Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

 Penjaminan syariah atau kafalah adalah penjaminan antara para


pihak berdasarkan prinsip syariah.
 Objek yang dijamin dapat seluruh atau sebagian dari kewajiban
bayar (dayn) yang timbul dari transaksi syariah atau hal lain yang
dapat dijamin berdasarkan prinsip syariah.
 Dari kegiatan penjaminan syariah tersebut, perusahaan
penjaminan syariah akan mendapatkan imbal jasa yang berupa
fee atas penggunaan fasilitas penjaminan untuk penjaminan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah (kafalah bil ujrah).
 Besaran fee tersebut harus ditetapkan dalam akad berdasarkan
kesepakatan dan kafalah bil ujrah bersifat mengikat dan tidak
boleh dibatalkan secara sepihak.
Prinsip Penjaminan (Kafalah)
 Perusahaan Penjaminan Syariah mempunyai 4 prinsip di dalam
melakukan kegiatan penjaminan syariah. Adapun 4 prinsip tersebut
adalah:

Kelayakan Supplement Pelengkap Pembayaran


Usaha ary System Agunan Subrogasi
Kelayakan Usaha
Penjaminan pembiayaan hanya diberikan apabila kreditur dan penjamin pembiayaan
berpendapat proposal/ proyek layak dibiayai. Apabila salah satu pihak menyatakan tidak layak,
maka tidak bisa diterbitkan penjaminannya.

Supplementary System
Penjaminan pembiayaan ini, merupakan pelengkap dari suatu pembiayaan. Penjaminan
pembiayaan diterbitkan setelah adanya akad pembiayaan antara kreditur dan debitur.

Pelengkap Agunan
Penjaminan pembiayaan diberikan kepada debitur yang belum memenuhi persyaratan teknis
perbankan termasuk dalam hal kecukupan agunan (belum bankable).

Pembayaran Subrogasi
Subrogasi adalah pengalihan utang sejumlah klaim yang dibayar lembaga penjamin pembiayaan kepada
kreditur atas kemacetan pembiayaan kreditur, dari yang semula utang debitur kepada kreditur menjadi
utang debitur kepada lembaga penjaminan pembiayaan. Penarikan subrogasi ini tetap menajadi tugas
kreditur.
Rukun dan Syarat Kafalah
1. Pihak penjamin (Kafiil)
a. Baligh (dewasa) dan berakal sehat
b. Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan ridha dengan
tanggungan kafalah tersebut
2. Pihak orang yang berutang (terjamin - Ashiil, Makfuul ‘anhu)
a. Sanggup menyerahkan tanggungannya (piutang) kepada penjamin
b. Dikenal oleh penjamin
3. Pihak orang yang berpiutang (Penerima Jaminan - Makful Lahu)
a. Diketahui identitasnya
b. Dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa
c. Berakal sehat
4. Objek Penjaminan (Makful Bihi)
a. Merupakan tanggungan pihak/ orang yang berutang, baik berupa uang, benda, maupun
pekerjaan;
b. Bisa dilaksanakan oleh penjamin;
c. Harus merupakan piutang mengikat (lazim) yang tidak mungkin hapus kecuali setelah
dibayar atau dibebaskan;
d. Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya;
e. Tidak bertentangan dengan syariah.
Risiko yang Dijamin

 Perusahan Penjaminan Syariah menjamin risiko yang berbeda-beda


untuk masing-masing kegiatan pembiayaan. Untuk kafalah
pembiayaan murabahah, pembiayaan salam, dan pembiayaan
istishna’. Perusahaan menjamin risiko pokok dan risiko marjin dari
kegiatan pembiayaan tersebut. Sedangkan untuk kafalah
pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah, risiko
yang ditanggung perusahaan adalah risiko pokoknya saja.
Kemudian untuk kafalah Pembiayaan Ijarah, Perusahaan hanya
menjamin nilai sewa yang telah disepakati selama perjanjian
kegiatan pembiayaan.
Proses penjaminan pembiayaan melibatkan sekurang-kurangnya tiga pihak, yaitu:
1. Badan usaha pemberi pembiayaan yang dalam hal ini disebut penerima jaminan
(makfuul lahu)
2. Debitur pembiayaan yang dalam hal ini disebut terjamin (makfuul anhu)
3. Perusahaan penjamin pembiayaan yang dalam hal ini disebut penjamin (kafiil)
Mekanisme di
dalam proses
penjaminan

Penjaminan
Penjaminan
Tidak
Langsung
Langsung
Penjaminan Langsung

1. Kerja sama antara penjamin dan penerima jaminan.


2. Calon terjamin mengajukan permohonan penjaminan dan membayar
Imbal Jasa Kafalah (IJK) apabila telah dinilai layak.
3. Penjaminan melakukan analisis kelayakan usaha. Apabila layak,
penjamin akan menerbitkan Sertifikat Kafalah.
4. Terjamin mendatangi Lembaga Keuangan Bank/ Non Bank/ Institusi
lainnya untuk meminta fasilitas pembiayaan.
5. Lembaga Keuangan Bank/ Non Bank/ Institusi lainnya memproses
permohonan dengan mempertimbangkan Sertifikat Kafalah dan
melakukan analisis terhadap kelayakan usaha Terjamin.
6. Lembaga Keuangan Bank/ Non Bank/ Institusi lainnya emberitahukan
kepada penjamin bahwa terjamin telah diberikan fasilitas
Pembiayaan/ ditolak.
Penjaminan Tidak Langsung
1. Perjanjian penjaminan pembiayaan antara penjamin dan penerima jaminan
2. Calon terjamin mengajukan permohonan pembiayaan kepada Lembaga Keuangan Bank/ Non Bank/ Institusi
lainnya.
3. Lembaga Keuangan Bank/ Non Bank/ Institusi lainnya melakukan penilaian kelayakan usaha dan analisis lainnya
sebelum diberikan fasilitas pembiayaan.
4. Apabila layak, Lembaga Keuangan Bank/ Non Bank/ Institusi lainnya melakukan permohonan penjaminan
kepada Penjamin.
5. Calon terjamin mengajukan permohonan penjaminan kepada penjamin.
6. Penjamin melakukan analisis kelayakan usaha dan mempertimbangkan keadaan dan kemampuan keuangan
terjamin.
7. Penjamin memberitahukan persetujuan penjaminan atau penolakan kepada Lembaga Keuangan Bank/ Non
Bank/ Institusi lainnya.
8. Apabila disetujui penjaminan, Lembaga Keuangan Bank/ Non Bank/ Institusi lainnya mencairkan Pembiayaan.
9. Lembaga Keuangan Bank/ Non Bank/ Institusi lainnya mengirimkan pemberitahuan kepada Penjamin atas
pembiayaan yang telah dicairkan dan mentransfer imbal jasa kafalah (IJK) yang dibayar oleh Terjamin.
10. Penjamin menerbitkan Sertifikat Kafalah.
PRODUK PENJAMINAN

Penjaminan Penjaminan Penjaminan Surety


Pembiayaan Umum Pembiayaan Mikro Bond

Penjaminan
Penjaminan Penjaminan
Pembiayaan
Customs Bond Distribusi
Multiguna

Penjaminan
Penjaminan
Pembiayaan
Pembiayaan
Konstruksi dan
Konstruksi dan
PengadaanBarang/
Pengadaan
Jasa

Anda mungkin juga menyukai