Bahwa Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai organisasi guru pendidik bangsa
yang berpegang teguh membangun jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945, menyadari bahwa tingkat
perjuangan bangsa sudah sampai pada tahap yang menentukan dalam usaha pengisian dan
pelestarian Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Bahwa kemajuan dan martabat bangsa ditentukan oleh tingkat pendidikannya. Oleh karena itu
dalam usaha menciptakan kondisi pelayanan pendidikan kepada rakyat secara merata,
pengembangan ilmu dan teknologi serta peningkatan kualitas sumber daya manusia dan
keterampilan masyarakat, PGRI terpanggil untuk menyelenggarakan lembaga-lembaga
pendidikan sebagai lembaga perjuangan dan pengabdian masyarakat dengan berpijak kokoh pada
penegakan sistem pendidikan nasional.
Bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut diperlukan adanya suatu wadah untuk
menyelenggarakan dan membina lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh Persatuan Guru
Republik Indonesia yang bersifat nasional dan untuk itu dibentuklah anak lembaga PGRI yang
diberi namaPersatuan
Pendidikan Yayasan Guru
Pembina Lembaga
Republik Pendidikan
Indonesia dengandan atau Perkumpulan
Anggaran Pembina
Dasar sebagai berikutLembaga
:
BAB I PENDIRIAN
Pasal 1
(1) Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia, selanjutnya
disingkat YPLP PGRI didirikan dengan Akta Notaris Mohamad Ali Jakarta Nomor 21 tanggal 31
Maret 1980 yang berlaku surut mulai tanggal 1 Januari 1980 untuk waktu yang tidak ditentukan
lamanya.
(2) Anak Lembaga ini bemama Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan sampai dengan tahun
2002 dan kemudian berubah menjadi Perkumpulan Pembina Lembaga pendidikan (PPLP) yang
didirikan dengan akta notaris Lili Wijaya No. 1 tanggal 1 Agustus 2002 dan berubah kembali
menjadi YPLP pada tahun 2004, selanjutnya sampai dengan Musyawarah Kerja Nasional 2009
digunakan nama YPLP/PPLP. Ha! ini diperkuat dengan keputusan Pengurus Besar Persatuan
Guru Republik Indonesia Nomor 220/Org/PB/XX/2009 tanggal 22 Mei 2009.
Pasal 2
(1) YPLP/PPLP PGRI adalah anak lembaga sebagai pengemban misi PGRI dan menjadi
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari organisasi PGRI.
(2) Terkecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan negara, akte pendirian
YPLP/PPLP PGRl sebagai badan hukum dapat dipergunakan dan beriaku bagi semua
YPLP/PPLP PGRl di daerah-daerah.
(3) YPLP/PPLP Dikdasmen PGRl Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRl
dibenarkan memiliki Akta Notaris tersendiri dengan ketentuan tidak menyimpang atau
bertentangan dengan jiwa dan makna AD/ART YPLP/PPLP PGRl ini.
(4) Perubahan status Lembaga Pendidikan di lingkungan YPLP/PPLP PGRl harus mendapat
persetujuan YPLP/PPLP PGRl Pusat dan lebih lanjut diatur dalam ART.
Pasal 3
BAB II
Pasal 4
YPLP/PPLP PGRl berazaskan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 5
1. Melaksanakan program pembangunan nasional dalam bidang pendidikan dan kebudayaan
menuju terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Melaksanakan usaha pembangunan bangsa, khususnya upaya pelestarian jiwa, semangat
dan nilai-nilai 1945 kepada generasi penerus.
3. Membina dan atau menyelenggarakan lembaga pendidikan milik Persatuan Guru
Republik Indonesia, sebagai wadah kegiatan pendidikan yang mengemban misi dan
identitas Persatuan Guru Republik Indonesia dalam usaha pendalaman penghayatan,
pengamalan dan pelestarian jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945 kepada generasi penerus,
dan sebagai lembaga pengembangan ilmu, teknologi dan seni serta keterampilan yang
BAB III
USAHA-USAHA
Pasal 6
BAB IV
Pasal 7
1. YPLP/PPLP PGRl Pusat mencakup wilayah Republik Indonesia yang berkedudukan di
ibukota Negara.
2. YPLP/PPLP Dikdasmen PGRl Provinsi, mencakup wilayah provinsi, dan berkedudukan
di ibukota provinsi.
3. YPLP/PPLP Dikdasmen PGRl Kabupaten/Kota mencakup wilayah kabupaten, kota, atau
yang setingkat dengan itu dan berkedudukan di ibukota kabupaten/kota.
4. YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRl, adalah satuan Perguruan Tinggi PGRl
berkedudukan di provinsi, kabupaten/kota tempat Perguruan Tinggi PGRl itu berada.
(2) Ketentuan-ketentuan pokok dan tata cara pembentukan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRl
Provinsi, YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRl dan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRl
Kabupaten/Kota diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB V
Pasal 8
(1) Pengurus YPLP/PPLP PGRl pada semua jenjang, harus memenuhi tiga komponen
persyaratan yang merupakan satu kesatuan, yaitu syarat umum, syarat khusus dan syarat
profesional.
b. Telah membuktikan pengabdian dan partisipasinya dalam kegiatan organisasi PGRl.
1) Pemah menjabat dalam kepengurusan organisasi PGRI atau YPLP/PPLP PGRI sekurang-
kurangnya pada jenjang yang setingkat lebih rendah.
a) Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan Bendahara PB PGRI bagi Pengurus Pusat YPLP/PPLP
PGRI.
b) Ketua, Sekretaris umum dan Bendahara Pengurus PGRI Provinsi bagi Pengurus YPLP/PPLP
Dikdasmen PGRI Provinsi dan Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI.
c) Ketua, Sekretaris umum dan Bendahara Pengurus PGRI Kabupaten/Kota bagi Pengurus
YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota.
d) Pengurus Harian PGRI dan atau Pengurus YPLP/PPLP PGRI pada jenjang organisasi yang
setingkat lebih tinggi atau setingkat lebih rendah.
Pasal 9
1. Pengurus harian, terdiri dari unsur ketua, unsur sekretaris dan unsur bendahara.
2. Pengurus lengkap, terdiri dari unsur ketua, unsur sekretaris, unsur bendahara, dan
anggota.
1. Pengurus YPLP/PPLP Pusat diangkat, diberhentikan dan bertanggung jawab kepada
Pengurus Besar PGRI.
2. Pengangkatan dan pemberhentian Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI dilakukan
oleh Badan Pimpinan Organisasi PGRI sesuai dengan tingkatannya.
3. Pelantikan Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI dilaksanakan oleh badan pimpinan
organisasi sesuai dengan tingkatannya, dan dikukuhkan oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI
setingkat diatasnya.
4. Pengangkatan dan pemberhentian Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI
ditetapkan oleh badan pimpinan PGRI provinsi atas usul Pengurus YPLP/PPLP
Perguruan Tinggi PGRI bersangkutan.
5. Pelantikan Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dilaksanakan oleh badan
pimpinan PGRI provinsi dan dikukuhkan oleh YPLP/PPLP PGRI Pusat.
Pasal 10
(1) Kepengurusan YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang adalah 5 (lima) tahun sesuai dengan
masa bakti PGRI di tingkatnya masing-masing.
(2) Ketentuan tentang masa jabatan pengurus diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 11
(2) Pengurus YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang bersifat kolektif dan wajib mengadakan
kerjasama dengan Pengurus PGRI setempat sesuai tingkatannya.
Pasal 13
(1) Pendiri adalah seorang atau beberapa orang yang merintis berdirinya YPLP/PPLP PGRI,
satuan pendidikan dasar dan menengah, serta Perguruan Tinggi.
(2) Nama-nama pendiri sebagaimana dimaksud ayat (1) tercatum dalam akta pendirian.
(3) Hak dan wewenang pendiri diatur sesuai peraturan perundang-undangan yang beriaku.
BAB VI
FORUM ORGANISASI
Pasal 14
(2) Forum sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VII
BADAN PEMBINA
Pasal 15
(1) Badan Pimpinan Organisasi PGRI adalah Badan Pembina Pengurus YPLP/PPLP
Dikdasmen PGRI sesuai tingkatannya.
(2) Badan Pimpinan Organisasi PGRI Provinsi adalah Badan Pembina Pengurus
YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI.
Pasal 16
Wewenang, tugas dan tanggung jawab Badan Pembina diatur di dalam Anggaran Rumah
Tangga.
BAB VIII
KEKAYAAN
Pasal 17
Pasal 18
Wewenang, tugas dan tanggung jawab pemeriksaan kekayaan dan keuangan YPLP/PPLP PGRI
di semua jenjang pendidikan PGRI diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB IX
TAHUN BUKU
Pasal 19
(1) Tahun buku YPLP/PPLP PGRI dimulai pada awal bulan Januari sampai akhir bulan
Desember setiap tahun.
(2) Tahun buku satuan pendidikan Dikdasmen dimulai dan diakhiri berdasarkan tahun
pelajaran.
(3) Tahun buku Perguruan Tinggi dimulai dan diakhiri berdasarkan tahun akademik.
Pasal 20
Paling lambat dua bulan sejak penutupan tahun buku, dibuat pertanggungjawaban keuangan
YPLP/PPLP PGRI oleh Badan Pengurus.
BAB X
DISIPLIN ORGANISASI
Pasal 21
(1) Tindakan disiplin organisasi dikenakan kepada anggota Pengurus YPLP/PPLP PGRI di
semua jenjang dan pimpinan lembaga pendidikan PGRI di semua jenis dan tingkatan, termasuk
tenaga kependidikan yang telah melanggar AD/ART YPLP/PPLP PGRI serta ketentuan dan
peraturan YPLP/PPLP PGRI lainnya yang berlaku.
BAB X
PEMBUBARAN
Pasal 22
Pembubaran YPLP/PPLP PGRI hanya dapat dilakukan melalui forum organisasi tertinggi yang
disetujui oleh badan pimpinan PGRI dan telah memenuhi syarat-syarat sesuai AD/ART dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 23
BAB XI
Pasal 24
(1) Perubahan Anggaran Dasar dapat diadakan atas dasar keputusan Musyawarah Kerja
Nasional YPLP/PPLP PGRI.
(2) Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan berlaku
setelah ditelapkan dengan keputusan Pengurus Besar PGRI
BAB XII
PENUTUP
Pasal 25
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
(2) Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal disahkan oleh Pengurus Besar PGRI.
ANGGARAN RUMAHTANGGA
YAYASAN/PERKUMPULAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN PGRI
HASIL PENYEMPURNAAN MUSYAWARAH KERJA NASIONAL VII
BAB I
SUSUNAN PENGURUS DAN TATA CARA
Ketua
1. Ketua
2. Wakil Ketua
3. Sekretaris
4. Wakil Sekretaris
5. Bendahara
6. Empat orang anggota
1. Ketua
2. Wakil Ketua
3. Sekretaris
4.
5. Wakil Sekretaris
Bendahara
6. Dua orang anggota
1. Ketua
2. Wakil Ketua
3. Sekretaris
4. Wakil Sekretaris
5.
6. Bendahara
Empat orang anggota
dan atau sesuai dengan akta notaris di YPLP/PPLP PERGURUAN TINGGI PGRI setempat.
Pasal 2
(1) Masa jabatan Pengurus YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang adalah 5 (lima) tahun sesuai
dengan masa bakti PGRI di tingkatnya masing-masing dan dapat dipilih kembali.
(2) Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana tersebut dalam ayat (1) ada anggota Pengurus
berhalangan atau berhalangan tetap, sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya, Badan
Pimpinan PGRI berwenang menurut ketentuan Anggaran Dasar memberhentikan dan
mengangkat pengganti.
(3) Tidak menduduki jabatan lebih dari dua kali masa jabatan berturut-turut dalam jabatan yang
sama.
Pasal 3
Pasal 4
1. Pengurus YPLP/PPLP PGRI ditetapkan, diangkat dan bertanggung jawab kepada badan
pimpinan organisasi sesuai tingkatannya dan secara administrasi bertangung jawab
kepada Pengurus YPLP/PPLP PGRI setingkat di atasnya.
2. Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI ditetapkan, diangkat, dan bertanggung-
jawab kepada badan pimpinan organisasi sesuai tingkatannya.
3. Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI dikukuhkan oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI
setingkat diatasnya.
4. Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dikukuhkan oleh Pengurus YPLP/PPLP
PGRI Pusat.
Pasal 5
(1) Di dalam satu wilayah kabupaten/kota dapat dibentuk YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI
Kabupaten/Kota.
(2) Di dalam satu wilayah provinsi dapat dibentuk YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi.
(4) Pembentukan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dilakukan oleh badan pimpinan
PGRI Provinsi yang kemudian diajukan ke YPLP/PPLP PGRI Pusat untuk dikukuhkan.
Pasal 6
(1) Pembentukan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dilakukan oleh badan pimpinan
PGRI Provinsi bersama pendiri yang kemudian diusulkan ke YPLP/PPLP PGRI Pusat untuk
dikukuhkan.
BAB II
Pasal 7
(1) Personalia calon Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI diusulkan berdasarkan hasil
musyawarah dalam forum organisasi oleh Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI kepada badan
pimpinan PGRI sesuai tingkatannya.
(2) Badan pimpinan PGRI sesuai tingkatannya mempertimbangkan calon yang diajukan oleh
YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI berdasarkan syarat dan ketentuan AD/ART dan ketentuan lain,
selanjutnya menetapkan kepengurusan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI, dengan tembusan kepada
Pengurus YPLP/PPLP setingkat diatasnya.
(3) Personalia calon Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI diusulkan berdasarkan hasil
musyawarah dalam forum organisasi oleh Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI kepada
badan pimpinan PGRI Provinsi.
(4) Badan pimpinan PGRI Provinsi mempertimbangkan calon yang diajukan oleh YPLP/PPLP
PGRI berdasarkan syarat dan ketentuan AD/ART dan ketentuan lain, selanjutnya menetapkan
kepengurusan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI, dengan tembusan kepada Pengurus
YPLP/PPLP PGRI Pusat.
Pasal 8
(2) Pelantikan Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dilaksanakan oleh badan
pimpinan PGRI Provinsi dan dikukuhkan oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat.
(3) Pelantikan Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dilaksanakan oleh badan
pimpinan organisasi PGRI Provinsi, dan dikukuhkan oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat.
(4) Dalam pelantikan sebagaimana dimaksdud pada ayat¶ (1), (2) dan (3) pasal ini
dilaksanakan serah terima jabatan dan dibacakan memori serah terima.
(5) Segala urusan yang berhubungan dengan kekayaan organisasi dan keuangan telah
terlebih dahulu diselesaikan dan dipertanggungjawabkan.
Pasal 9
(2) Setiap dua belas bulan Pengurus YPLP/PPLP PGRI menyampaikan laporan kegiatan
kepada badan pimpinan PGRI sesuai tingkatannya.
(3) Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI bersama badan pimpinan PGRI secara periodik
menyampaikan program dan pertanggungjawaban dalam forum PGRI sesuai tingkatannya.
(4) Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI bersama badan pimpinan PGRI Provinsi
secara periodik menyampaikan program dan pertanggungjawaban dalam forum organisasi
kepada Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat.
BAB III
FORUM ORGANISASI
Pasal 10
(1) Musyawarah Kerja Nasional adalah forum tertinggi YPLP/PPLP PGRI diadakan setiap 5
(lima) tahun sekali.
(2) Musyawarah Kerja Nasional diselenggarakan oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat.
1. Menilai pelaksanaan tugas YPLP/PPLP PGRI Pusat selama masa bakti.
2. Menilai pelaksanaan program masa bakti yang lalu.
3. Menyusun program kerja untuk masa bakti berikutnya.
4. Menyempurnakan AD/ART YPLP/PPLP PGRI.
5. Mengajukan usul calon-calon anggota Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat masa bakti
berikutnya sebagai bahan pertimbangan PB PGRI.
(4) Musyawarah Kerja Nasional diikuti oleh Pengurus Besar PGRI, Pengurus YPLP/PPLP PGRI
Pusat, Pengurus PGRI Provinsi, Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi, Pengurus
YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dan Pimpinan Perguruan Tinggi PGRI, Pengurus
YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota.
(5) Tata kerja dan hal-hal lain menyangkut Musyawarah Kerja Nasional ditetapkan dalam
ketentuan tersendiri oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat.
Pasal 11
1. diusulkan oleh sekurang-kurangnya dua pertiga YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi
dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI; atau
2. diusulkan oleh seperdua YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP
Perguruan Tinggi PGRI yang disetujui oleh YPLP/PPLP PGRI Pusat bersama PB PGRI.
(2) Materi, tata kerja dan hal-hal lain yang menyangkut Musyawarah Kerja Nasional Luar
Biasa ditetapkan dalam ketentuan tersendiri oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat.
Pasal 12
(1) Rapat Kerja Nasional adalah forum organisasi di bawah Musyawarah Kerja Nasional.
(2) Rapat Kerja Nasional diadakan sekurang-kurangnya dua kali dalam satu masa bakti.
(3) Rapat Kerja Nasional diselenggarakan oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat.
(4) Rapat Kerja Nasional mempunyai tugas membahas teknis pelaksanaan keputusan
Musyawarah Kerja Nasional.
(5) Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh Pengurus Besar PGRI, Pengurus YPLP/PPLP PGRI
Pusat, utusan Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan Pengurus YPLP/PPLP
Perguruan Tinggi PGRI.
(6) Tata kerja dan hal-hal lain yang menyangkut Rapat Kerja Nasional ditetapkan tersendiri
oleh Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat.
Pasal 13
(2) Rapat Kerja Khusus diselenggarakan oleh semua jenjang kepengurusan YPLP/PPLP PGRI.
(3) Tata kerja dan hal-hal lain yang menyangkut Rapat Kerja Khusus ditetapkan tersendiri oleh
penyelenggara yang bersangkutan.
Pasal 14
(1) Rapat Kerja Daerah adalah forum tertinggi YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI tingkat Provinsi.
(3) Rapat Kerja Daerah diselenggarakan oleh Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi.
1. Menjabarkan program kerja hasil Musyawarah Kerja Nasional dan Rapat Kerja Nasional
Bidang Dikdasmen menjadi program kerja tahunan di daerah serta membahas teknis
pelaksanaannya.
2. Menilai pelaksanaan program kerja tahun sebelumnya serta menyusun program kerja
untuk tahun berikutnya.
(6) Rapat Kerja Daerah terakhir masa bakti kepengurusan, mengajukan usul calon-calon
anggota Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi masa bakti berikutnya untuk dibahas
dalam rapat seperti dimaksud pada Bab II Pasal 7 ayat (2) ART.
(7) Rapat Kerja Daerah dihadiri oleh Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi,
utusan Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota, Kepala Sekolah PGRI, utusan
Pengurus PGRI Provinsi, Pengurus PGRI Kabupaten/Kota dan utusan Pengurus YPLP/PPLP
PGRI Pusat.
(8) Tata kerja dan hal-hal lain yang menyangkut Rapat Kerja Daerah ditetapkan tersendiri
(1) Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI adalah musyawarah bersama
Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dengan Pimpinan PT PGRI.
(2) Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI diadakan sekali setahun.
(3) Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI diselenggarakan oleh
Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI.
(4) Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP Perguruan Tfiggi PGRI mempunyai tugas pokok :
1. Menjabarkan program kerja hasil Musyawarah Kerja Nasional dan Rapat Kerja Nasional
PT menjadi program kerja tahunan.
2. Menilai pelaksanaan program tahunan serta menyusun dan/atau menyempurnakan
program kerja untuk tahun berikutnya bagi YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dan PT
PGRI.
(5) Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dihadiri oleh Pengurus
YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI, Pimpinan PT PGRI, Pembina dan utusan YPLP/PPLP
PGRI Pusat
(6) Tata kerja dan hal-hal lain yang menyangkut Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP
Perguruan Tinggi PGRI ditetapkan tersendiri oleh Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi
PGRI.
Pasal 16
(1) Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP PGRI Pusat diadakan sekali setahun.
(2) Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP PGRI Pusat mempunyai tugas pokok :
(3) Rapat Kerja Tahunan YPLP/PPLP PGRI Pusat dihadiri oleh Pengurus Besar PGRI dan
Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat.
Pasal 17
{1) Pengurus YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang adalah badan pimpinan YPLP/PPLP PGRI
yang bersifat kolektif.
(2) Pengurus YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang mengadakan rapat sekurang-kurangnya sekali
tiap bulan.
(3) Rapat Pengurus dipimpin oleh Ketua dan apabila Ketua berhalangan oleh Wakil Ketua atau
Sekretaris.
(4) Rapat Pengurus dianggap sah, jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga)
anggota pengurus.
(5) Apabila tidak mencapai korum, maka rapat dapat ditunda paling lambat satu minggu dan
dalam rapat yang kedua ini dapat diambil keputusan tanpa mengingat korum.
(6) Semua keputusan diambil atas dasar musyawarah dan mufakat. Apabila keputusan atas
dasar musyawarah dan mufakat tidak dicapai, maka keputusan diambil dengan suara terbanyak.
BAB IV
Pasal 18
(2) Pengurus Besar PGRI selaku pembina mengangkat dan memberhentikan Pengurus
YPLP/PPLP PGRI Pusat.
(3) Pengurus Besar PGRI menetapkan kebijaksanaan umum pelaksanaan pendidikan dan
kebudayaan di lingkungan satuan pendidikan PGRI berdasarkan keputusan Kongres PGRI,
kebijaksanaan Pemerintah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan tugas
pembinaan sehari-hari untuk dan atas nama Pengurus Besar dilakukan oleh Ketua Umum atau
anggota Pengurus Besar yang ditugasinya.
(4) Rincian wewenang, tugas dan tanggung jawab pembina selain sebagaimana disebut pada
ayat (2) dan (3) adalah :
1. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap keuangan serta kekayaan YPLP/PPLP
PGRI Pusat.
2. Menegakkan disiplin organisasi.
3. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan keadaan dan perkembangan YPLP/ PPLP
PGRI Pusat kepada Konperensi Keja Nasional dan Kongres PGRI.
Pasal 19
2. Mengukuhkan:
1) Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi.
1. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan lembaga pendidikan PGRI.
2. Mengusulkan calon-calon Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat kepada Pengurus Besar
PGRI, dengan memperhatikan usul dan saran atau aspirasi Musyawarah Kerja Nasional.
(2) Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat bertugas :
4. Menghadiri :
f. Menyelenggarakan:
i. Menyelenggarakan dan menata administrasi lengkap dan tertib atas semua hal yang
menyangkut tugas serta tanggung jawab YPLP/PPLP PGRI Pusat, administrasi perencanaan,
administrasi personil/kepegawaian, administrasi keuangan da administrasi perlengkapan.
(3) Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
Pengurus Besar PGRI.
Pasal 20
(1) Pengurus PGRI Provinsi adalah pembina YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan
YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI.
(2) Pelaksanaan tugas pembinaan sehari-hari dilakukan oleh Ketua Pengurus PGRI Provinsi
atau anggota Pengurus PGRI Provinsi yang ditugasi untuk itu.
1. Mengamankan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Pengurus Besar PGRI dan
YPLP/PPLP PGRI Pusat yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi dan tugas
YPLP/PPLP PGRI;
2. Menetapkan, mengangkat, dan memberhentikan Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI
Provinsi dan Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI;
3. Memberikan pertimbangan atau rekomendasi kepada YPLP/PPLP Perguruan Tinggi
dalam pengangkatan pimpinan pada Perguruan Tinggi PGRI.
1. Membantu Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat dalam melaksanakan tugas pembinaan,
dan pengelolaan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan
Tinggi PGRI;
2. Melakukan pembinaan, memberikan saran dan pendapat untuk kelancaran tugas
YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI.
3. Mengadakan koordinasi dalam rangkakerjasama dan keterpaduan kegiatan serta program
antara YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI.
1. Melaporkan keadaan dan perkembangan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi serta
YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI kepada kongres/konferensi kerja nasional PGRI.
2. Secara periodik
Pengurus Besar dan atau
PGRI dansewaktu-waktu melaporkan
Pengurus YPLP/PPLP pelaksanaan
PGRI Pusat. tugasnya kepada
Pasal 21
4. Mengatur keseragaman sarana administrasi dan atribut lembaga pendidikan PGRI.
5. Mengadakan rapat pengurus sekurang-kurangnya sebulan sekali.
6. Menyelenggarakan Rapat Kerja Tahunan Provinsi
1. Mengatur kegiatan edukatif untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi
lembaga pendidikan PGRI di seluruh wilayah kerjanya.
2. h. Melakukan
Dikdasmen pembinaan,
PGRI pengelolaan
Kabupaten/Kota sertadan mewakili
lembaga kepentingan
pendidikan PGRIYPLP/PPLP
di tingkat
provinsi.
3. Memberikan dan mengkoordinasikan patksanaan tugas YPLP/PPLP Dikdasmen
Kabupaten/Kota dalam rangka pembinaan, pengelolaan dan pengembangan
lembaga pendidikan PGRI.
4. Secara periodik melakukan pemeriksaan terhadap keuangan dan kekayaan
YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota serta pemeriksaan terhadap
keuangan dan kekayaan lembaga pendidikan PGRI.
5. I. Melakukan musyawarah dengan Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI
Kabupaten/Kota untuk mengatur dan menetapkan alokasi dana kegiatan serta
pelaksanaan
program kerjatugas
dan YPLP/PPLP Dikdasmen
anggaran belanja PGRI Kabupaten/Kota
yang diajukan oleh YPLP/PPLP atas dasar
Dikdasmen
Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Keputusan Rapat Kerja Daerah.
6. Menyusun program kerja serta anggaran pendapatan dan belanja YPLP/PPLP
Dikdasmen PGRI Provinsi.
7. Menyelenggarakan dan menata tertib administrasi semua hal yang menyangkut
tugas dan tanggung jawab YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi, meliputi
administrasi perencanaan, administrasi personil atau kepegawaian, administrasi
keuangan dan administrasi perlengkapan.
8. Mengusahakan sumber-sumber dana dari luar lingkungan perkumpulan/lembaga
pendidikan PGRI.
9. Melaksanakan keputusan Rapat Kerja Nasional Bidang Dikdasmen.
(3) Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi bertanggung jawab:
Pasal 22
(3) Pengurus PGRI Kabupaten/Kota berwenang memberikan pertimbangan atas usul pendirian
lembaga pendidikan PGRI yang baru dan usul pengangkatan personalia calon pimpinan dan usul
pemberhentian pimpinan lembaga pendidikan PGRI.
1. Mengamankan kebijaksanaan Pengurus Besar PGRI dan YPLP/PPLP PGRI Pusat yang
berkaitan dengan pelaksanaan fungsi dan tugas YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI
Kabupaten/Kota.
2. Membantu Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dalam melaksanakan tugas
pembinaan dan pengelolaan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota.
3. Melakukan pembinaan, memberikan, saran dan pendapat untuk kelancaran dan ketertiban
pelaksanaan tugas YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/ Kota.
1. Secara periodik atau sewaktu-waktu menyampaikan laporan keadaan dan perkembangan
YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota kepada Pengurus PGRI Provinsi, dengan
tembusan kepada Pengurus YPLP/PPLP PGRI Provinsi, Pengurus YPLP/PPLP PGRI
Pusat.
2. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat-rapat
Pasal 23
c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala sekolah, guru tetap, kepala TU,
bendahara sekolah dan pegawai tetap.
b. Melakukan pengawasan sehari-hari terhadap pelaksanaan peraturan organisasi dan kegiatan
lembaga pendidikan PGRI.
c. Secara periodik dan atau sewaktu-waktu, mengadakan pertemuan konsultatif dengan Pembina
Kabupaten/Kota.
d. Menyelenggarakan dan menata semua hal yang menyangkut tugas serta tanggung jawab
YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota, meliputi administrasi perencanaan, administrasi
kepegawaian, administrasi keuangan dan administrasi perlengkapan.
1. Secara periodik atau sewaktu-waktu, menyampaikan laporan keadaan dan perkembangan
YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota serta lembaga pendidikan PGRI kepada
Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi, Pembina Kabupaten/Kota, dan rapat
Pengurus YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota.
2. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI
Provinsi.
Pasal 24
1. Mensahkan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB) Perguruan Tinggi
menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Perguruan Tinggi atas usulan Rektor,
Ketua, Direktur Perguruan Tinggi PGRI.
2. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian calon pengurus YPLP/PPLP Perguruan
Tinggi PGRI kepada badan pimpinan organisasi PGRI provinsi.
3. Menetapkan dan membementikan Rektor, Ketua, dan Direktur Perguruan Tinggi PGRI.
4. Memberikan pertimbangan kepada Pimpinan Perguruan Tinggi PGRI dalam rangka
pengangkatan dan pemberhentian :
1) Pegawai tetap dan dosen tetap pada Perguruan Tinggi ; atas usul
Rektor/Ketua/Direktur.
2) Pegawai tetap dan pegawai tidak tetap di YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI.
1. Memberikan direktiva dalam rangka kelancaran dan ketertiban pengelolaan dan
pengembangan Perguruan Tinggi PGRI.
2. Melakukan pengawasan sehari-hari terhadap pelaksanaan peraturan organisasi dan
kegiatan di Perguruan Tinggi PGRI.
3. Secara periodik dan atau sewaktu-waktu, melakukan pertemuan konsultatif dengan
Pembina Provinsi mengenai hal-hal yang prinsip.
4. Menyelenggarakan dan menata administrasi semua hal yang menyangkut tugas dan
tanggung jawab YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI, meliputi administrasi perencanaan,
administrasi kepegawaian, administrasi keuangan dan administrasi perlengkapan.
5. Mengusahakan sumber dana dari luar lingkungan YPLP/PPLP dan Perguruan Tinggi
PGRI.
6. Menyusun program kerja serta Anggaran Pendapatan dan Belanja YPLP/PPLP Perguruan
Tinggi PGRI.
7. Melakukan pemeriksaan keuangan dan kekayaan Perguruan Tinggi PGRI dan
melaporkan hasil pemeriksaannya kepada YPLP/PPLP PGRI Pusat.
8. Secara periodik sekurang-kurangnya sebulan sekali atau insidental mengadakan
pertemuan koordinatif dengan Pimpinan dan Staf Perguruan Tinggi PGRI.
9. Melaksanakan keputusan Rapat Kerja Nasional Bidang Perguruan Tinggi PGRI.
(3) Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI bertanggung jawab melaporkan keadaan dan
perkembangan Perguruan Tinggi PGRI kepada Pembina Provinsi, Pengurus YPLP/PPLP PGRI
Pusat, rapat Pengurus YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI secara periodik atau sewaktu-waktu.
BAB V
Pasal 25
(1) Hubungan antara Pengurus Besar PGRI dengan YPLP/PPLP PGRI Pusat adalah direktif,
koordinatif dan konsultatif.
(2) Hubungan antara Pengurus PGRI Provinsi dengan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI
Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI adalah pengawasan, koordinatif dan
konsultatif.
(3) Hubungan antara Pengurus PGRI Kabupaten/Kota dengan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI
Kabupaten/Kota adalah pengawasan, koordinatif dan konsultatif.
Pasal 26
Hubungan kerja antara YPLP/PPLP PGRI Pusat dengan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi
dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI adalah koordinatif dan konsultatif.
Pasal 27
Hubungan kerja antara YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dengan YPLP/PPLP Dikdasmen
PGRI Kabupaten/Kota adalah koordinatif dan pembinaan.
Pasal 28
(1) Hubungan kerja antara YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dengan Perguruan Tinggi
PGRI adalah direktif, administratif, pembinaan dan pengawasan.
(2) Hubungan kerja antara YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota dengan Lembaga
Pendidikan PGRI Tingkat Dikdasmen adalah direktif, administratif, pembinaan dan pengawasan.
Pasal 29
Hubungan kerja antara YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dengan YPLP/PPLP Dikdasmen
PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP PGRI Kabupaten/Kota adalah konsultatif, saling mendukung
dan menguntungkan.
Pasal 30
BAB VI
Pasal 31
Segala sesuatu mengenai kebijakan dan kepentingan penyelenggaraan lembaga pendidikan PGRI
yang berhubungan dengan instansi tingkat Pusat, menjadi tanggung jawab YPLP/PPLP PGRI
Pusat.
Pasal 32
(1) YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI wajib
menegakkan disiplin organisasi sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga, peraturan organisasi YPLP/PPLP PGRI lainnya serta peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(2) YPLP/PPLP PGRI Kabupaten/Kota, wajib menegakkan disiplin organisasi atas dasar
pelimpahan wewenang dari YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi.
Pasal 33
(1) Lembaga pendidikan Dikdasmen dalam wilayah provinsi, diurus dan menjadi tanggung
jawab YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi.
(2) Lembaga Perguruan Tinggi, diurus dan menjadi tanggung jawab YPLP/PPLP Perguruan
Tinggi PGRI yang bersangkutan dengan berkoordinasi dan berkonsultasi dengan YPLP/PPLP
PGRI Pusat.
(3) Lembaga pendidikan Dikdasmen dalam wilayah kabupaten/kota, diurus dan menjadi
tanggung jawab YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI kabupaten/kota dengan direktiva dari
YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi.
Pasal 34
Tata kerja termasuk pembagian tugas anggota Pengurus YPLP/PPLP PGRI pada tiap jenjang,
diatur oleh masing-masing jenjang kepengurusan.
Pasal 35
(1) Hubungan YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi, YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI
Kabupaten/Kota dengan satuan pendidikan PGRI tingkat Dikdasmen ditetapkan dalam Rapat
Kerja Daerah Provinsi dengan berpedoman pada keputusan Rapat Kerja Nasional Bidang
Dikdasmen.
(2) Hubungan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI dengan Perguruan Tinggi PGRI
ditetapkan dalam Rapat Kerja Nasional Bidang Perguruan Tinggi, sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
BAB VII
PIMPINAN SATUAN PENDIDIKAN PGRI
Pasal 36
(1) Masa jabatan kepala satuan pendidikan PGRI tingkat Dikdasmen (TK, SD, SMP,
SMA/SMK.SLB) adalah 4 (empat) tahun dan setelah itu dapat diangkat kembali, dengan
ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua) kali masa jabatan berturut-turut ditempat yang sama.
(2) Kepala satuan pendidikan yang mempunyai kinerja sangat baik dapat dipertimbangkan
untuk masa jabatan berikutnya.
Pasal 37
(1) Masa Jabatan Rektor dan Pembantu Rektor, Ketua dan Pembantu Ketua, Direktur dan
Pembantu Direktur Perguruan Tinggi PGRI adalah 4 (empat) tahun dan setelah itu dapat
diangkat kembali, dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua) kali masa jabatan berturut-
turut dalam jabatan yang sama.
(2) Masa jabatan Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas, Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan
pada Perguruan Tinggi PGRI adalah 4 (empat) tahun dan setelah itu dapat diangkat kembali,
dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2(dua) kali masa jabatan berturut-turut dalam jabatan
yang sama.
(3) Masa jabatan Pejabat pimpinan struktural lainnya dilingkungan Perguruan Tinggi, adalah 4
(empat) tahun dan setelah itu dapat diangkat kembali.
(4) Rektor, Ketua, Direktur pada Perguruan Tinggi yang sangat berprestasi, setelah menjabat 2
(dua) kali masa jabatan dapat dipertimbangkan untuk diangkat kembali, sebanyak-banyaknya 1
(satu) kali masa jabatan.
(5) Tata cara Pengusulan, Pengangkatan.dan Pemberhentian Pejabat seperti yang dimaksud
dalam ayat (1), (2), (3) dan (4) diatur dalam statuta Perguruan Tinggi.
BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 38
(1) Keuangan YPLP/PPLP PGRI diperoleh dari uang luran yang dipungut dari siswa dan
mahasiswa lembaga pendidikan PGRI, yang terdiri dari:
1. Uang iuran pembangunan pendidikan, yaitu uang yang dipungut dari tiap-tiap siswa dan
mahasiswa baru;
2. Uang sekolah/kuliah, yaitu uang yang dipungut dari siswa setiap
buian/mahasiswa setiap bulan atau semester.
3. Uang pendaftaran, yaitu uang administrasi yang dipungut dari tiap-tiap calon siswa dan
mahasiswa.
4. Jenis penerimaan lain yang sah untuk keperluan tertentu lembaga pendidikan PGRI yang
dipungut dari siswa dan mahasiswa.
(3) Bantuan beaipt. sumbangan atau hibah dari orang-orang yang menaruh perhatian
terhadap usaha YPLP/PPLP PGRI.
Pasal 39
a. YPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI, diterima oleh
masing-masing YPLP/PPLP PGRI;
b. Setiap satuan pendidikn yang memperoleh bantuan wajib melaporkan kepada YPLP/PPLP
PGRI.
(3) Bantuan berupa sumbangan atau hibah dan lain-lainnya dari orang-orang yang menaruh
perhatian terhadap usaha YPLP/PPLP PGRI yang diperuntukan bagi:
1. YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI
diterima oleh masing-masing YPLP/PPLP PGRI;
2. Satuan Pendidikan PGRI, diterima oleh YPLP/PPLP PGRI yang bersangkutan dan
diserahkan kepada lembaga pendidikan PGRI sesuai dengan maksud dan tujuan
sumbangan atau hibah tersebut.
Pasal 40
(1) Penggunaan keuangan uang iuran lembaga pendidikan PGRI Tingkat Dikdasmen diatur
sebagai berikut:
1. Uang iuran pembangunan pendidikan digunakan untuk biaya pembangunan dan
pemeliharaan prasarana/sarana lembaga pendidikan PGRI dengan mengutamakan
pemilikan tanah dan pembangunan gedung sekolah;
2. Uang iuran pembangunan pendidikan yang diterima oleh lembaga pendidikan PGRI yang
telah memiliki tanah dan gedung sendiri, sebagian dapat dipergunakan untuk membantu
lembaga pendidikan PGRI yang belum memiliki tanah dan gedung sendiri dan
pengaturannya dilaksanakan oleh YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi.
3. Uang pendaftaran dipakai untuk administrasi pendaftaran dan tata laksana lembaga
pendidikan PGRI;
4. Uang sekolah digunakan :
f) 40% untuk YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota kecuali bagi sekolah dengan
jumlah siswa di bawah 100 (seratus) orang.
(2) Penggunaan uang iuran Perguruan Tinggi PGRI diatur sebagai berikut:
a. Uang iuran pembangunan pendidikan digunakan untuk biaya pembangunan dan pemeliharaan
prasarana/sarana Perguruan Tinggi, dengan mengutamakan pemilikan tanah dan pembangunan
gedung kampus;
b. Uang pendaftaran digunakan untuk administrasi pendaftaran dan tatalaksana Perguruan
Tinggi,
c. Uang kuliah digunakan :
(3) Penggunaaan uang yang diterima dari sumber luar lembaga pendidikan PGRI
(bantuan/subsidi, hibah dsb) disesuaikan dengan maksud dan tujuan serta skala prioritas
kebutuhan.
(4) Penyerahan distribusi iuran sebagaimana diatur dalam ayat (1) huruf d butir 2 dan ayat (2)
huruf c butir 2 dilakukan setiap setiap bulan atau selambat-lambatnya setiap 3 (tiga) bulan.
Pasal 41
(1) Semua bentuk dan jenis penerimaan uang harus tercantum dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja tiap-tiap unit kerja yang telah disahkan sesuai dengan ketentuan organisasi
YPLP/PPLP PGRI dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja harus sudah diperhitungkan/ dimasukan kewajiban keuangan untuk
YPLP/PPLP PGRI.
(2) Semua bentuk dan jenis penerimaan dan pengeluaran uang harus dilakukan pembukuan
menurut tata pembukuan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Semua bentuk dan jenis penggunaan dan pengeluaran uang yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas serta kegiatan harus didasarkan atau berpedoman pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja yang telah ditetapkan oleh rapat Pengurus/ Pimpinan masing-masing unit.
(4) Pengeluaran uang tak terduga, di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja yang telah
ditetapkan harus dihindari atau diperkecil.
(5) Semua kekayaan yang berupa uang dan surat-surat berharga disimpan di bank atau kantor
Pos dan Giro terdekat atas nama sekolah untuk sekolah PGRI atau atas nama YPLP/PPLP
Perguruan Tinggi untuk Perguruan Tinggi PGRI.
(6) Setiap jenjang YPLP/PPLP PGRI dan satuan pendidikan PGRI mempunyai rekening di
bank terutama di Bank Pemerintah atau kantor Pos dan Giro terdekat. Untuk kelancaran
pelaksanaan dan pengawasan cukup pada satu bank atau kantor Pos dan Giro.
(7) Semua rekening, simpanan dan transaksi keuangan harus dilakukan untuk dan atas nama
organisasi YPLP/PPLP PGRI atau satuan pendidikan PGRI.
(8) Uang yang belum segera dipergunakan dalam jangka waktu lebih dari satu bulan yang
jumlahnya lebih dari Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) harus disimpan di bank atau kantor
Pos dan Giro.
(9) Sekurang-kurangnya sekali dalam tiga bulan pimpinan lembaga sesuai tingkatannya harus
mengadakan pemeriksaan keuangan. Hasil pemeriksaan dibuat tertulis untuk menjadi bahan
laporan.
(10) YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang, lembaga pendidikan PGRI tingkat Dikdasmen, dan
Perguruan Tinggi PGRI wajib menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban
keuangan yang lengkap secara tertulis menurut ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga pada setiap akhir tahun buku masing-masing.
Pasal 42
(1) Uang yang diterima oleh satuan pendidikan PGRI darI siswa dan mahasiswa serta sumber
lain yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja dan telah disahkan,
pengelolaannya menjadi tanggung jawab satuan pendidikan PGRI.
(2) Uang iuran dari lembaga pendidikan PGRI yang diterima oleh YPLP/PPLP Dikdasmen
PGRI Kabupaten/Kota, dan sumbangan Iain-Iain, serta bantuan dari YPLP/PPLP Dikdasmen
PGRI Provinsi, pengelolaannya menjadi tanggung jawab Pengurus YPLP atau PPLP Dikdasmen
PGRI Kabupaten/Kota.
(3) Uang iuran dari lembaga pendidikan PGRI yang diterima oleh YPLP/PPLP Dikdasmen
PGRI Provinsi, dan sumbangan Iain-Iain, pengelolaannya menjadi tanggung jawab Pengurus
YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi.
(4) Uang iuran dari Perguruan Tinggi PGRI yang diterima oleh YPLP/PPLP Perguruan Tinggi
PGRI, dan sumbangan Iain-Iain, pengelolaannya menjadi tanggung jawab Pengurus YPLP/PPLP
Perguruan Tinggi PGRI .
(5) Uang iuran dari YPLP/PPLP PGRI Dikdasmen PGRI Provinsi dan dari YPLP/PPLP
Perguruan Tinggi dan sumbangan Iain-Iain, yang diterima oleh YPLP/PPLP PGRI Pusat,
pengelolaannya menjadi tanggung jawab Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat.
BAB IX
PERLENGKAPAN
Pasal43
Semua prasarana dan sarana berupa tanah, bangunan, perlengkapan dan peralatan yang menjadi
milik YPLP/PPLP PGRI disemua jenjang termasuk yang berada di lembaga pendidikan PGRI
wajib dirawat dan diinventarisasikan dengan sebaik-baiknya.
Pasal 44
Guna menunjang pelaksanaan tugas, YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang dan lembaga
pendidikan PGRI perlu memiliki ruang kantor serta perlengkapan sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 45
Ketatausahaan kantor YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang dan lembaga pendidikan PGRI
dikelola dan ditata sebaik-baiknya.
BAB X
LAPORAN
Pasal 46
(1) Pengurus YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang membuat laporan tertulis tentang keadaan
dan kegiatan organisasi kepada YPLP/PPLP PGRI setingkat di atasnya dengan tembusan kepada
pembina, setiap 6 (enam) bulan sekali.
(2) Pengurus YPLP/PPLP PGRI di semua jenjang membuat laporan tertulis tentang keadaan
dan kegiatan organisasi kepada YPLP/PPLP PGRI setingkat di atasnya dengan tembusan kepada
pembina setiap akhir tahun buku.
Pasal 47
(1) YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Kabupaten/Kota tiap semester dalam satu tahun ajaran
yang bersangkutan mengirimkan laporan tertulis keadaan/ perkembangan lembaga pendidikan
PGRI yang ada di wilayahnya kepada YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dengan tembusan
kepada Pembina Kabupaten/Kota.
(2) YPLP/PPLP Dikdasmen PGRI Provinsi dan YPLP/PPLP Perguruan Tinggi PGRI tiap
semester dalam satu tahun ajaran/akademik yang bersangkutan mengirimkan laporan tertulis
(3) Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat tiap akhir tahun ajaran mengirimkan laporan tertulis
tentang keadaan/perkembangan lembaga pendidikan PGRI kepada Pengurus Besar PGRI,
(5) Lembaga Pendidikan PGRI wajib memberikan laporan tentang hal-hal yang khusus
mengenai lembaganya kepada :
BAB XI
PENGAWASAN
Pasal 48
(1) Untuk mencapai semua tujuan YPLP/PPLP PGRI secara hirarkis membentuk Badan
Pengawas yang diangkat oleh badan pimpinan organisasi atas usul Pengurus YPLP/PPLP pada
tingkatnya, dengan tugas sesuai tugas badan pengawas yang diatur dalam Undang-undang Rl
Nomor 16 Tahun 2001 j.o Undang-Undang Rl Nomor: 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan.
(2) YPLP/PPLP PGRI secara hirarkis wajib melaksanakan pengawasan dan bimbingan serta
pembinaan secara terus menerus.
(3) Pelaksanaan pengawasan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan, sedang laporan
tertulis hasil pengawasan disampaikan secara hirarkis.
BAB XII
DISIPLIN ORGANISASI
Pasal 49
(1) Tindakan disiplin organisasi dikenakan kepada anggota Pengurus YPLP/PPLP PGRI di
semua jenjang dan pimpinan lembaga pendidikan PGRI di semua jenis dan tingkatan, termasuk
tenaga kependidikan yang melanggar AD/ART YPLP/PPLP PGRI serta ketentuan dan peraturan
(3) Tindakan disiplin seperti dimaksud pada ayat (2) di atas dilakukan oleh Penguais
YPLP/PPLP PGRI sesuai dengan jenjang kewenangan yang ditentukan dalam AD/ART
YPLP/PPLP PGRI serta ketentuan dan peraturan YPLP/PPLP PGRI yang berlaku.
(4) Dalam hal dilakukan pemberhentian sementara, maka masa pemberhentian sementara itu
berlaku paling lama 6 (enam) bulan sejak dikeluarkan surat keputusan pemberhentian. Sesudah
jangka waktu tersebut harus ditentukan apakah pemberhentian sementara dicabut, atau
dilanjutkan dengan pemberhentian tetap.
(6) Barang siapa yang dianggap bersalah diberikan kesempatan membela diri disertai dengan
pembuktian yang sah
.BAB XIII
Pasal 50
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh
Pengurus YPLP/PPLP PGRI Pusat.
Pasal 51
Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal disahkan oleh Pengurus Besar PGRI.