Anda di halaman 1dari 193

STUDI KUALITATIF STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING


DI KELURAHAN CIBADUYUT KIDUL WILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS CIBADUYUT KIDUL
KOTA BANDUNG
TAHUN 2021

SKRIPSI

OLEH:
WIDANINGSIH
113219044

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (S-1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021

3
STUDI KUALITATIF STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING
DI KELURAHAN CIBADUYUT KIDUL WILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS CIBADUYUT KIDUL
KOTA BANDUNG
TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana


Kesehatan Masyarakat

OLEH :
WIDANINGSIH
113219044

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (S-1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021

4
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan
Dewan Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat (S-1)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jenderal Achmad Yani Cimahi
Pada tanggal 11 September 2021

Nama Mahasiswa : Widaningsih

NPM : 113219044

“Studi Kualitatif Strategi Promosi Kesehatan Dalam Pencegahan Dan


Penanganan Stunting di Kelurahan Cibaduyut Kidul Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul Kota Bandung Tahun 2021”

Mengesahkan
Program Studi Kesehatan Masyarakat (S-1)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi

Pembimbing I Pembimbing II

DR. Dyan Kunthi Nugrahaeni, SKM., MKM Dra. Tri Sulastri, M.Kes

Penguji I Penguji II

Teguh Akbar Budiana, SKM.,M.Gizi Ruhyandi, SKM.,MKM

Mengetahui

Program Studi Kesehatan Masyarakat (S1)

3
Ketua

Asep Dian A., SKM., MM., MHKes

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Kualitatif Strategi

Promosi Kesehatan dalam Pencegahan dan Penanganan Stunting di Kelurahan

Cibaduyut Kidul Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul Kota Bandung

Tahun 2021”, sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang

merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan

atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

4
Yang membuat pernyataan

Widaningsih

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI 2021

WIDANINGSIH
STUDI KUALITATIF STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DALAM
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING DI KELURAHAN
CIBADUYUT KIDUL WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS
CIBADUYUT KIDUL TAHUN 2021
XV + 128 Halaman + 4 tabel + 52 lampiran

ABSTRAK
Indonesia termasuk di antara lima negara dengan kasus stunting tertinggi di dunia
yaitu 27,7% pada 2019. Di Jawa Barat data Riskesdas Kemenkes RI, angka
prevalensi stunting sebesar 29,2%. Angka ini hampir menyerupai angka
prevalensi di tingkat nasional, yakni 30,8%. Sedangkan angka stunting di Kota
Bandung berdasarkan Survei Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun
2019 sebesar 28,12%. Tingginya angka stunting salah satunya disebabkan oleh
kurang optimalnya kegiatan promosi kesehatan kepada masyarakat. Upaya strategi
promosi kesehatan yang dilaksanakan di UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul dinilai
belum optimal karena adanya beberapa kendala, baik secara internal puskesmas
maupun secara eksternal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan
Strategi Promosi Kesehatan dalam pencegahan dan penanganan stunting di UPT
Puskesmas Cibaduyut Kidul Kota Bandung tahun 2021.
Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif, 13 informan ditentukan dengan
teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen di UPT Puskesmas
Cibaduyut Kidul
Hasil Penelitian menunjukan bahwa pada Strategi Promosi Kesehatan telah
dilakukan pemberian informasi kepada ibu balita, ibu hamil, ibu menyusui,
keluarga dan masyarakat. Pada Pelaksanaannya terkendala dengan tidak adanya
Nutritionist, Strategi bina suasana belum bisa terlaksana secara rutin, Kegiatan

5
Advokasi belum menghasilkan produk hukum dan strategi kemitraan dengan
Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini belum ada keberlanjutan.
Disarankan agar pengelola program gizi berkoordinasi dan berkolaborasi dengan
program promosi kesehatan dalam memanfaatkan media promosi kesehatan serta
jejaring media sosial untuk melakukan konseling maupun penyuluhan. Puskesmas
perlu meningkatkan kerjasama lintas program, lintas sektor dan kemitraan dengan
dinas terkait dan dunia usaha.

Kata kunci: Strategi Promosi Kesehatan, Stunting


Kepustakaan:
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM


ACHMAD YANI GENERAL HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCES
CIMAHI 2021

WIDANINGSIH
QUALITATIVE STUDY OF HEALTH PROMOTION STRATEGIES IN
THE PREVENTION AND TREATMENT OF STUNTING IN CIBADUYUT
KIDUL SUB-DISTRICT, WORKING AREA OF UPT PUSKESMAS
CIBADUYUT KIDUL IN 2021
XV + 128 Pages + 4 tables + 52 attachments

Indonesia is among the five countries with the highest stunting cases in the
world, namely 27.7% in 2019. In West Java, according to the RI Ministry of
Health's Riskesdas data, the stunting prevalence rate is 29.2%. This figure is
almost similar to the prevalence rate at the national level, which is 30.8%.
Meanwhile, the stunting rate in the city of Bandung based on the 2019
Indonesian Toddler Nutritional Status Study Survey (SSGBI) was 28.12%.
One of the reasons for the high stunting rate is the lack of optimal health
promotion activities for the community. The health promotion strategy
efforts implemented at the UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul were
considered not optimal due to several obstacles, both internally at the
puskesmas and externally. The purpose of this study was to determine the
implementation of the Health Promotion Strategy in the prevention and
handling of stunting at UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul, Bandung City in
2021.
This research is a qualitative descriptive, 13 informants were determined by
purposive sampling technique. Data collection was carried out using in-depth
interviews, observation, and document review techniques at UPT Puskesmas
Cibaduyut Kidul
The results showed that in the Health Promotion Strategy, information was
provided to mothers of children under five, pregnant women, breastfeeding
6
mothers, families and communities. In its implementation, it is constrained
by the absence of a Nutritionist, the atmosphere building strategy cannot be
carried out routinely, Advocacy Activities have not produced legal products
and the partnership strategy with Corporate Social Responsibility (CSR)
currently has no sustainability.
It is recommended that nutrition program managers coordinate and
collaborate with health promotion programs in utilizing health promotion
media and social media networks to conduct counseling and counseling.
Puskesmas needs to increase cross-programme, cross-sectoral collaboration
and partnerships with relevant agencies and the business world.

Keywords: Health Promotion Strategy, Stunting


Literature:
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah STW yang telah

memberikan rahmat serta karunian-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Skripsi yang berjudul “STUDI KUALITATIF STRATEGI

PROMOSI KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN

STUNTING DI KELURAHAN CIBADUYUT KIDUL WILAYAH KERJA UPT

PUSKESMAS CIBADUYUT KIDUL KOTA BANDUNG TAHUN 2021” ini

dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjunan Nabi

Besar Muhamad SAW berserta seluruh keluarga dan para pengikutnya hingga

akhir jaman.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis tidak terlepas dari berbagai kesulitan

dan hambatan yang harus dihadapi. Penulis banyak mendapatkan bimbingan,

motivasi, bantuan dan saran dari berbagai pihak sehingga pada akhirnya penelitian

ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus tulusnya kepada:


7
1. Bapak Gunawan Irianto, dr.,M.Kes (MARS) selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi.

2. Bapak Asep Dian Abdilah, S.Pd., SKM., MM., MHKes selaku Ketua Program

Studi S-1 Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal

Achmad Yani Cimahi.

3. Ibu DR. Dyan Kunthi Nugrahaeni, SKM., MKM selaku pembimbing I dalam

penyusunan skripsi ini yang selalu sabar dan tulus dalam memberikan

bimbingan dan motivasi.

4. Ibu Dra. Tri Sulastri, M.Kes selaku pembimbing II dalam penyusunan skripsi

ini yang selalu sabar dan tulus dalam memberikan bimbingan dan motivasi.

5. Bapak Teguh Akbar Budiana, SKM.,M.Gizi selaku penguji I yang telah

memberikan bimbingan, arahan serta saran demi perbaikan dan

penyempurnaan skripsi ini

6. Bapak Ruhyandi, SKM.,MKM selaku penguji II yang telah memberikan

bimbingan, arahan serta saran demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini

7. Seluruh staff dan jajaran dosen STIKes Jenderal Achmad Yani Cimahi.

8. Orang tua, Suami, anak-anak dan sahabat tercinta serta seluruh keluarga yang

senantiasa mendoakan serta memberi dukungan selama menjalani masa kuliah.

9. Teman-teman Mahasiswa Kesehatan Masyarakat (S-1) Lintas Jalur dan

Peminatan PKIP STIKes Jenderal Achmad Yani Cimahi Angkatan 2019.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah

memberikan motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada

8
umumnya serta bagi penulis pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan

kritik yang bersifat membangun dan mengarah pada perbaikan sangat penulis

harapkan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

semua pihak, semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan

terbaik dari Allah SWT.

Cimahi, September 2021

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN iii

PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

DAFTAR ISTILAH xii

RIWAYAT HIDUP xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 9

9
C. Tujuan Penelitian 10

1. Tujuan Umum 10

2. Tujuan Khusus 10

D. Manfaat Penelitian 11

1. Manfaat Teoritik 11

2. Manfaat Praktis 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12

A. Stunting 12

B. Promosi Kesehatan di Puskesmas 22

C. Strategi Promosi Kesehatan 30

D. Strategi Promosi Kesehatan dalam Pencegahan dan Penanganan Stunting 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 49

A. Metode Penelitian 49

1. Paradigma Penelitian 49

2. Kerangka Konsep 50

3. Rancangan Penelitian 51

B. Informan Partisipan 52

C. Tempat Penelitian 55

D. Waktu Penelitian 55

E. Etika Penelitian 56

F Prosedur Penelitian 58

G Keabsahan Data 62

F Alat Bantu Pengolahan Data 65

10
G Pengolahan dan Analisis Data 66

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan 69

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 69

B. Karakteristik Responden 70

C. Hasil Analisis Penelitian 71

BAB V Simpulan dan Saran 106

A. Simpulan 106

B. Saran 109

Daftar Pustaka 112

Lampiran 115

11
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak 13

Tabel 2.2 Intervensi Gizi Spesifik Percepatan Pencegahan Stunting 19

Tabel 2.3 Intervensi Gizi Sensitif Percepatan Pencegahan Stunting 20

Tabel 3.2 Matriks Triangulasi Tehnik 61

12
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat ijin Penelitian Kesbangpol Kota Bandung 115

Lampiran 2 Surat ijin Penelitian Dinas kesehatan Kota Bandung 116

Lampiran 3 Bukti Persetujuan Kaji etik 117

Lampiran 4 Surat Rekomendasi Tutorial PSS 118

Lampiran 5 Lembar informed Consent 119

Lampiran 6 Lembar Persetujuan 120

Lampiran 7 Pedoman Wawancara 121

Lampiran 8 Lembar Observasi 134

Lampiran 9 Analisis Data Kualitatif 136

Lampiran 10 Matriks Triangulasi Sumber 142

Lampiran 11 Matriks Triangulasi Teknik 160

Lampiran 12 Dokumentasi kegiatan 162

13
14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan

manusia sebagai insan dan sumber daya manusia yang berkualitas dan

berdaya saing. Di dalam RPJMN 2019-2024 disebutkan bahwa salah satu

indikator yang terkait dengan penciptaan Sumber Daya Manusia yang

berkualitas adalah terpenuhinya sasaran dan target bidang kesehatan

melalui peningkatan kesehatan Ibu dan Anak, Percepatan penurunan

stunting dan penguatan sistem kesehatan (Candarmaweni & Rahayu,

2020).

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh

kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, yang dapat

mengakibatkan gangguan pertumbuhan anak yakni tinggi badan lebih

rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya (Permenkes No.2 Tahun

2020). Stunting atau pendek juga diartikan sebagai kondisi gagal tumbuh

pada bayi (0-11 bulan) dan anak balita (12-59 bulan) akibat dari

kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan,

sehingga anak lebih pendek dari anak lain seusianya. Balita dikatakan

pendek apabila nilai z-score panjang badan menurut umur (PB/U) atau

tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2SD/standar deviasi

(stunted) dan kurang dari -3SD (severely stunted). Anak akan mengalami

1
2

kecerdasan yang kurang maksimal, menjadi lebih rentan sakit, dan dimasa

depan beresiko menurunnya tingkat produktivitas jika berada dalam

kondisi stunting. Sehingga secara luas, stunting dapat menghambat

pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya tingkat kemiskinan (Silpia,

2019).

Indonesia termasuk di antara lima negara dengan jumlah kasus

stunting tertinggi di dunia. Meski tingkat stunting telah berkurang dari

37,2% pada 2013 menjadi 27,7% pada 2019(Tanoto, 2020). Berdasarkan

data Riskesdas Kemenkes RI, angka prevalensi stunting di Jawa Barat

sebesar 29,2%. Angka ini hampir menyerupai angka prevalensi di tingkat

nasional, yakni 30,8% dan hasil pemantauan status gizi (PSG), tahun 2016

dilaporkan bahwa prevalensi stunting 27,5% angka nilai melebihi batas

WHO (target kurang dari 20%). Sedangkan angka stunting di Kota

Bandung Hasil data Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 sebesar

25,8 % lalu turun ke angka 21,74% berdasarkan hasil Riset Kesehatan.

Angka ini kembali naik menjadi 28,12% di tahun 2019 berdasarkan Survei

Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI)(Humas dinkes, 2020).

Stunting disebabkan oleh adanya faktor multidimensi, diantaranya

praktik pengasuhan gizi yang kurang baik, termasuk tingkat pengetahuan

ibu yang kurang mengenai kesehatan dan gizi baik sebelum maupun pada

masa kehamilan dan setelah melahirkan, dimana faktor-faktor tersebut

saling berhubungan satu dengan yang lain, tiga faktor utama yang menjadi

penyebab stunting yaitu asupan makanan yang tidak seimbang, riwayat


3

berat badan lahir rendah (BBLR) dan riwayat penyakit. Berat badan lahir

rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan cukup bulan dengan berat

kurang dari 2500 gram (Sri, 2016).

Pertumbuhan dan perkembangan anak sejak masih janin ternyata tidak

hanya dipengaruhi oleh status gizi ibu saat hamil, bahkan sejak ibu

sebelum hamil atau remaja. Ibu hamil yang kurang energi kronis (KEK)

dapat melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR) karena

kurus, pendek atau keduanya. Status gizi ibu hamil merupakan aset masa

depan bangsa, fenomena yang terjadi 31,3% jumlah ibu hamil dengan TB

< 150 cm melahirkan bayi 10,2% BBLR (<48cm)(Sri, 2016). Salah satu

Penyebabnya adalah adanya kualitas kesehatan anak-anak dan remaja yang

kurang mendapatkan asupan gizi seimbang juga remaja putri yang

mengalami anemia karena kekurangan zat besi. Maka kualitas kesehatan

remaja menjadi kunci dalam mencegah stunting (Nugraha, 2020).

Pencegahan stunting harus dilakukan secara terintegrasi dan

konvergen artinya dilakukan mulai dari tahap perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan, pemantauan hingga evaluasi. dengan pendekatan multi sektor

menggabungkan atau mengintegrasikan berbagai sumber daya untuk

mencapai tujuan. Maka pemerintah harus memastikan bahwa semua pihak

dapat bahu membahu dalam upaya percepatan stunting karena program

perbaikan gizi tidak hanya tanggung jawab dan dilakukan oleh sektor

kesehatan saja, tetapi juga perlu melibatkan berbagai pemangku

kepentingan seperti lembaga sosial kemasyarakatan, mitra kerja, pihak


4

swasta, dan dunia Usaha (Meutia & Yulianti, 2019). Sehingga untuk

mencapai percepatan perbaikan gizi ini dibutuhkan dukungan lintas sektor.

Kontribusi sektor kesehatan hanya menyumbang 30%, sedangkan sektor

non kesehatan berkontribusi sebesar 70% dalam penanggulangan masalah

gizi. Hadiat, (2013 dalam Najib, 2019). Seperti tercantum pada kerangka

konsep intervensi promosi kesehatan dalam percepatan pencegahan dan

penanggulangan stunting bahwa organisasi pengurus daerah, dunia usaha,

aparat kewilayahan mulai Camat, Kades/lurah, RT, RW berperan dalam

pelaksanaan intervensi promosi kesehatan dengan strategi pemberdayaan,

advokasi dan kemitraan (Putra, 2019).

Masih tingginya prevalensi stunting salah satunya juga dapat diakibatkan

oleh kurang optimalnya kegiatan promosi kesehatan kepada masyarakat.

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama

masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai

budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan

kesehatan. Secara operasional, upaya promosi kesehatan di Puskesmas

dilakukan agar masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah masalah kesehatan yang

dihadapinya, baik masalah-masalah kesehatan yang diderita maupun yang

berpotensi mengancam, secara mandiri (Depkes RI, 2008).


5

Di dalam menjalankan promosi kesehatan, puskesmas tidak semata-

mata langsung melaksanakan kegiatan maupun pelayanan, akan tetapi

dibutuhkan adanya strategi agar semua kegiatan dan pelayanan yang

dilaksanakan dapat berjalan efektif sesuai dengan tujuan serta target yang

telah ditentukan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi

Kesehatan dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1114/Menkes/SK/II/2005 tentang Pedoman Promosi Kesehatan di Daerah,

strategi dasar promosi kesehatan adalah pemberdayaan, bina suasana dan

advokasi serta dijiwai semangat kemitraan. Berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor 585/Menkes/SK/V/2007 tentang Pedoman

Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas, strategi promosi kesehatan

di puskesmas juga mengacu pada strategi dasar tersebut dan dapat

dikembangkan sesuai sasaran, kondisi puskesmas dan tujuan dari promosi

tersebut (Depkes RI, 2006).

Dalam gerakan 1000 hari pertama kehidupan (HPK) telah dijelaskan

bahwa untuk menanggulangi masalah kurang gizi diperlukan intervensi

yang spesifik dan sensitif. Intervensi spesifik dilakukan oleh sektor

kesehatan seperti penyediaan vitamin, makanan tambahan, dan lainnya

sedangkan intervensi gizi sensitif dilakukan oleh sektor non–kesehatan

seperti penyediaan sarana air bersih, ketahanan pangan, jaminan

kesehatan, pengentasan kemiskinan, pemberdayaan perempuan dan

sebagainya dengan sasarannya adalah masyarakat umum. Didalam


6

kegiatan intervensi sensitif yang harus dilakukan oleh sektor non

kesehatan adalah intervensi di bidang kesehatan lingkungan dan

pemberdayaan masyarakat serta bantuan dalam mengatasi kemiskinan

(Rosha et al., 2016).

Mengingat salah satu penyebab langsung permasalah gizi balita adalah

masalah penyakit infeksi yang diderita, yang berawal dari kondisi sanitasi

lingkungan yang buruk, oleh karena itu perlu adanya upaya dibidang

pembangunan kesehatan lingkungan selain kebersihan, juga kegiatan

pembuatan lubang biopori, septic tank komunal, selokan dan drainase

untuk mendukung kesehatan lingkungan masyarakat (Rosha et al., 2016).

Sedangkan dari segi ketahanan pangan Tiga poin penting dalam

penanganan stunting yaitu ketersedian pangan, akses pangan, dan

pengetahuan ibu mengenai pangan dan gizi yang menjadi faktor utama,

karena meskipun akses mudah ibu tidak tahu cara mengolah dan memilah

mana makanan yang sehat dan bergizi, stunting akan tetap terjadi (Fachrisa

et al., 2020). Sehingga perlu adanya kemitraan dengan sektor lain dalam

percepatan penanggulangan dan pencegahan stunting. Hadiat, (2013 dalam

(Najib, 2019).

Sebuah studi terkini di Indonesia menemukan bahwa kombinasi

sanitasi yang tidak layak dan kualitas air minum yang tidak aman

merupakan faktor risiko stunting yang bermakna. Torlese, et.al., (2016

dalam Kemenkes RI, 2017). Sementara sebuah analisis penilaian resiko

komparatif global terbaru dari 137 data negara berkembang


7

mengidentifikasi bahwa faktor risiko lingkungan (yaitu kualitas air yang

buruk, kondisi sanitasi yang buruk, dan penggunaan bahan bakar padat)

memiliki dampak terbesar kedua pada kejadian stunting secara global.

Andrew, et, al (2016 dalam Kemenkes RI, 2017).

Sesuai dengan komitmen pemerintah dalam upaya pencegahan dan

penanganan stunting, pemerintah Kota Bandung telah berupaya melakukan

berbagai program terkait pencegahan stunting dengan intervensi gizi

spesifik dan gizi sensitif melalui berbagai program inovasi diantaranya

Bandung Tanginas (Bandung Tanggap Stunting dengan Pangan Aman dan

Sehat) dimana ada tiga hal yang dilaksanakan yaitu membuat pekarangan

pangan yang aman dan sehat (Buruan Sae), pelatihan peningkatan

ekonomi keluarga atau upaya peningkatan pendapatan keluarga (UP2K).

Beas Bereum (Bekal Anak Sekolah Bergizi Enak dan Murah) sejauh ini

banyak orang tua membekali anak saat kesekolah tetapi bekal yang dibawa

masih banyak makanan instan yang belum sesuai dengan gizi seimbang.

Rembulan (Remaja Bandung Unggul Tanpa Anemia) mengajak remaja

mengkonsumsi Tablet tambah darah secara rutin (Humas dinkes, 2020).

Sejak bulan Maret 2020 Indonesia bahkan dunia dinyatakan

mengalami pandemi COVID-19. Masa pandemi COVID-19 telah merubah

tatanan perilaku masyarakat, hal ini diperlukan agar pandemi tidak meluas.

Sehingga pembatasan dilakukan di segala sektor, termasuk di bidang

kesehatan. Hal ini membuat kegiatan penanganan stunting sedikit

terhambat. Sehingga pada masa ini pemerintah berupaya menggalakkan


8

nilai-nilai gotong royong di masyarakat, agar dapat bersama sama saling

membantu bertahan dalam keadaan pandemi COVID-19 ini.

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu solusi untuk dapat

bertahan dalam pandemi COVID-19 termasuk dalam penanganan stunting

(Candarmaweni & Rahayu, 2020). Masyarakat memiliki arti penting

dalam pencegahan stunting, kader dan masyarakat diharapkan dapat

memahami mengenai pencegahan stunting, pemahaman kader dan

masyarakat dalam pencegahan stunting bisa menentukan kesuksesan

program pencegahan stunting. Laili dan Andriani, (2019, dalam

Candarmaweni & Rahayu, 2020).

Menurut data program Gizi angka stunting di wilayah kerja UPT

Puskesmas Cibaduyut Kidul pada dua kelurahan yaitu kelurahan cibaduyut

sebanyak 1,40 % sedangkan di kelurahan Cibaduyut Kidul 3,20 %.

Sehingga Kota Bandung menetapkan kelurahan Cibaduyut Kidul sebagai

salah satu lokus stunting dari 15 kelurahan yang ditetapkan sebagai lokus

stunting yang ada di Kota Bandung pada tahun 2020. Masih tingginya

angka kejadian Stunting tersebut membuat puskesmas harus bekerja keras

agar dapat mewujudkan percepatan penurunan stunting dengan melakukan

upaya preventif dan promotif secara efektif dan berkesinambungan.

Dalam rangka percepatan pencegahan dan penanganan stunting UPT

Puskesmas Cibaduyut Kidul telah berupaya untuk melaksanakan kebijakan

dari pemerintah Kota Bandung dalam intervensi gizi spesifik yaitu upaya

untuk mencegah dan mengurangi masalah gizi secara langsung oleh


9

sektor kesehatan dan melaksanakan intervensi gizi sensitif yaitu upaya

untuk mencegah dan mengurangi masalah gizi secara tidak langsung

dengan melibatkan berbagai sektor terkait melalui strategi promosi

kesehatan yaitu pemberdayaan, bina suasana, advokasi dan kemitraan.

Menurut pengelola program Promkes dan Gizi upaya-upaya tersebut

dirasakan masih belum maksimal disebabkan adanya beberapa kendala

baik secara eksternal maupun internal puskesmas sendiri. Proses

pemberian informasi mengenai stunting serta faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian stunting terhadap ibu balita, remaja maupun

masyarakat secara umum dirasa masih kurang maksimal dan belum

merata. Begitu pula upaya terencana untuk memperoleh dukungan dan

komitmen dari pemangku kebijakan dirasakan masih belum optimal.

Sedangkan untuk kemitraan dengan pihak-pihak lain yang terkait dalam

upaya intervensi gizi sensitif yang sudah pernah terjalin belum berjalan

secara konsisten dan berkesinambungan.

Berdasarkan uraian uraian tersebut, peneliti merasa perlu untuk

melakukan penelitian terkait “Studi Kualitatif Strategi Promosi Kesehatan

Dalam Program Pencegahan dan Penanganan Stunting di Kelurahan

Cibaduyut Kidul Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul Kota

Bandung tahun 2021”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Sejauh manakah pelaksanaan strategi


10

promosi kesehatan dalam pencegahan dan penanganan stunting di

Kelurahan Cibaduyut Kidul Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cibaduyut

Kidul Kota Bandung tahun 2021?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pelaksanaan strategi promosi kesehatan

program pencegahan dan penanganan stunting di Kelurahan Cibaduyut

Kidul Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul Kota Bandung

Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pelaksanaan pemberdayaan individu, keluarga dan

masyarakat sebagai bagian dari strategi promosi kesehatan dalam

pencegahan dan penanganan stunting di Kelurahan Cibaduyut

Kidul Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul Kota

Bandung.

b. Mengetahui pelaksanaan bina suasana sebagai bagian dari strategi

Promosi kesehatan dalam pencegahan dan penanganan stunting di

Kelurahan Cibaduyut Kidul Wilayah Kerja UPT Puskesmas

Cibaduyut Kidul Kota Bandung.

c. Mengetahui pelaksanaan advokasi sebagai bagian dari strategi

promosi kesehatan dalam pencegahan dan penanganan stunting di


11

Kelurahan Cibaduyut Kidul Wilayah Kerja UPT Puskesmas

Cibaduyut Kidul Kota Bandung.

d. Mengetahui pelaksanaan kemitraan sebagai bagian dari strategi

promosi kesehatan dalam pencegahan dan penanganan stunting di

Kelurahan Cibaduyut Kidul Wilayah Kerja UPT Puskesmas

Cibaduyut Kidul Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk instansi

kesehatan dan kegiatan penelitian selanjutnya terutama dalam

pengembangan ilmu Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

khususnya mata kuliah pendekatan tatanan promosi kesehatan sebagai

perbandingan antara teori dan aplikasi di lapangan mengenai strategi

promosi kesehatan program pencegahan dan penanganan stunting.

2. Manfaat Praktis

Bagi puskesmas diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi

sumber informasi terbaru dan sebagai bahan masukan mengenai

permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan strategi promosi

kesehatan dalam pencegahan dan penanganan stunting.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stunting

1. Pengertian

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan

oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, yang dapat

mengakibatkan gangguan pertumbuhan anak yakni tinggi badan lebih

rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Kemenkes RI, (2018

dalam Sekertariat Wakil Presiden RI, 2019). Kekurangan gizi terjadi

sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi baru

lahir, tetapi kondisi stunting baru akan nampak setelah anak berusia 2

tahun. Balita dikatakan pendek jika nilai z-score-nya panjang badan

menurut umur (PB) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang

dari -2 SD (stunted) dan kurang dari -3 atau severely stunted.

Ramayulis, dkk, (2018: 9 dalam Hidayati, 2019).

2. Diagnosa Stunting

Untuk menilai status gizi anak diperlukan standar antropometri

yang mengacu pada Standar World Health Education (WHO 2005).

beberapa standar yang dapat digunakan antara lain z-score buku

National Center for Health Statistic/Center for diseases control

(NCHS/CDC) atau Child Growth Standards World Health

Organization (WHO) tahun 2005. Kurva atau grafik pertumbuhan

12
13

yang dianjurkan saat ini adalah kurva WHO 2005, pada beberapa

penelitian menunjukan proporsi pendek pada anak lebih tinggi dengan

menggunakan kurva WHO 2005 dibandingkan NCHS/CDC sehingga

implikasinya penting bagi program kesehatan. Kemenkes RI, (2011

dalam Hidayati, 2019). Dibawah ini merupakan kategori dan ambang

batas status gizi anak menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:

1995/MENKES/XII/2010, sebagai berikut:

Tabel 2.1. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Indeks Kategori Status Ambang Batas (z-Score)


Gizi

Berat Badan Menurut Umur Gizi Buruk <-3


(BB/U) Anak Umur 0-60
Bulan Gizi Kurang -3 SD Sampai dengan <-
2SD

Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD

Gizi Lebih >2 SD

Panjang Badan Menurut Umur Sangat Pendek <-3


(PB/U) atau Panjang Badan
Menurut Umur Anak Umur 0- Pendek -3 SD Sampai dengan <-
60 Bulan 2SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Tinggi >2 SD

Berat Badan Menurut Panjang Sangat kurus <-3


Badan (BB/PB) Atau Berat
Badan Menurut Tinggi Badan Kurus -3 SD Sampai dengan <-
(BB/TB) Anak Umur 0-60 2SD
Bulan Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2 SD

Indeks Massa Tubuh Menurut Sangat kurus <-3


Umur (IMT/U) Anak Umur 0-
60 Bulan Kurus -3 SD Sampai dengan <-
2SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD


14

Gemuk >2 SD

Kurus -3 SD Sampai dengan <-


2SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >1 SD sampai dengan 2


SD

Obesitas >2 SD
Sumber: Kementerian Kesehatan, 2011

3. Penyebab Stunting

Sebagai salah satu masalah gizi di Indonesia stunting disebabkan oleh

berbagai faktor baik secara langsung maupun tidak langsung

(Kemenkes RI, 2017).

a. Penyebab langsung

Stunting dipengaruhi oleh asupan makan dan penyakit infeksi.

Kedua faktor ini saling berpengaruh satu sama lain. Kurangnya

asupan makan, baik dari jumlah maupun kualitasnya secara terus

menerus akan mengakibatkan anak menjadi mudah terkena

penyakit infeksi sehingga pertumbuhan anak menjadi terhambat.

Begitu Pula jika anak terus menerus mengalami sakit akan

mengalami malas makan sehingga asupan makan yang didapatkan

tidak mencukupi. Akibatnya, anak menjadi stunting. Contohnya,

pada anak yang mengalami penyakit seperti Diare dan infeksi

saluran pernafasan akut (ISPA) akan mempengaruhi asupan makan

anak sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan.

b. Penyebab tidak langsung


15

Aksesibilitas pangan, pola asuh, ketersediaan air minum/sanitasi,

dan pelayanan kesehatan yang mempengaruhi kondisi stunting.

Dengan aksesibilitas pangan yang mudah dan harga yang

terjangkau akan memudahkan keluarga untuk mengkonsumsi

makanan yang beragam. Bergizi seimbang, dan aman. Disamping

itu konsumsi makanan juga dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga

dalam memilih bahan makanan yang dibeli. Pola asuh dalam

pemberian makan bayi dan anak (PMBA) mempengaruhi status

gizi, adanya ketersediaan air minum dan sanitasi memudahkan

seseorang untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) serta Kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan

yang baik turut dapat menentukan status gizi seseorang.

4. Faktor Risiko stunting

Faktor risiko stunting dapat dikategorikan kedalam beberapa

kondisi yakni keadaan ibu/wanita usia subur, keadaan bayi dan

keadaan lingkungan. Kondisi tersebut secara singkat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Ibu Hamil KEK dan menderita anemia

Ibu hamil kurang energi kronis (KEK) adalah ibu hamil dengan

kondisi kekurangan gizi yang diakibatkan oleh kurangnya asupan

makanan sumber energi dalam waktu yang cukup lama. Ibu hamil

dengan kondisi KEK dan atau dengan anemia yang diketahui dari

hasil penapisan ibu hamil, beresiko melahirkan bayi pendek dan


16

Berat badan lahir rendah (BBLR). Kondisi ini sangat berisiko

terhadap kondisi bayi yang akan dilahirkan seperti adanya

kematian, kurang gizi, gangguan pertumbuhan dan gangguan

perkembangan anak yang menyebabkan anak menjadi pendek.

b. Bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif

ASi Eksklusif terbukti sebagai makanan terbaik untuk bayi usia 0-6

bulan yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang

optimal. Bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif,

meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi yang diakibatkan

oleh pemberian makanan dan minuman lain yang terlalu dini

sehingga pertumbuhannya menjadi terganggu. Penyakit yang

berulang pada anak dapat meningkatkan risiko terjadinya stunting.

c. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak tepat

Setelah usia 6 bulan, kualitas ASI tidak lagi dapat mencukupi

kebutuhan gizi bayi sehingga bayi perlu diberi MP-ASI sambil

tetap diberikan ASI hingga 2 tahun. Tantangan yang dihadapi pada

masa pemberian MP-ASI adalah bagaimana ibu/pengasuh memiliki

pengetahuan dan perilaku yang benar sehingga dapat

mempraktekan pemberian MP-ASI secara tepat. Bila MP-ASI yang

diberikan kurang baik secara kualitas dan kuantitasnya, maka

asupan makan anak tidak dapat memenuhi kebutuhan gizinya

sehingga mudah terkena penyakit infeksi akibat daya tahan tubuh

yang lemah. Bila ini terjadi secara terus menerus maka resiko anak
17

menderita stunting akan menjadi lebih tinggi karena gangguan

pertumbuhan anak.

d. Pertumbuhan yang tidak dipantau

Pemantauan pertumbuhan menjadi bagian penting dalam upaya

pencegahan stunting. Apabila pertumbuhan anak dipantau secara

rutin, maka akan dapat segera terdeteksi bila terjadi gangguan

pertumbuhan untuk segera ditangani. Bila pertumbuhan anak tidak

dipantau, maka tidak dapat diketahui status pertumbuhan yang

dialami, sehingga seringkali anak terlanjur jatuh pada masalah gizi

yang berat salah satunya stunting.

e. Penyediaan air bersih dan sanitasi yang tidak layak

Sebuah studi terkini di Indonesia menemukan bahwa kombinasi

sanitasi yang tidak layak dan kualitas air minum yang tidak aman

merupakan faktor risiko stunting yang bermakna. Torlese, et.al.,

(2016 dalam Kemenkes RI, 2017). Sebuah analisis penilaian resiko

komparatif global terbaru dari 137 data negara berkembang

mengidentifikasi faktor faktor risiko lingkungan (yaitu kualitas air

yang buruk, kondisi sanitasi yang buruk, dan penggunaan bahan

bakar padat) memiliki dampak terbesar kedua pada kejadian

stunting secara global. Andrew, et, al (2016 dalam (Kemenkes RI,

2017).

5. Dampak Stunting
18

Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang berkaitan

dengan gangguan pertumbuhan anak terutama penurunan kemampuan

berpikir yang berakibat pada penurunan kapasitas sumber daya

manusia (Kemenkes PDTT, 2017). Secara singkat, akibat stunting

adalah sebagai berikut:

a. Gangguan pertumbuhan sejak dalam kandungan akan berakibat

secara fisik, mental, dan intelektual pada bayi yang dilahirkan

b. Anak perempuan yang stunting kelak beresiko melahirkan bayi

BBLR dan juga stunting

c. Stunting menghambat perkembangan kognitif, nilai sekolah, dan

keberhasilan Pendidikan anak.

d. Stunting kelak menurunkan produktifitas anak pada usia dewasa

e. Stunting pada anak telah terbukti berkolerasi bermakna dengan

kejadian penyakit tidak menular (PTM) saat dewasa.

6. Intervensi Gizi

Intervensi gizi adalah upaya percepatan pencegahan dan

penanggulangan stunting menyasar pada penyebab langsung dan tidak

langsung melalui pendekatan yang menyeluruh mencakup intervensi

gizi spesifik dan gizi sensitive (Sekertariat Wakil Presiden RI, 2019).

a. Intervensi gizi spesifik

Intervensi gizi spesifik menyasar pada penyebab langsung stunting

meliputi kurangnya asupan makanan dan gizi serta penyakit infeksi


19

yang dilakukan oleh sektor kesehatan, terdiri dari tiga kelompok

intervensi

1) Intervensi prioritas, yaitu intervensi yang diidentifikasi

memiliki dampak langsung terhadap pencegahan stunting dan

ditujukan untuk menjangkau seluruh sasaran prioritas.

2) Intervensi pendukung, yaitu intervensi yang berdampak secara

langsung pada pencegahan stunting melalui mekanisme

perbaikan gizi dan kesehatan, setelah intervensi prioritas dapat

terpenuhi

3) Intervensi prioritas sesuai kondisi tertentu, yaitu intervensi

yang diberikan pada kelompok sasaran tertentu sesuai kondisi,

termasuk pada kondisi darurat bencana (program gizi darurat)

Tabel 2.2 Intervensi Gizi Spesifik Percepatan Pencegahan Stunting


Kelompok Intervensi Prioritas Intervensi Pendukung Intervensi
Sasaran Prioritas Sesuai
Kondisi

Intervensi Gizi Spesifik – Sasaran Prioritas

Ibu hamil ● Pemberian makanan ● Pemberian suplementasi ● Perlindungan


tambahan bagi ibu kalsium dari malaria
hamil KEK
● Pemeriksaan kehamilan ● Pencegahan
● Pemberian HIV
suplementasi tablet
tambah darah

Ibu ● Promosi dan konseling ● Pemberian suplementasi ● Pencegahan


menyusui pemberian ASI vitamin A kecacingan
dan anak 0- Eksklusif
23 bulan ● Pemberian suplementasi
● Promosi dan konseling bubuk tabur gizi, seperti
pemberian makan bayi taburia
dan anak (PMBA)
● Pemberian imunisasi
● Penatalaksanaan gizi
buruk ● Pemberian suplementasi
zinc untuk pengobatan
● Pemberian makanan
20

tambahan pemulihan diare


bagi anak gizi kurang
● Manajemen Terpadu
● Pemantauan dan Balita Sakit (MTBS)
promosi pertumbuhan

Intervensi Gizi Spesifik – Sasaran Penting

Remaja ● Pemberian
Putri Suplementasi tablet
tambah darah

Anak 24-59 ● Penatalaksanaan gizi ● Pemberian suplementasi ● Pencegahan


bulan buruk vitamin A kecacingan

● Pemberian makanan ● Suplementasi bubuk tabur


tambahan pemulihan gizi seperti taburia
bagi anak gizi kurang
● Pemberian suplementasi
● Pemantauan dan zinc untuk pengobatan
promosi pertumbuhan diare

● Manajemen terpadu balita


sakit (MTBS)

Sumber: Kementerian Kesehatan, 2011

b. Intervensi gizi Sensitif

Intervensi Gizi sensitif meliputi:

(a) Ketahanan Pangan (peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi

dan kesehatan;

(b) peningkatan akses pangan bergizi;

(c) Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktek pengasuhan gizi ibu

dan anak;

(d) Peningkatan penyediaan air bersih, air minum dan sarana sanitasi.

Sasaran intervensi gizi sensitif adalah keluarga dan masyarakat

umum. Intervensi gizi sensitif umumnya dilaksanakan di luar sektor

kesehatan melalui berbagai program dan kegiatan sebagaimana

tercantum di dalam table 2.2 program atau kegiatan intervensi dalam


21

tabel tersebut dapat ditambah dan disesuaikan dengan kondisi

masyarakat setempat.

Tabel 2.3 Intervensi Gizi Sensitif Percepatan Pencegahan Stunting

Kelompok Intervensi Jenis intervensi

Peningkatan penyediaan air ● Penyediaan akses air bersih dan air minum
bersih dan sanitasi
● Penyediaan akses sanitasi yang layak

Peningkatan akses dan ● Penyediaan akses Jaminan Kesehatan, seperti


kualitas pelayanan kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

● Penyediaan akses kepada pelayanan


kesehatan dan Keluarga Berencana (KB)

● Penyediaan akses bantuan tunai bersyarat


untuk keluarga kurang mampu, seperti
Program Keluarga Harapan (PKH)

Kelompok Intervensi Jenis intervensi

Peningkatan kesadaran, ● Penyebarluasan informasi mengenai gizi dan


komitmen, dan praktek
kesehatan melalui berbagai media
pengasuhan dan gizi ibu dan
anak ● Penyediaan konseling perubahan perilaku
antar

● pribadi

● Penyediaan konseling pengasuhan untuk


orang tua

● Penyediaan akses pendidikan anak usia dini,


promosi

● stimulasi anak usia dini, dan pemantauan


tumbuhkembang anak

● Penyediaan konseling kesehatan reproduksi


untuk
22

● remaja

● Pemberdayaan perempuan dan perlindungan


anak

Peningkatan akses ● Penyediaan akses bantuan pangan untuk


keluarga
pangan bergizi
● kurang mampu, seperti Bantuan Pangan Non
Tunai

● (BPNT)

● Pengembangan pertanian dan peternakan


untuk

● memenuhi kebutuhan pangan dan gizi di


rumah

● tangga, seperti program Kawasan Rumah


Pangan

● Lestari (KRPL)

● Fortifikasi bahan pangan utama, misalnya


garam,

● tepung terigu, dan minyak goreng

● Penguatan regulasi mengenai label dan iklan


pangan

Sumber: Kementerian Kesehatan, 2011

Untuk mengatasi dan mencegah stunting, diperlukan kolaborasi

antar sektor sektor yang terlibat seperti kesehatan untuk air minum dan

sanitasi, Pendidikan, infrastruktur, dan lain sebagainya. Kolaborasi dan

integrasi program/intervensi-intervensi ini diharapkan dapat

berkontribusi dalam menciptakan generasi yang sehat, kuat dan cerdas.

B. Promosi Kesehatan di Puskesmas


23

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas

adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah

kerjanya (Permenkes No 43 Tahun 2019).

1. Pengertian

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui pembelajaran dari oleh dan untuk masyarakat agar

dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang

bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan

didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Kemenkes, (2011 dalam (Nurmala et.al, 2018).

Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu menghadapi

masalah-masalah kesehatan potensial (yang mengancam) dengan cara

mencegahnya, dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang sudah

terjadi dengan cara menanganinya secara efektif dan efisien. Dengan

kata lain, masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) dalam rangka memecahkan masalah masalah kesehatan yang

dihadapinya (problem solving), baik masalah-masalah kesehatan yang

sudah diderita maupun yang potensial (mengancam), secara mandiri

(dalam batas-batas tertentu) (Hartono, 2010).

Sedangkan WHO memberi pengertian bahwa promosi kesehatan

merupakan “the process of enabling individuals and communities to


24

increase control over the determinants of health and thereby improve

their health” (proses mengupayakan individu individu dan masyarakat

untuk meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan faktor-faktor

yang mempengaruhi kesehatan), dengan demikian meningkatkan

derajat kesehatan. Fitriani, (2011 dalam (Nurmala et.al, 2018).

Promosi kesehatan di Puskesmas adalah upaya Puskesmas untuk

meningkatkan kemampuan pasien, klein, dan kelompok-kelompok

masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat

kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok

masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah

masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan

bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk,

dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung

kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Hartono, 2010).

Di dalam menjalankan promosi kesehatan, puskesmas tidak

semata-mata langsung melaksanakan kegiatan maupun pelayanan,

akan tetapi dibutuhkan cara dan pendekatan yang strategis agar semua

kegiatan dan pelayanan yang dilakukan berjalan efektif dan sesuai

dengan tujuan serta target yang telah ditentukan yang dinamakan

strategi promosi kesehatan berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan

Nasional Promosi Kesehatan dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

RI Nomor 1114/Menkes/SK/II/2005 tentang Pedoman Promosi


25

Kesehatan di Daerah. Sedangkan promosi kesehatan di puskesmas

diatur berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

585/MENKES/SK/V/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi

Kesehatan Di Puskesmas (Rahmadani et al., 2019).

2. Tujuan Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan

memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan

meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai

pemberdayaan diri sendiri. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan

dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat serta sesuai dengan sosial

budaya setempat. Demi mencapai derajat kesehatan yang sempurna,

baik dari fisik, mental maupun sosial, masyarakat harus mampu

mengenal dan mewujudkan aspirasi dan kebutuhannya, serta mampu

mengubah atau mengatasi lingkungannya. Kemenkes, (2011, dalam

Sangkalabu, 2016).

3. Sasaran Promosi Kesehatan

Menurut Maulana, (2009 dalam Sangkalabu, 2016) Promosi

Kesehatan memiliki 3 jenis sasaran yaitu sasaran primer, sasaran

sekunder dan sasaran tersier:

a. Sasaran Primer
26

Sasaran primer kesehatan yaitu pasien, individu sehat dan

keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.

Masyarakat diharapkan dapat mengubah perilaku hidup yang tidak

bersih dan tidak sehat menjadi PHBS. Bukanlah sesuatu yang

mudah untuk mengubah perilaku, akan sulit dicapai dalam

merubah perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah

tangga) jika tidak ada dukungan sistem nilai dan norma sosial serta

norma hukum yang diciptakan atau dikembangkan oleh para

pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka

formal. Keteladanan para pemuka masyarakat, baik pemuka

informal maupun formal dalam mempraktikkan PHBS. Suasana

lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-

kelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion) adalah

sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya

PHBS, yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh

mereka yang bertanggung jawab dan berkepentingan

(stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia

usaha.

b. Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder yaitu para pemuka masyarakat, baik pemuka

informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain)

maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat


27

pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media

massa. Diharapkan mereka dapat turut serta dalam upaya

meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pasien,

individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara: berperan

sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut

menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan

suasana yang kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai kelompok

penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS.

c. Sasaran Tersier

Sasaran tersier yaitu para pembuat kebijakan publik yang

mengeluarkan kebijakan berupa peraturan perundang undangan di

bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan serta dapat

memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Diharapkan mereka

juga dapat turut serta dalam upaya meningkatkan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) pada pasien, individu sehat dan keluarga

(rumah tangga) dengan cara:

1) Memberlakukan dan atau membuat kebijakan/peraturan

perundang-undangan yang tidak merugikan kesehatan

masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan

kesehatan masyarakat.

2) Membantu dalam menyediakan sumber daya (dana, sarana dan

lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya PHBS di


28

kalangan pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)

pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.

4. Kegiatan Promosi Kesehatan di puskesmas

Kegiatan Promosi kesehatan di Puskesmas dibagi menjadi dua

yaitu kegiatan promosi kesehatan di dalam dan di luar gedung

Puskesmas (Depkes RI, 2008).

a. Kegiatan Promosi Kesehatan Di Dalam Gedung Puskesmas

Promosi kesehatan yang dilaksanakan di lingkungan dan gedung

Puskesmas yang dilaksanakan sejalan dengan pelayanan yang

diselenggarakan Puskesmas. Adapun bentuk kegiatan promosi

kesehatan yang dapat dilakukan di dalam gedung Puskesmas:

1) Promosi Kesehatan Di Tempat Pendaftaran

2) Promosi Kesehatan Di Pelayanan Medis

3) Promosi Kesehatan Di Pelayanan KIA dan KB

4) Promosi Kesehatan Di Ruang Perawatan

5) Promosi Kesehatan Di Laboratorium

6) Promosi Kesehatan Di Kamar Obat

7) Promosi Kesehatan Di Tempat Pembayaran

8) Promosi Kesehatan Di Klinik Khusus

9) Promosi Kesehatan Di Lingkungan Puskesmas

a) Promosi Kesehatan Di Tempat Parkir Puskesmas

b) Promosi Kesehatan Di Halaman Puskesmas

c) Promosi Kesehatan Di Dinding Puskesmas


29

d) Promosi Kesehatan Di Pembatas Kawasan Puskesmas

e) Promosi Kesehatan Di Kantin/Kios Di Kawasan Puskesmas

f) Promosi Kesehatan Di Tempat Ibadah

b. Kegiatan Promosi Kesehatan Di Luar Gedung Puskesmas

Adalah promosi kesehatan yang dilakukan petugas Puskesmas di

luar gedung Puskesmas. Artinya promosi kesehatan yang dilakukan

pada masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas. Sebagai

suatu upaya untuk meningkatkan PHBS melalui pengorganisasian

masyarakat, meliputi:

1) Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah dilakukan oleh petugas sebagai tindak lanjut

dari promosi kesehatan yang dilaksanakan di dalam gedung pada

pasien atau keluarga yang memiliki masalah kesehatan yang perlu

ditindaklanjuti sesuai kesepakatan keluarga untuk membantu

proses pemecahan masalah dengan menerapkan prinsip prinsip

konseling. Seperti: Pembuatan jamban sehat, Ventilasi rumah,

Toga dll.

2) Pemberdayaan Berjenjang

Promosi kesehatan di masyarakat dilakukan secara menyeluruh

sehingga sebaiknya tidak ditangani sendiri oleh Puskesmas, karena

masyarakat jangkauannya sangat luas. Oleh sebab itu perlu

bekerjasama dengan mitra seperti pemuka masyarakat dan kader

kader, sehingga setiap tatanan harus diidentifikasi oleh para


30

pemuka masyarakat dan siapa saja yang dapat direkrut sebagai

kader. Selanjutnya dilakukan pemberdayaan secara berjenjang,

yaitu:

a) Petugas kesehatan atau Penyuluh Kesehatan Masyarakat

Puskesmas mengembangkan kemitraan dan memberdayakan

para pemuka masyarakat, dilanjutkan dengan para pemuka

masyarakat memilih dan merekrut kader untuk akhirnya

diberdayakan

b) Selanjutnya para kader pemberdayaan masyarakat melaksanakan

proses pemberdayaan masyarakat ini umumnya dikenal

dengan sistem pengorganisasian masyarakat.

3) Pengorganisasian Masyarakat

Pengorganisasian masyarakat (community organization) dapat

diterapkan di tatanan manapun: di RT/RW, sekolah, kantor, tempat

kerja, pondok pesantren dan seterusnya proses pemberdayaan

berjenjang dilaksanakan dengan langkah langkah sebagai berikut:

a) Survei Mawas Diri

Dalam kegiatan ini para pemuka masyarakat misalnya

pengurus RT/RW, Pemuka agama, Tim penggerak

Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dibimbing

untuk mengenal masalah masalah kesehatan yang sering terjadi

di masyarakat, diobservasi dan digali penyebab masalahnya

termasuk aspek perilaku serta potensi untuk mengatasi


31

masalahnya, sesuai dengan potensi yang ada. Sehingga

diharapkan dengan adanya SMD para pemuka masyarakat

sadar (mawas diri) terhadap masalah masalah yang ada di

masyarakat, dan dapat mengatasinya dengan potensi yang ada.

b) Musyawarah Masyarakat

Dalam langkah ini masyarakat dibimbing untuk merumuskan

dan merencanakan jalan keluarnya, petugas kesehatan juga

membantu melakukan advokasi guna menggalang dukungan

(kebijakan/sumber daya). Hasil musyawarah di bawa ke

musyawarah besar hingga mendapatkan suatu rencana konkrit

untuk mengatasi masalah.

C. Strategi Promosi Kesehatan

Strategi dasar utama promosi kesehatan adalah Advokasi, bina

suasana, pemberdayaan, serta dijiwai semangat kemitraan. Berdasarkan

strategi dasar di atas, maka strategi promosi kesehatan puskesmas juga

dapat mengacu strategi dasar tersebut dan dapat dikembangkan sesuai

sasaran, kondisi puskesmas dan tujuan dari promosi tersebut. Sebagaimana

disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan

dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi

Kesehatan di Daerah (Hartono, 2010).

1. Advokasi
32

Kurang berhasilnya suatu program kesehatan, sering disebabkan

karena tidak ada atau kurangnya dukungan dari para pembuat

keputusan, baik dari tingkat nasional maupun lokal (provinsi,

kabupaten, kecamatan). Akibat nya antara lain kurangnya alokasi

anggaran, sarana dan prasarana, serta tidak adanya kebijakan yang

menguntungkan bagi kesehatan dan sebagainya. Untuk memperoleh

dan meningkatkan dukungan atau komitmen dari para pembuat

kebijakan, termasuk lintas sektoral diperlukan upaya yang disebut

advokasi (Notoatmodjo, 2018).

Istilah advocacy (advokasi) di bidang kesehatan mulai digunakan

dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada

tahun 1984, sebagai salah satu strategi global pendidikan atau promosi

kesehatan. Strategi global dimaksudkan bahwa, dalam melaksanakan

suatu program kesehatan di dalam masyarakat, maka langkah yang

diambil adalah (Notoatmodjo, 2018):

a. Melakukan pendekatan atau lobbying dengan para pembuat

keputusan setempat, agar mereka dapat menerima dan

“committed”, dan akhirnya bersedia mengeluarkan suatu kebijakan

serta keputusan keputusan untuk membantu dan mendukung

program tersebut

b. Melakukan pendekatan dan pelatihan kepada tokoh masyarakat

baik masyarakat formal maupun informal, tujuannya agar para

tokoh masyarakat mempunyai kemampuan sesuai yang diharapkan


33

pada program, sehingga selanjutnya dapat membantu

menyebarluaskan informasi atau melakukan penyuluhan pada

masyarakat. Dan yang lebih penting para tokoh masyarakat

berperilaku positif yang dapat dicontoh oleh masyarakat, kegiatan

inilah yang disebut dengan sosial support (dukungan sosial)

c. Petugas kesehatan bersama sama tokoh masyarakat melakukan

kegiatan penyuluhan kesehatan, konseling dan sebagainya, melalui

berbagai kesempatan dan media. Yang bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat untuk

hidup sehat

Advokasi juga diartikan sebagai upaya pendekatan (approaches)

terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap

keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh

karena itu, orang yang menjadi sasaran atau target advokasi ini para

pimpinan suatu organisasi atau institusi kerja baik di lingkungan

pemerintah maupun swasta dan organisasi kemasyarakatan di berbagai

jenjang administrasi pemerintahan (tingkat pusat, provinsi, kabupaten,

kecamatan, dan kelurahan) (Notoatmodjo, 2012).

Sasaran utama kegiatan ini adalah para pengambil keputusan atau

pengambil kebijakan pada masing-masing tingkat administrasi

pemerintah untuk mendapat dukungan dalam pengembangan

Puskesmas. Adapun Pihak-pihak yang harus dilibatkan secara aktif

seperti pemerintah daerah, rumah sakit kabupaten/kota, organisasi


34

profesi, lembaga swadaya masyarakat, lintas sektor dan lintas program

terkait serta perwakilan dari masyarakat (Meutia & Yulianti, 2019)

(Permenkes No 43, 2019). Artinya kegiatan advokasi (advocacy) lebih

diarahkan pada sasaran tersier yang mempunyai potensi memberikan

dukungan kebijakan dan sumberdaya dalam upaya pemberdayaan

masyarakat.

Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk

mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait

(tokoh-tokoh masyarakat informal dan formal) agar masyarakat di

lingkungan Puskesmas berdaya untuk mencegah serta meningkatkan

kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat. Dalam upaya

memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat, Puskesmas

membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain, sehingga advokasi

perlu dilakukan. Selama proses perbincangan dalam advokasi, perlu

diperhatikan bahwa sasaran advokasi hendaknya diarahkan/dipandu

untuk menempuh tahapan-tahapan:

a. menyadari persoalan yang diajukan

b. Tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan yang diajukan

c. Mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan dalam

berperan

d. Menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan

e. Menyampaikan langkah tindak lanjut


35

Jika kelima tahapan tersebut dapat dicapai selama waktu yang

disediakan untuk advokasi, maka dapat dikatakan advokasi tersebut

berhasil

Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting, sebab dalam

advokasi merupakan aplikasi dari komunikasi interpersonal, maupun

massa yang ditujukan kepada para penentu kebijakan (policy makers)

atau para pembuat keputusan (decision makers) pada semua tingkat

dan tatanan sosial. Di sektor kesehatan dalam konteks pembangunan

kesehatan nasional, sasaran advokasi adalah pimpinan eksekutif

termasuk Presiden dan legislatif, serta para pimpinan sektor lain yang

terkait dengan kesehatan, di semua tingkat administrasi pemerintahan,

seperti tersebut di atas. Arah komunikasi dalam advokasi kesehatan

dapat secara vertikal, yakni para pejabat di atas jenjang administrasi

sektor kesehatan, maupun horizontal, yakni para pejabat lintas sektoral

yang setara dengan sektor kesehatan yang bersangkutan (Notoatmodjo,

2012).

2. Bina Suasana

Bina suasana merupakan upaya untuk menciptakan suasana atau

lingkungan sosial yang mendorong individu, keluarga dan masyarakat

untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatannya serta

menciptakan lingkungan sehat dan berperan aktif dalam setiap upaya

penyelenggaraan kesehatan (Hartono, 2010).


36

Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan perilaku yang

diperkenalkan apabila lingkungan sosialnya (keluarga, tokoh panutan,

kelompok pengajian, dan lain-lain) mendukung. Oleh karena itu, untuk

mendukung proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam upaya

mengajak individu, keluarga dan masyarakat mengalami peningkatan

dari fase “tahu” ke fase “mau” perlu diciptakan lingkungan yang

mendukung. Lingkungan yang mendukung bisa dilakukan dengan

metode yang tepat dengan penggunaan media, seperti misalnya

pembagian selebaran (leaflet), pemasangan poster, atau penayangan

video berkaitan dengan penyakit dari pasien. Dengan demikian,

mereka dapat membantu menyampaikan informasi yang diperoleh

kepada pasien.

Petugas kesehatan Puskesmas dapat menjadi panutan atau teladan

dalam sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu, pengetahuan, sikap, dan

perilaku petugas kesehatan Puskesmas yang melayani harus benar-

benar konsisten dengan pelayanan yang diberikan. Misalnya ramah

(tidak terkesan stres), tidak merokok, memelihara hygiene atau

kebersihan dan kesehatan perorangan, dan lain sebagainya.

Selain itu, Puskesmas juga dapat melaksanakan penyuluhan

kelompok baik di dalam Gedung puskesmas maupun di masyarakat.

Sementara itu, di dinding dan sudut-sudut ruangan, bahkan di halaman

gedung Puskesmas juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan bina


37

suasana kepada para pengantar pasien, para penjenguk pasien,

teman/pengantar klien, dan pengunjung Puskesmas lainnya.

3. Pemberdayaan

Pemberdayaan lebih diarahkan pada sasaran primer yaitu individu,

keluarga dan kelompok masyarakat. Puskesmas mendorong

masyarakat di wilayah kerjanya untuk berperan serta secara aktif

dalam setiap upaya kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas.

Masyarakat selain menjadi objek pelayanan juga berperan sebagai

subyek pembangunan kesehatan. Dukungan aktif masyarakat tersebut

salah satunya diwujudkan melalui pembentukan Upaya Kesehatan

Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Sebagai pembina UKBM,

Puskesmas melaksanakan bimbingan teknis dan pemberdayaan sesuai

kebutuhan dan ketentuan yang berlaku (Permenkes No 43, 2019).

Oleh karena itu Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu

strategi efektif untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan,

kemampuan dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan status

kesehatannya, melalui pemberian pengalaman proses belajar secara

bertahap, pemberian pendelegasian wewenang, sesuai sosial budaya

setempat dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki masyarakat

setempat.

Strategi promosi kesehatan berupa pemberdayaan ini dibagi

menjadi tiga (Depkes RI, 2008). yaitu:


38

a. Pemberdayaan Individu

Dalam pelaksanaannya, pemberdayaan pasien/klien umumnya

berbentuk pelayanan informasi atau konseling. Artinya, tenaga-

tenaga kesehatan Puskesmas tidak hanya memberikan pelayanan

medis atau penunjang medis, tetapi juga penjelasan-penjelasan

berkaitan dengan pelayanannya itu. lebih diarahkan pada sasaran

primer yaitu individu, keluarga dan kelompok masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu strategi efektif untuk

meningkatkan pengetahuan, kemauan, kemampuan dan partisipasi

masyarakat dalam meningkatkan status kesehatannya, melalui

pemberian pengalaman proses belajar secara bertahap, pemberian

pendelegasian wewenang, sesuai sosial budaya setempat dengan

mengoptimalkan potensi yang dimiliki masyarakat setempat

(Permenkes No 74 tahun 2015).

Dengan pemberdayaan diharapkan pasien/klien berubah dari

tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau, dan dari mau

menjadi mampu untuk melaksanakan perilaku-perilaku yang

dikehendaki guna mengatasi masalah kesehatannya. Dalam hal ini,

kerap kali petugas kesehatan harus memperkenalkan perilaku baru

kepada pasien/klien, yang boleh jadi merupakan perilaku pengganti

bagi perilaku yang selama ini dipraktikkannya.


39

c. Pemberdayaan Keluarga

Pemberdayaan keluarga dilakukan oleh petugas kesehatan

Puskesmas yang melaksanakan kunjungan rumah terhadap

keluarga (keluarga pasien/klien atau keluarga lain). Dalam hal ini

kerap kali petugas kesehatan juga harus memperkenalkan perilaku

baru, baik yang belum pernah dipraktikkan atau sebagai pengganti

dari perilaku yang selama ini dipraktikkan oleh keluarga yang

bersangkutan. Pemberian informasi tentang perilaku yang

diperkenalkan seperti tersebut di atas perlu dilakukan secara

sistematis agar anggota-anggota keluarga yang dikunjungi oleh

petugas Puskesmas dapat menerima dari tahap “tahu” ke “mau”

jika sarana untuk melaksanakan perilaku yang diperkenalkan

tersedia diharapkan sampai ke tahap “mampu” melaksanakan.

d. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan terhadap masyarakat (sekelompok anggota

masyarakat) yang dilakukan oleh petugas Puskesmas merupakan

upaya penggerakan atau pengorganisasian masyarakat.

Penggerakan atau pengorganisasian masyarakat diawali dengan

membantu kelompok masyarakat mengenali masalah-masalah yang

mengganggu kesehatan sehingga masalah tersebut menjadi

masalah bersama. Kemudian masalah tersebut dimusyawarahkan

untuk dipecahkan secara bersama. Dari hasil tersebut tentunya


40

masyarakat melakukan upaya-upaya agar masalah tersebut tidak

menjadi masalah lagi. Tentunya upaya-upaya kesehatan tersebut

bersumber dari masyarakat sendiri dengan dukungan dari

Puskesmas. Peran aktif masyarakat tersebut diharapkan dalam

penanggulangan masalah kesehatan di lingkungan mereka dengan

dukungan dari Puskesmas.

4. Kemitraan

Kemitraan adalah upaya untuk melibatkan berbagai sektor,

kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan

pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersama

berdasarkan atas kesepakatan prinsip dan peranan masing-masing.

Kemitraan adalah suatu kerja sama yang formal antara individu-

individu, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi untuk

mencapai suatu tujuan tertentu (Notoatmodjo, 2012).

Dalam kerja sama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen

dan harapan masing-masing anggota, tentang peninjauan kembali

terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan saling

berbagi (sharing) baik dalam risiko maupun keuntungan yang

diperoleh. Dari batasan ini terdapat 3 kata kunci dalam kemitraan,

yakni:

a. Kerja sama antara kelompok, organisasi, individu.

b. Bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama).

c. Saling menanggung risiko dan keuntungan.


41

Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi, prinsip prinsip

kemitraan harus ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas

kesehatan Puskesmas dengan sasarannya (para pasien atau pihak lain)

dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana dan advokasi. Di

samping itu, kemitraan juga dikembangkan karena kesadaran bahwa

untuk meningkatkan efektivitas promosi kesehatan, petugas kesehatan

Puskesmas harus bekerjasama dengan berbagai pihak terkait, seperti

misalnya kelompok profesi, pemuka agama, LSM, media massa, dan

lain-lain. Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan dan

dipraktikkan (Depkes RI, 2008) adalah:

a. Kesetaraan

Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya hubungan yang

bersifat hierarkis (atas-bawah). Semua harus diawali dengan

kesediaan menerima bahwa masing-masing berada dalam

kedudukan yang sederajat. Keadaan ini dapat dicapai bila semua

pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan, yaitu

yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama.

b. Keterbukaan

Dalam setiap langkah menjalin kerja sama, diperlukan adanya

kejujuran dari masing-masing pihak. Setiap usul/saran/komentar

harus disertai dengan itikad yang jujur, sesuai fakta, tidak

menutup-nutupi sesuatu.
42

c. Saling Menguntungkan

Solusi yang diajukan hendaknya selalu mengandung keuntungan

di semua pihak (win-win solution). Misalnya dalam hubungan

antara tenaga kesehatan Puskesmas dengan pasien/kliennya, maka

setiap solusi yang ditawarkan hendaknya juga berisi penjelasan

tentang keuntungannya bagi pasien/klien. Demikian juga dalam

hubungan antara Puskesmas dengan pihak donator.

Dalam pelaksanaannya, strategi promosi kesehatan harus diperkuat

dengan metode dan media yang tepat serta tersedianya sumber daya yang

memadai (Hartono, 2010).

a. Metode dan Media

Metode yang dimaksud di sini adalah metode komunikasi. Pada

prinsipnya, baik pemberdayaan, bina suasana, maupun advokasi adalah

proses suatu komunikasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan metode yang

tepat dalam proses tersebut. Sehingga pemilihan metode harus

dilakukan dengan memperhatikan kemasan informasinya, keadaan

penerima informasi (termasuk sosial budayanya), dan hal-hal lain

seperti ruang dan waktu.

Media atau sarana informasi juga perlu dipilih dan mengikuti

metode yang telah ditetapkan, memperhatikan sasaran atau penerima

informasi. Bila penerima informasi tidak bisa membaca maka

komunikasi tidak akan efektif jika digunakan media yang penuh

tulisan, atau bila penerima informasi hanya memiliki waktu yang


43

sangat singkat, tidak akan efektif jika dipasang poster yang berisi

kalimat terlalu Panjang.

b. Sumber Daya

Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan

promosi kesehatan Puskesmas adalah tenaga (Sumber Daya Manusia

atau SDM), sarana/peralatan termasuk media komunikasi, dan dana

atau anggaran. SDM utama untuk promosi kesehatan Puskesmas

meliputi semua petugas kesehatan yang melayani pasien/klien (dokter,

perawat, bidan, sanitarian, dan lain-lain), serta petugas khusus promosi

kesehatan (yaitu pejabat fungsional di bidang promosi kesehatan).

Promosi kesehatan adalah tugas bagi semua petugas kesehatan.

Tetapi petugas-petugas kesehatan selain petugas khusus promosi

kesehatan itu terutama dibebani tugas pemberdayaan, yaitu melalui

konseling individu dan konseling keluarga (kunjungan rumah). Itu pun

saat perencanaan dan pengadaan alat peraga atau media komunikasi

harus dibantu oleh petugas khusus promosi kesehatan. Untuk itu,

semua petugas kesehatan puskesmas yang melayani pasien/klien

hendaknya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam

memberikan informasi atau konseling Jika keterampilan ini belum

dimiliki, maka harus diselenggarakan program pelatihan/kursus bagi

petugas. Sedangkan petugas khusus promosi kesehatan mutlak

diperlukan keberadaannya di Puskesmas selain untuk membantu


44

petugas-petugas kesehatan lain juga bertugas untuk menyelenggarakan

bina suasana dan mengorganisasikan kegiatan advokasi.

D. Strategi Promosi kesehatan dalam Pencegahan dan Penanganan

Stunting

Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar

mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses

pemberdayaan dapat dilakukan dengan pembelajaran yakni upaya untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan dalam bidang

kesehatan. Agustini, (2014: 1 dalam Yuningsih, 2019). Penerapan promosi

kesehatan dalam program kesehatan pada dasarnya merupakan bentuk

penerapan strategi global yang dijabarkan dalam berbagai kegiatan.

Menurut WHO, strategi global tersebut yaitu advokasi, dukungan sosial

dan pemberdayaan masyarakat (Yuningsih, 2019).

Karena masalah Gizi salah satu faktor penyebabnya cenderung ke arah

perubahan perilaku sehingga upaya yang dilakukan melalui pendekatan

strategi promosi kesehatan., dengan membangun dan mengembangkan

koordinasi, jejaring, dan kemitraan antara instansi pemerintah, pemerintah

daerah, dan pemangku kepentingan.

Koordinasi, jejaring, dan kemitraan sebagaimana dimaksud

diantaranya diarahkan untuk: Advokasi, peningkatan Komunikasi,

Informasi dan Edukasi sesuai dengan Permenkes No 29 tahun 2019.


45

1. Advokasi

Advokasi adalah upaya atau proses strategis dan terencana untuk

mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak terkait (stakeholder)

(Kemenkes RI, 2017).

Langkah langkah advokasi dalam pencegahan dan penanganan

stunting yaitu:

a. Mendefinisikan isue Strategi

b. Menentukan tujuan Advokasi

c. Mengembangkan Pesan Advokasi

Dalam pengembangan pesan perlu dipertimbangkan hal hal sebagai

berikut:

a. Pengemasan pesan bagi kelompok berbeda

b. Penggalangan sumberdaya termasuk dana

c. Mengembangkan rencana kerja

Advokasi Program Pencegahan dan Penanganan stunting adalah suatu

perangkat kegiatan yang terencana, terkoordinasi yang terdiri dari:

a. Meningkatkan kebijakan dan pendanaan untuk mendukung kegiatan

PHBS dan penurunan angka Stunting

b. Memastikan pencegahan stunting menjadi prioritas pemerintah dan

masyarakat di seluruh tingkatan, dengan mengarahkan,

mengoordinasikan, memperkuat strategi kebijakan dan target

pencegahan stunting yang dilakukan oleh pemerintah pusat, daerah,

desa, kelompok-kelompok masyarakat, hingga rumah tangga.


46

c. Melakukan Penelitian formatif mengenai perilaku masyarakat dan

strategi perubahan perilaku masyarakat yang berkelanjutan

d. Meningkatkan ekspos media massa tentang PHBS dan Stunting dan

dampak kognitif anak stunting

e. Melakukan pengkajian peraturan perundang undangan terkait

PHBS dan Stunting

f. Melakukan kajian mengenai perilaku ibu dalam memberi makan

dan ASI

Advokasi akan lebih efektif bila dilaksanakan dengan prinsip

kemitraan melalui forum kerja sama.

2. Kemitraan

Prakarsa pemerintah dalam pencegahan dan penurunan stunting

tidak dapat dilakukan sendirian. Upaya ini membutuhkan dukungan

mitra pembangunan: sektor swasta (public private partnership),

akademisi/universitas, organisasi masyarakat madani (civil society

organization), dan masyarakat (Sekertariat Wakil Presiden RI, 2019).

Kemitraan merupakan kerja sama antara program pencegahan dan

penanganan Stunting dengan institusi pemerintah terkait, pemangku

kepentingan, penyedia layanan, organisasi kemasyarakatan yang

berdasar atas 3 prinsip yaitu kesetaraan, keterbukaan dan saling

menguntungkan.

Promosi kesehatan dalam pencegahan dan penanganan stunting

harus dilakukan di semua tingkatan administrasi baik ditingkat pusat,


47

provinsi, kabupaten/kota sampai dengan tingkat fasilitas pelayanan

kesehatan. Promosi kesehatan dalam pencegahan dan penanganan

stunting selain dapat dilakukan oleh petugas khusus juga dapat

dilakukan oleh kader kesehatan di masyarakat yang menjadi mitra

penanganan stunting. Dalam pelaksanaannya promosi kesehatan ada

beberapa aspek yang harus dipertimbangkan (Notoatmodjo, 2012):

a. Metode komunikasi, dapat dilakukan berdasarkan:

1) Teknik komunikasi, terdiri atas:

a) Metode penyuluhan langsung yaitu kunjungan rumah,

pertemuan umum, pertemuan diskusi terarah (Focus Group

Discussion), dan sebagainya; dan

b) Metode penyuluhan tidak langsung dilakukan melalui

media seperti pemutaran iklan layanan masyarakat di

televisi, radio, youtube dan media sosial lainnya, tayangan

film, pementasan wayang, dll.

2) Jumlah sasaran dilakukan melalui pendekatan perorangan,

kelompok dan massal.

3) Indera Penerima

a) Metode melihat/memperhatikan.

Pesan akan diterima individu atau masyarakat melalui

indera penglihatan seperti: pemasangan spanduk, umbul-

umbul, poster, billboard, dan lain-lain.


48

b) Metode mendengarkan.

Pesan akan diterima individu atau masyarakat melalui

indera pendengaran seperti dialog interaktif radio, radio

spot, dan lain-lain.

c) Metode kombinasi.

Merupakan kombinasi kedua metode di atas, dalam hal ini

termasuk demonstrasi/peragaan. Individu atau masyarakat

diberikan penjelasan dan peragaan terlebih dahulu lalu

diminta mempraktikkan, misal: Cara membuat MP-ASI,

Teknik Menyusui, dll

b. Media Komunikasi

Media komunikasi atau alat peraga yang digunakan untuk promosi

pencegahan dan penanganan stunting dapat berupa benda asli

seperti Food Model. Selain itu dapat juga dalam bentuk

gambar/media seperti poster, leaflet, lembar balik bergambar

karikatur, lukisan, animasi dan foto, slide, film dan lain-lain.

c. Sumber Daya

Sumber daya terdiri dari petugas sebagai sumber daya manusia

(SDM), yang bertanggung jawab untuk promosi, petugas di

puskesmas dan sumber daya lain berupa sarana dan prasarana serta

dana (Permenkes RI No. 67, 2016).


49

3. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan dan penanganan

stunting diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang mandiri dan

memiliki kewenangan penuh untuk terlibat secara keseluruhan dalam

kegiatan mereka, mulai dari identifikasi masalah dan analisis masalah,

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi hingga

pengembangan dilandasi dengan:

a. Prinsip prinsip menghargai lokal, yang mencakup pengetahuan,

keterampilan, budaya, proses dan sumber daya

b. Prinsip ekologi meliputi keterkaitan, keberagaman, keseimbangan

dan keberlanjutan

c. Prinsip keadilan sosial dan hak asasi manusia yang tidak

merugikan dan senantiasa memberikan manfaat bagi semua pihak

Strategi pemberdayaan yang dilaksanakan dalam penanganan stunting

diantaranya:

a. Peningkatan kesadaran masyarakat

b. Pengembangan/pengorganisasian masyarakat

c. Peningkatan upaya advokasi

d. Penggalangan kemitraan dan partisipasi lintas sektor

e. Peningkatan pemanfaatan potensi sumber daya berbasis kearifan

lokal baik dana, tenaga dan budaya

Salah satu bentuk Pemberdayaan Masyarakat dalam Stunting

dilakukan melalui Survey Mawas Diri (SMD) dan dibahas Melalui


50

Musyawarah Masyarakat (MM) untuk merencanakan penanganan

masalah (Kemenkes RI, 2017).


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui pembelajaran dari oleh dan untuk masyarakat agar

dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang

bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung

oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Kemenkes, (2011

dalam (Nurmala et.al, 2018).

Di dalam menjalankan promosi kesehatan, dibutuhkan strategi agar

semua kegiatan dan pelayanan yang dilakukan berjalan efektif sesuai

dengan tujuan serta target yang telah ditentukan. Berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/Menkes/SK/V/2007 tentang

Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas, strategi promosi

kesehatan di puskesmas juga mengacu pada strategi dasar tersebut dan

dapat dikembangkan sesuai sasaran, kondisi puskesmas dan tujuan dari

promosi tersebut (Depkes RI, 2008). Seperti hal nya dalam Upaya

peningkatan kesehatan Ibu dan Anak, Percepatan penurunan stunting dan

penguatan sistem kesehatan sebagai salah satu indikator yang terkait

dengan penciptaan SDM yang berkualitas dalam RPJMN 2019-2024

(Candarmaweni & Rahayu, 2020).

51
52

Stunting disebabkan oleh adanya faktor multidimensi, diantaranya

praktik pengasuhan gizi yang kurang baik, termasuk tingkat pengetahuan

ibu yang kurang mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa

kehamilan serta setelah melahirkan, dimana faktor-faktor tersebut saling

berhubungan satu dengan yang lain, ada tiga faktor utama penyebab

stunting yaitu asupan makanan yang tidak seimbang, riwayat berat badan

lahir rendah (BBLR) dan riwayat penyakit. Berat badan lahir rendah

(BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500 gram

(Sri, 2016).

Pencegahan stunting harus dilakukan secara terintegrasi dan

konvergen dengan pendekatan multi sektor maka pemerintah harus

memastikan bahwa semua pihak dapat bahu membahu dalam upaya

percepatan stunting karena program perbaikan gizi tidak hanya tanggung

jawab dan dilakukan oleh sektor kesehatan saja, tetapi juga perlu

melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti lembaga sosial

masyarakat, mitra kerja, swasta, dan dunia usaha (Meutia & Yulianti,

2019).

2. Kerangka Konsep

Strategi Promosi kesehatan dalam


pencegahan dan penanganan
Stunting: Penemuan dan
penanganan kasus
Bina suasana Stunting
Pemberdayaan
Advokasi
Kemitraan
53

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Berdasarkan kerangka Konsep diatas maka dapat digambarkan bahwa

Fokus Penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana Strategi

Promosi kesehatan dalam pencegahan dan penanganan Stunting di

Kelurahan Cibaduyut Kidul Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cibaduyut

Kidul Kota Bandung yang meliputi strategi Advokasi, bina suasana,

kemitraan, serta Pemberdayaan.

3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu metode yang

digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, tentang suatu isu atau

masalah yang akan diselesaikan. Merupakan suatu data yang mengandung

makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data pasti yang merupakan

suatu nilai di balik data yang nampak. Oleh sebab itu di dalam penelitian

kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, akan tetapi lebih

menekankan pada makna. Metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan oleh

peneliti pada kondisi objek alamiah yaitu objek yang berkembang apa

adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak

mempengaruhi dinamika pada objek tersebut (Sugiyono, 2017).

Menurut Creswell, (2015 dalam Sugiyono, 2017) ciri ciri penelitian

kualitatif diantaranya:
54

a. Dilakukan di dalam lingkungan alamiah (di lapangan), sumber data

dari interaksi yang berkelanjutan.

b. Mengandalkan peneliti sebagai instrumen utama dalam pengumpulan

data

c. Melibatkan penggunaan berbagai metode

d. Melibatkan pemikiran kompleks secara induktif dan deduktif

e. Fokus pada perspektif partisipan, berbagai pemaknaan mereka,

beragam pandangan subjektif mereka.

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yaitu penelitian

yang mendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap

berbagai pengalaman hidup mereka terkait dengan konsep atau fenomena.

Para fenomenolog memfokuskan untuk mendeskripsikan apa yang sama

atau umum dari semua partisipan ketika mereka mengalami fenomena.

Tujuan utama dari fenomenologi adalah untuk mereduksi pengalaman

individu akan suatu fenomena menjadi suatu deskripsi mengenai esensi

atau intisari secara universal Creswell, (2015 dalam Sugiyono, 2017).

Dalam penelitian ini peneliti dilakukan analisis pelaksanaan strategi

promosi kesehatan dalam pencegahan dan penanganan Stunting yang

terdiri dari strategi Advokasi, bina suasana, kemitraan dan pemberdayaan,

mengetahui permasalahan yang dihadapi, serta langkah apa saja yang bisa

dilakukan untuk dapat menyelesaikannya.

B. Informan Penelitian
55

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena

penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi

sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi,

tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki

kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam

penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara

sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian.

Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik,

tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk

menghasilkan teori (Sugiyono, 2017).

Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan

perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan

informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. Penentuan

sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki

lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent sampling design).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling

yang merupakan teknik pengambilan sampel berupa sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut

yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin

dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi

objek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2017).

Dalam penelitian ini, dipilih 2 orang informan utama dari internal

puskesmas serta sampel 1 petugas puskesmas yaitu pemegang program


56

KIA yang banyak berperan dalam kegiatan pencegahan dan penanganan

stunting, lintas sektor, kader, ibu balita dan keluarga yang dipilih secara

selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh untuk

mendapatkan informasi yang terdiri dari:

1. 1 (satu) orang pengelola program Gizi yang bertanggung jawab

dalam Pencegahan dan Penanganan Stunting yang diperlukan untuk

memperoleh data mengenai Balita Stunting serta pelayanan yang

selama ini diberikan.

2. Kepala UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul

Kepala puskesmas selaku pemangku kebijakan diperlukan untuk

memperoleh data mengenai program dan kebijakan yang berkaitan

dengan strategi promosi kesehatan program pencegahan dan

Penanganan Stunting

3. 1 (satu) orang Petugas/tenaga puskesmas

Petugas puskesmas yang dijadikan informan merupakan tenaga

Bidan yang sekaligus sebagai pengelola program Kesehatan Ibu dan

Anak yang memberikan pelayanan serta menjadi salah satu

lingkungan terdekat balita Stunting, diperlukan untuk memperoleh

data mengenai keterlibatan dalam upaya strategi promosi kesehatan

yang telah dilakukan.

4. Lurah Kelurahan Cibaduyut Kidul

Lurah selaku pemangku kebijakan di kewilayahan diperlukan untuk

memperoleh data mengenai program dan kebijakan yang berkaitan


57

dengan strategi promosi kesehatan program pencegahan dan

Penanganan Stunting

5. Ketua TP PKK Kelurahan Cibaduyut Kidul

Ketua TP PKK selaku leading sektor terdekat diperlukan untuk

memperoleh data mengenai pelaksanaan program tanginas yang

merupakan salah satu bagian dari kegiatan rempug stunting Kota

Bandung dalam rangka pencegahan dan Penanganan Stunting yang

diselenggarakan dan diinisiasi oleh TP PKK di Kota Bandung.

6. 4 (Empat) orang Kader Posyandu Kelurahan Cibaduyut Kidul

Kader Posyandu yang dijadikan informan merupakan kader yang

memberikan pelayanan serta menjadi salah satu lingkungan terdekat

balita Stunting, diperlukan untuk memperoleh data mengenai

keterlibatan dalam upaya strategi promosi kesehatan yang telah

dilakukan

7. 4 (Empat) orang Ibu /keluarga balita dengan Stunting

Ibu/keluarg balita dengan stunting merupakan salah satu sasaran dari

upaya strategi promosi kesehatan. Selain itu juga menjadi salah satu

penentu keberhasilan dari upaya yang telah dilakukan.

C. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tehnik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang

paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui Teknik


58

pengumpulan data, maka seorang peneliti tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam

penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik

pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta

(participant observation), wawancara mendalam (in depth

interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2020).

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data melalui dua

sumber yaitu :

a. Sumber primer

Sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2020).

Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui :

1) Observasi

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi aktif

untuk melihat, mengamati dan ikut terlibat dalam kegiatan-

kegiatan yang dilakukan dalam upaya strategi pencegahan

dan penanganan stunting. Sehingga dapat merasakan dan

melihat sejauhmana strategi promosi kesehatan dalam

pencegahan dan penanganan stunting ini telah dan dapat

diterapkan di Kelurahan Cibaduyut Kidul wilayah kerja

UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul ini Apakah sudah sesuai

dengan pedoman yang ada ?


59

2) Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Dengan wawancara maka, peneliti akan dapat mengetahui

hal-hal yang lebih mendalam mengenai partisipan dalam

menginterpretasikan situasi dan semua fenomena yang

terjadi, yang tidak ditemukan dalam observasi (Sugiyono,

2020).

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada

orang-orangyang dirasa terkait dengan upaya strategi

promosi kesehatan dalam pencegahan dan penanganan

stunting di Kelurahan Cibaduyut Kidul wilayah kerja UPT

Puskesmas Cibaduyut Kidul. Dalam penelitian ini, jenis

wawancara yang digunakan adalah wawancara semi

struktur dengan tujuan untuk menemukan dan menggali

permasalahan secara lebih terbuka, serta fihak yang di

wawancara dapat ikut mengemukakan gagasan, ide atau

pendapat (Sugiyono, 2020).

Sebelum melakukan aktivitas wawancara, peneliti

menyiapkan terlebih dahulu topik dan daftar pertanyaan


60

sebagai pedoman wawancara yang dapat digunakan untuk

mengarahkan informan dalam proses wawancara sehingga

tidak menyimpang terlalu jauh dari topik yang diteliti.

Proses wawancara dilakukan melalui tatap muka dengan

informan yang telah ditentukan pada waktu dan tempat

yang sudah disepakati bersama sebelumnya. Proses

wawancara tersebut direkam dengan menggunakan

smartphone.

b. Sumber Sekunder

Menurut Sugiyono (2020), sumber sekunder merupakan

sumber yang tidak secara langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat

dokumen. Pada penelitian ini, sumber data sekunder diperoleh

melalui telaah dokumen. Dokumen yang ditelaah berupa

dokumen bukti pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dalam

upaya strategi promosi kesehatan dalam pencegahan dan

penanganan stunting yaitu berupa dokumentasi pelaksanaan

kegiatan FGD, dokumentasi kegiatan penyuluhan di masyarakat,

laporan hasil pemantauan pengukuran tinggi badan dan

Dokumentasi kegiatan pemberdayaan masyrakat dalam

penanganan stunting.

Berdasarkan tehnik pengumpulan tersebut diatas maka berikut

dapat dilihat tabel pengumpulan data dibawah ini


61

Tabel.3.2 Matriks Triangulasi Tehnik

Sumber Data

Studi
No Data Wawancara
Dokumentasi
Observasi
Pertanyaan Informan

1 Pemberdayaan

a. Individu kegiatan Apa dan kapan Petugas


dilaksanakan/tidak, kegiatan gizi,
sesuai/tidak dilaksanakan Petugas
Puskesmas,
kader, ibu
/keluarga
balita
stunting

b. Keluarga kegiatan Petugas Laporan


Apa yang
dilaksanakan/tidak, gizi, kunjungan
sudah
sesuai/tidak Petugas rumah/pemantauan
dilaksanakan
Puskesmas, balita oleh kader
baik oleh
kader, ibu
petugas, kader
/keluarga
maupun
balita
keluarga
stunting

c. Masyarakat kegiatan Apa dan kapan Petugas Dokumentasi


dilaksanakan/tidak, kegiatan gizi, pelaksanaan
sesuai/tidak dilaksanakan. Petugas kegiatan FGD dan
Puskesmas, penyuluhan di
kader masyarakat.

2 Kemitraan kegiatan Adakah Ka Dokumentasi


dilaksanakan/tidak, kerjasama Puskesmas, Kegiatan, laporan
sesuai/tidak dengan Lurah,
berbagai pihak Ketua PKK
terkait, seperti
kelompok
profesi,
pemuka
agama, LSM,
media massa,
ormas dan lain-
lain untuk
meningkatkan
efektivitas
promosi
62

kesehatan

3 Advokasi apakah sudah Ka UPT, Dokumen


dilaksanakan Lurah penggalangan
penggalangan Komitmen, RTL,
komitmen SK, Kebijakan
dalam pejabat
pencegahan kewilayahan
dan
penanganan
stunting

4 Bina Suasana Adakah Petugas Dokumen


kegiatan yang Gizi, kegiatan, Notulen
mendukung, Petugas
sarana dan Puskesmas,
prasarana Kader

2. Alat Bantu Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai

instrumen juga harus “divalidasi” meliputi validasi terhadap

pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan

terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek

penelitian, baik secara akademik maupun logitistiknya. Validasi

dilakukan oleh peneliti sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human

instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan

sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas

data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

temuannya.
63

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen adalah peneliti

sendiri, selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka

kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana,

yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan

data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara

(Sugiyono, 2020).

Dalam penelitian ini, selain peneliti sendiri yang menjadi instrumen

penelitian, digunakan pula instrumen-instrumen lainnya seperti:

a. Lembar observasi;

b. Pedoman wawancara;

c. Alat tulis, recorder (smartphone), dan kamera untuk

pendokumentasian;

d. Perangkat komputer untuk penyusunan hasil penelitian.

3. Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2017), uji keabsahan data dalam penelitian

kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability

(validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability

(objektivitas).

a. Uji Credibility (Validitas Internal)

Uji credibility (validitas internal) dalam penelitian kualitatif

dapat dilakukan dengan beberapa metode. Dalam penelitian ini,

dipilih metode triangulasi yaitu pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiono,


64

2017). Peneliti menguji credibility (validitas internal) data dalam

penelitian ini dengan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh

melalui beberapa sumber (Sugiono, 2017). Data yang telah

diperoleh dari berbagai sumber tersebut kemudian dicek

ulang untuk membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan informasi tersebut dengan waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian.

Dalam penelitian ini triangulasi sumber dapat terlihat

dari proses wawancara yang dilakukan kepada beberapa

informan yang berbeda dengan topik yang sama yaitu

mengenai upaya strategi promosi kesehatan dalam

pencegahan dan penanganan stunting di Kelurahan

Cibaduyut Kidul wilayah kerja UPT Puskesmas Cibaduyut

Kidul. Informasi yang diperoleh dari satu informan sekaligus

digunakan untuk mengukur dan membandingkan terhadap

informasi yang diperoleh dari informan lainnya, sehingga

menghasilkan kesimpulan yang kredibel

2) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang


65

sama dengan teknik yang berbeda (Sugiono, 2017). Dalam

penelitian ini, triangulasi teknik dilakukan dengan

membandingkan hasil wawancara dengan hasil observasi

penelitian dan dokumen yang berkaitan dengan upaya strategi

promosi kesehatan dalam pencegahan dan penanganan

stunting untuk mendapatkan kesimpulan dan hasil penelitian

yang valid. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas

data tersebut menghasilkan data-data yang berbeda, maka

peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber

data yang bersangkutan.

b. Uji Transferability (Validitas Eksternal)

Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau

dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel

tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan,

hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan

dalam situasi lain. Oleh karena itu, supaya orang lain dapat

memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan

untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam

membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas,

sistematis, dan dapat dipercaya (Sugiyono, 2017).

c. Uji Dependability (Reliabilitas)


66

Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain

dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam

penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan

melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian

(Sugiono, 2017). Dalam penelitian ini, uji dependability

dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses

penelitian oleh pembimbing dengan cara mengaudit keseluruhan

aktivitas peneliti selama melakukan penelitian. Dimulai dari

menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan

sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan

data, sampai dengan membuat kesimpulan.

d. Uji Confirmability (Objektivitas)

Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah

disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji

confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga

pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji

confirmability berarti menguji hasil penelitian dikaitkan dengan

proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi

dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut

telah memenuhi standar confirmability (Sugiyono, 2017).

D. Prosedur Penelitian
67

Penelitian ini akan dilakukan Penelitian ini dilakukan di UPT

Puskesmas Cibaduyut Kidul Kecamatan Bojongloa Kidul Kota

Bandung. Adapun langkah langkah yang ditempuh dalam melakukan

penelitian sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Menentukan masalah penelitian

Peneliti dalam tahap ini mencari fenomena yang terjadi,

dengan tujuan untuk mencari permasalahan yang akan diteliti.

Berdasarkan survey awal peneliti di lapangan, ditemukan adanya

kasus stunting di wilayah kerja UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul

terutama diwilayah kelurahan Cibaduyut Kidul dan termasuk

salah satu lokus stunting dari 15 kelurahan yang ada di Kota

Bandung.

b. Menentukan Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah suatu indikasi kearah mana

informasi, dan apa yang akan dicari melalui penelitian ini. Pada

penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai yaitu mengetahui

pelaksanaan strategi Promosi kesehatan program pencegahan dan

penanganan stunting di Kelurahan Cibaduyut Kidul Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul Kota Bandung Tahun

2021.

c. Mencari studi literatur


68

Setelah data lapangan diperoleh, maka selanjutnya untuk

menguatkan data penelitian tersebut perlu ditunjang dengan data

data dan teori yang ada atau berhubungan dengan melakukan

studi kepustakaan mengenai strategi Promosi kesehatan dalam

pencegahan dan penanganan stunting.

d. Menentukan tempat atau lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kelurahan Cibaduyut Kidul

wilayah kerja UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul

e. Menentukan informan Penelitian

Informan Dalam penelitian ini, dipilih 2 orang informan

utama dari internal puskesmas serta sampel petugas Puskesmas

Cibaduyut Kidul, lintas sektor, kader, ibu balita dan keluarga di

kelurahan Cibaduyut Kidul.

f. Menentukan sampel penelitian

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling sebanyak 13 orang, dengan pertimbangan orang

tersebut dianggap yang paling tahu tentang apa yang kita

harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti

g. Penyusunan Proposal
69

Setelah seluruh data diperoleh, kemudian peneliti menyusun

proposal penelitian yang diajukan sebagai langkah awal dalam

melakukan penelitian ini. Adapun proposal yang peneliti susun

adalah yang berisi latar belakang, tinjauan pustaka, dan

metodologi penelitian Proposal ini disusun pada pada bulan Mei

2021 Selanjutnya proses bimbingan kepada dosen pembimbing

dilakukan pada bulan Mei 2021 sampai dengan Juni 2021

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Cibaduyut Kidul,

wilayah Kerja UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul Kecamatan

Bojongloa Kidul Kota Bandung dengan tahapan sebagai berikut

a) Izin penelitian dari STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi,

Dinas Kesehatan Kota Bandung, UPT Puskesmas Cibaduyut

Kidul dan informed consent (izin responden)

b) Penelitian ini direncanakan pada bulan Juli - Agustus 2021

c) Mempersiapkan alat pengumpulan data dan media yang akan

digunakan

d) Meminta waktu dan kesediaan responden untuk mengisi

kuesioner pada bulan Juli 2021.

Sebelum melakukan kegiatan, peneliti melakukan

pendekatan dengan para informan, menjelaskan maksud dan


70

tujuan serta meminta ijin dan kesediaan informan untuk

memberikan informasi yang mendalam.

E. Pengolahan dan Analisis data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses

di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam kenyataannya,

analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data

daripada setelah selesai pengumpulan data.

Analisis data menurut Bogdan (1982, dalam Sugiyono, 2017)

adalah mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga

dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain. Miles and Huberman (1984, dalam Sugiyono, 2017)

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu: data

reduction (reduksi data), data display (penyajian data) dan conclusion

drawing/verification.

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan


71

polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini, data-data yang

diperoleh baik dari hasil observasi, wawancara maupun telaah

dokumen akan dipilih dan difokuskan pada kebutuhan penelitian.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks

yang bersifat naratif. Dalam penelitian ini, data yang sudah direduksi

kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan tabel sesuai kebutuhan

agar lebih mudah untuk dimengerti dan menghasilkan informasi yang

bermakna.

3. Conclusion Drawing/Verification

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang

mendukung pada pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-


72

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini,

kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

sehingga peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data.

Adapun data yang diperoleh didukung oleh bukti-bukti valid dan

konsisten sesuai penarikan kesimpulan awal.

F. Etika Penelitian

Menurut Nugrahaeni dan Mauliku (2011, dalam Rochainati, 2020),

etika Penelitian memiliki berbagai prinsip, diantaranya terdapat empat

prinsip yang perlu dipahami yaitu:

1. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect for Human

Dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek untuk

mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya

penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas

dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian

(autonomy). Untuk itu peneliti mempersiapkan formulir persetujuan

subjek (informed consent) sebagai bentuk menghargai harkat dan

martabat informan.

Sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu penelitian

memberikan penjelasan kepada informan terkait penelitian yang


73

akan dilakukan. Informan yang setuju untuk diwawancarai kemudian

menandatangani formulir informed consent yang telah disediakan.

2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subjek Penelitian (Respect

For Privacy and Confidentiality)

Setiap manusia memiliki hak hak dasar individu termasuk privasi

dan kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan

akibat terbukanya informasi individu termasuk informasi yang

bersifat pribadi. Tidak semua orang menginginkan informasinya

diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan

hak-hak dasar individu tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan kode sebagai pengganti identitas informan untuk

menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas informan.

3. Keadilan dan Inklusivitas (Respect For Justice and Inclusiveness)

Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan keadilan.

Untuk memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara

jujur, hati-hati, profesional, berprikemanusiaan, dan memperhatikan

faktor-faktor ketepatan, kesaksamaan, kecermatan, intimitas,

psikologis, serta perasaan religius subjek penelitian. Lingkungan

penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan yaitu

kejelasan prosedur penelitian.

4. Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian Yang Ditimbulkan

(Balancing Harms and Benefits)


74

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur

penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal

mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisir di tingkat

populasi (beneficence). Peneliti meminimalisir dampak yang

merugikan bagi subjek (non maleficence). Apabila intervensi

penelitian berpotensi mengakibatkan stress tambahan maka subjek

dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya

stress dalam pelaksanaan penelitian.

G. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian yang dipilih peneliti merupakan wilayah kerja

UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul Dinas Kesehatan Kota Bandung.

Waktu Penelitian akan dilakukan Juli sampai dengan Agustus 2021


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Cibaduyut Kidul terletak di Jalan Sewu No.02 Rt 02 Rw 02

Kelurahan Cibaduyut Kidul Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung.

Di Wilayah Kecamatan Bojongloa Kidul terdapat 3 Puskesmas yaitu

Puskesmas Kopo yang terletak di kelurahan Kebonlega, Puskesmas

Cibaduyut Wetan di Kelurahan Cibaduyut Wetan dan Puskesmas

Cibaduyut Kidul di kelurahan Cibaduyut Kidul. Dimana ketiga Puskesmas

tersebut merupakan Unit Pelaksana teknis dibawah naungan Dinas

Kesehatan Kota Bandung yang bertanggung jawab atas pembangunan

kesehatan masyarakat di Kecamatan Bojongloa Kidul.

Komposisi penduduk Kecamatan Bojongloa Kidul paling banyak

adalah usia Produktif. Berdasarkan data yang diperoleh dari kecamatan

Bojongloa Kidul, pada tahun 2020 jumlah penduduk di Kecamatan

Bojongloa Kidul sebanyak 77.434 Sedangkan jumlah penduduk di

kelurahan Cibaduyut Kidul berjumlah 7.412 jiwa yang bisa menjadi

potensi untuk mendukung keberhasilan program kesehatan dan Usia

remaja yang membutuhkan pengawasan dalam perkembangan menuju usia

produktif yang berkualitas, disusul terbanyak kedua adalah usia pra

sekolah dan sekolah, yang membutuhkan perhatian khusus menghadapi

peralihan ke masa remaja dimana banyak sekali masalah yang terjadi pada

75
76

masa ini yang berkaitan dengan masalah kesehatan terutama masalah gizi,

kesehatan reproduksi dan masalah masalah yang terjadi pada remaja

awal.

Puskesmas Cibaduyut Kidul merupakan puskesmas non rawat inap

yang terdiri dari Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya

Kesehatan Masyarakat (UKM). Upaya Kesehatan Perorangan yang ada

terdiri dari pelayanan rawat jalan, pelayanan perkesmas, pelayanan

kefarmasian, Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial di Puskesmas

Cibaduyut Kidul terdiri dari Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, Promosi

Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, serta Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit, Surveilans dan Imunisasi. Upaya Kesehatan Masyarakat

Pengembangan terdiri dari Kesehatan Tradisional, Kesehatan Olahraga,

Kesehatan Kerja, Kesehatan Lansia, Kesehatan Jiwa, serta Usaha

Kesehatan Sekolah dan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah.

B. Karakteristik Responden

Responden dan informan dalam penelitian ini berjumlah tiga belas

orang, terdiri dari tiga orang yang berasal dari intern puskesmas yaitu

seorang kepala puskesmas dan seorang pengelola program Gizi, sebelas

orang informan tambahan yang merupakan sasaran program maupun

kegiatan dari upaya strategi promosi kesehatan dalam pencegahan dan

penanganan stunting di UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul yang terdiri dari

satu petugas UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul, Lurah Cibaduyut Kidul,


77

Ketua TP PKK, 4 (empat) orang kader dan 4 (empat) orang Ibu balita

stunting.

Informan utama pertama yaitu kepala puskesmas berusia 50 tahun dan

sudah menjabat sebagai kepala puskesmas di UPT Puskesmas Cibaduyut

Kidul kurang lebih selama tiga tahun dengan latar belakang Pendidikan

terakhir profesi dokter gigi. Informan utama kedua yaitu pengelola

program Gizi berusia 31 tahun dengan latar belakang D3 Kebidanan.

Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh data bahwa dari Sebelas

informan tambahan terdapat sepuluh orang berjenis kelamin perempuan,

serta satu orang laki-laki. Semua informan berada pada usia produktif.

Informan tambahan dalam penelitian ini memiliki latar belakang terakhir

yang beragam.

Tabel 4.1 Gambaran Umum Informan Penelitian

Informan Jenis Umur Pendidikan Jabatan


Kelamin (tahun) terakhir

IU1 P 51 Dokter Gigi Kepala Puskesmas


IU2 P 31 D3 Kebidanan Pengelola Program Gizi
IT1 P 32 D3 Kebidanan Pengelola Program KIA
IT2 L 50 S1 Lurah Cibaduyut Kidul
IT3 P 47 D3 Ketua TP.PKK Kelurahan
IT4 P 58 D3 Kader
IT5 P 45 SMA Kader
IT6 P 52 SLTP Kader
IT7 P 47 SMA Kader
IT8 P 24 SMP Ibu Balita Stunting
IT9 P 18 SMP Ibu Balita Stunting
78

IT10 P 37 SMP Ibu Balita Stunting


IT11 P 21 SMP Ibu balita Stunting

C. Hasil Analisis Penelitian

Hasil Penelitian mengenai gambaran tentang pelaksanaan strategi

promosi kesehatan program pencegahan dan penanganan stunting yang

meliputi pemberdayaan, bina suasana, advokasi serta kemitraan sebagai

berikut:

1. Pemberdayaan

Upaya yang sudah dilakukan terkait pemberdayaan dalam rangka

pencegahan dan penanganan stunting yang dilakukan oleh UPT

Puskesmas Cibaduyut Kidul sudah meliputi pemberdayaan terhadap

individu, keluarga dan juga masyarakat yang berada diwilayah

kerjanya.

a. Pemberdayaan Individu

Pemberdayaan individu dilakukan dengan melakukan

penyuluhan dan edukasi dengan sasaran ibu balita stunting dan

keluarga, ibu hamil, ibu menyusui, balita sakit, balita sehat yang

datang untuk imunisasi dan juga para remaja calon pengantin yang

datang ke UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul yang dilakukan rutin

setiap hari. Petugas yang melaksanakan edukasi dan penyuluhan

kepada ibu balita stunting seluruh petugas puskesmas yang terlibat

Dokter, perawat, bidan, nutrisionis, promkes, dan kader posyandu


79

yang sudah terlatih. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara

mendalam dengan informan yaitu sebagai berikut:

“Bidan, Perawat, Promkes, Kesling semua terlibat, Edukasi untuk makanan,


selalu di bantu sih dari promosi kesehatan untuk penyuluhan”IU2)

“Penyuluhan dalam gedung biasanya dilakukan oleh dokter, perawat, bidan,


promkes dan dokter, sedangkan diluar gedung selain oleh petugas puskesmas
biasanya dilakukan juga oleh kader posyandu yang sudah terlatih” (IT1)

“Biasanya Bu rita, bu titin, sama orang puskesmas”(IT9)

Kegiatan yang dilaksanakan terkait pemberdayaan individu di

UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul berupa penyuluhan dan edukasi

secara personal selain di lakukan di dalam gedung puskesmas juga

dilakukan di posyandu. Biasanya dilakukan saat kegiatan

kunjungan ke posyandu. Ibu balita stunting dan keluarga, ibu

hamil KEK dan ibu menyusui akan diberikan pengetahuan

mengenai gizi, pola makan termasuk cara pengolahan makanan,

faktor resiko yang berkaitan dengan stunting seperti sanitasi air

bersih dan ketersediaan jamban sehat. Hal tersebut berdasarkan

hasil wawancara mendalam dengan informan yaitu sebagai

berikut:

“Penyuluhan ini biasanya dilaksanakan bisa di dalam gedung maupun di luar


gedung, untuk didalam gedung sendiri biasanya dilaksanakan sebelum
pelayanan, biasanya ada petugas yang melaksanakan penyuluhan kepada
masyarakat yang datang ke puskesmas, sedangkan diluar gedung biasanya
dilaksanakan pada posyandu, Pada saat kelas saat ibu hamil atau ibu balita
atau saat ada pertemuan lintas sektor“ (IT1)

“Memberikan penyuluhan lah sedikitnya ke orangtua supaya meningkatkan gizi


dan kegiatan tanginas, pemberian makanan Tambahan (PMT)”(IT4)

Masalah yang dihadapi dalam menjalankan pemberdayaan

individu ini adalah, Petugas belum ada yang mengikuti pelatihan


80

ataupun up date ilmu tentang stunting, dan petugas penanggung

jawab program gizi bukan berasal dari nutrisionis, sementara

pelayanan yang diberikan tidak hanya edukasi tetapi juga

mencakup pemantauan tumbuh kembang dan pola gizi seimbang

yang perlu kompetensi khusus, Hal tersebut berdasarkan hasil

wawancara dengan informan utama yaitu sebagai berikut:

“ petugas gizi gak ada udah ada satu tahun, belum ada petugas yang ikut
pelatihan terkait stunting. Dulu ada petugas gizinya gina udah resign diganti
sama bidan ratna“ (IU1)

“Belum semua kader posyandu ikut dilatih, baru pkk inti saja ya jadi percuma
aja”(IT4)

Upaya yang dilakukan sejauh ini mengikuti seminar seminar,

Up date ilmu mengenai tata laksana gizi buruk yang dilaksanakan

oleh dinas kesehatan, dan mengajukan SDM Gizi pada Dinas

Kesehatan tetapi sampai saat ini belum terealisasi, hal ini

disampaikan oleh informan utama sebagai berikut:

“Ya paling mengikuti webinar-webinar yang dilaksanakan oleh kemenkes,


mengikuti pelatihan tentang tatalaksana gizi buruk, mengusulkan Update ilmu
bagi penanggung jawab program untuk penanganan stunting “ (IU2)

“terkait SDM gizi sudah dilakukan usulan oleh puskesmas”(IT1)

“Meningkatkan edukasi, mengusulkan pelatihan kader di anggaran


perubahan”(IT3)

Berdasarkan hasil observasi terkait pemberdayaan individu,

peneliti melihat adanya kegiatan edukasi pada ibu balita, ibu

menyusui dan ibu hamil terkait pencegahan stunting yang

dilaksanakan oleh petugas puskesmas dalam gedung (dokumen

berupa foto kegiatan terlampir)


81

b. Pemberdayaan Keluarga

Pemberdayaan keluarga dilakukan dengan memberikan

konseling kepada keluarga saat kunjungan rumah baik oleh

pengelola program gizi, maupun petugas lain dan juga kader,

seperti yang disampaikan oleh informan utama sebagai berikut:

“biasanya sih kita saling bantu. dokter, perawat, bidan bareng bareng sama
petugas promosi kesehatannya penyuluhan ke keluarga”(IU2)

Kegiatan yang dilakukan adalah edukasi pada ibu dan keluarga

balita yang sedang dipantau, petugas biasanya memberikan edukasi

terkait pengolahan makanan, sanitasi lingkungan termasuk

kepemilikan septic tank, konseling kepada keluarga dan ibu balita

pada saat kunjungan rumah dan pemantauan balita serta pemberian

PMT. Hal ini disampaikan pada saat wawancara mendalam oleh

informan sebagai berikut :

“Selain memberikan penyuluhan kepada individu agar individu tersebut


menyampaikannya ke keluarga , pihak puskesmas juga melakukan kunjungan
rumah pada ibu hamil, ibu bayi dan balita , dan kelompok masyarakat yang
beresiko (IT1)
“Penimbangan balita juga tetap dijalankan, pemantauan balita, pemberian
PMT juga kita pantau saat kunjungan rumah”(IU2)

Pelaksanaan pemberdayaan keluarga ini masih terkendala

dengan adanya pandemi COVID-19 dimana adanya pembatasan

kegiatan luar gedung, sehingga kunjungan rumah dan edukasi

terhadap keluarga menjadi tidak terlaksana secara optimal.

kunjungan dibatasi tergantung kondisi balitanya baik luar maupun

dalam gedung sementara masih ada ibu balita dan keluarga yang

stunting yang belum sepenuhnya paham mengenai pencegahan


82

penanganan stunting. Hal tersebut berdasarkan wawancara

mendalam dengan salah satu informan yaitu sebagai berikut:

“Kunjungan keluarga melihat kondisi lingkungan, Kunjungan balita 2-3 kali


setiap bulan, tapi saat pandemi kita lihat kondisi jika memang harus dilakukan
kunjungan ya kita lakukan “(IU2)
“Kunjungan rumah, pemberian makanan tambahan, pemantauan oleh kader
tapi ya seadanya Cuma ngasih makanan aja”(IT6)

Dengan adanya kondisi pandemi pelaksanaan edukasi hanya

bisa terlaksana lewat media sosial whatsapp, sementara tidak

semua keluarga mempunyai sarana hp android. Maka pengelola

program Gizi terus berupaya melakukan koordinasi dalam

pemberdayaan keluarga, dimana salah satunya memberdayakan

kader posyandu yang ada di wilayah untuk melakukan sosialisasi

dan kunjungan rumah kepada balita stunting, ibu hamil dan

menyusui. Kader posyandu mengambil peran dalam pemantauan

dan pendampingan ibu hamil KEK, ibu menyusui dan balita

stunting, pemberian makanan tambahan termasuk melakukan

edukasi mengenai cara pemberian makanan bekerjasama dengan

kader. Hal tersebut berdasarkan wawancara mendalam dengan

salah satu informan yaitu sebagai berikut:

“Lintasprogram saling membantu, kerja sama dengan kader untuk kunjungan


rumah, melakukan pemantauan via wa: (IU2)

“karena terkait pandemi kegiatan pemberdayaan masyarakat terkait kunjungan


rumah menjadi terhambat sehingga tidak dapat dilaksanakan sehingga kami
bekerjasama dengan kader untuk mendata keluarga yang beresiko untuk
kemudian kita lakukan pemantauan via media “(IT1)
“Kalau dipantau mah suka sama kadernya kesini kadang keposyandu, ya saya
berusaha aja ngikutin aja saran saran yang terbaik untuk anak”(IT8)
83

Peneliti melakukan observasi dan ikut terlibat dalam kegiatan

kunjungan rumah, dalam pelaksanaanya kader melakukan

pemantauan berat badan dan tinggi badan, pemberian vitamin A

dan obat cacing, serta pemberian edukasi pada ibu balita mengenai

pemberian makan pada anak. (dokumentasi terlampir).

c. Pemberdayaan Masyarakat

Sejauh ini upaya pemberdayaan masyarakat yang telah

dilakukan oleh Cibaduyut Kidul dapat terlihat dalam kegiatan FGD

yang dilaksanakan dalam rangka Survey Mawas Diri (SMD) serta

Musyawarah Masyarakat RW (MMWR) yang dilaksanakan secara

bersama. Pemberdayaan masyarakat ini dilakukan oleh

penanggung jawab program dibantu program lain dan lintas sektor

pada saat kegiatan lokakarya mini triwulan dan juga pernah

dilakukan pertemuan sosialisasi di tingkat kelurahan Cibaduyut

Kidul, untuk keakuratan data maka kader dan petugas puskesmas

juga melakukan verifikasi data balita stunting agar tidak ada

kesalahan data. Hal tersebut disampaikan dalam sesi wawancara

mendalam oleh informan sebagai berikut:

“kegiatan SMD dan MMRW sudah terlaksana di masing-masing kelurahan


yaitu kelurahan cibaduyut dan Cibaduyut Kidul, program yang terlibat hampir
melibatkan semua petugas puskesmas termasuk kepala puskesmas dan lintas
program diantaranya program promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, gizi
dan kia”(IT1)

“Pernah ada pembahasan tentang data stunting di kelurahan, dan dilakukan


verifikasi takutnya ada yang salah salah ngukur”(IU1)
84

Pengelola Program Gizi juga terus berupaya untuk melakukan

koordinasi lintas sektor dalam pemberdayaan masyarakat, dengan

melakukan Fokus Grup Diskusi (FGD) terkait dengan penanganan

stunting dalam pertemuan-pertemuan rutin. Hal tersebut

disampaikan dalam sesi wawancara mendalam oleh informan

sebagai berikut:

“Biasanyaada pertemuan-pertemuan, ada pertemuan di kelurahan, pertemuan


ibu-ibu PKK. Lokmin kecamatan, disitu stunting sebagai bahasan
utamanya”(IU2)

Masalah yang dihadapi dalam upaya pemberdayaan

masyarakat ini terkait pandemi, belum semua pihak terlibat karena

pembatasan sosial sehingga kegiatan baru bisa dihadiri beberapa

orang saja dan juga masalah teknis karena pertemuan seringkali

dilakukan secara daring sehingga kurang fokus. Hal tersebut

disampaikan dalam sesi wawancara mendalam oleh informan

sebagai berikut:

“Hanya sekedar permasalahan teknis karena pelaksanakan banyak dilakukan


secara daring”(IT1)

“Karena pandemi pertemuannya di zoom, dan untuk pertemuan tatap muka


dibatasi hanya 20 orang jadi tidak semua dapat ilmu” (IT3)

Upaya yang dilakukan untuk masalah tersebut diatas

diharapkan kader yang mengikuti kegiatan dapat menyampaikan

kembali pada kader lain dan masyarakat dan mengusulkan adanya

pertemuan untuk kader. Hal tersebut disampaikan dalam sesi

wawancara mendalam oleh informan sebagai berikut:


85

“biasanya yang ikut pertemuan hanya perwakilan saja, dan diharapkan bisa
menjadi kepanjangan tangan, dan dapat menyampaikan kembali pada
masyarakat”(IT3)

Dalam kegiatan pemberdayaan ini peneliti melakukan telaah

dokumen berupa hasil kegiatan SMD, foto kegiatan Survey Mawas

Diri, Musyawarah Masyarakat RW dan Lokakarya mini triwulan

dan Notulen Kegiatan (dokumentasi terlampir)

2. Bina suasana

Upaya kegiatan Bina suasana di UPT Puskesmas Cibaduyut

Kidul dilakukan oleh pengelola program GIZI, kelurahan dan

PKK. Hal ini diungkapkan informan utama dalam sesi wawancara

sebagai berikut:

“Biasanya semua program terkait ikut, ada promkes nya, kesehatan anak.
Kesling”(IU1)

“pernah ada pertemuan tentang stunting dari kelurahan dan PKK, yang jadi
narasumbernya ya petugas puskesmas, pihak kelurahan bekerjasama dengan
PKK kelurahan”(IT5)

Kegiatan yang juga diinisiasi oleh pengelola program Gizi

pernah dilakukan semacam pertemuan bersama di kelurahan

Cibaduyut Kidul dengan sasarannya masyarakat, PKK, dan ASN

yang membahas mengenai stunting, kegiatan sosialisasi di

masyarakat juga wawar di posyandu serta adanya peran lintas

sektor dalam penanganan stunting mulai dari sosialisasi dan

membuat komitmen bersama. Hal ini diungkapkan informan utama

dalam sesi wawancara sebagai berikut:

“Mulai dari awal sosialisasi, Komitmen kebersaamaan, kesepakatan sudah


dilakukan terkait stunting ini“ (IT2)
86

“Wawar kewarga tentang stunting, Lokmin yang membahas tentang stunting,


sebelumnya ada up date ilmu untuk kader tentang gizi terutama stunting tapi
ditahun lalu”(IU2)

“Sosialisasi dari puskesmas, melalui pamplet2 , Pernah juga ada pelatihan


stunting, cara mengukur dan menimbang balita, pelatihan cara membuat
makanan bahkan pernah dilombakan”(IT6)

Kegiatan bina suasana dalam Upaya pencegahan dan

penanganan stunting di UPT puskesmas Cibaduyut Kidul terhadap

para petugas sejauh ini baru dilaksanakan saat ada kegiatan

lokakarya bulanan dan kegiatan amprok, untuk pelatihan khusus

terkait stunting pada petugas belum ada. Hal ini diungkapkan

informan dalam sesi wawancara sebagai berikut:

“Amprok setiap bulan bersama seluruh staf membahas stunting” selain


pemberian informasi, sosialisasi, dan juga kelas ibu hamil, kelas ibu balita”
(IT1)

Upaya lain yang pernah dilakukan terkait bina suasana di UPT

Puskesmas Cibaduyut Kidul yaitu pemberian informasi pada ibu

hamil, ibu bayi balita, calon pengantin, melalui penyuluhan dalam

gedung dengan menggunakan media leaflet atau pemutaran video

mengenai gizi seimbang dan stunting, kelas ibu hamil, kelas ibu

balita dan kegiatan sosialisasi isi piringku pada anak usia sekolah

dan orang tua murid. Hal ini diungkapkan informan dalam sesi

wawancara sebagai berikut:

“ selain pemberian informasi dan sosialisasi dan juga ada kelas ibu hamil,
kelas ibu balita, calon pengantin juga karena” (IT1)”

“Pernah ada semacam edukasi pada anak sekolah mengenai bekal anak sekolah
yang dilksanakan oleh dr.neti”(IU1)

Masalah yang dihadapi dalam upaya bina suasana ini adalah

kegiatan belum berjalan rutin. Belum ada up date ilmu selama satu
87

tahun terakhir karena pandemi. Hal tersebut disampaikan oleh

informan utama dalam wawancara mendalam sebagai berikut:

“Dalam dua tahun terakhir tidak ada up date ilmu atau pelatihan untuk
kader”(IU2)

“Sudah ada rencana untuk pelatihan pengolahan makanan tapi karena pandemi
jadi tidak jadi, karena harus zoom ya, susah karena harus praktek”(IT3)

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut UPT

Puskesmas Cibaduyut Kidul bekerjasama dengan kelurahan terus

berupaya memberikan edukasi terkait stunting dan faktor risiko

terjadinya stunting melalui berbagai kampanye terkait STBM

stunting, yang dilaksanakan saat pertemuan pertemuan yang

diadakan oleh kelurahan dengan memaksimalkan potensi yang ada

selain mengusulkan pelatihan bagi warga dan kader.

“ Secara konsisten , memaksimalkan potensi yang ada harus tetap


dilaksanakan” (IT2)

“Mengusulkan pelatihan untuk warga terkait stunting dan saling bekerjasama


dengan petugas lain” (IU2).

“Ingin ada pelatihan lagi termasuk pelatihan pengukuran tinggi badan, supaya
tidak salah lagi dalam pengukurun, mengundang beberapa kader yang nanti
akan menyampaikan kembali ke masyarakat”

Pada upaya kegiatan bina suasana peneliti melakukan

observasi terkait media promosi kesehatan yang ada di puskesmas,

terdapat leaflet, lembar balik, kartu edukasi, menurut peneliti

media yang ada masih kurang. Dokumen yang ditelaah berupa foto

kegiatan sosialisasi stunting (dokumentasi terlampir)

3. Advokasi
88

Sejauh ini strategi advokasi yang telah dilakukan terkait

stunting dilakukan oleh Petugas promosi kesehatan dan kepala

puskesmas kepada lurah Cibaduyut Kidul. Sebagaimana

disampaikan dalam wawancara mendalam oleh informan utama

yaitu:

“Biasanya petugas promkes yang melakukan advokasi ke lintas sektor” (IU1)

“Sudah ada advokasi , kalau kita ada kegiatan selalu minta bantuan ke petugas
promkes untuk ke lintas sektor, untuk ijin ijinnya”(IU2)

Advokasi dilakukan di kantor kelurahan dan kecamatan

Bojongloa Kidul dalam pertemuan seperti lokakarya mini triwulan

yang diselenggarakan puskesmas, atau juga dalam pertemuan rutin

yang diadakan di kelurahan, seperti yang disampaikan informan

tambahan pada saat wawancara sebagai berikut:

“Mencari dukungan dan keterlibatan semua pihak baik di internal puskesmas


maupun lintas sektor, biasanya dalam kegiatan lokakarya bulanan dan
lokakarya mini triwulan di kecamatan”(IT1)

Advokasi yang dilakukan di Kelurahan Cibaduyut Kidul

dirasakan masih belum optimal. Hal ini pun dibuktikan dengan

hasil wawancara dari informan utama sebagai berikut:

“Mereka sangat mendukung tapi mungkin belum dilaksanakan secara konsisten


karena kondisi pandemi saat ini. Belum ada kebijakan khusus yang dibuat oleh
kepala puskesmas terkait penanganan stunting. Belum dibuat SK Tim kh usus
penanganan stunting ‘’ (IU1)

Pada kegiatan advokasi peneliti melakukan telah dokumen

terkait peraturan, surat keputusan atau surat edaran yang

mendukung kegiatan pencegahan stunting. Terdapat surat

pernyataan Open Defecation Free (ODF) 100%, Keputusan Lurah

Cibaduyut Kidul Kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung


89

nomor: 400/kep.03–kel.cibkid/2019 tentang pembentukkan

kelompok kerja Kelurahan Siaga Sehat pada Kelurahan Cibaduyut

Kidul Kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung masa bakti tahun

2019 – 2022 dan, tidak ditemukan Surat Keputusan (SK) Satuan

Tugas penanganan stunting di kelurahan Cibaduyut Kidul

(dokumen terlampir)

4. Kemitraan

Strategi kemitraan yang sudah dilaksanakan oleh pengelola

program gizi UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul dilaksanakan oleh

penanggung jawab promkes menggandeng lintas sektor dalam hal

ini lurah dan PKK. Hal tersebut disampaikan oleh informan dalam

wawancara mendalam sebagai berikut:

“Kalau kemitraan dengan swasta kita mah gak ada, biasanya kita mah sama
kelurahan, petugasnya biasanya sama petugas promkes ke kelurahan”(IU1)

“Berkoordinasi dengan lintas program di internal puskesmas, juga pengaturan


penjadwalan untuk melakukan kunjungan rumah, di lintas sektor juga
melakukan kemitraan dengan kader, karang taruna dan lain lain”(IT2).

Sementara untuk kemitraan dengan pihak swasta maupun

Corporate Social Responsibility (CSR) itu dilaksanakan oleh lurah

Cibaduyut Kidul melalui Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan

(LKK) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di

kewilayahan, diantaranya ada dari pengusaha elpiji, dari rumah

zakat, dinas pertanian dan tanaman pangan juga PT Gihon terkait

sanitasi yaitu penyediaan septic tank untuk warga yang tidak


90

mempunyai jamban dengan septic tank. Hal ini disampaikan

informan dalam wawancara mendalam sebagai berikut:

“Adanya Kolaborasi dan kerjasama dari segala pihak khususnya warga


masyarakat, sehingga ada bantuan untuk penanganan stunting ini”(IT2)

“Mendapatkan bantuan dari beberapa CSR dan swadaya masyarakat setempat,


dari baznas, dari pengusaha elpiji untuk bantuan makanan, sama dari PT gihon
untuk bantuan septic tank karena kan kondisi sanitasi juga jadi faktor penyebab
stunting”(IT3)

“Ada pemberian Tanginas tahun 2020 bantuan dari kota, tapi karena gak cukup
jadi ada CSR dari pengusaha gas, terus dari bu santi petugas rumah zakat,
sebagai swadaya dari masyarakat, dari dinas pertanian ada buruan sae
bibitnya dari dispangtan hasilnya dibagikan ke warga yang stunting”(IT4)

Kemitraan yang sudah dilaksanakan selama ini belum ada

kelanjutannya, dikarenakan kondisi pandemi COVID-19 yang

mengalami peningkatan, Hal ini disampaikan informan dalam

wawancara mendalam sebagai berikut::

“Dari awal tahun pendanaan dari PIPPK belum bisa berjalan, Direncanakan
adanya anggaran perubahan tapi mengingat efisiensi anggaran tidak jadi”(IT2)
“Dari warga belum ada swadaya atau bantuan dari para pengusaha setempat,
pernah ada bantuan dari dispangtan tapi Cuma satu kali”(IT4)

Masalah lain yang dihadapi dalam upaya kemitraan adalah

masih kurangnya kepedulian masyarakat terutama dalam intervensi

gizi sensitif yaitu masalah kesehatan lingkungan dimana masih

banyak warga yang masih belum punya septic tank, pembuangan

tinja masih langsung ke selokan. Adanya Mindset masyarakat yang

masih berasumsi kalau stunting itu karena keturunan. Sehingga

perlu Upaya pemberian informasi yang lebih konsisten terkait

stunting melalui berbagai media. Hal tersebut disampaikan oleh

informan utama dalam wawancara mendalam sebagai berikut:

“ Ya masalahnya Faktor sosial ekonomi ya, jadi ya agak susah”(IU1)


91

“Sulitnya merubah mindset masyarakat tentang sanitasi, PHBS”(IT2)

“Masalahnya ya susah ya, kondisi lingkungannya udah kaya gitu mau


digimanain lagi, masih banyak yang buang kotoran ke sungai”(IU2)

“Ya Masyarakat ada yang paham ada juga yang masih kurang pemahamannya,
terutama disini masih banyak yang buang tinjanya ke selokan”(IT3)

Meskipun demikian berbagai upaya terus dilaksanakan dengan

komitmen bersama yang terjalin antara pihak kelurahan dan

puskesmas. Hal ini disampaikan informan dalam wawancara

mendalam sebagai berikut:.

“Kolaborasi dan kerjasama dari segala pihak khusus nya warga masyarakat
yang diprioritaskan khususnya warga yang tidak mampu dan yang mampu
sangat mendukung sekali dengan program pemerintah ini, bersyukur adanya
komitmen bersama ada CSR bantuan mulai HK dan PT Gihon terkait
pembuatan septictank, selain dari peran warga masyarakat yang berinisiatif
terutama yang mampu, Komitmen dari semua pihak karena saya sendiri kan
ASN tidak menutup kemungkinan pindah dan lain lain, sehingga semua perlu
faham akan hal ini.”(IT2)

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terkait kemitraan

yaitu kegiatan buruan sae “Tani Suka” yang ada di RW 02 yang

diprakarsai dari dinas pertanian tanaman pangan dimana

masyarakat diberikan bibit sayuran untuk ditanam yang hasilnya

nanti bisa konsumsi atau di olah masyarakat yang membutuhkan

terutama keluarga dengan balita stunting, bumil KEK dan ibu

menyusui, peneliti juga melakukan telaah dokumen pada kegiatan

kemitraan berupa foto kegiatan panen buruan sae, pemberian

Makanan Tambahan pada kegiatan Tanginas, dan pembuatan septic

tank bantuan dari CSR (dokumen terlampir).

D. Pembahasan
92

Pencegahan dan penanganan stunting merupakan salah satu upaya

perbaikan gizi masyarakat yang dilaksanakan di puskesmas. Program ini

mencakup intervensi gizi sensitif dan intervensi gizi spesifik (Sekertariat

Wakil Presiden RI, 2019). Kegiatan pencegahan dan penanganan stunting

sendiri dilaksanakan baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas

mencakup upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Sebagai

fasilitas kesehatan tingkat pertama, puskesmas lebih mengutamakan pada

upaya promotif dan preventif dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat di wilayahnya (Depkes RI, 2008). Salah satu upaya yang

dilakukan adalah dengan melakukan promosi kesehatan baik di dalam

maupun di luar gedung.

1. Pemberdayaan

Stunting disebabkan oleh berbagai faktor baik secara langsung

maupun tidak langsung oleh karena itu salah satu upaya yang bisa

dilakukan sebagai pencegahan adalah dengan strategi pemberdayaan.

Dimana pemberdayaan pada hakekatnya adalah satu upaya membantu

atau memfasilitasi pasien/klien, agar memiliki pengetahuan, kemauan

dan kemampuan dalam mencegah dan mengatasi masalah kesehatan

yang dihadapi (to facilitate problem solving) dengan menerapkan

perilaku hidup bersih dan sehat (Hartono, 2010).

UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul sebagai fasilitas kesehatan

memiliki tugas melakukan pembinaan di wilayah kerjanya, maka dari


93

itu selain pemberdayaan individu UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul

juga melakukan kegiatan pemberdayaan pada keluarga dan masyarakat.

Oleh karena itu strategi promosi kesehatan dalam pemberdayaan

masyarakat dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Pemberdayaan Individu

Dalam pelaksanaannya, pemberdayaan individu/Klien berbentuk

pemberian informasi, konseling atau edukasi. Ini berarti para petugas

kesehatan di puskesmas tidak hanya melakukan upaya kuratif atau

pengobatan secara medis maupun penunjang medis, tetapi petugas

kesehatan juga berperan dalam melakukan pendidikan kesehatan ,

atau juga memberikan penjelasan penjelasan yang berkaitan dengan

pelayanannya (Hartono, 2010).

Pemberdayaan individu di UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul

dilakukan dengan sasaran ibu balita stunting dan keluarga, ibu hamil,

ibu menyusui, balita sakit, balita sehat yang datang untuk

immunisasi dan juga para remaja calon pengantin yang datang ke

UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul yang dilakukan rutin setiap hari.

Kegiatan yang dilaksanakan terkait pemberdayaan individu di

UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul berupa edukasi secara personal

selain di lakukan di puskesmas juga dilakukan di posyandu.

Biasanya dilakukan saat kegiatan kunjungan ke posyandu. Ibu balita

stunting dan keluarga, ibu hamil KEK dan ibu menyusui akan

diberikan pengetahuan mengenai gizi, pola makan termasuk cara


94

pengolahan makanan, faktor resiko yang berkaitan dengan stunting

seperti sanitasi air bersih dan ketersediaan jamban sehat. Media yang

digunakan ada leaflet, lembar balik, kartu edukasi dan misting

edukasi isi piringku yang dapat dijadikan contoh mengenai pola

makan sehat sebagai bekal anak sekolah.

Selama ini dalam menjalankan pemberdayaan individu belum

ada petugas yang mengikuti pelatihan ataupun up date ilmu tentang

stunting, dan petugas penanggung jawab program gizi bukan berasal

dari nutrisionis, sementara pelayanan yang diberikan tidak hanya

edukasi tetapi juga mencakup pemantauan tumbuh kembang dan

pola gizi seimbang yang perlu kompetensi khusus. Oleh karena itu

perlu ada upaya untuk up date ilmu dengan mengikuti webinar yang

dilaksanakan baik oleh dinas kesehatan, dunia Pendidikan maupun

organisasi profesi, selain mengusulkan adanya pelatihan pada Dinas

Kesehatan melalui seksi Gizi dan keluarga, serta perlu adanya upaya

koordinasi dan kolaborasi dengan lintas program melakukan

kerjasama dengan lintas program yaitu antara program gizi, promosi

kesehatan dan program lainnya dalam upaya pencegahan stunting,

mengingat stunting ini sebabkan oleh faktor multidimensi sehingga

banyak pihak lain yang terlibat dalam penanganannya (Fachrisa et

al., 2020).

Media informasi yang terkait stunting di UPT Puskesmas

Cibaduyut Kidul beberapa sudah tersedia dari Dinas Kesehatan Kota


95

Bandung, selain itu juga diakses dari akun kementrian kesehatan

maupun dinas kesehatan setempat berupa media poster dan leaflet

digital maupun dalam bentuk film ataupun video. Video tersebut

dipergunakan saat melakukan penyuluhan kesehatan di berbagai

tatanan sesuai dengan ketersediaan sarana dan prasarana. Adapun

saat ini media internet yang sangat diminati oleh masyarakat yaitu

youtube ataupun istagram dimana media tersebut juga merupakan

media audio visual yang sangat menarik perhatian, dan dirasa sangat

efektif karena pesan mudah dimengerti dan dipahami oleh audience

dan masyarakat pada umumnya (M. Hidayati, 2020).

UPT Puskesmas Cibaduyut melakukan telekonsultasi saat

masyarakat,ibu hamil, ibu menyusui ataupun ibu yang mempunyai

balita stunting tidak dapat melakukan tatap muka atau datang ke

puskesmas saat mengalami keluhan atau masalah yang memerlukan

konsultasi dari petugas kesehatan, atau sekedar untuk menjadwalkan

janji temu kapan mereka bisa datang untuk konsultasi dan

pemeriksaan kondisi kesehatannya saat ini dengan menggunakan

media Whatshap.

b. Pemberdayaan keluarga

Pemberdayaan Keluarga dilakukan oleh petugas kesehatan

Puskesmas dengan melakukan kunjungan rumah terhadap keluarga

(keluarga pasien/klien atau keluarga lain) seperti yang diungkapkan


96

oleh Hartono dalam bukunya yang berjudul “Promosi Kesehatan di

Puskesmas dan Rumah Sakit”

Pemberdayaan keluarga dalam pencegahan dan penanganan

stunting di UPT puskesmas Cibaduyut Kidul dilakukan dengan

melakukan konseling dan edukasi pada ibu balita stunting dan

keluarga saat berkunjung ke puskesmas, ke posyandu dan saat

petugas kesehatan melaksanakan kunjungan rumah. Sesuai dengan

Strategi Promosi Kesehatan mencakup pemberdayaan keluarga

dimana kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan

konseling ataupun edukasi kepada keluarga yang sedang mengalami

masalah kesehatan (Hartono, 2010).

Pelaksanaan kunjungan rumah pada balita stunting di UPT

Puskesmas Cibaduyut Kidul melibatkan beberapa program terkait

seperti program promosi kesehatan, kesehatan anak, Kesehatan

Lingkungan yang tergabung dalam program Indonesia Sehat

Pendekatan Keluarga (PIS-PK) salah satu kegiatannya adalah

melakukan kunjungan sehat pada keluarga yang ada diwilayah kerja

dan juga mitra kerja yaitu seperti PKK beserta kader posyandunya,

Kasi kesejahteraan sosial Kelurahan dan LKK. Pada kegiatan

kunjungan rumah tersebut kegiatan yang dilaksanakan disesuaikan

dengan kondisi dan kebutuhan, seperti pemberian informasi yang

berkaitan dengan kondisi keluarga saat ini dan upaya apa yang harus

dilakukan, pemberian makanan tambahan, pemberian bahan


97

makanan, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dengan

melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan anak, dan

bukan hanya melakukan intervensi terhadap kondisi gizinya saja tapi

juga faktor faktor lain yang bisa mendukung kondisi stunting, seperti

faktor Lingkungan yaitu ketersedian air bersih, sanitasi yang layak

dan ketersediaan jamban sehat Torlese, et.al., (2016 dalam

(Kemenkes RI, 2017).

Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

pemberdayaan ini diantaranya adalah keluarga yang menolak untuk

dikunjungi, keluarga merasa kalau anaknya pendek itu adalah

keturunan, atau memang sudah bawaannya. Sehingga sebelum

melakukan kunjungan harus dapat menjelaskan dengan penuh

kehatian hatian dan dengan komunikasi yang baik sehingga dapat

diterima. Masalah lain juga petugas yang melakukan kunjungan

tidak sepenuhnya memahami mengenai apa yang harus dilakukan

saat kunjungan rumah. Hal ini dikarenakan petugas yang melakukan

kunjungan tidak memiliki latar belakang Pendidikan Gizi dan

mempunyai kompetensi dalam penanganan stunting.

Kondisi Pandemi COVID-19 saat ini menjadi masalah yang

menghambat pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah oleh petugas

kesehatan, sehingga kegiatan kunjungan rumah hanya dapat

dilakukan berkoordinasi dengan kader posyandu itu pun terkadang

hanya melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan serta


98

Pemberian PMT, karena tidak semua kader posyandu juga

memahami dan dapat menyampaikan informasi mengenai stunting.

Pengelola Program Gizi terus berupaya untuk tetap

melaksanakan strategi pemberdayaan individu ini dengan melakukan

koordinasi lintas program, lintas sektor dan mitra kerja di

kewilayahan, salah satunya dengan membuat grup whatsapp untuk

memudahkan komunikasi apabila ada permasalahan yang berkaitan

dengan stunting, jika ada kondisi tertentu atau ada hal yang perlu

segera ditindak lanjuti dan membutuhkan kunjungan maka petugas

akan melakukan kunjungan rumah dengan tetap menjalankan

protokol. Oleh karena itu, petugas lebih berfokus pada upaya yang

berbasis teknologi audio visual dan juga memanfaatkan jejaring

media sosial yang ada. Petugas melakukan pemantauan melalui

telepon atau aplikasi yang banyak digunakan masyarakat saat ini

seperti menghubungi keluarga Balita melalui whatsapp untuk

mengetahui perkembangan balitanya, memberikan informasi yang

dibutuhkan dengan melakukan konseling via telepon, ataupun

chatting dan memberikan informasi melalui whatsapp

c. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya yang dilakukan oleh

petugas dalam rangka penggerakan atau pengorganisasian

masyarakat yang diawali dengan membantu masyarakat agar dapat

menggali masalah-masalah kesehatan sehingga masalah tersebut


99

menjadi masalah bersama yang kemudian dimusyawarahkan untuk

dipecahkan secara bersama sama (Hartono, 2010).

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 tahun 2019

disebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan suatu

proses untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan

individu, keluarga dan masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam

upaya kesehatan yang dilaksanakan dengan cara fasilitasi proses

pemecahan masalah melalui pendekatan edukatif dan partisipatif

dengan memperhatikan kebutuhan potensi dan sosial budaya

setempat.

(Laili & Andriani, 2019) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu solusi untuk

mengatasi masalah stunting, masyarakat mempunyai arti penting

dalam pencegahan stunting, pemahaman kader dan masyarakat

menjadi faktor keberhasilan dalam pencegahan stunting

(Candarmaweni & Rahayu, 2020).

Selama ini upaya pemberdayaan masyarakat yang telah

dilaksanakanan oleh UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul yaitu kegiatan

survey mawas diri (SMD) yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali

dan jika merujuk pada siklus manajemen puskesmas seharusnya

dilaksanakan pada akhir tahun atau awal trimester IV sekitar bulan

oktober 2020, Adanya pandemi COVID-19 dan kondisi SDM yang

tidak memadai kegiatan survey mawas diri baru terlaksana di bulan


100

desember sampai dengan awal tahun 2021. Setelah dilaksanakan

SMD maka hasilnya diolah dan disajikan pada Musyawarah

masyarakat yang dilaksanakan di dua kelurahan yang ada wilayah

kerja UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul yaitu kelurahan Cibaduyut

Kidul dan Cibaduyut, Kemudian hasil dari musyawarah masyarakat

tersebut menjadi salah satu bahan ataupun dasar bagi penyusunan

program kerja puskesmas termasuk dalam hal penanganan stunting.

Pada pelaksanaannya Survey Mawas Diri (SMD) mengajak

masyarakat untuk mengenali masalah kesehatan yang ada di

lingkungannya masing masing termasuk masalah kesehatan yang

berkaitan dengan Gizi diantaranya stunting (Notoatmodjo, 2018).

Puskesmas memfasilitasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah

tersebut melalui kegiatan Musyawarah Masyarakat, upaya yang

dipilih semua bersumber pada kemampuan dan potensi yang ada di

masyarakat dan didukung sepenuhnya oleh puskesmas. Salah satu

upaya yang pernah dihasilkan dari SMD dan MMRW untuk masalah

penanganan stunting di Kelurahan Cibaduyut Kidul adalah

Pengadaan septic tank komunal karena kondisi di kelurahan

Cibaduyut Kidul angka ODF saat ini masih di angka 63 %, menjadi

salah satu faktor risiko stunting, sosialisasi mengenai septic tank,

Sosialisasi PHBS pada masyarakat, Kelas ibu hamil dan ibu balita,

kunjungan bayi beresiko termasuk bayi stunting dan rujukan

terencana, serta sosialisasi pencegahan stunting (1000 HPK).


101

Kemudian dimasukan kedalam Rencana Usulan Kegiatan UPT

Puskesmas Cibaduyut Kidul tahun 2022, untuk selanjutnya di bahas

dalam usulan musrembang kelurahan dan kecamatan agar di tahun

2022 kegiatan tersebut dapat direalisasikan termasuk dari segi sarana

dan prasarana dan usulan pembiayaan kegiatannya.

Salah satu upaya yang lain yang dapat dilaksanakan dalam

kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu pendidikan kesehatan.

Menurut (Notoatmodjo, 2012) bahwa Pendidikan kesehatan adalah

salah satu upaya pembelajaran kepada masyarakat agar mereka mau

melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan

taraf kesehatannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

kesehatan adalah suatu kegiatan memberikan atau menyampaikan

materi mengenai kesehatan dengan tujuan untuk mengubah perilaku.

Langkah langkah yang dapat diambil dalam upaya menghasilkan

tujuan perubahan perilaku tersebut yaitu dengan menetapkan

masalah, memahami apa yang dapat dilakukan terhadap masalahnya

dengan sumberdaya yang ada dan dukungan dari luar untuk

kemudian memutuskan kegiatan yang tepat untuk meningkatkan

taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Pendidikan kesehatan ini

bisa dilakukan baik secara personal maupun kelompok. Secara

personal dapat dilaksanakan pada saat kunjungan baik di puskesmas,

posyandu ataupun saat kunjungan rumah, begitu pula secara

kelompok dapat dilakukan di dalam gedung puskesmas atau saat


102

melakukan kunjungan ke posyandu atau saat ada kegiatan pertemuan

pertemuan, baik di tingkat RW, Kelurahan atau pun tingkat

Kecamatan (Notoatmodjo, 2012).

2. Bina Suasana

Bina suasana merupakan salah satu upaya untuk menciptakan

opini atau lingkungan sosial agar masyarakat mau melakukan

perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk

melakukan sesuatu bila ia berada pada lingkungan sosial yang

memiliki opini positif pada perilaku tersebut seperti jika ada di

lingkungan keluarga, orang orang terdekat, kelompok arisa, majelis

taklim, bahkan di masyarakat umum (Aswadi et al., 2020).

Dalam hal ini UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul dalam upaya

melaksanakan bina suasana difokuskan pada dua sasaran utama yaitu

pengunjung puskesmas dan petugas kesehatan yang ada di

puskesmas. Untuk pengunjung puskesmas terutama keluarga balita

stunting, ibu hamil, dan ibu menyusui metode yang dilakukan adalah

pemberian informasi melalui leaflet, poster poster, banner dan

pemutaran video edukasi terkait stunting. Sedangkan untuk sasaran

petugas kesehatan dalam upaya strategi bina suasana ini

dilaksanakannya pertemuan untuk membahas mengenai program gizi

yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan penanganan stunting,

adanya keterlibatan dari seluruh program terkait seperti promkes,

KIA, kesehatan lingkungan, pencegahan dan pemberantasan penyakit


103

yang dilaksanakan melalui dinamisasi staf atau biasa disebut amprok

program ataupun dalam kegiatan rutin lokakarya mini bulanan.

Selama ini kegiatan Bina suasana untuk petugas tersebut dirasakan

belum optimal dan belum fokus pada permasalahan stunting,

mengingat peran dari petugas puskesmas yang rata rata memegang

tanggung jawab program yang tidak hanya satu program saja.

Sehingga perlu adanya refreshing ilmu terkait stunting secara rutin

dan konsisten.

Upaya lain yang dilakukan oleh penanggungjawab program gizi

dalam bina suasana yaitu dengan pemberian informasi terkait

stunting, up date ilmu maupun masalah masalah terkait stunting

melalui grup whatsapp petugas puskesmas, sehingga informasi dan

koordinasi antar program dan petugas yang ada di puskesmas tetap

berjalan. Selama ini belum ada pelatihan khusus mengenai upaya

pencegahan dan penanganan stunting yang diikuti oleh petugas di

UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul.

Pemberian info terkait stunting bekerjasama dengan lintas

program yang ada di internal puskesmas dan lintas sektor. Petugas

Puskesmas hadir dalam kegiatan pertemuan rutin yang dilaksanakan

oleh Tim penggerak PKK, atau biasanya Tim Penggerak PKK

dengan anggaran dana PIPPK secara khusus mengadakan kegiatan

pertemuan sosialisasi mengenai penanganan stunting dan

mengundang petugas puskesmas sebagai nara sumber. Dengan


104

demikian diharapkan peserta yang hadir dapat menyampaikan

kembali informasi tersebut kepada masyarakat.

3. Advokasi

Di Dalam upaya memaksimalkan strategi promosi kesehatan

khususnya dalam pencegahan dan penanganan stunting perlu adanya

upaya advokasi kepada para pemangku kebijakan yaitu lintas sektor

yang ada di kewilayahan. Advokasi adalah upaya mendekati,

mendampingi, dan mempengaruhi para pembuat kebijakan sehingga

mereka sepakat untuk memberi dukungan terhadap pembangunan

kesehatan (Yuningsih, 2019), mengingat mereka adalah seseorang

yang mempunyai otoritas di kewilayahannya dan mempunyai

kewenangan dalam memutuskan suatu kebijakan dalam penanganan

masalah yang ada wilayahnya, sehingga mereka perlu mengetahui

dan memahami mengenai stunting, faktor resiko serta dampak yang

diakibatkan oleh kondisi stunting, dengan begitu diharapkan adanya

peran aktif dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting.

Di Dalam Permenkes Nomor 67 tahun 2016 disebutkan bahwa

advokasi adalah upaya atau proses terencana untuk memperoleh

komitmen dan dukungan dari pemangku kebijakan yang dilakukan

secara persuasif, dengan menggunakan informasi yang akurat dan

tepat. Advokasi Program Pencegahan dan Penanganan Stunting

adalah suatu perangkat kegiatan yang terencana, terkoordinasi dengan

tujuan menempatkan Stunting sebagai hal/perhatian utama dalam


105

agenda politik, mendorong komitmen politik dari pemangku

kebijakan yang ditandai adanya peraturan atau produk hukum untuk

program pencegahan dan penanganan stunting serta meningkatkan

dan mempertahankan kesinambungan pembiayaan dan sumber daya

lainnya untuk pencegahan dan penanganan stunting (Sekertariat

Wakil Presiden RI, 2019).

Adapun Pihak-pihak yang harus dilibatkan secara aktif seperti

pemerintah daerah, rumah sakit kabupaten/kota, organisasi profesi,

lembaga swadaya masyarakat, lintas sektor dan lintas program terkait

serta perwakilan dari masyarakat (Permenkes No 43, 2019). Artinya

kegiatan advokasi (advocacy) lebih diarahkan pada sasaran tersier

yang mempunyai potensi memberikan dukungan kebijakan dan

sumberdaya dalam upaya pemberdayaan masyarakat (Notoatmodjo,

2018).

Pelaksanaan Advokasi di UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul

dilakukan baik dalam pertemuan secara formal maupun informal,

Puskesmas mengambil kesempatan untuk melakukan advokasi pada

saat rapat rapat rutin atau rapat minggon kecamatan yang dihadiri

oleh aparat kewilayahan dan LKK, baik yang dilaksanakan di

kelurahan maupun di kecamatan, yang dapat dijadikan sarana untuk

mendapatkan dukungan dari para lintas sektor. Secara informal

petugas juga dapat melakukan advokasi secara langsung kepada

pemangku kebijakan dan melakukan diskusi maupun brainstorming,


106

agar mereka ikut berperan aktif dalam pencegahan dan penanganan

stunting.

Yang dimaksud peran aktif disini bisa berupa adanya kebijakan

dalam dukungan kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan dan

penanganan stunting, adanya susunan satuan tugas pencegahan dan

penanganan stunting di tingkat kelurahan, dan komitmen bersama

dalam pencegahan dan penanganan stunting serta adanya dukungan

dana dan sarana yang dapat diusulkan melalui anggaran kelurahan

dan anggaran pemerintah lainnya melalui kelurahan, serta kegiatan

kegiatan inovasi yang berkembang di kewilayahan dalam upaya

pencegahan dan penanganan stunting.

Upaya-upaya tersebut diatas sebagian besar telah terlaksana di

UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul, terutama di kelurahan Cibaduyut

Kidul. Dimana selama ini Kepala UPT Puskesmas dan Pemegang

program promosi kesehatan senantiasa mengkoordinir kegiatan

advokasi kepada lintas sektor mulai dari tingkat Kecamatan sampai

tingkat kelurahan. Kegiatan tersebut dilaksanakan baik secara

langsung bertemu di kantor kelurahan dan kecamatan, maupun dalam

kegiatan lokakarya mini triwulan kecamatan bersama sama dengan

Puskesmas lain yang ada di wilayah kecamatan Bojongloa Kidul

yaitu puskesmas Kopo dan puskesmas cibaduyut wetan. Juga pada

saat diadakannya pertemuan komunikasi perwakilan pimpinan

kecamatan (Komperpimcam) tingkat kecamatan Bojongloa Kidul.


107

Dengan harapan adanya paparan terkait masalah kesehatan khususnya

stunting akan menjadi perhatian utama para pemangku kebijakan

sehingga adanya komitmen bersama untuk mengatasinya (Sekertariat

Wakil Presiden RI, 2019).

Adanya dukungan yang sangat baik dari lintas sektor dalam hal

ini lurah Cibaduyut Kidul dan juga Camat Bojongloa Kidul, bisa

terlihat dalam beberapa dokumentasi berupa Surat Keputusan

diantaranya Keputusan Lurah Cibaduyut Kidul Kecamatan Bojongloa

Kidul Kota Bandung nomor : 400/kep.03 – kel.cibkid/2019 tentang

pembentukkan kelompok kerja kelurahan siaga sehat pada kelurahan

Cibaduyut Kidul Kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung masa

bakti tahun 2019 – 2022 dan dokumentasi kegiatan pertemuan dalam

upaya dukungan masyarakat dan penggalangan komitmen terutama

pada kegiatan pencapaian ODF 100 % yang merupakan salah satu

faktor risiko terjadinya stunting di kelurahan Cibaduyut Kidul,

meskipun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa kendala

yang berkaitan dengan pendanaan, beberapa anggaran tidak bisa

diusulkan karena adanya efisiensi anggaran, belum adanya produk

hukum untuk pencegahan dan penanganan stunting berupa peraturan,

atau pun surat keputusan, seperti contohnya SK satuan tugas

pencegahan dan penanganan stunting, maka perlu adanya upaya

untuk merencanakan kembali kegiatan advokasi dengan konsep yang

lebih baik agar didapatkan hasil yang optimal dan alangkah baiknya
108

jika kegiatan advokasi ini menggunakan metode Focus Group

Discussion (FGD) sehingga pertemuan bisa dilakukan dengan lebih

fokus dan dan terdapat diskusi secara aktif.

4. Kemitraan

Di Dalam Upaya strategi Promosi kesehatan dalam pencegahan

dan penanganan stunting salah satunya yaitu dengan melakukan

kemitraan, yaitu suatu upaya untuk melibatkan berbagai sektor

terkait, kelompok masyarakat, Lembaga pemerintah dan non

Lembaga pemerintah dan dunia usaha untuk bekerjasama dalam

mencapai tujuan bersama berdasarkan kesepakatan dan prinsip serta

peran masing masing sektor. Kemitraan adalah suatu kerjasama yang

formal antara individu individu, kelompok-kelompok atau organisasi-

organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Notoatmodjo, 2018).

Di Dalam Permenkes Nomor 67 tahun 2016 juga disebutkan

bahwa kemitraan merupakan kerjasama antara program penanganan

gizi dengan institusi pemerintah terkait, pemangku kepentingan,

penyedia layanan, organisasi kemasyarakatan yang berdasar atas tiga

prinsip yaitu kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan.

UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul melaksanakan strategi

kemitraan dengan menjalin kerjasama dengan lintas sektor dan

organisasi kemasyarakatan yang ada di wilayah kelurahan Cibaduyut

Kidul, dengan melaksanakan pemantauan pada bayi balita stunting,

ibu hamil KEK dan ibu menyusui, pemberian makanan tambahan


109

melalui program tanginas yang didanai dari PKK Kota Bandung,

edukasi dan pemberian informasi terkait stunting kepada masyarakat,

mengadakan pelatihan kepada kader PKK inti dengan pemanfaatan

dana PIPPK yang dilaksanakan pada awal tahun 2020, sedangkan

untuk pelatihan kader posyandu dan pelatihan pengolahan makanan

untuk ibu balita yang sudah direncanakan oleh PKK sampai saat ini

belum bisa terlaksana karena adanya efisiensi anggaran PIPPK dan

adanya pembatasan sosial karena adanya peningkatan kasus COVID-

19 di masa pandemi saat ini.

Di Dalam strategi kemitraan pada kegiatan pencegahan dan

penanganan stunting UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul berkoordinasi

dengan lurah Cibaduyut Kidul sebagai pemegang kebijakan untuk

melaksanakan kemitraan dengan lintas sektor dan dinas terkait,

pengusaha dunia usaha dan masyarakat yang ada diwilayah kerja.

Adanya peran serta dari dunia usaha yang ada di kelurahan yang

telah memberikan bahan makanan untuk diolah dalam kegiatan

stunting, bantuan bibit tanaman dari dinas pertanian tanaman pangan

untuk program buruan sae yang ada di wilayah RW 02 kelurahan

Cibaduyut Kidul dan bantuan pemberian telur untuk diolah menjadi

PMT, serta bantuan 4 unit septic tank dari PT Gihon untuk perbaikan

sanitasi di kelurahan Cibaduyut Kidul merupakan suatu upaya

kemitraan yang sudah dilaksanakan di UPT puskesmas Cibaduyut

Kidul khususnya di kelurahan Cibaduyut Kidul. Kegiatan tersebut


110

diatas dilaksanakan pada tahun 2020 dan awal 2021 sementara saat

ini belum ada lagi kemitraan yang dilaksanakan baik dari dinas

terkait ataupun dari CSR dan dunia swasta.

Berkaitan dengan penanganan stunting harus dilakukan secara

multi sektor maka puskesmas juga melaksanakan kemitraan dengan

dunia Pendidikan dalam melaksanakan strategi promosi kesehatan,

pemberian edukasi dan informasi terkait stunting di sekolah, seperti

gizi anak sekolah, pentingnya sarapan pagi, bekal anak sekolah dan

juga pemberian Fe bagi remaja putri, sejak pandemi kegiatan tersebut

tidak dapat terlaksana karena kegiatan belajar tatap muka menjadi

terhenti, Upaya lain yang bisa dilakukan oleh puskesmas dengan

menggalang kemitraan dengan guru di sekolah. Seperti kegiatan

konseling on line, pemberian media leaflet digital atau pemberian

edukasi berupa video yang di share melalui media sosial Instagram

sekolah, Twitter dan grup whatshap siswa/orang tua siswa, dan

pembentukan posyandu remaja bekerja sama dengan karang taruna

yang sampai saat ini belum terlaksana dan masih dalam proses

pembentukan posbindu remaja sebagai wadah pemberdayaan

masyarakat bagi remaja.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di wilayah kerja

UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pemberdayaan

Sebagai fasilitas kesehatan yang memiliki tugas membina wilayah

maka pemberdayaan yang dilakukan oleh UPT Puskesmas Cibaduyut

tidak hanya melakukan pemberdayaan individu saja tetapi juga

mencakup pemberdayaan keluarga dan masyarakat yang ada di

wilayah kerjanya.

a. Pemberdayaan Individu

Pemberdayaan individu di UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul

dilakukan dengan melakukan penyuluhan dan edukasi dengan

sasaran ibu balita stunting dan keluarga, ibu hamil, ibu menyusui,

balita sakit, balita sehat. Dalam pelaksanaannya dirasa masih

belum optimal dikarenakan tidak adanya tenaga Nutritionist.

b. Pemberdayaan Keluarga

Pemberdayaan keluarga dilakukan dengan melaksanakan

konseling dan edukasi pada ibu balita stunting dan keluarga saat

berkunjung ke puskesmas, ke posyandu dan pada saat kunjungan

111
112

rumah yang dilaksanakan oleh petugas dan kader. Sejak Adanya

Pandemi COVID-19 dilakukan telekonsultasi lewat media sosial

dan koordinasi dengan kader posyandu untuk kunjungan rumah.

c. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui kegiatan survey

mawas diri (SMD) dan dilanjutkan Musyawarah Masyarakat RW

(MMRW), serta pertemuan untuk membahas masalah stunting

dengan para pemangku kebijakan baik di tingkat kelurahan

Cibaduyut Kidul dan kecamatan Bojongloa Kidul

2. Bina Suasana

Strategi promosi kesehatan dalam bina suasana di UPT Puskesmas

Cibaduyut Kidul dilaksanakan dengan kegiatan pertemuan sosialisasi

di masyarakat, wawar di posyandu, dan sosialisasi melalui media

berupa poster, banner, leaflet serta adanya peran lintas sektor dalam

penanganan stunting mulai dari sosialisasi dan membuat komitmen

bersama para LKK dan aparat kewilayahan. Adanya mindset

masyarakat yang beranggapan kalau stunting itu karena keturunan,

maka perlu adanya sarana atau media yang lebih menarik dan mudah

dipahami oleh masyarakat.

3. Advokasi

Strategi advokasi dalam pencegahan stunting telah dilakukan UPT

Puskesmas Cibaduyut Kidul melalui pertemuan seperti lokakarya mini

triwulan yang diselenggarakan secara rutin. Belum ada produk hukum


113

berupa satuan tugas pencegahan stunting di Kelurahan Cibaduyut

Kidul.

4. Kemitraan

Strategi kemitraan yang sudah dilaksanakan di UPT Puskesmas

Cibaduyut Kidul yaitu menjalin kerjasama dengan lintas sektor dan

organisasi kemasyarakatan. Kemitraan dengan pihak swasta ataupun

CSR dilaksanakan oleh lurah Cibaduyut Kidul melalui Lembaga

Kemasyarakatan Kelurahan (LKK) dan Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPM) di kewilayahan. Adanya peningkatan kasus

COVID-19 sampai saat ini belum ada lagi bantuan dari pihak swasta,

Adanya efisiensi dana Program Inovasi Pembangunan dan

Pemberdayaan Kewilayahan (PIPPK) menyebabkan usulan-usulan

kegiatan terkait pencegahan stunting tidak bisa terlaksana.

B. SARAN

1. Bagi Pengelola Program

Perlu adanya upaya koordinasi dan kolaborasi lintas program antara

program promosi kesehatan dengan Program Gizi dalam memberikan

edukasi kepada ibu balita stunting

2. Petugas diharapkan dapat memanfaatkan media promosi kesehatan

serta jejaring media sosial untuk melakukan konseling maupun

penyuluhan, serta pembuatan media promosi kesehatan yang lebih

menarik agar mudah dipahami oleh masyarakat dan pelayanan pada


114

masyarakat bisa lebih optimal, dan mencapai target program yang telah

ditentukan

3. Bagi UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul

a. Puskesmas diharapkan dapat membuat alternatif lain agar kegiatan

pemberdayaan masyarakat tetap bisa dilaksanakan. Salah satunya

adalah memanfaatkan media komunikasi dan jejaring media sosial

bekerjasama dengan kader kesehatan dalam memberikan informasi

kepada masyarakat.

b. Puskesmas dapat menyisipkan materi mengenai Stunting dalam

pertemuan rutin yang biasa dilakukan, juga memaksimalkan

penggunaan whatsapp grup petugas puskesmas sebagai media

untuk memberikan informasi dan melakukan koordinasi kegiatan.

c. Puskesmas diharapkan dapat melakukan advokasi secara khusus,

dengan melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) untuk

membahas masalah stunting dan diharapkan dapat tersusunnya

satuan tugas pencegahan dan penanganan stunting, agar semua

pihak dapat terlibat dan berbagi peran dalam pencegahan dan

penanganan stunting

d. Puskesmas diharapkan mampu meningkatkan kemitraan baik

dengan lintas sektor, dinas terkait maupun dengan dunia usaha

agar dapat membantu upaya pencegahan dan penanganan stunting


115

di wilayah kerja UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul khususnya

Kelurahan Cibaduyut Kidul salah satunya dalam program

Tanginas, dan sosialisasi Isi Piringku.

e. Puskesmas diharapkan dapat membuat perencanaan yang lebih

optimal dan adanya upaya monitoring dan evaluasi terhadap upaya

promosi kesehatan dalam pencegahan dan penanganan stunting di

wilayah kerjanya.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian

terkait strategi promosi kesehatan yang lebih komprehensif tidak hanya

pada program pencegahan dan penanganan stunting, tapi pada program

lain yang ada di puskesmas.


116

DAFTAR PUSTAKA

Ari, Nugraha. Tahun 2020. Cegah Stunting Kota Bandung Fokus pada Remaja
Putri. [Online]. Tersedia: https://humas.bandung.go.id/berita/kualitas-
remaja-jadi kuncicegah-stunting.

Candarmaweni, dkk. Tahun 2020. Tantangan Pencegahan Stunting Pada Era


Adaptasi Baru “New Normal” Melalui Pemberdayaan Masyarakat di
Kabupaten Pandeglang. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia: JKI.
(Vol. 9, No. 3) ISSN: 2086-6305 (print) ISSN: 2620 - 4703 (electronic).

Dinas Kesehatan Kota Bandung. 2018. Profil kesehatan Kota Bandung tahun
2018. Dinas Kesehatan Kota Bandung. Bandung.

Dinas Kesehatan Kota Bandung. 2018. Tabel Profil Kesehatan Kota Bandung
tahun 2018. Dinas Kesehatan Kota Bandung. Bandung.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Promosi Kesehatan Di Puskesmas.


Departemen Kesehatan RI-Pusat Promosi Kesehatan tahun 2008

Farisha M. dkk, (2020) Strategi Komunikasi BKKBN Provinsi Banten Dalam


Menanggulangi Stunting di Desa Bayu Mundu, Pandeglang. Journal of
Scientific Communication (Jsc) (Volume 1, No.1) ISSN: 2721-608X
(print) (electronic).

Hartono, Bambang. 2010. Promosi Kesehatan Di Puskesmas & Rumah Sakit.


Jakarta: Rineka Cipta.

Hidayati, (2020). Upaya Pemberdayaan Masyarakat Dalam Menciptakan


Generasi Milenial Sadar Gizi Yang Bebas Stunting Melalui Kegiatan
1000 HPK Journal of Community Engagement in Health. (Vol.3, No.1)
https://doi.org/10.30994/jceh.v3il.41 (electronic).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Data dan Informasi Profil


Kesehatan Indonesia tahun 2018. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Kementerian Kesehatan republik Indonesia. Jakarta.
117

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No 585/Menkes/SK/V/2007 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Puskesmas. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Strategi Pemicuan STBM


Stunting 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Petunjuk Teknis


Penyelenggaraan Posyandu Remaja 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Pedoman Strategi Komunikasi


Perubahan Perilaku Dalam Percepatan Pencegahan Stunting di
Indonesia 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rineka Cipta.

. 2018. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta:


Rineka Cipta.

. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Riskiyana Sukandi, Putra. 2019. Strategi Promosi Kesehatan dalam Penanganan


Kesehatan.

Sri, F. (2016). Efektifitas Penyuluhan Menggunakan Media Booklet Dan Slide


Share Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Stunting Tentang
Upaya Pencegahan Resiko BBLR Di Madrasah Tsanawiyah Pauh
Kambar Padang Pariaman Tahun 2016

Sangkalabu. (2016). Promosi Kesehatan Ibu dan Anak Di Puskesmas Betemele


Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali Utara Provinsi sulawesi
Tengah. Jurnal: Universitas kristen satya Wacana

Silpia, (2019). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Stunting


(Gangguan Pertumbuhan Pada Anak) Di Desa Pancasila Kecamatan
Natar Lampung Selatan

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
118

___________ (2020). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sekertariat wakil Presiden RI (2019). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan


Anak Kerdil (Stunting). Jakarta

Yuningsih, Rahmi. (2019). ‘Strategi Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan


Kualitas Sanitasi Lingkungan’. Jurnal Masalah-Masalah Sosial. (Vol.
10, No. 2) ISSN: 2086-6305 (print) (electronic)
Lampiran 1

119
120

Lampiran 2
121

Lampiran 3
122

Lampiran 4
123

Lampiran 5

INFORMED CONSENT

Dengan ini saya, Widaningsih mahasiswi Program Studi Kesehatan

Masyarakat (S-1) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi

(STIKes Achmad Yani Cimahi) menyatakan bahwa akan melakukan penelitian

dengan judul “STUDI KUALITATIF STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING DI

KELURAHAN CIBADUYUT KIDUL WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS

CIBADUYUT KIDUL KOTA BANDUNG TAHUN 2021”.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

pelaksanaan strategi promosi kesehatan dalam pencegahan dan penanganan

Stunting di Kelurahan Cibaduyut Kidul Wilayah Kerja UPT Puskesmas

Cibaduyut Kidul Kota Bandung tahun 2021.

Dalam penelitian ini, peneliti akan merahasiakan identitas dari informan,

sehingga informan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti

dengan sebaik dan sebenar-benarnya.

Peneliti

Widaningsih
124

Lampiran 6

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya tidak

merasa keberatan untuk menjadi informan dalam penelitian yang dilakukan oleh

mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat (S-1) Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Achmad Yani Cimahi (STIKes Achmad Yani Cimahi), atas nama

Widaningsih dengan judul “STUDI KUALITATIF STRATEGI PROMOSI

KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING

DI KELURAHAN CIBADUYUT KIDUL WILAYAH KERJA UPT

PUSKESMAS CIBADUYUT KIDUL KOTA BANDUNG TAHUN 2021”.

Demikian persetujuan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaan dari

pihak manapun.

Bandung,

Yang Menyatakan,

(..........................................)
125

Lampiran 7

INSTRUMEN PENELITIAN (PEDOMAN WAWANCARA)

STUDI KUALITATIF STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DALAM


PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING DI KELURAHAN
CIBADUYUT KIDUL WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS
CIBADUYUT KIDUL KOTA BANDUNG TAHUN 2021

Narasumber : Kepala Puskesmas


Nama :
Usia :
Lama Jabatan :
Latar Belakang Pendidikan :
Hari/tanggal wawancara :

Butir Pertanyan
1. Bagaimana gambaran pelaksanaan program promosi kesehatan di puskesmas

ini?

2. Pelatihan atau update ilmu apa saja yang sudah diberikan oleh Dinas

Kesehatan Kota/Provinsi terkait strategi promosi kesehatan?

3. Tenaga apa saja dari puskesmas ini yang pernah dikirimkan untuk

mengikutinya?

4. Strategi promosi kesehatan apa saja yang sudah diterapkan di puskesmas ini

khususnya pada program pencegahan dan penanganan Stunting?

5. Sejauh mana pelaksanaannya?

6. Siapa saja yang berperan dalam upaya strategi yang dilaksanakan?


126

7. Program atau kegiatan apa saja yang dilaksanakan dalam upaya menjalankan

strategi tersebut?

8. Pada strategi kemitraan, dengan siapa saja kemitraan sudah dilaksanakan?

9. Siapa yang berperan dalam menjalin kemitraan dengan pihak lain?

10. Apa saja program atau kegiatannya dan bagaimana sistem pelaksanaannya?

11. Dimana dan kapan dilaksanakan?

12. Adakah sosialisasi mengenai kebijakan khususnya terkait program promosi

kesehatan dan Gizi dari dinas kesehatan atau yang lainnya? Jika ada sebutkan

apa saja!

13. Kebijakan khusus apa saja yang pernah Anda buat terkait strategi promosi

kesehatan?

14. Bagaimana dengan sumber dana/pembiayaan yang selama ini digunakan?

15. Bagaimana dengan sumber daya manusia/tenaga yang ada?

16. Bagaimana dengan kondisi maupun ketersediaan sarana dan prasarana?

17. Bagaimana sistem perencanaan terkait strategi promosi kesehatan ini?

18. Bagaimana dengan sistem evaluasinya?

19. Bagaimana peran lintas sektor dan apa saja langkah yang anda ambil dalam

rangka memaksimalkan keterlibatan mereka untuk mendukung upaya yang

dilakukan puskesmas?

20. Bagaimana peran lintas program dan bagaimana cara anda mengefektifkan

koordinasi lintas program yang ada di puskesmas?

21. Secara global, apa saja permasalahan yang dihadapi selama ini dan

bagaimana rencana tindak lanjutnya?


127

INSTRUMEN PENELITIAN (PEDOMAN WAWANCARA)

STUDI KUALITATIF STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DALAM


PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING DI KELURAHAN
CIBADUYUT KIDUL WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS
CIBADUYUT KIDUL KOTA BANDUNG TAHUN 2021

Narasumber : Pengelola Program Gizi


Nama :
Usia :
Lama Jabatan :
Latar Belakang Pendidikan :
Hari/tanggal wawancara :

Butir Pertanyan
1. Bagaimana gambaran pelaksanaan pencegahan dan penanganan stunting

di puskesmas ini?

2. Apa saja upaya yang sudah dilakukan baik dari segi kuratif maupun

preventif?

3. Bagaimana peran dan kerjasama lintas sektor yang terjalin selama ini?

4. Apa saja lintas program yang terkait program pencegahan dan

penanganan stunting di puskesmas?

5. Apa saja peran dan bagaimana cara koordinasi dengan lintas program

terkait tersebut?

6. Pedoman apa saja yang selama ini digunakan dalam menjalankan

program?
128

7. Pelatihan atau update ilmu apa saja yang sudah diberikan oleh Dinas

Kesehatan Kota/Provinsi?

8. Apa saja target program yang harus dipenuhi?

9. Bagaimana sistem perencanaan program?

10. Bagaimana sistem evaluasinya?

11. Bagaimana sistem pendanaannya?

12. Bagaimana keadaan sarana dan prasarana yang mendukung?

13. Bagaimana keterlibatan program promosi kesehatan dalam upaya

pencegahan dan penanganan stunting?

14. Sejauh mana anda memahami mengenai strategi promosi kesehatan?

15. Sejauh mana puskesmas ini sudah menerapkan strategi promosi kesehatan

khususnya pada program pencegahan dan penanganan stunting?

16. Strategi apa saja yang diterapkan dan sejauh mana pelaksanaannya?

17. Secara umum apa permasalahan yang dihadapi?


129

INSTRUMEN PENELITIAN (PEDOMAN WAWANCARA)

STUDI KUALITATIF STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DALAM


PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING DI KELURAHAN
CIBADUYUT KIDUL WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS
CIBADUYUT KIDUL KOTA BANDUNG TAHUN 2021

Narasumber : Petugas Puskesmas


Nama :
Usia :
Lama Jabatan :
Latar Belakang Pendidikan :
Hari/tanggal wawancara :

Butir Pertanyan
1. Apa profesi Bapak/Ibu dan berperan sebagai pengelola program apa di

puskesmas ini?

2. Apakah anda turut terlibat dalam program pencegahan dan penanganan

stunting?

3. Jika iya, peran atau keterlibatan seperti apa?

4. Sebagai petugas puskesmas dan pengelola lintas program, peran apa yang

selama ini anda ambil dalam mendukung upaya tersebut?

5. Apakah ada upaya bina suasana terkait program pencegahan dan

penanganan stunting yang selama ini dilakukan kepada para petugas

puskesmas?
130

6. Jika ada, bagaimana bentuk kegiatannya dan siapa saja yang terlibat?

7. Dimana dan kapan kegiatan tersebut dilaksanakan?

INSTRUMEN PENELITIAN (PEDOMAN WAWANCARA)

STUDI KUALITATIF STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DALAM


PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING DI KELURAHAN
CIBADUYUT KIDUL WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS
CIBADUYUT KIDUL KOTA BANDUNG TAHUN 2021

Narasumber : Lurah Cibaduyut Kidul


Nama :
Usia :
Lama Jabatan :
Latar Belakang Pendidikan :
Hari/tanggal wawancara :

Butir Pertanyan
1. Apakah bapak/ibu tahu bagaimana kondisi kesehatan terkait gizi terutama
stunting wilayah bapak/ibu?
2. Apa dan Bagaimana gambaran pelaksanaan program promosi kesehatan yang
sudah diterapkan di Kelurahan ini khususnya pada program pencegahan dan
penanganan Stunting?
3. Sejauh mana pelaksanaannya?
4. Siapa saja yang berperan dalam upaya strategi yang dilaksanakan?
5. Program atau kegiatan apa saja yang dilaksanakan dalam upaya menjalankan
strategi tersebut?
6. Pada strategi kemitraan, dengan siapa saja kemitraan sudah dilaksanakan?
7. Siapa yang berperan dalam menjalin kemitraan dengan pihak lain?
8. Apa saja program atau kegiatannya dan bagaimana sistem pelaksanaannya?
131

9. Dimana dan kapan dilaksanakan?


10. Adakah sosialisasi mengenai kebijakan khususnya terkait program
pencegahan dan penanganan stunting dari dinas kesehatan atau yang lainnya?
Jika ada sebutkan apa saja?
11. Kebijakan khusus apa saja yang pernah Anda buat terkait strategi promosi
kesehatan dalam pencegahan dan penanganan stunting?
12. Bagaimana dengan sumber dana/pembiayaan yang selama ini digunakan?
13. Bagaimana dengan sumber daya manusia/tenaga yang ada?
14. Bagaimana dengan kondisi maupun ketersediaan sarana dan prasarana
15. Bagaimana sistem perencanaan terkait strategi promosi kesehatan
pencegahan dan penanganan stunting ini
16. Bagaimana dengan sistem evaluasinya?
17. Bagaimana peran lintas sektor dan apa saja langkah yang anda ambil
dalam rangka memaksimalkan keterlibatan mereka untuk mendukung
upaya yang dilakukan?
18. Secara global, apa saja permasalahan yang dihadapi selama ini dan
bagaimana rencana tindak lanjutnya?
132

INSTRUMEN PENELITIAN (PEDOMAN WAWANCARA)

STUDI KUALITATIF STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DALAM


PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING DI KELURAHAN
CIBADUYUT KIDUL WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS
CIBADUYUT KIDUL KOTA BANDUNG TAHUN 2021

Narasumber : Ketua TP PKK


Nama :
Usia :
Lama Jabatan :
Latar Belakang Pendidikan :
Hari/tanggal wawancara :

Butir Pertanyan
1. Apakah ibu tahu bagaimana kondisi kesehatan terkait gizi terutama stunting
di wilayah bapak/ibu?
2. Apa dan Bagaimana peran PKK dalam program promosi kesehatan yang
sudah diterapkan di Kelurahan ini khususnya pada program pencegahan dan
penanganan Stunting?
3. Sejauh mana pelaksanaannya?
4. Program atau kegiatan apa saja yang dilaksanakan dalam upaya menjalankan
strategi tersebut dan bagaimana sistem pelaksanaannya?
5. Siapa yang berperan dalam menjalankan kegiatan tersebut?
6. Dimana dan kapan dilaksanakan?
133

7. Adakah sosialisasi mengenai kebijakan khususnya terkait program


pencegahan dan penanganan stunting dari dinas kesehatan atau yang lainnya?
Jika ada sebutkan apa saja? Siapa yang terlibat dalam kegiatan tersebut?
8. Pernahkan diadakan Pelatihan atau update ilmu terkait upaya pencegahan dan

penanganan stunting? jika ya sebutkan jenis latihannya, siapa

penyelenggaranya?

9. Bagaimana dengan sumber dana/pembiayaan yang selama ini digunakan?


adakah dukungan dana dari pihak lain/swasta?
10. Bagaimana dengan sumber daya manusia/tenaga yang ada?
11. Bagaimana dengan kondisi maupun ketersediaan sarana dan prasarana
12. Secara global, apa saja permasalahan yang dihadapi selama ini dan
bagaimana rencana tindak lanjutnya?
134

INSTRUMEN PENELITIAN (PEDOMAN WAWANCARA)

STUDI KUALITATIF STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DALAM


PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING DI KELURAHAN
CIBADUYUT KIDUL WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS
CIBADUYUT KIDUL KOTA BANDUNG TAHUN 2021

Narasumber : Kader Posyandu


Nama :
Usia :
Lama Jabatan :
Latar Belakang Pendidikan :
Hari/tanggal wawancara :

Butir Pertanyan
1. Apakah anda tahu apa itu stunting?

2. Dari mana ibu tahu informasi terkait stunting?

3. Pernahkan ibu mengikuti Pelatihan atau update ilmu terkait upaya

pencegahan dan penanganan stunting? jika ya sebutkan jenis latihannya

4. Apakah bapak/ibu turut terlibat dalam program pencegahan dan penanganan

stunting?

5. Jika iya, peran atau keterlibatan seperti apa?

6. Sebagai kader posyandu, peran apa yang selama ini anda ambil dalam

mendukung upaya tersebut?


135

7. Apakah ada upaya bina suasana terkait program pencegahan dan

penanganan stunting yang selama ini dilakukan kepada para kader Posyandu

oleh petugas puskesmas?

8. Jika ada, bagaimana bentuk kegiatannya dan siapa saja yang terlibat?

9. Dimana dan kapan kegiatan tersebut dilaksanakan?


136

INSTRUMEN PENELITIAN (PEDOMAN WAWANCARA)

STUDI KUALITATIF STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DALAM


PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING DI KELURAHAN
CIBADUYUT KIDUL WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS
CIBADUYUT KIDUL KOTA BANDUNG TAHUN 2021

Narasumber : Ibu/Keluarga Balita dengan Stunting


Nama :
Usia :
Lama Jabatan :
Latar Belakang Pendidikan :
Lama Pengobatan :
Hari/tanggal wawancara :

Butir Pertanyan
1. Apakah Anda tahu kondisi status gizi anak/keluarga anda saat ini?

2. Siapa yang menjelaskan kondisi tersebut?

3. Apakah anda tahu apa faktor faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut?

4. Upaya apa saja yang sudah dilakukan oleh anda dan keluarga untuk

menanganinya?

5. Pelayanan apa saja yang anda peroleh selama Pemantauan?


137

6. Apakah anda dan keluarga pernah mendapatkan pelayanan

konseling/penyuluhan/pemberian pengetahuan mengenai stunting? Dari

mana dan dari siapa anda mendapatkan pengetahuan tentang stunting?

7. Jika pernah, pengetahuan apa saja yang sudah diberikan kepada anda dan

bagaimana caranya?

8. Dimana dan kapan anda memperoleh pelayanan tersebut?

9. Apakah pernah dilakukan kunjungan rumah oleh petugas baik dari

Puskesmas, kelurahan atau kader posyandu?


138

Lampiran 8

LEMBAR OBSERVASI

Tempat :
Hari/tanggal observasi :

Berilah tanda (v) pada kolom keterangan sesuai hasil observasi


A. Alat/Media

Keberadaan Kondisi
No Sarana prasarana Jumlah
Ada Tidak Baik Rusak

1. Media promosi kesehatan

2. Pedoman program

3. Jadwal kegiatan

B. Kegiatan

Dilaksanakan Sesuai
No Jenis Kegiatan Jumlah
Ya Tidak Ya Tidak
139

1. Pemberdayaan

Pemberdayaan individu

Pemberdayaan keluarga

Pemberdayaan masyarakat

2. Bina Suasana

3. Advokasi

4. Kemitraan

Keterangan:

No. Jenis Strategi Kriteria

1. Pemberdayaan

Pelayanan informasi atau konseling kepada


Pemberdayaan Individu
Keluarga Balita Stunting.

Pemberdayaan Keluarga
Melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga
(keluarga balita dengan stunting).

Pemberdayaan Masyarakat Upaya penggerakan atau pengorganisasian


masyarakat.

⮚ Diawali dengan membantu kelompok


masyarakat mengenali masalah-masalah yang
mengganggu kesehatan sehingga masalah
tersebut menjadi masalah bersama.
140

⮚ Kemudian masalah tersebut dimusyawarahkan


untuk dipecahkan secara bersama.

Upaya bina suasana terhadap keluarga balita, kader


2. Bina Suasana
dan petugas puskesmas.

Upaya untuk mendapatkan komitmen dan


dukungan dari pihak-pihak yang terkait (tokoh-
tokoh masyarakat informal dan formal) agar
3. Advokasi
masyarakat di lingkungan Puskesmas berdaya
untuk mencegah serta meningkatkan kesehatannya
serta menciptakan lingkungan sehat.

Petugas Puskesmas bekerjasama dengan berbagai


pihak terkait, seperti kelompok profesi, pemuka
4. Kemitraan
agama, LSM, media massa, dan lain-lain untuk
meningkatkan efektivitas promosi kesehatan.
Lampiran 9

ANALISIS DATA KUALITATIF


Informan
Tema Sub Tema Aspek Keterangan Kata Kunci IU IU IT IT IT IT IT IT IT IT IT IT 1T
1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Petugas yang berperan petugas


Pemberdayaan puskesmas yang terlibat dokter, √ √ √ √
Pemberdayaan Petugas
Individu perawat, bidan bersama kader √ √ √ √ √ √ √ √
posyandu

Terdapat
perbedaan
persepsi kalau
ibu balita
merasa belum
pernah √ √
dilakukan
konseling Kegiatan yang dilaksanakan
Kegiatan terkait gizi, Penyuluhan dan edukasi pada ibu
padahal saat balita √ √ √ √ √ √ √ √
di puskesmas
sudah hanya
ibu balita
merasa itu
konseling
karena
anaknya sakit

Waktu Penyuluhan dan edukasi √ √


dan dilaksanakan saat kunjungan ke

141
142

tempat posyandu atau saat kunjungan ke √ √ √ √ √ √ √ √


puskesmas

Tidak ada petugas khusus gizi, blm


Masalah semua petugas punya kompetensi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
terhadap penanganan stunting

Mengajukan SDM Gizi dan up date √ √ √


Upaya
ilmu bagi PJ program

Petugas yang berperan pengelola


Pemberdayaan program Gizi, dibantu petugas lain
Petugas dan juga kader √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keluarga

terdapat
perbedaan
persepsi kalau
anaknya yang
stunting blm
pernah konseling kepada keluarga dan ibu
Kegiatan √ √
dikunjungi balita stunting
padahal
sebenarnya dua √ √ √ √ √ √ √
sasaran
143

√ ‘’
Waktu
dan kunjungan rumah dilaksanakan
√ √
sesuai jadwal kegiatan lapangan.
tempat √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √
Adanya pandemi kunjungan
Masalah dibatasi baik luar maupun dalam √ √
gedung

Berkoordinasi dengan kader √ √ √ √ √


posyandu untuk memudahkan √
Upaya pemantauan dan kunjungan rumah, √ √
sementara petugas tetap memantau
via whatsapp

Pemberdayaan Petugas yang berperan √ √ √ √ √ √


Petugas penanggungjawab program dibantu √ √
Masyarakat
program lain dan lintas sektor.

FGD saat SMD dan MMRW dan √ √ √ √ √ √


Kegiatan √ √
lokakarya mini juga verifikasi data

Waktu √ √ √
di kelurahan, kecamatan sesuai √ √
dan √ √
jadwal yang telah ditentukan.
tempat

Masalah Belum semua pihak terlibat √ √ √ √ √ √


144

Menyampaikan kembali pada kader √ √


Upaya
dan masyarakat.

Petugas yang berperan pengelola √ √ √ √ √ √


Bina Suasana Bina Suasana Petugas √ √ √
program Gizi, kelurahan dan PKK

pertemuan bersama petugas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


puskesmas, kader , membahas
Stunting, sosialisasi, wawar di
Kegiatan posyandu dan peran lintas sektor
dalam penangan stunting mulai dari
sosialisasi dan membuat komitmen
bersama

Waktu √ √ √ √ √ √ √ √
dan di kelurahan
tempat

kegiatan belum berjalan rutin. √ √ √ √ √ √ √ √ √


Masalah Belum ada up date ilmu selama
satu tahun terakhir karena pandemi

Upaya Mengusulkan pelatihan dan √ √ √ √ √ √ √ √


memaksimalkan potensi yang ada

Advokasi Advokasi Petugas Petugas yang berperan pengelola √ √ √ √ √ √


program Gizi, Promkes bersama
kepala puskesmas dan lurah
Cibaduyut Kidul
√ √
145

Kegiatan yang dilaksanakan √ √


melakukan advokasi saat mengikuti
pertemuan yang rutin dilaksanakan
baik oleh puskesmas maupun
Kegiatan kelurahan untuk melakukan √ √ √ √
validasi data dan koordinasi untuk
membuat komitmen bersama dalam
penanganan stunting terutama pada √ √
pihak swasta

√ √
Waktu
dan Kegiatan dilaksanakan di kelurahan
√ √ √ √
dan saat ada kegiatan pertemuan. √ √
tempat

Ketersediaan SDM dan belum


adanya kebijakan khusus yang
Masalah dibuat oleh kepala puskesmas serta √ √ √
mindset masyarakat yang masih

kurang pemahaman.

Memaksimal LKK dan ASN yang


Upaya ada untuk komitmen dengan apa
yang sudah direncanakan √

Kemitraan dilaksanakan oleh Pj √ √ √ √ √ √ √ √ √


Kemitraan Kemitraan Petugas Promkes menggandeng lintas
sektor dalam hal ini lurah dan PKK
146


Program tanginas, pemberian
makanan tambahan untuk ibu
hamil, ibu menyusui, bayi, balita
Kegiatan √ √ √ √ √ √ √ √ √
stunting, dan prgram buruan sae
serta melakukan edukasi dari
program lain

Waktu

dan √ √ √
Kegiatan pernah dilaksanakan satu
tempat periode saat 2020,

Masalah yang dihadapi belum ada


Masalah lagi kegiatan kemitraan hingga √ √ √ √ √ √
sekarang.

Kolaborasi dan kerjasama dari


Upaya segala pihak khusus nya warga
√ √ √ √
masyarakat untuk penanganan
stunting

Lampiran 10
MATRIKS TRIANGULASI SUMBER
147

Jawaban Kesimpulan

Lurah TP PKK
Tema Pengelola
Kepala Petugas Ibu Balita Ibu Balita Ibu Balita Ibu Balita
Program Kader 1 Kader 2 Kader 3 Kader 4
Puskesmas Puskesmas Stunting 1 Stunting 2 Stunting 3 Stunting 4
Gizi

Pemberda
yaan

Pemberda
yaan
Individu

Bidan, PKK,
Perawat, Kader Petugas yang
Promkes, Posyand melaksanakan
Kesling u edukasi dan
semua penyuluhan
Dokter,
terlibat, Dari kepada ibu
perawat,bi
Edukasi petugas balita stunting
PJ program dan, dr. ira,
untuk Puskesmas Bu rita, bu seluruh petugas
nutrisionis, Kader sama dari Petugas Dokter,
makanan, Kader kopo, titin, sama puskesmas
Petugas Dan semua promkes, posyandu, puskesmas puskesmas, petugas
selalu di posyandu puskesmas orang yang terlibat
dan kader PKK bidan alsy, kader posyandu
Petugas bantu sih Cibaduyut puskesmas Dokter,
posyandu kader
dari Kidul, dari perawat,bidan,
yang sudah
promosi posyandu nutrisionis,
terlatih
kesehatan promkes, dan
selalu kader posyandu
membantu yang sudah
sih terlatih
penyuluhan

Kegiatan Kegiatan Penyuluha Mengadaka Memberi Memberika Penjelasan Penyuluha Penyuluhan, Kalau Penyuluhan Penjelasan Belum Kegiatan yang
penyuluhan n- n kan n stunting di n edukasi pada penyuluhan tentang dari petugas pernah ada dilaksanakan
tetap penyuluhan penyuluhan arahan penyuluhan posyandu ibu balita mah makanan penyuluhan sebagai upaya
148

ke strategi
biasanya orangtua pemberdayaan
lah
dilaksanak nya banyaknya individu adalah
dijalankan, tapi sedikitnya
an dalam supaya dari Penyuluhan dan
untuk luar ke
gedung tidak posyandu edukasi pada
gedung tidak ke warga, orangtua pada ibu yang khusus
pada terjadi jarang dari ibu balita,
bisa karena tata cara supaya balitanya, gizinya,
masyarakat lagi puskesmas terdapat
pandemi. Dulu sanitasi meningkat penyuluhan Cuma karena
yang stunting mah, da perbedaan
juga pernah ke yang baik, kan gizi sama ibu sakitnya aja,
datang ke Bersama saya mah persepsi kalau
anak sekolah wawar dan kader ke jadi merasa
puskesmas puskesm jarang ke ibu balita
mengenai bekal kewarga kegiatan ibu balita masih awam
dan luar as puskesmas merasa belum
makan siang tanginas
gedung kecuali pernah
anak. (pemberian
pada saat kalau sakit dilakukan
PMT)
posyandu konseling
terkait gizi

Pada saat Di Pas lagi Penyuluhan dan


Di Posyandu,
Pada saat berkunjung posyand Ke Rumah kunjungan Pas ke edukasi untuk
Waktu Di luar gedung atau pas ke Sudah lama
ada ke u rumah Pas Di ke posyandu, balita stunting
dan sebelum Pas posyandu dokter, ke pas sakit aja
kegiatan puskesmas orang tua posyandu kelurahan posyandu tapi selama biasanya
tempat pandemi puskesmas, ke puskesmas
Posyandu dan ke balita atau ke hamil dilakukan di
posyandu
posyandu puskesmas posyandu

Edukasi Masalah yang


Belum
di dihadapi dalam
Belum pernah tau
masyara Belum menjalankan
Tidak ada semua tentang
kat, ada Kadang Sekarang pernah ada pemberdayaan
petugas khusus kader Belum stunting da
yang beberapa mah gak penyuluhan individu adalah
gizi, blm semua Petugas posyandu Belum pernah ada gak pernah
sudah Belum ada Kader pernah ke yang khusus Tidak ada
petugas punya belum ada ikut dilatih, pernah ikut penjelasan ke posyandu,
Masalah paham pelatihan Cuma posyandu kan gizinya, petugas khusus
kompetensi pelatihan baru pkk pelatihan penyebab ke puskesmas
ada yang khusus ngasihin lagi pandemi Cuma karena gizi, blm semua
terhadap khusus ini saja ya stunting stunting periksa pas
belum makanan gak tiap sakitnya aja, petugas punya
penanganan jadi nya apa lagi hamil
aja bulan jadi merasa kompetensi
stunting percuma tapi gak
masih awam terhadap
aja pernah ikut
penanganan
penyuluhan
stunting
149

Ya paling meningk
mengikuti atkan
webinar- edukasi,
Ya
webinar mengusu Upaya yang
ngikutin
yang lkan dilakukan
aja saran
dilaksanak pelatihan dalam
dari
an oleh kader di mengatasi
puskesmas,
kemenkes, anggaran masalah adalah
Baca baca makan Paling baca
mengikuti perubaha dengan
sendiri dari vitamin, baca aja di
Mengusulkan pelatihan n mengajukan
Upaya pamphlet, susu, medsos kalau
SDM Gizi tentang SDM Gizi dan
atau kalau kadang tentang
tatalaksana up date ilmu
ada informasi yang buka stunting mah
gizi buruk, bagi PJ
buka dari
Mengusulk program agar
hp
an Update kegiatan bisa
informasi
ilmu bagi berjalan dengan
tentang
pj program lebih maksimal.
gizi
untuk
penangana
n stunting

Pemberda
yaan
Keluarga

Petugas Pj Gizi, Petugasnya Kader Kader Kader Petugas Dari rumah Ada dari Dari petugas Pemberdayaan
promkes, di bagi posyand posyandu posyandu puskesmas, zakat, dari kelurahan kelurahan, keluarga
KIA, Anak, setiap u, sama sama kader puskesmas, puskesmas dilakukan
sanitasi Pembina puskesm dengan kelurahan dengan
wilayah as puskesmas memberikan
ada bidan, konseling
perawat kepada
keluarga saat
kunjungan
rumah baik
oleh pengelola
program Gizi,
maupun
150

petugas lain
dan juga kader

Memberi Pemberdayaan
kan ilmu keluarga
sedikit dilakukan
kunjungan tentang dengan
keluarga makanan memberikan
melihat Selain , kalau konseling
kondisi memberika tentang Kunjungan kepada
lingkungan n penggula rumah, keluarga dan
, penyuluhan nnya pemberian Ngasih Pernah ada ibu balita pada
Pemberian
Kunjungan pada mah kan makanan tahu kunjungan saat kunjungan
makanan
balita 2-3 individu puskesm tambahan, tentang terus dikasih rumah. Dan
Mengajark tambahan Kunjungan
kali setiap juga as yang pemantaua vitamin, yang pemantauan
an ibu ke ibu rumah,
bulan, tapi mengadaka lebih tau n oleh ada makanan tapi balita serta
Kegiatan hamil balita, dan ngasih
saat n kader tapi pemantaua pas saya lagi pemberian
tentang menjelaska bantuan
pandemi kunjungan ya n, dikasih hamil itu PMT, terdapat
PHBS n tentang makanan
kita lihat rumah seadanya PMT, mah, kalau ke perbedaan
makanan
kondisi jika pada ibu Cuma kunjungan anak mah persepsi kalau
balita
memang hamil ibu ngasih rumah belum anaknya yang
harus yang makanan stunting blm
dilakukan memiliki aja pernah
kunjungan bayi balita dikunjungi
ya kita padahal
lakukan sebenarnya dua
sasaran

Waktu Di Kerumah Ke Ke rumah Udah lama Pernah Pas lagi Kunjungan Konseling
dan posyandu, ibu hamil rumah warga pas sebelum Sudah hamil dulu pas sebelum keluarga Balita,
tempat ke rumah KEK dan balita ada pandemi, lama ada pandemi kunjungan
warga yang balita stunting bantuan Kerumah setahunan rumah
stunting stunting PMT dari rumah pas dilaksanakan
tanginas ada jadwal sesuai jadwal
151

penimbagn kegiatan
gan lapangan.

Paling Ya,
permasalah masih
Pas dulu
annya dari ada ibu
mah ada
keluarga balita
kunjungan
pasiennya, yang Masalah yang
rumah dari
Kalau kita belum dihadapi karena
puskesmas
pantau faham adanya
Keterbatas tapi
suka tidak pandemic
an untuk sekarang Pernah
terima kunjungan
merubah mah los aja dikunjungi
kalau dibatasi
pola pikir karena dulu pas lagi
anaknya tergantung
masyarakat pandemic hamil, lupa
dibilang kondisi
, menurut Belum Udah satu Karena lagi jadinya,
stunting, balitanya baik
mereka semua tahun pandemi belum pernah Belum
kadang ada Sekarang luar maupun
stunting warga belum ada sekarang ada pernah ada
Masalah yang mau mah gak ada dalam gedung
itukan ngerti lagi mah belum kunjungan kunjungan
dikunjungi dan pandemi sementara
karena stunting itu kegiatan ada lagi dari rumah
kadang masih ada ibu
keturunan apa kunjungan kunjungan puskesmas
juga tidak , balita dan
bukan rumah, mah Cuma
kondisi keluarga yang
karena kalau dulu dari
lingkungan stunting yang
persiapan mah posyandu aja
yang sulit belum
dari saat sebelum sama bu rita
dirubah, sepenuhnya
pra nikah, pandemi
kunjungan paham
ada sama
masa mengenai
sama
pandemic stunting.
dengan
dibatasi
orang
tergantung
puskesmas
kondisi
balitanya

Upaya Lintas Melakukan Melakuk Memberika Ya Kalau Beli vitamin Kalau Upaya yang
program konsultasi an n dipantau dipantau sendiri we, mantau mah dilakukan
saling via media edukasi penyuluhan sama kader mah suka ngasih telur kadang ke berkoordinasi
membantu, sosial atau pada warga aja sama posyandu dengan kader
kerja sama temu tentang kadernya kadang suka posyandu untuk
152

kesini
kadang ke
dengan memudahkan
posyandu,
kader pemantauan
ya saya
untuk dan kunjungan
berusaha ada bu opi
kunjungan rumah,
wicara stunting aja yang ke sini
rumah, sementara
ngikutin nimbang
melakukan petugas tetap
aja saran
pemantaua memantau via
saran yang
n via wa whatsapp
terbaik
untuk anak

Pemberda
yaan
Masyarak
at

Kader Pemberdayaan
Pj program posyand Petugas Ada dari masyarakat
dibantu u puskesmas puskesmas, dilakukan Pj
Promkes, program gabungan dari Dari program
Petugas Promkes
gizi lain dan se kecamatan, puskesmas dibantu
lintas kecamatan, rt/rw, dari program lain
sektor kader PKK dinas lain dan lintas
sektor.

Kegiatan Pernah ada pemantaua Melakukan Melakuk Biasanya Pernah ada Ada Kegiatan yang
pembahasan n tumbuh pendataan an ada lokakarya rembug dilakukan FGD
tentang data kembang balita verifikasi pertemuan- mini, membuat saat SMD dan
stunting di diadakan, stunting data pertemuan, musremban rencana MMRW dan
kelurahan pemberian dan bumil ada g suka ada untuk lokakarya mini
kelurahan PMT pada KEK, pertemuan yang pencegaha juga verifikasi
balita Kegiatan di dibahas n stunting, data terkait
SMD kelurahan, tentang balita stunting.
sudah pertemuan stunting
terlaksana ibu-ibu
di trimester PKK.
1 Lokmin
153

kecamatan,
kegiatan
pengolahan
makanan
sebagai
PMT
melalui
program
Tanginas

Kegiatan
dilaksanakan di
Waktu Di kelurahan,
Di kecamatan, Di Dibagi per Di Pas lokmin
dan kecamatan, kecamatan
dikelurahan posyandu kelurahan kecamatan kecamatan
tempat kelurahan, sesuai jadwal
yang telah
ditentukan.

Ada Masalah yang


beberapa dihadapi belum
data Karena semua pihak
yang pandemi terlibat karena
Hanya tidak pertemuan pembatasan
sekedar stunting nya di sosial sehingga
permasalah zoom, dan kegiatan baru
Masalah Belum
an teknis untuk Yang ikut bisa dihadiri
Belum ada pernah ada
karena pertemuan Cuma beberapa orang
dari mitra rembug
pelaksanak tatap muka kader pkk saja dan juga
yang ikut tentang
an banyak dibatasi aja masalah teknis
stunting
dilakukan hanya 20 karena
secara orang jadi pertemuan
daring tidak seringkali
semua dilakukan
dapat ilmu, secara daring
sehingga
kurang focus
154

Mengusulk
Upaya an Upaya yang
Disosialisa
kedepanny dilakukan
sikan
a ada menyampaikan
kembali ke
pertemuan kembali pada
kader
untuk kader dan
posyandu
semua masyarakat.
kader

Bina
Suasana

Lurah, lkk Biasanya


Petugas
dari
puskesmas
bermitra
dokter-
Petugas Selama ini
dokter, Pernah dari
puskesmas, mah Petugas Bina suasana
kepala dokter ira,
pihak kesehatan dilakukan oleh
puskesmas, dari bidan
kelurahan dari pengelola
Petugas Pj program, PJ Program Pj Program biasanya alsy, dari
bekerjasam puskesmas, program GIZI,
petugasnya petugas
a dengan dari media, kelurahan dan
gabungan promkes,
PKK dari PKK
dari semua pkk
kelurahan kelurahan
puskesmas
yg ada,
dari
promkes
juga
pernah

Kegiatan Pertemuan Wawar Amprok Mulai dari Mengada Waktu itu Penjelasan Sosialisasi Pernah ada Kegiatan yang
pertemuan kewarga setiap awal kan ada stunting di dari yang dilakukan
tentang stunting tentang bulan sosialisasi, sosialisas pertemuan- posyandu, puskesmas, berhubungan pertemuan
pernah ada, stunting, bersama Komitmen i tentang pertemuan sosialisasi melalui dengan bersama
lokmin Lokmin seluruh staf kebersama stunting PKK di di pamplet2 , stunting itu petugas
kecamatan yang yang membahas an, pada kecamatan, kelurahan, Pernah mengenai puskesmas,
155

stunting, kesepakata warga,


juga ada kader ,
selain n. kalau
pelatihan membahas
pemberian pelatihan
membahas stunting, Stunting,
informasi, khusus
tentang cara kegiatan di
sosialisasi, stunting
stunting, mengukur masyarakat
dan juga belum pelatihan
sebelumny dan juga sosialisasi,
kelas ibu ada pembuatan septic tank
a ada up ya menimban wawar di
hamil, karena PMT, kan katanya
diikuti oleh lkk, date ilmu pelatihan g balita, posyandu dan
kelas ibu pandemi, PHBS, salah satu
karta, pmi, lpm untuk tentang pelatihan peran lintas
balita paling tentang berdampak
kader gizi aja cara sektor dalam
waktu itu Septic pada stunting
tentang gizi membuat menangani
pelatihan Tank
terutama makanan stunting mulai
tentang
stunting, di bahkan dari sosialisasi
pengukur
tahun lalu pernah dan membuat
an
dilombaka komitmen
timbang
n bersama
badan

Pertemuan Sebelum Waktu itu


pertemuan pandemi di
rutin di kecamatan,
Di
Waktu keluraha juga saat Kegiatan
Di Di rw, Kelurahan Di
dan n ada Dikelurahan dilaksanakan di
kelurahan kelurahan pas ada kelurahan
tempat lokmin, kelurahan
pertemuan
kelurahan,
trus ada
zoom, juga

Masalah Belum ada Dalam dua Karena Adanya Sudah Belum Belum Pelatihann Belum Masalah yang
petugas yg tahun kondisi kendala ada semua semua ibu ya sama pernah ada dihadapi
mengikuti terakhir pandemic pandemi, rencana Kader kader kader pelatihan kegiatan belum
pelatihan tidak ada tidak bisa pertemuan untuk posyandu diberikan belum mah tapi berjalan rutin.
tentang stunting up date ada hanya pelatihan ikut pelatihan semua, kalau Belum ada up
ilmu atau kegiatan, lewat zoom pengolah pelatihan, stunting sama ibu sosialisasi date ilmu
pelatihan dan tidak an baru kader balita juga mah udah selama satu
untuk semua ibu makanan PKK inti, pernah dengar, ke tahun terakhir
kader balita tapi karena ada pelatihan RW juga karena pandemi
punya HP karena pandemi di awal belum pernah
156

pandemi
jadi tidak awal sekali
jadi, itu aja,
karena pernah ada
harus peserta pelatihan
android zoom pertemuan juga ada
yang dibatasi pengolahan
susah makanan
karena tapi Cuma
harus satu orang
praktek

Upaya Mengusulk Dengan Secara Ingin ada Mengusulk Perlu ada Mensosiali Upaya yang
an adanya konsisten , pelatihan an lagi sasikan dilakukan
pelatihan pandemic memaksim lagi pelatihan pelatihan lagi cara mengusulkan
dan saling kegiatan alkan termasuk untuk pengolahan pelatihan. Dan
bekerjasam berbasis potensi pelatihan kader makanan, memaksimalka
a dengan masyarakat yang ada pengukur posyandu mengusulk n potensi yang
petugas ini harus tetap an tinggi an ada melalui
lain terhambat dilaksanak badan, pelatihan media sosial
sehingga an. supaya untuk
pelaksanaa tidak kader sama
nnya hanya salah ibu balita
seputar lagi
telekonsult dalam
asi via pengukur
hotline dan an,
jika mengund
memungki ang
nkan beberapa
dijadwalka kader
n janji yang
temu oleh nanti
petugas akan
menyam
paikan
kembali
ke
157

masyara
kat

Advokasi

Lurah, Ketua Advokasi


kepala PKK dilakukan oleh
Biasanya puskesmas pengelola
petugas program Gizi,
Saya, karna
promkes yang Kepala Promkes
Petugas PJ Promkes saya pokja
melakukan puskesmas bersama kepala
4
advokasi ke puskesmas dan
lintas sektor. lurah
Cibaduyut
Kidul

Kegiatan Kalau Sudah ada Menacari Membuat Melakuk Pernah Kegiatan yang
kelurahan sih advokasi , dukungan komitmen an minta dilaksanakan
mereka sangat kalau kita dan bersama koordina dukungan melakukan
sangat ada keterlibata untuk si kalau dari advokasi saat
mendukung kegiatan n semua penangana ada kelurahan mengikuti
semua kegiatan selalu pihak baik n stunting, balita untuk pertemuan yang
untuk minta di internal Koordinasi stunting, minta rutin
penanganan bantuan ke puskesmas terus laporan bantuan ke dilaksanakan
stunting, ada petugas maupun nyambung, ke swasta baik oleh
kegiatan promkes lintas kendala puskesm puskesmas
pemberian untuk ke sektor pasti wajar, as, minta maupun
makanan untuk lintas intinya bantuan kelurahan
balita yang sektor, tidak ada kalau untuk
kurang gizi, untuk ijin miskomuni ada melakukan
yang stunting ijinnya kasi, tim balita validasi data
yang stunting dan koordinasi
kompak. untuk untuk membuat
Dan UPT mendapa komitmen
Puskesmas tkan bersama dalam
Cibaduyut bantuan penanganan
selama ini ke bu stunting
bekerjasam santi dia terutama pada
158

a dengan petugas
baik dari
pihak swasta
rumah
zakat

Saat Di Kegiatan
lokmin di keluraha Waktu dilaksanakan di
Waktu Di Di
kecamatan n awal tahun kelurahan dan
dan Di kelurahan. kelurahan, kewilayaha
di saat ada
tempat kecamatan. n
kelurahan kegiatan
pertemuan.

mereka sangat Ya teori


mendukung tapi mah tidak
mungkin belum sama
Masalah yang
dilaksanakan dengan
dihadapi dari
secara kenyataan
segi
konsisten dilapangan
ketersediaan
karena kondisi Tidak ada pasti ada
SDM dan
pandemi saat tenaga gizi, kendala
belum adanya
ini. Belum ada petugas kendala
kebijakan
kebijakan gizi di dari segi
khusus yang
Masalah khusus yang pegang SDM,
dibuat oleh
dibuat oleh oleh tenaga mindset
kepala
kepala lain yang masyarakat
puskesmas
puskesmas bukan juga,
serta midset
terkait basicnya
masyarakat
penanganan
yang masih
stunting. Belum
kurang
dibuat SK Tim
pemahaman.
khusus
penanganan
stunting

Upaya Kita Upaya yang


berupaya dilakukan
untuk memaksimal
komitmen LKK dan ASN
159

dengan apa
yang sudah
direncanak
an,
memaksim yang ada untuk
alkan LKK komitmen
dan ASN dengan apa
yang ada yang sudah
agar direncanakan
semuanya
paham
tentang
stunting

Kemitraa
n

Untuk kegiatan Lurah , Lurah,


kemitraan PKK PKK
dengan CSR
dan dinas lain
Kemitraan
biasanya sama
dilaksanakan
kelurahana
Promkes, oleh Pj
kalau kit amah
KIA, Pj kes Kelurahan, Promkes
Petugas belum ada Pj promkes Pa lurah Pa lurah
anak, PKK menggandeng
kayanya kalau
kesling lintas sektor
dengan swasta,
dalam hal ini
kalau dengan
lurah dan PKK
kelurahan sama
pkk oleh
petugas
promkes

Kegiatan Paling Melakukan Berkoordin Adanya Mendapa Ada Program Pernah ada Ada Kegiatan yang
pemberian edukasi asi dengan Kolaborasi tkan pemberian Tanginas, pemberian pemberian pernah
PMT kerjasama dari lintas dan bantuan Tanginas biasanya makanan bahan dilaksanakan
dengan pkk , program program di kerjasama dari tahun 2020 diberikan dari makanan dari kemitraan
lain, setiap intern dari segala beberapa bantuan satu pengusaha pengusaha bersama PKK
160

puskesma, pihak CSR dan dari kota, dengan


juga khusus nya swadaya tapi karena program
pengaturan warga masyara gak cukup tanginas,
penjadwala masyarakat kat jadi ada pemberian
n untuk setempat CSR dari makanan
melakukan , dari pengusaha tambahan untuk
kunjungan baznas, gas, terus ibu hamil, ibu
rumah, di dari dari bus menyusui, bayi,
lintas pengusah anti elpiji, kalau balita stunting
sektor juga a elpiji petugas dari di bantu juga
melakukan untuk rumah pengusaha dari CSR
kemitraan bantuan zakat, program lain yang ad pengusaha gas
dengan makanan sebagai secara amah blm elpiji dan
kader, , sama swadaya bertahap ke ada apalagi rumah zakat
posyandu
karang dari PT dari PKK, kondisi untuk
ada
taruna dan gihon masyarakat pemberian elpiji sekarang lagi penyediaan
kegiatan
lain lain untuk , dari dinas telor sama terpuruk, bahan
penyuluhan
bantuan pertanian sayuran terus dari makanannya,
septic ada buruan dari dinas dispangtan sedangkan dari
tank sae pangtan pernah lintas sektor
karena bibitnya ngasih telor ada dari
kan dari tapi Cuma dispangtan
kondisi dispangtan satu kali berupa telur
sanitasi hasilnya dan bibit
juga jadi dibagikan tanaman
faktor ke warga melalui
penyeba yang program buruan
b stunting sae, serta
stunting melakukan
edukasi dari
program lain

Waktu Kelurahan Beberapa Tahun Program Ada dua Awal taun


dan bulan yang 2020 Tanginas, kali
tempat lalu biasanya Kegiatan
diberikan pernah
satu dilaksanakan
program satu periode
161

secara
bertahap ke
PKK, tiap
tiga bulan,
kalau dari
dinas
pangtan saat 2020,
waktu
februari
sekali aja,
sama dari
pengusaha
elpiji juga

Dari awal Tanginas


tahun sementar
pendanaan a belum
dari PIPPK ada lagi
Dari warga Kalau
belum bisa kegiatan
belum ada melalui kader
berjalan, karena
swadaya RT kaya saya
Direncanak terkait
atau belum pernah
an adanya anggaran Bantuan Bantuan Masalah yang
bantuan ada bantuan
anggaran karena dari CSR dari dinas dihadapi belum
dari para dari CSR ,
perubahan kemarin dan dinas lain tidak ada lagi
pengusaha tidak tau
Masalah tapi itu pangtan ada, dari kegiatan
setempat, kalau melalui
mengingat pandemi hanya satu dispangtan kemitraan
pernah ada ketuanya,
efisiensi meningk kali tidak juga Cuma hingga
bantuan bantuan dari
anggaran at jadi berlanjut satu kali sekarang.
dari dinas lain
tidak jadi. diberhent
dispangtan juga belum
Merubah ikan
tapi Cuma ada harusnya
mindset
satu kali mah ada
masyarakat
tentang
sanitasi,
PHBS

Upaya Melakukan Kolaborasi Mensosi Rencananya


kemitraan dan alisasika akan
162

dengan pihak kerjasama n buruan dilaksanakan


kelurahan untuk dari segala sae ke kemitraan
menggandeng pihak tiap bersama
CSR, khusus nya RW , Kolaborasi dan
Koordinasi warga juga kerjasama dari
dengan lintas masyarakat drum segala pihak
program untuk yang Lele khusus nya
menangani diprioritask warga
stunting an masyarakat
khususnya yang
warga yang diprioritaskan
tidak khususnya
mampu warga yang
dan yang tidak mampu
mampu dan yang
sangat mampu sangat
mendukun mendukung
g sekali program
dengan pemerintah dan
program menggandeng
pemerintah CSR untuk
ini, penanganan
bersyukur stunting
adanya
komitmen
bersama
ada CSR
bantuan
mulai HK
dan PT
Gihon
terkait
pembuatan
septictank,
selain dari
peran
warga
163

masyarakat
yang
berinisiatif
terutama
yang
mampu,
Komitmen
dari semua
fihak
karena
saya
sendiri kan
ASN tidak
menutup
kemungkin
an pindah
dan lain
lain,
sehingga
semua
perlu
faham akan
hal ini.

Lampiran 11

MATRIKS TRIANGULASI TEKNIK

No Data Sumber Data Hasil


164

Observasi Wawancara Studi Dokumentasi

1 Pemberdayaan Dilaksanakan penyuluhan Penyuluhan biasanya Terdapat dokumentasi Pemberdayaan individu di UPT
Individu dan edukasi pada Ibu balita dilaksanakan dalam gedung penyuluhan dan edukasi Puskesmas Cibaduyut Kidul
stunting saat kunjungan ke pada masyarakat yang datang pada balita stunting dilaksanakan dengan melakukan
puskesmas dan pada saat ke puskesmas dan luar penyuluhan dan edukasi bagi ibu
pemantauan Posyandu. gedung pada saat posyandu balita stunting dan keluarga.

2 Pemberdayaan Dilaksanakan penyuluhan Selain memberikan Laporan kunjungan Pemberdayaan individu di UPT
Keluarga pada ibu balita stunting dan penyuluhan pada individu pemantauan balita dan Puskesmas Cibaduyut Kidul
keluarga saat melakukan juga mengadakan kunjungan ibu hamil stunting dilaksanakan dengan
kunjungan rumah. rumah pada ibu hamil KEK memberikan penyuluhan pada
dan ibu yang memiliki bayi keluarga balita stunting dan ibu
balita stunting hamil KEK.

3 Pemberdayaan Melakukan pendataan balita Terdapat dokumentasi Pemberdayaan masyarakat di


Masyarakat stunting dan bumil KEK, pelaksanaan kegiatan UPT Puskesmas Cibaduyut kidul
Kegiatan SMD sudah SMD, FGD dan dilaksanakan dengan melakukan
terlaksana di trimester 1 penyuluhan di SMD, FGD dan memberikan
masyarakat. penyuluhan pada masyarakat

4 Bina Suasana Wawar kewarga tentang Terdapat dokumentasi Kegiatan Bina Suasana di UPT
stunting, Lokmin yang pelaksanaan kegiatan Puskesmas Cibaduyut Kidul
membahas tentang stunting, wawar lokmin, dan dilakukan pertemuan membahas
sebelumnya ada up date ilmu sosialisasi sosialisasi Stunting, sosialisasi di
untuk kader tentang gizi masyarakat dan wawar di
terutama stunting posyandu
165

5 Advokasi Mencari dukungan dan Terdapat Dokumentasi Kegiatan Advokasi yang


keterlibatan semua pihak baik pelaksanaan kegiatan dilaksanakan di UPT Puskesmas
di internal puskesmas maupun Advokasi Cibaduyut Kidul dilakukan
lintas sektor dengan melakukan advokasi
saat mengikuti pertemuan yang
rutin dilaksanakan baik oleh
puskesmas maupun kelurahan
untuk membuat komitmen
bersama dalam penanganan
stunting terutama pada pihak
swasta

6 Kemitraan Bermitra dengan lintas Berkoordinasi dengan lintas Terdapat dokumentasi Kegiatan Kemitraan yang
program untuk kunjungan program di internal puskesma, pelaksanaan kegiatan dilaksanakan di UPT Puskesmas
rumah dan dengan kader juga pengaturan penjadwalan kunjungan rumah oleh Cibaduyut Kidul adalah kegiatan
posyandu untuk untuk melakukan kunjungan petugas promkes, lurah, penyuluhan, kunjungan rumah
melaksanakan pemantauan rumah, di lintas sektor juga PKK dan kader dan pemberian makanan
balita dalam dilaksanakan melakukan kemitraan dengan posyandu, serta tambahan untuk ibu hamil, ibu
kunjungan rumah kader, karang taruna dan lain penyaluran bantuan menyusui, bayi, balita stunting
lain PMT dari CSR melalui melalui program tanginas, di
program Tanginas bantu juga dari CSR pengusaha
gas elpiji dan rumah zakat untuk
penyediaan bahan makanannya,
sedangkan dari lintas sektor ada
dari dispangtan melalui program
buruan sae
Lampiran 12 Dokumen Kegiatan

Surat Keputusan, Laporan Kegiatan

166
167

Surat Undangan Pembahasan SMD dan Umpan Balik Hasil SMD


168
169

Wawancara dengan para informan


170

Penyuluhan, Kunjungan Rumah dan Pemantauan Tumbuh Kembang


171

Penyuluhan, Kunjungan Rumah dan telekonsultasi


172

Kegiatan Bina Suasana, Advokasi dan Pemberdayaan Masyarakat


173

Kegiatan Bina Suasana, Advokasi dan Pemberdayaan Masyarakat


174

Media Penyuluhan
175

DAFTAR ISTILAH

Multidimensi : Mempunyai berbagai kemungkinan, segi dan sebagainya

Terintegrasi : Suatu kondisi atau tindakan kelompok yang beradaptasi dan


bersikap kompromi

Konvergen : bersifat menuju satu titik pertemuan; bersifat memusat

multi sektor : berbagai sektor

intervensi : campur tangan dalam perselisihan antara dua pihak (orang,


golongan, negara dan sebagainya) yang bertujuan untuk
mewujudkan tujuan tertentu terhadap pihak yang di intervensi

Intervensi Spesifik : merupakan kegiatan yang langsung mengatasi penyebab


terjadinya

Intervensi Sensitif : kegiatan yang berhubungan dengan penyebab tidak langsung

Strategi : pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan


pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah
aktivitas dalam kurun waktu

Aksesibilitas : hal yang mudah dicapai

optimal : kondisi tertinggi yang mungkin untuk dilakukan seseorang /


sesuatu tanpa merusak unsur yang ada padanya

Sanitasi : kondisi kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan


penyediaan air minum yang bersih serta pengolahan dan
pembuangan kotoran manusia dan air limbah.
176

Komparatif : suatu hal yang bersifat dapat diperbandingkan dengan suatu hal
lainnya

Global : secara umum dan keseluruhan, secara garis besar, yang


meliputi seluruh dunia.
Promotive : Peningkatan

Preventif : Pencegahan

Efektif : sebuah usaha untuk mendapatkan tujuan, hasil dan target yang
diharapkan dengan tepat waktu

Efisien : kemampuan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan untuk


memberikan hasil yang memuaskan tetapi tidak memboroskan
waktu, energi dan juga uang.

problem solving : aktivitas mendefinisikan masalah, menentukan penyebab


masalah, menentukan prioritas, menyeleksi berbagai pilihan
solusi dan mengimplementasikan solusi tersebut

Filosofi : Ungkapan seseorang mengenai sikap, nilai dan kepercayaan


walaupun pada waktu yang lain ungkapan tersebut menjadi
ideologi kelompok/kepercayaan kelompok

sosial support : informasi baik verbal maupun non verbal, saran, atau bantuan
yang diberikan oleh orang terdekat yang dapat berpengaruh
pada emosional dan tingkah laku penerimanya.

Objek : sasaran langsung

Koordinasi : proses menyamakan dan menyeimbangkan segala kegiatan dan


aktivitas dalam pekerjaan antara satu individu dengan individu
lainnya untuk mencapai tujuan setiap pihak sekaligus tujuan
177

bersama.

Edukasi : suatu pembelajaran, pengetahuan, keterampilan dan juga


kebiasaan bagi sekelompok orang yang diturunkan dari
generasi ke generasi

Issue : topic yang menarik untuk didiskusikan dan sesuatu yang


memungkinkan orang untuk mengemukakan pendapat yang
bervariasi

Organisasi Perangkat Daerah, Organisasi atau Lembaga


OPD : pemerintah daerah yang bertanggung jawab kepada kepala
daerah dalam rangka penyelenggaraan daerah

Corporate Social Responsibility, Suatu konsep atau tindakan


yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab
CSR : perusahaan terhadap social maupun lingkungan sekitar dimana
perusahaan itu berada

Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan, Lembaga yang dibentuk


oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra
kerja pemerintah kelurahan dalam memberdayakan masyarakat

LKK :
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Lembahag mitra strategis
diluar Pemerintah yang membantu dalam meningkatkan
partisipasi dan pelayanan penyelenggaraan masyarakat.

LPM : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Organisasi


kemasyarakatan dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh
dari bawah yang pengelolanya dari, oleh dan untuk
masayarakat.

PKK :
178

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Widaningsih

Alamat : Sanggar Indah Banjaran

Blok BC No.7 Rt 01/ Rw 06 Desa

Nagrak Kecamatan Cangkuang

Kabupaten Bandung

Tempat / Tanggal Lahir : Subang, 10 Februari 1974

Pendidikan :

TK Firdhaus : 1978 - 1980

SDI Mathlaul Anwar : 1980 - 1986

SMPN Sayati : 1986 - 1989

SPK Depkes Bandung : 1989 - 1992

PPB Depkes Bandung (D1) : 1992 - 1993

Kebidanan Dharma Husada : 2008 - 2010

Bandung (D3)
179

Kesehatan Masyarakat (S1) : 2019 - 2021

Stikes Jenderal Achmad Yani-Cimahi

Riwayat Pekerjaan :

Bidan Desa Sukamanah Kec.Wado : 1993 – 2007 Puskesmas

Jatinunggal Sumedang

Bidan Desa Mulyajaya Kec.Wado : 2007 – 2002 Puskesmas Wado

Sumedang

Staf UPT Puskesmas Cibuntu : 2002 – 2008 Kota Bandung

Staf UPT Puskesmas Kopo : 2008 – 2018 Kota Bandung

Plt. Ka.Sub.bag Tata Usaha : 2018 – 2019 UPT Puskesmas

Cibaduyut Kidul Kota Bandung

Staf UPT Puskesmas Cibaduyut : 2019 – Sekarang Kidul Kota

Bandung

Riwayat Organisasi :

Pengurus IBI Ranting Darmaraja : Periode 1998 – 2003 Kabupaten

Sumedang

Ketua IBI Ranting Tegallega : Periode 2013 – 2018 Bandung

Ketua IBI Ranting Tegallega : Periode 2018 – 2023 Bandung

Anda mungkin juga menyukai