REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
TENTANG PERSYARATAN PANGAN OLAHAN BERASAM
RENDAH DIKEMAS HERMETIS.
-3-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
1. Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil
proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau
tanpa bahan tambahan.
2. Pangan Olahan Berasam Rendah adalah pangan yang
memiliki pH lebih besar dari 4,6 (empat koma enam) dan
aw lebih besar dari 0,85 (nol koma delapan puluh lima).
3. F0 adalah ukuran kecukupan panas untuk proses
sterilisasi komersial yang dinyatakan sebagai ekuivalen
lama pemanasan dalam satuan menit pada suhu konstan
121,1C (seratus dua puluh satu koma satu derajat
Celcius)/250F (dua ratus lima puluh derajat Fahrenheit).
4. Hermetis adalah kondisi kemasan tertutup yang dapat
mencegah masuknya mikroorganisme selama dan setelah
proses pemanasan.
5. Proses Aseptik adalah proses produksi pangan steril
komersial dengan cara memasukkan pangan yang sudah
disterilisasi komersial ke dalam kemasan steril secara
aseptik.
6. Iradiasi Pangan adalah teknologi penanganan pangan,
baik dengan menggunakan sumber iradiasi dari zat
radioaktif maupun akselerator, untuk mencegah
terjadinya pembusukan dan kerusakan dengan cara
membebaskan pangan dari jasad renik patogen, serta
mencegah pertumbuhan tunas.
7. Teknologi Halang Rintang (Hurdle Technology) adalah
teknologi pengawetan pangan dengan menggunakan
kombinasi berbagai teknologi antara lain pengontrolan
suhu, aw, pH, potensial redoks, kondisi atmosfer,
dan/atau penggunaan pengawet atau antimikroba.
-4-
BAB II
PERSYARATAN
Pasal 2
(1) Pelaku Usaha yang memproduksi dan/atau mengimpor
Pangan Olahan Berasam Rendah dikemas Hermetis
untuk diedarkan wajib menjamin keamanan pangan.
(2) Pangan Olahan Berasam Rendah dikemas Hermetis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan disimpan pada
suhu ruang harus memenuhi persyaratan sebagai
pangan steril komersial.
(3) Steril komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan kondisi yang dapat dicapai melalui perlakuan
inaktivasi spora dengan panas dan/atau perlakuan lain
yang cukup untuk menjadikan pangan tersebut bebas
dari mikroba yang memiliki kemampuan untuk tumbuh
dalam suhu ruang (non-refrigerated) selama distribusi
dan penyimpanan.
(4) Dikecualikan dari persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) untuk Pangan Olahan berupa:
a. minuman beralkohol; dan
-5-
Pasal 3
(1) Untuk memenuhi persyaratan sebagai pangan steril
komersial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
harus dilakukan sterilisasi komersial.
(2) Sterilisasi komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan menggunakan:
a. proses panas;
b. proses nonpanas dengan atau tanpa kombinasi
proses panas; atau
c. Teknologi Halang Rintang (Hurdle Technology).
(3) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Pangan Olahan Berasam Rendah dikemas Hermetis dan
disimpan pada suhu ruang juga harus memenuhi
persyaratan keamanan dan mutu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 4
Sterilisasi komersial yang menggunakan proses panas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a
meliputi:
a. sterilisasi komersial setelah dikemas; dan
b. sterilisasi komersial dengan Proses Aseptik.
Pasal 5
(1) Sterilisasi komersial yang menggunakan proses panas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus memberikan
kecukupan proses setara dengan nilai F0 sekurang-
kurangnya 3,0 (tiga koma nol) menit dihitung terhadap
spora Clostridium botulinum.
(2) Penetapan kecukupan proses sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dilakukan untuk setiap jenis produk,
jenis medium, ukuran produk, jenis kemasan, dan faktor
kritis lain yang berpotensi mempengaruhi nilai F0.
-6-
Pasal 6
(1) Sterilisasi komersial yang menggunakan proses nonpanas
dengan atau tanpa kombinasi proses panas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b dapat berupa:
a. Iradiasi Pangan; atau
b. metode lainnya.
(2) Sterilisasi komersial yang menggunakan proses nonpanas
dengan atau tanpa kombinasi proses panas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memastikan tingkat
reduksi spora Clostridium botulinum telah
mencapai/memenuhi paling sedikit 12 (dua belas) siklus
log.
(3) Sterilisasi komersial dengan menggunakan proses
nonpanas dengan atau tanpa kombinasi proses panas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuktikan
dengan validasi kecukupan proses.
(4) Validasi kecukupan proses nonpanas sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Badan ini.
Pasal 7
(1) Teknologi Halang Rintang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf c dilakukan untuk menciptakan
kondisi yang dapat menghambat pertumbuhan dan/atau
inaktivasi Clostridium botulinum.
(2) Pangan Olahan Berasam Rendah dikemas Hermetis yang
menggunakan Teknologi Halang Rintang (Hurdle
-7-
Pasal 8
Selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2), Pelaku Usaha yang memproduksi
Pangan Olahan Berasam Rendah dikemas Hermetis dan
disimpan pada suhu ruang juga wajib menerapkan cara
produksi yang baik untuk pangan steril komersial sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 9
(1) Pelaku usaha yang memproduksi Pangan Olahan
Berasam Rendah dikemas Hermetis yang tidak dapat
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) harus menerapkan distribusi rantai
dingin dengan suhu kurang dari 5°C (lima derajat
Celsius).
(2) Dalam hal Pangan Olahan Berasam Rendah dikemas
Hermetis akan disimpan pada suhu ruang, Pelaku Usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melakukan
proses sedemikian rupa sehingga:
a. pH produk kurang dari 4,6 (empat koma enam);
dan/atau
b. aw produk kurang dari 0,85 (nol koma delapan puluh
lima).
Pasal 10
Penentuan dalam pemenuhan persyaratan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Badan ini dapat menggunakan alur
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
-8-
BAB III
PENGKAJIAN
Pasal 11
(1) Pelaku Usaha yang memproduksi Pangan Olahan
Berasam Rendah dikemas Hermetis dan disimpan pada
suhu ruang menggunakan:
a. sterilisasi komersial proses nonpanas dengan atau
tanpa kombinasi proses panas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b;
b. Teknologi Halang Rintang (Hurdle Technology)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf
c; atau
c. parameter persyaratan keamanan yang belum diatur
dalam Peraturan Badan ini,
harus menyampaikan permohonan pengkajian secara
tertulis kepada Kepala Badan c.q. Direktur Standardisasi
Pangan Olahan untuk mendapatkan persetujuan.
(2) Permohonan pengkajian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disertai dengan kelengkapan data sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(3) Pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Berdasarkan hasil pengkajian sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Kepala Badan memberikan keputusan
berupa:
a. persetujuan; atau
b. penolakan.
-9-
BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 12
Pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan Pangan
Olahan Berasam Rendah dikemas Hermetis dilakukan oleh
Kepala Badan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 13
(1) Pangan Olahan Berasam Rendah dikemas Hermetis yang
telah mendapatkan izin edar sebelum Peraturan Badan
ini berlaku wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam
Peraturan Badan ini paling lambat 24 (dua puluh empat)
bulan terhitung sejak Peraturan Badan ini diundangkan.
(2) Pangan Olahan Berasam Rendah dikemas Hermetis yang
menggunakan Teknologi Halang Rintang (Hurdle
Technology) dan telah mendapatkan izin edar sebelum
Peraturan Badan ini berlaku wajib menyesuaikan dengan
ketentuan dalam Peraturan Badan ini paling lambat 36
(tiga puluh enam) bulan terhitung sejak Peraturan Badan
ini diundangkan.
(3) Pangan Olahan Berasam Rendah dikemas Hermetis yang
sedang dalam proses pengajuan izin edar tetap diproses
sesuai dengan ketentuan Peraturan Badan Pengawas
Obat dan Makanan yang menjadi dasar pengajuannya
dan wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam
Peraturan Badan ini paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan terhitung sejak Peraturan Badan ini diundangkan.
(4) Pangan Olahan Berasam Rendah dikemas Hermetis yang
menggunakan Teknologi Halang Rintang (Hurdle
Technology) yang sedang dalam proses pengajuan izin
edar tetap diproses sesuai dengan ketentuan Peraturan
-10-
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 24 Tahun
2016 tentang Persyaratan Pangan Steril Komersial (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1144), dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 15
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
LAMPIRAN I
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR 27 TAHUN 2021
TENTANG
PERSYARATAN PANGAN OLAHAN BERASAM RENDAH
DIKEMAS HERMETIS
1. Pendahuluan
Sterilisasi komersial menggunakan proses panas harus memberikan
kecukupan proses dengan nilai F0 sekurang-kurangnya 3,0 (tiga koma nol)
menit dihitung terhadap spora Clostridium botulinum. Pemenuhan
kecukupan proses panas harus dibuktikan dengan validasi kecukupan
proses panas.
2. Definisi Operasional
2.1. Retort adalah bejana bertekanan yang dirancang untuk proses panas
pangan yang dikemas hermetis.
2.2. Bobot Isi adalah bobot solid material (padatan) dari suatu produk
sebelum dilakukan proses.
2.3. Bobot Bersih adalah bobot total produk dikurangi dengan bobot
kemasan.
2.4. Alat Penunjuk Suhu (Temperature Indicating Devices (TID)) adalah alat
penunjuk suhu yang ada pada retort. Alat ini mengukur suhu ruang
retort pada saat proses sterilisasi berlangsung dan diamati serta
dicatat oleh operator.
2.5. Come Up Time (CUT) adalah waktu yang dihitung dari uap dinyalakan
(media pemanas masuk ke dalam retort) sampai retort mencapai suhu
proses.
2.6. Divider adalah lapisan pemisah antar tumpukan produk dalam
keranjang/retort (untuk produk yang ditata).
2.7. Proses Terjadwal (scheduled process) adalah semua kondisi yang
diperlukan untuk mencapai dan mempertahankan sterilitas
komersial dari peralatan, wadah, dan pangan.
2.8. Venting adalah pengeluaran udara dari retort uap dengan
menggunakan uap sebelum proses terjadwal dimulai.
2.9. Headspace adalah ruang kosong dalam wadah yang tidak ditempati
oleh pangan.
2.10. Pengolahan dan pengemasan aseptik adalah proses produksi Pangan
Steril Komersial dengan cara memasukkan pangan yang sudah
disterilisasi komersial ke dalam kemasan steril secara aseptik.
2.11. Zona Aseptik adalah area yang perlu dibuat dan dipertahankan steril
sehingga produk dan kemasan steril tidak akan terkontaminasi
kembali oleh mikroba. Zona ini dilengkapi pelindung fisik seperti
kotak pelindung atau aliran udara steril.
-14-
3. Validasi
3.1. Sterilisasi Komersial Setelah Dikemas
3.1.1. Persiapan Validasi Kecukupan Panas
a. Mempersiapkan peralatan pengukuran suhu dan tekanan
Peralatan pengukuran suhu dan tekanan dapat berupa
termokopel/data logger.
b. Mengidentifikasi tata letak retort dan sistem perpipaan uap
Identifikasi tata letak retort bertujuan untuk identifikasi titik
pengambilan data sesuai dengan jumlah keranjang dalam 1 retort dan
jumlah tumpukan/layer dalam 1 (satu) keranjang (apabila produk
ditata). Identifikasi sistem perpipaan dapat digunakan untuk
mengetahui retort terjauh dari sumber uap.
dengan:
LR : nilai lethal rate
T : suhu pengamatan pada waktu tertentu
Tref : suhu standar, yang umum digunakan adalah
121,1°C untuk proses sterilisasi
Z : besaran derajat dalam (°C atau °F) yang
dibutuhkan untuk mereduksi nilai D sebesar 1
siklus log
(dimana nilai D adalah waktu yang dibutuhkan
untuk mereduksi jumlah mikroba sebesar satu
siklus log dari jumlah mikroba awal pada suhu
tertentu)
𝑡
𝐹0 = ∫ (𝐿𝑅 )𝑑𝑡
0
Atau:
𝐿𝑅𝑛 + 𝐿𝑅𝑛−1
𝐹0 = ∑ ( ) ∆𝑡
2
dengan:
F0 : nilai sterilisasi pada suhu 121,1C bagi
mikroorganisme yang mempunyai nilai Z tertentu
ΔT : peningkatan atau selang waktu yang digunakan
untuk mengamati nilai T
T : suhu pengamatan pada waktu tertentu
LR : nilai lethal rate
2) Proses Terjadwal
Proses terjadwal merupakan desain proses berupa suhu, waktu dan
tekanan proses yang ditetapkan sesuai dengan hasil validasi
kecukupan panas yang akan dijadikan acuan parameter proses
dalam operasional sehari-hari.
3) Rekomendasi Proses Alternatif
Apabila diperlukan industri dapat membuat proses alternatif untuk
mengantisipasi potensi penyimpangan suhu dan waktu proses.
Rekomendasi proses alternatif tidak diperlukan apabila produk
terdampak ditindaklanjuti dengan pemusnahan atau sterilisasi
ulang berdasarkan proses terjadwal.
a. Pemanasan
Faktor yang perlu dikendalikan untuk pemastian pencapaian sterilitas
kemasan adalah kombinasi suhu dan waktu. Pemanasan dapat
dilakukan dengan menggunakan uap atau udara kering. Pemanasan
dengan uap panas pada suhu 121 oC selama 20 menit umumnya
memberikan efektivitas yang ekuivalen dengan pemanasan
menggunakan udara kering pada suhu 170 oC selama 60 menit. Hal
yang perlu diperhatikan jika menggunakan uap panas sebagai sterilan
adalah potensi kondensasi uap di permukaan kemasan yang berpotensi
tercampur dengan produk yang akan dikemas. Teknik sterilisasi
kemasan dengan uap banyak digunakan untuk kemasan plastik.
b. Iradiasi
Teknik iradiasi dapat digunakan untuk melakukan sterilisasi kemasan
yang tidak tahan terhadap panas atau karena bentuknya yang sangat
unik sehingga sulit disterilkan dengan teknik lain. Iradiasi sinar gamma
biasanya dilakukan dengan sumber Cobalt 60 atau Caesium 137 dan
bisa juga dilakukan dengan electronic beam machine.
(steril) panas (280 – 360 oC). Proses sterilisasi berlangsung saat proses
kondensasi dan penguapan.
ttd.
PENNY K. LUKITO
-23-
LAMPIRAN II
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR 27 TAHUN 2021
TENTANG
PERSYARATAN PANGAN OLAHAN BERASAM RENDAH
DIKEMAS HERMETIS
9. Authorized person
Bagian ini menjelaskan individu atau organisasi yang bertanggung
jawab terhadap validitas hasil pengujian atau validasi proses sterilisasi
yang diusulkan.
ttd.
PENNY K. LUKITO
-26-
LAMPIRAN III
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR 27 TAHUN 2021
TENTANG
PERSYARATAN PANGAN OLAHAN BERASAM RENDAH
DIKEMAS HERMETIS
1. Pendahuluan
Pangan Berasam Rendah dikemas Hermetis yang akan disimpan pada suhu
ruang dapat diproses sedemikian rupa sehingga menciptakan kondisi yang
menghambat pertumbuhan C. botulinum. Kondisi tersebut dapat berupa
kombinasi pengawetan/Teknologi Halang Rintang untuk menghambat
pertumbuhan C. botulinum dapat berupa kombinasi panas atau metode
inaktivasi yang lain dengan:
a. senyawa penghambat pertumbuhan C. botulinum; atau
b. pengendalian kondisi atmosfer.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan dan menilai Uji
Tantangan Pangan Olahan berasam rendah yang dikemas Hermetis dan
disimpan di suhu ruang, untuk menunjukkan bahwa persyaratan
keamanan pangan (kondisi Steril Komersial atau kondisi yang tidak
mendukung pertumbuhan C. botulinum) terpenuhi. Pedoman dapat
digunakan baik oleh pengawas, pelaku usaha pangan, serta para pemangku
kepentingan terkait lainnya.
-27-
2. Definisi Operasional
2.1. Aktivitas air atau aw adalah rasio antara tekanan uap air produk
terhadap tekanan uap air murni pada suhu yang sama, yang
menunjukkan jumlah air bebas di dalam pangan yang dapat
digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya.
2.2. Asam tertitrasi (titratable acidity) adalah konsentrasi asam total yang
terkandung dalam pangan.
2.3. Direct plating adalah cara pencacahan bakteri di permukaan
lempengan agar-agar seperti yang ditemukan di dalam cawan petri.
2.4. End-point lethality adalah hasil studi yang dilakukan untuk
menentukan pada interval waktu berapa mulai terdeteksi toksin yang
melebihi ambang batas aman.
2.5. Enumerasi adalah pencacahan/penjumlahan satu per satu.
2.6. Inokulasi adalah proses atau tahap kegiatan pemindahan
mikroorganisme/patogen dari sumber asalnya (inang) ke dalam
sebuah medium yang baru.
2.7. Inokulum adalah mikroorganisme atau patogen yang diinokulasikan
ke dalam sebuah medium atau inang, di mana mikroorganisme
tersebut masih dalam keadaan hidup atau masih berada pada fase
pertumbuhan yang sehat.
2.8. Isolat adalah biakan murni dari mikroorgansime yang diharapkan
berasal dari satu jenis.
2.9. Kultur adalah biakan yang tumbuh.
2.10. Lot/Batch adalah sejumlah tertentu Pangan Olahan yang
diproduksi pada kondisi dan waktu yang sama sehingga
diasumsikan produk memiliki mutu yang seragam.
2.11. Mikroflora kompetitif adalah mikroorganisme yang mampu
menghambat pertumbuhan mikroba patogen target.
2.12. Mikroorganisme pengganti (surrogate) adalah mikoorganisme
alternatif yang memiliki respon inaktivasi yang mirip dengan C.
botulinum pada saat diberikan perlakukan.
2.13. Patogen avirulen adalah mikroorganisme nonpatogenik yang tidak
mampu menyebabkan penyakit.
2.14. Penyintas (survivor) adalah mikroorganisme yang mampu bertahan
hidup.
-28-
Mikroorganisme pengganti yang sesuai untuk satu jenis proses belum tentu
sesuai untuk proses lain yang berbeda. Misalnya, ketahanan panas dari
berbagai strain spora C. botulinum tidak berkorelasi dengan ketahanannya
terhadap tekanan hidrostatik tinggi. C. sporogenes merupakan salah satu
mikroorganisme pengganti yang sesuai untuk C. botulinum pada proses
sterilisasi menggunakan panas, dan Bacillus amyloliquefaciens merupakan
mikroorganisme pengganti yang cocok pada proses sterilisasi menggunakan
High Pressure Processing.
Isolat seharusnya sesuai untuk produk pangan yang akan diuji tantangan,
termasuk penggunaan isolat dari pangan, lingkungan pengolahan pangan
dan dari spesimen klinis, yang sesuai. Uji inaktivasi seharusnya
menggunakan strain yang menunjukkan toleransi terhadap proses spesifik
untuk produk yang sedang diuji, seperti panas atau pemrosesan tekanan
tinggi. Strain uji untuk Uji Tantangan pertumbuhan seharusnya
menunjukkan pertumbuhan yang baik pada media laboratorium atau
pangan serupa tanpa inhibitor, dalam kondisi penelitian (misalnya suhu,
atmosfer).
a. Pertumbuhan patogen
Idealnya jumlah organisme yang digunakan merefleksikan jumlah yang
biasanya diharapkan dalam produk. Umumnya digunakan 2 – 3 log
CFU/g.
Konsentrasi yang lebih rendah dapat digunakan jika terdapat
dokumentasi mengenai cemaran pada konsentrasi lebih rendah, karena
hal ini akan secara akurat mencerminkan kemampuan produk untuk
mendukung pertumbuhan. Jika inokulum dalam konsentrasi rendah
digunakan (misalnya kurang dari 100 sel per unit sampel), konsistensi
antar individu sampel mungkin sulit untuk dicapai.
b. Inaktivasi patogen
Ketika melakukan uji inaktivasi patogen, lazimnya jumlah organisme
yang digunakan tinggi, contohnya 6 – 7 log CFU/g yang bertujuan
untuk menghitung penyintas dan/atau mendokumentasikan inaktivasi
dalam jumlah banyak. Target jumlah mikroorganisme yang direduksi
tergantung regulasi.
Untuk uji inaktivasi, sel-sel yang tumbuh pada suhu yang lebih tinggi dari
suhu optimal dapat menjadi lebih tahan terhadap panas daripada sel-sel
yang tumbuh pada suhu yang optimal. Peningkatan ketahanan panas juga
dapat diamati dengan paparan singkat pada suhu sublethal (heat shock).
Untuk uji inaktivasi atau pertumbuhan, adaptasi sel harus diusahakan
-35-
3.11. Sampling
3.11.1. Jumlah Sampel dan Ulangan
Jumlah sampel yang dianalisa pada awal dan setiap interval waktu selama
pemrosesan dan/atau penyimpanan minimal 2 sampel dari setiap ulangan.
-37-
Ketika jumlah sampel yang dianalisis pada setiap interval waktu hanya 2,
sebaiknya penelitian diulang (direplikasi) lebih dari 2 kali. Jika jumlah
sampel yang diuji pada setiap interval waktu sebanyak 3 atau lebih sampel
maka 2 ulangan biasanya memadai.
Ketika menganalisis sampel untuk toksin botulin, jumlah sampel yang diuji
seharusnya lebih besar (misal, 5 atau lebih sampel) per titik waktu karena
potensi variabilitas dalam produksi toksin di antara sampel. Untuk
penentuan end-point lethality, 5-10 sampel per interval waktu cukup
memadai.
ttd.
PENNY K. LUKITO
-40-
LAMPIRAN IV
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR 27 TAHUN 2021
TENTANG
PERSYARATAN PANGAN OLAHAN BERASAM RENDAH
DIKEMAS HERMETIS
Keterangan:
a. Untuk menentukan pemenuhan persyaratan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Badan ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1. Jika pangan tidak memiliki pH > 4,6; aw > 0,85; dan/atau dikemas
secara hermetis, maka tidak termasuk Pangan Olahan Berasam
Rendah dikemas Hermetis/bukan pangan steril komersial, sehingga
tidak termasuk dalam cakupan peraturan Badan ini.
2. Jika pangan memiliki pH > 4,6; aw > 0,85; dan dikemas secara
hermetis, namun disimpan pada rantai dingin, maka pangan ini
merupakan Pangan Olahan Berasam Rendah dikemas Hermetis
namun tidak harus memenuhi persyaratan sebagai pangan steril
komersial.
3. Jika pangan memiliki pH > 4,6; aw > 0,85; dan dikemas secara
hermetis, dan disimpan pada suhu ruang, maka pangan ini adalah
pangan steril komersial dan harus memenuhi persyaratan yaitu
harus disterilisasi komersial dengan menggunakan proses panas,
proses nonpanas dengan atau tanpa kombinasi proses panas atau
diproses dengan Teknologi Halang Rintang sehingga menciptakan
kondisi yang dapat menghambat pertumbuhan C. botulinum.
4. Jika pangan pada angka 3 disterilisasi komersial, maka harus
memenuhi persyaratan F0 ≥ 3 menit untuk yang disterilisasi
menggunakan proses panas, atau tingkat penurunan jumlah spora
C. botulinum ≥ 12 siklus log untuk yang disteriliasi dengan diproses
nonpanas atau kombinasi proses panas dan nonpanas.
5. Jika pangan pada angka 3 diproses dengan Teknologi Halang
Rintang, maka harus lulus uji tantangan.
6. Jika pangan pada angka 3 tidak dapat memenuhi persyaratan
sterilisasi komersial atau Teknologi Halang Rintang, maka pangan
ini harus diturunkan pH nya menjadi < 4,6 dan/atau diturunkan aw
nya menjadi < 0,85 agar dapat disimpan pada suhu ruang.
7. Sistem rantai dingin adalah penanganan pangan olahan pada suhu
<5°C sejak penyimpanan di gudang (pabrik), transportasi
-42-
ttd.
PENNY K. LUKITO
-43-
LAMPIRAN V
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR 27 TAHUN 2021
TENTANG
PERSYARATAN PANGAN OLAHAN BERASAM RENDAH
DIKEMAS HERMETIS
1. DATA PEMOHON
a. Nama jenis
b. Nama dagang/merek
c. pH
d. aw
e. Jenis kemasan
f. Berat bersih
g. Komposisi
3. DATA DUKUNG
d. Status regulasi
DATA TAMBAHAN
*) wajib diisi
ttd.
PENNY K. LUKITO