DAFTAR ISI
B.6. Langkah-langkah
pendampingan................................................................................71
B.7. Program-program kerja dalam proyek pastoral di stasi Santo Yohanes
Pemandi........73
B.8. Tanggapan dan masukan ketua stasi Santo Yohanes Pemandi Ampera Papua
terhadap frater
pastoral..............................................................................................................95
B.9. Proyek pastoral tambahan: Mengajar di sekolah SMA St. Yoseph Tanah
Merah......96
4. KEGIATAN LAIN YANG DILAKUKAN SELAIN PROYEK
PASTORAL.................100
A. Memimpin ibadat dan
berkotbah...............................................................................100
B. Pembinaan sakramen baptis dan
pernikahan.............................................................101
C. Katekese
umat...........................................................................................................101
D. Pendampingan bagi kelompok
kategorial..................................................................102
E. Memberikan
rekoleksi...............................................................................................102
F. Mengisi renungan di RRI Boven
Digoel....................................................................103
G. Kunjungan
keluarga...................................................................................................103 H.
Mengajar di sekolah...................................................................................................104
I. Mengikuti berbagai pertemuan
resmi.........................................................................104
J. Administrasi
Paroki....................................................................................................105
5. DIMENSI KEIMANAN: IMAM, NABI, DAN
RAJA.....................................................106
A. Menjalankan tugas Imam: Fungsi
pengudusan...........................................................106
3
Kamakbon, dan Okemkapa. Mereka tiba di Ninati pada Tanggal 19 Oktober 1933. Pada
Tanggal 3 Desember 1933, Pater S. Schuur MSC tiba di Merauke untuk menggantikan posisi
Pater Hoeboer MSC di Muting. Karena sudah ada yang menggantikannya, maka Pater
Hoeboer MSC pindah ke Ninati pada tahun itu juga. Ia bekerja sampai tahun 1942.
Demikianlah Ninati menjadi daerah pusat misi yang baru dibuka oleh P. Hoeboer MSC. Pada
tanggal dan bulan yang sama, Br. Galiart MSC pergi ke Tanah Merah untuk mendirikan
beberapa rumah.
2
Dikatakan bahwa pada Bulan Desember 1933, Br. Galiart MSC ke Tanah Merah
untuk mendirikan beberapa rumah. Pada bulan April 1934, Br. Galiart MSC mendirikan
pastoran, kapel, sekolah (sekolah Katolik) dan rumah guru. Itu berarti sebelum tahun 1933
dan tahun 1934, pelayanan dan orang yang melayani di Tanah Merah sudah ada sehingga
dibutuhkan sebuah pastoran untuk menetap dan kapel untuk berdoa, serta dibangunnya
sekolah Katolik karena ada yang mengelolanya. Dari semua data ini menunjukkan bahwa
kemungkinan besar bahwa misi Katolik sudah masuk ke Tanah Merah sebelum tahun 1933
dan dibawa oleh para pastor yang ikut rombongan yang mau membuka pemerintahan Belanda
di Tanah Merah pada tahun 1927. Apakah status dari pelayanan itu sudah paroki atau masih
stasi, tidak ada informasi yang jelas tetapi kemungkinan besar masih stasi.
7
berkembang banyak. Pada tanggal yang sama juga di daerah Ninati dan sekitarnya, beberapa
orang dari suku Muyu dibaptis.
Pada akhir Bulan Mei 1938, Mgr. Aerts MSC mengunjungi Tanah Merah. Uskup
Aerts MSC ingin mendirikan suatu asrama dan sebuah sekolah Hollands Inlandse School di
Tanah Merah. Tetapi keinginan itu tidak terlaksana karena terbentur masalah keuangan.
Tercatat dalam ikhtisar kronologis sejarah Gereja Katolik Irian Barat yang diterbitkan
oleh Pusat Katolik Jayapura, pada Tanggal 7 Okober 1939 Pater Grent MSC merayakan pesta
perak imamat. Pada perayaan pesta perak imamat itu juga dihadiri para pastor dari Tanah
Merah dan Ninati. Jadi bisa dikatakan bahwa di Tanah Merah pada saat itu sudah ada
beberapa pastor yang melayani dan bukan Pastor Meuwese MSC sendirian yang melayani di
sana.
Pada tahun 1943, pusat misi Katolik dipindahkan oleh Pastor Petrus Hoeboer MSC
dari daerah Ninati ke daerah Mindiptana. Di sana beliau mendirikan sekolah bagi para calon
guru-guru agama. Beliau mendirikan sekolah bagi para calon guru karena terjadi perang
dunia II yang menghalangi kedatangan guru-guru baru dari daerah Maluku.
Pada tahun 1950, daerah Tanah Merah mendapat seorang pastor yang baru yakni
Pastor Willem Thieman MSC. Beliau adalah misionaris yang membuka perkampungan di
daerah Kimaam. Di Tanah Merah, Pastor Thieman MSC ditugaskan untuk melayani pegawai-
pegawai Belanda yang beragama Kristen (orang-orang serani) yang ada di pusat Tanah
Merah. Selain itu, Pastor Thieman juga mendapat tugas untuk merambatkan agama ke
daerah-daerah hutan di sekitar Tanah Merah. Perjalanan ke daerah Jair ditempuh dengan
menggunakan perahu, pergi dan pulang menyusuri sungai Digoel. Sementara perjalanan
patroli ke daerah Mandobo ditempuh dengan berjalan kaki.
Menjelang tahun 1953, Pastor Thieman MSC mendirikan rumah bagi suster-suster
yang diharapkan akan datang dan membantu misi di Tanah Merah dan sekitarnya. Pada
Tanggal 8 Januari 1954, Sr. Karoline PBHK, Sr. Katarina PBHK, dan Sr. Olivia PBHK tiba
di Tanah Merah. Mereka mengajar di sekolah
dan menjadi pembina di asrama, dimana 75
anak Muyu, Mandobo, dan Jair sudah
dikumpulkan. Setelah beberapa tahun bertugas
di Tanah Merah, Pastor Thieman MSC
menerima tugas untuk merintis sebuah paroki
baru di daerah Getentiri.
8
Pada tahun 1960, pemerintah membuka jalan raya Tanah Merah ke Mindiptana.
Sebelum ada jalan raya, hanya ada jalan setapak dan perlu menyebrang sungai dan penuh
dengan lumpur, lintah, duri pepohonan, dan ancaman dari binatang buas yang sangat banyak.
Pada tahun 1963-1978, Pastor Yo Geutsken MSC menjadi pastor paroki di Tanah Merah.
Pada masa pelayanannya, orang-orang pribumi mulai terbiasa hidup di kampung dan taraf
pendidikan umat berusaha ia tingkatkan. Banyak orang yang minta untuk dibaptis.
Pada tahun 1978, berdasarkan keterangan dalam buku Liber Baptis paroki Hati Kudus
Tanah Merah, Pastor Hendrikus Vergouwen MSC (1978-1989) bertugas sebagai pastor
paroki Tanah Merah mengantikan Pastor Yo Geutsken MSC. Terlihat dalam buku Liber
Baptis, Pastor Yo Geutsken MSC memberikan sakramen baptis yang terakhir Tanggal 13
Juni 1978 sedangkan Pastor Hendrikus Vergouwen MSC memberikan sakramen baptis
pertama kali di Tanah Merah pada Tanggal 16 Juli 1978.
Banyak umat yang terkesan dengan pelayanan dan sikap dari Pastor Vergouwen MSC
ini. Umat stasi Ampera dimana saya ditugaskan untuk mendampingi dan melayani mereka,
sering kali menceritakan pengalaman mereka dengan pastor ini. Itu tandanya pelayanan
pastor tepat sasaran dan mengena di hati umat.
Setelah Pastor Hendrikus Vergouwen MSC, ada beberapa pelayan yang bertugas dan
melayani sebagai pastor paroki Tanah Merah. Mereka adalah P. Anton Maskim Pr (1989-
1991), P. Joseph Santoso MSC (1991-1993), P. Jhon Kandam Pr (1993-1994), Diakon Awam
Linus Panagole (1994-1995), P. Anton Fanumbi MSC (1995-2000), P. Paul Praptanda MSC
(2000-2002), P. Robertus Sukiswadi MSC
(2002-2014), dan P. Jhems Kumolontang
MSC (2014- 31 Januari 2017).
Sekolah yang dibangun oleh Br. Galiart MSC di Tanah Merah tahun 1934. Sekarang menjadi
sekolah YPPK St. Fransiskus Xaverius.
SEKSI SEKSI
1. SEKSI LITURGI
KOORDINATOR: BPK ANDREAS FATLOLON
ANGGOTA: SR CRISTINE KYM
BPK NATALIS JAMREWAV
SDRI BEATA ATIRON
2. SEKSI KATEKESE
KOORDINATOR: BPK PETRUS BELEN
ANGGOTA : BPK LIBERTUS JEHARU
IBU MARGARETA YAMANOP
IBU WILHELMINA KANDAM
BPK QUINTUS SYUKUR
4. SEKSI KERAWAM
KOORDINATOR : BPK YOSEP AWUNIM
ANGGOTA : BPK YAKOBUS ATUK
BPK JEMY SENDUK
BPK MELIANUS PAUTA
5. SEKSI PENDANAAN
KOORDINATOT : BPK MARTINUS WAGI
ANGGOTA : BPK STEFANUS WAHYUDIYANA
BPK PETRUS LEO
SDRI MARIA PAYUNGLANGI
BPK AGUS WOTOROT
BPK YOSEP DUMATUBUN
6. SEKSI KEPEMUDAAN
KOORDINATOR BPK MATHEUS SILUBUN
ANGGOTA : SDR MARKUS MARIKI
SDR MARTHEN PAUTA
SDR KAYAPAS PAKPAHAN
IBU RATNA APRILIANA
7. SEKSI PENDIDIKAN
KOORDINATOR : BPK QUINTUS SYUKUR
ANGGOTA BPK PARULIAN SINURAT
IBU VERONIKA KATARINA AMOTEY
BPK PTRUS WAKEN
IBU ELISABETH ROROPRABANDARI
8. SEKSI KESEHATAN
KOORDINATOR: IBU LIDIA TARONG
ANGGOTA : dr MONA SITOHANG
SDRI SISKA SUMBUNG
BPK FRANS WIGO
9. SEKSI PEERLENGKAPAN
KOORDINATOR : BPK OKTOVIANUS KOMOYOP
ANGGOTA : BPK MICKEL JAKSON WODON
BPK PETRUS KAMITIK
11
10.SEKSI KERUMAHTANGGAAN
KOORDINATOR : IBU MARIA FATLOLON
ANGGOTA : IBU YUNITA BULO
IBU MARIA KURUWOP
IBU MARIA IMKO
Di pusat paroki, ada empat wilayah dengan ketua wilayahnya masing-masing dan ada
11 lingkungan
rohani dengan ketua
berhubungan dengan pastor paroki sebagai pemimpin wilayah dan dewan pastoral paroki.
14
4
Nama-nama yang dicetak miring itu adalah nama-nama kampung dan nama-nama
dari gedung Gereja Katolik di setiap masing-masing stasi. Wilayah di daerah Kali Mappi
adalah wilayah yang paling memprihatinkan. Jarak tempuh untuk mencapai stasi-stasi
tersebut cukup memakan biaya, tenaga maupun kesabaran. Menurut cerita dari Pst. Jhems
Kumolontang MSC, mereka pernah menempuh perjalanan melalui jalur air ke stasi-stasi Kali
Mappi selama dua hari di atas perahu motor (Yamaha 40 PK) dan perlu membawa bahan
bakar bensin sebanyak 800 liter ditambah dengan dua dus oli untuk pelumas. Namun
sekarang perjalanan ke Kali Mappi bisa ditempuh lewat jalan darat yakni pertama mengikuti
jalur air sampai di stasi Yohanes Pemandi Ampera lalu meneruskan perjalanan lewat darat
dengan ojek motor dengan harga ojek sebesar 500 ribu rupiah.
Lama-cepatnya perjalanan lewat darat juga tergantung dari cuaca alam. Jika panas
kering bisa ditempuh hanya 3-4 jam saja, namun bila hujan terus dan basah, diperlukan 9-10
jam perjalanan. Perjalanan ke Kali Mappi juga bisa ditempuh lewat udara yakni terbang
menggunakan pesawat kecil dari Tanah Merah menuju ke Stasi Bomakia hanya 15 menit saja
lalu diteruskan dengan naik perahu speed motor Yamaha 40 PK. Namun jadwal penerbangan
ke stasi Bomakia tidak setiap hari ada. Jadwal penerbangan juga tergantung dari cuaca alam.
Sdra. Augustinus Lonis sebagai petugas Gereja yang ditugaskan untuk melayani umat di
daerah Kali Mappi yang cukup banyak.
15
5
Saya memang seorang Kharismatik karena itu saya lebih fokus pada kelompok
Kharismatik. Menurut saya, berdoa bersama umat dalam kelompok kategorial itu bagus untuk
diri saya dan panggilan ini. Meskipun fokus pada Kharismatik, saya juga sangat terbuka bagi
kelompok kategorial lain yang membutuhkan pertolongan dan pelayanan saya.
Sebelum menjadi frater MSC, saya sudah sangat aktif dan bergabung dalam tim inti
PDKK Golgotha Pluit Jakarta Utara. Ketika mendengar di Tanah Merah ada Kharismatik,
saya langsung mendekati mereka untuk mengajak bersekutu dalam doa. Pada awalnya
Kharismatik ini hampir vakum karena masalah internal mereka. Doa rutin setiap hari Rabu
sudah tidak ada lagi karena ada masalah mengenai perpindahan jabatan dan kuasa antara
ketua lama dengan wakil ketua. Saya menyemangati mereka dengan mengatakan tidak perlu
vakum hanya dengan masalah seperti itu. Malah dengan adanya masalah-masalah seperti itu,
kelompok Kharismatik harus sering berkumpul dan berdoa agar Tuhan membuka jalan
sehingga masalah itu bisa selesai. Akhirnya mereka kembali berkumpul dan berdoa setiap
hari Rabu lagi. Saya mengajak mereka tidak hanya fokus pelayanan dalam pusat paroki tetapi
sudah harus melebarkan sayap pelayanan. Saya pun mengajak mereka untuk melayani umat
stasi Ampera dan mereka sangat bersemangat dalam melayani umat di sana.
17
pusat paroki, saya juga membantu mereka dalam memilih lagu-lagu pop rohani yang sesuai
serta memainkan gitar. Anggota Kharismatik juga saya libatkan untuk membantu saya dalam
melayani umat di stasi Ampera untuk memperkenalkan apa itu Kharismatik dan kuasa Roh
Kudus.
Saya juga membantu kelompok-kelompok kategorial yang lain. Saya ikut dalam
pelayanan mereka dan doa-doa mereka misalnya kelompok AKC, KTM, Kerahiman Ilahi,
OMK, maupun Misdinar. Saya sering kali diminta kesediaan oleh AKC untuk membawa
sakramen Mahakudus kepada umat yang sakit (kadang-kadang jumlahnya bisa sampai 17
orang dalam satu hari dan biasanya pada hari Minggu setelah perayaan Ekaristi). Saya juga
membantu AKC dalam Hora Sancta adorasi sakramen Mahakudus pada Kamis malam
menjelang Jumat pertama, menyertai mereka dan memberikan renungan singkat tentang
Maria dalam ziarah ke gua Maria Cermin Kekudusan Autriop pada bulan Oktober 2016.
Saya juga membantu kelompok KTM dalam adorasi mereka untuk mentahtakan
sakramen MahaKudus dan mengembalikan sakramen di tabernakel. Membantu kelompok
Kerahiman Ilahi dalam novena Akbar yang mereka
selenggarakan untuk mendoakan Kabupaten Boven
Digoel dan dalam ibadat syukur mereka setelah
novena selesai. Membantu OMK dalam beberapa
waktu dengan memimpin ibadat, rapat
pembentukan pengurus serta program kerja,
persiapan dalam tablo yang mereka pentaskan pada
Jumat Agung 2016, membantu kegiatan pra
IYD di Tanah Merah serta membantu mereka
dalam persiapan Porseni Kevikepan Mindiptana
dalam vokal group, mazmur, dan renungan
Kitab Suci.
18
Saya juga banyak membantu kelompok misdinar Hati Kudus Tanah Merah. Dari
memimpin ibadat mereka, melatih mereka, memberi
rekoleksi kepada mereka, membuat logo mereka serta
mengurusi baju dan jaket mereka. Berikut saya tampilkan
logo baru misdinar paroki Hati Kudus Tanah Merah yang
saya buat dengan maksud tujuan untuk mempersatukan
mereka dalam wadah kelompok misdinar dan juga untuk
memotivasi mereka supaya semakin bangga sebagai
misdinar yang ditunjukkan lewat logo yang telah ada
(sebelumnya tidak ada).
Saya juga pernah membantu SEKAMI dalam
ibadat SEKAMI sebanyak dua kali untuk siaran di RRI
Boven Digoel. Yang pertama mengisi renungan
singkat dan kedua, mengiring musik dengan
gitar.
Prinsip saya, apapun yang saya bisa dan
saya miliki jika demi membantu orang lain yang
membutuhkan, saya akan dengan senang hati
memberikan bantuan dan apa saja yang saya
miliki misalnya bakat. Saya yakin dan percaya
19
semua itu juga baik bagi panggilan yang saya jalani saat ini. Saya cukup terlibat aktif dalam
berbagai kelompok kategorial yang ada di Paroki Hati Kudus Tanah Merah. Saya merasa
senang membantu bahkan terlibat aktif dalam kelompok kategorial.
ke arah Mindiptana)
7. Stasi St. Yakobus Ginggimop (di kawasan jalan 198
raya ke arah Mindiptana)
8. Stasi St. Paulus Hello (di daerah sekitar Kali 315
Mappi-daerah Awuyu)
9. Stasi St. Maria Afu (di daerah sekitar Kali Mappi- 116
daerah Awuyu)
10. Stasi St. Fransiskus Xaverius Yare (di daerah 341
sekitar Kali Mappi-daerah Awuyu)
11. Stasi St. Yoseph Kowo I (di daerah sekitar Kali 357
Mappi-daerah Awuyu)
12. Stasi St. Yoseph Kowo II (di daerah sekitar Kali 353
Mappi-daerah Awuyu)
13. Stasi St. Petrus Ikisi (di daerah sekitar Kali Mappi- 442
daerah Awuyu)
14. Stasi St. Yoseph Ga (di daerah sekitar Kali Mappi- 190
daerah Awuyu)
15. Stasi St. Yoseph Sarbu (di daerah sekitar Kali 75
Mappi-daerah Awuyu)
16. Stasi St. Bonaventura Sokanggo (di daerah sekitar 58
Kali Mappi-daerah Awuyu)
17. Stasi St. Yoseph Bomakia (di daerah sekitar Kali 43
Mappi-daerah Awuyu)
Total 4.337
Tabel 6
Aspek-aspek Keadaan saya saat ini (Paroki Hati Kudus Tanah Merah)
pembinaan
Skolastikat
MSC
Kesehatan Saya selalu merasa sehat sampai saat ini. Puji Tuhan tidak pernah sakit
berat. Memang pernah masuk angin karena terlalu banyak terkena kipas
angin (waktu itu cuacanya sangat panas). Namun hanya satu hari saja.
Setelah itu, tubuh kembali pulih. Untuk menjaga kesehatan, saya banyak
mengkomsumsi air putih, tidur yang cukup (paling telat jam 11 malam),
makan secukupnya dengan mengurangi konsumsi nasi (memperbanyak
konsumsi sayur mayur) dan mulai rajin berolah raga (catatan terakhir dari
staf pembina yakni saya kurang berolah raga). Ada olah raga tenis meja
di pastoran Hati Kudus. Sesekali saya bermain bersama dengan para
pastor, bruder, para petugas gereja dan teman-teman OMK. Namun
karena ingin mencari olah raga yang lebih menantang dan lebih berat,
saya memilih olah raga Fitness. Saya memang lebih menyukai olah raga
angkat beban ketimbang olah raga yang lebih banyak bergerak. Namun
olah raga fitness yang pada awalnya sangat rutin dijalankan menjadi tidak
rutin karena berbagai kesibukan dalam pelayanan dan mengajar di
sekolah. Olah raga ini akan tetap saya pilih dan saya pertahankan untuk
menjaga kebugaran dan kesehatan saya sambil mencari waktu luang
untuk latihan. Disamping itu, untuk menjaga kesehatan saya banyak
melakukan meditasi chi sebagaimana yang telah dibekali dari skolastikat.
Mengajarkan hal itu juga pada para pastor, bruder dan para petugas
gereja. Beberapa kali saya latihan bersama bahkan menjaga para
konfrater sewaktu latihan. Kedepannya rencana akan mengajarkan
meditasi chi kepada bapak Bupati Tanah Merah dan wakil Bupati karena
mereka meminta saya untuk mengajarkan ilmu yang sangat baik ini untuk
kesehatan. Prinsip saya yakni jika ada ilmu yang baik yang saya miliki,
saya akan terbuka dan membagikannya kepada orang lain agar sama-
sama dapat merasakan manfaatnya.
Kepribadian Saya merasa lebih banyak terbuka di tempat pastoral. Saya lebih banyak
bercerita saat di meja makan baik itu pengalaman pribadi saya sebelum
masuk sebagai seorang frater bahkan pengalaman-pengalaman saya
melayani di tempat pastoral. Catatan terakhir dari staf pembina yang
22
masih saya ingat yakni saya adalah orang yang bertanggung jawab dan
termasuk pribadi yang kurang terbuka bergaul dengan teman-teman unit.
Namun di tempat pastoral ini saya berefleksi dan menemukan demikian:
Keadaan, suasana, dan iklim akademik yang begitu menuntut membuat
saya tidak banyak waktu untuk teman-teman unit (ini menunjukkan
bahwa saya adalah seorang pribadi yang serius dengan tugas perutusan di
skolastikat yakni studi). Apalagi saat-saat dimana sedang berusaha untuk
menyelesaikan skripsi saya dengan cepat mambuat saya lebih tenggelam
lagi dalam dunia diri saya. Memang pada watu itu saya sempat bercerita
dengan superior (waktu itu Pst. Gino MSC) dan PJU saya unit
Purwokerto (waktu itu Pst. Sujono MSC) bahwa saya akan lebih banyak
di dalam kamar, menyendiri untuk menyelesaikan skripsi saya yang agak
rumit karena perpindahan pembimbing yang baru. Namun saya lupa
mengkomunikasikan hal itu pada teman-teman unit saya. Akibatnya
ketika evaluasi, saya dilihat oleh teman-teman unit banyak menyendiri di
kamar dan di ruang skriptores. Setelah di tempat pastoral, saya melihat
dan menyadari bahwa rekreasi itu ternyata perlu apalagi dengan teman-
teman sekomunitas. Menyadari akan hal itu, saya menjadi pribadi yang
sangat terbuka dan tidak menyendiri lagi. Bahkan di tempat pastoral, saya
menjadi pribadi yang sangat luwes sekali dalam bergaul dengan siapa
saja baik dengan anak-anak sampai dengan orang tua. Apalagi di tempat
pastoral di tuntut untuk bekerja dengan maksimal serta bertanggung
jawab, hal itu malah membuat saya semakin menjadi pribadi yang
bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan yang dipercayakan kepada
saya.
Afeksi Yang paling penting ketika berada di medan pastoral, saya rela untuk
belajar dan diajar. Itulah tekad saya ketika datang ke tempat pastoral.
Datang ke suatu tempat yang bisa dikatakan sangat asing bagi saya, saya
mesti membuka diri untuk melihat situasi yang ada. Tiga bulan pertama
saya banyak mengamati bahkan mulai memberi berbagai rekoleksi,
pimpin ibadat, dan mengajar di sekolah. Melalui rekoleksi, pimpin ibadat
dan mengajar di sekolah, saya mulai mempelajari karakter orang-orang
Papua yang ada di Tanah Merah ini. Apalagi saya juga bersahabat dengan
23
pada tengah hari jam 12 siang selama tiga puluh menit, doa kerahiman
pada jam 3 sore maupun doa malam pribadi selama setengah jam terus
saya lakukan hingga sekarang. Berpuasa untuk meningkatkan niat doa
dan olah tapa juga saya buat hingga sekarang. Membaca kitab suci
merupakan kegitan rutin harian bukanlah saat bertugas saja baru
membaca kitab suci. Selalu berusaha mencari sakramen pertobatan satu
bulan satu kali ketika ada pastor-pastor dari Mindiptana datang. Melatih
diri untuk beramal dengan berbagi rejeki ketika ada yang datang untuk
mengemis makanan atau uang. Saya lakukan semua itu bukanlah untuk
menujukkan bahwa saya hebat atau sok suci atau sok pamer, tetapi itu
adalah ekspresi kerinduan saya untuk mau selalu dekat dengan Tuhan
yang saya percaya telah memanggil, memilih dan mengutus saya.
Perutusan yang saya hayati adalah perutusan di dalam doa dan kasih.
Tanpa doa, hidup rohani, dan kasih maka perutusan itu adalah sia-sia.
Untuk selalu menghidupi semangat api Roh Kudus yang ada dalam diri
saya, biasanya saya bersekutu juga dengan kelompok kharismatik dalam
pujian serta penyembahan dan berbagi pengalaman rohani dengan para
anggota kharismtik di Tanah Merah.
Intelektual Di awal kedatangan saya di tempat pastoral, saya mulai di tawari untuk
memberikan berbagai rekoleksi. Saya memberi rekoleksi cukup banyak.
Yang paling banyak adalah rekoleksi untuk anak SD dan anak SMP yang
sedang mempersiapkan diri mereka untuk mengikuti ujian nasional.
Selebihnya rekoleksi misdinar dan OMK. Karena memberi rekoleksi
membuat saya harus mencari berbagai sumber dan data untuk bahan
rekoleksi. Saya membuka kembali katekismus, buku iman katolik, buku
pelajaran agama Katolik, majalah serta mencari data di internat melalui
situs resmi Gereja katolik dan mempelajari kembali bahan-bahan teologi
yang pernah saya dapatkan di STFSP. Hal itu membuat aspek intelektual
saya menjadi lebih berkembang dan maju. Berbagai sumber terbaru saya
dapatkan dan saya bagikan kepada mereka yang mengikuti rekoleksi
yang saya berikan. Cara memotivasi orang lain, menyakinkan orang lain
bahwa mereka semua bisa saya pelajari. Bahkan pendalaman materi
mengenai misdinar dan OMK saya pelajari ketika saya hendak
26
pastoral saya. Yang saya hayati mengenai ketaatan adalah ketaatan dalam
dialog serta komunikasi. Ada beberapa rencana, ide-ide, serta kegiatan-
kegiatan yang saya hendak buat, saya komunikasikan dengan
pembimbing saya. Saya selalu meminta persetujuan dari beliau. Jika
beliau mengatakan oke, barulah saya menjalankan rencana-rencana itu
dengan tanggung jawab. Bila beliau meminta bantuan saya untuk pimpin
ibadat atau memberikan katakese, ia pun juga mengkomunikasikan
kepada saya apakah saya bisa karena mengingat permintaan pelayanan
dari umat atau rekoleksi. Kami saling menghargai dan menghormati
melalui dialog dan komunikasi untuk menghidupi kaul ketaatan ini. Di
tempat pastoral ini juga, saya berusaha untuk tidak menjalani relasi
khusus dengan lawan jenis. Saya menyadari posisi saya sebagai calon
imam serta membawa nama baik dari pastor pembimbing saya dan nama
besar tarekat MSC. Saya menyadari bahwa sebagai frater pastoral banyak
orang yang melihat serta menilai saya. Saya tetap bergaul biasa dengan
lawan jenis namun selalu sadar akan posisi dan batas-batas dalam
pergaulan dengan lawan jenis. Saya juga berusaha menghidupi kaul
kemiskinan. Puji Tuhan, di Tanah Merah ini saya tidak mengalami
kesulitan mengenai keuangan. Namun saya sadar bahwa seorang
biarawan tidak boleh menumpuk kekayaan. Setiap pulang dari pelayanan,
saya selalu menyetorkan uang yang saya terima dari pelayanan. Namun
pastor paroki selalu mengijinkan saya untuk menggunakan uang itu untuk
keperluan saya. Jadi saya menyimpan uang dari pelayanan juga atas dasar
ijin dari pastor pembimbing saya. Aspek kebiaraan juga saya hidupi
dengan doa brevir bersama. Pada awal sebelum saya mengajar, saya dan
pastor rajin berdoa brevir. Namun karena mulai sibuk mengajar di
sekolah, maka doa brevir pagi bisa dikatakan berhenti. Namun ketika
malam hari, kami berusaha untuk dapat doa malam bersama. Itu pun
tergantung apakah ada tamu atau tidak. Jika ada tamu biasanya tidak jadi.
Meskipun demikian, bila ada waktu dan tidak mengajar, saya sempatkan
diri untuk berdoa brevir pagi sendiri di gereja Paroki.
kerasulan Sebagai seorang calon imam, saya harus selalu siap diutus ke mana saja.
Saya tidak pernah bernegosiasi untuk mendapatkan tempat yang enak.
28
Ketika diutus oleh Skolastikat ke Papua pun saya siap. Oleh karena itu,
ketika pastor pembimbing mengutus saya untuk melakukan pelayanan,
saya selalu siap. Proyek pastoral saya adalah memegang sebuah stasi,
mengajar di sekolah dan jika ada waktu membantu di OMK. Saya siap
menjalankan tugas perutusan yang diberikan kepada saya dan saya
jalankan dengan segala kreatifitas serta persiapan diri yang cukup
matang. Mencari dana untuk pembangunan Gereja stasi di mana saya
melayani dengan memanfaatkan jejaring media sosial di internet (FB),
membimbing OMK serta berbagi ilmu dalam bermain gitar serta
bernyanyi sering saya lakukan. Bahkan saya berusaha membentuk band
rohani OMK Tanah Merah sebagai sarana dan wadah agar OMK bisa
lebih bersatu lagi serta mau lebih lagi dalam melayani Gereja dan Tuhan.
Hal ini telah disetujui oleh pastor pembimbing dan saya siap untuk
melaksanakannya. Dengan berbagi ilmu menuntut saya untuk lebih lagi
mendalami ilmu yang saya miliki. Merasul sambil berbuat baik adalah
ciri khas dari Yesus Kristus sendiri. Melalui permenungan dalam Injil
membuat saya sadar bahwa saya pun harus berbuat demikian. Pergi
kemana saja ketika diutus dan sambil berbuat baik dan berbagi ilmu
dengan orang lain.
pun tanpa harus terikat dengan relasi khusus dengan seseorang. Prinsip
saya yang lain adalah yang saya lakukan ini bukan semata untuk mencari
perhatian, penilaian, nama baik, popularitas namun ketika ada yang
meminta bantuan dan saya bisa memberikannya, maka akan saya lakukan
dengan semaksimal mungkin. Saya melayani dengan sungguh dan bukan
untuk menjadi terkenal dan mencari nama baik. Sebab untuk itulah saya
datang ke tempat pastoral yakni untuk melayani dan belajar untuk
semakin lebih baik lagi.
Emosi Mengenai emosi, saya masih merasa jika ada sesuatu yang tidak beres
maka saya akan cepat sekali bereaksi. Namun yang saya rasakan adalah
reaksinya bukanlah dalam hal negatif namun kearah positif. Misalnya ada
beberapa waktu, saya sempat bercerita dengan pastor pembimbing
mengenai konflik yang terjadi di stasi Ampera tentang umat yang ingin
mencari keuntungan dari proses pembangunan Gereja (pengambilan batu
pasir di wilayah warga). Waktu itu entah Bruder yang salah dengar atau
dia sengaja, dia langsung menyambung dengan perkataan yang menurut
saya salah dan saya tidak pernah mengatakan hal itu. Saya langsung
bereaksi dan berusaha meluruskan perkataan Bruder itu supaya tidak
terjadi salah paham dan supaya tidak mengaburkan jalannya
pembicaraan. Menurut saya, jaman sekarang ini ketika berbicara mesti
berhati-hati dan tidak mengaburkan pembicaraan yang sebenarnya supaya
tidak terjadi kesalahpahaman antara kedua belah pihak meskipun itu di
dalam komunitas religius sekalipun. Dengan tidak memutar balikkan
fakta dan tidak mengaburkan pembicaraan berarti kita saling
mendengarkan dan saling menghargai. Mungkin karena dulu terbiasa
bekerja di luar dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi
ketika masuk sebagai calon imam, maka bila ada sesuatu yang tidak beres
langsung bereaksi. Namun saya sadari, reaksi itu masih perlu diolah lagi
supaya bisa dikontrol sehingga dapat menyampaikan hal itu dengan
bijaksana. Untuk masalah emosi-emosi yang lain, menurut saya, saya
baik-baik saja.
Kerohanian Di tempat pastoral, kerohanian menjadi yang pertama dan utama.
Kerohanian saya isi dengan doa bersama di komunitas yakni misa, berdoa
32
pribadi di Gereja atau di kamar jam 12 siang dan 3 sore dan sebelum tidur
malam, berusaha menjalankan matiraga atau askese seperti yang telah
dilakukan di skolastikat, selalu mencari sakramen pertobatan bila ada
pastor-pastor yang mampir di pastoran, membaca dan merenungkan
Kitab Suci setiap hari, refleksi pribadi dengan menulis di buku atau
melakukan examen, bimbingan rohani, peduli serta beramal kasih kepada
yang membutuhkan. Belakangan ini saya memang sedang merenung
salah satu tritugas Yesus yakni imam. Tugas imam adalah menguduskan.
Dengan demikian maka imam itu sendiri perlu menguduskan dirinya
sendiri terlebih dahulu supaya rahmat untuk menguduskan umat pun
dapat mengalir dengan lancar. Saya sadari hal itu dalam tugas pelayanan
saya dan pewartaan saya. Maka dari itu, saya sangat rajin untuk
menguduskan diri ini dari dosa lewat sakramen pertobatan. Bagi saya,
sakramen pertobatan, askese atau mati raga, berdoa pribadi, berdoa
bersama (misa), membaca dan merenungkan Kitab Suci setiap hari,
refleksi, melakukan examen, bimbingan rohani berkala, beramal kasih
membantu saya untuk mengembangkan sisi kerohanian saya. Saya sangat
merasakan itu dalam pelayanan dan pewartaan saya ketika memimpin
ibadat atau melakukan pelayanan yang lain. Saya sangat yakin umat juga
pasti merasakan hal yang sama karena beberapa dari mereka sempat
mengutarakan hal itu kepada saya, puji Tuhan. Saya sendiri terlibat aktif
juga dalam kelompok kategorial Kharismatik Katolik di tanah Merah.
Dengan berdoa bersama dan membagikan renungan kepada mereka, saya
juga semakin mengembangkan kerohanian saya. saya juga terlibat aktif
dalam kelompok AKC dan membantu mereka dalam hora sancta serta
kegiatan AKC yang lain. Dengan membantu kelompok-kelompok doa di
paroki, membuat saya semakin dekat dengan hal-hal yang rohani
sekaligus dapat mengembangkan pangilan dan kerohanian saya.
Intelektual Pada Bulan Agustus 2016 hingga Bulan Desember 2016, saya
dipercayakan untuk mengajar English Conversation. Berbekal
pengalaman kursus Bahasa Inggris (Dasar I dan II sewaktu SMP dan
SMA), pengalaman studi di sekolah ekspor – impor Jakarta yang juga
menuntut untuk berbahasa Inggris, kursus bahasa Inggris di LIA Jakarta
33
kebutuhan orang lain serta mampu sering kali mati raga, saya
untuk bekerja sama dengan membina merasakan ketika mati raga itu
relasi yang luas yang saling memberi laparnya bukan main apalagi ketika
Ada soliditas yang nampak dalam x rasa lapar dalam puasa dan itu yang
atas cara yang dewasa dan kristiani seperti ini. Saya berelasi dengan
siapa saja dari anak sekami sampai
orang tua. Saya berelasi biasa saja
tanpa ada terikat dengan seseorang
lawan jenis. Saya menerima
kepriaanku dengan segala
kebutuhannya. Saya pernah
bercerita hal ini dengan pastor
pembimbing dan cerita dari pastor
pembimbing menguatkan saya.
Kata-kata beliau yang saya masih
ingat: “jadi frater masih mau jadi
pastor toh?” lalu saya jawab:
“masih pastor”. Hal-hal semacam
40
3. PROYEK PASTORAL
A. MASA ORIENTASI (3
BULAN)
Saya tiba di Paroki Hati
Kudus Tanah Merah pada
Tanggal 29 Desember 2015 pada
siang hari jam 11.30 WIT. Saya
bersama rombongan Bpk Hasan
dari Merauke yang juga
merupakan anggota AKC (Awam
Keluarga Chevalier). Saya sempat
bermalam di paroki Asikie yang dipimpin oleh P. Jacob Taufan MSC (pembimbing pastoral
Fr. Yos Haris Ruban MSC) karena perjalanan dari Merauke ke Tanah Merah cukup jauh
yakni 8-9 jam perjalanan jika tidak hujan dan jalanan kering. Kami menggunakan kendaraan
mobil Toyota Hilux pick up (double gardan). Jika hujan turun dan jalan menjadi basah, licin
dan lumpur, maka bisa sehari semalam perjalanan dan menginap di tengah jalan. Rombongan
memutuskan untuk menginap di Paroki Asikie karena sudah malam ketika tiba di Asikie dan
kelelahan (lagipula untuk menghantar Fr. Yos Haris Ruban MSC yang berpastoral di sana).
Dari Paroki Asikie ke Tanah Merah perlu 2-3 jam lagi dan harus melewati perkebunan kelapa
sawit milik orang Korea yang sangat luas. Ketika menginap di Asikie saya bertemu dengan
konfrater yang lain yakni P. Kees De Rooij MSC dan Br. Purwanto MSC yang bertugas natal
di sana.
Masa orientasi saya jalani di paroki Hati Kudus Tanah Merah. Di Meja makan, Pastor
Jhems MSC mengatakan kepada saya untuk menjalani masa orientasi cukup 3 bulan saja.
Setelah itu baru membicarakan tentang proyek pastoral yang akan dilakukan. Belajar dan
lihat-lihat dulu keadaan disini, kata P.
Jhem MSC. Ketika menjalankan masa
orientasi di Paroki Hati Kudus Tanah
Merah, saya banyak melakukan pelayanan
dan kegiatan. Untuk lebih jelas, pelayanan
dan kegiatan saya selama masa orientasi 3
bulan akan saya tampilkan dalam tabel
berikut ini:
53
Januari 2016 Tanggal 4-5 Januari 2016, Natal bersama para biarawan-biarawati
sekevikepan Mindiptana yang dilaksanakan di Paroki Mokbiran
(Pastor Paroki P. Melky MSC).
Tanggal 7 Januari 2016, pimpin ibadat natal bersama dan lepas
sambut tahun 2016 di sekolah SMP N 2 Tanah Merah
Tanggal 08-09 Januari 2016, membantu latihan koor dari tim
Karismatik pada malam hari.
Tanggal 10 Januari 2016, membantu tim karismatik untuk koor
dengan mengiringi dengan gitar dan ikut rapat untuk persiapan
raker untuk tahun 2016.
Tanggal 14 Januari 2016, memimpin ibadat syukur sambut tahun
2016 di SMK N 1, Tanah Merah
Tanggal 17 Januari 2016, Setelah misa bersama anggota AKC
pergi membawa sakramen untuk orang sakit. Total ada 17 orang.
Pada tanggal 22-23 Januari 2016, mengikuti kegiatan RAKER
Paroki Hati Kudus. Bertugas di sekretariatan dan membantu seksi
acara untuk mencairkan suasana dalam ice breaking.
Pada tanggal 24 Januari 2016, pimpin ibadat sabda di stasi Wet
mengantikan Pastor yang bertugas karena pastor-pastor hendak
pergi ke Merauke untuk mengikuti retret tahunan. Setelah itu pergi
membawa sakramen kepada orang sakit hanya di RS sebanyak 11
orang. Berdoa untuk pemberkatan dua mobil, Hi Lux dan truk.
Pada tanggal 25 Januari 2016 pimpin ibadat di sekretariatan OMK.
Tanggal 26 Januari 2016 bersama OMK menyusun program kerja
mereka.
Tanggal 28 Januari 2016 mengunjungi kelompok misdinar dan
pimpin ibadat di sana di rumah Sdri. Lanis.
Pada tanggal 29 Januari 2016, pimpin ibadat pelepasan dan
penguburan jenazah Alm. Aloysius Tomen.
Tangal 30 Januari-31 Januari 2016 pimpin rekoleksi kepada anak
SMP FX kelas IX dengan tema “Siapakah Aku ini?” dihadiri hanya
25 peserta.
Tanggal 31 Januari 2016, pimpin ibadat sabda pada hari Minggu di
pusat paroki, Minggu ke 4 tahun C. Tanggal 31 Januari saya pimpin
ibadat 7 hari dari Alm. Aloysius Tomen.
Tabel 7
Masa orientasi saya jalani dengan berbagai pelayanan dan berbagai kegiatan seperti
yang telah ditampilkan dalam tabel. Cukup padat memang namun dalam kepadatan dengan
57
berbagai kegiatan dan pelayanan yang mengharuskan saya untuk terjun langsung di lapangan
membuat saya banyak belajar di tempat pastoral. Bertemu dengan umat Tanah Merah yang
datang dari berbagai suku yang ada di Tanah Merah ini yakni Muyu, Mandobo, Awuyu,
Korowai Kombai, Toraja, Tanimbar, Kei, Batak, Flores, Tiong Hoa, Manado, Makasar
membuat saya banyak belajar akan watak, karakter, sikap, budaya yang dimiliki oleh umat.
Umat di Tanah Merah termasuk umat tua hasil didikan para pastor Belanda sehingga nilai-
nilai keKatolikan begitu kuat dan mereka sangat aktif dalam berbagai kegiatan rohani (ada 8
kelompok kategorial). Hal itu sangat terbukti dengan begitu banyaknya pelayanan yang
diberikan kepada saya.
Pada awalnya saya merasa kesulitan untuk memahami cara berpikir dan budaya dari
orang-orang Papua misalnya, Jika ada salah seorang keluarga yang meninggal maka
dipercaya pasti karena disantet orang dan bukan karena Tuhan yang mengambil. Maka selalu
direncanakan untuk balas dendam. Yang lain, misalnya jika ada yang menjual tanah dan
disurat tanah tidak tertulis tanah beserta lapisan bawah dan pohon-pohon yang ada (jika tanah
yang dijual itu ternyata berbukit-bukit) ketika yang pembeli sudah membayar dan mulai
meratakan tanah yang dia beli itu, nanti yang pemilik pertama akan klaim lagi bahwa tanah
yang datar dan pohon-pohon yang ada di wilayah itu masih milik dia. Jika masih mau maka
harus bayar lagi, kalau tidak mau maka akan terjadi keributan.
Sewaktu mendengar hal demikian dari para pastor yang bercerita dan seorang calon
frater Projo yang bernama Anselmus Wombon dari suku Muyu kelahiran Merauke, saya
merasa bingung dan aneh dengan cara berpikir demikian. Namun hal itu yang terjadi di
daerah Papua ini termasuk di Tanah Merah.
Setelah melewati 3 bulan masa orientasi, saya dan pastor pembimbing belum
membicarakan proyek pastoral yang akan saya pilih atau ditawarkan kepada saya karena pada
bulan April itu tepatnya pada tanggal 10-15 April 2016, ada MUSDA MSC Papua yang
diselenggarakan di Merauke. Beberapa kali saya sempat berinitiatif untuk mau membicarakan
tentang proyek pastoral namun pembimbing mengatakan setelah pulang dari Merauke baru
membicarakan hal itu.
Tangal 25 April 2016, saya berbicara secara pribadi dengan Pst. Jhems MSC sebagai
pembimbing untuk membicarakan proyek pastoral. Pastor pembimbing sendiri yang
menentukan dan menawarkan kepada saya bahwa proyek pastoral saya adalah memegang,
mendampingi dan menggembalakan sebuah stasi yakni stasi Yohanes Pemandi Ampera. Saya
sendiri tidak diberi kesempatan untuk memilih. Namun saya percaya jika pastor pembimbing
sudah mengarahkan, menentukan dan menawarkan hal demikian tentu ia sudah sangat
58
mengenal dan mengerti kondisi pelayanan dan umat stasi Ampera yang sangat memerlukan
pendampingan serta pelayanan. Oleh karena itu, saya menerima tawaran tersebut. Jadi proyek
pastoral utama saya adalah pendampingan dan penggembalaan umat Stasi Yohanes Pemandi
Ampera di pinggir kali Digoel yang mayoritas bersuku Awuyu. Tambahan yang lain adalah
mengajar di sekolah SMA St. Yoseph Tanah sebagai karya dari Tarekat MSC (bukan sebagai
proyek utama hanya membantu dan mendampingi P. Yoseph Jorolan MSC). Tambahan yang
lain jika ada waktu, menurut pastor pembimbing saya dapat membantu OMK pusat paroki.
Kampung Mahinggo dan kampung Makhbo berada di dalam hutan dan sangat jauh
dari sungai Digoel sehingga sangat sulit untuk menjangkau kedua kampung tersebut. Pastor
sendiri mengalami kesulitan dalam berpatroli ke kedua kampung tersebut. Biasanya ketika
pastor berpatroli ke stasi, ia menggunakan motor misi melalui sungai Digoel. Setelah
mendarat di pinggir sungai Digoel, pastor harus berjalan kira-kira 7 km lagi untuk masuk ke
dalam hutan dengan medan perjalanan yang sangat berat. Medan yang dihadapi penuh
dengan berbagai tantangan misalnya lumpur, pohon-pohon duri, ular, nyamuk, lintah yang
menghisap darah. Dalam perjalanan patroli, pastor biasanya membawa 7 kaleng yang berisi
beras, gula, tembakau, garam, supermi, ikan kaleng dan membawa pakaian serta alat-alat
misa. Rute perjalanan pastor adalah kampung Makhbo lalu ke kampung Mahinggo - dari
Mahinggo ke kampung Okiba - dari Kampung Okiba ke kampung Bana – dari kampung Bana
ke Kampung Oksusu - dari kampung Oksusu ke kampung Agri - dari kampung Agri ke
kampung Sabagran (pinggir kali Digoel) - dari Kampung Sabagran lalu pulang ke pusat
paroki Tanah Merah. Biasanya orang-orang kampung Makhbo dengan jumlah 7 orang
berjalan bersama pastor ke kampung Mahinggo. Setelah itu orang-orang Makhbo pulang
kembali ke kampungnya dan orang-orang kampung Mahinggo mengantar pastor ke kampung
Okiba, begitupun seterusnya.
Umat yang melihat kesulitan pastor dalam mengjangkau tempat mereka akhirnya
berinitiatif untuk pindah dekat pinggiran sungai Digoel. Pastor yang melihat niat dan maksud
baik umat pun tergerak untuk berurusan dengan pemerintah KPS (Kepala Pemeritah
Setempat) agar kedua kampung itu bisa dipindahkan dekat pinggiran sungai Digoel.
Umat lalu pindah ke pinggiran sungai Digoel mendekati tahun 1960 dan membentuk
sebuah kampung yang bernama kampung kali win. Kepala kampungnya adalah Mikhael
Mofahagi. Di dekat pinggiran sungai Digoel ternyata sudah ada dua kampung yang bernama
Wagabang dan Oksusu. Kampung Wagabang dan Oksusu pun akhirnya bergabung dengan
kampung Kali Win. Kemudian Kampung Kali Win berubah nama menjadi desa Ampera pada
tahun 1973 karena pada masa itu pemerintah mengadakan program desanisasi. Pada waktu itu
desa Ampera masih berstatus distrik dengan kepala distriknya adalah seorang dari suku Jawa
yang tidak diketahui namanya.
Pelayanan rutin yang diberikan oleh pastor kepada umat adalah memberikan
sakramen pertobatan dan sakramen Ekaristi pada keesokan harinya. Jika ada bayi-bayi yang
siap dipermandikan, maka pastor juga memberikan sakramen baptis. Kunjungan wajib yang
pastor lakukan adalah kunjungan ke sekolah SD YPPK Kali Win St. Theresia untuk melihat
61
apakah sekolah berjalan dengan baik. Untuk mendekati anak-anak, pastor biasanya membagi
permen dan mata kail kepada anak-anak kecil.
Sebelum Gereja ada, umat dan pastor biasanya beribadat di sebuah tempat dengan
atap daun sagu dengan dinding dari gabah-gabah. Gereja Katolik pertama kali di Ampera
(pada waktu itu bernama Kali Win)
bernama Gereja Santa Theresia yang
didirikan pada tahun 1960 oleh Pastor
Yohanis Geusken MSC. Gereja St.
Theresia rubuh pada tahun 1976 karena
terpaan angin barat yang sangat kuat.
Letak Gereja St. Theresia terletak di
lingkungan empat yang sekarang
lingkungan itu bernama lingkungan
rohani St. Maria Fontanela. Karena
Gereja rubuh, maka umat beribadat di sekolah SD YPPK Kali Win St. Theresia. Lalu pada
tahun 1977 didirikanlah Gereja kedua yang bernama Gereja Katolik santo Yohanes Pemandi
Ampera dan masih dipakai hingga saat ini. Terpilihnya nama St. Yohanes Pemandi untuk
Gereja yang kedua karena pada waktu itu diadakan rapat dan Pastor Hendrikus Vergouwen
MSC yang memilih nama tersebut. Gereja kedua terletak di lingkungan satu St. Paulus.
Pada saat ini, Stasi Ampera berencana untuk membangun sebuah Gereja yang baru,
Gereja ketiga karena keadaan Gereja kedua yang tidak memadai untuk digunakan sebab
termakan usia dan lapuk. Lagipula pertambahan jumlah umat yang semakin pesat dan
meningkat mengharuskan diadakan sebuah Gereja yang lebih besar dan kokoh.
Berikut daftar nama para misionaris yang pernah melayani di stasi Ampera:
1. Pastor Wilhermus Tima MSC
2. Pastor Yohanis Geusken MSC
3. Pastor Menvoor MSC
4. Pastor Hendrikus Vergouwen MSC
5. Pastor Anton Maskim MSC
6. Pastor Anton Fanumbi MSC
7. Pastor Yoseph Santoso MSC
8. Pastor Paul Pratanda MSC
9. Pastor Robertus Sukiswadi MSC
10. Pastor Jhems Kumolontang MSC
62
DEWAN INTI
KETUA STASI : DOMINIKUS SINFAHAGI
WAKIL KETUA STASI : AGUSTINUS SINFAHAGI
SEKRETARIS : SOTER HAMAGI
BENDAHARA : YOSEFA MOFAHAGI
SEKSI-SEKSI
SEKSI LITURGI : 1. SINTA RAIMU
2. OLIFA SIFIRAHAGI
3. AKSAMINA HAMAGI
4. MARTINA TIFAHAGI
SEKSI KATAKESE : SIMON SAKMOGI
SEKSI KEPEMUDAAN : 1. HEZRON MAA
2. PAULINUS HAMAGI
3. ELIAS SINFAHAGI
4. EMANUEL MABO
SEKSI SOSIAL EKONOMI : 1. KATARINA MABO
2. YOHANA MUKRI
3. BERTILA SINFAHAGI
SEKSI USAHA DANA : 1. DOMINIKUS MAA
2. WILIBRODUS NOHOYAGI
3. WILHELMUS SINFAHAGI
4. PASKALINA MABO
KETUA-KETUA LINGKUNGAN
LINGKUNGAN I (St. Paulus) : FRANSISKA MOFAHAGI
LINGKUNGAN II (St. Petrus) : YANUARIUS MAA
LINGKUNGAN III (St. Yosep) : TIMOTIUS MABO
LINGKUNGAN IV (St. Maria F) : TIMOTIUS HAMAGI
LINGKUNGAN V (St. Elisabet) : INOSENSIUS SIFIRAHAGI
63
Terlihat dalam tabel, jumlah jiwa sangat banyak. Ada 88 KK dengan jumlah laki-laki
sebanyak 231 orang dan perempuan dengan jumlah 217 (231+217= 448). Ditambah lagi
dengan jumlah anak-anak dan yang baru lahir (255+10=265). Orang dewasa dan anak-anak
bila dijumlahkan menjadi 713 jiwa. Sebuah angka yang sangat besar untuk sebuah desa yang
panjangnya 930 m. Tingkat pemahaman dan kesadaran untuk melepaskan diri dari pemikiran
yang keliru (hidup konkubinat berjumlah 27 pasangan) dan pengetahuan akan iman Gereja
(sakramen-sakramen, dosa, api neraka, api penyucian, berkat dan kutuk) yang kurang ikut
menambah laju pertumbuhan jiwa di Stasi Ampera.
Stasi Santo Yohanes Pemandi Ampera mempunyai 5 lingkungan rohani dengan
pengurus masing-masing dan berhubungan dengan ketua dewan stasi. Pada awalnya hanya
ada 4 lingkungan rohani (St. Paulus, St. Petrus, St. Yoseph, St. Maria Fontanela) berdasarkan
informasi dari Rm. Sukiswadi MSC yang pada waktu itu menjabat sebagai pastor paroki
Tanah Merah.6 Namun sekarang, terbagi menjadi 5 lingkungan rohani karena sebagian umat
6
Pada tanggal 21 Desember 2016, saya berbicara secara pribadi dengan SUPDA
Papua Rm. Robertus Sukiswadi MSC di ruang tamu pastoran. Ia bertanya tentang proyek
pastoral, pelayanan saya, suka-duka, konflik dll. Pada pembicaraan itu, kami sempat
membahas tentang umat stasi Ampera yang menurut Rm. Sukis MSC termasuk umat yang
unik. Dari situlah saya mendapat informasi pada awalnya hanya 4 lingkungan rohani saja.
65
dari lingkungan 4 memutuskan untuk pindah dan tinggal di luar kampung dan agak jauh dari
Gereja dengan alasan karena mereka tertarik dengan rumah-rumah perusahaan yang telah
ditinggalkan (rumah-rumah kayu). Padahal tempat yang sekarang mereka tempati adalah
tanah milik sebuah perusahaan yang bernama DEDES yang telah dibeli dan suatu saat
mereka pasti diusir dari sana. Akibatnya, umat lingkungan 5 jarang mengikuti kegiatan
menggereja apalagi ibadah.7 Hanya sebagian kecil yang datang untuk beribadat. Yang lain
tenggelam dengan kesibukan masing-masing.
Yang lebih runyam lagi, kepala kampung malah tinggal di lingkungan 5 yang jauh
dari pusat kampung. Hal itu yang membuat keadaan kampung kadang tidak terkontrol karena
kurang adanya pengawasan dari kepala kampung dan aparat. Orang mabuk di sana-sini,
saling berkelahi dan saling panah-memanah bahkan saling potong dan membunuh. Sebelum
saya berpastoral di stasi Ampera, saya mendengar banyak kejadian pemerkosaan sehingga
banyak guru-guru perempuan (salah satunya OMK Paroki Tanah Merah yang bernama Sdri.
Diana Wodon) yang mendapat SK dari Dinas pendidikan melarikan diri keluar dari Ampera
dan tidak mau datang lagi ke stasi Ampera untuk mengajar. Sekarang guru-guru yang
berkompeten tidak mau lagi datang ke Ampera. Akibatnya hanya guru Tutor dengan
kemampuan yang seadanya mengajar anak-anak Ampera yang ingin sekolah. Berikut
dipapakan data-data para pelajar yang masih mengenyam pendidikan sebagai berikut:
Nama kuliah Putus SMA SMK SMP SD
lingkungan kuliah
Lingkungan 1 1 4 7 9 22
1
Lingkungan 1 - 5 2 3 24
2
Lingkungan 2 1 - 5 2 19
3
Lingkungan - - - 1 3 26
4
Lingkungan - - 1 - 2 9
7
Saya sendiri mengalami kesulitan untuk mengunjungi umat lingkungan 5. Harus
mendayung dengan sampan sambil melawan arus untuk ke sana atau berjalan kaki yang
memakan banyak waktu karena jarak agak jauh. Sedangkan jadwal kegiatan yang telah
diprogramkan cukup padat dan semua sudah terisi ketika saya datang ke Ampera. Namun
saya selalu menyampaikan kepada bapak ketua stasi agar menginformasikan kepada mereka
bila Gereja ada kegiatan supaya tetap berhubungan.
66
5
Jumlah 4 2 10 15 19 100
Tabel 9
Terlihat dalam tabel, hanya sedikit saja yang masih mengenyam pendidikan. Untuk
sebuah kampung dengan jumlah 713 jiwa, angka ini sangat kecil hanya 15 % orang yang
bersekolah. Banyak yang tidak sekolah disebabkan karena ketidak adanya biaya untuk
sekolah dan perencanaan dana untuk anak sekolah di masa depan. Mengapa demikian? Hal
itu terlihat dari profesi mereka. Menurut Bpk. Ketua stasi, masyarakat Ampera berprofesi
sebagai petani yang peramu artinya mereka tidak bercocok tanam namun mangambil apa saja
yang masih disediakan oleh alam. Jadi mereka sangat bergantung pada pemberian alam. Jika
alam menyediakan hasil panenan yang melimpah misalnya ikan, maka mereka pun bisa
memiliki uang. Jika tidak ada hasil dari alam, maka mereka pun tidak mempunyai uang.
Untuk itulah mereka sering kali masuk hutan dan mencari ikan hingga berminggu-minggu
baru pulang ke kampung. Dengan demikian mereka akan sulit memberikan diri bagi Gereja
apalagi memberikan diri untuk pelayanan Gereja.
Demikian situasi nyata dan jumlah umat stasi Santo Yohanes Pemandi Ampera.
67
68
tinggal di Ampera sedangkan mereka (Tino dan Bpk. Jimmy) melanjutkan ke wilayah Kali
Mappi dengan ojek kendaraan lewat jalan darat kira-kira 3-4 jam perjalanan dengan harga
ojek motor sebesar 500 ribu rupiah.
Ketika saya masuk desa Ampera, saya melihat sebuah kampung kecil yang seperti
tidak terurus dan sangat sepi. Ada rumah-rumah yang hampir rubuh dan reyot. Ada juga
rumah-rumah bantuan yang
masuk dalam program respek
kampung (semi permanen).
Rumah-rumah terletak rata-rata
di pinggir jalan. Ada juga yang
terletak jauh dari jalan. Jalan
aspal sudah ada dan bukan jalan
tanah. Namun rumput tumbuh
liar ke sana kemari dengan
tinggi yang harus segera diparas. Jalan yang sudah diaspal dipenuhi dengan kotoran anjing,
babi dan banyak anjing yang kurus-kurus duduk santai di jalan. Ada babi-babi yang
berkeliaran ke sana kemari. Pepohonan masih sangat banyak dan udara yang sangat segar
dengan cuaca yang cukup panas. Tekstur tanah yang agak kemerahan dan kelihatan sangat
subur.
Saya melihat ada yang mengintip dari jendela rumah dengan menyibakkan kain
gorden rumah lalu ditutup kembali. Lalu saya bertemu dengan seorang anak kecil dan
meminta ia untuk menghantar saya ke pastoran lalu menyuruh ia untuk memanggil ketua
stasi. Ketua stasi datang (Bpk. Dominikus Sinfahagi) lalu kami membicarakan mengenai
kegiatan Tri hari suci.
Ibadat Kamis Putih tahun 2016 direncanakan diadakan pada pukul 15.00 WIT. Saya
datang sebelum jam 15.00 WIT ke Gereja yang terletak di samping pastoran kira-kira
berjarak 8-9 m. Saya tunggu-tunggu umat di Gereja. Umat baru berdatangan kira-kira jam
16.15 WIT begitupun juga ketua stasi. Akhirnya ibadat Kamis Putih yang direncanakan jam
15.00 WIT molor sampai jam 16.30 WIT. Umat yang datang cukup banyak. Namun melalui
peristiwa ini saya bisa melihat dan menilai bahwa umat stasi Ampera adalah umat yang
sangat tidak disiplin dan sangat tidak menghargai waktu. Begitu pun juga dengan ibadat
malam paskah. Ditambah lagi dengan hujan yang sangat deras maka ibadat yang
direncanakan pada jam 19.00 WIT molor menjadi jam 20.00 WIT. Pada ibadat minggu
paskah pagi juga yang pada mulanya direncanakan jam 7.30 WIB molor hingga jam hampir
70
jam 8.00 WIT dan itupun juga tidak semua umat hadir di Gereja. Ada yang cuek saja berjalan
ke arah pelabuhan mungkin untuk mencari ikan. Kesan pertama saya terhadap umat stasi
Ampera adalah umat yang tidak disiplin waktu dan tidak mau pusing dengan kegiatan di
Gereja.
Saya datang untuk
kedua kalinya ke stasi Yohanes
Pemandi Ampera pada hari
Jumat Tanggal 27 Mei 2016
sebagai seorang Frater Pastoral
yang resmi menjalankan proyek
pastoral di sana. Saya tiba
hampir pada sore hari. Saya
bertemu dengan ketua stasi dan memberitahukan kepada dia bahwa saya suka mau bertemu
dengan seluruh jajaran dewan stasi pada sore hari ini juga. Akhirnya saya bertemu dengan
seluruh jajaran dewan stasi hampir jam 18.00 WIT di depan teras Gereja beratapkan daun
sagu.
Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya adalah frater pastoral yang sekarang
resmi melayani umat stasi Ampera. Mereka merasa senang akan kehadiran saya. Pertanyaan
pembuka yang saya tanyakan kepada mereka adalah “apa yang sangat dibutuhkan oleh umat
di stasi Ampera ini?”. Mengapa saya bertanya demikian? Sebab saya tidak mungkin lagi
menjalankan masa orientasi selama 3 bulan di stasi Ampera. Saya kumpulkan seluruh jajaran
dewan stasi dan menanyakan demikian sehingga saya mengetahui sungguh-sungguh keadaan
dan kondisi iman umat saat ini sehingga dapat membuat program-program pastoral yang tepat
sasaran dan mengena di hati umat. Saya yakin dan percaya seluruh jajaran dewan stasi lebih
mengenal umat di sini daripada saya sehingga saya membutuhkan bantuan mereka untuk
mengenal umat.
Satu-satu dari mereka mulai menjawab pertanyaan saya sambil mengutarakan isi hati
mereka. Yang masih saya ingat, ketua stasi mengatakan kami sekarang ini krisis iman, kami
butuh iman. Jarang ada pelayanan yang datang dari pusat paroki. Paling pada hari-hari besar
saja. Pastor paroki saja datang hanya satu kali dalam satu tahun ini yakni pada saat natal
2015. Dari seksi liturgi juga mengatakan hal yang sama. Kami butuh iman, kami perlu diajari
cara menyanyikan mazmur, cara membaca Kitab Suci, misdinar juga perlu dilatih. Seksi-
seksi yang lain juga mengatakan hal yang sama. Mereka suka dan rindu jika ada ibadat di
lingkungan-lingkungan. Inti dari seluruh tanggapan mereka atas pertanyaan saya adalah
71
mereka haus akan iman, mereka krisis iman, mereka membutuhkan iman, mereka
menginginkan pengetahuan tentang iman dan mereka ingin adanya kegiatan rohani dalam
stasi mereka. Ini adalah keadaan dan kondisi sebenarnya dari hidup iman umat stasi Ampera.
Jadi saya tidak heran dan saya mengerti mengapa banyak dari umat yang pergi masuk hutan
untuk mencari ikan karena Gereja sendiri tidak ada kegiatan apa-apa. Semuanya sepi hanya
ibadat sabda saja tiap Minggu tanpa menyambut komuni disertai dengan para SDM baik yang
lektor, pemazmur, dirigen, misdinar yang sangat tidak terlatih dengan baik. Ini merupakan
tantangan bagi saya untuk mendampingi dan menggembalakan mereka.
Pada saat itu juga dan di tempat yang sama juga, saya berinitiatif untuk menyusun
program kerja pastoral bersama-sama dengan mereka serta melibatkan mereka semua untuk
aktif dan kreatif demi mewujudkan program kerja yang telah dibuat bersama-sama.
Karena melihat kebutuhan iman yang sangat mendesak dan paling dibutuhkan di stasi
Ampera, maka saya memprioritaskan katekese iman Katolik sebagai program utama dalam
proyek pastoral saya. Prioritas kedua untuk menunjang kebutuhan akan iman yakni
diadakannya berbagai pelatihan yakni pelatihan dalam memimpin ibadat dan menyusun
kotbah (bagi seluruh jajaran stasi terlebih khusus ketua-ketua lingkungan sebab merekalah
yang akan memimpin ibadat di lingkungan masing-masing (kaderisasi)), pelatihan membaca
Kitab Suci, menyanyi Mazmur, misdinar. Dengan menerima masukan serta membuat
program bersama-sama serta melibatkan seluruh jajaran dewan stasi berserta ketua-ketua
lingkungan, maka menurut saya proyek pastoral dapat tepat sasaran dan mengena di hati
umat. Sebab program itu dari umat, oleh umat dan untuk umat.
Pada hari Minggu saya memimpin ibadat sabda. Ibadat yang direncanakan semula jam
7.30 WIT mundur hingga hampir jam 8.00 WIT. Saya sudah datang sebelum jam 7.30 WIT
namun umat belum muncul juga. Umat yang hadir juga sedikit sekali. Padahal mereka ada di
rumah namun malas untuk ke Gereja dan sebagian lebih memilih ke sungai Digoel untuk
memancing ikan atau pergi masuk hutan ke pondok mereka. Ada apa ini?
Dari hasil perbincangan saya dengan beberapa orang misalnya Sr. Veralinda PBHK
dan Br. Lukas Meo MSC dan beberapa umat di pusat paroki, suku Awuyu adalah suku
dengan orang-orang yang mempunyai sikap cuek, tidak peduli dengan sesamanya sendiri,
hidup individualitas sangat tinggi, dan mereka itu tukang mabuk dan perusak di Tanah
Merah, serta mereka harus diundang untuk masuk dalam Gereja. Berbeda dengan suku Muyu
yang rajin memberi diri untuk Gereja namun pelit jika dalam hal memberi uang. Berbeda lagi
dengan suku Mandobo yang pelit memberi diri untuk Gereja namun mudah memberi uang
demi Gereja.
72
Dari hasil pengamatan serta analisis saya terhadap umat Ampera, hal itu sungguh
benar. Mereka cuek sekali terhadap petugas Gereja (entah pastor yang datang, frater yang
datang atau suster yang melayani mereka), cuek kepada Gereja apalagi memberikan
pelayanan bagi Gereja.9 Bahkan mereka cuek dengan keselamatan jiwa mereka sendiri.
Mereka lebih fokus pada mencari uang demi kebutuhan sendiri, mabuk-mabukan dan
hidup sosialnya sangat parah dan buruk. Dengan kata lain hidup individualitasnya sangat
tinggi. Bagi mereka hidup sendiri lebih membuat mereka bisa bertahan hidup daripada hidup
bersama. Namun ada yang sebagian yang tidak seperti demikian misalnya ketua dewan stasi,
sekretaris, seksi Liturgi, ketua lingkungan II, dan pembina OMK. Inilah keadaan iman umat
yang saya layani di stasi Ampera. Saya menerima keadaan mereka apa adanya dengan segala
kelemahan dan kelebihan mereka. Saya percaya Tuhan menyediakan lahan bagi saya untuk
belajar untuk menggembalakan dan menumbuhkan iman kawanan kecil ini. Bukankah nabi
Musa juga mengalami hal yang sama? Mendapat tugas untuk menggembalakan umat Israel
untuk menjadi bangsa yang besar dan Tuhan tidak pernah meninggalkan Musa. Saya pun
percaya demikian.
B.5. VISI - MISI YANG MAU DICAPAI SERTA MOTO YANG MENGUATKAN
VISI SAYA : Terwujudnya umat yang kembali beriman kepada Allah dan sungguh
merasakan kasih Tuhan.
9
Menurut cerita dari Bpk ketua stasi dan bpk sekretaris stasi, dulu tidaklah demikian.
Dulu ketika ada petugas Gereja yang datang dari pusat paroki mereka bersemangat. Namun
generasi sekarang sangatlah berbeda dengan generasi pada saat ketua stasi masih muda.
Berdasarkan cerita mereka, sewaktu mereka masih muda, mereka sering kali menemani
pastor bahkan menjemput pastor dengan dayung sampan ke Tanah Merah yang memakan
waktu 3-4 jam mendayung. Mereka biasanya mulai berangkat subuh dan tiba di Tanah Merah
sudah pagi. Setelah itu mereka jemput pastor dan membawa pastor ke stasi Ampera dengan
mendayung 3-4 jam lagi.
Pada saat ini, generasi muda Ampera tidaklah loyal seperti orang tua mereka. Mereka
sibuk dengan mabuk-mabukan, pesta pora, seks bebas, pergaulan bebas dan kalau kerja harus
ada uang. Dulu tidaklah demikian. Semua bekerja dengan rela hati demi Gereja. Sekarang
kalau Gereja ingin mereka bekerja, maka Gereja harus bayar. Hal ini terjadi dan kelihatan
ketika pada saat ini, Gereja Ampera dalam proses pembangunan gereja yang ketiga. Semua
ingin mencari untung. Batu pasir milik warga harus dibayar oleh pihak Gereja. Semuanya
harus uang. Kerja sama, gotong royong semakin lama semakin menghilang dan asing bagi
mereka. Yang mereka kenal saat ini adalah saya hidup sendiri, cari makan sendiri, punya
uang sendiri dan saya pakai sendiri, tidak mau pusing dengan orang lain apalagi Gereja. Umat
model begini yang saya hadapi dan saya layani.
Menurut pengakuan dari bpk ketua stasi, memang pusat paroki kurang memberikan
perhatian secara intens dan berkelanjutan. Maka itu ketika mereka mengetahui bahwa saya
akan mendampingi mereka terus, mereka merasa senang.
73
MISI SAYA : Mengembangkan iman umat dan menghantar umat pada pengalaman yang
sama akan kasih Tuhan.
MOTO SAYA : Aku datang bukan dengan kata-kata yang indah tetapi aku datang dengan
kuasa dan Roh Allah.
Visi saya berdasarkan keadaan nyata iman umat yang mengalami kekeringan, krisis
dan hampir hilang serta tidak peduli kepada Gereja dan masyarakat. Untuk itulah saya
memilih dan merumuskan visi yang telah tersebut di atas. Visi yang telah dirumuskan dan
ingin saya capai, saya terjemahkan dalam misi saya yang sangat terlihat dari program-
program pastoral yang disusun bersama dengan umat.
Program-program kerja yang telah disusun bukan saya sendiri yang menentukan
namun saya duduk bersama dengan seluruh jajaran dewan stasi beserta kelima ketua
lingkungan rohani atau yang mewakili. Kami merembuk, mempertimbangkan, berdiskusi dan
membicarakan banyak hal sebelum menentukan program yang tepat demi mencapai visi dan
misi itu. Kami seperti membuat sebuah RAKER kecil dalam stasi untuk kemajuan iman
umat.
Program katakese iman umat menjadi yang pertama dan utama dalam penentuan
program. Tema katakese pun dicari yang semenarik mungkin dengan meminta pendapat satu-
persatu dari para peserta rapat. Hasilnya tema katakese yang diprogramkan pun beraneka
ragam dan menarik minat umat. Dengan berjalannya waktu, karena masukan dari
pembimbing pastoral maka selain katakese iman umat menjadi prioritas, OMK pun menjadi
yang lebih diperhatikan mengingat zaman ini sangat membahayakan kaum muda Katolik.
Program kerja disusun setiap 3 bulan sekali sesuai dengan bimbingan dari pastor
pembimbing dan selalu diawali dengan evaluasi program kerja setelah menjalankan program
kerja 3 bulanan. Evaluasi juga dilakukan bersama-sama dengan jajaran dewan stasi karena
kami bersama-sama menyusunnya. Program kerja 3 bulanan yang telah tersusun pasti akan
diberikan kepada pastor pembimbing untuk diketahui dan hasil evaluasipun akan
diberitahukan juga kepada pastor pembimbing dalam bimbingan pastoral. Karena menyusun
program bersama dengan umat yakni jajaran dewan stasi berserta kelima lingkungan rohani,
maka saya melibatkan mereka juga dalam menjalankan program-program itu. Misalnya
karena di stasi Ampera listrik tidak ada hanyalah solar cell (itupun sudah rusak) dan mesin
genset diesel, maka ketika melakukan katakese saya memerlukan listrik sebab saya
menggunakan power point dan saya membawa LCD dari pusat paroki. Jadi entah ketua stasi
yang mencari solar atau pun umat yang lain, pasti solar tetap ada. Kadang saya menambahkan
dengan uang sendiri untuk membeli solar. Yang lain membantu untuk memanggil dan
74
mengundang umat untuk datang di balai desa sambil berjalan ke sana kemari. Yang lain
membersihkan aula dan mengatur komputer. Masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang
diprogramkan namun melibatkan umat baik umat Ampera sendiri (khususnya jajaran dewan
stasi) maupun umat paroki Hati Kudus.10
Moto yang saya pilih untuk menyemangati saya dalam menjalankan tugas panggilan
dan pelaksanaan program-program yang telah dibuat. Tidak hanya berpikir tentang kata-kata
namun mengandalkan Allah dalam setiap perkara sebab Roh yang ada padaku lebih berkuasa
daripada roh apapun yang ada di muka bumi ini.
10
Saya pernah mengajak 5 orang misdinar dari pusat paroki untuk melatih anak-anak
misdinar stasi Ampera. Pembina misdinar pusat paroki sendiri yang melatih anak-anak
misdinar stasi Ampera. Saya hanya menambahkan beberapa hal saja sisanya misdinar pusat
paroki yang mengambil peran lebih banyak. Saya juga mengajak tim Kharismatik pusat
paroki untuk melayani stasi Ampera untuk memperkenalkan apa itu kharimatik serta
membagi-bagikan baju bekas layak pakai. Saya juga pernah mengajak 2 OMK pusat paroki
untuk membantu saya dalam memberi materi apa itu OMK dan peran OMK dalam Gereja
dan masyarakat. Saya juga mengajak 2 OMK lagi untuk memberikan sharing kepada OMK
stasi Ampera, suka-duka dalam menghidupi OMK di pusat paroki.
75
Saya merangkul seluruh dewan stasi sebagai partner dan tim kerja saya. Saya
mengundang mereka untuk rapat ketika hendak menyusun program kerja pastoral 3 bulanan.
Saya mendengarkan masukan dan keinginan mereka dalam menyusun program misalnya
berkaitan dengan tema-tema katakese, pelatihan-pelatihan yang mereka rasa mereka sangat
membutuhkannya (pimpin
ibadat di lingkungan, membuat
renungan, menyanyi mazmur,
membaca Kitab Suci,
misdinar, pelatihan memimpin
ibadat pemakaman, ibadat 3
hari, 7 malam, ataupun 40 hari
bahkan memimpin ibadat di
dalam Gereja) sebab kelak mereka sendiri yang akan memimpin ibadat di lingkungan
masing-masing (mereka rindu akan adanya doa-doa lingkungan. Untuk itu saya perlu
menyiapkan mereka. Saya mengunjungi setiap lingkungan secara bergiliran dan ikut berdoa
saja dan tidak memimpin. Merekalah para ketua lingkungan yang memimpin. Saya hanya
ikut ibadat saja sebagai umat).
Karena menerima masukan dan
pendapat dari mereka maka
muncul juga program cerdas
tangkas (soal-soalnya diambil dari
bahan-bahan katakese yang sudah
diberikan supaya katakese yang
telah diberikan tetap diingat dan
Gereja juga mempunyai kegiatan
yang mengumpulkan umat), lomba
vokal group antar lingkungan dan solo.11 Saya juga mengumpulkan mereka jika saya melihat
dan mendapat laporan bahwa ketua-ketua lingkungan sudah mulai kendor dan malas
menjalankan tugas mereka sebagai pemimpin ibadat. Saya mengingatkan mereka kembali
akan kerinduan dan kebutuhan mereka akan iman sewaktu pertemuan pertama kali dengan
saya.
Saya menciptakan lagu wajib untuk stasi Ampera dengan judul “Biarlah Engkau
11
semakin besar dan aku semakin kecil”. Maksud dan tujuan pembuatan lagu wajib ini untuk
mempersatukan umat Ampera dan menjadikan lagu itu sebagai lagu doa.
76
Saya mengundang mereka rapat juga ketika kami hendak melakukan evaluasi
program 3 bulanan. Saya melibatkan mereka semua (yang paling banyak adalah dari OMK)
ketika hendak melaksanakan kegiatan-kegiatan katakese, lomba ini dan itu. Saya juga
menghadirkan kelompok kategorial dari pusat paroki misalnya Kahrismatik, Misdinar, dan
OMK untuk membantu saya dalam melayani, melatih bahkan memberikan pemahaman akan
kekayaan rohani Gereja Katolik.
Saya melibatkan seluruh jajaran dewan stasi dalam menyusun, melaksanakan dan
mengevaluasi program yang telah disusun bersama-sama. Saya menghindarkan diri dari
single fighter sebab tidaklah mungkin kita bekerja sendirian di tengah-tengah umat. Kita
perlu bantuan dan dukungan dari mereka sehingga semua bisa berjalan dengan maksimal.
Sebab pada prinsipnya adalah mereka lebih mengenal umat sendiri daripada saya yang baru
datang. Dengan melibatkan umat setempat berarti saya bisa mengenal umat lebih lagi
sehingga ketika penyusunan program bisa tepat sasaran dan mengena di hati umat.
77
B.7. PROGRAM-PROGRAM KERJA DALAM PROYEK PASTORAL DI STASI SANTO YOHANES PEMANDI AMPERA
VISI : Terwujudnya umat yang kembali beriman kepada Allah dan sungguh merasakan kasih Tuhan.
MISI : Mengembangkan iman umat dan menghantar umat pada pengalaman yang sama akan kasih Tuhan.
MOTTO : Aku datang bukan dengan kata-kata yang indah tetapi aku datang dengan kuasa dan Roh Allah.
baik yang
aktif
maupun
yang tidak
2. Pembinaan iman 10 Juni 2016 Agar umat semakin Umat Dengan Balai desa Tidak Bulan Agustus
umat mengenai (Sakramen Baptis memahami, semakin berbagi ilmu Ampera ada 2016
sakramen- dan Krisma), 8 mengimani dan faham dan dan
sakramen Juli 2016 menghayati yakin pengalaman
(Sakramen sakramen- bahwa akan
Ekaristi dan sakramen yang sakramen penghayatan
tobat), 22 Juli dirayakan yang terhadap
2016 (Sakramen dirayakan sakramen
Imamat, itu membuat
Perkawinan dan menyelam frater juga
Pengurapan orang atkan semakin
sakit) bertumbuh
jam 17.00 WIT dalam iman
3. Pelatihan 11 Juni 2016 Agar ketua-ketua Umat Dengan Balai desa Tidak Bulan Agustus
pimpin ibadat Jam 17.00 WIT lingkungan dan mendapat berbagi ilmu Ampera ada 2016
dan membuat jajaran dewan stasi pengetahu dan
renungan bagi dapat memimpin an cara pengalaman
ketua-ketua ibadat di memimpin memimpin
lingkungan dan lingkungan ibadat dan ibadat dan
jajaran dewan masing-masing membuat renungan
stasi maupun di Gereja renungan membuat
dengan baik yang baik frater
semakin
terasah dalam
hal itu
4. Pelatihan 9 Juli 2016 Agar umat dapat Umat Frater Balai desa Tidak Bulan Agustus
menyanyi lagu Jam 17.30 WIT menghidupi menjadi semakin Ampera ada 2016
bahasa latin kembali nyanyian tahu dan terampil
79
melayani
8. Kunjungan ke 9 Juli 2016 Agar setiap umat Umat Frater dapat Lingkungan Tidak Bulan Agustus
lingkungan- (Lingkungan 1), dapat disapa dapat semakin 1 dan 2 ada 2016
lingkungan 23 Juli 2016 melalui kunjungan semakin mengenal
rohani (Lingkungan 2) ke lingkungan frater umat serta
Jam 16.00 WIT pastoral mengontrol
dan jalannya
semakin kegiatan doa
dikuatkan di lingkungan
dalam doa
lingkunga
n
9. NOBARMAT 11 Juni 2016, 9 Agar umat dapat Umat Frater dapat Balai desa Tidak Bulan Agustus
(Nonton Bareng Juli 2016, 23 Juli berkumpul baik dapat semakin Ampera ada 2016
Umat) 2016 yang aktif maupun berekreasi mengenal
Jam 20.00 WIT tidak. Menarik bersama, umat dan
kembali umat lewat berkumpul membangun
rekreasi bersama lagi serta keakraban
serta dapat dengan umat
mempersatukan membang Lewat
umat kembali un rekreasi
keakraban bersama
81
Evaluasi:
Evaluasi terhadap program bulan Juni – Juli 2016 telah dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus 2016 dengan dihadiri ketua stasi beserta
jajarannya dan ketua-ketua lingkungan. Evaluasi dilakukan secara bersama-sama karena program-program yang telah disusun itu
berdasarkan pemikiran, ide, serta pertimbangan bersama antara frater pastoral dan tokoh-tokoh umat dalam stasi Ampera.
Tujuan dari evaluasi sendiri untuk melihat kembali program-program yang telah dijalankan. Apakah program-program itu mengenai
sasaran, apakah perlu ditingkatkan lagi, apa kelebihannya serta kekurangannya serta meminta masukan agar program-program
selanjutnya dapat dijalankan lebih baik lagi.
Program pendataan umat berjalan dengan baik. Melibatkan setiap ketua-ketua lingkungan untuk mendata kembali umat. Frater pastoral
menyiapkan format untuk pendataan (Jumlah KK, jumlah laki-laki, jumlah perempuan, jumlah anak-anak, jumlah yang lahir, jumlah
yang meninggal, jumlah yang belum dibaptis, jumlah yang belum krisma, jumlah yang belum komuni, jumlah konkubinat, jumlah duda
dan jumlah janda). Data yang masuk sudah 90% (4 lingkungan telah memasukkan data umat dan tinggal 1 lingkungan yang belum).
Solusi bagi lingkungan yang belum memasukkan, frater pastoral akan mendatangi lingkungan itu langsung bersama ketua stasi untuk
melihat keadaan umat dan meminta data (mengingat jarak lingkungan yang satu ini cukup jauh dari kampung utama).
Pembinaan iman umat mengenai sakramen-sakramen berjalan dengan sangat baik dan mendapat respon yang sangat positif dari umat.
Hal itu diketahui melalui perbincangan ketika evaluasi bersama dengan tokoh-tokoh umat. Umat sangat merindukan pembinaan iman
yang seperti ini. Pembinaan iman sakramen-sakramen sendiri dibagi dalam 3 tahap (tahap 1= sakramen baptis dan sakramen Krisma,
tahap 2 = sakramen ekaristi dan sakramen tobat, tahap 3 = sakramen imamat, sakramen perkawinan, sakramen pengurapan orang sakit).
Jumlah umat yang hadir semakin banyak dan banyak.
Ada kerinduan besar dari tokoh-tokoh umat agar kebiasaan doa di lingkungan menjadi hidup kembali. Oleh karena itu frater pastoral
membuat program pelatihan pimpin ibadat dan membuat renungan yang baik dan benar bagi jajaran stasi beserta ketua-ketua lingkungan.
Progaram itu terlaksana dengan baik. Yang hadir bukan saja jajaran stasi dan ketua-ketua lingkungan namun umat juga banyak yang
hadir. Hasilnya, sekarang doa-doa lingkungan mulai hidup kembali dan ketua-ketua lingkungan sendiri yang memimpin ibadat dan
membuat renungan sendiri. Masukan dari ketua stasi ketika evaluasi agar frater membantu menyiapkan doa-doa yang telah disusun
khusus doa pembuka dan penutup dan dibagikan kepada ketua-ketua lingkungan. Hal tersebut sedang diusahakan.
Pelatihan menyanyikan lagu credo dan paster noster berjalan sangat baik dan banyak umat yang antusias ikut latihan lagu-lagu itu.
Hasilnya sekarang dalam ibadat hari minggu, jika frater ada, ketika ada bagian credo maka dinyanyikan bersama pater noster. Untuk
memudahkan umat, frater pastoral mengusahakan baliho 2 x 1.5 m untuk credo dan pater noster 1 x 1.5 m yang sekarang dipasang di
82
depan altar sehingga umat semua mudah dan bisa menyanyikan lagu-lagu itu. Masukan dari sekretaris dewan stasi agar umat yang pernah
ikut latihan agar duduk pada satu tempat sehingga semua suara dapat menjadi satu dan itu telah dijalankan dalam ibadat dua minggu
kemudian ketika saya hadir.
Pendalaman materi OMK juga berjalan sangat baik dan mendapat sambutan yang sangat baik. Memang OMK yang hadir tidak terlalu
banyak karena ada sebagian OMK ada pergi masuk hutan. Frater pastoral mengajak dua orang OMK pusat paroki untuk membantu
mempresentasikan materi OMK. Masing-masing mendapat tugas dalam materi itu. Frater bertugas mempresentasikan apa itu OMK
sedangkan kedua OMK mempresentasikan peranan OMK dalam masyarakat dan gereja.
Pelatihan mazmur pada program bulan Juni – Juli 2016 tidak berjalan karena mengingat lagu pater noster belum dilatih sehingga melatih
dulu lagu pater noster kepada umat dan berjalan dengan baik.
Pelatihan midinar juga berjalan dengan sangat baik. Banyak anak-anak muda yang ikut dari yang berumur 13 – 21 th. Frater mengajak 4
orang misdinar pusat paroki untuk turun ke stasi. Mereka yang memberi latihan kepada para misdinar yang ada di sana dan frater
memberikan kesempaa bagi para misdinar paroki untuk berbagi ilmu dengan para misdinar yang ada di stasi. Frater melihat dan
membantu sesekali dan menegaskan hal-hal tertentu dalam pelatihan itu. Selebihnya para misdinar paroki yang mengajarkan. Hasilnya,
sekarang dalam ibadat, gerkan para misdinar stasi jauh lebih baik dari sebelumnya.
Kunjungan-kunjungan ke lingkungan-lingkungan rohani di stasi berjalan baik. Frater datang secara acak ke tiap-tiap lingkungan. Melihat
ketua lingkungan memimpin dan memberikan renungan. Nanti setelah ibadat frater memberikan beberapa penekanan lagi berdasarkan
renungan tadi. Umat yang hadir selalu banyak baik dari anak-anak maupun orang dewasa. Umat ternyata rindu dengan doa-doa
lingkungan seperti ini.
Program NOBARMAT berjalan dengan sangat sukses. Banyak umat yang hadir berkumpul di balai desa. Film-film yang diputar juga
telah dibingkai dengan kata-kata pendahuluan sebelum film itu diputar. Setiap film yang diputar mengandung pesan moral kepada umat.
Umat begitu senang dengan program. Kendalanya adalah perlu membeli solar untuk menjalankan genset. Namun pihak stasi berusaha
mengusahakan itu.
Semua program dan evaluasi ini telah dibicarakan dengan pastor pembimbing dan mendapat respon yang sangat baik. Masukan dari
pastor pembimbing agar lebih lagi penekanan pada kaum muda (OMK) sebagai generasi penerus gereja.
83
VISI : Terwujudnya umat yang kembali beriman kepada Allah dan sungguh merasakan kasih Tuhan.
MISI : Mengembangkan iman umat dan menghantar umat pada pengalaman yang sama akan kasih Tuhan.
MOTTO : Aku datang bukan dengan kata-kata yang indah tetapi aku datang dengan kuasa dan Roh Allah.
umat stasi)
5. Pelatihan baca 21 Agustus, Supaya umat Umat Frater dapat Gereja stasi Tidak Bulan
KS sesudah ibadat dapat mengetahui dapat semakin Ampera ada November
cara-cara membaca terampil 2016
membaca KS KS dengan dalam
yang benar dalam benar melatih dan
ibadat maupun dalam membaca KS
misa ibadat
maupun
misa
6. Pelatihan kedua 4 September, jam Agar ketua-ketua Umat Dengan Gereja Stasi Tidak Bulan
pimpin ibadat 16.00 WIT lingkungan dan mendapat berbagi ilmu Ampera ada November
dan renungan jajaran dewan pengetahu dan 2016
bagi jajaran stasi stasi dapat an cara pengalaman
dan ketua-ketua memimpin ibadat memimpin memimpin
lingkungan di lingkungan ibadat dan ibadat dan
masing-masing membuat renungan
maupun di Gereja renungan membuat
dengan baik yang baik frater
semakin
terasah dalam
hal itu
10 Pembinaan 18 September, Merupakan Agar Frater Gereja Stasi Tidak Bulan
OMK sesudah ibadat pembinaan lanjut OMK semakin Ampera ada November
setelah semakin terlatih dalam 2016.
pembinaan dipersiapk mempersiapk
pertama. Agar an dalam an
para OMK pembentu terbentuknya
semakin kan OMK sebuah
mengenal OMK kelompok
11 Pelatihan sikap- 18 September, jam Agar umat Umat Frater Gereja stasi Tidak Bulan
sikap liturgi 16.00 mengetahui sikap- dapat semakin Ampera ada November
86
Maria
lewat doa
rosario
bersama
14 Pembinaan 16 Oktober, Agar sekami Umat Frater dapat Gereja Stasi Tidak Bulan
sekami sesudah ibadat dapat semakin dapat semakin Ampera ada November
diarahkan tergerak membantu 2016
untuk anak-anak
memberik SEKAMI
an diri dalam
mereka mengenal
dalam Tuhan
mendidik
anak-anak
SEKAMI
15 Seminar Tanggal 29 Umat stasi juga Umat Frater dapat Balai desa Tidak Bulan
keluarga dan Oktober , jam dapat mengenal semakin semakin Ampera ada November
bunda Hati 17.30 apa itu kelompok paham mengerti 2016
Kudus AKC AKC serta dapat tentang akan makna
(kelompok AKC memahami keluarga hidup
pusat paroki tentang keluarga karena keluarga dan
mengunjungi dan Bunda Hati kelompok memahami
stasi) Kudus AKC juga gelar Bunda
akan Hati Kudus
berbagi
pengalama
n
mengenai
hidup
berkeluarg
a
16 Pelayanan Tanggal 30 Agar umat dapat Umat Frater dapat Balai desa Tidak Bulan
88
kesehatan AKC Oktober, sesudah pelayanan gratis dapat semakin ampera ada November
ibadat kesehatan memeriksa merangkul 2016
kesehatan kelompok-
mereka kelompok
secara yang ingin
gratis ikut dalam
pelayanan
17. Kunjungan ke 6 Agustus 2016, 20 Agar setiap umat Umat Frater dapat Tiap-tiap Tidak Bulan
lingkungan- Agustus 2016, 3 dapat disapa dapat semakin Lingkungan ada November
lingkungan September 2016, melalui semakin mengenal 2016
rohani 17 September kunjungan ke frater umat serta
2016, 1 Oktober lingkungan pastoral mengontrol
2016, 15 Oktober dan jalannya
2016, 29 Oktober semakin kegiatan doa
2016 Jam 16.00 dikuatkan di lingkungan
WIT dalam doa
lingkunga
n
8. NOBARMAT 6 Agustus 2016, 20 Agar umat dapat Umat Frater dapat Balai desa Tidak Bulan
(Nonton Bareng Agustus 2016, 3 berkumpul baik dapat semakin Ampera ada November
Umat) September 2016, yang aktif berekreasi mengenal 2016
17 September maupun tidak. bersama, umat dan
2016, 1 Oktober Menarik kembali berkumpul membangun
2016, 15 Oktober umat lewat lagi serta keakraban
2016, 29 Oktober rekreasi bersama dapat dengan umat
2016 Jam 20.00 serta membang Lewat
WIT mempersatukan un rekreasi
umat kembali keakraban bersama
Evaluasi:
89
Pelatihan mazmur berjalan baik. Yang hadir kira-kira 7 orang. Menemukan kendala karena para pemazmur tidak bisa membaca not
angka. Akibatnya ketika latihan hanya menghafal nada saja. Disuruh menghafal nada agar ketika bertemu dengan mazmur itu kembali
maka ingat dengan nadanya.
Katakese iman berjalan bagus, materi yang diberikan tepat sasaran. Umat yang hadir naik turun, tetapi dicari cara untuk menarik minat
umat. Katakese terus menjadi yang utama dan umat memberikan respek yang sangat bagus. Katakese tetap terus diminta agar tatap ada
dalam program kerja pastoral
Kharismatik berjalan dengan baik, dan menimbulkan kesan baik. Banyak umat yang tersentuh dengan ibadat kharismatik. Banyak umat
yang datang dan banyak umat yang ingin didoakan. Umat tetap meminta kembali agar kharismatik bisa hadir bersama dengan umat stasi.
Pelatihan Kitab Suci berjalan dengan baik. Hanya beberapa orang saja yang hadir. Namun tanggapannya dari umat sangat baik.
Pelatihan ibadat berjalan dengan baik. Ketua-ketua lingkungan langsung praktek di Gereja dan membawakan renungan. Tanggapan
peserta sangat baik.
Pembinaan OMK tidak terlaksana karena anak-anak OMK kurang tanggap. Menemukan kendala dalam mengumpulkan mereka. Sudah
dipanggil-panggil namun hanya beberapa saja yang datang untuk berkumpul. Dicari car untuk mengumpulkan mereka
Pelatihan sikap-sikap liturgi sudah terlaksana dan mendapat tanggapan yang sangat baik. Umat mendapat banyak pengetahuan tentang
sikap-sikap liturgi. Menurut umat sudah ada perubahan. Namun harus terus diingatkan terus karena umat kadang-kadang lupa.
Cerdas tangkas berjalan dengan sangat bagus. Umat sangat antusias dalam mengikuti lomba. Kelima lingkungan mengikuti dengan
semangat. Masukan untuk cerdas tangkas yang kedua adalah jika boleh soal-soal untuk belajar/kisi-kisi datang lebih cepat ke stasi.
Doa rosario di Gereja banyak yang terlambat namun telaksana dengan baik. Umat sendiri yang memimpin dan frater pastoral hanya
datang dan ikut saja. Umat senang berdoa bersama di Gereja. Perlu ketepatan waktu lagi.
Pembinaan sekami berjalan dengan sangat baik dan sangat bagus. Diikuti lebih dari 40 anak-anak. Anak-anak mengikuti dengan antusias.
Mengadakan lomba mewarnai gambar Yesus dan anak-anak dan akan disediakan hadiah-hadiah yang menarik bagi mereka yang juara.
Masukan harap terus dilanjutkan
Seminar AKC tidak terlaksana karena pemimpin AKC di pusat paroki terlalu sibuk. Padahal umat sangat berantusias untuk mengikuti
seminar itu
Kunjungan ke wilayah rohani berjalan dengan baik. Semua lingkungan di pusat kampung sudah dikunjungi kecuali lingkungan 5. Namun
umat tersapa ketika saya mengunjungi mereka.
Nobarmat semakin lama semakin ramai. Baik umat yang aktif dan yang tidak aktif semuanya berkumpul. Maka terus dilanjutkan.
90
VISI : Terwujudnya umat yang kembali beriman kepada Allah dan sungguh merasakan kasih Tuhan.
MISI : Mengembangkan iman umat dan menghantar umat pada pengalaman yang sama akan kasih Tuhan.
MOTTO : Aku datang bukan dengan kata-kata yang indah tetapi aku datang dengan kuasa dan Roh Allah.
(dibagi dalam sesudah ibadat pagi stasi mempunyai lagu semakin desa 1.000.000,- Pebuari 2017
golongan) dan mempunyai yang dapat terampil
vokal Group lagu wajib mempersatukan dalam
lagu wajib stasi untuk mereka. membuat
Ampera dan mempersatuk lagu dan
lagu advent an umat mengasah
kemampua
n dalam
bernyanyi
4. Ramah tamah 25 Desember 2016, mengikat tali Umat dapat saling Frater Balai Bulan
bersama seluruh sesudah ibadat (tiap silahturami bersilahturami dapat desa Pebuari 2017
umat pada hari keluarga bawa) antar umat dan mengikat tali semakin
natal dan frater persaudaraan akrab
dengan
umat
5. Penerimaan 20 Nopember 2016 Umat Umat paham akan Hasil dari Gereja Tidak ada Bulan
sakramen baptis diselamatkan pengajaran pengajaran stasi Pebuari 2017
dan pernikahan dari noda tentang sakramen sakramen Ampera
dosa dan melaksanakan dirasakan
dalam hidup oleh frater
6. SHBdRK 21-22 Januari, jam Agar umat Umat mendapat Frater Gereja Tidak ada Bulan
16.00 diperbaharui merasakan semakin Stasi Pebuari 2017
dalam roh jamahan Tuhan hidup di Ampera
dalam roh
dan
diperbahar
ui
10 Pembinaan 13 Nopember Merupakan Agar OMK Frater Gereja Tidak ada Bulan
OMK 2016, 27 pembinaan semakin semakin Stasi Pebuari 2017
Nopember 2016, 8 lanjut setelah dipersiapkan terlatih Ampera
Januari 2017, jam pembinaan dalam dalam
16.00 WIT. pertama dan pembentukan mempersia
93
14. NOBARMAT 12 Nopember Agar umat Umat dapat Frater Balai Tidak ada Bulan
(Nonton Bareng 2016, 26 dapat berekreasi dapat desa pebuari 2017
Umat) Nopember 2016, berkumpul bersama, semakin Ampera
94
VISI : Terwujudnya umat yang kembali beriman kepada Allah dan sungguh merasakan kasih Tuhan.
MISI : Mengembangkan iman umat dan menghantar umat pada pengalaman yang sama akan kasih Tuhan.
MOTTO : Aku datang bukan dengan kata-kata yang indah tetapi aku datang dengan kuasa dan Roh Allah.
lingkungan- 25 Pebuari 2017, 4 umat dapat semakin frater dapat Lingkun 2017
lingkungan Maret 2017, 18 disapa pastoral dan semakin gan
rohani Maret 2017 Jam melalui semakin mengenal
17.00 WIT kunjungan ke dikuatkan dalam umat serta
lingkungan doa lingkungan mengontro
l jalannya
kegiatan
doa di
lingkunga
n
7. NOBARMAT 11 Pebuari 2017, Agar umat Umat dapat Frater Balai - Bulan April
(Nonton Bareng 25 Pebuari 2017, 4 dapat berekreasi dapat desa 2017
Umat) Maret 2017, 18 berkumpul bersama, semakin Ampera
Maret 2017 Jam baik yang berkumpul lagi mengenal
20.00 WIT aktif maupun serta dapat umat dan
tidak. membangun membang
Menarik keakraban un
kembali umat keakraban
lewat rekreasi dengan
bersama serta umat
mempersatuk Lewat
an umat rekreasi
kembali bersama
Evaluasi:
Katakese berjalan dengan sangat baik. Ada pengakuan dari umat yakni dari yang tidak tahu menjadi tahu. Ada pengaruhnya bagi umat
yang senantiasa setia mengikuti katakese.
Pelatihan pemberkatan jenazah, ibadat arwah 3 hari dan 40 hari berjalan baik dan bagus. Para peserta pelatihan khususnya jajaran dewan
stasi dan ketua-ketua lingkungan dapat memahami dan mengerti. Hanya kendalanya adalah masih ragu dalam praktek langsung. Masih
98
tergantung kepada ketua dewan stasi. Dari pihak jajaran stasi menyarankan agar masih perlu latihan praktek langsung lagi dan itu akan
dilatih oleh ketua dewan stasi. Tujuan pelatihan agar semakin mantap dan tidak ragu lagi.
Pelatihan pimpin ibadat sabda pada hari Minggu tanpa imam berjalan baik. Jajaran stasi berinitiatif untuk latihan lagi demi pemantapan.
Kendala yang membuat para peserta pelatihan ragu untuk memimpin ibadat langsung adalah membuat renungan yang baik. Padahal
pelatihan membuat renungan sudah diberikan. Perlu latihan dan latihan terus menerus.
Pembinaan OMK tidak terlaksana karena hujan besar. Tidak ada OMK satupun yang datang. Hujan berhenti ketika hari hampir gelap
sedangkan pertemuan pada malam hari tidak bisa karena kendala listrik yang tidak ada. Solar yang tidak ada untuk mengisis tangki
genset.
Kunjungan lingkungan rohani berjalan baik. Menurut pengakuan umat, umat senang mendapat kunjungan dari frater. Umat merasa
mendapat perhatian. Pemimpin ibadat juga merasa mendapat kekuatan, dukungan dan support dengan kehadiran frater.
Nonton bareng umat berjalan dengan sangat baik. Umat semangat dalam rekreasi bersama apalagi ketika diputar film mengenai Kitab
Suci. Banyak umat menjadi lebih mengerti dan memahami Kitab Suci ketika menonton film Kitab Suci ynag menceritakan dari Kitab
Kejadian sampai dengan masa pentakosta, para rasul mendapat pencurahan Roh Kudus dan mulai mewartakan Injil serta bersaksi melalui
kemartiran mereka. Umat disemangati dalam iman.
99
TTD
Tanggapan dan masukan dari umat stasi Ampera diketik sesuai dengan aslinya tanpa
12
dirubah apa-apa untuk menjaga keasliannya. Hanya penambahan tanda baca saja dan
penambahan pada huruf yang kurang. Untuk kalimatnya tidak dirubah apa-apa.
100
Dominikus Sinfahagi
B.9. PROYEK PASTORAL TAMBAHAN: MENGAJAR DI SEKOLAH SMA
SANTO YOSEPH TANAH MERAH BOVEN DIGOEL
Saya dipercayakan oleh P. Yoseph Jorolan MSC selaku kepala sekolah SMA St.
Yoseph untuk mengajar di sekolah SMA St. Yoseph Tanah Merah. Berdasarkan
pertimbangan dari pembimbing, saya diperbolehkan untuk membantu P. Joseph MSC di
sekolah namun tidak penuh pada awalnya. Pada awalnya saya hanya mengajar 2 kelas saja
pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Saya datang ke sekolah hanya ketika ada waktu
jam mengajar saja. Saya mengajar bahasa Inggris kelas X SMAK Santa Maria dan XI IPS
SMA santo Yoseph. Karena satu dan lain hal, maka pada akhirnya saya mengajar semua
kelas dari kelas X-XI. Saya pertama kali masuk mengajar pada Tanggal 16 Pebuari 2016.
Sesekali saya mengajar liturgi untuk anak murid SMAK dan agama untuk menutupi guru
yang tidak hadir.
Pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017, saya mengajar penuh semua kelas dari
kelas X-XII (kelas A dan B, kelas
IPA dan IPS) English
Conversation. Karena itu, saya
hampir setiap hari ada disekolah
(hari Rabu-Jumat dengan setiap
kali masuk mengajar dua kelas
dengan alokasi waktu 80 menit).
Kadang masuk pagi dan pulang
hampir sore jam 14.30 WIT. Pada
semester genap tahun ajaran
2016/2017, saya masih
dipercayakan untuk mengajar
English Conversation semua kelas (X-XII, A dan B, kelas IPA dan IPS). Saya tidak membuat
program pastoral apa-apa. Saya hanya membantu P. Yoseph Jorolan MSC. Saya membuat
logo SMA Santo Yoseph Tanah Merah untuk melengkapi apa yang kurang di sekolah sesuai
dengan kemampuan dan bakat saya.
Sekarang di wilayah sekolah SMA santo Yoseph telah berdiri sebuah sekolah lagi yakni
SMAK St. Maria (Sekolah Menengah Atas Katolik) atas tawaran dari Kementrian Agama
pada tahun 2013-2014 (disosialisasikan) dan dijawab oleh Yayasan Amam Bekai Chevalier
pada tahun 2015. Jadi di satu kompleks sekolah berdiri 2 bangunan sekolah yakni SMA St.
101
Yoseph Tanah Merah dan SMAK St. Maria. Berikut daftar nama para guru yang mengajar di
SMA St. Yoseph Tanah Merah:
102
ogi) OSIS
STPK St.
Pendidikan
Jimmy Edison Fatlolon, Meyano Das, Yohanis Pendidikan
10 S1.Akta IV GK Agama 2013 12 11-11-2014
S.Ag 19-11-1980 Penginjil Agama
Katolik
Ambon
St Ilmu
Pertanian
Sosial
Urbanus Timin Dombanop, Mariam, Santo
11 SI GK Ekonomi 2013 8 01-07-2015 Mulok X, XI
S.P 25-08-1983 Thomas
Pertanian
Aqinas
Jayapura
Aprilia S.E. Amboram, Merauke, Uncen Pendidikan Sejarah Bendahara
12 S1, Akta IV GK 2013 12 01-07-2014 X, XI,XII
S.Pd 27-04-1991 Jayapura Sejarah Indonesia Sekolah
Pendidikan
Merauke, Unmus Bahasa Wali Kelas
13 Bernadeta Letsoin, S.Pd 16-04-1991
S1, Akta IV GK
Merauke
Bahasa 2013 12 01-07-2014
Indonesia
XI,XII
XII IPA
Indonesia
Tanah
Uncen Wali Kelas
14 Yosfita Marice Yanit, S.Pd Merah, S1, Akta VI GK
Jayapura
PPKN 2013 12 01-07-2014 PKN X, XI,XII
XI IPA
27-03-1991
Maumere, Universita Pendidikan Pendamping
15 Margareta Kofiani, S.Pd 22-02-1989
S1 GK
s Flores Fisika
2014 12 01-07-2015 Fisika X,XI,XII
PRAMUKA
Cornelia M. G Tingge, Merauke, Uncen Pendidikan Wali Kelas XI
16 S1, Akta IV GK 2015 8 01-07-2015 Geografi X,XI
S.Pd 20-09-1989 Jayapura Geografi IPS
Universita
s Kristen
Pendidikan Wali Kelas Xb
Watuata Artha
17 Cayetanus Jebaru, S. Pd 28-04-1986
S1,Akta IV GK
Wacana
Jasmani 2014 6 01-03-2016 Penjaskes X,XI Pendamping
PRAMUKA
Kupang
( Ntt )
Lambara
Ukip Wali Kelas XII
18 Yulviana, S.E Harapan SI,Akta IV GK Ekonomi 2008 8 07-01-2016 Ekonomi XI,XII
Makassar IPS
30-03-1983
Stf
Muntok
19 Agustinus Budiman, S. Fil S1 GK Seminari Filsafat 2015 12 16-2-2016 English X,XI,XII
04-09-1981
Pineleng
104
Universita Pendidikan
Malaysia
22 Risma Yunus, S.Pd 25-12-1989
SI GHS s Negeri Bahasa 2012 12 18-07-2016 English XI,XII
Manado Inggris
Reka Pendidikan
23 Ferdinandus Rasa, S.Pd 22-12-1987
S1 GHS Universita
Matematika
2011 12 18-07-2016 Matematika X,XI
s Flores
Universita
Pendidikan
Tanah s Sains
Sastra
24 Paulus T. Fatlolon, S.S Merah SI GHS Dan 12 18-07-2016 English X,XI
Bahasa
12-11-1991 Teknologi
Ingris
Jayapura
Universita
Pendidikan
s
Bilas, Bahasa dan Bahasa
25 Kornelius Ano, S.Pd SI GHS Pancasakt 2014 12 18-07-2016 X,XI
16-09-1989 Sastra Indonesia
i
Indonesia
Makassar
Universita
Nulion, s
26 Fransiskus Seajima, S.Pd 02-07-1991
SI, Akta IV GHS
Tompotika
PPKN 2013 19-09-2016 Seni Budaya XI,XII
Luwuk
18-06-1983 Bade
106
di stasi Ampera, setiap Jumat pertama dalam bulan, saya dipercayakan oleh pastor
pembimbing untuk membawakan renungan dalam misa Jumat pertama anak-anak sekolah.
Anak-anak sekolah gabungan dari SD dan SMP St. Fransiskus Xaverius, SD St. Don Bosco
dan TK St. Agnes.13
C. KATEKESE UMAT
Saya diminta kesediaan oleh ketua lingkungan St. Elisabet untuk memberikan
katakese kepada umat lingkungan. Saya membicarakan hal itu dengan pastor pembimbing
dan beliau ijinkan. Maka dari itu setiap hari Selasa jam 18.00 WIT, saya memberikan
katakese kepada umat lingkungan St. Elisabet. Kami sudah melaksanakan beberapa kali
dengan tema-tema yang berbeda dimulai dari tema: Apakah orang Katolik menyembah
patung, pengajaran iman tentang Surga-Api Penyucian-Neraka, malaikat-setan-roh jahat,
adven 1-4, dogma Maria Bunda Allah, Dogma Maria tetap Perawan, Dogma Maria
dikandung tanpa noda dosa dll.
Umat yang hadir sangat antusias dan bersemangat. Pada sesi tanya jawab, biasanya
umat banyak bertanya bahkan sharing mengenai pengalaman iman mereka sehubungan
dengan tema katakese yang diberikan.
13
Untuk lebih jelasnya lagi mengenai kegiatan memimpin ibadah dan berkotbah, saya
tulis secara jelas dalam kronologis perjalanan dan pelayanan saya dalam kisah perjalananku
di daerah misi Papua.
108
E. MEMBERIKAN REKOLEKSI
109
Saya banyak memberikan rekoleksi ketika menjalani masa pastoral di paroki Tanah
Merah. Rekoleksi anak sekolah dari sekolah SD sebanyak 2 kali (SD St. Fransiskus Xaverius
dan SD St. Don Bosco), SMP St. Fransiskus Xaverius, SMA Negeri 1, bahkan untuk
kelompok misdinar (misdinar Hati Kudus 1 kali, misdinar Km. 1 sebanyak 1 kali, misdinar
gabungan dari keempat wilayah 1 kali).
Saya merasa senang dipercayakan untuk membawakan rekoleksi kepada anak-anak
sekolah dan kelompok misdinar. Saya merasa disegarkan kembali iman saya kepada Allah
Bapa, Putra dan Roh Kudus ketika saya memberikan rekoleksi. Rekoleksi bukan hanya
materi saja yang diberikan namun ada doanya, uji mentalnya dan out bondnya.
G. KUNJUNGAN KELUARGA
Pada awal kedatangan saya, saya sering ikut pastor pembimbing untuk kunjungan
keluarga. Itu pun hanya pada saat hari-hari besar saja misalnya pada hari tahun baru (saya
datang pada Tanggal 29 Desember 2015 ke Tanah Merah) dan pada hari raya Imlek tahun
2016. Selain itu jika ada undangan ulang tahun, resepsi pernikahan dan pergi melayat umat
yang meninggal dunia, biasanya saya ikut pastor pergi untuk kunjungan keluarga.
Untuk mengunjungi keluarga pada hari-hari biasa agak sulit dilakukan di Tanah
Merah mengingat banyak umat Tanah Merah yang sebenarnya adalah orang Merauke dan
pendatang dari berbagai suku namun bekerja di Tanah Merah. Pada hari biasa mereka sibuk
di kantor dan di tempat kerja masing-masing. Ada yang PNS, ada yang guru, ada yang
pejabat dll. Jika mencari hari biasa untuk kunjungan maka agak sulit. Ditambah lagi dengan
kesibukan saya sehari-hari juga mengajar di sekolah dari pagi hingga sore. Sorenya mulai
dengan pelayanan ini dan itu maka waktu sudah habis.
Namun kerinduan saya untuk mendekati umat dan mengunjungi mereka tetap
terjawab. Saya biasanya membantu kelompok AKC dalam membawa sakramen Mahakudus
kepada umat yang sakit. Pada kesempatan seperti itulah saya banyak mengunjungi mereka,
110
datang ke rumah mereka terutama umat yang sakit, berdialog dengan mereka, mendoakan
mereka bahkan menyemangati mereka dalam sakit mereka. Selain itu, saya juga ikut
bergabung dengan kelompok kharismatik Katolik di Tanah Merah. Kebiasaan kelompok ini
jika berdoa adalah dengan mengunjungi rumah ke rumah dari anggota kharismatik secara
bergiliran. Dengan demikian saya pun bisa mengunjungi umat lewat pelayanan ini dan
berbicara dengan tuan rumah mengenai situasi keluarga mereka.
Saya juga membantu mendampingi kelompok misdinar. Kebiasaan kelompok ini juga
seperti kelompok Kharismatik yakni ibadat secara giliran di rumah anggota-anggota
misdinar. Dengan demikian saya bisa mengenal orang tua mereka juga dan berdialog dengan
mereka. Kadang ada permintaan doa dari para karyawan BRI dan ibadah kelompok suku
yang biasanya diadakan di rumah-rumah mereka dan doa ucapan syukur yang juga diadakan
di rumah. Dengan demikian saya bisa mengunjungi keluarga dalam suasana pelayanan.
Belum lagi ibadat pemberkatan jenazah, 3 hari dan 40 hari yang pasti dibuat di rumah
masing-masing. Melalui pelayanan ini saya bisa mengunjungi mereka.
Kadang saya mengajak ketua lingkungan St. Elisabet (Bpk. Natalis Jamrewav) untuk
duduk-duduk saja menikmati alam segar dan udara segar di rumah umat dalam wilayahnya
pada pesta natal dan tahun baru. Melalui itu juga, saya melakukan kunjungan keluarga.
H. MENGAJAR DI SEKOLAH
Di sela-sela menjalankan proyek pastoral, saya juga mengajar. Semester ini dan
semester yang lalu, saya mengajar English Conversation dari kelas X – XII (kelas A dab B,
kelas IPA dan IPS). Memang ini adalah proyek tambahan, namun hal ini saya anggap sebagai
kegiatan lain di sela-sela menjankan proyek pastoral utama.
Jumlah jam mengajar saya dalam satu minggu adalah 12 jam. Saya mengajar dari Hari
Rabu hingga Hari Jumat dengan alokasi waktu mengajar 80 menit di tiap kelas. Jadi satu hari
itu saya mengajar dua kelas dengan jumlah waktu dua kelas yakni 160 menit. Biasanya
masuk pagi pulangnya hampir sore jam 14.30 WIT. Meskipun cukup sibuk mengajar, namun
tidak mengganggu proyek utama pastoral saya yakni menggembalakan umat stasi Ampera.
pertemuan dengan Kapolres yang baru menggantikan Kapolres yang lama (pertemuan
silahturami dengan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh-tokoh agama yang
ada di Boven Digoel),
pertemuan dengan dinas
kesehatan yang
membicarakan bahayanya
virus HIV-AIDS,
pertemuan dengan anggota
DPR untuk membicarakan
hari ulang tahun kabupaten
Boven Digoel, pertemuan dengan bapak Bupati beserta jajarannya dalam
membicarakan RAPERDA tentang pelarangan MIRAS, pelantikan secara resmi
organisasi ibu-ibu PKK ranting Boven Digoel, dan pertemuan dengan kelompok
Oikumene yang membahas pemberantasan buta aksara di masyarakat kabupaten
Boven Digoel bekerja sama dengan LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) dan pemerintah
Boven Digoel.
Saya diutus mewakili tokoh agama Katolik dan biasanya memimpin doa
entah doa pembuka atau doa untuk makan. Di sela-sela menjalankan proyek pastoral
saya banyak mengikuti pertemuan-pertemuan penting yang membahas perkembangan
dan kemajuan kabupaten Boven Digoel. Selain itu saya banyak bertemu dengan
orang-orang penting di pemerintahan kabupaten Boven Digoel. Saya bersyukur atas
hal itu.
J. ADMINISTRASI PAROKI
Paroki Hati Kudus Tanah Merah mempunyai tiga petugas Gereja yang
senantiasa ada di kantor sekretariat paroki. Yang pertama Bpk. Abraham Batman,
kedua Sr. Yudith KYM (sebelumnya Sr. Christine Silalahi KYM), dan ketiga Sdr.
Agustinus Lonis.
Sr. Yudith KYM yang sehari-hari datang dan berada di kantor sekretariat
paroki. Bpk. Abraham Batman (sudah pensiun) sesekali ia datang dan membantu.
Sedangkan sdr. Agustinus Lonis lebih pada mengajar di sekolah SMK Negeri I dan
SMA St. Yoseph Tanah Merah. Namun ia juga membantu di kantor sekretariat paroki.
Jadi untuk urusan administrasi paroki sudah ada yang mengurusinya. Namun
sesekali saya membantu Sr. Christine Silalahi KYM pada waktu itu untuk mengisi
112
buku Sakramen Baptis dan buku Sakramen Pernikahan. Saya tidak rutin membantu di
sekretariat paroki mengingat kesibukan yang cukup padat, namun saya pernah belajar
untuk mengisi data sakramen baptis dan data sakramen pernikahan.
14
Pada bagian ini, saya mengikuti cara dari frater pastoral terdahulu yakni dengan
format tanya jawab yang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan dalam buku pedoman tahun
pastoral. Tujuannya adalah supaya bisa menggali lebih dalam lagi apa yang saya buat, saya
alami dan saya rasakan. Jawaban yang berikan akan lebih banyak berbicara berdasarkan
pengalaman yang dialami, dirasakan dan yang dihayati agar menjadi lebih hidup.
113
ceritakan sendiri misalnya berita yang sedang hangat belakangan ini atau cerita analogi.
Berkotbah menggunakan gambar-gambar (kedatangan tiga raja) bahkan pernah saya
mengajak umat untuk menyanyi sama-sama sebuah lagu yang berhubungan dengan kotbah
saya (jadilah saksi Kristus). Kerangka kotbah saya susun semakin mengerucut dan bukanlah
melebar. Pertama menganalisis bacaan. Kedua hasil analisis dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari. Ketiga, tips atau cara-cara yang tentu pernah saya jalani juga misalnya untuk
menggapai rahmat. Semuanya saya pikirkan dan saya persiapkan dengan baik. Untuk amanat
sabda, kadang saya menyanyi sebuah lagu rohani dan itu sangat mengena di hati umat.
Kadang saya membagikan hasil refleksi saya ketika duduk sendirian dan berdoa di dalam
Gereja (paling banyak hasil refleksi waktu merenung jam 15.00 sore, jam utama kerahiman
Ilahi)
Sewaktu memberikan rekoleksi untuk anak-anak sekolah, saya biasanya menghantar
mereka dalam ibadat Taize yang baru pertama kali mereka ketahui pada doa sebelum tidur.
Lilin-lilin menyala yang begitu banyak sehingga menambah suasana hening dalam doa.
Ketika tim kharismatik datang melayani bersama dengan saya di stasi Ampera, dalam
ibadat kharismatik banyak yang dijamah oleh Tuhan. Mereka sendiri yang mengatakan hal
itu. Maka dalam ibadat Hari Minggu Tanpa Imam setelah pengumuman selesai, saya
memberi kesempatan bagi siapa saja yang ingin memberikan kesaksian. Puji Tuhan, ada 3
orang yang maju dan memberi kesaksian bahwa mereka sungguh tersapa oleh Tuhan lewat
ibadat Kharismatik malam sebelumnya.
Bagi saya, peribadatan tidak perlu kaku dan dingin. Perlu kepekaan dari pemimpin
ibadat untuk membaca situasi dan suasana dalam peribadatan. Yang penting tidak keluar dari
jalur dan bingkai tata cara liturgi yang telah dikeluarkan oleh KWI.
pelayanan langsung bersujud berdoa atau masuk ke Gereja untuk berdoa. Hal demikian yang
saya lakukan.
Doa bersama (Ekaristi) tidak pernah dilewatkan. Hanya saat ketika kurang enak badan
atau keadaan perut yang tidak bersahabat yang menghalangi untuk misa. Pernah waktu kerja
bersih-bersih kamar untuk pindah kamar baru, waktu itu keasyikan kerja hingga benar-benar
lupa. Ketika melihat jam ternyata sudah lewat jam 18.00 WIT. Ada rasa sesal karena tidak
ikut perayaan Ekaristi. Selanjutnya saya tidak pernah melewatkan Ekaristi sedikitpun.
Bahkan jika ada para pastor yang mampir ke pastoran Hati Kudus Tanah Merah dan mereka
mau mengadakan misa keesokan harinya (jadwal ekaristi di pastoran Hati Kudus adalah
Senin, Rabu, Jumat, Sabtu, Minggu), saya biasanya yang menyusun alat-alat misa dan
mengikuti misa meskipun tidak ada jadwal misa di komunitas kami.
Doa pagi dan sore tidak ada di komunitas kami. Namun demikian tidak membuat saya
untuk tidak menjalankan ofisi. Kadang saya bangun pagi dan berdoa brevir sendirian bahkan
sebelum misa hari Minggu dimulai. Tepat jam 12.00 WIT adalah waktu hening bagi saya.
Saya biasanya berdoa dan melakukan examen consciantiae di Gereja selama 30 menit. Nanti
jam 15.00 WIT saya mengunjungi Gereja lagi untuk mendoakan jam utama kerahiman sambil
merenungkan penderitaan Tuhan di atas kayu salib. Jam 18.00 WIT biasanya berdoa angelus
dan sebelum tidur tepatnya jam 22.15 WIT, saya berdoa rosario dan melakukan Examen lagi.
Itulah jam-jam doa pribadi saya dan saya merasakan kekuatan yang begitu dashyat jika
berdoa tepat pada jam yang telah ditentukan.
Selain itu membaca Kitab Suci setiap malam dan merenungkannya adalah wajib dan
bukan saat bertugas saja. Yang paling sering saya cari adalah sakramen pertobatan. Menurut
saya sakramen pertobatan memulihkan kehidupan rohani saya, memulihkan relasi saya
dengan Allah dan sesama, serta sakramen pertobatan sangat mendukung saya dalam
pelayanan saya.
Tanda-tanda manakah yang nampak dalam diri frater mengenai kemampuannya untuk
mengembangkan kehidupan rohani melalui kesaksian hidupnya yang konkret?
Jadilah Injil yang hidup. Kesaksian dari perbuatan dan tingkah lakumu jauh lebih
tinggi daripada kesaksian kata-kata. Untuk itulah orang Katolik tidak perlu berkoar-koar
dalam memberikan kesaksian hidup. Cukup dengan bersikap dan bertingkah laku yang sesuai
dengan kehendak Allah, kamu sudah memberikan kesaksian Injil yang hidup. Itulah hasil
permenungan dan refleksi saya yang sering saya katakan kepada umat di Stasi Ampera
maupun di umat paroki.
Berdoa itu baik, namun harus disertai dengan buah dari doa itu. Hal ini yang terus
saya renungkan dan berusaha untuk menerapkan dalam hidup saya. Sebagai seorang
biarawan, saya selalu memakai toga ketika ikut misa. Ketika mengikuti pertemuan resmi,
saya selalu memakai baju kolar untuk menunjukkan bahwa saya adalah wakil dari Gereja
Katolik (karena tiap-tiap tokoh agama khususnya Islam pun menunjukkan identitas mereka
sebagai ulama). Lebih dari itu, semasa pastoral hati ini cepat tergerak karena belas kasihan
melihat saudara yang datang untuk meminta makan. Biasanya langsung tergerak untuk
mencari kantong plastik dan mengisinya dengan roti atau kue-kue yang ada di pastoran (bisa
saja Yesus dalam rupa mereka yang datang mengunjungi kami). Tidak ada kue, yang penting
mereka bisa makan, saya kadang memberikan uang untuk mereka makan.
117
Tanda-tanda apakah yang nampak dalam diri frater yang memperlihatkan adanya daya
refleksi yang tajam terhadap Sabda Allah dan mampu menerapkannya dalam pewartaan?
Saya adalah seorang Ekseget karena skripsi saya merupakan eksegese murni. Saya
dilatih oleh banyak orang-orang yang luar biasa dalam menganalisis Kitab Suci dan
118
merefleksikannya (P. I Made Miasa Pr, P. Ventje Runtulalo Pr, P. Vianney Untu MSC, Rm.
Sis MSC, P. Alo Lerebulan MSC). Dari merekalah saya belajar untuk menganalisis Kitab
Suci dan merefleksikannya.
Biasanya sebelum membuat renungan, saya berdoa terlebih dahulu mohon tuntunan
Roh Kudus. Setelah itu saya membaca perikop yang telah ditentukan sebanyak dua kali.
Setelah itu saya hening diam total dan membiarkan Tuhan berbicara. Dalam keheningan total
itu saya mulai menganalisis Kitab suci dan membiarkan Tuhan bekerja dalam analisis itu.
Hati ini seperti berbicara sendiri dan saya manangkap maksud dari hasil analisis itu. Setelah
itu saya baru menuangkan seluruh hasil analisis itu ke dalam buku atau sebuah kertas. Setelah
menuliskan semua lalu saya membaca kembali. Sebelum ibadat saya membaca lagi sampai 3
kali hasil renungan itu. Setelah itu baru saya wartakan kepada umat. Puji Tuhan, ada
beberapa umat yang mengatakan kotbah saya selalu menyentuh hati mereka. Saya sendiri
merasa bersyukur dan mengatakan kepada mereka bahwa Tuhan yang bekerja.
Dalam menganalisis perikop yang dibaca selalu dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari. Jika ada berita yang hangat di media massa, saya hubungkan dengan renungan.
Jika melihat situasi umat di Boven Digoel misalnya umat Stasi Ampera yang selalu mencari
uang dan lupa mencari Tuhan, saya biasanya memasukkan situasi itu dalam renungan saya
(saya katakan bukan Soekarno-Hatta (uang seratus ribu) yang menyelamatkan bapak-ibu,
namun Yesus Kristus yang menyelamatkan bapak-ibu. Jadi carilah Dia selalu selama masih
hidup).
Membaca Kitab Suci setiap malam dan merenungkannya membuat saya terbiasa
untuk membuat renungan dan refleksi yang tajam.
Manakah tanda-tanda yang konkret bahwa frater memiliki kreativitas dalam menimba
pengetahuan apapun dan pengembangan ketrampilan diri dalam rangka memperkaya
pewartaan?
Saya banyak bertanya tentang orang Papua ketika datang pastoral di Tanah Merah.
Saya banyak bertanya kepada Br. Lukas Meo MSC, Pastor pembimbing, dan P. Yoseph
MSC. Dari merekalah saya mendapat pengetahuan untuk bisa masuk dan merangkul umat di
Tanah Merah. Ketika turun ke stasi Ampera, saya juga banyak bertanya ke ketua stasi
Ampera. Ia dengan senang hati untuk menceritakan kepada saya karakter orang Awuyu.
Saya sering kali memimpin ibadat. Oleh karena itu, saya banyak menonton berita di
TV dan di HP. Berita-berita yang hangat menambah pengetahuan saya untuk dibawakan
dalam pewartaan. Mengangkat situasi yang konkret dengan menceritakan itu terlebih dahulu
119
membuat umat bisa cepat nyambung ketika mendengar kotbah saya. Disamping itu, saya juga
mencari berbagai informasi bahkan bertanya kepada orang-orang yang ada di pastoran
misalnya sejarah Bait Allah dibangun kapan, sudah berapa kali dibangun, sebab ada beberapa
hal yang saya sudah lupa. Untuk lebih akurat lagi, biasanya saya mencari di internet data itu
untuk dibawakan dalam kotbah.
Saya juga menambah pengetahuan saya ketika saya membawakan rekoleksi. Ilmu-
ilmu yang pernah dipelajari STFSP, saya pelajari kembali supaya bisa membawakan
rekoleksi dengan baik. Saya juga rutin memberikan katakese mengenai dogma-dogma Gereja.
Karena itu, mengharuskan saya untuk mencari data di buku, atau di internet dan
mempelajarinya kembali.
Untuk bakat, saya sudah bisa bermain gitar. Namun bukan berarti saya tidak melatih
lagi. Saya masih sering bermain gitar dan melatih diri supaya jari ini tidak kaku. Beberapa
kali saya mengiringi kelompok kharismatik dalam koor mereka. Sebelum tampil, saya
biasanya banyak bermain gitar terlebih dahulu supaya jari ini tidak kram. Saya juga
menciptakan lagu dan logo-logo untuk mengembangkan bakat dan talenta saya demi
pewartaan.
Semua hal jika demi pewartaan supaya berjalan dengan baik, maka saya akan cari
termasuk pengembangan pengetahuan. Rela pergi ke Warnet malam-malam untuk mencari
data yang berkenaan dengan rekoleksi dan katakese yang saya berikan. Semua itu saya
lakukan demi pengembangan diri dalam pewartaan.
Sejauh mana frater mampu untuk membawakan khotbah/renungan secara indah dan
kreatif tapi juga berisi dan menyentuh situasi konkret umat tertentu?
Saya biasanya menyusun kotbah satu hari sebelum akan tampil. Dengan demikian
saya lebih banyak lagi waktu untuk mempelajari isi khotbah saya. Seperti saya katakan, saya
mendapat pelatihan Public Speaking. Karena mendapat pelatihan itu, maka saya
mengembangkan cara saya dalam membawakan khotbah.
Sebelum masuk ke inti kotbah, saya menyapa mereka dengan bertanya apa kabar hari
ini, atau shalom, Damai Tuhan bersamamu dan meminta mereka untuk saling membagikan
damai itu kepada seluruh umat yang hadir. Setelah itu biasanya saya menceritakan sebuah
cerita pendek dulu ataupun berita yang sedang hangat sesuai dengan situasi konkret. Atau
saya putarkan sebuah video pendek yang berhubungna dengan kotbah saya, atau saya putar
lagu yang berhubungan dengan kotbah saya. Kadang saya mengajak umat untuk bernyanyi
bersama.
120
Kadang ketika berkotbah, saya membawa gambar misalnya dalam ibadat penampakan
Tuhan. Melalui gambar, saya lebih mudah untuk menjelaskan siapa itu tiga raja dan mengapa
mereka mengikuti bintang, ada budaya apa sehingga tiga raja ini mau susah-susah mencari
bintang besar itu. Semuanya bisa dijelaskan dengan lancar dan mudah sebab menggunakan
alat peraga.
Biasanya saya menganalisis bacaan Kitab Suci terlebih dahulu dengan berbagai
pertanyaan misalnya mengapa Yesus bertindak demikian, mengapa Yesus mengatakan
demikian, mengapa Yesus bersikap demikian dll. Setelah analisis selesai, barulah saya
menarik hasil analisis itu ke kehidupan konkret dengan mengambil contoh-contoh yang
nyata. Bahkan dalam kotbah ketika masuk dalam realita kehidupan setelah menganalisis
Kitab Suci, saya bertanya kepada umat yang mendengarkan misalnya kadang kita sulit
melaksanakan kehendak Allah, betul? Setelah itu barulah dihubungkan dengan situasi umat
yang mendengarkan kotbah. Setelah itu, saya menunjukkan cara atau jalan agar semakin
melaksanakan kehendak Allah (tentu saya sendiri sudah melaksanakannya terlebih dahulu).
Puji Tuhan, beberapa kali ketika selesai kotbah ada umat yang mengatakan seperti demikian:
Sebelum saya datang ke Gereja, saya mempunyai masalah berat. Ketika mendengarkan
kotbah frater saya seperti mendapat jalan keluar, harus buat apa. Ketika mendengar
pengakuan itu, saya hanya mengatakan Tuhan sudah bekerja. Ada umat juga ketika saya
memutar video pendek dalam kotbah mereka katakan memang harus seperti itu frater. Puji
Tuhan, semua yang saya lakukan membuahkan hasil sebab Tuhan bekerja.
Mau berkotbah di kampung, atau di pusat kota maupun mengisi renungan di RRI, saya selalu
menyiapkannya dengan tertulis. Saya tidak membedakan misalnya di kampung tidaklah perlu
disiapkan dengan mantap dan tertulis. Menurut saya, jika ada pastor atau frater yang
mengatakan demikian berarti salah. Apa bedanya orang di kampung dan di kota? Mereka
juga sama-sama umat Allah yang juga mau mendengarkan firman Allah dan rindu akan
sentuhan Allah lewat kotbah dan renungan. Bahkan menurut pengamatan saya seperti di stasi
Ampera, merekalah yang lebih harus mendapat sentuhan dan kotbah yang bagus supaya
mereka meninggalkan cara hidup yang lama dan berbalik kepada Tuhan. Jika ada yang
membedakan karena melihat situasi umat kampung yang tidak terpelajar daripada umat kota
yang terpelajar, menurut saya, ia pasti sulit untuk menyampaikan maksud Allah kepada umat
yang mendengarkan karena sudah membuat pembedaan.
Beberapa umat di kampung Ampera mengatakan cara berkotbah saya sangat berbeda
dengan cara berkotbah para pastor. Mereka katakan “yang seperti ini, boleh”. Mereka
mengatakan demikian karena saya tidak pernah membedakan orang kampung atau orang
kota. Semuanya sama dan saya mempersiapkan renungan juga dengan cara yang sama.
Dengan demikian saya bisa mewartakan firman yang menyentuh umat (saya belajar dari Alm.
P. I. Made Miasa Pr. “Sebelum berkotbah, siapkan renungan baik-baik”, kata Almarhum).
Terlebih dari itu, saya biasanya mengajak umat dari pusat paroki untuk melayani umat
stasi Ampera. Misalnya saya dan jajaran dewan stasi memasukkan program kerja kunjungan
kharismatik ke stasi untuk mengenalkan kepada orang-orang stasi apa itu kahrismatik. Kami
membagi tugas. Saya tim pujian dan orang-orang kharismatik yang mempresentasikan apa itu
kharismatik, apa spiritualitasnya dsb (dua kali saya melibatkan kharismatik untuk pelayanan
di stasi). Ketika ada program pelatihan misdinar di stasi Ampera, saya juga membawa
misdinar paroki untuk melatih anak-anak misdinar stasi Ampera. Ketika ada program kerja
mengenai pembinaan OMK stasi, saya mengajak OMK pusat paroki untuk mempresentasikan
tentang apa itu OMK dan peranan OMK dalam Gereja dan masyarakat. Ketika ada
pembinaan lanjutan kepada OMK stasi, saya mengajak OMK pusat paroki lagi untuk
mensharingkan pengalaman mereka, suka duka dalam membangun OMK di pusat paroki.
Ketika ada pembangunan Gereja ketiga di stasi yang kekurangan dana, saya
berinitiatif untuk mencari dana di Face Book untuk melibatkan banyak orang untuk
berpatisipasi dan membuka rekening Gereja Ampera (sudah dikonsultasikan dengan pastor
pembimbing. Hasil yang didapat cukup besar yakni 19 juta). Postingan foto-foto stasi
Ampera dilihat oleh adik dari bapak Bupati yakni ibu Imeda Tambonop selaku bendahara
Bupati. Dia pun menawarkan diri untuk melihat keadaan nyata dari stasi dan saya
mengajaknya ke stasi. Alhasil, stasi Ampera mendapat bantuan sebesar 100 Juta dari
pemerintah dan bantuan itu berkala (tunggu bukti fisik ada, baru bantuan lain akan datang).
Saya melibatkan siapapun baik yang ada di kampung atau di kota demi pewartaan.
Bagaimanakah frater melibatkan diri dalam pewartaan Injil bagi masyarakat luas,
golongan agama lain, dan kelompok-kelompok dalam masyarakat?
Saya bersyukur pada Tuhan sebab saya banyak memimpin ibadat Oikumene di Tanah
Merah. Kelompok-kelompok Oikumene dalam masyarakat yang pernah saya layani adalah
kelompok Sa’dan (Toraja), Batak, flores, Kawanua (Manado), kelompok ibu-ibu tentara
(kompleks KODIM), kelompok pekerja bank BRI, kelompok kerja bank Papua, dan PGRI
Boven Digoel. Di dalam kelompok-kelompok itu terkumpullah umat dari berbagai Gereja
misalnya Gereja Katolik, Protestan, Advent, dan Pentakosta. Saya melayani mereka dalam
pewartaan Injil ketika Gereja Katolik mendapat giliran. Jika ada bacaan yang menjelaskan
tentang ajaran Gereja misalnya tentang Bunda Maria, maka saya menjelaskan secara
mendetail supaya umat yang berbeda Gereja juga mengerti dan memahami, mengapa Gereja
Katolik memperlakukan Bunda Maria seperti demikian.
123
Saya juga sering mengikuti pertemuan resmi yang mengumpulkan tokoh-tokoh adat,
tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama (Islam, Protestan, Katolik, Advent,
Pentakosta). Karena bapak Bupati adalah seorang yang Katolik, maka tokoh agama Katolik
yang sering kali membuka dengan doa dan menutup dengan doa pula. Saya sering kali berdoa
di hadapan publik secara Katolik. Dengan demikian sayapun ikut pewartaan kepada
masyarakat yang lebih luas.
Pembinaan sakramen baptis dan pernikahan juga mendorong saya untuk mewartakan
Injil bagi golongan agama lain. Ada yang beragama Islam dan hendak menikah. Ia mau
masuk menjadi Katolik. Saya pun dipercayakan untuk memberikan pembinaan sakramen
baptis kepadanya. Saya menjelaskan benang merah keselamatan dari PL sampai PB sehingga
ia mengerti. Saya juga memberikan pembinaan sakramen pernikahan bagi calon pasangan
yang berbeda Gereja. Kesempatan bagi saya untuk mewartakan Injil kepada mereka yang
berbeda Gereja.
Tanda-tanda manakah yang memperlihatkan adanya minat dalam diri frater untuk
mempelajari budaya, kultur, situasi-kondisi setempat dan masyarakat demi suatu
pewartaan yang baik dan mengena?
Sewaktu datang pertama kali di Tanah Merah, saya banyak bertanya dan menerima
masukan dari para senior yang sudah lama di sini. Mempelajari gaya orang suku Muyu,
Mandobo dan Awuyu. Jika tidak mengerti biasanya saya bertanya lagi. Pernah ketika saya
memimpin ibadat di stasi Patriot yang bersuku Mandobo, saya belajar sedikit bahasa mereka
misalnya Angge (anjing), Au (babi).
Ketika turun ke stasi Ampera, saya bertemu dengan orang yang mayoritas bersuku
Awuyu. Mereka mempunyai karakter yang sangat berbeda dengan suku Muyu dan Mandobo.
Mereka lebih cuek dan tidak pusing dengan pendatang dan keras kepala (hal ini juga yang
dirasakan oleh umat paroki ketika mereka membeli ikan pada orang Ampera. Keras pada
pendirian dan tidak mau turun harga). Saya sempat belajar bahasa Awuyu sedikit misalnya
nato (bapak), napi (ibu), nosban (anak cewek), namu (anak cowok), peyo (kelapa),
Sembahyang muhu (mari kita sembahyang), wihayo (babi putih). Saya juga meminta ketua
stasi untuk mengambar orang suku Awuyu berpakaian adat beserta asesorisnya yang lengkap.
Setelah digambar, saya mulai bertanya misalnya apa maksud mahkota burung Cendrawasih
(kepala suku), apa maksud dari tusuk hidung saja dan ada yang ditusuk hidungnya namun
diatasnya ada kuku burung (yang dengan kuku burung berarti ia sangat galak, biasa
berperang), mengapa ada hiasan rumah siput diikat pinggang (diberi penghargaan karena
124
sudah bekerja dengan baik), dan kalung taring babi (orang yang sangat berjasa sekali
sehingga diberi kalung taring babi), cawat (celana yang wajib dipakai semua suku), serta
motif hiasan di badan (motif hiasan di badan yang membedakan suku Awuyu dengan suku
yang lain, begitu pun dengan tombak dan perisai).
Lebih dari itu, saya lebih fokus pada menganalisis karakter orang Awuyu. Jika
mendapat pemahaman maka saya tanyakan kepada ketua stasi apakah betul hasil analisis
saya. Saya melakukan itu supaya saya sungguh mengerti situasi konkret mereka sehingga
proyek pastoral yang dijalankan bisa tepat sasaran dan mengena di hati umat. Misalnya
sewaktu saya datang pertama dan kedua, umat sedikit yang datang ke Gereja, saya bertanya
kenapa ini? Ternyata orang Awuyu itu mesti diundang ketika sembahyang. Maka dari itu
dicarilah cara untuk memanggil mereka dengan kentongan bambu dan berteriak “sembahyang
Muhu”. Alhasil, Gereja pun penuh.
Analisis situasi yang dihidupi umat itu penting dalam membawakan kotbah sehingga
berkotbah dapat tepat sasaran sesuai dengan kondisi umat. Berapa kali ketika saya berkotbah
umat Ampera mengatakan “betul, betul”. Bisa sampai demikian karena saya menganalisis
situasi konkret setempat.
Seperti yang saya katakan, orang Awuyu perlu diundang jika ingin mereka
sembahyang. Pada hari Minggu ketika saya ada di stasi, saya bangun jam 6 pagi bertepatan
dengan lonceng angelus. Setelah itu, saya dan ketua dewan stasi kadang dengan ketua
lingkungan, kami berkeliling kampung untuk mengundang umat untuk sembahyang. Saya
pukul kentongan bambu dan ketua dewan yang berteriak “sembahyang muhu”. Atau
sebaliknya. Saya yang berteriak dan ketua stasi yang memukul kentongan bambu. Karena hal
ini saya mendapat julukan dari umat sebagai pastor Belanda.
Pastor Belanda juga memakai cara yang sama. Jika saya tidak sempat, saya libatkan
OMK untuk memukul kentongan dan mengundang umat. Saya melibatkan umat agar
berpatisipasi dalam mengundang umat yang lain untuk sembahyang. Sekarang di stasi
Ampera sudah ada doa angelus jam 6, jam 12, dan jam 18.00 WIT. Saya mengajarkan mereka
cara memukul lonceng jam angelus (seperti di biara MSC Pineleng). Saya melibatkan mereka
untuk memukul lonceng angelus. Jika saya tidak ada, mereka yang memukul. Jika saya ada di
stasi, kadang mereka pukul,
kadang saya yang pukul lonceng.
Yang penting semua bisa berdoa.
Ketua stasi dan ketua-ketua
lingkungan mensosialisasikan
kebiasaan berdoa angelus pada
masyarakat Ampera. Ada dari
mereka yang marah bila ketika
lonceng Angelus dibunyikan namun orang berjalan saja. Mereka berteriak: “Berhenti di
tempat dan berdoa 3 kali salam Maria!”. Saya yang melihat kejadian itu hanya bersyukur
bahwa Tuhan memang bekerja. Doa Angelus saya siapkan dari Tanah Merah dan saya
melibatkan ketua-ketua lingkungan untuk membagikan doa angelus itu.
Beberapa kali saya membawa kelompok kategorial paroki misalnya Kharismatik,
Misdinar, dan OMK. Ketika menjelaskan apa itu Kharismatik, orang-orang kharismatik yang
menjelaskan bukan saya. Ketika melatih misdinar stasi, pembina misdinar pusat paroki yang
mengajarkan hal itu. Ketika pemberian materi kepada OMK stasi, kami berbagi tugas dengan
OMK pusat paroki (sesi satu adalah saya, sesi dua dan tiga adalah dari OMK pusat paroki
sendiri).
Sekarang di stasi Ampera sudah ada doa di lingkungan rohani masing-masing. Ketua-
ketua lingkungan yang memimpin doa di lingkungan masing-masing dan bukan saya. Saya
hanya mempersiapkan mereka saja dan melatih mereka (kaderisasi) memimpin ibadat dan
126
membuat renungan yang baik (saya menyiapkan tata cara ibadat di luar Gereja). Saya hanya
datang mengunjungi lingkungan-lingkungan rohani secara bergiliran dan datang mengikuti
ibadat yang dipimpin oleh ketua lingkungan. Sampai sekarang doa di lingkungan-lingkungan
rohani masih jalan karena saya melibatkan ketua-ketua lingkungan untuk mengambil bagian
dalam pewartaan.
Ketika memberikan rekoleksi anak sekolah dan misdinar, saya biasanya melibatkan
suster KYM atau suster PBHK untuk membantu saya dalam memberikan rekoleksi. Untuk
rekolesi anak Misdinar, biasanya ada uji mental dan out bond. Saya melibatkan banyak anak
OMK dalam uji mental untuk menjaga pos-pos yang harus dilewati oleh anak-anak misdinar.
Sedangkan untuk out bond, saya juga melibatkan OMK untuk membantu saya dalam
mempersiapkan apa yang diperlukan serta menjaga pos-pos out bond. Saya sadar jika saya
sebagai pemimpin namun bekerja sendirian, saya akan kesulitan dan susah sendiri.
Melibatkan orang lain dalam karya membuat saya bisa memberikan kepercayaan kepada
orang lain.
Tanda-tanda manakah kelihatan dalam diri frater adanya semangat dan kerelaan untuk
menjadi pemimpin yang melayani kebutuhan umat berdasarkan nilai-nilai Injil Kristus
dan spiritualitas serta kharisma tarekat?
Berbicara mengenai tanda-tanda berarti berbicara mengenai pengalaman. Saya
menghidupi sikap-sikap Yesus dalam Injil dan spiritualitas tarekat. Dikatakan dalam Injil,
ketika Yesus melihat banyak orang mengikuti Dia maka tergeraklah hatiNya oleh belas
kasihan lalu Ia melayani mereka, makanpun Yesus tidak sempat.
Ketika pulang dari sekolah pada siang hari, belum melepas baju dan beristirahat,
pastor pembimbing meminta kesediaan saya untuk memberkati jenazah. Saya katakan “bisa
pastor”. Saya langsung ganti baju toga dan pergi bersama bapak yang membutuhkan
pelayanan tanpa makan terlebih dahulu. Setelah pemberkatan jenazah saya pulang ke rumah
pastoran. Ketika hendak beristirahat, tiba-tiba ada yang datang lagi minta pemberkatan
jenazah. Saya bingung dan saya katakan yang tadi itu sudah. Lalu ibu ini mengatakan yang
ini beda frater. Lalu saya pergi lagi ke tempat duka di rumah yang berbeda. Memberkati
jenazah lalu saya pulang kembali. Setelah itu baru beristirahat dan makan. Setelah itu saya
memberitahukan kepada pastor pembimbing, ada satu lagi minta pemberkatan jenazah dan
pastor terkejut. Bahkan ada yang langsung minta ibadat 3 hari pada malam harinya. Setelah
memberkati jenazah dan mengantar sampai di pekuburan, saya pun memimpin lagi pada
ibadat 3 hari pada malam hari.
127
Ketika baru pulang dari stasi Ampera bahkan belum mandi, baju-baju kotor belum
dikeluarkan dari tas, sudah ada yang meminta pemberkatan jenazah. Saya katakan “iya saya
bisa”. Waktu itu pastor pembimbing sedang melayani dalam Ekaristi sakramen pernikahan.
Saya langsung pergi dan memberkati jenazah. Setelah pulang saya baru menceritakan kepada
pastor pembimbing.
Beberapa kali seperti ini,
baru pulang dari sekolah siang
hari, belum istirahat dan makan
langsung diminta kesediaan untuk
memberkati jenazah oleh
pembimbing pastoral. Saya
katakan saya bisa dan langsung
pergi. Bahkan ketika sudah selesai mengajar di sekolah pun dan belum pulang ke rumah,
sudah ada yang jemput di sekolah untuk pemberkatan jenazah dan saya langsung pergi ke
tempat duka. Capek memang namun saya tetap semangat karena saya menghidupi semangat
Injili dan spiritualitas tarekat yakni spiritaulitas hati, mudah tergerak oleh belas kasihan bagi
siapapun yang membutuhkan pelayanan. Saya menjawab melalui cerita pengalaman agar
lebih mudah.
Sejauh mana frater memiliki ketersediaan diri bagi pelayanan kepada orang lain/umat?
Apapun tawaran pelayanan yang ditawarkan kepada saya, jika tidak bertabrakan
dengan jadwal ke stasi Ampera, saya katakan bisa. Seperti yang saya katakan, saya banyak
memimpin ibadat, dari ibadat kematian sampai dengan ibadat syukur. Kelompok-kelompok
kategorial yang membutuhkan bantuan saya, saya katakan saya siap. Seksi-seksi dalam
dewan paroki misalnya seksi sosial membutuhkan saya untuk membawa sakramen
Mahakudus bagi yang ada di RUTAN, saya katakan siap. Kelompok AKC yang senantiasa
membutuhkan saya untuk membawa sakramen Mahakudus untuk orang sakit dan pelayanan
untuk Hora Sancta, saya katakan siap. Apalagi kelompok kharismatik dan misdinar, semua
saya katakan siap. Lingkungan-lingkungan rohani yang membutuhkan pelayanan saya
misalnya ibadat pemakaman sampai dengan ibadat syukur atau katakese, saya katakan siap.
Prinsip saya adalah jika ada yang membutuhkan bantuan dan tidak bertabrakan dengan
jadwal yang dibuat untuk ke stasi Ampera, saya katakan siap.
128
Ibadat Oikumene dari kelompok masyarakat yang ada di Boven Digoel, ketika mereka
meminta bantuan saya, saya katakan siap. Untuk itulah saya dipersiapkan selama bertahun-
tahun untuk melayani dan bukan dilayani. Untuk itulah saya melewati proses retret agung
untuk menginternalisasikan sikap-sikap Yesus dalam pelayanan saya. Untuk itulah saya
belajar Kitab Suci, teologi, Dogma, dan filsafat untuk melayani umat yang membutuhkan.
Ilmu yang telah diberikan kepada saya tidak mungkin saya sembunyikan untuk saya sendiri.
Sudah saatnya saya bagikan dalam pelayanan saya. Allah telah mempercayakan pelayanan ini
kepada saya. Sebagai rasa syukur saya kepadaNya, saya menjawab pelayanan yang
ditawarkan kepada saya.
Atas cara bagaimana frater menunjukkan semangat pengorbanan diri dalam tugas dan
karya pelayanan secara nyata?
Ketika mengatakan iya pada suatu pelayanan, pasti ada pengorbanan. Pengorbanan
untuk menyusun ibadat supaya hidup dan menarik tanpa lepas dari bingkai tata cara liturgi
yang telah ditetapkan oleh KWI. Menyusun kotbah sehari sebelumnya. Mencari ide-ide yang
sesuai dengan kebutuhan konkret agar khotbah bisa mengena di hati umat. Ketika menerima
tawaran untuk katakese, berkorban untuk membaca buku lagi, belajar lagi, mencari data-data
informasi di Warnet untuk memperkaya materi katakese bahkan sampai malam. Ketika
mendapat tawaran untuk memberikan rekoleksi juga mendorong saya untuk membuka buku
lagi, belajar lagi, mencari data-data di internet supaya bahan rekoleksi menjadi kaya.
Ketika pulang dari sekolah dan tiba-tiba ada yang minta untuk ibadat pemberkatan
jenazah, tanpa istirahat dulu dan makan dulu langsung pergi untuk memberkati jenazah. Saya
tidak katakan “saya istirahat dulu ya atau saya makan dulu ya”, tidak. Saya langsung jalan
demi melayani mereka yang membutuhkan pelayanan. Ketika pulang dari pemberkatan dan
hendak istirahat lagi, tiba-tiba orang datang untuk ibadat pemberkatan jenazah lagi, saya tidak
katakan “saya istirahat dulu karena habis pulang pemberkatan jenazah atau saya makan dulu
sebab saya belum makan tadi”. Saya langsung ganti baju dan langsung pergi lagi untuk
memberkati jenazah.
Saya mengajar cukup padat di SMA St. Yoseph Tanah Merah dari pagi hingga hampir
sore. Waktu sore bagi saya untuk sedikit santai dan untuk mempersiapkan bahan untuk esok
atau memeriksa hasil ujian anak-anak sekolah. Namun karena permintaan pelayanan yang
kadang-kadang mendadak, saya korbankan waktu untuk sedikit beristirahat dan langsung
pergi untuk melayani. Pulang sudah malam dan saya baru mempersiapkan bahan mengajar
untuk esok. Pernah ketika pastor pembimbing tidak ada ditempat, ibadat 40 hari terjadi
129
berturut-turut. Semua saya ambil alih. Pulang sekolah langsung siapkan bahan renungan
sampai sore hari. Masuk jam 18.00 WIT, saya pergi melayani permintaan ibadat 40 hari.
Hampir setiap hari pada bulan Agustus. Saya korbankan waktu bagi saya sebagai guru untuk
istirahat dan menyiapkan bahan mengajar atau memeriksa hasil ujian anak-anak sekolah, saya
pergi untuk melayani.
Proyek Pastoral saya adalah mengembalakan umat stasi Ampera. Saya melihat stasi
Ampera tidak mempunyai logo, tidak mempunyai cap stasi dan tidak ada lagu wajib yang
mempersatukan mereka. Pada suatu kesempatan ketika saya duduk merenung di Gereja pusat
Paroki, ide untuk membuat logo dan lagu wajib stasi Ampera muncul. Segera saya mulai
menggambar logo itu berdasarkan ciri khas stasi Ampera yakni Yohanes Pemandi. Akhirnya
logo itu tercipta dan sudah saya presentasikan di depan umat dan umat menerimanya. Dari
logo itu saya membuat cap stasi. Lagu wajib stasi
Ampera tercipta berdekatan dengan terciptanya logo
stasi Ampera. Lagu itu saya perdengarkan kepada
umat stasi Ampera dan mereka suka. Bahkan kami
(saya dan tim kerja saya) memasukkan lomba Vokal
grup dan solo lagu wajib stasi Ampera ini. Saya
katakan lagu ini untuk mempersatukan umat dan doa
umat kepada santo pelindung stasi. Lagu wajib itu
dinyanyikan pertama kali oleh OMK ketika ada
peristiwa pemberkatan 11 pasangan dalam sakramen
pernikahan dan 33 anak yang dibaptis. Semuanya
menyanyi dan hafal lagu itu. Seterusnya ketika
masuk natal pagi dan ramah tamah bersama umat,
kami menyanyikan sama-sama lagu wajib itu. Saya bersyukur bahwa saya mencipta tidak sia-
sia. Saya juga berinitiatif untuk mencetak dua baliho besar yang berisi doa Pater Noster dan
Credo. Dua baliho itu tergantung di depan altar supaya umat gampang untuk mendoakannya.
Saya juga berinitiatif untuk mengadakan tempat air suci. Namun tempat air suci cukup mahal.
Lalu ada ide dari saya untuk membuat tempat air suci dari tempurung kelapa yang diamplas
bagus serta divernis. Saya
mengutarakan ide itu kepada
bapak ketua stasi dengan
menggambar desainnya. Saya
membelikan skrup, kuas, vernis
dan amplas dan bapak ketua
stasi yang kebetulan adalah
juga tukang, ia yang
membuatnya. Sekarang di stasi Ampera sudah ada tempat air suci yang unik dari tempurung
kelapa dengan tanda salib di tengah-tengah tempurung itu.
131
Saya juga mencipta logo SMA St. Yoseph Tanah Merah. Untuk lagu mars dan Hymne
sudah diciptakan oleh Fr. Carol MSC. Namun logo SMA St. Yoseph belum ada. Saya lalu
menciptakan logo itu dan sudah dilaunching ketika dalam acara pembukaan tahun ajaran
genap 2016/2017. Kata kepala sekolah untuk sementara waktu memakai logo ini dulu untuk
pengurusan surat ini dan itu. Mungkin nanti ada masukan atau perubahan demi
menyempurnakan logo itu. Saya sadar bahwa bakat dan talenta harus selalu dikembangkan
bahkan dibagikan sehingga nanti yang Empunya talenta meminta kembali, saya bisa
membawa kepadaNya beratus-ratus kali lipat.
memberdayakan OMK untuk kegiatan katakese. Sekarang mereka yang memasang komputer
yang dihubungkan ke LCD yang saya bawa dari pusat paroki dan membereskanya setelah
rekreasi malam bersama.
Saya juga memberdayakan umat untuk memukul lonceng Angelus pada jam-jam
Angelus. Ada seorang bapak yang selalu rutin dan rajin dalam memukul lonceng Angelus
yakni bapak Yan, ketua lingkungan II. Ada juga yang sebagai polisi di jalan. Jika ada doa
Angelus dan orang-orang berjalan seenaknya, biasanya polisi inilah yang marah dan
menyuruh mereka berhenti berjalan dan sembahyang. Saya mengerakkan ketua staasi, ketua
lingkungan, dan OMK untuk membantu saya dalam mengundang umat pada hari Minggu
untuk masuk dalam Gereja. Ketika ada katakese umat, OMK atau jajaran stasi yang pergi
memukul lonceng dan memanggil umat agar kumpul di balai desa. Ada lomba ini dan itu,
mereka yang menyiapkannya dengan baik. Saya sadar bahwa perlu memberdayakan umat
supaya nanti setelah saya pergi mereka pun bisa melakukannya sendiri.
Sejauh mana frater memiliki kerelaan dan keterbukaan untuk melayani masyarakat luas,
dan tidak terbatas pada Gereja sendiri semata?
Saya mengajar di SMA St. Yoseph Tanah Merah. Siswa-siswi yang saya ajari berasal
dari berbagai Agama misalnya dari Katolik, Islam, Protestan, Pentakosta. Saya mengajar
mereka semua dengan baik dan tidak pernah mau menyinggung salah satu agamapun supaya
semuanya berjalan dengan lancar. Saya dekat dengan murid saya yang beragama Islam
maupun dari Protestan dan Pentakosta. Saya melayani mereka dengan tulus hati tanpa
memandang mereka dari Katolik atau dari Islam. Semuanya sama bagi saya. Ketika pelajaran
saya di sekolah, maka akademiklah yang dibicarakan dan bukan agama.
Seperti yang saya katakan, saya sering mengikuti forum resmi yang melibatkan
banyak agama entah forum itu diselenggarakan oleh pihak kepolisian atau dari pihak
pemerintah daerah. Jika diminta untuk pelayanan doa dalam forum resmi, saya siap untuk
melayani.
Saya pun beberapa kali mengisi renungan di RRI Boven Digoel Tanah Merah. Saya
tahu yang mendengarkan renungan saya itu pasti bukanlah orang Katolik saja melainkan juga
orang-orang Protestan dan Pentakosta. Apalagi ketika mereka tahu jika seorang pastor atau
frater atau suster yang mengisi renungan, tentu mereka juga akan mendengarkannya.
Mungkin mereka juga ingin belajar teologinya atau cara mengupas Kitab Suci. Ketika diberi
tawaran untuk mengisi renungan di RRI Boven Digoel, biasanya saya katakan saya mau dan
saya akan menyiapkan dengan sangat baik.
133
Ketika diminta untuk mengikuti rapat persatuan Oikumene Boven Digeol untuk
membicarakan pemberantasan buta aksara di kabupaten Boven Digoel, saya mengatakan siap
dan saya laksanakan. Melayani umat dari Gereja lain untuk membawakan firman dalam
ibadat Oikumene juga sering saya lakukan. Bagi saya pelayanan itu tidak perlu tergantung
pada Gereja sendiri. Memang saya tidak berfokus pada pelayanan di Gereja yang lain.
Namun jika ada yang membutuhkan pelayanan meskipun terkumpulnya umat dari Gereja lain
maupun dari agama lain, saya akan melaksanakannya.
NILAI PENGORBANAN
Di dalam ketaatan pasti ada pengorbanan. Saya membaca sejarah misi dari Gereja
Katolik Irian Barat yang diterbitkan oleh pusat Katolik Jaya Pura. Di situ saya melihat
134
banyaknya pengorbanan yang dilakukan oleh para misionaris Belanda. Suka tidak suka,
mereka pergi ke Papua bahkan ada yang meninggal karena penyakit.
Hal itu juga yang saya renungkan ketika merenung pada jam kerahiman Ilahi tepat
jam 15.00 WIT. Konsekuensi dari ketaatan Yesus atas kehendak Bapa adalah
pengorbananNya di atas kayu salib.
Ketika berangkat untuk bertugas secara resmi menggembalakan umat stasi Ampera,
saya sadar akan konsekuensi ketaatan saya. Saya harus berkorban. Berkorban waktu untuk
mengunjungi mereka. Menunggu speed motor yang cukup lama untuk berangkat ke kampung
Ampera. Tunggu jam 13.30 dan berangkat bisa hampir jam 15.00 WIT. Berkorban pikiran
dan tenaga untuk mencari cara supaya bisa mendekati mereka dan masuk ke dalam mereka
serta menyusun program yang tepat sasaran bersama mereka. Berkorban untuk
mendengarkan keluh kesah mereka serta curhat dari mereka. Berkorban uang untuk membeli
solar ketika hendak mengadakan katakese bila umat kampung tidak mempunyai uang untuk
membeli solar. Berkorban uang lagi untuk membeli hadiah bagi anak-anak SEKAMI yang
juara mewarnai gambar Yesus. Berkorban untuk memanggil mereka/mengundang mereka
untuk masuk dalam Gereja agar sembahyang. Berkorban perasaan. Jika mengikuti perasaan
ini, maka akan banyak sakit hati dan kecewa melihat sebagian dari sikap umat yang begitu-
begitu saja dan tidak ada perubahan meskipun sudah diberikan katakese dan berbagai
pemahaman. Sama seperti saya katakan, untuk di Papua jangan mencari keberhasilan. Namun
jika masih tetap bertahan dan tetap melayani mereka meskipun perasaan kecewa ada melihat
kelakuan mereka, itu yang penting. Biarkan benih iman itu tetap ditaburkan dan biarlah Allah
yang mengusahakan pertumbuhannya. Dan masih banyak pengorbanan yang lain (misalnya
sendirian di pastoran stasi yang tidak ada lampu, makan sendirian dll).
Untuk pelayanan di pusat paroki juga memerlukan pengorbanan akibat dari ketaatan.
Ketika saya mengatakan saya bisa atas tawaran dari pastor pembimbing untuk pemberkatan
jenazah secara tiba-tiba, saya harus berkorban untuk tidak istirahat sesudah pulang mengajar
dan tidak makan (padahal mengajar anak Papua itu lebih menguras tenaga karena mereka
agak lambat mengerti). Tunggu semuanya selesai baru saya pulang untuk istirahat dan
makan. Begitu juga dengan ibadat-ibadat yang lain. Pasti ada pengorbanan untuk menyusun
liturgi dan membuat renungan yang bagus. Apalagi jika renungannya didahului dengan video
pendek. Tentu harus ekstra bekerja lebih dan semua itu demi kelancaran dalam pewartaan.
Memberikan katakese dan rekoleksi tentu harus banyak berkorban yakni mencari data dan
belajar kembali. Mencari cara supaya rekoleksi bisa berjalan dengan baik dan lancar.
135
NILAI KREATIVITAS
Membaca situasi konkret masyarakat yang dilayani itu penting sehingga bisa
membuat suatu pelayanan yang hidup, kreatif dan tidak monoton. Seringkali dalam kotbah
saya, saya menghubungkan hasil analisis Kitab Suci dengan situasi kongkret di umat baik di
stasi Ampera maupun di pusat paroki. Untuk itulah kotbah banyak mengena di hati umat.
Kadang di dalam kotbah saya mengajak umat menyanyikan lagu yang berkaitan
dengan kotbah saya. Kadang saya membawa gambar untuk menjelaskan lebih mudah dalam
kotbah saya. Kadang saya memakai cara praktek langsung untuk kotbah saya (misalnya saya
menggunakan botol Aqua yang diisi air sedikit namun dipegang lama. Tentu capek dan itu
adalah perumpamaan jika orang terus menyimpan dosa). Semua pelayanan dibuat sekreatif
mungkin sehingga ibadat dan kotbah menjadi hidup
Melihat apa yang kurang dalam stasi dan umat yang ada di pusat paroki misalnya logo
kelompok atau logo Gereja. Berinitiatif dan kreatif untuk membuat logo Gereja dan logo
kelompok kategorial. Membuat lagu wajib bagi stasi Ampera sebagai lagu yang
mempersatukan mereka. Nilai kreativitas banyak berkembang dalam pastoral.
NILAI PELAYANAN
Ketika berpastoral di paroki Hati Kudus Tanah Merah dan menjalankan proyek
pastoral di stasi Ampera membuat waktu saya diisi padat dengan pelayanan. Di pusat paroki
hampir setiap hari ada pelayanan. Entah di kelompok kategorial, katakese lingkungan, ibadat
ini dan itu. Sampai di stasi Ampera sendiri sudah padat dengan program-program yang harus
dijalankan.
Saya merasa bersyukur bahwa nilai pelayanan dalam diri saya sangat berkembang
drastis dan menuju pada titik yang tidak memikirkan diri sendiri lagi yang penting orang lain
terlebih dahulu dilayani. Nilai pelayanan yang bertumbuh dalam diri, tanpa memandang tua
maupun muda, kaya atau miskin. Semua saya layani demi pengabdiaan saya bagi Allah yang
terlebih dahulu melayani saya.
Setiap orang yang meminta pelayanan ataupun tawaran dari pastor pembimbing, saya
iyakan. Jika saya bisa, saya akan pergi untuk melayani.
NILAI KESIAPSEDIAAN
Nilai kesiapsediaan bertumbuh bersamaan dengan nilai ketaatan. Jika nilai ketaatan
ada kesan bahwa ada yang lebih tinggi untuk memerintah, namun nilai kesiapsediaan menjadi
136
penetral. Saya siap sedia selalu untuk melayani bukan untuk dinilai oleh pembimbing bahwa
frater ini taat, bukan. Namun saya selalu siap sedia melaksanakan apa yang ditugaskan
kepada saya karena pengalaman cinta kasih Allah yang telah menyentuh saya lewat berbagai
pengalaman dalam hidup.
Allah sendiri siap sedia mendengarkan doa-doa saya, jadi saya harus siap sedia juga
untuk melayani siapapun yang membutuhkan. Saya bisa jadi frater dan pastoral di Tanah
Merah bukan karena kuat, hebat dan gagah saya. Semua karena Ia yang telah menempatkan
saya di sini untuk menunjukkan belas kasih Allah kepada umat yang saya layani. Seperti
Yesus yang selalu siap sedia untuk melayani, maka sayapun harus mengikuti teladanNya.
NILAI KEHENINGAN
Kesibukan yang padat membuat diri ini bisa stress dan tertekan. Maka dari itu, perlu
waktu untuk hening agar menimba kekuatan dari Dia yang mengutus. Nilai keheningan
semakin meningkat dalam pastoral. Saya sering kali mencari waktu duduk di dalam Gereja
untuk berdoa dan hening. Dalam kehehingan itu saya merasa Allah menyertai saya dan
merestui apa yang telah saya kerjakan. Membuat renungan pun saya lebih memilih di Gereja
daripada di kamar sebab ketika membuat renungan dalam Gereja, saya merasa lebih tenang,
hening, sunyi sehingga saya bisa menganalisis dengan baik bahkan seperti mendengar Roh
yang berbicara pada saya.
Ketika menjalankan proyek pastoral di stasi Ampera pun demikian. Saya sering kali
mengambil waktu untuk hening di dalam Greja, memohon petunjuk dariNya agar dapat
menggembalakan umat yang ada di stasi Ampera dengan baik. Keheningan sangat
dibutuhkan ketika hidup dipadati dengan berbagai kesibukan. Ketika hening itulah saya
beristirahat sejenak, mengumpulkan kekuatan yang baru sehingga dapat melihat dengan jelas
situasi umat dan dapat semangat lagi melayani umat.
NILAI KESETIAAN
Kesetiaan sungguh diuji dalam menjalankan proyek pastoral di stasi Ampera. Telah
mengusahakan banyak hal, memberi masukan banyak hal, berusaha memenuhi kebutuhan
mereka yakni iman sehingga diadakan berbagai ketakese serta pendampingan serta pelatihan,
namun kadang melihat sebagian umat stasi Ampera begitu-begitu saja bahkan menunjukkan
sikap seperti orang yang tidak pernah dikunjungi oleh para misionaris Belanda saja. Seperti
yang saya katakan, jika mengikuti perasaan maka akan banyak mengalami kekecewaan.
137
Namun jika menghidupi pelayanan dengan penuh kesetiaan, meskipun keadaan umat
sebagian tidak berubah sama sekali, tetap setia menjalankan tugas perutusan sampai selesai.
Tetap setia menaburkan benih iman dan biarkanlah Allah sendiri yang akan
menumbuhkannya.
Kesetiaan penting dalam tugas perutusan. Dengan setia maka bisa menghindarkan diri
dari berbagai godaan yang siap menghadang.
NILAI KEBERSAMAAN
Saya sungguh menyadari bahwa kebersamaan itu menguatkan satu sama lain. Untuk
itulah saya sering kali mengumpulkan jajaran dewan stasi untuk berkumpul di pastoran stasi
Ampera. Kami bercerita, kami saling bertukar informasi baik yang ada di kampung maupun
yang ada di pusat paroki. Kehadiran dari jajaran dewan stasipun menguatkan panggilan saya.
138
Begitupun juga ketika berada di pusat paroki. Saya sungguh merasakan nilai
kebersamaan itu sangat penting. Maka dari itu, P. Jhems MSC sering menasehati saya bahwa
kebersamaan itu penting. Datang duduk mungkin hanya bercerita, itu sudah saling
menguatkan panggilan dan konfrater. Saya menyadari hal itu dan saya berusaha terus untuk
menghidupi nilai ini.
7. PENUTUP
139
Demikian laporan akhir pastoral ini saya buat dengan segenap hati saya, dengan
segenap waktu, dengan segenap pikiran dan dengan segenap tenaga saya sambil berpedoman
pada petunjuk dalam membuat laporan akhir pastoral yang telah diberikan oleh P. Alo
Lerebulan MSC kepada kami seangkatan. Saya telah menjalankan tahun pastoral saya dengan
kesungguhan hati dengan menghidupi ketiga kaul yang telah saya ikrarkan.
Seluruhnya kupersembahkan kepada tarekat MSC yang berkenan mengijinkan saya
untuk berpastoral di paroki Hati Kudus Tanah Merah kabupaten Boven Digoel. Untuk semua
yang terlibat dalam pastoral saya, saya ucapkan banyak terima kasih. Ametur Ubique
Terrarum Cor Iesu Sacratissimum in Aeternum
Mengetahui,
Perjalanan pertama kali ke stasi Ampera dan foto dengan anak-anak Ampera
Sendirian di pastoran stasi dan foto dengan anak-anak misdinar pusat paroki yang
melatih para misdinar stasi Ampera
142
Pelayanan bersama OMK pusat paroki (baju kaos kerah merah) dalam membawakan
materi apa itu OMK dan apa peran OMK dalam Gereja dan masyarakat
juara
143
Sesi pembagian hadiah bagi mereka yang juara dalam lomba cerdas tangkas
Bersama adik Bupati (baju merah Hati Kudus) untuk melihat kondisi Gereja stasi
Ampera. Setelah itu Gereja Ampera mendapat bantuan sebesar 100 juta secara berkala
144
Pelayanan sakramen baptis (33 anak) dan pernikahan (11 pasangan) bersama pastor
Paroki Hati Kudus Tanah Merah
Pelayanan dalam ibadat Hari Minggu Tanpa Imam disertai komuni kudus
Doa peletakan batu pertama untuk memulai proses pembangunan Gereja yang baru
145
Lomba vokal group antar lingkungan dan lomba solo lagu wajib stasi Ampera
“Biarlah Ia semakin besar dan aku semakin kecil”, cipt. Fr. Augustinus Budiman MSC
Pelayanan bersama tim Kharismatik (yang pertama dan kedua) di stasi Ampera
Dalam perjalanan menuju ke stasi Ampera untuk pelayanan (dengan OMK, dengan
Berkotbah dengan semangat Kristus mewartakan Injil kepada umat stasi Ampera
148
Pelayanan dalam katakese iman dan pelayanan dalam Ibadat Hari Minggu Tanpa
Imam
Ramah tamah bersama OMK stasi Ampera dalam pesta Natal 2016
Akrab dengan ketua stasi sebagai partner kerja dan saling bekerja sama dalam
tim “Sembahyang Muhu”
149
Pembagian hadiah bagi yang juara lomba vokal group dan solo pada hari Minggu Natal
Suasana pembagian hadiah bagi adik-adik kecil yang juara solo lagu wajib stasi
Ampera pada hari Minggu Natal 2016 dan foto bersama mereka yang juara
150
Ibadat lepas sambut tahun baru 2016 di sekolah SMK N1 dan SMP N 2 Boven Digoel
Membantu koor Kharismatik dengan mengiringi gitar dalam Misa Hari Minggu di
pusat paroki Hati Kudus Tanah Merah
151
Membina para Misdinar Hati Kudus dan memberikan rekoleksi kepada mereka
152
Ikut perarakan patung Hati Kudus Yesus mengelilingi kota Tanah Merah
Bersama anak-anak murid SMA St. Yoseph Tanah Merah dalam ujian praktek English
Conversation
LOGO-
LOGO
YANG
PERNAH
DIBUAT
SELAMA
TAHUN
PASTORAL
Logo SMA St. Yoseph Tanah Merah Logo PDKK Hati Kudus Tanah Merah
d a7 g
Santo Yohanes Pemandi
Em d a7
Pelindung stasi kami
Em d a7
Engkau rendah hati
Em d a7
Menyiapkan jalan bagi Almasih
D a7 g
Engkau meninggalkan duniawi
Em d a7
Masuk dalam hening batin
Em d a7
Mempertobatkan banyak orang
Em d a7
158
Desember 2015
Aku berangkat dari Manado tanggal 22 Desember 2015 dengan pesawat Lion Air jam
14.45 WITA ke Makasar terlebih dahulu untuk transit. Sampai di Makasar jam 17.30
WITA dan dijemput oleh P. Rony Dahua beserta satu om dan satu tante. Kami
istirahat di pastoran Mamajang. Kami berangkat lagi ke Merauke Tanggal 23
Desember 2015 jam 03.30 WITA subuh (dini hari) dengan pesawat terbang Sriwijaya.
Kami sampai di Merauke jam 08.00 WIT pagi dan dijemput oleh P. Chris Farneubun
MSC dan Br. Marvel MSC. Pagi itu juga kami ketemu Supda P. Sukiswadi MSC dan
P. Hengky MSC. Kami makan pagi bersama. Sorenya jam 16.00 kami jalan-jalan ke
daerah Kuper dan membawa pulang banyak mangga. Assssyik.
Tanggal 24 Desember 2015 saya memberikan surat pengantar dari Superior ke Rm.
Sukiswadi. Ia menyuruh kami juga melapor diri ke Bapak Uskup Nicholaus Adi
Seputra MSC. Setelah itu saya dan Yos pergi melapor diri ke Uskup lalu disambut
dengan baik oleh dia. Dia bertanya kepada kami apa yang kami cari apa dengan
masuk MSC. Lalu saya menjawab saya masuk MSC karena ingin memberi sisa hidup
saya pada Tuhan. Saya masuk MSC juga karena saya berdoa pada jam 12 malam.
“Kalo ada lahan kosong apa yang kamu lakukan”, tanya uskup lagi. Saya jawab saya
akan melihat dan menganalisis dulu tanah ini cocok ditanam apa. Jika cocok tanam
jagung (misalnya) maka saya akan menanam jagung. Hasilnya saya bisa pakai sendiri
ataupun dijual. Setelah itu uskup ajak kami membeli pakan ternak untuk bebek-
159
bebeknya. Setelah itu uskup ajak kami melihat komunitas Br. dan Sr. Gembala baik
yang ia bentuk. Setelah itu kami pulang dan uskup ajak kami menjadi asistennya pada
misa malam natal di stasi Kuda Mati jam 19.30 WIT. Kami ikut misa bersama uskup
di stasi Kuda Mati jam 19.30 WIT dan saya bertugas sebagai pembaca Injil.
Tanggal 25 Desember 2015, saya misa di katedral jam 06.30 pagi dipimpin P. Hengki
MSC. Setelah itu saya pulang ke biara MSC Merauke dan rumah sepi. Saya melihat P.
Hengki dan saya bertanya “Pastor mau misa lagi?”. Ia mengatakan ia. Saya lalu
menawarkan diri untuk membantu dia sebagai asistensi juga di Kuda Mati. Saya ikut
bersama dia sebagai asisten dan bertugas membaca Injil, doa umat dan menyusun
piala. Tanggal itu juga kami bersilahturami ke rumah bpk. Benny Bupati Boven
Digoel dan Bupati Merauke serta keluarga-keluarga yang lain.
Tanggal 26-27 Desember tetap biasa. Saya ikut misa pagi 07.30 WIT di Katedral dan
ada misa pengurapan minyak orang sakit. Saya ikut diurapi dan merasa diberkati
Tuhan.
Tanggal 28 kami mulai berangkat ke Asikie dan Tanah Merah dengan menumpang
mobil bapak Hasan. Berangkat jam 14.00 WIT dan sampai jam 19.30 di Asikie. Saya
bertemu P. Yakob, P. De Rooij dan Br. Purwanto serta bermalam di sana.
Tanggal 29 Desember kami mulai melanjutkan perjalanan ke Tanah Merah jam 08.30
WIT. Sampai di sana jam 11.30 WIT dan ketemu P. Jhems MSC, P. Yosep, Br.
Lukas. Kami makan siang dan setelah itu, bapak Hasan lanjut lagi ke Mindiptana.
Tanggal 30 Desember seperti biasa, saya misa di kapel suster KYM jam 06.00 pagi
lalu sarapan pagi dan bercerita dengan mereka. Saya juga ditugaskan pastor untuk
pergi ke sebuah resepsi atas pernikahan Sdr. Okto dan Sdri. Sinah di KODIM jam
17.00 tetapi mulai jam 18.30. Saya pimpin doa pembukaan dan doa makan.
Tanggal 31 Desember saya bangun pagi jam 05.30 lalu jalan pagi. Pulang saya
sarapan sambil cerita-cerita dengan pastor-pastor. Jam 19.00 misa tutup tahun dan
saya menjadi asisten. Ada 3 pastor yang ikut yakni P. Jhems, Yosep, dan Stanis SVD.
Setelah misa P. Stanis memperkenalkan dirinya setelah itu saya memperkenalkan diri
saya dengan mengutip kata-kata St. Paulus ”saya datang bukan dengan kata-kata
indah, tetapi saya datang dengan kuasa dan roh Allah”. Mereka bilang sudah lulus itu,
tetapi saya mesti harus berjuang lagi. Malam tahun baru kami buat acara bakar-bakar
dan main kembang api dengan ketua OMK sdr. Widi yang mirip Budi dan beberapa
OMK.
Januari 2016
Tanggal 1 januari saya saya juga menjadi asisten. Yang pimpin misa P. Yosep.
Setelah itu pada malam harinya saya ikut P. Jhems ke keluarga-keluarga dan maka
malam di keluarga Bpk. Martinus Wagi.
Tanggal 2 Januari kami misa pagi jam 06.00 WIT di gereja yang pimpin pastor Jhems
diikuti tiga orang yakni saya, Ansel, dan Br. Lukas. Rencananya kami mau cari kado
untuk acara natal bersama di Mindiptana tanggal 4-5 Januari 2016. Saya mulai bersih-
bersih kamar.
160
Tanggal 3 Januari adalah hari minggu. Saya asistensi dengan pastor Jhems yang
pimpin misa jam 07.30 WIT. Saya bagi komuni dan setelah itu menyapa umat dan
bersalaman dengan mereka.
Tanggal 4 Januari 2016 adalah tanggal dimana kami akan mengadakan natal bersama
kevikepan Mindiptana. Kami jalan jam 11.30 WITA ke arah Mindiptana. Saya
membawa mobil Rush Toyota sebagai sopir ke arah Mindiptana terlebih dahulu. Saya
membawa Vikep P. Jan Sareta sebagai penunjuk jalan ke arah Mokbiran. Medan yang
agak sulit dengan jembatan-jembatan yang sudah mulai rusak. Namun semua itu dapat
ditempuh dan tiba di Mokbiran jam 17.00 WITA. Misa pembukaan dimulai jam 18.00
WIT yang dipimpin oleh P. Vikep. Setelah itu makan malam dan disambung dengan
acara natal bersama. Dibuka dengan kata sambutan dari P. Vikep dan pemotongan
tumpeng. Setelah itu sharing dari perwakilan tiap-tiap komunitas (ada komunitas
MSC, suster KYM (Kasih Yesus Maria), suster PRR, komunitas para petugas
pastoral). Setelah sharing acara dilanjutkan dengan pertukaran kado. Setelah
pertukaran kado, acara dilanjutkan dengan goyang bersama sampai larut.
Tanggal 5 Januari 2016, kami pulang. Sebelumnya Misa bersama dulu jam 06.30
WIT. Setelah itu diadakan rapat untuk membahas paskah bersama. Setelah itu makan
pagi bersama dan kami pulang sekitar jam 08.30 WITA. Sesampai di komunitas
paroki tanah Merah jam 13.00 WIT.
Tanggal 06 Januari misa pagi bersama di kapel suster KYM jam 06.00 WITA yang
dipimpin oleh P. Yoseph MSC.
Tanggal 7 Januari, aku pimpin ibadat natal bersama dan lepas sambut tahun 2016 di
sekolah SMP N 2, Tanah Merah dengan tema “Hidup Bersama Sebagai Keluarga
Allah” yang dimulai jam 08.00 WIT. Siangnya aku membantu pembersihan kamar P.
Jhems.
Tanggal 08 Januari juga ikut membersihkan kamar P. Jhems. Membantu latihan koor
dari tim Karismatik pada malam hari.
Tanggal 09 Januari saya ikut membersihkan kamar P. Jhems dan membantu latihan
koor karismatik.
Tanggal 10 Januari, membantu tim karismatik untuk koor dengan mengiringi dengan
gitar dan ikut rapat untuk persiapan raker untuk tahun 2016.
Tanggal 14 Januari, saya memimpin ibadat syukur sambut tahun 2016 di SMK N 1,
Tanah Merah pada jam 09.00 WIT dengan tema membangun niat, pengabdian, kerja
sama berlandaskan persaudaraan.
Tanggal 17 Januari, saya asistensi membantu P. Yoseph Jorolan MSC. Setelah misa
saya bersama anggota AKC pergi membawa sakramen untuk orang sakit. Total ada 17
orang.
Pada tanggal 22-23 Januari 2016, saya mengikuti kegiatan RAKER Paroki Hati
Kudus. Saya bertugas di sekretariatan dan membantu seksi acara untuk mencairkan
suasana dalam ice breaking.
Pada tanggal 24 Januari saya pimpin ibadat sabda di stasi Wet mengantikan Pastor
yang bertugas karena pastor-pastor hendak pergi ke Merauke untuk mengikuti retret
161
tahunan. Setelah itu saya pergi membawa sakramen kepada orang sakit hanya di RS
sebanyak 11 orang. Saya berdoa untuk pemberkatan dua mobil, Hi Lux dan truk.
Pada tanggal 25 Januari saya pimpin ibadat di sekretariatan OMK. Rencana untuk
menyusun program kerja. Karena yang datang hanya sedikit orang maka dibatalkan.
Tanggal 26 Januari saya bersama OMK menyusun program kerja mereka. Saya
mengusulkan satu seksi yakni molab melihat akan banyaknya kerja-kerja yang akan
dilakukan OMK.
Tanggal 28 Januari saya mengunjungi kelompok misdinar dan pimpin ibadat di sana
di rumah Sdri. Lanis.
Pada tanggal 29 Januari, saya pimpin ibadat pelepasan dan penguburan jenazah Alm.
Aloysius Tomen.
Tangal 30 Januari-31 Januari 2016 saya pimpin rekoleksi kepada anak SMP FX kelas
IX dengan tema “Siapakah Aku ini?” dihadiri hanya 25 peserta.
Tanggal 31 Januari, saya pimpin ibadat sabda pada hari Minggu di pusat paroki,
Minggu ke 4 tahun C. Tanggal 31 Januari saya pimpin ibadat 7 hari dari Alm.
Aloysius Tomen.
Pebruari 2016
Tanggal 2 Pebruari saya bersama anak OMK membicarakan tentang kesiapan
PORSENI paroki Hati Kudus Tanah Merah
Tanggal 5 Pebruari, saya bersama kelompok Misdinar rekreasi dan syukuran di depan
gua Maria dari jam 10 pagi. Tanggal 5 Pebruari, saya mengiringi lagu-lagu SEKAMI
untuk rekaman jam 4 sore di RRI tanah Merah. Jam 4 saya dan anak-anak SEKAMI
rekaman ibadat SEKAMI di RRI tanah Merah dan saya memberi renungan pendek.
Jam 5 sore, saya ikut misa Jumat pertama.
Tanggal 6-7 Pebruari 2016, saya ada memberi rekoleksi untuk anak-anak SD FX
dengan tema “Aku disayangi dan dicintai oleh Allah”. Di hadiri 67 siswa kelas enam
SD.
Tanggal 8 Pebuari 2016, hari Imlek. Saya dan Pastor mengunjungi 2 keluarga saja
Bpk. Ilong dan Dr. Yuki.
Tanggal 9 Pebruari 2016, saya rapat dengan Pastor dan dua suster KYM
membicarakan tentang tugas-tugas prapaskah dan Paskah. Setelah itu saya datang ke
HUT Audrey ke 10 tahun, anak Dr. Yuki. Setelah itu saya pergi dengan pastor ke
rumah umat yang merayakan Imlek dan HUT ke-1 adik Michael, adiknya Sandra
yang Protestan.
Tanggal 10 Pebruari 2016 adalah hari Rabu abu. Saya menjadi asisten pastor dan
membagikan abu bagi umat yang sangat banyak jumlahnya.
Tanggal 12 Pebruari 2016, saya melatih koor OMK untuk misa perdana OMK pada
hari Valentine.
162
Tanggal 14 Pebruari 2016 adalah hari Valentine. Saya pimpin ibadat di Patriot dan
ikut misa untuk orang muda perdana OMK dan memimpin acara untuk tukar kado
OMK dan Misdinar.
Tanggal 15 Pebruari 2016 adalah hari perdanaku mengajar di SMA St. Yoseph. Saya
masuk di pelajaran Liturgi di kelas SMAK klas 10 C. Malam jam 7, saya pimpin
ibadat peringatan 3 hari mama Maria Ngguwa.
Tanggal 16 Pebruari 2016, hari ini saya mengajar lagi di SMA St. Yoseph di kelas XI
B bahasa Ingris. Ada yang kerasukan dan saya bantu doakan.
Tanggal 16 Pebruari 2016, saya memimpin ibadat dari HUT adik kecil Rahul Jacobus
Kawarnidy. Ramai dan banyak anak kecil.
Tanggal 18 Pebruari 2016, saya mengajar di sekolah SMA St. Yoseph kelas Xc dan
XI IPS bahasa Inggris.
Tanggal 20-21 Pebruari 2016, saya memberi rekoleksi kepada anak SD Don Bosco
sebanyak 60 siswa dengan tema: saya dikasihi dan dicintai oleh Tuhan.
Tanggal 23 Pebruari 2016, saya pimpin ibadat di lingkungan st. Elisabet stasi wet
pada jam 17.30 WIT.
Tanggal 24 Pebruari 2016, saya ikut dalam acara peresmian Kantor Urusan Agama
Mindiptana distrik Mandobo.
Tanggal 24 Pebruari 2016, saya pimpin ibadat di rumah Bpk Hengky Yanit untuk
memperingati 1 tahun anaknya Agapitus Yanit yang telah meninggal dunia.
Tanggal 26 Pebruari 2016, saya memberikan katakese sakramen permandian
mengenai tanggung jawab orang tua.
Tanggal 27 Pebruari 2016, saya pimpin ibadat pemberkatan jenazah Sdr. Fransiskus
Tikuk pada jam 14.30 WIT. Saya juga pimpin ibadat di OMK dan malamnya bakar
ikan dan makan sama-sam mereka.
Tanggal 28 Pebruari 2016, saya pimpin ibadat di Gereja KM. 6 dan di stasi Wet.
Tanggal 29 Pebruari 2016, saya pimpin ibadat pemberkatan jenazah dari adik Jesica
dan Bpk. Albertus watan.
Maret 2016
Tanggal 2 Maret 2016, saya memberikan katakese mengenai sakramen baptis kepada
bpk. Eri di kantor sekretariat. Temanya adalah baptis sebgai jalan pintu masuk untuk
menjadi anggota Gerja Katolik dan melihat benang merah dari sejarah keselamatan”.
Tanggal 4 Maret 2016, saya pimpin ibadat pemberkatan jenazah dan penguburan
jenazah ibu Kornelia Agitop.
Tanggal 5 Maret 2016, saya memberikan katakese sakramen baptis mengenai kitab
Suci kepada bpk. Eri. Saya juga pimpin ibadat peringatan arwah 3 hari ibu Kornelia
Agitop.
Tanggal 6 Maret 2016, saya pimpin ibadat di Gereja KM.6 dan KM. 1.
Tanggal 9 Maret 2016, saya pimpin ibadat di ultah adik Fajar Sibarani.
Tanggal 13 Maret 2016, saya pimpin ibadat di perkumpulan batak, di rumah keluarga
Manalu
163
Tanggal 17 Maret 2016, saya mengalami kecelakaan sepeda motor dan pelipis mata
sebelah kanan saya harus dijahit.
Tanggal 21 Maret 2016, saya memberikan pelatihan misdinar kepada PPA.
Tanggal 22 Maret 2016, saya pimpin ibadat 40 hari Bapak Dominikus. K. Amote
Tanggal 23 Maret 2016, saya untuk pertama kalinya pergi ke Stasi Ampera melalui
kali Digoel. Saya mengajak Defrito dan berangkat dengan Tino dan pak Jimmy.
Sampai di Ampera kira-kira jam 12.30 WIT
Tanggal 24 Maret 2016, saya pimpin ibadat kamis putih yang direncanakan jam 3 sore
karena tidak ada listrik. Namun mulainya jam 16.30 WIT. Malamnya hujan deras.
Mengisi renungan pagi di RRI Boven Digoel dengan tema “Yesus adalah kegenapan
janji Allah”.
Esoknya tanggal 25 Maret 2016, saya ikut ibadat jalan salib dengan keliling kampung
mulai jam 8.00 pagi. Sorenya jam 15.00, saya pimpin ibadat jumat agung. Syukurlah
umat sudah tepat waktu.
Tanggal 26 Maret 2016 adalah malam Paskah. Paginya saya melatih misdinar dan
melihat para nato(bapak) dan para napi(ibu) serta para nosban (anak cewek) dan para
namu (anak cowok) bekerja di dalam Gereja. Mereka menghias Gereja sehingga
ramai dan meriah dengan nuansa hutan (barang-barang dari hutan). Ibadat malam
paskah yang direncanakan jam 7 malam menjadi molor karena hujan besar. Ibadat
mulai jam 8 malam. Umat agak sedikit yang datang karena hujan besar.
Tanggal 27 Maret 2016 adalah hari minggu paskah 1. Saya pimpin ibadat jam 8 pagi
dan umat banyak yang datang. Gereja penuh dan ketika kolekte ada tarian daerah.
Setelah itu saya antar komuni kepada orang yang sakit sebanyak dua orang. Sore kira-
kira jam 4 saya pulang ke boven (tanah Merah) naik long boat.
Tanggal 29-30 Maret 2016, saya memberikan rekoleksi kepada anak- anak misdinar
dengan tema “bangkit para serdadu Kristus” yang dihadiri sejumlah 25 anak misdinar.
Saya memberikan materi, solo night dan out bond kepada mereka.
April 2016
Tanggal 2 April 2016, saya pimpin ibadat syukur penerimaan sakramen pembaptisan
anak Ave Christy Danu Batti di jalan Ampera.
Tanggal 3 April 2016, saya bersama AKC membawa sakramen komuni orang sakit
sebanyak 17 orang dan pulang sudah sore jam 3 an.
Tanggal 4-5 April 2016 saya bersama para pastor (pastor paroki, pastor Yoseph,
Pastor Vikep, pastor Melky, pastor Yusuf Yanto) juga suster-suster KYM, PBHK, dan
PRR bersama frater-frater projo dua dan Fr. Yos mengadakan paskah bersama di
paroki Woropko. Sharing, dan aktraksi serta goyang bersama.
Rencana pulang tanggal 5 April 2016 tidak jadi karena jalan sangat becek dan
berlumpur sehingga tidak bisa lewat. Ada dua mobil truk yang terjebak di dalam tanah
lumpur. Akhirnya kami memutuskan untuk menginap di mindiptana satu malam dan
besok tanggal 6 April 2016 pulang.
Tanggal 7 April 2016 saya ada rapat dengan seksi liturgi karena di tunjuk sebagai
dewan juri untuk lomba koor lagu-lagu Maria.
164
Tanggal 8 April 2016, saya disuruh pastor paroki untuk memimpin ibadat 40 hari
kakak ipar dari bpk. Abraham Batman jam 6 sore.
Tanggal 9 April 2016, saya mewakili Pst. Jhems Kumolontang MSC menghadiri
pertemuan antara Kapolres dengan tokoh-tokoh masyarakat dan agama untuk
membicarakan keadaan keamanan Boven Digoel sehubungan pelantikan Bupati nanti
tanggal 12 April 2016.
Tanggal 10 April 2016, saya, Pst. Yoseph, Br. Lukas, dan Pst. Melky pergi ke
Merauke untuk mengikuti rekoleksi yang dipimpin oleh Pst. Alo Lerebulan yang
dimulai dari tanggal 11-13 April 2016. Setelah itu dilanjutkan dengan Musda Papua
sampai dengan tanggal 15 April 2016.
Tanggal 12 April 2016, bupati Boven Digoel dilantik oleh Gubenur Papua di Tanah
Merah
Tanggal 16 April saya ada pergi ke rumah Fr. Dayu MSC dan makan bersama dengan
ortunya lalu mengunjungi panti asuhan yang diurus oleh Suster
Tanggal 17 April 2016 adalah minggu panggilan, saya bersama dengan Fr. Yos Haris
Ruban beserta Pst. Hengky ada pergi misa di stasi Kuper dan kami melakukan sharing
tentang panggilan kami.
Tanggal 20 April 2016 saya bersama dengan Pst. Jhems, Br. Lukas, Pst. Melky pulang
ke tanah Merah.
Tanggal 22 April 2016, saya ikut rapat bersama dengan ketua-ketua lingkungan
membicarakan tentang perlombaan yang akan dilakukan tanggal 21 Mei 2016.
Tanggal 24 April 2016, ada misa syukuran atas dilantiknya bapak bupati Boven
Digoel. Misa mulai jam 8 pagi dengan diiringi tarian adat. Saya bermazmur pada misa
ini.
Tangal 25 April 2016, saya berbicara secara pribadi dengan Pst. Jhems untuk
membicarakan proyek pastoral. Proyek utama saya adalah Stasi Ampera dan kedua
adalah sekolah. Tambahan yang lain adalah OMK jika ada waktu.
Tanggal 30 April 2016 s/d tanggal 1 Mei 2016, saya memberikan rekoleksi kepada
anak-anak misdinar dengan tema: Bangkitlah selalu para serdadu Kristus untuk
melayani Tuhan. Jumlah anak yang hadir adalah 35 orang.
Mei 2016
Tanggal 1 Mei 2016, saya pimpin ibadat sabda di Gereja Bunda Hati Kudus KM. 6
dan membawakan renungan dengan tama “Tuhan menyertai dan selalu membantu kita
dalam menghadapi setiap masalah”. Tanggal 1 Mei 2016 juga penutupan rekoleksi
untuk anak misdinar KM. 1 St. Theresia.
Tanggal 2 Mei 2016, saya memberikan katakese sakramen baptis kepada orang tua
calon baptis mengenai tanggung jawab orang tua terhadap iman anak.
Tanggal 3 Mei 2016, saya pergi melayat bersama Pst. Jhems ke Alm. Bpk Frans Tae
Tingge (donatur tanah Gereja Bunda Hati Kudus Km. 6).
Tanggal 4 Mei 2016, saya pimpin ibadat peringatan arwah 3 hari bpk. Frans Tae
Tingge
165
Tanggal 5 Mei 2016 saya asistensi Pst. Jhems Kumolontang MSC dan ada satu anak
yang menerima sakramen baptis (Edmundus Ivander Resubun)
Tanggal 6 Mei 2016, saya melayat Alm. Bpk. Barnabas Yaiman yang telah meninggal
bersama dengan Pst. Jhems Kumolontang MSC.
Tanggal 8 Mei 2016 saya pimpin ibadat di Stasi Mawan dan membawakan renungan
dengan tema “bahasa kasih adalah bahasa yang mempersatukan”. Sore harinya, saya
pimpin ibadat peringatan arwah 3 hari Alm. Bpk. Barnabas Yaiman.
Tanggal 11 Mei saya mengikuti rapat umum di kantor bupati Boven Digoel dalam
rangka menentukan hari jadi kabupaten Boven Digoel. Ada 2 tanggal yakni tanggal
11 Desember dan tanggal 13 Juni. Kedua tanggal tersebut akan dirapatkan oleh pihak
DPRD. Saya diminta untuk berdoa pembukaan saat itu.
Tanggal 14 Mei 2016, saya mendampingi kelompok AKC mengunjungi gua Maria
Cermin Kekudusan di Autriop-mindiptana dengan tema Bunda Hati Kudus, bendahari
keluarga umat Allah. Sorenya saya pimpin ibadat berkat rumah baru bpk. Agustinus.
Tanggal 18 Mei 2016 ultahnya Pst. Yoseph Jorolan MSC, kami makan bersama para
suster KYM (Sr. Vianney dan Sr. Yoseline) dan suster Kristin Kukdon PBHK di cafe
pisang. Saya juga ibadat kharismatik di Gereja Wet.
Tanggal 19 Mei 2016, saya memberikan katakese perkawinan kepada satu pasangan
(Jeremias dan Melati) mengenai apa itu sakramen dan apa itu sakramen perkawinan.
Tanggal 21 Mei 2016, diadakan lomba koor antar lingkungan di kantor aula Bupati
jam 17.30 WIT yang diikuti oleh 5 lingkungan saja ( st. Andreas, St. Agustinus, St.
Elisabet, St. Angela Merici, Regina Pacis). Saya diminta untuk menjadi ketua dewan
juri. Kurang memuaskan karena banyak yang tidak bisa menerima kekalahan.
Tanggal 22 Mei 2016, saya pimpin ibadat pemberkatan rumah di keluarga bpk.
Anselmus Baweng di daerah Wet.
Tanggal 24 Mei 2016, Suster Vianney KYM dan Suster Yoseline KYM
memperbaharui kaul-kaul mereka pada misa bersama di kapelnya mereka. Setelah itu
makan malam bersama. Setelah itu saya lanjut melatih vokal group. Memberikan
katakese sakramen baptis mengenai tanggung jawab orang tua. Mengisi renungan
pagi di RRI dengan tema “melayani menjadikan diri ini menjadi berkelimpahan”
(Mrk 10: 32-45)
Tanggal 25 Mei 2016, saya ikut ibadat kharismatik lagi di Gereja Wet.
Tanggal 27 Mei 2016, saya pergi untuk melayani di Stasi Ampera untuk menjalankan
proyek pastoral saya.
Tanggal 28 Mei 2016, saya berkumpul dengan ketua dewan stasi, ketua-ketua
lingkungan, seksi liturgi dan SEKAMI, bertukar pikiran dan pendapat mengenai apa
yang sangat dibutuhkan oleh stasi Ampera.
Tanggal 29 Mei 2016, saya pimpin ibadat di stasi Ampera dan sekaligus
mengumumkan bahwa saya resmi mulai melayani stasi Ampera. Tanggal ini juga,
saya menjadi juri untuk baca Kitab Suci dan renungan di Gereja paroki yang dihadiri
oleh 12 peserta. Sedangkan diluar diadakan lomba tarik tambang.
Tanggal 31 Mei 2016, diadakan misa penutupan bulan Maria. Misa diadakan di gua
Maria perantara Boven Digoel tanah Merah jam 17.00 WIT. Tanggal ini juga saya
166
pimpin doa untuk penutupan lomba kejuaraan badminton cup yang diselengarakan
oleh bank Papua yang berulang tahun ke-50 tahun.
Juni 2016
Tanggal 1 Juni 2016, menjelang hari raya Hati Kudus Yesus, pusat paroki
mengadakan perarakan patung Hati Kudus yang dimulai dari pusat paroki ke gereja
Bunda Hati Kudus Km. 6 tepatnya di lingkungan Maria Fatima. Setelah itu, patung
Hati Kudus diarak ke 11 lingkungan yang lain dan berakhir di pusat paroki dan di
tutup dengan adorasi bersama. Perarakan dimulai jam 12.30 WIT.
Tanggal 2 Juni 2016, untuk memeriahkan pesta pelindung paroki, pusat paroki juga
mengadakan pameran dari hasil kerja tangan dari umat di Boven Digoel. Ada menjual
tas Noken, hiasan kepala, kue-kue, baju-baju, taplak meja, asesoris ruangan dan lain-
lain. Di dalam pameran itu juga ada kegiatan lelang barang-barang pameran
sebelumnya. Acara pameran dibuka oleh bpk. Benny Tambonop, Bupati terpilih
Boven digoel dan dihadiri juga wakil Bupati Bpk. Anwar. Pada hari ini juga saya
memberkati jenazah dan menguburkan seorang anak kecil yang berusia 4 tahun yang
bernama Maria Marlina Wanap yang meninggal karena sakit. Pada malam harinya
nonton bersama dengan umat yang menjaga stan masing-masing.
Tanggal 3 Juni 2016 adalah pesta pelindung paroki Hati Kudus Tanah Merah. Saya
asistensi Misa dengan dua pastor. Misa diadakan pada jam 17.00 WIT selanjutnya
disambung dengan pembagian hadiah-hadiah yang memenangkan lomba-lomba dan
dilanjutkan dengan resepsi bersama.
tanggal 4 Juni 2016, saya mengikuti acara tatap muka dengan Kapolres Tanah Merah
yang baru bapak Jafar orang Maluku Utara-Tidore. Membicarakan tentang Miras,
narkoba dan kelompok yang ingin merdeka sendiri seperti OPM.
Tanggal 6 Juni 2016 adalah hari pertama orang muslim berpuasa dan hari pertama
ujian bagi siswa-siswi SMA St. Yoseph tanah Merah.
Tanggal 7 -10 Juni 2016, saya mengawasi siswa-siswi yang ikut ujian.
Tanggal 8 Juni 2016, saya pimpin ibadat kharismatik di stasi Wet dan tanggal ini juga
dipusat paroki diadakan retret awal (SHdRK) oleh pihak KTM yang dimulai jam 3
sore WIT. Sr Yoseline KYM juga berulang tahun, maka kami diundang untuk makan
bersama di cafe pisang dan saya yang mempimpin doa makan.
Tanggal 9 Juni 2016, saya pimpin ibadat arwah tiga hari untuk memperingati
meninggalnya ibu Elisabet Seniwati yang tiga hari lalu dipanggil oleh Tuhan. Pada
tanggal ini juga saya melalukan bimbingan rohani dengan Pst. Jhems Kumolontang
MSC. Tanggal ini juga jubah saya dipinjam oleh Sr. Kristin Kukdon PBHK untuk
syuting film tentang Dr. Manangsang.
Tanggal 10 Juni 2016, saya pergi ke stasi Ampera untuk menjalankan program
pertama yang telah disusun bersama dengan dewan stasi. Pada sore hari pembinaan
iman mengenai sakramen baptis dan krisma dimulai pada jam 18.00 WIT. Yang hadir
cukup banyak dari bapak-bapak sampai ibu-ibu.
167
Tanggal 11 Juni 2016, pelatihan mengenai memimpin ibadat dan membuat renungan
dimulai pada jam 18.30 WIT. Yang hadir cukup banyak. Pada malam harinya kami
nonton bareng, rekreasi bersama dengan umat.
Tanggal 12 Juni 2016, saya pimpin ibadat di gereja. Saya merasa agak kecewa dengan
kehadiran umat yang banyak terlambat. Saya hari ini berkotbah agak keras untuk
menyadarkan mereka dari tidur mereka. Pada hari ini juga saya pulang ke pusat
paroki. Saya hari ini juga membentuk tim inti dari kerja saya di stasi untuk membantu
saya dalam melayani yang terdiri dari 10 orang.
Tanggal 13 Juni 2016, saya pimpin ibadat peringatan arwah tiga hari dari sdri.
Modesta Futuray di perumahan ampera.
Tanggal 14 Juni 2016, saya memberikan kursus perkawinan kepada dua pasangan
calon mempelai dengan tema “apa itu sakramen dan apa itu sakramen perkawinan”.
Dimulai jam 17.00 WIT
Tanggal 15 Juni 2016, saya pimpin ibadat kharismatik di rumah ibu Erni. Setelah itu
saya lanjut memberikan latihan kepada OMK untuk persiapan PORSENI
Tanggal 16 Juni 2016, saya memberikan kursus perkawinan lagi dengan tema ”tujuan
perkawinan” bagi kedua pasangan calon mempelai yang dimulai pada pukul 17.00
WIT.
Tanggal 18 Juni 2016, anak-anak SMA St. Yoseph dan SMAK, menerima rapor
kenaikan kelas mereka. Saya mengiringi seorang siswi untuk bernyanyi.
Tanggal 19 Juni 2016, saya asistensi misa di pusat paroki dengan Pst. Yoseph Jorolan
MSC
Tanggal 22 Juni 2016, saya pimpin ibadat peringatan 7 hari arwah dari anak Gabriel
Ga, ibu Wehelmina Meo, Bpk Rofinus Mbua, Bpk. Hendrikus Daeng di rumah om
Tinus sopir dari SMA St. Yoseph.
Tanggal 23 Juni 2016, kami beserta OMK Tanah Merah-Mindiptana-wakariop mulai
berjalan ke daerah Asiki. Setelah itu kami menyebrang ke Getentiri untuk mengikuti
PORSENI Kevikepan Mindiptana. Dihadiri kira-kira 500 orang dan tiba di Getentiri
dalam keadaan sudah malam.
Tanggal 24 Juni 2016, adalah hari diadakan perlombaan. Misa pembukaan yang
diadakan pukul 7.30 pagi yang dibuka oleh Pst. Yan Sareta MSC sebagai vikep
mindiptana. Setelah itu diadakan lomba mazmur dan saya diminta sebagai juri.
Lomba mazmur putri dimenangkan oleh Sdri Tika veronika Batbual dari Tanah
Merah dan mazmur putera dari Asiki. Malamnya diadakan lomba vokal group. Tanah
Merah mendapat juara III, mindiptana II, dan Asiki juara I.
Tanggal 25 Juni 2016, diadakan misa harian di gereja lama paroki Getentiri. Setelah
misa diadakan lomba-lomba fisik dan olah raga. Pada malamnya diadakan lomba
YOSPAN (Yosin Pancar) yang berasal dari Papua Utara. Paroki tanah Merah
mendapat juara I.
Tanggal 26 Juni 2016, diadakan misa penutup. Banyak yang sakit perut. Diprediksi
karena air minum yang tidak bersih. Setelah itu pembagian trofi dan Asiki mendapat
juara umum PORSENI kevikepan tahun ini. Sore hari ketika kira-kira hampir jam 4
kami semua bergerak pulang menuju pelabuhan penyebrangan. OMK disebrangkan
168
dengan dua kapal besi milik KORINDO dan tiba di Asiki sudah malam. Sesampainya
di pelabuhan, kami langsung naik mobil bapak wahyudi dan saya besert Yuren dan
Tino duduk di belakang Hilux. Kami sampai pada malam hari jam 21.30 WIT.
Tanggal 27 Juni 2016, saya menyampaikan salam perpisahan kepada Sr. Christine
Silalahi KYM yang hendak pergi karena telah selesai masa tugasnya di tanah Merah
ini.
Tanggal 29 Juni 2016, kami misa komunitas di gereja pusat paroki karena suster-
suster KYM ada pergi ke Merauke untuk melakukan rekoleksi. Saya menyiapkan
segala sesuatu untuk kelancaran misa. Hari ini dirayakan St. Petrus dan Paulus. Pada
hari ini juga saya memberkati jenazah dari adik Paulina Esmeralda Kandam yang
telah dipanggil Tuhan.
Tanggal 30 Juni 2016, kontingen OMK dari Merauke (tadi malam), mindiptana,
woropko, mokbiran, Asikie, Getentiri telah datang dan mereka semua menginap di SD
dan SMP satu atap. Pada sore hari, saya pimpin ibadat di perkumpulan PERSIT
(perkumpulan ibu-ibu tentara).
Juli 2016
Tanggal 1 Juli 2016 adalah hari Jumat pertama. Misa diadakan pada sore hari dan
yang hadir sedikit karena tidak ada pengumuman di Gereja. Saya menjadi MC untuk
pembukaan acara pra IYD di sekolah SD dan SMP satu atap.
Tanggal 3 Juli adalah penutupan dari acara pra IYD di Gereja Bunda Hati Kudus
tanah Merah Km. 6. Pulangnya saya memberkati jenazah alm. Bpk Timoteus Anuk
dan mengantarnya sampai di kuburan. Malamnya saya yang pimpin ibadat peringatan
arwah tiga hari.
Tanggal 8 Juli 2016, saya berangkat ke stasi ampera dengan membawa anak-anak
misdinar (Febi, Rode, Carolus, Novi, Defrito). Sore jam 6.30 WIT saya memberikan
katakese tentang sakramen Ekaristi dan Tobat.
Tanggal 9 Juli 2016, saya mengunjungi lingkungan rohani 3 St. Yoseph dan yang
memimpin adalah ketua lingkungan sendiri didampingi oleh ketua stasi. Yang hadir
cukup banyak. Rencana awalnya adalah mengunjungi lingkungan 1 namun tidak jadi
karena ketua lingkungannya tidak ada. Setelah itu saya melatih lagu Credo dalam
bahasa latin untuk umat stasi ampera. Malamnya kami rekreasi bersama dengan umat
dengan nonton bersama film San Andreas.
Tanggal 10 Juli 2016, saya pimpin ibadat di stasi ampera pada jam 8 pagi dan
membawakan renungan dengan tema ”Tuhan memberikan perintah kepada manusia
yang manusia sanggup untuk melaksanakannya”. Namun sebelumnya pada sebelum
ibadat, saya bersama dengan ketua stasi beserta anak-anak misdinar keliling kampung
sambil teriak “oooi...sembahyang ooi”. Hasilnya Gereja penuh dengan umat. Setelah
itu para misdinar pusat paroki melatih misdinar stasi ampera dengan pengawasan
saya. Sorenya sekitar jam 6.30 WIT saya pimpin ibadat kelompok kawanua di rumah
bpk. Marten Tumpawenas Angkouw di Km. 5.
Tanggal 12 – 20 Juli 2016, saya membantu kelompok kerahiman Ilahi dalam novena
kerahiman Ilahi dengan tema ”Latihan rohani untuk menentukan masa depan” yang
169
dipimpin oleh P. Yos Somar Pr didampingi EFATA grup dari Jakarta dimulai setiap
jam 3.00 WIT.
Tanggal 17 Juli 2016, saya pimpin ibadat di kelompok arisan Sa’dan Toraja di
keluarga Pauta jam 17.30 WIT
Tanggal 20 Juli 2016, setelah novena Kerahiman Ilahi, kami ikut pemberkatan rumah
dinas Bpk. Bupati Benny Tambanop dan makan malam di sana.
Tanggal 21-22 Juli 2016, ikut rapat guru untuk menyusun silabus dan RPP. Tanggal
22 siang berangkat ke stasi Ampera untuk melaksanakan proyek pastoral dengan
mengajak dua orang OMK (Sdri Lidya dan Sdri Markis). Malamnya memberikan
katakese pengajaran iman tentang sakramen pengurapan orang sakit, imamat dan
perkawinan.
Tanggal 23 Juli 2016, ikut ibadat lingkungan di lingkungan St. Paulus. Setelah itu
memberikan materi kepada OMK dibantu oleh kedua teman OMK. Malamnya
rekreasi bersama.
Tanggal 24 Juli 2016, ada pimpin ibadat di stasi Ampera dan memberikan renungan
dengan tema ”Doa mengubah segala sesuatu”, setelah itu ada memberikan latihan
menyanyi lagu Pater Noster. Setelah itu pulang ke paroki.
Tanggal 27 Juli 2016, saya memberkati jenazah Sdr. Esebius Koyan Benggian di
daerah km. 3.
Tanggal 30 juli 2016, sekolah St. Yoseph melakukan acara perpisahan dengan guru-
guru SM 3 T
Tanggal 31 Juli 2016, saya pimpin ibadat di dua Gereja yakni Gereja St. Theresia Km.
1 dan Gereja Bunda Hati Kudus Km. 6 dan membawakan renungan dengan tema
“Mencari dunia akan binasa namun mencari Tuhan akan kaya di hadapanNya”
Agustus 2016
Tanggal 1 Agustus 2016, saya pimpin ibadat peringatan arwah 40 hari dari alm. Bpk
Dominggus Tharcys Katep dan pimpin ibadat di kelompok karyawan BRI Boven
Digoel di rumah ibu Beti.
Tanggal 4 Agustus 2016, saya memberkati jenazah Almh. Ibu Vitalia Kaey mama dari
Bpk. Vitalis Dambi. Lalu jam 17.30 WIT, saya pimpin ibadat peringatan arwah 40
hari Alm. Bpk Yulianus Tombi. Dan setelah itu saya pimpin adorasi Sakramen
Mahakudus pada Hora Sancta kelompok AKC.
Tanggal 5 Agustus 2016, saya memimpin adorasi kharismatik di gereja pusat paroki.
Tanggal 6 Agustus 2016, saya berangkat ke stasi Ampera. Lalu ikut ibadat lingkungan
di lingkungan St. Maria Pantonela. Setelah itu memberikan pengajaran iman tentang
berdoa di hadapan patung dan gambar kudus. Malamnya rekreasi bersama dengan
umat.
Tanggal 7 Agustus 2016, saya memimpin ibadat sabda di Gereja Stasi dan
membawakan renungan tentang “Tuhan datang bagaikan pencuri”. Setelah itu
melakukan evaluasi program Juni-Juli 2016 dengan jajaran stasi dan ketua-ketua
lingkungan. Sorenya jam 16.30 WIT, saya memberikan pelatihan cara bernyanyi
mazmur yang baik dengan jumlah peserta kira-kira 7 orang.
170
Tanggal 9 Agustus 2016, saya memimpin ibadat 40 hari adik Paulina Esmeralda
Kandam pada pukul 17.30 WIT.
Tanggal 10 Agustus 2016, saya pimpin ibadat 40 hari Bpk Timotius Anuk pada pukul
17.30 WIT.
Tanggal 11 Agustus 2016, saya pimpin ibadat 40 hari Sdri Novita pada pukul 17.30
WIT.
Tanggal 13 Agustus 2016, saya mengikuti forum terbuka mengenai penanggulangan
dan pencegahan HIV-AIDS di aula kantor Bupati dan memimpin doa pembukaan dan
penutup.
Tanggal 15 Agustus 2016, saya menonton lomba gerak jalan dari SD hingga umum.
SMA St. Yoseph mendapat juara 1 dan 2 untuk kategori SMA.
Tanggal 16 Agustus 2016, saya memberikan pembinaan sakramen baptis untuk calon
penerimaan sakramen dengan tema “keputusan dan tanggung jawab orang tua”.
Tanggal 17 Agustus 2016, diadakan misa di pusat paroki dan saya membantu sebagai
pembaca doa umat dan sebagai lektor serta membagikan komuni.
Tanggal 18 Agustus 2016, saya ada ikut doa kharismatik di rumah ibu Elisabet.
Tanggal 20 Agustus 2016, kami para guru dan siswa-siswi St. Yoseph merayakan hari
ulang tahun dengan mengadakan misa syukuran ultah yang pertamadi Gereja Km. 6.
Setelah itu, saya dan ibu-bapa kelompok kharismatik turun ke stasi Ampera untuk
melayani umat di sana. Ada 7 orang kharismatik yang ikut. Malamnya kami
mengadakan doa persekutuan kharismatik di gereja stasi. PUJI TUHAN, ternyata
Tuhan sungguh bekerja dan menjamah banyak orang di stasi sehingga mereka
merasakan kasih Tuhan. Lalu di sambung dengan materi apa itu kharismatik beserta
tujuannya yang dibawakan oleh bpk. Natalis Jamrewav.
Tanggal 21 Agustus 2016, saya memimpin ibadat di Gereja Stasi Apera dan
membawakan renungan dengan tema “Tuhan mengganjar orang yang mencintai Dia
dan yang menolak Dia” dan anggota kharismatik ikut menyumbangkan 3 lagu.
Setelah itu kami membagi baju-baju bekas layak pakai kepada umat stasi dan
membagi bubur kacang hijau bagi anak-anak.
Tanggal 22 Agustus 2016, saya pulang ke paroki.
Tanggal 23 Agustus 2016, saya bertemu dengan pastor pembimbing untuk
membicarakan proyek pastoral yang telah dijalankan. Pastor pembimbing mengatakan
sudah bagus, lanjutkan apa yang telah bagus dan memberi masukan agar lebih
penekanan pada anak-anak muda di stasi ampera.
Tanggal 24 agustus 2016, saya ikut dalam PDKK hati kudus di rumah ketua
lingkungan Yohanes Pemandi dan membicarakan rencana ke depannya.
Tanggal 25 Agustus 2016, saya pimpin ibadat misdinar di keluarga sdri. Alanis.
Tanggal 28 Agustus 2016, saya membawa sakramen untuk orang sakit sebanyak 3
orang. Pada malam harinya saya pimpin ibadat pesta nama pelindung St. Augustinus
pada lingkungan St. Agustinus.
Tanggal 31 Agustus 2016, saya ikut doa persekutuan kharismatik Katolik di rumah
seksi Liturgi sebagai pemimpin penyembahan.
171
September 2016
Tanggal 1 September 2016, saya pimpin Hora Sancta kelompok AKC jam 20.00
dengan tema “marilah kepadaku semua yang letih lesu dan berbeban berat”.
Tanggal 2 September 2016, saya asistensi pastor paroki dan yang berkotbah dengan
tema “jangan menghakimi sebab Allah yang mempunyai hak untuk menghakimi”
dalam misa jumat pertama anak-anak sekolah. Sorenya jam 18.00 WIT saya pimpin
ibadat 40 hari untuk keselamatan jiwa sdr. Esebius koyan benggian. Pada jam 20.00
WIT saya pimpin adorasi gaya kharismatik.
Tanggal 3 September 2016, saya berangkat ke stasi Ampera dan ikut ibadat
lingkungan di lingkungan 3. Malamnya saya memberikan katakese pengajaran iman
tentang karunia-karunia Roh Kudus. Setelah itu kami rekreasi bersama dengan umat.
Tanggal 4 September 2016 adalah ultah saya. Saya pimpin ibadat di stasi dan
membawakan renungan dengan tema “ dengan mempertimbangkan sesuatu maka bisa
menemukan kehendak Allah”. Setelah ibadat saya melatih beberapa orang yang
berminat untuk menjadi pembaca. Melatih mereka cara membaca yang baik dan benar
ketika membaca kitab suci. Sorenya jam 17.00 WIT saya memberikan pelatihan dalm
memimpin ibadat dan membuat renungan yang kedua kalinya kepada ketua-ketua
lingkungan. Malamnya kami rekreasi kembali dengan umat.
Tanggal 5 september 2016, saya pulang ke pusat paroki.
Tanggal 7 September 2016, saya memimpin ibadah syukuran kelompok kerahiman
Ilahi jam 19.30 WIT
Tanggal 8 september 2016, saya memberkati rumah Bpk. Nikolaus Poga sekaligus
berdoa bersama dengan anak-anak misdinar.
Tanggal 11 September 2016, saya memberkati jenazah ibu Adriana Okcap yang
meninggal dunia.
Tanggal 12 September 2016, saya pimpin ibadat peringatan 3 hari dari ibu adriana
Okcap.
Tanggal 14 September 2016, saya ikut ibadah Kharismatik. Setelah itu saya
memberkati rumah dari ibu Maria Kambandum.
Tanggal 17 September 2016, saya berangkat ke stasi Ampera. Saya ikut ibadat
lingkungan di lingkungan 2 St. Petrus. Setelah itu saya memberikan pengajaran iman
tentang malaikat-setan dan roh jahat. Malamnya kami berekreasi dengan umat. Saya
juga mengajak dua OMK (Dian dan Rina).
Tanggal 18 September 2016, saya meminpin ibadat dan membawakan renungan
dengan tema “memilih Tuhan berarti selamat, memilih dunia berarti binasa”. Setelah
pertemuan dengan para OMK stasi untuk membicarakan persiapan pembentukan
kelompok OMK ini. Dian dan Rina yang ikut juga mengsharingkan pengalaman
mereka ketiak pada awal pembentukan OMK pusat paroki. Pada sora hari, diadakan
pelatihan sikap-sikap liturgi kepada umat dan yang menghadiri cukup banyak.
Tanggal 19 September 2016, kami pulang ke pusat paroki.
Tanggal 21 September 2016, saya mengikuti pembicaraan Pra Sinode keuskupan
Merauke yang banyak membicarakan tentang pendidikan, penanaman nilai dala
172
keluarga, kesehatan dan pendampingan pastoral. Dalam rapat juga ada peristiwa yang
lain yakni Pertamina yang ada dekat dengan pelabuhan kali digoel itu terbakar.
Tanggal 22 September 2016, saya memimpin ibadat ekumene dalam perkumpulan
PERSIT (persatuan ibu-ibu tentara) di rumah mama Celi dan membawakan renungan
dengan tema “perasaan takut dan cemas ada hubungannya dengan dosa”. Saya juga
menghantar anak-anak murid dari SMA St. Yoseph 5 pasang (Tika-Defrito, Alanis –
Riki, Cantika – Jimi, Febby – Rivaldo, Aurelia – Beto).
Tanggal 23 September 2016, saya memimpin doa untuk acara pernikahan bpk Kani
dan ibu Mina sebagai utusan pastor paroki.
Tanggal 24 September 2016, saya memimpin ibadat pemberkatan jenazah dari Alm.
Bpk. Benendiktus Onyap
Tanggal 27 September 2016, saya mengadakan bimbingan rohani yang kedua dengan
Pst. Jhems.
Oktober 2016
Tanggal 1 Oktober 2016, saya berangkat ke stasi ampera. Saya membuka bulan
rosario dengan memimpin ibadat rosario. Setelah itu saya memberikan pengajaran
iman dengan tema “Maria Bunda Allah”. Selesai itu, rekreasi bersama dengan umat
dengan nonton film.
Tanggal 2 Oktober 2016, saya pimpin ibadat dan membawakan renungan dengan
tema “Kerendahan hati membuat orang menjadi setia, melayani, dan taat pada Allah”.
Setelah itu diadakan cerdas tangkas dengan soal-soal dari bahan katakese. Link 4
juara 1, Link 3 juara 2, link 1 juara 3, link 5 juara 4, link 2 juara 5. Sorenya kami
berdoa rosario lagi di Gereja.
Tanggal 3 Oktober 2016, saya pulang ke pusat paroki.
Tanggal 4 Oktober 2016, saya memberkati jenazah adik Arjuna talubun yang
meninggal. Pada malamnya saya memberikan katakese iman kepada kelompok
kharismatik.
Tanggal 5 Oktober 2016, saya ikut doa persekutuan Kharimatik
Tanggal 7 Oktober 2016, saya pimpin adorasi ala kharismatik di gereja pusat paroki.
Tanggal 12 Oktober 2016, saya pimpin ibadat pemberkatan rumah di keluarga Bpk.
Paskalis Kimkulin.
Tanggal 14 Oktober 2016, saya pimpin ibadat untuk memperingati hari ulang tahun
dari lingkungan rohani St. Petrus dan membawakan renungan dengan tema “manusia
selalu diperhatikan oleh Tuhan karena manusia berharga”.
Tanggal 15 Oktober 2016, saya berangkat ke stasi ampera. Lalu saya ikut ibadah
rosario di lingkungan 3 St. Paulus. Setelah itu saya memberikan katakese iman
tentang dogma Maria tetap perawan. Pada malam hari dilanjutkan dengan rekreasi
bersama dengan umat.
Tanggal 16 Oktober saya pimpin ibadah di stasi dan membawakan renungan dengan
tema “orang-orang pilihan dilindungi, diberkati, dijaga dan didengarkan doa-doanya”.
Setelah itu saya memberikan pembinaan iman kepada SEKAMI. Pada sorenya saya
173
ibadat rosario bersama dengan umat di Gereja yang dipimpin oleh bapak seksi
Katakese.
Tanggal 17 Oktober saya pulang ke pusat paroki.
Tanggal 21 Oktober 2016 adalah peringatan dari wafatnya Pater Chevalier yang ke-
109. Saya memimpin ibadat di kelompok AKC. Setelah itu kami syukuran dan makan
bersama.
Tanggal 22 Oktober 2016 saya menghadiri acara mewakili pastor paroki dalam
launching kartu pegawai sipil elektronik. Saya doa pembukaan dan doa makan.
Tanggal 24 Oktober 2016, saya pimpin ibadat sabda dan membawakan renungan di
SMA St. Yoseph dengan tema ”Allah mengasihi terlebih dahulu. Maka seharusnyalah
manusia mengasihi Allah dan sesama”.
Tanggal 25 Oktober 2016, saya melayat mama Sil bersama dengan pastor, bruder dan
Tino.
Tanggal 26 Oktober 2016, saya pimpin ibadat peringatan 3 hari mama Sil di
rumahnya.
Tanggal 28 Oktober 2016, mengawasi siswa-siswi bekerja membersihkan Gereja KM.
6.
Tanggal 29 Oktober 2016, berangkat ke stasi Ampera. Ikut ibadat sabda di lingkungan
1 St. Paulus. Setelah itu memberi materi katakese iman mengenai dogma Maria
dikandung tanpa noda dosa. Setelah rekreasi bersama dengan umat.
Tanggal 30 Oktober 2016, pimpin ibadat dan membawakan renungan dengan tema
“Tuhan mencintai makhluk ciptaanNya”. Lalu setelah ibadat bersama dewan stasi
membicarakan program untuk 3 bulan ke depannya. Sorenya ikut ibadat rosaario
bersama di Gereja. Malamnya rekreasi bersama dengan umat.
Tanggal 31 oktober 2016, saya pulang ke paroki. Malamnya saya pimpin ibadat 3 hari
untuk mama Lidya Watan.
Nopember 2016
Tanggal 1 Nopember 2016, saya ikut misa peringatan orang kudus. Saya membantu
sedikit kelompok kharismatik untuk memaikan musik.
Tanggal 2 Nopember 2016, saya ikut misa peringatan semua arwah orang beriman.
Saya membaca intensi misa selama 45 menit.
Tanggal 3 Nopember 2016, saya pimpin ibadat Hora Sancta kelompok AKC pada jam
20.00 WIT
Tanggal 4 Nopember 2016, saya membawakan kotbah dengan tema “Tuhan nomor
satu dalam hidup ini”. Malamnya saya pimpin ibadat adorasi sakramen Mahakudus
kelompok kharismatik pada jam 18.30 WIT
Tanggal 5 Nopember 2016, saya memimpin ibadat 40 hari alm. Bpk Benediktus
Onyap jam 18.00 WIT
Tanggal 7 Nopember 2016, saya memberkati jenazah ibu Tabarun sekaligus yang
menguburkannya.
Tanggal 8 Nopember 2016, saya memberikan katakese dengan tema “Apakah orang
Katolik menyembah patung?” kepada umat lingkungan St. Elisabet.
174
Tanggal 9 Nopember 2016, saya memimpin doa kharismatik di rumah ibu Blandina.
Tanggal 12 Nopember 2016, saya berangkat ke stasi Ampera bersama dengan ibu
Imelda dan saudaranya untuk melihat kondisi Gereja. Sore jam 17.00 WIT kami ikut
doa lingkungan di Lingkungan I St. Paulus. Malamnya saya memberikan katakese
mengenai dogma Maria yang diangkat ke surga. Setelah itu kami berekreasi bersama.
Tanggal 13 Nopember 2016, saya pimpin ibadat di Gereja stasi dan membawakan
renungan dengan tema ”Hari penghakiman itu ada”. Tetapi sebelum mencapai itu,
Tuhan memberikan tanda-tanda”. Setelah itu pembagian hadiah buat anak-anak
Sekami, dan melakukan evaluasi bersama jajaran stasi beserta ketua-ketua
lingkungan. Sorenya saya melakukan pembinaan OMK di balai desa dibantu oleh ibu
imelda.
Tanggal 14 Nopember 2016, saya pulang ke stasi bersama ibu Imelda dan saudaranya.
Sorenya saya ikut rapat guru untuk membicarakan ujian akhir semester.
Tanggal 15 Nopember 2016, saya memberikan katakese kepada lingkungan Elisabet
pusat paroki dengan Tema ”Pengajaran iman tentang neraka-api penyucian-surga”.
Tanggal 16 Nopember 2016, saya memberkati kios baru dari ibu Pirenda Tebay.
Tanggal 17 Nopember 2016, saya memberikan pembinaan iman sakramen baptis
dengan tema “Lambang dan arti lambang sakramen”.
Tanggal 19 Nopember 2016, saya dan P. Jhems berangkat ke stasi Ampera untuk
pelayanan sakramen. Sesampai di sana, saya memberikan pembinaan terakhir buat
calon baptis dan P. Jhems memberikan pembinaan terakhir calon nikah.
Tanggal 20 Nopember, hari raya Kristus raja semesta Alam, 11 pasangan nikah
diberkati dalam sakramen pernikahan dan 33 anak dipermandikan dan 1 ibu dalam
sakramen pembaptisan. Siangnya kami pulang ke pusat paroki.
Tanggal 22 Nopember 2016, saya memberikan katakese kepada umat lingkungan St.
Elisabet.
Tanggal 23 Nopember 2016, saya memberikan pelatihan meditasi chi kepada Bpk.
Bupati. Malamnya saya melanjutkan dengan doa kharismatik.
Tanggal 26 Nopember 2016, saya berangkat ke stasi ampera. Malamnya tidak
memberikan apa-apa karena tubuh saya kurang sehat.
Tanggal 27 Nopember 2016, saya pimpin ibadat dan memberikan renungan dengan
tema “Nasehat adalah tanda cinta seseorang kepada orang lain. Nasehat dari Tuhan
dalah tanda cinta Tuhan kepada manusaia yang Ia ciptakan”. Setelah itu saya
pertemuan dengan jajaran stasi dan ketua-ketua lingkungan membahas jalannya doa-
doa lingkungan. Setelah itu saya ikut rapat panitia pembanguna Gereja stasi.
Malamnya saya memberikan katakese tentang pendalaman iman masa adven. Setelah
itu kami rekreasi bersama.
Tanggal 28 Nopember 2016, saya kembali ke pusat paroki. Setelah itu kesekolah
untuk menjadi juri dari ujian praktek seni budaya.
Desember 2016
Tanggal 1 Desember 2016, misa pembukaan muspas kevikepan yang dihadiri oleh
beberapa pastor sebagai konselebran. Selebran utama pastor vikep Yohanes Sareta
175
yang diikuti beberapa konselebran yakni pastor Yakob Taufan, pastor Jhems
Kumolontang, pastor Pius Rettob, pastor Igo, pastor Miller.
Tanggal 2 Desember 2016, muspas kevikepan hari pertama. Pemimpin sidang pastor
igo yang memberikan arahan, lalu refleksi dari pastor vikep dan masukan hasil dari
sinode keuskupan oleh pastor Miller. Muspas kevikepan mindiptana dibuka dengan
menyanyikan lagu “maju bersama” yang dipimpin oleh saya sendiri. Lalu saya
memimpin ice breaking. Setelah itu saya dan fr. Yos, menjadi notulis. Malamnya
dilanjutkan dengan misa bersama Jumat pertama.
Tanggal 3 Desember 2016, muspas hari kedua sebagai hari terakhir. Saya pimpin
acara pembukaan dan menjadi notulis pada hari itu. Malamnya ditutup dengan makan
malam bersama.
Tanggal 4 Desember 2016, misa penutupan muspas kevikepan mindiptana yang
ditutup oleh pastor vikep dengan memukul tifa bersama dengan ketua dewan paroki
kepala dinas pertanian, dan beberapa orang.
Tanggal 5 Desember 2016, kontingen pulang ke tempat masing-masing dan
bersamaan dengan ujian akhir semester hari pertama. Saya juga ikut mengawasi.
Tanggal 6 Desember 2016, saya mengawasi lagi ujian akhir semester
Tanggal 7 Desember 2016, saya ikut PDKK di rumah bpk Natalis
Tanggal 8 Desember 2016 ultah tarekat ke – 162 th. Saya mengisi renungan pagi di
RRI Boven Digoel dengan tema “tiada yang mustahil bagi Tuhan”.saya juga
mengawasi ujian akhir semester dan sorenya ikut misa di Gereja Km. 6, Bunda Hati
Kudus Tanah Merah.
Tanggal 9 Desember 2016, saya mengawasi ujian akhir semester
Tanggal 10 Desember 2016, saya pergi ke stasi ampera bersama bpk Vandy, guru seni
budaya untuk menjadi tim juri dalam lomba lagu wajib dan lagu pilihan. Kami
mengunjungi lingkungan St. Petrus, rumah bpk Lukas untuk ibadah lingkungan.
Malamnya memberikan katakese tentang adven II “tanggung jawab keluarga dalam
gereja”. Setelah katakese dilanjutkan dengan chek sound bagi kelompok yang ingin
bertanding.
Tanggal 11 Desember 2016, saya pimpin ibadah di stasi Ampera dan membawakan
renungan dengan tema “kesabaran itu mendatangkan kebahagiaan”. Setelah itu
upacara peletakan batu pertama untuk pembangunan Gereja. Lalu dilanjutkan dengan
lomba vokal Group antar lingkungan dan solo anak-anak dan dewasa. Sorenya
pembinaan OMK dan malamnya rekreasi bersama.
Tanggal 12 Desember 2016, kami pulang ke pusat paroki dari stasi.
Tanggal 13 Desember 2016, saya memberikan katakese kepada umat lingkungan st.
Elisabet tentang adven III dan juga ultah pastor paroki Jhems Kumolontang MSC.
Kami rayakan dengan makan-makan bersama.
Tanggal 14 Desember 2016, saya mengikuti PDKK di rumah ibu dari kakak Fr. Sam
Yanem MSC.
Tanggal 15 Desember 2016, saya mengikuti rapat para guru SMA St. Yoseph untuk
membicarakan hasil pencapaian studi dari para siswa-siswi
176
Tanggal 17-19 Desember 2016, pembukaan rekoleksi bagi para misdinar seluruh
wilayah paroki Hati Kudus Tanah Merah. Rekoleksi dengan tema “semangat misdinar
dalam pelayanan Gereja”. Rekoleksi itu dihadiri oleh 79 misdinar
Tanggal 20 Desember 2016, saya memberikan katakese kepada St. Elisabet tentang
katakese adven IV
Tanggal 21 Desember 2016, saya mengikuti PDKK di rumah bpk. Lau. Saya juga
melakukan bimbingan pastoral dengan P. Jhems Kumolontang MSC dan juga
berbicara dengan Superior Daerah Papua Rm. Sukis MSC.
Tanggal 22 Desember 2016, saya ada pimpin doa syukur dari hari ultah Bpk.
Yanuarius di lingkungan St. Elisabet.
Tanggal 23 Desember 2016, saya berangkat ke stasi Ampera. Malamnya saya
memberikan katakese adven III.
Tanggal 24 Desember 2016 adalah malam natal. Saya pimpin ibadah dengan
membawakan renungan dengan tema “terang itu sudah datang”
Tanggal 25 Desember 2016 adalah pesta natal. Saya pimpin ibadah dengan
membawakan renungan dengan tema “rendah hati itu membawa kebahagiaan”.
Setelah itu pembagian hadiah kepada yang juara vokal group dan solo serta makan
bersama dengan umat lingkungan Maria Fontanela dan para aparatur kampung.
Malamnya saya makan-makan dengan OMK di depan pastoran dan nonton bersama.
Tanggal 26 Desember 2016, natal hari kedua untuk memperingati pesta St. Stefanus.
Saya pimpin ibadah dan membawakan renungan dengan tema ” tantangan
memurnikan diri untuk mengikuti Kristus”. Setelah ibadat saya pulang kembali ke
pastoran sambil membawa ayam kampung pemberian umat.
Tanggal 26 Desember 2016, saya memimpin doa ucapan syukur atas keluarga besar
Wodon.
Tanggal 27 Desember 2016, bersama ibu seksi sosial bersama juga dengan ibu-ibu
WKRI kami mengunjungi RUTAN cabang Boven Digoel untuk membuat ibadah dan
memberikan komuni kudus kepada para tahanan yang ada 3 orang Katolik dan 1
orang Protestan.
Tanggal 31 Desember 2016, misa tutup tahun yang diselenggarakan di Gereja pusat
paroki. Saya membantu membagikan komuni.
Januari 2017
Happy new year 2017. Misa pembukaan tahun tanggal 1 Januari 2017
diselenggarakan di Gereja pusat paroki. Malamnya saya ikut acara bakar-bakar ayam
dan ikan serta makan malam di lingkungan Elisabet di rumah bpk. Yanuarius
Tanggal 2 Januari 2017, saya bersama kelompok kharismatik mengadakan doa syukur
sekaligus ibadat pemberkatan usaha baru dari Bpk. Jo di tempat kolam umum milik
beliau. Jam 6 sore ikut misa harian pada hari Senin, setlah itu kami makan-makan di
rumah Bpk. Andy Fatlolon.
Tanggal 6 Januari 2017, saya bersama pastor paroki, suster Yudith KYM, Tino pergi
ke kolam berenang untuk berenang di tempat bpk Jo
177
Tanggal 7 Januari 2017, saya pergi ke stasi Ampera. Malamnya tidak jadi katakese
karena hujan
Tanggal 8 Januari 2017, saya pimpin ibadat dengan membawakan renungan dengan
tema “Yesus raja diatas segala raja” pada pesta penampakan Tuhan. Setelah itu saya
kumpul dengan dewan jajaran stasi untuk membicarakan program 2 bulan ke depan.
Sorenya saya memberikan pembinaan kepada OMK. Malamnya saya memberikan
katakese tentang keluarga. Setelah itu rekreasi bersama dengan umat.
Tanggal 9 Januari 2017, saya pulang ke paroki
Tanggal 13 Januari 2017, saya pimpin rapat untuk pembentukan tim kerja dalam
RAKER 2017 paroki Hati Kudus Tanah Merah. Malamnya saya pimpin doa syukur
atas hari ulang tahun ibu Dolores Ulukyanan.
Tanggal 14 Januari 2017, ikut misa pembukaan tahun ajaran genap di sekolah SMA
St. Yoseph Tanah Merah. Bertugas sebagai panitia sekasi Liturgi dan Acara. Sorenya
saya pimpin ibadat di Bank Papua cabang Tanah Merah dengan membawakan
renungan dengan tema “Yesus datang bukan untuk mencari orang benar namun
mencari orang yang berdosa”.
Tanggal 16 Januari 2017, mulai mengajar lagi english conversation kelas XA. Saya
minta mereka untuk menceritakan pengalaman selama liburan dengan bahasa Inggris.
Tanggal 17 Januari 2017, mengajar di kelas XII IPA bergabung dengan XII IPS.
Mengajar tentang Question Tag. Sorenya memberikan katakese kepada umat St.
Elisabet tentang Dogma gelar Maria Bunda Allah.
Tanggal 18 Januari 2017, saya ikut PDKK di rumah ibu Sance. Bertepatan dengan
dibukanya doa sepekan sedunia
Tanggal 20 Januari 2017, saya memberikan pembinaan sakramen pernikahan.
Temanya adalah sakramen-sakramen kepada dua orang calon pasangan nikah.
Tanggal 21 Januari 2017, saya pergi ke stasi Ampera bersama ibu Elis dan ibu
Blandina mewakili kelompok Kharismatik. Kami mengadakan praise and worship dan
ibu Elis membantu memberikan materi.
Tanggal 22 Januari 2017, saya pimpin ibadat di stasi Ampera dan membawakan
renungan dengan tema “bertobatlah sebab kerajaan Allah telah dekat”. Setelah itu
dilanjutkan dengan cerdas tangkas yang dimenangi oleh Juara I lk 4, Juara II lk III,
juara III lk 1, juara IV lk 2, Juara V lk. 5. Malamnya rekreasi dengan umat Ampera
dengan menonton film.
Tanggal 23 Januari 2017, saya pulang ke pusat paroki. Setelah itu saya memberkati
jenazah Bpk. Godefridus Iriyanan di jalan Ampera. Sorenya kami melayat ke Alm.
Bpk. Yohanes Baptista.
Tanggal 24 Januari 2017, saya minta sakramen pertobatan dan ikut misa pagi di
susteran PBHK.
Tanggal 25 Januari 2017, saya ikut PDKK dan menutup pekan doa sedunia.
Tanggal 28 Januari 2017 adalah Hari raya Imlek Ayam Api 2568. Saya mengunjungi
keluarga bapak Ilong.
Tanggal 30 Januari 2017, saya pimpin ibadat 40 hari alm. Bpk. Kristoforus Kunoy
Tombinap
178
Tanggal 31 Januari 2017, mengikuti acara ulang tahun dari Bpk. Henky Yanit, ketua
dewan paroki.
Pebuari 2017
Tanggal 3 Pebuari 2017, hari Jumat pertama. Saya membawakan kotbah dengan tema
Tanggal 4 Pebuari 2017, saya memimpin ibadat di rumah ibu Dolorosa Ulukyanan,
ibadat para karyawan BRI. Lalu disambung dengan ibadat syukur Pesta Bona Taon
Ikatan keluarga Batak di aula Rehobot.
Tanggal 6 Pebuari 2017, saya pimpin ibadat sabda peringatan arwah 40 hari adik
Theodora Krisensia Kundarok. Setelah itu saya mengikuti acara perpisahan dengan P.
Jhems Kumolontang MSC.
Tanggal 7 Pebuari 2017, P. Jhems Kumolontang MSC pergi meninggalkan Paroki
Hati Kudus Tanah Merah. Malamnya saya pimpin ibadat peringatan arwah 7 hari
Alm. Bpk. Tobias Ugo.
Tanggal 11 pebuari 2017, berangkat ke stasi Ampera. Rencana mau ikut ibadah di
lingkungan satu namun sudah selesai. Lalu dilanjutkan dengan katakese umat tentang
dampak miras bagi kesehatan, masyarakat dan Gereja. Setelah dilanjutkan dengan
rekreasi bersama.
Tanggal 12 Pebuari 2017, saya pimpin ibadat di stasi Ampera dan memabwakan
renungan dengan tema “hidup diperhadapkan dengan berbagai pilihan, sama-sama
mendapat ganjaran”. Setelah itu saya melatih para jajaran dewan stasi untuk
memimpin ibadat pemberkatan jenazah.
Tanggal 13 Pebuari 2017, saya pulang ke pusat paroki.
Tanggal 14 Pebuari 2017, OMK pusat paroki mengadakan acara hari Valentine yang
diikuti juga oleh para misdinar paroki. Dibuka dengan misa kudus yang dipimpin oleh
P. Yoseph Jorolan MSC. Setelah itu dilanjutkan dengan tukar kado dan acara rekreasi
bersama anak-anak OMK.
Tangal 15 Pebuari 2017, ikut bersih-bersih di pastoran. Saya pindah ke kamar P.
Jhems.
Tanggal 17 Pebuari 2017, memberikan les tambahan kepada anak-anak murid kelas
Xa SMA St. Yosph di sekretariat WKRI dari jam 16.15 WIT sampai jam 17.35 WIT.
Tanggal 18 Pebuari 2017, Fr. Andre Wohon MSC datang ke Tanah Merah dan saya
jemput dia di bandara.
Tanggal 20 Pebuari 2017, misa pemberkatan ruang pastoran baru misa jam 18.00
WIT. Saya mendapat kepercayaan dari Bpk uskup agung Merauke untuk
membawakan presentasi tentang keuskupan agung Merauke. Saya mempersiapkan
diri bersama Bpk uskup.
Tanggal 21 Pebuari 2017, kedatangan para uskup setanah papua di paroki Hati Kudus
Tanah Merah. Mereka adalah uskup Timika, Uskup Agats, Uskup Manokwari-
Sorong, uskup Jaya pura, uskup Merauke. Datang sekitar jam 11.00 WIT dengan
pesawat AMA dan disambut dengan meriah oleh seluruh umat di Tanah Merah. Sore
harinya sekitar jam 17.00 WIT, saya mempresentasikan tentang keuskupan Agung
179
Merauke di hadapan Audiens, para pejabat dan para uskup. Malamnya dilanjutkan
dengan misa bersama umat di Gereja pusat paroki.
Tanggal 22 Pebuari 2017, pertemuan intern para uskup merupakan pertemuan inti
mereka. Sorenya jam 16.30 WIT para uskup mengadakan dialog dengan para umat
dan dilanjutkan misa pada jam 18.00 WIT.
Tanggal 23 Pebuari 2017, para uskup bergerak ke arah Mindiptana. Menginap di sana.
Keesokan harinya mereka pulang.
Tanggal 24 Pebuari 2017, saya memberkati jenazah seorang bayi berusia dua bulan
yang belum dibaptis bernama Antonia Wandim.
Tanggal 25 Pebuari 2017, saya dan Fr. Andre pergi ke stasi Ampera. Kami ikut ibadat
lingkungan. Saya ke lingkungan dua dan Fr. Andre ke lingkungan 3. Katakese dan
rekreasi dibatalkan karena genset tidak menyala.
Tanggal 26 Pebuari 2017, saya pimpin ibadat di stasi Ampera dan membawakan
renungan dengan tema : “bergantung pada Tuhan adalah ciri dari orang yang
beriman”. Pada jam 17.00 WIT saya memberikan pelatihan ibadat peringatan arwah 3
hari dan mengulangi kembali ibadat pemberkatan jenazah dengan praktek langsung.
Pada jam 19.30 WIT saya memberikan katakese tentang dampak narkoba bagi
kesehatan, masyarakat dan Gereja. Setelah itu lanjut dengan rekreasi bersama dengan
umat.
Tanggal 27 Pebuari 2017, kami pulang ke pusat paroki.
Tanggal 28 Pebuari 2017, saya ikut misa peringatan arwah 40 hari Bpk John Baptista
Maret 2017
Tanggal 1 Maret 2017 adalah hari Rabu Abu. Saya ikut misa pagi anak sekolah dan
ikut membantu memberikan abu dan hosti kepada anak-anak sekolah. Sorenya saya
berangkat ke stasi Mawan untuk pimpin ibadat dan membagikan abu di sana.
Tanggal 2 Maret 2017, jalan salib pertama dalam masa puasa. Saya ikut misa Jumat
pertama dan jalan salib.
Tanggal 4 Maret 2017, saya berangkat ke stasi Ampera. Saya ikut doa lingkungan 1
dan membawakan renungan singkat. Malamnya saya memberikan katakese tentang
dosa dan rekreasi bersama dengan umat.
Tanggal 5 Maret 2017, saya pimpin ibadat di stasi Ampera, membacakan surat
gembala, memberikan abu kepada umat di sana. Sorenya saya memberikan pelatihan
pimpin ibadat pemakaman jenazah, ibadat peringatan arwah 40 hari dan pelatihan
pimpin ibadat sabda di Gereja. Malamnya rekreasi bersama dengan umat.
Tanggal 6 Maret 2017, saya pulang kembali ke pusat paroki.
Tanggal 8 Maret 2017, saya mengikuti rapat pemilihan pengurus baru kelompok
kategorial Kharismatik. Bpk. Natalis Jamrewav terpilih sebagai ketua koordinator.
Tanggal 10 Maret 2017, saya memberkati jenazah Almh. Ibu Rosalina Kimbup.
Sorenya saya mengikuti ibadat jalan salib dan setelah itu misa.
Tanggal 11 Maret 2017, saya berekreasi bersama dengan anak-anak misdinar di
kolam renang bpk. Jo.
180
Tanggal 12 Maret 2017, saya asistensi misa dengan P. Melky MSC, baca Injil dan
bagi komuni.
Tanggal 13 Maret 2017, saya pimpin ibadat peringatan arwah 40 hari Alm. Bpk
Tobias Ugo.
Tanggal 14 Maret 2017, memberikan katakese untuk lingkungan St. Elisabet jam
17.00 WIT.
Tanggal 15 Maret 2017, ikut PDKK jam 17.00 WIT.
Tanggal 18 Maret 2017, ikut misa memperingati pesta nama SMA St. Yoseph Tanah
Merah. Sorenya berangkat ke stasi Ampera dan ikut doa di lingkungan St. Paulus dan
memberikan renungan singkat.
Tanggal 19 Maret 2017, pimpin ibadat di Gereja Stasi Ampera dan memberikan
renungan dengan tema “Air hidup yang diberikan oleh Yesus jauh melebihi dari
segala sesuatu yang ada di dunia ini”. Malam harinya saya memberikan katakese
tentang “salib”.
Tanggal 20 Maret 2017, pulang kembali ke pusat paroki.
Tanggal 21 Maret 2017, memberikan katakese umat di lingkungan St. Elisabet
Tanggal 22 Maret 2017, mengikuti doa di PDKK Hati Kudus Tanah Merah dan
mendoakan banyak orang.
Tanggal 23 Maret 2017, memberikan pembinaan sakramen baptis di pusat paroki
tentang lambang-lambang dalam sakramen baptis.
Tanggal 24-26 Maret 2017, memberikan rekoleksi kepada anak-anak SD St. Don
Bosco di wilayah Wet.
Tanggal 28 Maret 2017, saya mengikuti rapat umum kelompok kharismatik Hati
Kudus Tanah Merah. Rapat itu dibuka pada oleh pastor paroki Pastor Pius Rettob
MSC dan ditutup oleh saya sendiri.
Tanggal 29 Maret 2017, saya mengikuti doa PDKK Hati Kudus Tanah Merah.
Tanggal 30 Maret 2017, saya memimpin ibadat kelompok misdinar dan membawakan
renungan singkat tentang kesaksian.
Tanggal 31 Maret 2017, saya ikut jalan salib dan dilanjutkan dengan misa.
181