Anda di halaman 1dari 15

LEMBARAN DAERAH

KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

Nomor : 8 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 8

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

NOMOR 15 TAHUN 1999

TENTANG

RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG,

Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun


1997, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,dan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi
Daerah yang merupakan Peraturan Pelaksanaan dari Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1997, Retribusi Pemeriksaan Alat
Pemadam Kebakaran ditetapkan menjadi salah satu jenis Retribusi
Daerah;

b. bahwa sehubungan dengan huruf a perlu menetapkan Peraturan


Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung tentang Retribusi
Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan


Daerah - daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah - Daerah
Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 1655).

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


(Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2918);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok


Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3037);
2

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara


Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3209);

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1992 tentang


Penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan titik berat pada Daerah
Tingkat II (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 77, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3478);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi


Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3692);

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang


Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

9. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985


Tanggal 2 Januari 1985 tentang Ketentuan Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan Gedung;

10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 378/KPTS/1987


Tanggal 31 Agustus 1987 tentang Pengesahan 33 Standard
Kontruksi Bangunan Indonesia;

11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 tahun 1993 tentang


Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan;

12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 171 tahun 1997 tentang
Prosedur Pengesahan Peraturan Daerah;

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 tahun 1997 tentang
Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 tahun 1997 tentang
Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun 1998 tentang
Ruang Lingkup dan Jenis-Jenis Retribusi Daerah-Daerah Tingkat I
dan Daerah Tingkat II;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 5


Tahun 1997 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Kebakaran Kabupaten Daerah Tingakt II Badung.
3

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH


TINGKAT II BADUNG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II


BADUNG TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT
PEMADAM KEBAKARAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Daerah adalah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung;

c. Kepala Daerah adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung;

d. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II


Badung;

e. Dinas Kebakaran adalah Dinas Kebakaran Kabupaten Daerah Tingkat II


Badung;

f. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

g. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan
Perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
Retribusi termasuk pemungutan atau pemotongan Retribusi tertentu;
4

h. Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat NPWRD


adalah Nomor Wajib Retribusi yang didaftar dan menjadi identitas bagi setiap
Wajib Retribusi;

i. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan;

j. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah


Surat Keputusan yang menentukan besarnya Retribusi yang terhutang;

k. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat
untuk melakukan tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga
dan atau denda;

l. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya badan usaha milik negara atau
Daerah dengan nama atau bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma,
kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun
bentuk usaha tetap serta bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 2

(1) Dengan nama Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran dipungut


Retribusi atas jasa pelayanan dalam pemeriksaan alat-alat pemadam
kebakaran.

(2) Obyek Retribusi adalah pelayanan atau pengujian oleh Pemerintah Daerah
terhadap alat-alat pemadam kebakaran.

(3) Jasa Pelayanan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini meliputi :

a. Pemeriksaan pesawat monitor alarm kebakaran;


b. Pemeriksaan atau pemasangan telepon kebakaran otomatis;
5

c. Pemeriksaan berkala atas kelengkapan sarana proteksi kebakaran, sarana


penyelamatan jiwa;
d. Pengujian alat pemadam api ringan;
e. Pengujian peralatan pokok pemadam kebakaran;
f. Pengujian alat Bantu evakuasi;

(4) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau
menikmati pelayanan sebagaimana dimaksud ayat (3).

BAB III

CARA MENGUKUR TINGKAT


PENGGUNAAN JASA

Pasal 3

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan frekwensi dan jumlah alat


Pemadam Kebakaran yang diperiksa dan atau dipuji.

BAB IV
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
TARIF DAN WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 4

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi alat Pemadam
Kebakaran didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan
biaya penyelenggaraan pemberian ijin yang bersangkutan.

(2) Retribusi alat Pemadam Kebakaran dipungut di Wilayah Kabupaten Daerah


Tingkat II Badung.
6

BAB V
GOLONGAN RETRIBUSI DAN STRUKTUR
DAN BESARNYA TARIF

Pasal 5

(1) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran termasuk golongan


Retribusi Jasa Umum.

(2) Besarnya tarif Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran ditetapkan


sebagai berikut :

a. Pemeriksaan pesawat monitor alam kebakaran Rp.400.00,-


/perusahaan/bulan.

b. Pemeriksaan, penempatan, penjagaan, otomatis berdasarkan jumlah


gedung yang dilayani Rp.10.000,-/gedung/bulan.

c. Pemeriksaan berkala atas kelengkapan sarana proteksi kebakaran, sarana


penyelamatan jiwa dan bahan-bahan berbahaya :

1. Pengujian Instalasi
1.1. Hidran Kebakaran Rp.25.000,-/titik.
1.2. Alarm Otomatis Rp.30.000,-/titik.
1.3. Alarm Manual Rp. 20.000,-/titik.
1.4. Pemercik Rp. 50.000,-/titik.
1.5. Sistem pemadam khusus Rp. 2.000,-/m.

2. Kipas angin bertekanan lebih dari 10.000 cm Tp.12.000,-/buah.

3. Alat pemadam api ringan berlaku juga untuk pemeriksaan berkala dan
persetujuan pada pelaksanaan pembangunan :

2.7.1. Jenis air bertekanan s/d 91 Rp.500,-/buah


2.7.2. Lebih besar 91 Rp.1.500,-/buah.
2.7.3. Jenis dry chemical :
2.7.3.1. s/d 6 kg Rp.750,-/buah
2.7.3.2. lebih besar dari 6 kg Rp. 1.500,-/buah
2.7.4. Jenis halon:
7

2.7.4.1 s/d 14 lbs Rp.750,-/buah


2.7.4.2 lebih besar 14 lbs Rp.1.500,-/buah.

d. Pengujian alat pemadam api ringan :


1. Jenis air bertekanan ukuran :
1.1. 1 sampai dengan 5 liter Rp.500,-/tb
1.2. 5 sampai dengan 10 lt Rp.600,-/tb
1.3. 10 sampai dengan 15 lt Rp.700,-/tb
1.4. 15 sampai dengan 20 lt Rp.900,-/tb
1.5. 20 sampai dengan 30 lt Rp.1.400,-/tb
1.6. lebih dari 30 lt Rp.1.700,-/tb

2. Jenis busa ukuran :


2.1. 1 sampai dengan 5 lt Rp.500,-/tb
2.2 5 sampai dengan 10 lt Rp.750,-/tb
2.3. 10 sampai dengan 15 lt Rp.1.125,-/tb
2.4. 15 sampai dengan 20 lt Rp. 1.500,-/tb
2.5. 20 sampai dengan 30 lt Rp.1.875,-/tb
2.6. lebih dari 30 lt Rp.2.250,-/tb

3. Jenis CO ukuran :
3.1. 1 sampai dengan 5 lt Rp.1.000,-/tb
3.2 5 sampai dengan 10 lt Rp.1.250,-/tb
3.3. 10 sampai dengan 15 lt Rp.1.750,-/tb
3.4. 15 sampai dengan 20 lt Rp. 2.000,-/tb
3.5. 20 sampai dengan 30 lt Rp.2.500,-/tb
3.6. lebih dari 30 lt Rp.3.000,-/tb

4. Jenis kimia kering ukuran :


4.1. 1 sampai dengan 5 lt Rp.1.250,-/tb
4.2 5 sampai dengan 10 lt Rp.1.270,-/tb
4.3. 10 sampai dengan 15 lt Rp.2.000,-/tb
4.4. 15 sampai dengan 20 lt Rp. 2.500,-/tb
4.5. 20 sampai dengan 30 lt Rp.3.500,-/tb
4.6. lebih dari 30 lt Rp.4.000,-/tb

5. Jenis halon ukuran :


5.1. 1 sampai dengan 5 lt Rp.2.000,-/tb
5.2 5 sampai dengan 10 lt Rp.2.500,-/tb
8

5.3. 10 sampai dengan 15 lt Rp.3.500,-/tb


5.4. 15 sampai dengan 20 lt Rp. 4.250,-/tb
5.5. 20 sampai dengan 30 lt Rp.5.000,-/tb
5.6. lebih dari 30 lt Rp.5.750,-/tb

6. Jenis busa mekanik ukuran :


6.1. 1 sampai dengan 5 lt Rp.500,-/tb
6.2 5 sampai dengan 10 lt Rp.1.000,-/tb
6.3. 10 sampai dengan 15 lt Rp.1.250,-/tb
6.4. 15 sampai dengan 20 lt Rp. 2.000,-/tb
6.5. 20 sampai dengan 30 lt Rp.2.500,-/tb
6.6. lebih dari 30 lt Rp.3.000,-/tb

e. Pengujian perlengkapan pokok pemadam kebakaran


1. Mobil Kebakaran Rp.40.000,-/mobil
2. Selang Kebakaran Rp. 35.000,-/tipe
3. Motor pompa kebakaran jinjing Rp. 25.000,-/buah
4. Baju tahan panas Rp.15.000,-/tipe
5. Helm Rp. 5.000,-/tipe
6. Peralatan pernafasan Rp. 30.000,-/tipe
7. Baju anti api Rp. 25.000,-/set

f. Pengujian peralatan/pemadam kebakaran :


1. Pompa kebakaran dengan penggerak motor diesel Rp. 50.000,-/tipe
2. Pompa kebakaran dengan penggerak listrik Rp. 45.000,-/tipe
3. Pompa kebakaran dengan penggerak motor bensin Rp. 75.000,-/tipe
4. Alat pengindra (detector) :
4.1. pengindra panas Rp. 20.000,-/tipe
4.2. pengindra asap Rp. 25.000,-/tipe
4.3. pengindra nyala Rp. 30.000,-/tipe
5. Kepala pemercik Rp. 20.000,-/tipe

g. Pengujian alat Bantu evakuasi :


1. Tali luncur Rp. 1.500,-/tipe
2. Sliding roll Rp. 5.000,-/tipe
9

BAB VI
TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 6

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah


atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB VII
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 7

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 %
(dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan
ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB VIII
TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 8

(1) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal


tindakan pelaksanaan Penagihan Retribusi dikeluarkan segera setelah 7
(tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran surat
teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, Retribusinya yang terutang.

(3) Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dikeluarkan
oleh Pejabat yang ditunjuk.
10

BAB IX
KEDALUWARSA

Pasal 9

(1) Hak untuk melakukan Penagihan Retribusi, Kedaluwarsa setelah


melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak terutangnya
retribusi, kecuali Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang
retribusi.

(2) Kedaluwarsa Penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal


ini tertangguh apabila :

a. Diterbitkan Surat Teguran atau;


b. Ada pengakuan Hutang Retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung
maupun tidak langsung.

BAB X
KETENTUAN PIDANA

Pasal 10

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga


merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi
yang terutang.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
11

BAB XI
PENYIDIKAN

Pasal 11

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah


diberi kewenangan khusus sebagai penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan laporan


berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas.

b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang


pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah tersebut.

c. Menerima keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah.

d. Memeriksa buku-buku, catatan – catatan dan dokumen – dokumen lain


berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah.

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,


pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan
terhadap bahan bukti tersebut.

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas


penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau


tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud
pada huruf e.

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi


Daerah;
12

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai


tersangka atau saksi;

j. Menghentikan penyidikan;

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak


pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini memberitahukan
dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikannya kepada
penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 12

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.
13

Pasal 13

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.

Ditetapkan di Denpasar
Pada Tanggal : 25 Juni 1999

DEWAN PERWAKILAN BUPATI KEPALA


RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II
DAERAH TINGKAT II BADUNG BADUNG
ttd. ttd.
DRS. I GEDE YUDHA I.G.B. ALIT PUTRA

DISAHKAN
Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia

No. : 974.61-1267 Tanggal : 18-10-1999

Diundangkan di Denpasar
Pada Tanggal 7 Januari 2000

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BADUNG


ttd.
DRS. IDA BAGUS YUDARA PIDADA
PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 010045843

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN 2000


NOMOR 8 SERI B NOMOR 8.
14

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH
TINGKAT II BADUNG
NOMOR 15 TAHUN 1999
TENTANG
RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN

I. UMUM

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok


Pemerintahan di Daerah, Pajak dan Retribusi merupakan sumber Pendapatan Daerah
agar Daerah dapat melaksanakan otonominya, yaitu mampu mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri.

Sumber Pendapatan Daerah tersebut diharapkan mampu menjadi sumber


pembiayaan penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah serta dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu, diperlukan ketentuan yang dapat memberikan pedoman dan
arahan bagi Daerah Tingkat II khususnya Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II
Badung dalam hal Pemungutan Retribusi Daerah.

Dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang


Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka seluruh ketentuan yang mengatur tentang
Pajak dan Retribusi Daerah di Daerah Tingkat II perlu disesuaikan dengan Undang-
Undang dimaksud.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi


Daerah yang merupakan Peraturan Pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1997, Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran ditetapkan menjadi salah satu
jenis Retribusi Daerah.

Berdasarkan hal tersebut maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah


Kabupaten Daerah Tingkat II Badung tentang Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam
Kebakaran.
15

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 s/d pasal 5 : Cukup Jelas.

Pasal 6 ayat (1) : Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah
bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan Retribusi tidak
dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Namun dalam
pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah
tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan
sangat selektif dalam proses pemungutan Retribusi,
Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerja sama badan-
badan tertentu yang karena profesionalismenya layak
dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas
pemungutan jenis retribusi secara efisien. Kegiatan
pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan
dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan
besarnya retribusi yang terhutang, pengawasan, penyetoran
retribusi, dan penagihan retribusi.

(2) : Yang dimaksud dengan dokumen yang dipersamakan


antara lain berupa karcis masuk, kupon, kartu langganan.

Pasal 7 s/d pasal 9 : Cukup Jelas

Pasal 10 : Pengajuan tuntutan ke Pengadilan Pidana terhadap Wajib


Retribusi dilakukan dengan penuh kearifan serta
memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi dan besarnya
retribusi yang terutang yang mengakibatkan kerugian
Keuangan Daerah.

Pasal 11 s/d pasal 13 : Cukup Jelas

Anda mungkin juga menyukai