Anda di halaman 1dari 39

KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 20 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 6

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN SERTA RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa tugas pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada hakekatnya adalah merupakan kewajiban warga masyarakat dan Pemerintah Daerah yang harus dilaksanakan secara preventif dan refresif. b. bahwa dalam rangka untuk mencapai sasaran yang diinginkan dalam usaha pencegahan dan penanggulangan terhadap timbulnya bahaya kebakaran serta peningkatan Pendapatan Daerah, maka perlu mengatur tentang ketentuan-ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran serta Pemungutan Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran dengan Peraturan Daerah.

164

Mengingat 1. 2.

3.

4.

5.

6.

UndangUndang Gangguan (Hinder Ordonantie) statblad Nomor 226 Tahun 1926; Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918); Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah); Undang-undang Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Daerah Kotamadya Daerah Tk II Dumai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3829); Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3538);

7.

8.

9.

10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998 tentang Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3728);

165

11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138); 13. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undangundang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 70); 14. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 6 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 6 seri D). Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAI MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN SERTA PEMUNGUTAN RETRIBUSI ATASNYA DI DAERAH KOTA DUMAI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: a. Daerah adalah Kota Dumai; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Dumai; c. Walikota adalah Walikota Dumai; 166

d. Kantor adalah Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Dumai; e. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; f. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Dumai; g. Izin Tempat usaha adalah izin yang diberikan oleh Walikota atas kegiatan usaha kepada orang pribadi atau badan yang tidak menimbulkan bahaya polusi, gangguan dan kebakaran; h. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usahausaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya; i. Retribusi jasa umum adalah Retribusi atas pelayanan jasa yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan; j. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran yang selanjutnya dapat disebut Retribusi adalah pembayaran atas pelayanan pemeriksaan oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alat pemadam kebakaran yang dimiliki dan atau di pergunakan oleh orang pribadi atau Badan; k. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi Pemeriksaan alat Pemadam Kebakaran; l. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran retribusi; m. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah Retribusi yang terutang ; n. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar daripada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang; 167

o. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDKB adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terhutang, jumlah Kredit Retribusi, jumlah kekurangan pembayaran Pokok Retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar; p. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah Retribusi yang telah ditetapkan; q. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan Tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda; r. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya; s. Alat Pemadam adalah alat / benda untuk memadamkan kebakaran; t. Alat Perlengkapan Pemadaman, adalah alat atau bahan yang digunakan untuk melengkapi alat-alat pemadam kebakaran seperti, jenis kimia, busa, Co2, atau gas drypowder, ember, karung goni, sekop dan lain-lain; u. Bangunan Industri adalah bangunan yang peruntukannya dipakai segala macam kegiatan kerja untuk produksi; v. Bangunan Umum dan Perdagangan adalah bangunan yang peruntukannya dipakai untuk segala macam kegiatan kerja yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Pertemuan umum; Kantor ; Hotel dan sejenisnya; Tempat Hiburan; Rumah Sakit; Lembaga Pemasyarakatan; Toko dan sejenisnya; Tempat pendidikan; Tempat Peribadatan; Panti Asuhan; Rumah Makan dan sejenisnya;
168

w. Bangunan Perumahan adalah bangunan yang peruntukannya dipakai dan atau layak untuk kediaman orang; x. Bangunan campuran adalah jenis-jenis bangunan yang tidak termasuk pada sub u,v,w, diatas; y. Daerah Kebakaran adalah daerah terancam bahaya kebakaran yang mempunyai jarak + 50 meter dari titik api kebakaran terakhir; z. Daerah bahaya kebakaran adalah daerah terancam kebakaran terakhir. BAB II PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN Bagian Pertama Pencegahan Kebakaran Pasal 2 Setiap Penduduk Wajib secara aktif melakukan usaha pencegahan kebakaran, baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan umum. Pasal 3 Dilarang mengambil dan menggunakan air dari kran hydran / sumur/ bak air kebakaran kecuali untuk kepentingan Pemadaman Kebakaran atau seizin Walikota atau Pejabat yang ditunjuk. Pasal 4 (1) Dilarang menggunakan dan atau menambah alat pembangkit tenaga listrik, motor diesel atau motor bensin yang dapat menimbulkan kebakaran tanpa seizin Walikota atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Dilarang membiarkan benda dan alat yang berapi tanpa ada pengawasan. (3) Dilarang menempatkan lampu dengan lidah api yang terbuka, lilin atau benda lain yang sejenis, yang menyala dengan jarak kurang dari 50 (lima puluh) cm dari dinding kayu, bambu atau benda lain yang mudah terbakar kecuali dengan penahan panas dari porselin atau logam yang tidak mudah terbakar.

169

(4) Dilarang menempatkan lampu dengan lidah api yang terbuka, lilin atau benda lain yang sejenis yang sedang menyala tanpa semprong dan penutup porselin atau logam pada jarak kurang dari 1 (satu) meter dari atau yang mudah terbakar atau dibawah bahan yang mudah terbakar. (5) Dilarang membuang bahan kimia dan cairan lain yang mudah terbakar kecuali seizin Walikota atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 5 Dilarang menyimpan bahan karbit atau bahan lainnya yang sejenis dalam keadaan basah dapat menimbulkan gas yang mudah terbakar sebanyak 5 (lima) Kg atau lebih kecuali bila di dalam tempat penyimpanan yang kering serta bebas dari ancaman bahaya kebakaran dan tempat penyimpanan tersebut harus diberikan tanda yang jelas bahwa isinya harus tetap kering. Pasal 6 Setiap tempat yang berisi bahan atau cairan yang mudah terbakar atau meledak harus diberi keterangan dan atau pemberitahuan yang menyebutkan bahan yang ada didalamnya mudah terbakar atau mudah meledak. Pasal 7 Setiap memproduksi, memperdagangkan dan menggunakan kompor biasa, kompor gas dan sejenisnya harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 8 (1) Ruangan cuci kering kimia (dry cleanning) harus dibuat dari beton dan sekurang-kurangnya dari tembok atau sejenis serta harus dilengkapi alat pengukur yang digunakan untuk itu. (2) Barang atau benda yang dikeringkan serta dibersihkan harus dibatasi jumlahnya sesuai dengan keadaan ruangan tersebut. (3) Ruang cuci kering kimia (dry cleanning ) dan alat Pengukur Panas tersebut pada ayat (1) pasal ini harus dirawat dan diawasi sehingga suhu dalam ruangan tersebut tidak melebihi batas maksimum yang telah ditentukan. 170

Pasal 9 (1) Dilarang membakar sampah ditempat yang bukan tempat pembuangan sampah dan setiap pembakaran sampah harus diawasi serta dijaga sampai selesai / padam apinya. (2) Dilarang membakar sampah pada tempat terbuka pada waktu panas terik dan atau sewaktu angin kencang. Pasal 10 (1) Dilarang menyimpan benda api dari Celluloid, kecuali didalam etalase toko dan untuk penggunaan sehari-hari dalam tromol logam yang tertutup dengan jarak kurang dari 1 (satu) meter dari segala jenis api dan penerangan kecuali penerangan listrik minimal berjarak 10 (sepuluh) cm. (2) Setiap film harus disimpan ditempat yang terbuat dari logam dan dilarang berdekatan dengan bahan lain yang mudah terbakar. (3) Bagian film yang akan dipertunjukkan dapat dikeluarkan dari tempat Penyimpanannya antara setengah jam sebelum dan setengah jam sesudah film diputar. Pasal 11 (1) Dilarang menggunakan Sinar X diruang terbuka kecuali diruang khusus serta memperhatikan suhu tertentu. (2) Dilarang menempatkan benda dan cairan yang mudah terbakar di dalam ruangan Sinar X. (3) Dibagian depan ruangan Sinar X harus diberikan tanda Ruang Sinar X. Pasal 12 Setiap Proyek Pembangunan yang sedang dilaksanakan harus dilengkapi dengan alat pemadam yang dapat di dijinjing (portable) dan atau alat pemadam yang masih aktif. 171

Pasal 13 (1) Setiap Kendaraan Bermotor roda empat atau lebih harus dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran jenis kimia CO2 minimal satu tabung dengan ukuran beratnya 1 (satu) kg atau yang setara. (2) Alat pemadam kebakaran tersebut pada ayat (1) pasal ini harus disimpan pada tempat tertentu sehingga mudah dilihat dan digunakan. Pasal 14 (1) Setiap kendaraan bermotor dilarang, membiarkan tempat bahan bakarnya dalam keadaan terbuka dan atau menimbulkan bahaya kebakaran. (2) Dengan tidak mengurangi ketentuan yang berlaku, dilarang setiap kendaraan mengangkut bahan bakar, bahan peledak dan bahan kimia lainnya yang mudah terbakar dengan tempat terbuka dan atau dapat menimbulkan kebakaran. (3) Setiap kendaraan tersebut pada ayat (2) harus dilengkapi dengan alat pemadam yang lebih dari yang ditentukan tersebut pada pasal 13 ayat (1) diatas dengan minimal 2 (dua) kg. Bagian Kedua Klasifikasi Jenis Kebakaran Pasal 15 (1) Jenis kebakaran kelas A, yaitu : Kebakaran yang berasal dari bahan padat seperti : kayu, kertas, bangunan gedung dan lain-lain. (2) Jenis kebakaran kelas B, yaitu : Kebakaran yang berasal dari bahan cair seperti : bensin, solar, minyak tanah, alkohol dan lain-lain. (3) Jenis kebakaran kelas C, yaitu : Kebakaran yang melibatkan peralatan listrik seperti : panel listrik, motor listrik, generator, transpormator, konsleting dan lain-lain. (4) Jenis kebakaran kelas D, yaitu: Kebakaran yang berasal dari bahan logam seperti : seng, magnesium, serbuk aluminium, sadium, titanium. 172

Pasal 16 Penentuan jenis alat pemadam kebakaran yang disediakan untuk memadamkan api dan usaha pencegahan dan penanggulangan kebakaran, harus disesuaikan dengan klasifikasi jenis kebakaran seperti tersebut pada pasal 15. Pasal 17 (1) Kebakaran jenis kelas A, alat pemadam yang digunakan adalah air sebagai alat pemadam pokok, DCP (tepung kering), foam sebagai alat pemadam pelengkap. (2) Kebakaran jenis kelas B, alat pemadam yang digunakan adalah foam sebagai alat pemadam pokok, DCP ( tepung kering ), air + DCP sebagai alat pemadam pelengkap. (3) Kebakaran jenis kelas C, alat pemadam yang digunakan adalah CO2 ( Carbon dioksida ) sebagai alat pemadam pokok, foam sebagai alat pemadam pelengkap. (4) Kebakaran jenis kelas D, alat pemadam yang digunakan adalah alat pemadam khusus, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Walikota. Pasal 18 Dilarang menggunakan bahan pemadam kebakaran yang tidak sempurna lagi / habis masa pakai atau telah rusak. Pasal 19 (1) Setiap ruang tertutup dengan luas tidak lebih dari 100 (seratus) Meter persegi bila mempergunakan air sebagai bahan pemadam pokok harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya sebuah alat pemadam jenis CO2 ukuran 2 (dua) kg atau setara. (2) Setiap ruang tertutup dengan luas 500 (lima ratus) meter persegi harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya sebuah pipa hydran menurut jenis dan standar yang ditetapkan oleh Walikota.

173

Bagian Ketiga Penanggulangan Kebakaran Pasal 20 (1) Setiap penduduk yang berada di daerah kebakaran dan mengetahui terjadinya kebakaran wajib ikut serta secara aktif melakukan pemadaman kebakaran, baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan umum. (2) Barang siapa yang berada di daerah kebakaran dan mengetahui tentang adanya kebakaran wajib segera melaporkan kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk. Pasal 21 Apabila terjadi bahaya kebakaran, maka keselamatan jiwa yang harus diutamakan dari pada keselamatan harta benda. Pasal 22 (1) Apabila terjadi kebakaran, maka sebelum petugas pemadam kebakaran tiba ditempat kebakaran maka Pemimpin Petugas Satuan Pengaman (SATPAM) atau HANSIP atau POLRI yang tinggi pangkatnya bertanggung jawab dan berwenang untuk mengambil tindakan dalam rangka tugas-tugas pemadaman. (2) Setelah petugas pemadam kebakaran tiba di tempat terjadinya kebakaran, maka untuk keselamatan umum dan pengaman setempat, dilarang siapapun berada di daerah bahaya kebakaran kecuali para petugas pemadam kebakaran. (3) Setelah petugas pemadam kebakaran tiba ditempat, sebagaimana bunyi ayat (1) pasal ini tanggung jawab dan kewenangan beralih kepada petugas pemadam kebakaran, sedangkan SATPAM, HANSIP, POLRI, serta petugas keamanan lainnya mengamankan sekitar lokasi kebakaran. (4) Pimpinan petugas pemadam kebakaran adalah Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja c.g Kepala Seksi Penanggulangan Kebakaran Kota Dumai. 174

(5) Setelah kebakaran dapat ditanggulangi / dipadamkan petugas pemadam kebakaran harus segera menyerahkan kembali tanggungjawab dan kewenangan tersebut, kepada yang berwajib disertai Berita Acara Penanggulangan Kebakaran kecuali ditetapkan lain oleh Walikota. (6) Sebelum petugas pemadam kebakaran menyerahkan kembali tanggungjawab tersebut, maka harus diadakan penyidikan pendahuluan baik oleh pihak kepolisian maupun oleh petugas pemadam kebakaran. (7) Penyidikan pendahuluan oleh kepolisian sebagaimana dimaksud ayat (6), untuk kepentingan Pengusutan Kepolisian lebih lanjut sesuai dengan peraturan yang berlaku. (8) Setelah Pimpinan Petugas Pemadam Kebakaran menyerahkan kembali tanggungjawab dan kewenangan tersebut pada ayat (5), maka harus segera membuat laporan tertulis secara lengkap tentang segala hal yang berhubungan dengan kebakaran tersebut kepada Walikota. Pasal 23 (1) Dalam hal terjadi kebakaran, setiap orang yang berada dalam daerah kebakaran diwajibkan mentaati petunjuk dan atau perintah yang diberikan oleh para petugas tersebut pada pasal 22 ayat (1) dan (3). (2) Apabila dalam daerah kebakaran tidak dipatuhinya petunjuk atau perintah sebagaimana tersebut pada ayat (1), maka resiko menjadi tanggungjawab sepenuhnya dari yang bersangkutan. (3) Dilarang memindahkan atau mengambil barang-barang dari daerah kebakaran tanpa izin petugas seperti tersebut pada ayat (1). Pasal 24 (1) Pemilik/penghuni bangunan/ pekarangan berkewajiban memberikan bantuan kepada para petugas, baik diminta maupun tidak untuk kepentingan pemadam dan tindakan-tindakan penyidikan lebih lanjut oleh petugas yang berwenang. (2) Pemilik/penghuni bangunan/ pekarangan berkewajiban menghindari segala bentuk tindakan yang dapat menghalangi dan menghambat kelancaran pelaksanaan tugas pemadam kebakaran. 175

Pasal 25 Pemilik / penghuni bangunan / pekarangan wajib mengadakan tindakan dan memberikan kesempatan untuk terlaksananya tugas pemadam, guna mencegah menjalarnya kebakaran baik dalam rumahnya maupun bangunan lainnya. Pasal 26 Apabila bekas-bekas kebakaran yang berupa barang yang dapat menimbulkan ancaman keselamatan jiwa seseorang dan atau bahaya kebakaran kembali, maka pemilik atau penghuni dari bangunan tersebut wajib mengadakan pencegahan dan memberitahukan akan kejadian itu kepada petugas pemadam kebakaran atau pejabat yang berwenang. Pasal 27 (1) Wewenang dan tanggung jawab tentang Penutupan daerah kebakaran dan jalan umum, berada ditangan Pimpinan Petugas Pemadam Kebakaran dan atau Pimpinan Kepolisian yang bertugas ditempat kebakaran tersebut, kecuali ditentukan lain oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk. (2) Penutupan daerah kebakaran dan atau penutupan jalan umum seperti tersebut pada ayat (1), harus segera dilaporkan kepada Walikota oleh Pimpinan Petugas tersebut. BAB III SYARAT-SYARAT PENCEGAHAN DAN PENANGGULAAN KEBAKARAN UNTUK BANGUNAN Bagian Pertama Bangunan Industri Pasal 28 (1) Setiap Bangunan Industri harus menyediakan alat pemadam yang dapat dijinjing (portable) yang ditempatkan dalam kotak, maksimum 10 (sepuluh) meter dari setiap tempat. (2) Luas permukaan lantai sampai dengan 100 (seratus) meter persegi harus menyediakan 1 (satu) buah alat pemadam kebakaran yang portable dengan ukuran minimal 2 (dua) kg. 176

(3) Luas permukaan lantai 500 (lima ratus) meter persegi harus menyediakan 1 (satu) unit hydran menurut jenis dan standar yang berlaku yang mempergunakan air sebagai bahan pemadam pokok dan apabila lebih dari 500 (lima ratus) meter persegi harus memasang 2 (dua) pipa Hydran. (4) Penempatan dan pemasangan hydran pada ayat (3), harus dapat menjangkau daya semprot keseluruhan ruangan; (5) Luas ruangan bangunan industri yang melebihi sebagaimana bunyi ayat (2) dan (3), maka jumlah alat pemadam yang harus disiapkan dapat disesuaikan menurut perbandingan antara luas permukaan lantai yang bersangkutan seperti tersebut pada ayat (2) dan (3). Pasal 29 (1) Alat pesawat ataupun bahan cairan dan bahan lainnya yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran harus disimpan terpisah dan tersusun rapi. (2) Alat atau pesawat yang menimbulkan panas atau nyala api yang dapat menimbulkan / menyebabkan terbakarnya uap bensin atau bahan sejenisnya dilarang dipasang atau digunakan pada jarak kurang dari 2 ( dua ) meter dari suatu ruangan yang menggunakan bahan cairan yang mudah menguap dan terbakar. (3) Sistim saluran gas dan cairan yang mudah terbakar harus dilengkapi dengan katup pengaman yang memenuhi persyaratan dan ditandai dengan jelas. (4) Setiap ruangan ketel api atau ruangan dengan instalasi pemadam yang menggunakan : a. bahan bakar cair atau padat harus dibuat dari bahan bangunan yang mempunyai ketahanan api minimal 2 jam; b. bahan bakar yang harus dibuat terpisah dari bangunan lainnya dan mempunyai ketahanan api minimal 2 jam. (5) Kamar tungku dan ketel harus dilindungi oleh konstruksi bahan api minimal 2 jam dengan pintu tahan api minimal 2 jam serta mempunyai ruangan khusus yang terpisah dari bangunan lainnya. Pasal 30 Setiap Bangunan Industri harus dilindungi oleh sistim alarm otomatis atau sistim pemadam otomatis. 177

Pasal 31 (1) Bangunan Industri dalam proses produksi menggunakan/ menghasilkan bahan yang mudah menimbulkan bahaya kebakaran, harus mendapat perlindungan khusus terhadap ancaman bahaya kebakaran. (2) Apabila Bangunan Industri seperti air tersebut pada ayat (1) menggunakan sistim pemancar (Sprinkler) otomatis atau alat pemadam lainnya yang dihubungkan dengan alarm otomatis harus dipasang pada tempat yang dianggap perlu berdasarkan pertimbangan bangunan dan keselamatan jiwa maupun harta benda dalam hal menggunakan air sebagai bahan pemadam pokok tidak akan membahayakan. (3) Apabila penggunaan air yang tidak terkontrol untuk pemadam dapat membahayakan, maka harus digunakan alat pemadam kebakaran otomatis. (4) Setiap ruangan instalasi listrik, generator, turbin dan instalasi pembangkit tenaga lainnya , harus dilengkapi dengan alat pengaman kebocoran listrik yang dihubungkan dengan sistim alarm otomatis dan sistim pemadam otomatis. (5) Setiap tempat penyimpanan cairan berbahaya berupa gas atau bahan yang mudah terbakar dan menguap harus dilengkapi dengan detector gas yang dihubungkan dengan sistim alarm otomatis dan sistim pemadam otomatis. Pasal 32 Ketentuan tentang jumlah bahan berbahaya yang dapat disimpan di dalam bangunan industri, harus disesuaikan dengan tempat yang dianggap aman berdasarkan ketentuan yang berlaku. Pasal 33 Setiap ruangan bangunan industri yang menggunakan ventilasi atau penembus (blower) untuk menghilangkan debu, asap / uap atau penyegar udara, pemasangannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 178

Pasal 34 (1) Tempat parkir tertutup harus meyediakan alat-alat pemadam kebakaran berupa kimia. (2) Tempat parkir terbuka yang luasnya maksimum 270 meter persegi harus menyediakan minimal 2 (dua) buah alat pemadam kimia dengan ukuran minimal 2 kg dan ditempat parkir tersebut serta mudah dilihat dan diambil. (3) Setiap kelebihan luas sampai dengan 270 meter persegi seperti tersebut pada ayat (2) pasal ini harus dipasang 1 (satu) buah hydran. Bagian Kedua Bangunan Umum Dan Perdagangan Pasal 35 (1) Setiap ruangan Bangunan Umum dan Perdagangan harus dilindungi dengan pemadam yang dapat dijinjing ( portable ) dan ditempatkan pada salah satu sudut ruangan yang aman atau tempat yang mudah terlihat dan diambil bila diperlukan. (2) Ruang Dagang atau Bangunan yang mempunyai luas permukaan lantainya sampai dengan 200 (dua ratus) meter persegi harus menyediakan alat pemadam kimia kering dengan ukuran minimal 2 (dua) kg. (3) Setiap ruangan tertutup yang permukaan lantainya sampai dengan 800 (delapan ratus) meter persegi pada bangunan umum dan perdagangan, selain harus memenuhi persyaratan pada ayat (1) dan (2) juga harus meyediakan minimal 1 (satu) unit hydran menurut jenis dan standar yang berlaku yang mempergunakan air sebagai bahan pemadam pokok. (4) Penempatan hydran tersebut pada ayat (3) harus sedemikian rupa sehingga dengan panjang selang dan semprot / pemancar air dapat menjangkau seluruh sisi ruangan bangunan. (5) Untuk Bangunan Perdagangan bertingkat harus dilengkapi dengan tangga darurat / dinding tahan api minimal 2 jam kebakaran yang bisa menembus keseluruh ruangan yang ada. 179

(6) Ruang tertutup dalam bangunan umum dan perdagangan yang luas permukaannya lebih dari luas tersebut pada ayat (2) atau (3) Pasal ini, maka banyaknya alat pemadam yang harus ditempatkan disesuaikan menurut perbandingan luasnya sebagaimana disebutkan pada ayat (2) dan (3). (7) Bangunan bertingkat yang menggunakan lift hendaknya kedap asap sehingga dapat mencegah terjadinya keracunan orang yang berada dalam lift saat terjadi kebakaran. Pasal 36 (1) Setiap terminal angkutan penumpang umum (darat/ laut/udara) harus dilengkapi dengan alat pemadam kimia yang dapat dijinjing (portable) sesuai dengan ketentuan seperti tersebut pada Pasal 35 ayat (1). (2) Setiap terminal angkutan penumpang umum (darat/laut/udara) harus memenuhi ketentuan seperti tersebut pada Pasal 34 ayat (2). (3) Setiap terminal angkutan penumpang umum (darat/laut/udara) harus menempatkan petugas khusus yang dapat menggunakan alat pemadam, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bagian Ketiga Bangunan Perumahan Pasal 37 (1) Setiap ruangan bangunan perumahan harus menyediakan alat pemadam kebakaran jinjingan ( portable ) dan disimpan pada tempat yang aman, mudah dilihat dan mudah diambil bila diperlukan. (2) Setiap luas lantai sampai dengan 150 ( seratus lima puluh ) meter persegi dari setiap ruang tertutup dalam bangunan perumahan , harus ditempatkan minimal 1 (satu) buah alat pemadam kimia sejenis Co2 dengan ukuran sekurang-kurangnya 2 kg atau alat pemadam yang sederajat. (3) Untuk bangunan perumahan sampai dengan 4 (empat) tingkat harus dipasang 1 (satu) unit hydran dengan perbandingan minimal 1 (satu) buah unit setiap luas permukaan lantai sampai dengan 1000 meter persegi. 180

(4) Untuk bangunan perumahan yang luas permukaan lantainya lebih dari luas seperti tesebut pada ayat (2) dan (3), maka banyaknya alat pemadam yang harus disediakan disesuaikan menurut perbandingan sebagimana tersebut pada ayat (2) dan (3). Pasal 38 Ruangan sentral instalasi pendingin, pembangkit tenaga listrik, generator, dapur umum, tempat penyimpanan bahan bakar, cairan yang mudah terbakar yang sejenis, harus dalam ruangan tersendiri dengan jarak + 15 meter dari bangunan rumah serta mendapatkan perlindungan khusus terhadap ancaman bahaya kebakaran. Bagian Keempat Bangunan Campuran Pasal 39 Terhadap setiap Bangunan Campuran yang berlaku adalah ketentuan persyaratan pencegahan dan pemadam kebakaran yang terberat dari masing-masing persyaratan bangunan yang berlaku. BAB IV RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN Bagian Pertama Subjek Dan Objek Retribusi Pasal 40 (1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memanfaatkan pelayanan pencegahan, pemeriksaan dan atau pengujian alat pemadam kebakaran. (2) Objek Retribusi adalah pelayanan pencegahan, pemeriksaan dan atau pengujian alat pemadam kebakaran yang dilakukan Pemerintah Daerah meliputi : a. Pemberian Surat Izin; b. Pemakaian mobil pompa / mobil tangki; c. Pemakaian meter pompa; 181

d. Tempat Pembakaran Film; e. Penelitian gambar rencana dan penyelesaian akhir pemasangan hydran kebakaran, system alarm dan system pemancar air; f. Pemerikasaan penyimpanan barangbarang berbahaya; g. Pemeriksaan persyaratan pencegahan kebakaran; h. Pembuatan tanda plat metal dan kelengkapan alat pencegah dan pemadam kebakaran; i. Pengisian/pemasangan dan pengawasan alat pencegah kebakaran. Bagian Kedua Golongan Retribusi Pasal 41 Retribusi alat pemadam kebakaran termasuk golongan Retribusi Jasa Umum. Bagian Ketiga Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 42 Tingkat penggunaan jasa pemeriksaan alat pemadam kebakaran diukur berdasarkan jumlah gambar rencana yang diteliti, luas lantai, pengujian akhir, pemasangan instalasi proteksi kebakaran, volume / frekwensi dan waktu pemakaian alat pemadam kebakaran. Bagian Keempat Prinsip Dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur Besarnya Retribusi Pasal 43 Prinsip penetapan tarip Retribusi Pemeriksaan alat pemadam kebakaran adalah untuk mengganti biaya administrasi, biaya pemeriksaan, biaya percetakan, biaya pengisian penyediaan racun api dan biaya pembinaan. 182

Bagian Kelima Struktur Dan Besarnya Tarif Pasal 44 (1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis dan ukuran alat pemadam kebakaran. (2) Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut ; a. Pemakaian mobil pompa/tanki dan meter pompa : 1. Bantuan khusus mobil pompa/tanki yang dipergunakan untuk pemompa air tiap unit, Rp 50.000,-/unit; 2. Bantuan khusus motor pompa tanpa bantuan petugas kebakaran Rp. 40.000,-/unit; 3. Bantuan khusus motor pompa dengan bantuan petugas kebakaran Rp.50.000,- /unit; 4. Bantuan khusus memberikan air dengan mobil tanki Rp.5.000/m3. b. Pembakaran film yang sudah usang/tidak terpakai lagi Rp. 1.000,-/rol; c. Retribusi Pemeriksaan Racun Api : 1. Racun Api ukuran 1 2 Kg 2. Racun Api ukuran 2 5 Kg 3. Racun Api ukuran 5 9 Kg 4. Racun Api ukuran 9 Kg ke atas Rp 5.000,-/tabung; Rp 6.000,-/tabung; Rp 7.000,-/tabung; Rp 11.000,-/tabung;

d. Penelitian gambar rencana dan atau penentuan pemasangan instalansi proteksi serta pemeriksaan persyaratan pencegahan kebakaran pada pembangunan gedung dan atau pemanfaatan gedung : 1. Hydrant Kebakaran 2. Hydrant Box 3. Alarm Otomatis : - Minimun 100 m2 s/d 2.000 m 2 - Lebih dari 2.000 m2 s/d 10.000 m2 - Lebih dari 10.000 m2 s/d 20.000 m2 - Lebih dari 20.000 m2 s/d 40.000 m2 - Lebih dari 40.000 m2 183 Rp. 10.000,- /titik; Rp. 5.000,- /titik; Rp. Rp. Rp. Rp. 50,35,25,10,5,/ / / / / m2; m2; m2; m2; m2;

4. Sprinkler : - Minimum 100 m2 s/d 2.000 m2 - Lebih dari 2.000 m2 s/d 10.000 m2 - Lebih dari 10.000 m2 s/d 20.000 m2 - Lebih dari 20.000 m2 s/d 40.000 m2 - Lebih dari 40.000 m2 5. Co2 / Hollom Otomatis : - Minimum 100 m2 s/d 200 m2 - Lebih dari 200 m2 s/d 500 m2 - Lebih dari 500 m2 s/d 1.000 m2 - Lebih dari 1.000 m2 s/d 2.000 m2 - Lebih dari 2.000 m2

Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.

5,- /m2; 50,- /m2; 25,- /m2; 10,- /m2; 5,- /m2; 100,- /m2; 75,- /m2; 60,- /m2; 50,- /m2; 40,- /m2;

e. Pemeriksaan penyimpanan Barang barang berbahaya dari pengisiannya : - Bahan - bahan yang mudah meledak Rp. 75,- /Kg; - Bahan bahan yang beracun Rp. 50,- /Kg; - Bahan bahan perusak ( Co Osive) Rp. 25,- /Kg; - Bahan bahan yang pada kondisi yang normal sangat mudah menyala .Rp. 25.000,- /Ton - Bahan-bahan yang karena pengaruh panas kebakaran benda lain atau mudah menyala Rp. 4.000,- /Ton - Benda benda berbahaya lainnya yang belum termasuk dalam angka 1 s/d 5 . Rp. 1.500,- /Ton f. Pemeriksaan persyaratan pencegah bahaya kebakaran pada Pelaksanaan pekerjaan pembangunan : - Minimum 100 m2 s/d 2.000 m2 Rp. 50,- / m2; - Lebih dari 2.000 m2 s/d 5.000 m2 Rp. 30,- / m2; - Lebih dari 5.000 m2 s/d 10.000 m2 Rp. 25,- / m2; - Lebih dari 10.000 m2 s/d 20.000 m2 Rp. 15,- / m2; - Lebih dari 20.000 m2 s/d 40.000 m2 Rp. 10,- / m2; - Lebih dari 40.000 m2 Rp. 5,- / m2; g. Pembuatan tanda plat metal dan sertifikat klasifikasi bagi bangunan yang telah memakai persyaratan klasifikasi maupun kelengkapan alat pencegahan dan pemadam kebakaran: - Minimum 100 m2 s/d 2.000 m2 Rp. 50,- / m2; - Lebih dari 2.000 m2 s/d 5.000 m2 Rp. 30,- / m2; - Lebih dari 5.000 m2 s/d 10.000 m2 Rp. 25,- / m2; - Lebih dari 10.000 m2 s/d 20.000 m2 Rp. 20,- / m2; - Lebih dari 20.000 m2 s/d 40.000 m2 Rp. 15,- / m2; - Lebih dari 40.000 m2 Rp. 10,- / m2; 184

h. Besarnya biaya pengisian / pemasangan stiker tidak termasuk harga obat untuk type A B dan ABC serta pemeriksaan tabung : 1. Alat pemadam yang beratnya 2 s/d 6 kg sebesar Rp. 5.000,- / tabung; 2. Alat pemadam yang beratnya 6 s/d 10 kg sebesar Rp. 7.500,- / tabung; 3. Alat pemadam yang beratnya di atas 10 kg sebesar Rp.10.000,- / tabung; i. Untuk alat pemadam kebakaran yg menggunakan : sistim terpusat Rp.35.000,- / pilar /box j. Pengujian alat pemadam dan pencegahan kebakaran : 1. Jenis cair bertekanan ukuran : 1.1. . s/d 15 liter Rp. 2.000,- / tabung; 1.2. 16 s/d 30 liter ... Rp. 2.500,- / tabung; 1.3. lebih dari 30 liter ... Rp. 5.000,- / tabung; 2. Jenis Busa dan Busa Mekanik ukuran 2.1. .. s/d 15 liter ... Rp. 2.2. 16 s/d 30 liter . Rp. 2.3. lebih dari 30 liter . Rp. 3. Jenis Carbon ( Co2 ) ukuran : 3.1. . s/d 15 kg .. 3.2. 16 s/d 30 kg 3.3. lebih dari 30 kg 4. Jenis kimia kering ukuran : 4.1. .. s/d 15 kg . 4.2. 16 s/d 30 kg . 4.3. lebih dari 30 kg . Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. : 2.500,- / tabung; 4.000,- / tabung; 6.000,- / tabung; 3.500,- / tabung; 4.500,- / tabung; 7.500,- / tabung; 4.000,- / tabung; 5.500,- / tabing; 8.000,- / tabung;

k. Pengujian dan pemeriksaan alat pemadam / evakuasi kebakaran: 1. Mobil kebakaran Rp. 50.000,- / unit; 2. Slang kebakaran Rp. 35.000,- / unit; 3. Motor pompa portable . Rp. 25.000,- / unit; 4. Baju tahan panas Rp. 10.000,- / unit; 5. Helmit . Rp. 5.000,- / buah; 6. Tel luncur Rp. 500,- / meter; 7. Sliding rood , spiral .. Rp. 5.000,- / type; 8. Tangga darurat Rp. 500,- / meter; 185

l. Biaya Izin Khusus / Surat Keterangan Berusaha dan perpanjangan bagi pengusaha dibidang proteksi kebakaran: 1. Setiap Perusahaan atau Badan Usaha / bangunan yang digunakan untuk kegiatan usaha ( tiap tahun ): - Warung Rp. 7.500,- Toko dan sejenisnya Rp. 25.000,- Rumah makan dan sejenisnya Rp. 15.000,- Bioskop Rp. 30.000,- Hotel dan sejenisnya Rp. 35.000,- Penginapan/Motel/Wisma/Home Stay Rp. 15.000,- Bengkel Rp. 12.000,- Salo Rp. 10.000,- Gudang Rp. 25.000,- Usaha Industri * Industri ringan Rp. 35.000,* Industri menengah Rp. 50.000,* Industri berat Rp. 25.000,- Penyimpanan bahan bakar Rp. 25.000,- Tempat service mobil Rp. 25.000,- Pompa minyak bensin / solar Rp. 25.000,- Tempat penyimpanan bahan-bahan material Rp. 15.000,- Perusahaan meubel Rp. 15.000,- Lain lain Rp. 5.000,2. Surat Izin Khusus setiap perusahaan atau Badan Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan atau mengedarkan untuk tujuan penjualan segala jenis alat pencegah dan pemadam api dikenakan retribusi ditetapkan sebagai berikut : - Produsen Rp. 200.000,- Importir Rp. 150.000,- Penyalur / agen Rp. 125.000,- Pengecer Rp. 100.000,3. Untuk perpanjangan surat izin khusus tersebut pada angka (2) di atas tiap tahun : - Produsen Rp. 100.000,- Importir Rp. 75.000,- Penyalur / agen Rp. 50.000,- Pengecer Rp. 35.000,186

Bagian Keenam Wilayah Pemungutan Pasal 45 Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Kota Dumai. Bagian Ketujuh Masa Retribusi Dan Saat Retribusi Terutang Pasal 46 Masa retribusi adalah Jangka Waktu tertentu yang lamanya ditetapkan oleh Walikota sebagai dasar untuk menetapkan besarnya retribusi terutang. Pasal 47 Retribusi terutang terjadi pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. Bagian Kedelapan Tata Cara Pemungutan Pasal 48 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. Bagian Kesembilan Sanksi Administrasi Pasal 49 Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar dikenakan Sanksi Administrasi berupa bunga sebesar 2 % ( dua per seratus ) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang bayar dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah. 187

Bagian Kesepuluh Tata Cara Pembayaran Pasal 50 (1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus di muka. (2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Walikota. Bagian Kesebelas Tata Cara Penagihan Pasal 51 (1) Pengeluaran surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/ peringatan/ surat lainnya yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang. (3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk. Bagian Keduabelas Pengurangan, Keringanan Dan Pembebasan Retribusi Pasal 52 (1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan, dan pembebasan retribusi. (2) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Walikota. Bagian Ketigabelas Kadaluarsa Pasal 53 (1) Hak untuk menolak penagihan retribusi , kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 ( tiga ) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi. 188

(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1), tertangguh apabila : a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau. b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. Bagian Keempatbelas Tata Cara Penagihan Piutang Retribusi Yang Kadaluarsa Pasal 54 (1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluarsa dapat dihapus. (2) Walikota dapat menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi Daerah yang sudah kadaluarsa sebagaimana dimaksud ayat (1). BAB V PENGAWASAN Pasal 55 (1) Walikota atau pejabat yang ditunjuk dalam melakukan tugasnya dapat memasuki tempat-tempat pertunjukan, keramaian, pertemuan dan kegiatan lainnya. (2) Penyelenggaraan pertunjukan atau pertemuan tersebut ayat (1) wajib melakukan tindakan-tindakan pencegahan kebakaran untuk penanggulangan kebakaran sebelum dan selama berlangsungnya pertunjukkan dan pertemuan tersebut. Pasal 56 (1) Walikota atau Pejabat yang ditunjuk, dapat melakukan pemeriksaan pekerjaan pembangunan, dalam hubungan dengan persyaratan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. (2) Apabila terdapat hal-hal yang meragukan atau yang sifatnya tertutup, maka Walikota dapat memerintahkan Kepala Kantor Satpol PP atau pejabat yang ditunjuk untuk mengadakan penelitian dan pengujian. 189

(3) Semua pembiayaan pelaksanaan tugas tersebut pada ayat (1, menjadi tanggung jawab pemilik yang bersangkutan. Pasal 57 Pemegang Hak Bangunan bertanggung jawab atas kelengkapan alatalat pencegahan dan pemadam serta pemeliharaannya maupun penggantian sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 58 (1) Setiap bangunan yang telah memenuhi persyaratan Klasifikasi maupun perlengkapan alat pencegah dan pemadam harus mendapat tanda plat metal dan sertifikat klasifikasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kota Dumai. (2) Sertifikat Klasifikasi Bangunan seperti tersebut pada ayat (1), diperbaharui setiap tahun sekali. (3) Permohonan sertifikat Klasifikasi Bangunan diajukan kepada Walikota dengan melampirkan daftar alat pencegah dan pemadam kebakaran yang telah dan yang belum dimiliki bangunan yang bersangkutan. Pasal 59 (1) Setiap alat Pencegah Pemadam Kebakaran harus diperiksa secara berkala yaitu setahun sekali dan jika dianggap perlu dapat dilakukan pemeriksaan sewaktu- sewaktu dengan atau tanpa pemberitahukan terlebih dahulu oleh Kantor Satuan Polisi Pamong Praja. (2) Petugas sebagaimana bunyi ayat (1) harus memakai tanda pengenal khusus disertai Surat Tugas yang ditandatangani Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 60 (1) Setiap alat pencegah dan pemadam yang akan digunakan di Wilayah Kota Dumai, harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk. 190

(2) Setiap alat pemadam harus dilengkapi dengan petunjuk cara-cara penggunaan yang menurut urutan singkat, dan jelas tentang cara penggunaan alat tersebut dan dipasang pada tempat yang telah ditentukan dan selalu harus dalam keadaan baik. Pasal 61 Setiap alat pemadam yang telah digunakan dan yang telah habis limitnya harus segera dilaporkan pada Kantor Satuan Pamong Praja atau pejabat yang ditunjuk untuk pengisian kembali. BAB VI KETENTUAN PIDANA Pasal 62 (1) Barang siapa melanggar ketentuan dalam Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah). (2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1), adalah pelanggaran. BAB VII PENYIDIKAN Pasal 63 (1) Penyidikan Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan hukum tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah; 191

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah; d. Memeriksa buku-buku , catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen serta melakukan penyitaan terhadap bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf (e); h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil menyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polisi Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

192

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 64 Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Walikota. Pasal 65 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Dumai. Ditetapkan di Dumai pada tanggal 9 Oktober 2003 WALIKOTA DUMAI, Cap/dto H. WAN SYAMSIR YUS Diundangkan di Dumai pada tanggal 9 Oktober 2003 SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI, Cap/dto MUSTAR EFFENDI PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 420002673 LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2003 NOMOR 6 SERI B

193

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN SERTA RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN I. PENJELASAN UMUM Bahaya kebakaran di Kota Dumai dewasa ini merupakan suatu bahaya yang harus ditanggulangi secara menyeluruh dan terus menerus. Dalam era Pembangunan Otonomi Daerah dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi pola tingkah laku manusia dan perkembangan Kota Dumai. Pesatnya pembangunan Kota Dumai saat ini menyebabkan tingginya angka pertambahan penduduk, ini disebabkan oleh banyaknya pendatang dari luar daerah untuk mencari penghidupan ke Kota Dumai, sehingga pembangunan pemukiman tidak lagi mengindahkan ketentuan dan peraturan yang berlaku, untuk itu perlu perhatian yang serius dari Pemerintah Daerah Kota Dumai dalam penataan pemukiman penduduk untuk menghindari bahaya kebakaran. Oleh karena itu tugas pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada hakekatnya adalah merupakan kewajiban seluruh lapisan masyarakat dan Pemerintah Daerah Kota Dumai yang dibantu oleh Instansi terkait. Penanggulangan bahaya kebakaran harus dilaksanakan secara proaktif, antisipatif, prefentif dan represif, karena bahaya kebakaran baik yang ditimbulkan karena masalah teknis bangunan, kelalaian maupun sebabsebab lainnya yang dapat membawa bencana yang besar dengan akibat yang luas, baik terhadap keselamatan jiwa atau harta benda, sehingga perlu diatur ketentuan-ketentuan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran serta retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran. Khusus mengenai ketentuan sebagaimana diatur dalam BAB II Peraturan Daerah ini, walaupun hanya merupakan himbauan, namun dampaknya dapat menimbulkan kesan yang sangat luas bilamana tidak diindahkan dan bisa menyebabkan terjadinya kebakaran yang besar, serta dapat menimbulkan kerugian kepada orang banyak. 194

Berkaitan dengan semangat Otonomi Daerah, bahwa pemerintah Daerah Kota Dumai dapat mengambil sikap dan langkah-langkah yang perlu dalam megatasi permasalahan bahaya kebakaran untuk kepentingan masyarakat banyak, khususnya masyarakat Kota Dumai secara bertahap menurut kebutuhan serta urgensinya.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 : : : : : Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Larangan ini dimaksud dalam upaya pencegahan kebakaran, oleh karena itu tidak dimaksud membatasi ketentuan tentang penyimpanan barang perniagaan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang ( KUHD ).

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9

: : : :

Cukup jelas Ketentuan yang berlaku dimaksud dalam pasal ini ialah Ketentuan tentang Wajib Uji Kompor. Cukup jelas Cukup jelas Celluloid, adalah campuran dari kamper, piroksitin, dan alkohol atau bahan untuk membuat sisir, boneka dsb. Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Dalam pelaksanaan ketentuan ini diutama terhadap proyek-proyek pembangunan (pekerjaan pembangunan yang sedang dilaksanakan) yang diperkirakan mudah menimbulkan kebakaran. 195

Pasal 10 ayat 1 : ayat 2 : ayat 3 : Pasal 11 Pasal 12 : :

Pasal 13

: Dengan tidak mengurangi ketentuan perundangan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya yang berlaku, maka ketentuan ini perlu diatur. Persyaratan tambahan mengenai keharusan bahwa setiap kendaraan bermotor mum dalam Wilayah Kota Dumai dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor umum ialah : mobil bis umum, mobil penumpang umum (oplet, taksi), mobil angkutan barang dan mobil tangki. Bila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan ini, maka yang bertanggung jawab ialah : pemilik dan atau pemegang kendaraan tersebut. Namun demikian setiap kendaraan bermotor yang bukan kendaraan umum dianjurkan melengkapi kendaraannya dengan alat pemadam kebakaran, yang ketentuan pemakaiannya sama dengan ketentuan yang berlaku pada setiap kendaraan bermotor umum. : Cukup jelas. : Tempat terbuka dimaksud dalam ketentuan ini ialah : tempat bahannya.

Pasal 14 ayat (1) ayat (2) ayat (3) Pasal 15

: Cukup jelas. : Penempatan Klasifikasi ini diperlukan untuk menetapkan alat/sistem pencegahan dan pemadam yang harus disiapkan berdasarkan sifat, macam serta besarnya kemungkinan ancaman bahaya kebakaran. : Cukup jelas. : Jenis alat pemadam kebakaran yang digunakan untuk pemadam dan usaha-usaha pencegahan kebakaran adalah sebagai berikut :

Pasal Pasal

16 17

196

a. Jenis alat pemadam air antara lain : alat pemadam jenis 2 (dua) gallon (9,00 liter), tanki air, pipa hisap 2,5 atau 4 inci, jenis unit gulungan (fire house reels), selang dengan pemancar (standard), sistem hydran,dalam gedung di gunakan pompa boster (pompa penguat tekanan),sistem busa air, sistem pemancar air/sprinkler pipa basah (peningkat air/basah, wet riser tutup, sistem hidran/pipa kering, dry riser). b. Jenis alat pemadam kimia, antara lain : alat pemadam api busa, alat bubuk kering (drychemical),alat pemadam BCF (Bromo Cohloprodi Fluoromethance), Hallom (1211), alat pemadam BTM (Bromotif Luoromenthance), alat pema- dam Co2 (Carbon Dioksida), alat Pema- dam CB. c. Jenis alat pemadam untuk kebakaran bagi alat/ pesawat yang bertegangan listrik antara lain : alat pemadam bubuk kering (Dry Chemical), alat Pemadam BCF (Boromo Cohloprodi Fluoromethan ce), hallom (1211), alat Pemadam BTM (Bromotif Luoromenthance), Hallom (1301), Alat Pemadam Co2 (Carbon Dioksida), alat Pemadam CB. Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas 197

Pasal 26 Pasal 27

: Cukup jelas : Penutupan Daerah Kebakaran dan jalan umum dimaksud semata-mata hanya untuk kepentingan tugas-tugas dalam rangka penanggulangan kebakaran. : Ketentuan ini merupakan persyaratan terhadap bangunan, dalam hal ini ialah : persyaratan yang harus dipenuhi bagi suatu bangunan (Industri), sehingga tak membedakan jenis-jenis industri yang diproduksi dalam bangunan tersebut (apakah jenis industri dasar, logam, kimia dan sebagainya). Karena untuk pengaturan tentang pencegahan tersebut berlaku ketentuan pasal 15 sampai 17 jarak dimaksud dalam ketentuan ini ialah jarak radius 10 (sepuluh) meter.

Pasal 28 ayat (1)

ayat (2) dan ayat (3) : Untuk pipa hydran ialah hydran lengkap dengan peralatannya untuk dapat menghitung berapa alat pemadam kebakaran yang harus digunakan menurut pasal ini lihat tabel di bawah ini : Luas Permukaan Lantai Maksimal 100 200 300 400 dan seterusnya dengan catatan angka-angka d i a n t a r a n y a dibulatkan keatas. Jumlah Alat Pemadam Kimia (Minimal) Jumlah Unit Pipa (M2) Hydran (Minimal)

198

ayat (4) ayat (5) Pasal 29 ayat (1)

: Cukup jelas : Cukup jelas : Alat atau pesawat dimaksud dalam ketentuan ini dan harus dipasang terpisah ialah : alat/pesawat sebagai alat pelengkap fasilitas bangunan seperti sentral instalasi/generator dan yang sejenis yang harus mendapat perlindungan khusus terhadap ancaman kebakaran. : : Cukup Jelas Cukup Jelas

ayat (2) ayat (3) ayat (4)

: Ketahanan api minimal 2 jam, maksudnya bahan bangunan yang tahan api minimal 2 jam terbuat dari besi baja. : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Bangunan umum dan perdagangan ialah, antara lain bangunan perkantoran dan perdagangan, tempat berkumpul, atau rapat, pasar, toko serta ada (departemen store), Rumah Sakit, Poliklinik/Balai Pengobatan, Perumahan untuk orang-orang tua/ jompo, rumah yatim piatu, rumah tuna netra, musium, tempat - tempat ibadah, pendidikan/ sekolah, stadion, gedung olah raga, studio Radio/ TV, terminal angkutan penumpang umum (darat) yang tidak termasuk dalam suatu kegiatan perindustrian khususnya. Tempat-tempat parkir umum kendaraan, pasar induk perdagangan/ penyimpanan dan distribusi yang tidak termasuk dalam suatu kegiatan perindustrian khusus, gedunggedung bioskop/theatre, hotel, losmen, motel, tempat-tempat hiburan, yang bertanggung jawab atas pengadaan alat pemadam kebakaran dalam ketentuan ini ialah pihak pemakai ruang yang 199

Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35

bersangkutan sedangkan untuk tempat-tempat yang tidak digunakan untuk maksud tersebut di atas (seperti los/lorong dan yang sejenis), pengadaan alat pemadam kebakaran dimaksud merupakan tanggung jawab pemilik/penanggung jawab bangunan. Pasal 36 : Yang dimaksud dengan terminal angkutan umum ialah : terminal angkutan Umum yang terbuka seperti Terminal Bus, Oplet, Mikrolet. : Bangunan perumahan ialah antara lain bangunanbangunan rumah tempat tinggal biasa yang telah sesuai dengan perencanaan Kota,tidak termasuk dalam pengertian ini ialah : Lingkungan perumahan di pinggir Kota atau daerah perumahan rakyat, daerah perkampungan, flat-flat perumahan dan tempat-tempat peristirahatan pribadi. Namun demikian dalam pelaksanaannya Kepala Daerah dapat mengatur secara bertahap menurut keadaan, dan kondisi setempat. Jarak dimaksud dalam ketentuan ini ialah jarak radius 10 m2. : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Bangunan Campuran, adalah tempat tinggal yang berada didalam suatu bangunan kelas 5, 6, 7, 8 dan 9 sesuai Kepmen Kimpraswil No. 10/KPTS/2000 tentang ketentuan Teknis Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada Bangunan dan lingkungan. Yang dimaksud dengan Kelas 5 yakni : Bangunan kantor; Kelas 6 yakni : Bangunan perdagangan (Toko,Kios) Kelas 7 yakni : Bangunan penyimpanan (gudang); Kelas 8 yakni : Bangunan Laboratorium/industri/ pabrik 200

Pasal 37 ayat (1)

ayat (2) ayat (3) ayat (4) Pasal 38 Pasal 39

Pasal 40 Pasal 41

: Cukup jelas : Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan dengan maksud agar dipenuhinya syarat-syarat dan kwalitas bahan-bahan yang digunakan dalam bangunan yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. Disamping pemeriksaan berhubungan dengan kharusan penyediaan alat-alat pemadam yang dapat dijinjing dalam rangka pencegahan/pemadam kebakaran selama pekerjaan pembangunan dilaksanakan. : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas 201

Pasal 42 Pasal 43 ayat (1) ayat (2) ayat (3) Pasal 44 Pasal 45 Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48 Pasal 49 Pasal 50 Pasal 51 Pasal 52 Pasal 53

Pasal 54 Pasal 55 Pasal 56 Pasal 57 Pasal 58 Pasal 59 Pasal 60 Pasal 61 Pasal 62 Pasal 63 Pasal 64 Pasal 65 Pasal 66

: Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas

202

Anda mungkin juga menyukai