Anda di halaman 1dari 32

Editor: Dedy Setiawan

1
BAB 1
SISTEM PENGUKURAN
1.1. Pendahuluan

Sistem pengukuran adalah bagian yang paling utama dan pertama dari suatu sistem
pengendalian, yang mana akan menentukan hasil akhir dari kerja sistem.

Sistem pengukuran terdiri atas dua elemen, yaitu elemen sensor dan transmiter. Bagian
paling awal pada sistem pengukuran adalah elemen sensor. Untuk menerjemahkan sinyal
pengukuran dari elemen sensor menjadi sinyal yang dapat dimengerti oleh kontroler, maka
dibutuhkan sebuah unit yang disebut transmiter. Setiap pengukuran pasti membutuhkan
elemen sensor dan juga transmiter. Namun kedua unit itu dapat berupa dua bagian terpisah,
misalnya plat orifice dan transmiter D iffrensial Pressure, dapat pula berupa satu bagian
integral misalnya transmiter temperatur dengan sensing bulb-nya.

Unit transmiter sendiri, terdiri dari dua bagian, yakni transduser dan amplifier.

Sinyal Pengukuran dan Sistem Transmisi.


Sinyal Pengukuran.
Pemilihan sinyal pengukuran sangatmenentukan oleh jenis konduktor yang akan dipakai.
Kalau kontroler akan dipakai dari jenis elektonik, maka yang dipilih adalah sinyal pneumatik.
Sebagai standarisasi, sinyal yang keluar dari transmiter dibuat hanya bekerja pada standar
skala tertentu.

Untuk sinyal pneumatik skala kerjanya :


3 ~ 15 psig atau 0,2 ~ 1,0 kg/ cm2
Untuk sinyal elektrik (arus atau tegangan), skala kerjanya :
4 ~ 20 mA / 10 ~ 50 mA atau 1 ~ 5 Vdc/ 0 ~ 10 Vdc

2
Atau terdapat pula skala lain yang tergantung pada kerja unit instrumentasi. Pada umumnya
sinyal yang keluar dari transmiter elektronik hampir selalu dalam beentuik sinyal arus searah
4 ~ 20 mA.

1.2. Transmisi sinyal Instrumentasi.

Transmisi sinyal elektrik, seperti transmisi energi listrik lainnya, menggunakan kawat
tembaga. Diameter kawat tersebut berkisar antara 1,5 sampai 2,5 mm.

Transmisi sinyal pneumatik hampir selalu menggunakan tubing (pipa kecil) berdiameter
dalam 0,25 inchi, atau pada pemakaian tertentu, ada yang 0,375 inchi. Tubing dapat terbuat
dari plastik, tembaga atau styainless steel. Pemilihan jenis materian tubing selalu dikaitkan
dengan daerah dimana instrumen beroperasi.

Untuk transmisi sinyal digital, dapat menggunakan kabel twinax, twisted-pair, coaxial, atau
serat optik.

1.3. Pengukuran Parameter Proses

Terdapat banyak parameter yang harus dikendalikan didalam suatu proses pada sentral
pembangkit tenaga listrik.

Namun yang paling umum ditemui adalah : tekanan (Presure) didalam sebuah Vessel atau
pipa, aliran (Flow) didalam pipa, suhu (temperature) di unit proses seperti heat exchanger
(heater), atau tinggi permukaan zat cair (level) disebuah tangki.

Adapun teknik pengukuran dan prinsip kerjanya dapat dijelaskan seperti berikut ini :

1.3.1. Pengukuran Tekanan


Terdapat banyak parameter yang harus dikendalikan didalam suatu proses pada sentral
pembangkit tenaga listrik.

3
Namun yang paling umum ditemui adalah : tekanan (pressure) di dalam sebuah vessel atau
pipa, aliran (flow) di dalam pipa, suhu (temperature) diunit proses seperti heat exchanger
( heater), atau tinggi permukaan zat cair (level) sebuah tangki.

Adapun teknik pengukuran dan prinsip kerjanya dapat dijelaskan seperti berikut :
a. Tabung Boudron
Bentuk tabung boudron yang sering dijumpai menyerupai huruf – C, atau berupa kumparan
yang terbuat dari bahan logam yang elastis dan tahan korosi. Apabila tabung Boudron
mendapat tekanan, maka tabung tersebut mengembang cenderung menjadi tegang yang
kan menyebabkan adanya gaya mekanis yang digunakan untuk menggerakan ” Pointer ”

Ada tiga jenis tabung boudron antara lain adalah :


- Tabung Boudron – C
- Tabung Boudron Spiral
- Tabung Boudron helikal

Gambar 1.1. memperlihatkan ketiga jenis tabung Boudron tersebut.

4
Gambar 1.1. Tabung boudron

b. Bellows.
Bentuk dari bellows berupa silinder yang tiap bagiannya dilipat-lipat sehingga menyerupai
bentuk ”akordion”. Bellow amat fleksible terhadap sumbunya, sehingga dapat memanjang
atau memendek tergantung dari bentuk tekanan yang diberikan berupa pengisian atau
pengisapan.
Terdapat tiga jenis bellows yang dikenal, yaitu :
- Bellows “Unoposed”
- Bellows “Spring loaded” dan
- Bellows “ Beam balance sensor”

Gambar 1.2 memperlihatkan ketiga jenis elemen bellows tersebut diatas.

5
Gambar 1.2. Elemen Bellows
c. Diafragma

Diafragma berupa penyekat berbentuk datar atau lengkung yang dilengkapi dengan
penyambung ke indikator atau transmiter yang terbuat dari bahan logam sehingga
mempunyai sifat elastis.

Terdapat pula diafragma yang terbuat dari bahan non logam, maka faktor elastisitasnya akan
berkurang sehingga untuk mengatasi hal ini, membacanya dilengkapi dengan pegas balik
(return-spring) gambar 1.3. memperlihatkan jenis elemen diafragma.

Gambar 1.3. Elemen Diafragma

Dari ketiga elemen sensor tekanan tersebut diatas masing-masing mempunyai kelebihan
dan kekurangannya. Untuk itu, pemakaiannya harus disesuaikan dengan kondisi masing-
masing proses plant.
Boudron banyak digunakan untuk penunjukan langsung (pressure gauge), diafragma dan
bellows banyak digunakan untuk elemen tekanan transmiter dan kontroler pneumatik.

6
Selain itu, diafragma juga banyak digunakan pada transmiter elektronik.
Gambar 1.4. memperlihatkan diagram transmiter elektronik sensor diafragma.

Gambar 1.4. diagram Transmiter Elektronik Sensor diafragma


1.3.2. Pengukuran tinggi – Permukaan zat Cair

Suatu proses baik berupa proses ”Kontinyu” maupun proses ” Batch”, keduanya akan
memerlukan pengukuran serta pengendalian terhadap level (tinggi permukaan) suatu benda
cair didalam ” Kontainer”.
Kontainer tersebut biasa berupa : tangki storage, vessel, atau jenis akumulator yang lain.

Metode Pengukuran Tinggi – Permukaan


Level dari suatu benda cair yang berada didalam suatu akumulator dapat diukur dengan
mengunakan metode seperti berikut ini :
a. Metode sensor elektronik
b. Metode Tekanan “ Head” Hidrostatik

7
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran tersebut dinamakan sebagai “Sensor level”
atau “elemen level”.
a. Metode Sensor Elektronik
Metode sensor elktronik memikliki banyak keuntungan, antara lain adalah :
- Mempunyai daerah ukur yang lebar
- Akurasinya tinggi
- Dalam beberapa hal tidak terdapat kontak langsung dengan proses dan benda
yang diukur.

Metode ini meliputi : sensor ultrasonik, unit radiasi nuklir, sensor kapasitansi, sensor
konduktansi, sesnsor resiostansi dan lain-lain.
Gambar 1.5. memperlihatakan secra skematik beberapa metode diatas.

Gambar 1.5. Contoh Pengukuran Level Metode elektronik.


b. Metode Tekanan “Head” Hidrostatik
Cara yang paling banyak digunakan untuk pengukuran level cairan pada proses plant adalah
dengan metode ”tekanan head-hidrostatik”, dengan perhitungan sebagai berikut :

Ketinggian ( Level) = Tekanan atau


Density

Tekanan = Ketinggian x density


P =h x Pw (Pascal)

8
Gambar 1.6. memperlihatkan suatu ”kolom” terbuka diisi dengan cairan setinggi 12 inchi
yang mempunyai densiti 0,036 lb/ in3.

Gambar 1.6. Contoh Head-Hidrostatik

Dengan demikian tekanan P2 akan sama dengan tekanan atmosferik (0 psig), jadi tekanan
P1 = P2 + (tinggi x densiti) = 0 + (12” x 0,036) = 0,432 psig. Dengan mempergunakan faktor
konversi 27,7 ” H2O = 1 psig maka harga 0,432 ini sama dengan 12” H 2O.

Kita telah mengukur tekanan P1, dan mendapatkan harga tekanan 12” H2O dengan
anggapan bahwa densitinya homogen (merata pada semua cairan), maka kita dapat
menyatakan bahwa level atau ketinggian cairan didalam kolom tersebut adalah 12 inchi
(yang diukur disini adalah beda tekanan antara P 1 dan P2).

Instrumen yang digunakan untuk mengukur dan mengubah besaran sinyalnya dinamakan
transmiter tekanan. Instrumen ini biasanya dilengkapi dengan diafragma yang berfungsi
sebagai elemen sensor terhadap tekanan hidrostatik cairan.

9
Aplikasi pengukuran level pada drum boiler, umumnya digunakan transmiter tekanan
diferential yang instalasinya dilengkapi dengan katup isolasi, kolom air-sirkulasi dan reservoir
kondensasi. Untuk pengukuran level pada tangki yang bertekanan rendah (misalnya tangki
kondensat), maka bisanya menggunakan transmiter level tipe pipa torsi (level-troll).

1.3.3. Pengukuran Aliran.

Aliran adalah ”variable pengukuran” yang paling banyak dijumpai dalam proses plant.
Element primer yang digunakan untuk pengukuran aliran, banyak sekali jenisnya tergantung
pada kemampuan dan harganya.

Adapun jenis elemen primer yang banyak dijumpai dilapangan adalah sebagai berikut :
a. Meter penghasil defferensial, yaitu : plat orifis, nozel, tabung venturi dsb.
b. Meter area variable (rotameter)
a. Meter penghasil Diferensial

Penghasil diferensial juga dikenal dengan nama elemen ”head” yang merupakan istilah
umum untuk elemen aliran, seperti : plat orifis, nozel aliran, elemen-V, tabung pitot, tabung
venturi dsb.

Prinsip kerja dari meter penghasil differensial ini adalah : alairan yang mengalir seolah-olah
akan ”dicekik”, sehingga timbul daerah kosong aliran (disebut sebagai ”vena contacta”) oleh
adanya daerah batasan pada pipa atau ”restriksi”.
Selanjutnya dibuat lubang kecil (tap) untuk pengambilan sinyal yang ditempatkan pada
kedua sisi daerah batasan, untuk mengetahui adanya beda tekanan.

Gambar 1.7. memperlihatkan prinsip kerja pengukuran aliran dengan metode tekanan yang
menggunakan orifis.

10
Gambar 1.7. Metode Pengukuran beda tekanan.

Orifis banyak digunakan untuk keperluan, pengetesan , karena kontriksi pemasangan nya
yang mudah untuk di bongkar/ dilepas .adapun gambar 1.8 memperlihatkan tiga jenis plat
orifis tersbut.

Gambar 18. Jenis- jenis Plat Orifis.

11
Dan gambar 19 di bawah ini memperlihatkan sistem pengukuran aliran dengan orifis

Gambar 19. contoh sistem pengukuran aliran dengan orifis.


Instalasinya , umumnya dengan sistem tap (membuat luban) yang dihubungkan ke element
sensor dengan pipa dan dipasang katup isolasi primer, sekunder, tap pengukuran tekanan
diletakan pada tempat yang tidak turbulensi dan tegak lurus dengan aliran nya (Fluida).

Untuk pengukuran aliran fluida yang mempunyai kecepatan dan temperature yang tinggi
(misalnya Uap), maka banyak digunakan element nozel- aliran, gambar 1.10
memperlihatkan gambar sebauh nozel aliran .

Gambar 1.10 Nozel Aliran.

12
Sedangkan untuk keperluan penelitian, banyak digunkan element tabung ventury . hal ini
disebabkan tabung venturi memiliki tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Sebuah tabung
venturi di perlihatkan pada gambar 1. 11.

Gambar 1.11. Tabung Venturi.

c. Rotameter.

Rotameter terdiri dari tabung (transparant ) vertikal dengan diameter yang meruncing ke
bawah. Yang mana fluida dpat mengalir ke atas.

Terdapat pelampung seperti bola atau kerucut dengan densiti yang lebih besar dari fluida
yang diukur. Bila mana laju aliran berubah , maka pelampung tersebut akan naik atau trun
sesuai dengan besaran nya aliran. Selanjutnya, besaran aliran dapat do baca langsung pada
skala nya.

Gambar 1,12 Memperlihatkan Bentuk Rotameter.

Gambar 1.12 Rotameter.

1.3.4 Pengukuran Temperature.

13
Temperature adalah parameter yang sangat fital pada kontrol proses plant dan hampir d
ipastikan dalam semua proses plant akan terdapat salah satu dari sensor temperature di
bawah ini :

1. Sistem ” Termal Isi”


2. Termokopel.
3. RTD (Resiststance Termal Detector ).

Namun yang banyak digunakan adalah sensor jenis sistem termokopel dan RDT.

a. Sistem Termal Isi.

Sistem ini terdiri dari tabung Burdon yang di sambaung degan pipa kapiler ke sebuah ” Blub”
yang berfungsi sebagai sensor temperature.

Gambar 1.13 Memperlihatkan sistem pengukuran Suhu Tipe termal Isi.

Gambar 1.13 Sistem Termal Isi

Sensor blub tersebut diisi dengan fluida, yang selanjutnya di tempatkan ke dalam sistem
proses yang diukur . proses akan memperngaruhi ” isi Fluida” ang ada di dalam sistem
pengukuran. Selanjutnya menyebabkan tabung Bourdon Flxsible menyimpang dari posisis

14
semula dan menunjukan besaran temperature. Jenis fluida pengisian dibedakan menjadi
carian, gas, dan uap.

b. Termokopel.
Element ini memanfaatkan gejala fisika, bilamana terdapat dua buah kawat logam yang
berbeda jenisnya dan diletakkan salah satu ujungnya, sedangkan ujung yang lain di biarkan
tetap terbuka maka pada ujung yang terbuka tesebut akan timbul tegangan listrik (GGL).
Dam besarnya tegangan ini berbanding lurus dengan energi panas ( temperature) yang
diberikan pada pertemuan unjung kawat tersebut. Gambar 1.14 memperlihatkan element
terkopel dan rumah pengaman.

Gambar 1.14 Elemen Terkopel dan Rumah Pengamannya.

Pengukuran temperature untuk kontrol- kontrol analog dapat dilakukan dengan terkopel atau
RTD.menurut standart ISA ( Instrument Society Of America), Jenis Material yang banyak
digunakan sebagai element terkopel adalah sebagai berikut:

Untuk membedakan jenis yang satu terhadap yang lainnya pada termokopel –wirw ( kabel
Penghubung) biasanya diberkan pewarna atau kode khusus yang sudah di standarkan.

C. RTD ( Resistance Temperaure Detectore).

RTD dinamakan juga sebagai termometer resistansi, bentuknya dari luar serupa dengan
termokopel. Prinsip kerjanya adalah berdasarkan perubahan harga tahan listrik bilamana
terjadi perubahan temperature pada Rtd tesebut. Perubahan tahan listrik ini selanjutnya

15
disambungkan ke rangkaian ” jembatan Wheatstone. Yang telah di kalibarasi terhadap
perubahan temperature.

Gambar 1.15 memperlihatkan rangkain jembatan wheatstone tersebut yang diaplikasikan


untuk pengukuran temperature dengan sensor RTD.
Bahan yang digunakan sebagai RTD adalah : Platina, Tembaga dan Nikel. Yang berguna
untuk pengukuran yang memerlukan tanggapan dan ketelitian tinggi. Misalnya indikator
recoder dan kontroler. RDT sangat Ekonomis Karena dapat menggunanakan kabel biasa,
tetapi hanya untuk pengukuran temperature di bawah 500 oC.
1.4 Element Akhir.

Ada beberapa macam Element pegendali akhir ( Final Control Element) misalnnya selenoid
–valve, element pemanas, Kontaktor listrik, motor, controler valve, damper dan sebagainya.

Namun yang paling banyak di gunakan untuk sistem pengendali proses sental pembangkit
listrik adalah control Valve, atau Katup – konttrol jenis Peneumatik.
Contoh bentuk Umum sebuah Katup Kontrol Penumatik di perlihatkan Pada Gambar 1.16 .

16
Gambar 1.16 Bentuk Umum Sebuah Katup Kontol Pneumatik.

Sebuah Katup kontrol tediri atas dua bagian darar, yakni aktuator dan valve. Bagian aktuator
adalah bagaian yang mengerjakan gerak buka tutup valve, dan bagian valve adalah
komponen mekanis yang menentukan besarnya aliaran yang melaluinya.

Tugas katup kontrol adalah melakukan koreksi berdasarkan sinyal yang diterimanya.
Berdasarkan kontruksi dari valve dan aktuator, maka kerja katup kontrol pneumatik di
bedakan menjadi empat pilihan kerja.

Empat pilihan kerja katup kontrol tersebut dapat dijelaskan seperti ganbar 1.17 berikut ini.

Gambar 1.17 Kerja katup- Kontrol Pneumatik .

1.5 Indikator Instrument Lokal.

17
Instrument lokal yang banyak diterima antara lain :

a. Pressure gauge atau differential pressure gauge.


Presure gauge atau manometer lokal yang digunakan biasanya jenis tabung bourdon. Dan
semua preasure gauge yang diperlukan di lengkapi dengan katup isolasi primer dan skunder
dan bila perlu dilengkapi pula dengan separator atau sypon kondensasi. Manometer jenis ini
mempunyai akuarasi 1 %, skalanya dipilih sesuai standar, dan harga operasi normal berkisar
antara 50% - 75 % dari span. Differential preassure gauge mempunyai perlengkapan sama
seperti pressure gauge, dan akurasi nya 2 %, dan operasinya normalnaya berkisar antara 50
– 75 % dari span.

a. Termo meter indicator.

Termometer jenis bimetalik mempunyai element sensor yang terdiri dari dua pelat logam
dengan kofesien muai yang berbeda dan dilekatkan satu sama lain, dimana salah satu
ujunya dihubungkan ke pengungkit untuk mengerakan pointer dan kotak termometer ini tdak
mahal, dan mempunyai akurasi 1 % Operasi normalnya berkisar antara 50 – 75 %.

b. Pressure Switch.

Pressre Switch dan differential pressure switch di aktifkan dari tabung bourdon membaran
aau bellows, adan perlu di dipasang pula dengan katu isolasi. Presure switch ini dilengkapi
dengan satu saklar mikro ( Double Pole Double Trhrow). Dan kotak pelindung untuk
mengamankan Peralatan Terhadap atsmonfir sekelilingnya.

c. Temperature switch dsb.

Temperature switch yang banyak di jumpai adalah jenis tekanan uap dengan bulb dan pipa
kapiler yang dilengkapi oleh ” termokopel” Temperature switch dilengkapi pula dengan satu
saklar mikro (DPDT) dan kontak Pelindung terhadap atsmonfir sekeliling.

2. KONSEP KONTROL.

18
2.1.1 Prinsip Kerja Kontrol.

Gambar dapat di jelaskan dengan ilustrasi gambar sebagai berikut.

2.2 Kontrol Manual.

Konsep kontrol kontrol ” Manual ” (Open Loop) adalah kontrol yang Mana Perintah
Koreksinya dillakukan oleh manusia, dan mata rantai (LOOP) pengendaliannya masih
terputus oleh peran manusia yang ada di dalam sistem.

Konsep pengendalian ” manual” ini dapat di jelaskan dengan ilustrasi gambar sebagai
berikut.

Gambar 2.3. Kontrol Manual Temperature Pada Heat Excharger.

2.3 Kontrol Automatik

Konsep Kontrol ”Automatik ” ( Closed _ Loop) adalah kontrol yang mana perintah koreksinya
tidak ada campuran tangan manusia, dan sistemnya disebut sistem ” Closed loop ( mata
rantai Tertutup).
Konsep sistem pengendali automatik dapat dijelaskan dengan ilustrasi gambar sebagai
berikut:

19
Gambar 2.4. Kontrol Auotomatik Temperature

Pada gambar 2.4 sebuah sensor temperature mendeteksi adanya perubahan temperature
pada fluida proses, hasil kerja hasil pendeteksian ini oleh transmiter (TT) di Perkuat menjadi
Sinyal Standart untuk dikirimkan ke kontroller (TIC). Kemudian kontroler mengantisifasikan
sinyal tersebut dengan model kontrol yang telah di atur ( Setting ), dengan demikian
kontroler akan mengeluarkan suatu out put yang di sesuaikan dengan model kontrol Dari
kontrolelnya.

Out put dari kontrol akan digunakan sebagai sinyal yang diberikan kepada aktuator (Atau
element akhir yang setara), sehingga katup (Plug) dapat membuka atau menutup Sesuai
perintah yang diberikan oleh kontroler tersebut.

Rangkaian (elektrik atau pneumatik ) dari element ensor temperatur, transmiter, kontroler,
dan katup kontrol dinamakan sebagai ” Loop Kontrol”. Sistem kontrol ini diseut sistem closed
–loop yang berfungsi untuk menjaga temperature fluida proses supaya selalu sama dengan
haraga yang dikendaki oleh set point. Konsep ini di karenakan sinyal error, yaitu selisih
antara sinyal pengukuran dan sinyal set Poin di kembalikan ke kontroler untuk digunakan
sebagai acuan agar kondisi proses sesuai dengan set point nya lagi.

Jadi, prinsip dasar pengendalian aoutomatis suatu proses mengandung empat langkah
dasar, yaitu : Langkah Mengukur, Langkah Membandingkan , menghitung, dan langkah
mengkoreksi.

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Figure  11-7.–Bellows  gauge.

Figure 11-8.—Diaphragm gauge

32

Anda mungkin juga menyukai