Anda di halaman 1dari 4

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)

LOGO SEKOLAH

Peserta didik mengenal lebih mendalam lembaga sekolah baik


IDENTITAS tujuan,fungsi dan aktivitasnya

1. Komponen Layanan: K E G IA T A N
Layanan dasar
2. Bidang layanan: layanan TAHAP AWAL
pribadi 1. Guru BK mengucapkan salam kepada siswa dan memulai kegiatan
3. Sasaran : siswa kelas X
dengan berdoa
4. Semester Ganjil 2. Guru BK memeriksa kehadiran siswa dan menyatakan tujuan
3. Guru BK memeriksa kehadiran siswa
MATERI,
TAHAP PERALIHAN
METODE,MED 1. Guru BK memunculkan konflik dengan tidak menjelaskan materi
IA terlebih dahulu
2. Guru BK menjelaskan tata cara pelaksanaan kegiatan agar siswa
paham dan bersedia untuk mengikuti pembelajaran
1. Materi :
perencanaan karir. TAHAP INTI/KEGIATAN
2. Metode: 1. Guru BK menyampaikan slide power point atau video layanan, atau yang
lainya yang berhubungan dengan materi layanan diatas
ceramah, curah
2. peserta didik mengamati, mencermati, dan menganalisa materi yang telah
pendapat dan disampaikan
diskusi 3. Peserta didik mengisi lembar activity dan dikumpulkan atay
3. Media: Zoom dipublikasikan pada media grup WA/ Classroom/ sosial media lainya.
meeting dan power
TAHAP TERMINASI/PENGAKHIRAN
point 1. Guru BK mengajak peserta didi menyimpulkan terkait materi layanan.
2. . Guru BK menyampaikan rencana layanan yang akan datang dan
ALOKASIWA mengakhiri kegiatan dengam berdoa dan salam
KTU EVALUASI
1. 1x 45 menit P R O SE S :
1. Guru BK mengamati perhatian, respon dan aktifasi siswa saat
kegiatan berlangsung
2. Guru BK memperhatikan proses layanan serta melakukan refleksi
dari layanan klasikal tersebut menggunakan lembar observasi

H A S I L : Peserta didik mengisi angket evaluasi setelah mengikuti


kegiatan layanan antara lain: suasana yamh dirasakan; pentingnya
topik yang dibahas; cara penyampaian guru BK (melalui link gform
yang diberikan guru BK)

C im a h i, 2021

Dosen Pengampu Praktikan

Williya Novianti. M.Pd INDAH WULANSARI


NIDN. 0416119201 NIM. 19010301
Lampiran
Penyesuaian Diri Di Sekolah
Arti Sekolah
Sekolah merupakan lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi
pelajaran menurut tingkatan dan jurusan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Lingkungan
sekolah merupakan daerah atau kawasan dimana ada interaksi antara guru-siswa dan antar siswa
serta terjadi proses belajar dan mengajar.

Menurut Notosoedirdjo & Latipun (2005), sekolah adalah salah satu lembaga sekunder yang
mempunyai peranan penting terhadap perkembangan jiwa anak, hal ini karena interaksi anak dengan
guru di sekolah cukup intensif dan berlangsung lama setiap harinya. Sekolah tidak hanya berfungsi
untuk mencerdaskan melainkan juga membentuk watak dan kepribadian anak.

Penyesuaian Diri Di Sekolah


Menurut Kartono (2000:266-267) salah satu tugas utama dari sekolah ialah memupuk kesehatan jiwa
anak, mengembangkan kesadaran etis/kesusilaan, dan memberikan kebahagiaan pada anak, di
samping tugas mewariskan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Hilangnya interes pada mata pelajaran
sekolah, kebiasaan suka membolos, relasi emosional yang negatif dengan para guru, suka
memberontak terhadap aturan dan disiplin sekolah, menentang otoritas guru atau pendidik, semua ini
adalah bentuk maladjustment yang perlu disingkiri.
Menurut Willis (2005), penyesuaian diri di sekolah meliputi lima faktor yaitu:
a. Penyesuaian Diri Terhadap Mata Pelajaran
Penyesuaian diri terhadap mata pelajaran dapat dikatakan berhasil apabila perubahan perilaku yang
dilaksanakan para siswa mendapatkan kepuasan. Bentuk perilaku para siswa dalam mendengarkan
pelajaran di kelas, mengerjakan latihan soal dan mengerjakan pekerjaan rumah merupakan
perubahan perilaku untuk memenuhi tuntutan sosial di sekolah sebagai usaha menyesuaikan diri.
Pada proses untuk mencapai penyesuaian diri yang berhasil bagi setiap siswa dibutuhkan pencapaian
prestasi yang cukup. Kecukupan dari prestasi yang dicapai menunjukkan penyesuaian diri yang
mencapai kepuasan.

b. Penyesuaian Diri Terhadap Guru


Penyesuaian terhadap guru banyak bergantung pada sikap guru dalam menghadapi murid-muridnya,
terkadang guru yang memiliki sikap terlalu keras akan membuat siswa takut dan sulit menyesuaikan
diri.
Jabatan guru oleh masyarakat dianggap sebagai pemberi inspirasi, penggerak, dan pelatih dalam
penguasaan kecakapan tertentu, khususnya agar para siswa siap untuk membangun hidup beserta
lingkungan sosialnya.

Menurut Agustiani (2006), gambaran (citra) guru yang bermutu adalah seorang pribadi dewasa yang
mempersiapkan diri secara khusus melalui lembaga pendidikan guru, agar dengan keahliannya
mampu mengajar sekaligus mendidik siswanya untuk menjadi warga negara yangbaik, berilmu,
produktif, sosial, sehat, dan mampu berperan aktif dalam peningkatan sumber daya manusia.

Penyesuaian diri terhadap guru pada awalnya didasari oleh penerimaan para siswa yang tercermin
dalam bentuk perilaku, cara mendidik, kecerdasan dan ketekunan guru dalam mengajar. Dalam
kegiatan menyesuaikan diri terhadap guru para siswa berproses mengolah segala bentuk penerimaan
terhadap para guru. Pengolahan ini sebagai bentuk penyesuaian diri siswa agar mampu berinteraksi
dan menerima kelebihan maupun kekurangan para guru. Usaha penyesuaian diri para siswa terhadap
guru dilaksanakan dalam bentuk perubahan perilaku antara lain meniru kecekatan guru, menerima
keadaan ekonomi guru, rajin bertanya pada guru, menghargai ketekunan guru dan bersikap sopan
terhadap guru. Bentuk-bentuk perilaku para siswa di atas menunjukkan usaha para siswa dalam
memenuhi tuntutan sosial sebagai bentuk usaha menyesuaikan diri.

Penyesuaian diri terhadap guru dapat dikatakan berhasil apabila perubahan perilaku yang
dilaksanakan para siswa mendapatkan kepuasan. Bentuk perilaku para siswa dalam meniru
kecekatan guru, menerima keadaan ekonomi guru, rajin bertanya pada guru, menghargai ketekunan
guru dan bersikap sopan terhadap guru, merupakan perubahan perilaku untuk memenuhi tuntutan
sosial di sekolah sebagai usaha menyesuaikan diri. Bentuk perubahan perilaku di atas dapat
dikatakan berhasil apabila disertai kepuasan dalam melaksanakan perubahan perilaku di atas.
Kepuasan yang diperoleh para siswa menunjukkan pencapaian prestasi dalam mengolah penyesuaian
diri terhadap guru.

c. Penyesuaian Diri Terhadap Teman Sekolah


Penerimaan terhadap teman diikuti usaha untuk memperoleh kepercayaan dan pengakuan dari
teman. Usaha-usaha ini sebagai bentuk penyesuaian diri para siswa, dan usaha yang dilakukan antara
lain bergaul dengan teman yang mampu memberikan masukan atau nasihat, menerima kelebihan dan
kekurangan teman dan berusaha mendengarkan setiap permasalahan yang diungkapkan teman.
Bentuk-betuk perilaku diatas menunjukkan usaha para siswa dalam menyesuaikan diri.

Penyesuaian diri terhadap teman sekolah dapat dikatakan berhasil apabila perubahan perilaku yang
dilaksanakan para siswa mendapatkan kepuasan. Bentuk perilaku para siswa dalam bergaul dengan
teman yang mampu memberikan masukan atau nasihat, menerima kelebihan dan kekurangan teman
dan berusaha mendengarkan setiap permasalahan yang diungkapkan teman merupakan perubahan
perilaku untuk memenuhi tuntutan sosial di sekolah sebagai usaha menyesuaikan diri. Pada proses
untuk mencapai penyesuaian diri yang berhasil bagi setiap siswa dibutuhkan pencapaian prestasi
yang cukup. Kecukupan dari prestasi yang dicapai menunjukkan penyesuaian diri yang mencapai
kepuasan.

d. Penyesuaian Diri Terhadap Fasilitas/Lingkungan Fisik.


Kekurangan fasilitas akan menganggu kelancaran pendidikan. Kekurangan fasilitas sekolah,
lingkungan yang kotor dan suasana ribut akan membuat para siswa menjadi malas, bosan, dan lelah.
Hal ini merupakan masalah belajar yang menuntut penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan
sekolah.

Penyesuaian diri terhadap fasilitas/lingkungan fisik sekolah dapat dikatakan berhasil apabila
perubahan perilaku yang dilaksanakan para siswa mendapatkan kepuasan. Bentuk perilaku para
siswa dalam mendengarkan pelajaran di ruang kelas yang ribut, mendengarkan pelajaran di ruang
kelas yang kotor dan mengunakan alat peraga yang minim merupakan perubahan perilaku untuk
memenuhi tuntutan sosial di sekolah sebagai usaha menyesuaikan diri. Perubahan perilaku yang
dilakukan oleh para siswa dapat mencapai keberhasilan jika disertai rasa puas. Kepuasan yang
dicapai para siswa merupakan pencapaian prestasi yang cukup. Kecukupan dari prestasi yang dicapai
inilah yang menunjukkan penyesuaian diri yang mencapai kepuasan.

e. Penyesuaian Diri Terhadap Peraturan Sekolah


Usaha para siswa dalam menyesuaikan diri terhadap peraturan, berawal dari penerimaan para siswa
terhadap peraturan yang ada. Penerimaan terhadap peraturan diikuti oleh proses pengolahan terkait
peraturan yang ditetapkan. Hal ini bertujuan agar para siswa memahami dan mengerti terhadap
peraturan yang telah ditetapkan sekolah. Bentuk perubahan perilaku sebagai bentuk usaha
menyesuaikan diri terhadap peraturan sekolah yaitu melaksankan peraturan sekolah, datang ke
sekolah tepat waktu, menghargai wewenang kepala sekolah dan mengetahui peraturan sekolah yang
telah ditetapkan.

Penyesuaian diri terhadap peraturan sekolah dapat dikatakan berhasil apabila perubahan perilaku
yang dilaksanakan para siswa mendapatkan kepuasan. Usaha penyesuaian diri para siswa tidak
hanya terkait perubahan pandangan dan tingkah laku, tetapi juga disertai kepuasan siswa dalam
menyesuaikan diri terhadap peraturan sekolah yang telah ditetapkan. Kepuasan para siswa berupa
kenyamanan dan rasa bahagia dalam melaksanakan peraturan, hal ini menunjukkan proses
penyesuaian diri yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Hendriati. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Refika
Aditama
Ali dan Asrori. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara
Aswar, Saifuddin. (1992). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan: Ghalia
Indonesia
Djatmika, Ratna. (1998). Pelatihan Penyusunan dan Pengujian Alat Ukur Ilmu
Sosial. Makalah. Bandung: Universitas Padjadjaran

Anda mungkin juga menyukai