Anda di halaman 1dari 10
RUMAH SAKIT \FFLESIA BENGKULU PROGRAM KERJA TIM STUNTING DAN WASTING RUMAH SAKIT RAFFLESIA BENGKULU “aad f Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu Alamat Jalan Mahoni No.0 Kelurahan-Padang Jatt Kecamatan Ratu Samban. Kota Bengikulu Telp (0736) 21710 Fax: (0736) 21954 Email : rs_raMesiabkl@yahoo.co.id BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil riset nasional terakhir menunjukkan adanya perbaikan beberapa indikator gizi, namun demikian Indonesia masih termasuk negara yang mengalami masalah beban gizi ganda (double burden of malnutrition/DBM) karena tingginya prevalensi kurang gizi dan kelebihan gizi pada saat yang bersamaan, Beban ganda gizi berdampak pada seluruh aspek kehidupan. Dampak yang paling buruk dan memiliki konsekuensi jangka panjang jika tersebut terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK), masalah gi mulai dari masa kehamilan sampai anak berusia 2 tahun dan masa remaja. Hasil Riskesdas menunjukkan bahwa 30.8% balita Indonesia mengalami stunting dan sekitar 10.2% balita mengalami gizi kurang (wasting). Anak- 0 11.6 kali lebih. anak yang mengalami masalah gizi tersebut memiliki ri tinggi untukmengalami kematian dibanding anak-anak yang memiliki status gizi baik. Pun jika anak-anak dengan masalah gizi tersbut mampu bertahan dan masalah kesehatan lainnya di sepanjang tahap kehidupannya Sejalan dengan agenda pembangunan global yang dituangkan dalam Sustainable Development Goals untuk mewujudkan masyarakat dunia yang sejahtera, merata dan berkelanjutan, Pemerintah Indonesia menuangkan Komitmen tersebut dalam tema dan agenda Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2020 ~ 2024, yaitu mewujudkan masyarakat yang Indonesia yang berpenghasilan menengah — tinggi, yang sejahtera, adil dan berkisanambungan, Sumber daya manusia yang berkualias dan memiliki daya saing tinggi adalah salah satu faktor pendukung utama untuk meneapai tujuan tersebut. Gizi baik merupakan fondasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas karena berkaitan erat dengan peningkatan kapasitas belajar, kemampuan kognitif dan intelektualitas seseorang. Gizi baik juga merupakan penanda keberhasilan pembangunan dan terpenuhinya hak azasi manusia tethadap pangan dan keschatan. Perbaikan gizi _masyarakat merupakan sarana untuk memutus rantai kemiskinan melalui meningkatkan pertumbuhan ekonomi schingga berdampak pada kesejahteraan di tingkat Page 1 of 9 masyarakat, keluarga dan individu. Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, tercantum hal ‘meningkatnya status gizi masyarakat’ menjadi salah satu prioritas pembangunan, dengan sasaran utama menurunkan prevalensi stunting dan wasting masing-masing menjadi 14% dan 7% di tahun 2024. Sasaran pokok lainnya adalah 1) Prevalensi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik; 2) Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi; 3) Persentase Puskesmas Mampu Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita; 4) Persentase Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif; 5) Persentase balita mendapa suplementasi gizi mikro Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019 telah menetapkan 4 (empat) indikatorkinerja kegiatan (IKK) pembinaan gizi masyarakat yang harus dicapai yaitu;1) Prevalensi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik; 2) Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi; 3) Persentase Puskesmas mampu tatalaksna Gizi Buruk pada Balita; 4) Persentase Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif. Agar indikator RENSTRA tersebut tercapai, perlu disusun kebijakan dan strategi operasional serta kegiatan yang spesifik dan terukur setiap tahun di setiap tingkat baik di pusat maupun daerah. Reneana aksi pembinaan gizi masyarakat disusun sebagai acuan setiap pemangku Kepentingan, untuk menyusun perencanaan, mengkoordinasikan dan penilaian pelaksanaan pembinaan gizi secara berkesinambungan. Selain itu, masalah kekurangan zat gizi mikro masih mendominasi permasalah gizi di Indonesia yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya prevalensi anemia pada ibu hamil dari 37.1% pada tahun 2013 menjadi 48.9% pada tahun 2018. Ibu hamil yang mengalami anemia berisiko tinggi untuk melahirkan bayi premature, bayi dengna berat lahir rendah juga mengalami perdarahan pada saat melahirkan bahkan dapt mengakibatkan kematian. Sementara disisi lain, masalah gizi lebih dan obesitas pada usia dewasa juga meningkat secara signifikan dari 15% di tahun 2013 menjadi 22% di tahun 2018 (Riskesdas, 2018) Remaja adalah adalah periode sensitif kedua untuk pertumbuhan fisik yang cukup pesat. Pada fase ini juga terjadi perubahan psikososial dan Page 2 of 9 emosional yang cukup mendalam serta tercapainya kapasitas intektual dan kemampuan kognitif. Kelompok usia remaja sangat rentan untuk mengalami masalah gizi kurang maupun gizi lebih. Diperkirakan hampir sepertiga remaja_puteri Indonesia akan memasuki fase kehamilan dalam keadaan kurang gizi atau sebagai ibu hamil berisiko tinggi karena kelebihan berat badan (oeverweight). Riskesdas 2018 melaporkan bahwa overweight pada kelompok umur 16 — 18 tahun meningkatcukup tajam dari 1.4% tahun 2010 menjadi 7.3% tahun 2013. B. Tujuan 1, Mendukung pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Menenngah (RPJMN), Rencana Strategi (Renstra) Kementerian Kesehatan dan Rencana Aksi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Tahun 2020- 2024. 2. Menentukan arah dan sasaran upaya perbaikan gizi masyarakat di Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu 3. Menggambarkan peta jalan pelaksanaan kegiatan perbaikan gizi masyarakat, terutama intervensi gizi spesifik secara terpadu di Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu 4, Panduan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi_serta pengembangan upaya gizi masyarakat dalam upaya penurunan stunting dan wasting di RS Rafflesia Bengkulu 5. Melaksanakan system monitoring dan evaluasi pelaksaan penurunan stunting dan wasting rumah sakit rafflesia bengkulu 6. Melaksanakan pembinaan pada jejaring rujukan. Page 3 of 9 BABII SASARAN Sasaran prioritas konvergensi pencegahan stunting dan wasting adalah ibu hamil dan anak usia 0-23 bulan atau rumah tangga 1000 HPK., sebagai masa yang paling kritis dalam tumbuh kembang anak. Di Indonesia gangguan pertumbuhan terbesar pada periode ini. Selain kategori sasaran prioritas pencegahan stunting dan wasting pada 1000 HPK, terdapat kategori sasaran penting yaitu anak usia 24-59 bulan, wanita usia subur dan remaja putri. ‘Adapun kegiatan dan target capaian dalam upaya penurunan stunting dan wasting adalah sebagai berikut : Nama Kegiatan ‘Target Capaian 1. Kegiatan Tim Penurunan angka Rapat rutin Tim Penurunan angka stunting stunting dan wasting dan wasting 6 bulan sekali 2, Peningkatan SDM Tim Penurunan angka stunting dan wasting dikirim Workshop program manajemen gizi buruk pada balita. 3. Sarana dan Prasarana ‘Ada ruang deteksi dini gizi buruk yang bekerja sama dengan Poli Anak 4, Promosi Kesehatan 1. Adanya leaflet dan banner deteksi dini dan Penatalaksanaan Stunting dan wasting 2. Terlaksananya edukasi deteksi dini dan Penatalaksanaan Stunting dan wasting di e masyarakat berbasis rumah sakit. Page 4 of 9 BABII KEGIATAN POKOK, RINCIAN KEGIATAN, DAN CARA PELAKSANAAN ‘Adapun kegiatan pokok, rincian kegiatan dan cara pelaksanaan adalah sebagai berikut : program tim penurunan stunting dan wasting dengan mengundang direktur. >. Persiapan untuk layanan manajemen gizi buruk, SPO. . Membuat laporan tiap 6 bulan 4._Pembahasan kasus NO] KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN ‘CARA MELAKSANAKAN POKOK KEGIATAN 1 |KegiatanTim | Rapat dilakukan tiap 6 bulan, | 1) Menentukan tanggal rapat Penurunan pembahasan dalam rapat_antara | 2) Membagikan undangan Stunting dan | Iain 3) Menyelenggarakan rapat Wasting a. Membuat perencanaan 4) Pencatatan, pelaporan dan evaluasi 5) Membuat rencana tindak Janjut ©) Membuat notulensi 2 _| Peningkatan SDM Mengkaji dan mendata kebutuhan seminar dan workshop tentang | manajemen gizi buruk pada balita, berkoordinasi dengan pihak RS untuk penunjukan staf yang akan diberikan tugas. a. Tim Penurunan angka stunting dan wasting mengikuti seminar tentang ‘manajemen gizi buruk. b. Melakukan inhouse training 3 _| Pengembangan sarana dan prasarana, Pengajuan ruang poli anak mendukung kegiatan deteksi gizi buruk dan penatalaksanaan, pengajuan alat medis dan non medis a. TimPenurunan —angka stunting dan wasting ‘meminta untuk tim poli anak mendukung kegiatan ‘manajemen penurunan angka gizi buruk pada balita b. Tim Penurunan angka stunting dan wasting ‘membuat permintaan alat-alat medis dan non medis Page 5 of 9 Promosi Kesehatan Pembuatan papan informasi atau banner tentang deteksi dini dan Penatalaksanaan Stunting dan wasting di rumah sakit Rafflesia ke masyarakat sekitar @, Tim Penurunan angka stunting dan wasting ‘mengajukan permintaan ke Unit kreatif untuk membuatkan informasi deteksi dini dan Penatalaksanaan Stunting dan wasting di rumah sakit Rafflesia ke masyarakat sekitar b. Tim Penurunan angka stunting dan wasting bekerja sama dengan Tim PKRS ‘melakukan penyuluhan ke masyarakat Page 6 of 9 BABIV JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN A. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN NO | KEGIATAN BULAN 6 [7 [8 [9 [10 [1 [2 [i [2 [3 [4]5 1 | Rapat Rutin Tim x [x Penurunan angka | stunting dan wasting ‘a, Membuat Program | X dan Pedoman Penurunan angka stunting dan wasting | b. Membuat SPO x . Laporan Pelayanan |X |X |X |X |X |X |X Penurunan angka stunting dan wasting 2 | Peningkatan SDM a. Pelatihan Internal | b. Pelatihan Eksternal 3 _| Peningkatan Sarana dan Prasarana a. Ruang Pelayanan |X Deteksi Dini Gizi Buruk b. MejadanKusi_ |X ¢. Bed Pasien| x @ Ruang Tunggu |X Pasien @. Timbangan, x Pengukur Tinggi Badan, Skala Ukur Lila 4 _ | Sosialisasi x Edukasi deteksi dini x dan Penatalaksanaan Stunting dan wasting Page 7 of 9

Anda mungkin juga menyukai