Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI INDUSTRI BAHAN PENYEGAR DAN REMPAH

PENGOLAHAN BAHAN REMPAH “MINUMAN


TRADISIONAL WEDANG UWUH”

Disusun Oleh :
AHMAD ALAM AKBAR
193020403013
Kelompok I

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN
TEKNOLOGI INDUSTRI BAHAN PENYEGAR DAN
REMPAH

PENGOLAHAN BAHAN REMPAH “MINUMAN


TRADISIONAL WEDANG UWUH”

Telah diperiksa dan disetujui oleh asisten praktikum pada:


Hari :
Tanggal :

ASISTEN PRAKTIKUM

SAKKAP SIHOTANG
CGA 118 007

ii
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum........................................................................... 2
II. LANDASAN TEORI
2.1 Wedang Uwuh .............................................................................. 3
2.2 Morfologi Tanaman ....................................................................... 3
2.3 Komponen Penyusun dan Senyawa Spesifik Bahan ...................... 6
2.4 Manfaat Bahan Rempah ................................................................. 8
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................... 12
3.3 Prosedur Kerja ............................................................................... 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan ........................................................................... 13
4.2 Pembahasan .................................................................................... 14
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 16
5.1 Saran .............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori


Rempah-rempah adalah bagian tumbuhan yang beraroma atau berasa
kuat yang digunakan dalam jumlah kecil di makanan sebagai pengawet atau
perisa dalam masakan. Rempah-rempah biasanya dibedakan dengan
tanaman lain yang digunakan untuk tujuan yang mirip, seperti tanaman
obat, sayuran beraroma, dan buah kering. Rempah-rempah adalah bagian
tanaman yang berasal dari bagian batang, daun, kulit kayu, umbi, rimpang
(rhizome), akar, biji, bunga atau bagian-bagian tubuh tumbuhan lainnya. Bagian-
bagian tubuh tanaman tersebut mengandung senyawa fitokimia yang dihasilkan
tanaman sebagai bagian dari proses metabolism tanaman. Contoh dari rempah-
rempah yang merupakan biji dari tanaman antara lain adalah biji adas, jinten dan
ketumbar. Rempah-rempah berbahan baku rimpang, antara lain diperoleh dari
tanaman jahe, kunyit, lengkuas, temulawak, dan kapulaga. Daun adalah bagian
tanaman yang sering dimanfaatkan sebagai rempah-rempah, terutama sebagai
penguat cita rasa dan aroma makanan. Daun-daun yang sering dipakai antara lain
adalah daun jeruk, daun salam, seledri, dan daun pandan (Rima, 2019).
Sampai saat ini diperkirakan terdapat 400-500 rempah-rempah di dunia
dengan Asia Tenggara sebagai pusat rempah-rempah dunia. Di Asia Tenggara
terdapat setidaknya 275 spesies rempah. Rempah-rempah penting dari Asia
Tenggara adalah kapulaga Jawa, kayu manis, cengkeh, jahe, pala, lada hitam dan
lainnya. Beberapa spesies rempah Indonesia adalah tanaman introduksi dari
belahan dunia lain, meliputi antara lain Eropa, Amerika, India dan Cina. Peran
bangsa Eropa dalam introduksi rempah-rempah asing ke wilayah Indonesia sangat
penting. Rempah-rempah banyak ditanam di sekitar rumah dan lahan-lahan
budidaya, namun demikian banyak diantaranya masih diambil dari habitat
alamiahnya di hutan tropis. Rempah adalah jenis-jenis tanaman yang memiliki
banyak khasiat dan manfaatnya antara lain, dapat menghangatkan tubuh,
dapat menambah cita rasa pada makana dan dapat dijadikan pengharum
ruangan (Surati, 2010).
2

Wedang uwuh merupakan minuman tradisional yang mempunyai


segudang manfaat, terutama untuk pengobatan. Di masa pandemi seperti
sekarang, minuman tradisional satu ini dicari dan dikonsumsi banyak orang.
nama wedang uwuh diambil dari Bahasa Jawa minuman sampah. Disebut
minuman sampah karena penampilan wedang uwuh yang sesudah diseduh
terlihat berantakan mirip dengan sampah rempah. Meski demikian minuman
herbal ini sangat bagus untuk kesehatan tubuh. Wedang uwuh merupakan
minuman tradisional khas daerah Yogyakarta yang telah dilaporkan memiliki
aktivitas antioksidan tinggi. Komponen dari wedang uwuh berupa kayu secang,
jahe, kayu manis, kapulaga dan cengkeh. Formulasi wedang uwuh selama ini
sangat beragam, tetapi peranan kayu secang sangat penting. Jika porsinya terlalu
rendah menyebabkan warna wedangnya tidak menarik. Kayu secang mengandung
komponen fenolik dengan aktivitas antioksidan tinggi berupa brazilin
(C16H14O5) dan sappanin (C12H12O4) yang berperan dalam memberikan warna
merah. Secara sensoris, bahan herbal lainnya berperan membentuk flavor.
Optimasi formula untuk mencapai tingkat antioksidan yang tinggi sebagai bentuk
inovasi untuk pembakuan porsi bahan bakunya diharapkan dapat meningkatkan
manfaat dan memperluas penggunaannya (Febriyenti et al., 2018).

1.2 Tujuan Praktikum


Mampu membuat produk olahan berbahan dasar rempah, memahami
maksud dan tujuan setiap tahapan pengolahan.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wedang Uwuh


Wedang uwuh merupakan minuman tradisional khas daerah Yogyakarta
yang telah dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan tinggi. Komponen dari
wedang uwuh berupa kayu secang, jahe, kayu manis, kapulaga dan cengkeh.
Formulasi wedang uwuh selama ini sangat beragam, tetapi peranan kayu secang
sangat penting. Jika porsinya terlalu rendah menyebabkan warna wedangnya tidak
menarik. Kayu secang mengandung komponen fenolik dengan aktivitas
antioksidan tinggi berupa brazilin (C16H14O5) dan sappanin (C12H12O4) yang
berperan dalam memberikan warna merah. Secara sensoris, bahan herbal lainnya
berperan membentuk flavor. Di masa pandemi seperti sekarang, minuman
tradisional satu ini dicari dan dikonsumsi banyak orang. nama wedang uwuh
diambil dari Bahasa Jawa minuman sampah. Disebut minuman sampah
karena penampilan wedang uwuh yang sesudah diseduh terlihat berantakan
mirip dengan sampah rempah. Meski demikian minuman herbal ini sangat
bagus untuk kesehatan tubuh (Rima, 2019).

2.2 Morfologi Tanaman


Rimpang tanaman jahe merupakan jahe yang biasa kita temui di pasar.
Rimpang sendiri merupakan modifikasi dari batang lalu menjadi umbi untuk
menyimpan cadangan makanan. Warna dan ukuran rimpang jahe berbeda-beda
tergantung pada kultivarnya. Umumnya yang sering kita temui, rimpang jahe
bentuknya berbuku-buku, agak pipih dan menyebar kesegala arah. Kulit luarnya
berwarna coklat muda dan dagingnya berwarna kuning muda. Tanaman jahe
memiliki akar serabut dan akar-akar ini keluar dari rimpang dan warnanya putih
kotor. Akar tanaman jahe dibagi menjadi tiga bagian yaitu lehar akar, batang akar
serta tudung akar. Tudung akar merupakan bagian paling ujung dari akar yang
melindungi sel-sel diujung akar. Jahe memiliki batang semu yang dapat tumbuh
hingga 1 meter tumbuhnya tegak dan tidak bercabang, berwarna hijau tua,
bentuknya bulat serta dilapisi bulu-bulu halus. Batang jahe memiliki jaringan
yang lunak dan berair. Batang ini juga merupakan pelepah-pelepah daun yang
4

saling membungkus. Daun jahe merupakan tipe daun tunggal dan memiliki
pelepah serta seludang daun. Bentuk helai daunnya sempit dan panjangnya sekitar
15-23 cm sedangkan lebarnya hanya sekitar 1,5 cm. Daun ini tumbuh berselingan.
Daunnya memiliki tepi yang rata, ujung daun meruncing namun pangkalnya
tumpul. Daun jahe memiliki pertulangan daun yang sejajar dan seluruh
permukaan daunnya licin. Bunga jahe menyembul dari permukaan tanah
bentuknya bulat seperti tongkat atau bulat dengan panjang tangkai sekitar 25 cm.
Bunga ini merupakan malai yang tersusundari beberapa bunga. Bunga jahe
memiliki aroma yang sangat tajam dan berbau seperti jahe. Bunga jahe memiliki
mahkota bunga yang berbentuk tabung sepanjang 2 – 2,5 cm dan jumlah
kelopaknya 3 buah berwarna putih kekuningan, memiliki kepala sari yang
berwarna ungu dan dua tangkai putik oleh karena itu bunga jahae merupakan
bunga hermaprodit. Bunga jahe dilindungi oleh daun pelindung yang berwarna
hijau (Astina, 2010).
Kayu secang biasa tumbuh di daerah tropis umumnya di tempat terbuka
sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut seperti di pegunungan namun
tidak bersuhu terlalu dingin. Kayu secang termasuk suku Caesalpiniaceae.
Memiliki nama berbeda di setiap daerah seperti cang (Bali), sepang (Sasak), kayu
sena (Manado), naga, sapang (Makassar), soga jawa (Jawa), kayu secang
(Madura), secang (Sunda), sepeung, sopang, cacang (Sumatra), sepang (Bugis),
sawala, hinianga, sinyhiaga, singiang (Halmahera Utara), sepen (Halmahera
Selatan), lacang (Minangkabau), sepel (Timor), hape (Sawu), hong (Alor)
(Karlina et al., 2012). Secang adalah tanaman berkayu yang biasa dimanfaatkan
bagian batangnya (Praja, 2015). Batang kayu secang berbentuk bulat, berwarna
hijau kecokelatan memberikan warna merah bila serutan kayunya direbus
(Padmaningrum et al., 2012).
Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) merupakan tanaman pohon dengan
batang besar berkayu keras yang tingginya mencapai 20–30 m. Tanaman ini
mampu bertahan hidup hingga lebih dari 100 tahun dan tumbuh dengan baik di
daerah tropis dengan ketinggian 600–1000 meter di atas permukaan laut (dpl).
Tanaman cengkeh memiliki 4 jenis akar yaitu akar tunggang, akar lateral, akar
5

serabut dan akar rambut. Daun dari tanaman cengkeh merupakan daun tunggal
yang kaku dan bertangkai tebal dengan panjang tangkai daun sekitar 2–3 cm
(Nuraini, 2014). Daun cengkeh berbentuk lonjong dengan ujung yang runcing,
tepi rata, tulang daun menyirip, panjang daun 6–13 cm dan lebarnya 2,5–5 cm.
Daun cengkeh muda berwarna hijau muda, sedangkan daun cengkeh tua berwarna
hijau kemerahan (Kardinan, 2003). Tanaman cengkeh mulai berbunga setelah
berumur 4,5–8,5 tahun, tergantung keadaan lingkungannya. Bunga cengkeh
merupakan bunga tunggal berukuran kecil dengan panjang 1–2 cm dan tersusun
dalam satu tandan yang keluar pada ujung-ujung ranting. Setiap tandan terdiri dari
2–3 cabang malai yang bisa bercabang lagi. Jumlah bunga per malai bisa
mencapai lebih dari 15 kuntum. Bunga cengkeh muda berwarna hijau muda,
kemudian berubah menjadi kuning pucat kehijauan dan berubah menjadi
kemerahan apabila sudah tua. Bunga cengkeh kering akan berwarna coklat
kehitaman dan berasa pedas karena mengandung minyak atsiri (Thomas, 2007).
Kapulaga merupakan tanaman tahunan berupa perdu dengan tinggi 1,5 m,
berbatang semu, buahnya berbentuk bulat, membentuk anakan berwarna hijau.
Mempunyai daun tunggal yang tersebar, berbentuk lanset, ujung runcing dengan
tepi rata.Pangkal daun berbentuk runcing dengan panjang 25-35 cm dan lebar 10-
12 cm, pertulangan menyirip dan berwarna hijau (Maryani, 2003). Batang
kapulaga disebut batang semu, karena terbungkus oleh pelepah daun yang
berwarna hijau, bentuk batang bulat, tumbuh tegak, tingginya sekitar 1-3 m.
Batang tumbuh dari rizome yang berada di bawah permukaan tanah, satu rumpun
bisa mencapai 20-30 batang semu, batang tua akan mati dan diganti oleh batang
muda yang tumbuh dari rizoma lain. Kapulaga berbunga majemuk, berbentuk
bonggol yang terletak di pangkal batang dengan panjang kelopak bunga 12,5 cm
di kepala sari terbentuk elips dengan panjang 2 mm, tangkai putik tidak berbulu,
dan berbentuk mangkok. Mahkota berbentuk tabung dengan panjang 12,5 mm,
berwarna putih atau putih kekuningan. Mahkota berbuah kotak dengan biji kecil
berwarna hitam (Maryani, 2003).
Tanaman serai merupakan tanaman dengan habitus terna perenial yang
tergolong suku rumput-rumputan. Tanaman serai mampu tumbuh sampai 1-1,5 m.
6

Panjang daunnya mencapai 70-80 cm dan lebarnya 2-5 cm, berwarna hijau muda,
kasar dan memiliki aroma yang kuat. Serai memiliki akar yang besar dan
merupakan jenis akar serabut yang berimpang pendek. Batang serai bergerombol
dan berumbi, serta lunak dan berongga. Isi batangnya merupakan pelepah umbi
pada pucuk dan berwarna putih kekuningan. Namun ada juga yang berwarna putih
keunguan atau kemerahan. Daun tanaman serai berwarna hijau dan tidak
bertangkai. Daunnya kesat, panjang, runcing dan memiliki bentuk seperti pita
yang makin ke ujung makin runcing dan berbau citrus ketika daunnya diremas.
Daunnya juga memiliki tepi yang kasar dan tajam. Tulang daun tanaman serai
tersusun sejajar dan letaknya tersebar pada batang. Panjang daunnya sekitar 50-
100 cm sedangkan lebarnya kirakira 2 cm. Daging daun tipis, serta pada
permukaan dan bagian bawah daunnya berbulu halus. Tanaman serai jenis ini
jarang sekali memiliki bunga. Jika ada, bunganya tidak memiliki mahkota dan
merupakan bunga berbentuk bulir majemuk, bertangkai atau duduk, berdaun
pelindung nyata dan biasanya berwarna putih. Buah dan bijinya juga jarang sekali
atau bahkan tidak memiliki buah maupun biji (Wijayakusuma, 2005).

2.3 Manfaat Bahan Rempah


Berikut ini adalah manfaat-manfaat yang terdapat dalam kandungan kayu
secang, antara lain; a) Ekstrak kayu secang dipercaya bisa mengobati radang
tenggorokan. Hal ini disebabkan, ekstrak kayu secang bisa mneghambat
pertumbuhan bakteri Strepcococus alpha; b) kayu secang dapat mengobati
penyakit diare. Hal ini disebabkan secang bersifat antidiare. Sifat antidiare dalam
secang telah dibuktikan dalam sebuah penelitian. Ekstrak air rebusan kayu secang
selama 20 menit menghasilkan tanin 0.137% yang diduga sebagai anti diare
(Padmaningrum et al., 2012).
Manfaat dari mengonsumsi jahe, yaitu; a) Jahe membantu mengurangi
iritasi di tenggorokan dan paru-paru, serta membersihkan saluran udara dan
meredakan batuk kering. Agar optimal, konsumsi jahe dengan menyeduhnya
dalam minuman hangat. Anda juga dapat menambahkan madu untuk
meningkatkan rasa dan khasiat; b) Khasiat jahe dapat membantu mencegah
pembekuan darah di pembuluh darah jantung karena mengandung asam alami
7

yang disebut salisilat. Untuk mendapatkan efek antikoagulan dari salisilat alami,
jahe dapat dikonsumsi dalam kondisi segar atau kering secara teratur
(Astina, 2010).
Manfaat dari mengonsumsi cengkeh adalah Cengkeh digunakan untuk
meredakan sakit perut dan meredakan batuk berdahak. Selain itu, ekstrak cengkeh
yang dijadikan minyak juga digunakan untuk mengatasi diare, perut kembung,
mual dan muntah, hernia dan bau mulut (Rismunandar, 1990).
Kapulaga dapat merangsang produksi air liur yang membantu proses
pencernaan makanan. Kapulaga juga mengandung serat yang bermanfaat
mencegah sembelit. Selain itu, kapulaga juga dipercaya bisa mengurangi produksi
gas dalam lambung (Maryani, 2003).
Manfaat mengonsumsi kayu manis, yaitu; a) Kandungan
antioksidan polifenol dan flavonoid dalam kayu manis menjadikannya baik untuk
dikonsumsi guna mengatasi peradangan, mempercepat pemulihan luka, dan
mencegah kerusakan sel dan jaringan tubuh akibat radikal bebas; b) Beberapa riset
menunjukkan bahwa ekstrak kayu manis dapat menurunkan kadar gula darah dan
menjaganya tetap stabil (Thomas, 2007).
Ada beberapa manfaat mengonsumsi serai seperti meningkatkan kekebalan
tubuh, mengurangi kolesterol dalam darah, meningkatkan kualitas tidur, dan
menghilangkan rasa sakit. Minyak atsiri dari bahan serai ini bisa mengusir
nyamuk, menyegarkan udara, dan mengurangi stress (Wijayakusuma, 2005).
8

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Teknologi Bahan Penyegar dan Rempah dengan materi
Pengoalahan Bahan Rempah (Pembuatan Wedang Uwuh) dilaksanakan pada hari
Senin, 13 Desember 2021 pukul 10.30-13.00 WIB, di rumah Ahmad Alam Akbar.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada Praktikum Teknologi Bahan Penyegar dan
Rempah dengan materi Pengolahan Bahan Rempah (Pembuatan Wedang Uwuh)
adalah: gelas, panci, sendok, pisau, talenan baskom dan kompor. Sedangkan
bahan yang diperlukan adalah; simplisia kayu secang, jahe, cengkeh, kayu manis,
kapulaga, serai gula dar air.

3.3 Cara kerja


Adapun cara kerja dari Praktikum Teknologi Bahan Penyegar dan Rempah
dengan materi Pengolahan Bahan Rempah (Pembuatan Wedang Uwuh) adalah
sebagai berikut:
3.3.1 Pembuatan Permen Jahe
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Kemudian potong-potong semua bahan dan mencuci bahan
3. Keringankan bahan di bawah sianar mata hari atau menggunakan ovan
4. Mengambil masing-masing simplisia kayu secang, jahe, cengkeh, kayu
manis, kapulaga, dan serai secukupnya sesuai dengan takaran untuk gelas
200 ml
5. Didihkan air sebanyak 200 ml diatas kompor
6. Memasukkan semua bahan-bahan simplisia kedalam air mendidih, masak
sebentar sambil diaduk kemudian diangkat dan dituangkan ke dalam gelas.
3.3.2 Uji Organoleptik Wedang Uwuh
1. Siapkan Wedang Uwuh yang sudah disajikan digelas
2. Setelah itu melakukan uji organoleptik dengan 4 sampel dan yang diamati
mulai dari warna, aroma, tekstur dan rasa.
9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 1. Data Pengamatan Uji Organoleptik Wedang Uwuh
Kesukaan
Responden
Warna Aroma rasa

1. 5 5 6

2. 5 6 6

3. 3 6 3

4. 4 5 6

5. 5 6 5

6. 5 6 6

7. 5 5 6

8. 4 5 4

9. 5 5 5

 Digram Batang Hasil Persentase

Responden
5.4
5.2
5
4.8
Responden
4.6
4.4
4.2
Warna
Aroma
rasa
10

4.2 Pembahasan
Pada praktikum Teknologi Bahan Penyegar Dan Rempah materi Pengolahan
Bahan Rempah. Kelompok 1 membuat pengolahan bahan rempah menjadi
minuman tradisional Wedang Uwuh, minuman tradisional ini terbuat dari
beberapa bahah rempah-rempahan. Langkah pertama yaitu menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan dalam pengolahan minuman tradisional wedang
uwuh, bahan utama yang digunakan antara lain; cengkeh, kayu secang, daun serai,
jahe, kapulaga dan kayu manis. Alat yang digunakan yaitu; pisau, kompor dan
panci. Setelah semua alat dan bahan tersedia langkah selanjutnya mencuci bahan
agar bahan bersih dan aman untuk dikonsumsi. Lalu jemur bahan dibawah sinar
matahari untuk mengurangi kadar air nya. Mengambil simplisia sesuai takaran
untuk 200 ml wedang uwuh. Didihkan air sebanyak 200 ml lalu masukkan semua
simplisia kedalam panci. Kemudia angkat dan masukkan kedalam gelas. Jadilah
wedang uwuh sebanyak 200 ml.
Metode pengujian yang digunakan adalah metode uji organoleptik, tujuan
dari menggunakan metode uji organoleptik adalah untuk mengetahui rating
kesukaan dari para pengujinya. Setelah dilakukan uji organoleptik didapatkan
hasil pangamatan dan dirata-ratakan untuk kesukaan terhadap warna sampel
adalah 4,5. Rata-rata kesukaan terhadap aroma dari wedang uwuh adalah 5,4.
Sedangkan nilai rata-rata dari rasa untuk wedang uwuh yaitu 5,2.
11

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Rempah adalah jenis tanaman yang memiliki kandungan senyawa fitokimia,
senyawa ini dapat berperan dalam memberikan rasa, warna dan aroma dalam
makanan. Hal ini lah yang membuat rempah sangat bermanfaat dalam kesehatan
dan bumbu suatu masakan. Pengolahan peroduk berbahan dasar rempah sangatlah
banyak salah satunya yaitu minuman tradisional Wedang Uwuh, minuman ini
berasal dari daerah Yogyakarta, manfaat dari Mengonsumsi Wedang uwuh adalah
menghangatkan badan dan juga dapat meningkatkan imunitas dalam tubuh.
Pengolahan wedang uwuh bisa dikatakan sangatlah mudah, karena prosesnya
hanya pencucian, pemotongan, penjemuran dan perebusan.

5.2 Saran
Menurut saya alangkah lebih baik setiap praktikan agar lebih teliti dan
berhati-hati dalam proses pengolahan produknya, agar produk yang dihasilkan
memiliki kualitas yang baik.
12

DAFTAR PUSTAKA

Arminto, 1999, Mempelajari Reaksi Kondensasi Aldol Pada Veratraldehida dan


Aseton, Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.
Agoes., 2010, : Budidaya dan Pengolahan, Edisi revisi, Penebar swadaya, Jakarta.
Rismunandar, 1990, Destilasi Minyak Kayu Manis, Penebar Swadaya, Jakarta
Rustamsyah, 1982, Isolasi Sinnamaldehid dari Minyak kayu Manis
(Cassiavera) dan Pembuatan Derivat-derivatnya, Skripsi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada,
Jogjakarta.
Rima, 2019, Morfologi Tanaman Rempah-Rempah. Penerbit Erlangga, Surabaya
Furniss, B. S., AJ. Hammoford, P. W. G. Smith and A. R.
Surati, 2010, Mempelajari Khasiat Wedang Uwuh, Skripsi, Fakultas Pertanian
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta
Santoso, 1988, Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemistry, edisi 5, John
Willey and Son, New York Guenther, E., 1987, Buah Kapulaga
diterjemah oleh S. Ketaren, Jilid I, Universitas Indonesia, Jakarta Heath,
H.B., 1978. Flavor Technology: Profiles, Product, Application, The AVI
Publishing Co., Inc.,
Wesport Halim, F., 1994, Isolasi dan Identifikasi Penyusun Minyak Daun dan
Ranting Kayu Manis Cinnamomum Burmanni BL dengan KG.SM,
Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Gadjah Mada, Jogjakarta Rismunandar dan Paimin,
Sastrohamidjojo, H., 2004, Kimia Minyak atsiri, Gadjah Mada Press, Jogjakarta

Anda mungkin juga menyukai