya dari pengguna dan stake
holder lainnya.
Seorang ahli hukum, Lord John Fletcher Moulton membedakan tiga wilayah
tingkah manusia, yaitu:
1. Wilayah hukum positif di mana orang patuh karena ada hukum dan adanya hukuman
untuk yang tidak patuh.
2. Wilayah kebebasan memilih (free choice)
3. Wilayah diantara free choice dengan hukum positif atau yang disebut kesopan
santunan (manners)
Mengenai kode etik akuntan forensik di Indonesia, penggunaan kode etik
pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai contoh kode etik
akuntan forensik akan relevan, mengingat lembaga tersebut merupakan lembaga
audit forensik yang paling efektif di Indonesia. KPK mendefinsikan kode etik
sebagai norma yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh Pegawai Komisi dalam
menjalankan tugas-tugas organisasi maupun menjalani kehidupan pribadi. Kode
etik pimpinan KPK adalah penjabaran dari nilai-nilai dasar perilaku prilaku
pribadi yang wajib dilaksanakan oleh seluruh pimpinan KPK.
4. Seluruh investigasi harus dilandasi praktik yang diakui (accepted best practices)
5. Kumpulkan bukti – bukti dengan prinsip kehati – hatian (due care) sehingga bukti
senantiasa menghormatinya
8. Beban pembuktian ada pada yang menduga pegawainya melakukan kecurangan,
dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam
kasus hukum dan administratif maupun hukum pidana.
9. Cakup seluruh substansi investigasi dan kuasai seluruh target yang sangat kritis
ditinjau dari segi waktu.
10. Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan
pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontakdengan pihak ketiga ,
pengamanan mengenai hal – hal yang bersifat rahasia, ikut tata cara atau
protokol, dokumentasi dan penyelenggara catatan, melibatkan / dan atau
melapor ke polisi, kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.
PENUTUP
Dalam beberapa istilah dalam perbendaraan akuntansi, yaitu: fraud auditing, forensic
accounting, investigative accounting, litigation support, dan valuation analysis dimana
istilah- istilah tersebut tidak didefinisikan secara jelas. Litigation support merupakan istilah
yang paling luas dan mencakup keempat istilah lainnya. Dalam makna ini, segala sesuatu
yang dilakukan dalam akuntansi forensik, bersifat dukungan untuk kegiatan litigasi. Fraud
auditing berurusan dengan pendekatan dan metodologi yang bersifat proaktif untuk meneliti
fraud, artinya audit ini ditujukan kepada pencarian bukti terjadinya fraud. Tentunya bukti
disini adalah bukti yang akan dipakai di pengadilan. Sedangkan akuntan forensik baru
dipanggil ketika bukti-bukti terkumpul atau ketika kecurigaan naik ke permukaan melalui
tuduhan (allegation), keluhan (complaint), temuan (discovery), atau tip-off dari
whitleblower. Akuntansi forensik dimulai setelah ditemukan indikasi awal adanya fraud.
Audit investigatif merupakan bagian awal dari akuntasi forensik. Sedangkan valuation
analysis berhubungan dengan akuntansi atau unsur perhitungan. Misalnya dalam menghitung
kerugian negara karena tindakan korupsi.
Jasa forensik yang ada relevansinya dengan akuntansi forensik ada dua, yaitu Asset
recovery dan expert witness. Asset Recovery adalah upaya pemulihan kerugian dengan
cara menemukan dan menguasai kembali aset yang dijarah, misalnya dalam kasus korupsi,
penggelapan, dan pencucian uang (money laundering).
Masalah yang timbul dalam penggunaan akuntan forensik sebagai Ahli (expert
witness) di persidangan, khususnya dalam tindak pidana korupsi adalah kompetensi dan
independensi. Masalah kompetensi dan independensi sering dipertanyakan tim pembela
terhadap akuntan forensik yang membantu penuntut umum. Keterangan atau pendapat saksi
ahli diperkenankan apabila:
1. Keterangan atau pendapatnya didasarkan atas fakta atau data yang cukup.
2. Keterangan atau pendapatnya merupakan hasil dari prinsip dan metode yang
andal.
3. Saksi ahli sudah menerapkan prinsip dan metode dengan benar pada fakta dalam
kasus yang dihadapi.
5. Untuk melaksanakan proses akuntansi dan audit forensic dengan baik seorang
professional akuntan forensic harus memenuhi atribut, kualitas, karakteristik.
Selain itu dalam menjalankan tugasnya seorang akuntan forensic harus
berpedoman pada kode etik dan standar akuntansi forensic.
DAFTAR PUSTAKA
Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Salemba Empat.
Jakarta.
Susilo, Ahmad Edi dan Ardiyansyah, Yuli. 2016. Makalah Akuntansi Forensik Dan Audit
Investigatif Lingkup Akuntansi Forensik Dan Atribut Dan Kode Etik Akuntan
Forensik Serta Standar Audit Forensik. Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Universitas Hasanuddin.