Penulis:
Tim GTK DIKMEN DIKSUS
Copyright © 2021
Direktorat GTK Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kata Sambutan
Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci
keberhasilan belajar peserta didik. Guru profesional adalah guru yang kompeten
membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan
pendidikan yang berkualitas dan berkarakter Pancasila yang prima. Hal tersebut
menjadikan guru sebagai komponen utama dalam pendidikan sehingga menjadi
fokus perhatian Pemerintah maupun Pemerintah Daerah dalam seleksi Guru
Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak
(PPPK).
Seleksi Guru ASN PPPK dibuka berdasarkan pada Data Pokok Pendidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengestimasi bahwa kebutuhan guru
di sekolah negeri mencapai satu juta guru (di luar guru PNS yang saat ini
mengajar). Pembukaan seleksi untuk menjadi guru ASN PPPK adalah upaya
menyediakan kesempatan yang adil bagi guru-guru honorer yang kompeten agar
mendapatkan penghasilan yang layak. Pemerintah membuka kesempatan bagi:
1). Guru honorer di sekolah negeri dan swasta (termasuk guru eks-Tenaga
Honorer Kategori dua yang belum pernah lulus seleksi menjadi PNS atau PPPK
sebelumnya. 2). Guru yang terdaftar di Data Pokok Pendidikan; dan Lulusan
Pendidikan Profesi Guru yang saat ini tidak mengajar.
Seleksi guru ASN PPPK kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dimana
pada tahun sebelumnya formasi untuk guru ASN PPPK terbatas. Sedangkan
pada tahun 2021 semua guru honorer dan lulusan PPG bisa mendaftar untuk
mengikuti seleksi. Semua yang lulus seleksi akan menjadi guru ASN PPPK
hingga batas satu juta guru. Oleh karenanya agar pemerintah bisa mencapai
target satu juta guru, maka pemerintah pusat mengundang pemerintah daerah
untuk mengajukan formasi lebih banyak sesuai kebutuhan.
Untuk mempersiapkan calon guru ASN PPPK siap dalam melaksanakan seleksi
guru ASN PPPK, maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK)
mempersiapkan modul-modul pembelajaran setiap bidang studi yang digunakan
sebagai bahan belajar mandiri, pemanfaatan komunitas pembelajaran menjadi
hal yang sangat penting dalam belajar antara calon guru ASN PPPK secara
mandiri. Modul akan disajikan dalam konsep pembelajaran mandiri menyajikan
Iwan Syahril
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Modul
Belajar Mandiri bagi Calon Guru Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK) untuk 25 Bidang Studi (berjumlah
39 Modul). Modul ini merupakan salah satu bahan belajar mandiri yang dapat
digunakan oleh calon guru ASN PPPK dan bukan bahan belajar yang utama.
Seleksi Guru ASN PPPK adalah upaya menyediakan kesempatan yang adil
untuk guru-guru honorer yang kompeten dan profesional yang memiliki peran
sangat penting sebagai kunci keberhasilan belajar peserta didik. Guru profesional
adalah guru yang kompeten membangun proses pembelajaran yang baik
sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan berkarakter
Pancasila yang prima.
Sebagai salah satu upaya untuk mendukung keberhasilan seleksi guru ASN
PPPK, Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar pada tahun
2021 mengembangkan dan mengkurasi modul Pendidikan Profesi Guru
(PPMenmbangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), Peningkatan Kompetensi
Pembelajaran (PKP), dan bahan lainnya yang relevan sebagai salah satu bahan
belajar mandiri.
Modul Belajar Mandiri bagi Calon Guru ASN PPPK ini diharapkan dapat menjadi
salah satu bahan bacaan (bukan bacaan utama) untuk dapat meningkatkan
pemahaman tentang kompetensi pedagogik dan profesional sesuai dengan
bidang studinya masing-masing.
Terima kasih dan penghargaan yang tinggi disampaikan kepada pimpinan Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK) yang telah mengijinkan stafnya dalam menyelesaikan Modul Belajar
Mandiri bagi Calon Guru ASN PPPK. Tidak lupa saya juga sampaikan terima
kasih kepada para widyaiswara dan Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP)
di dalam penyusunan modul ini.
Semoga Modul Belajar Mandiri bagi Calon Guru ASN PPPK dapat memberikan
dan mengingatkan pemahaman dan keterampilan sesuai dengan bidang
studinya masing-masing.
DAFTAR ISI
Kata Sambutan...................................................................................................................ii
Kata Pengantar..................................................................................................................iv
Pendahuluan......................................................................................................................1
A. Deskripsi Singkat........................................................................................................1
B. Peta Kompetensi........................................................................................................1
C. Ruang Lingkup............................................................................................................3
D. Petunjuk Belajar.........................................................................................................3
Pembelajaran 1. K3 Pada Konstruksi Bangunan.................................................................5
A. Kompetensi............................................................................................................5
B. Indikator Pencapaian Kompetensi..........................................................................5
C. Uraian Materi.........................................................................................................6
1. Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)...................................................6
2. Dasar Hukum K3................................................................................................8
3. Tujuan K3LH Menurut Suma’mur (1992)............................................................8
D. Latihan Soal/ Kasus...............................................................................................38
E. Rangkuman..........................................................................................................40
Pembelajaran 2. Konstruksi Jalan.....................................................................................41
A. Kompetensi..........................................................................................................41
B. Indikator Pencapaian Kompetensi........................................................................41
C. Uraian Materi.......................................................................................................41
1. Jenis Jenis Konstruksi Jalan...............................................................................41
2. Macam Macam Konstruksi Jalan......................................................................45
3. Struktur Konstruksi Jalan.................................................................................48
1. Perawatan Jalan...............................................................................................52
4. Kerusakan Jalan................................................................................................61
D. Latihan Soal / Kasus..............................................................................................73
E. Rangkuman..........................................................................................................76
Pembelajaran 3. Irigasi.................................................................................................77
A. Kompetensi......................................................................................................77
B. Indikator Pencapaian Kompetensi....................................................................77
C. Uraian Materi...................................................................................................77
1. Jenis Jenis Irigasi...............................................................................................77
2. Klasifkasi Jaringan Irigasi..................................................................................81
3. Perencanaan Jaringan Irigasi............................................................................83
4. Bangunan Utama Dan Bendung.......................................................................85
5. Konsep Dasar Operasi Dan Pemeliharaan........................................................88
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Gambar 1. 1 Rambu Rambu......................................................................................32
Gambar 3. 3 Pancaran...............................................................................................90
Pendahuluan
A.Deskripsi Singkat
Secara garis besar, Modul Konstruksi dan Perawatan Jalan,Irigasi dan Jembatan
ini akan menguraikan materi tentang: kesehatan dan keselamatan kerja (K3LH);
pengertian dan definisi K3LH, dasar hukum K3,tujuan K3 dan kecelakaan
konstruksi; komunikasi ditempat kerja; yang harus dikuasai sehubungan dengan
pekerjaan dibidang Perawatan Jalan,Irigasi dan Jembatan. Adanya modul ini
diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada Calon Guru Aparatur Sipil
Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK). untuk
lebih mandiri dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan pada Kompetensi
Perawatan Jalan,Irigasi dan Jembatan.
Selain modul ini, Calon Guru Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kontrak (PPPK) dapat menggunakan berbagai referensi lain,
baik buku kecantikan maupun media lainnya untuk dijadikan acuan dalam
mengembangkan diri, berinovasi dan berkreasi dalam bidang Perawatan
Jalan,Irigasi dan Jembatan.
B. Peta Kompetensi
Modul belajar mandiri ini dikembangkan berdasarkan model kompetensi guru.
Kompetensi tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa indikator. Target
kompetensi menjadi patokan penguasaan kompetensi oleh Guru Aparatur Sipil
Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK). Untuk
dapat menjelaskan pengetahuan dan menunjukan keterampilan yang berkaitan
dengan kompetensi Perawatan Jalan,Irigasi dan Jembatan dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini.
Tabel 1. Peta Kompetensi
K3LH
terjadi
Konstruksi Jalan
3. Mengidentifikasikan komponen-
komponen dari
Konstruksi jalan
Konstruksi jalan
Konstruksi jalan
3. Mengidentifikasikan komponen-
komponen dari Jembatan
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi pada bahan belajar mandiri bagi Guru Aparatur Sipil
Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK) ini
disusun dalam dua bagian besar, bagian pertama adalah pendahuluan dan
bagian berikutnya adalah pembelajaran – pembelajaran.
Bagian Pendahuluan berisi Deskripsi Singkat, Peta Kompetensi yang diharapkan
dicapai setelah pembelajaran, Ruang Lingkup, dan Petunjuk Belajar. Bagian
Pembelajaran terdiri dari lima bagian, yaitu bagian Kompetensi, Indikator
Pencapaian Kompetensi, Uraian Materi, Latihan Soal/Kasus yang berada di
latihan soal di LMS, dan Rangkuman. Latihan/Kasus akan diberikan kunci dan
pembahasan di bagian lampiran bahan belajar mandiri. Bahan belajar mandiri
diakhiri dengan Penutup, Daftar Pustaka, dan Lampiran.
D. Petunjuk Belajar
1. Buku ini dapat digunakan untuk belajar secara mandiri atau secara
berkelompok.
A. Kompetensi
Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran ini, Anda
diharapkan dapat:
C. Uraian Materi
1) Suma’mur, 1992
Secara filosofi; kesehatan dan keselamatan kerja (K3) diartikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun rohani tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya
menuju masyaratkat adil dan makmur.
Kesehatan dan keselamatan kerja diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan
penerapanya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau Occupational Safety and Health adalah
penigkatan dan pemelihara derajat tertinggi semua pekerjabaik secara fisik,
mental dan kesejahteraan sosial disemua jenis pekerjaan,mencegah terjadinya
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan melindunggi pekerja pada
setiap dari risiko yang timbul dari faktor-faktor yang dapat mengganggu
kesehatan, menempatkan dan memilihara pekerjadi lingkungan kerja yang
sesuai dengan kondisi fisologis dan dan psikologi pekerja dan untuk menciptakan
kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerjaan setiap orang dengan tugasnya.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah aplikasi ilmu dalam mempelajari risiko
keselamatan kerja manusia dan properti baik dalam ndustri maupun bukan.
Kesehatan dan keselamatan kerja multidisplin ilmuterdiri atas fisika, kimia, biologi
dan perilaku dengan aplikasi. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa perbedaan definisi mengarah pada perlindungan kesehatan,
sejahteraan masyarakat pekerja melalui uapaya yang dapat menguntungkan
bagi pekerja dan dapat menciptakan kenyaman di lingkungan kerja seutuhnya.
Pada awal dan akhir sasaranya terletak pada perlindungan buat bagi pekerja.
Sebagai contoh adalah ILO, WHO dan OSHA yaitu membahas tentang
perlindungan pekrjaan melalui penegakan keadilan lingkungan fisik, kimia,
biologi, dan ergonomi psikologi yang dapat mengganggu yang dapat
mengganggu status kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Dasar Hukum K3
2) Sejarah K3LH
1) Zaman Prasejarah
Pada zaman ini yang sebut sebagai zaman batu dan goa dimana manusia belum
mengenal tulisan. Zaman tersebut adalah zaman Paleolitkum dan Neolitikum
manusia hidup pada zaman ini ditandai dengan pembuatan kapak dan tombak
yang mudah untuk digunakan serta tidak membahayakan bagi mereka saat
digunakan. Bentuk tombak dan kapak yang dibuat umumnya mempunyai bentuk
yang besar pada mata kapak atau ujung tombak untuk menggunakan kapak atau
tombak tersebut tidak memerlukan tenaga yang besar karena dengan sedikit
ayunan momentum yang dihasilkan cukup besar. Bentuk dan ukuran yang paling
kecil pada pegangan dimaksudkan untuk tidak membahayakan pemakai saat
mengayunkan kapak tersebut.
Pada zaman ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agaraman
dan tidak membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada masa ini pada
Pada zaman Mesir kuno yang dikenal sebagai negara yang mempunyai raja
yang sangat tidak suka akan kehadiran seorang putera atau bayi laki-laki. Jika
ada bayi laki-laki yang lahir maka akan dibunuhnya. Siapakah raja itu tentunya
kita sudah mengenalnya yaitu raja Fir’aun, saat masa semua para pekerja telah
dipaksakan untuk dan melibatkan banyak orang sebagai tenaga kerja.
Pada 1500 SM khususnya pada Raja Ramses II melakukan pekerjaan ke Laut
Merah yang terletak di sebelah timur kota Jeddah. Pembangaunan terusan dari
mediterania ke Laut Merah yang disebut dengan terusan Suez yang membelah
Benua Asia dan Benua Afrika dengan panjang kurang lebih 163 km, dan
resmidibuka pada 17 November 1869. Disamping Raja Ramses II juga meminta
para pekerja untuk membangunan Temple (Candi) Rameuseum untuk menjaga
agar pekerjaanya lancar. Raja Ramses II menyediakan tabib serta pelayan untuk
menjaga kesehatan para pekerja. Hal ini terindikasi bahwa pada saat Raja
Fir’aun dan khususnya Raja Ramses II memberikan perlindungan berupa
Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada para pekerjanya.
5) Zaman Romawi
6) Abad Pertengahan
a. Partikel uap air atau zat lain yang melayang di udara dan terlihat sepertiawan,
asap, dll.
b. Zat gas pada suhu di bawah suhu kritisnya Bandingkan gas.
c. Suatu zat yang berada dalam kondisi gas pada suhu di bawah titik didihnya.
d. Langka sesuatu yang fantastis yang tidak memiliki substansi atau permanen.
e. Untuk menguap atau menyebabkan penguapan; menguap
f. Vapour merupakan uap air yang melayang di udara berbetuk atau terlihat
seperti awan, asap atau yang bersifat polusi.
7) Abad Ke-16
Pada abad ke-16 salah satu toko yang terkenal adalah philipus Aureolus
Theopratus Bombastus Von Hoheinheim atau atau yang kemudian lebih dikenal
dengan sebutan Paracelsus mulai memperkenalkan penyakit akibat kerja
terutama penyakit yang dialami oleh pekerja tambang. Pada era iniseorang ahli
yang bernama Agricola dalam bukunya yang berjudul De ReMetallica bahkan
sudah melakukan upaya pengendalian bahaya Timbal (Pb) di pertambangan
dengan menerapkan prinsip Ventilasi.8. Abad ke-18
Pada masa ini seorang ahli K3 bernama Bernardino Ramazzini (1664-1714) dari
universitas Modena di Italia, Menulis dalam Bukunya yang terkenal: Discouse On
The Diseases Of Workers (Buku Klasik ini masih sering dijadikan referensi oleh
ahli K3 sampai sekarang). Pada zaman ini dokter-dokter jarang yang melihat
hubungan antara pekerja dan penyakit sehingga selalu ada kalimat yang diingat
pada saat dia mendiagnosa seseorang WhatIs Your Occopation? Ramazzini
melihat bahwa ada dua faktor besar yang menyebabkan penyakit akibat kerja
yaitu bahaya yang ada dalam bahan-bahan yang digunakan ketika bekerja
adanya gerakan-gerakan janggal yang dilakukan oleh para pekerja ketika bekerja
(Egonomic Factors)
Sejak era revolusi industri sampai pada pertengahan abad ke-20 penggunaan
teknologi semakin berkembang sehingga K3 juga mengikuti perkembangan ini.
Perkembangan pembuatan alat pelindung diri, safety devicess (perangkat
keamanan) dan interlock dan alat-alat pengaman lainya juga turut berkembang.
Pada zaman ini dibahas lebih khusus ke industri atau perusahaan yang
membutuhkan karyawan dan menaati peraturan K3.
Perkembangan K3 pada masa yang akan datang tidak hanya difokuskan pada
permasalahan K3 yang ada sebatas di lingkungan industri dan pekerja.
Perkembagan K3 mulai menyentuh aspek-aspek yang sifatnya publik untuk
masyarakat luas. Penerapan aspek-aspek K3 mulai menyetuh segala sektor
aktivitas kehidupan dan lebih bertujuan untuk menjaga harkat dan martabat
manusia serta menerapan hak asasi manusia demi terwujudnya kualitas hidup
yang tinggi.
Upaya ini tentu saja lebih banyak berorientasi kepada aspek perilaku manusia
yang merupakan perwujudan aspek-aspek K3. Pada era mendatang
mempersiapkan diri untuk menerima segala perubahan yang terkait dengan K3,
sebagai perwujudan kepedulian terhadap perlindungan tenaga kerja/karyawan.
masa penjajahan Jepang, masa kemerdekaan, ordelama, orde baru dan orde
reformasi. Perkembangan K3 di Indonsia sampai sekarang ini lebih diperhatikan
hal itu dikarenakan oleh sumber daya manusia yang memadai, banyaknya
tenaga kerja atau buruh, mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja.
Seperti halnya sejarah K3 di Indonesia juga tidak tau secara pasti perkembangan
K3 pada abad ke-17 atau pada masa kerajaan. Namun demikian bahan alamiah
yang digunakan sebagai obat untuk prajurit yang terluka dan pengenalan
beberapa bahan toksikan alamiah untuk senjata merupakan awal pengenalan
K3. Pengenalan K3 pada abad ke-17 bermula pada pengobatan tradisional
terhadap prajurit ketika terluka pada saat berperang atau setelah berperang. .
Pada masa ini tidak di ketahui pasti tentang adanya K3 atau tidak. Pada masa ini
bisa dikatakan tidak ada perkembangan K3.
Pada masa kemerdekaan ini ditandai dengan adanya dasar hukum yang jelas
berdirinya sebuah negara, yaitu UUD 1945. Pada pasal 27 ayat 2 UU yang
menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi manusia ini mengandung pengertian bahwa
pekrjaan yang dilakukan harus sesuai dengan norma-norma kemanusiaan,
termasuk juga adanya jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Sudah jelas
Pada masa ini pemerintah Indonesia mulai memberi perhatian yang lebih besar
terhadap ketenagakerjaan terutama pentinya upaya K3. Pada 1957 Departemen
Perburuhan dan Jawatan Keselamatan Kerja yaitu dengan UU No14 Tahun 1969
tentang Ketenagakerjaan. Kemudian pada tanggal 12 Januari1970, lahirlah
Undang-Undang Keselamatan Kerja. Pada masa ini juga terdiri beberapa
lembaga yang bergerak di bidang K3 yaitu Dinas Higiene Perusahaan dan
Sanitasi Umum, dan berbagai seminar tentang Higiene perusahaan.
Di lihat dari istilah Higiene yang dipakai penekananya lebih pada lingkungan
kerja dan kesehatan pekerja, unsur keselamatan kerja belum menonjol.
Tanggung jawab dalam pelaksanaan K3 lebih besar pada Departemen Tenaga
Kerja, meskipun pada awal tahun 2000-an yaitu 2003 K3mulai mendapat
perhatian dari Departemen Kesehatan. Mulai berkembang K3 berbasis
manajemen dengan adanya sistem manajemen K3. Dapat diperhatiakan bahwa
perkembangan K3 sudah lebih baik pada tahun 2003.
Pada masa ini seiring dengan semangat otonomi daerah maka pemerintah
terhadap K3 yang selama ini menjadi tanggung jawab pemerintah pusat,
pemerintah daerah pun memiliki kewajiban untuk memberikan jaminan K3.
Semua tempat kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan dan keselamatan
kerja. K3 mulai berkembang tidak hanya diperusahaan namun juga ditempat
kerja lain, misalnya rumah sakit. Perkembangan K3 di dunia yang menekankan
manajemen juga banyak berkembang disini, mulai mengikuti standar
internasional.
3) Prinsip K3LH
2) Beban kerja
Beban kerja meliputi meliputi beban kerja fisik dan mental yang dirasakan oleh
pekerja dalam melakukan pekerjaanya. Beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang juga dapat
berpengarauh terhadap perilaku dan hasil kerjanya.
3) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja adalah lingkungan tempat kerja dan lingkungan pekerja
sebagai individu atau lingkungan di luar tempat kerja. Pengertian dari lingkungan
kerja adalah faktor-faktor di lingkungan tempat bekerja tersebut yang dapat
menimbulkan ganguan kesehatan pekerja.
4) Ciri-Ciri K3LH
Pasal 4
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan
bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan
dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
2. Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu
kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang
1. Jamur.
2. Virus.
3. Bakteri.
4. Tanaman.
5. Binatang.
Faktor Bahaya Kimia
1. Bahan/Material/Cairan/Gas/Debu/Uap Berbahaya.
2. Beracun.
3. Reaktif.
4. Radioaktif.
5. Mudah Meledak.
6. Mudah Terbakar/Menyala.
7. Iritan.
8. Korosif.
8. Konstruksi (Infrastruktur).
9. Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat.
10. Ruangan Terbatas (Terkurung).
11. Tekanan.
12. Kebisingan.
13. Suhu
14. Cahaya.
15. Listrik.
16. Getaran.
17. Radiasi
Faktor Bahaya Biomekanik
1. Gerakan Berulang.
2. Postur/Posisi Kerja.
3. Pengangkutan Manual.
4. Desain tempat kerja/alat/mesin.
Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila
berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan suatu fungsi.
Penilaian Resiko merupakan hasil kali antara nilai frekuensi dengan nilai keparahan
suatu resiko. Untuk menentukan kagori suatu resiko apakah itu rendah, sedang, tinggi
ataupun ekstrim dapat menggunakan metode matriks resiko seperti pada tabel matriks
resiko di bawah :
Tabel Matriks
Resiko Keparahan
Sangat Sangat
Ringan Sedang Berat
Ringan Berat
Tabel di bawah merupakan contoh parameter keparahan dari tabel matriks resiko :
Kategori
Contoh Parameter I Contoh Parameter II
Keparahan
Dari representasi di atas, maka dapat kita tentukan langkah pengendalian resiko
yang paling tepat berdasarkan 5 (lima) hirarki pengendalian resiko/bahaya K3.
8. Tujuan K3 adalah :
a. Untuk membuat lingkungan selamat
b. Untuk membuat pekerjaan selamat
c. Untuk membuat pekerja merasa aman
d. Zero accident
e. A,B ,C dan D benar semua
E. Rangkuman
C. Uraian Materi
Meningkatnya kemacetan pada jalan perkotaan maupun jalan luar kota yang
diakibatkan bertambahnya kepemilikan kendaraan, terbatasnya sumber daya
untuk pembangunan jalan raya, dan belum optimalnya pengoperasian fasilitas
lalu lintas yang ada, merupakan persoalan utama di banyak negara. Telah diakui
bahwa usaha benar diperlukan bagi penambahan kapasitas, dimana akan
diperlukan metode efektif untuk perancangan dan perencanaan agar didapat nilai
a) Klasifikasi Jalan
Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan
Arteri Sekunder adalah :
1) Kecepatan rencana > 30 km/jam.
2) Lebar jalan > 8,0 m.
3) Kapasitas jalan lebih besar atau sama dari volume lalu lintas rata-rata.
4) Tidak boleh diganggu oleh lalu lintas lambat.
2. Jalan Kolektor
Jalan Kolektor Primer adalah ruas jalan yang menghubungkan antar kota kedua
dengan kota jenjang kedua, atau kota jenjang kesatu dengan kota jenjang ketiga.
(R. Desutama. 2007)
Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan
Kolektor Primer adalah :
1) Kecepatan rencana > 40 km/jam.
2) Lebar badan jalan > 7,0 m.
3) Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata.
4) Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana dan
kapasitas jalan tidak terganggu.
5) Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalu lintas lokal.
6) Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki daerah kota.
Jalan Kolektor Sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder lainnya atau menghubungkan
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan
Kolektor Sekunder adalah :
1) Kecepatan rencana > 20 km/jam.
2) Lebar jalan > 7,0 m.
3. Jalan Lokal
Jalan Lokal Primer adalah ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan persil, kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan
kota jenjang ketiga lainnya, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang di
bawahnya. (R. Desutama, 2007)
Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan
Lokal Primer adalah :
1) Kecepatan rencana > 20 km/jam.
2) Lebar badan jalan > 6,0 m.
4. Jalan Lingkungan
Jalan Lingkungan adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri-ciri seperti pada sebagai berikut :
Jalan Ciri-ciri
1. Jalan Beton
Konstruksi pada jalan beton biasa disebut dengan perkerasan kaku. Dimana
komposisinya terdiri dari plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan
lapis pondasi bawah di atas tanah dasar. Plat beton biasanya disebut
sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal
beton di atasanya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.
Konstruksi jalan beton ini tergolong kuat, sebab memiliki modulus elastisitas
yang tinggi. Dalam ilmu teknik sipil, modulus elastisitas merupakan angka
yang digunakan untuk mengukur objek atau ketahanan bahan untuk
mengalami deformasi elstasi ketika gaya diterpakan pada benda itu. Itu
sebabnya, konstruksi jalan beton kerap diterapkan untuk jalan raya dan jalan
lingkungan. Tebal jalan beton ini minimal 20 cm.
Kelebihan jalan beton antara lain:
1) Tahan terhadap genangan air dan banjir
2) Biaya perawatan lebih murah dibandingkan jalan aspal
3) Direkomendasikan untuk jalan yang mempunyai tanah
4) dasar yang jelek, dan jalan yang lalu lintas kendaraan
beratnya cukup tinggi
Kekurangan jalan beton:
Pada proses pembuatan konstruksi, memerlukan perhitungan matang terkait
fungsi jalan terutama dikaitkan dengan kapasitas berat kendaraan yang
berlalu-lalang.Bila kendaraan yang lewat memiliki bobot yang tinggi, maka
biaya konstruksi lebih mahal.
Selain perhitungan bobot kendaraan, konstruksi juga harus memperhatikan
kehalusan dan gelombang jalan dengan cermat. Karena, jalan beton sangat
dipengaruhi oleh proses pengecoran.
3. Jalan Aspal
Jalan aspal atau biasa disebut hot mix, meruapakan konstruksi jalan yang
menggunakan bahan pengikat aspal panas. Biasanya campuran aspal
panas didatangkan impor, misalnya Shell dan ESSO 2000. Cairan aspal
ini sedikit mahal, menghabiskan biaya 60 persen dari total biaya hot mix.
Jalan ini juga biasa disebut dengan block beton. Terbuat dari campuran
pasir dan semen lalu ditambah dengan atau tidak campuran lain seperti
abu bata dan lainnya. Jalan yang menggunakan paving block biasanya
memiliki warna-warna dan bentuk yang menarik.
Ada yang berbentuk segi empat dan ada juga yang segi banyak. Pada
proses pemasangannya, ukuran disyaratkan kurang lebih 2 mm untuk
ukuran lebih bidang dan kurang lebih 3mm untuk ketebalan.
Kelebihan paving block :
1) Pada saat memasang paving block cukup mudah dan tidak memerlukan alat
berat
2) Paving block seakan seperti puzzle yang dapat dipasang kembali setelah
dibongkar
3) Daya tahan jalan ini cukup baik. Khususnya tahan terhadap beban statis,
dan tahan terhadap tumpahan bahan pelumas dan pemanasan oleh mesin
kendaraan
4) Banyak terdapat pori atau celah, sehingga genangan air cepat meresap,
tidak perlu khawatir terjadi genangan
Kekurangan paving block :
Tidak tahan terhadap kendaaraan berat. ini. Sehingga, sangat
direkomendasikan diterapkan pada jalan-jalan pemukiman saja.
Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan
yang tersusun dari bawah ke atas, sebagai berikut :
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku,
terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi
bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan
kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan
masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis
permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian
terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal
ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh
dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang
menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan
tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya
beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil
terhadap kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa
pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali
terhadap sistem drainase, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada
tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk
pekerjaan konstruksi.
Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :
1) Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
2) Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-gradereaction
= k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus ofcomposite reaction).
3) Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
4) Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi.
5) Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus
tanah bersama air pada daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir
perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu
lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat.
3.3 Perkerasan Komposit
Perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku (rigid
pavement) dan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) di atasnya, dimana
kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memilkul beban lalu lintas. Untuk
ini maka perlu ada persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar mempunyai
kekakuan yang cukup serta dapat mencegah retak refleksi dari perkerasan beton
di bawah.
1. Perawatan Jalan
PenangananJalanBerdasarkan
International Roughness Index (IRI)
b) Pemeliharaan Rutin
1) Pemeliharaan Berkala
Rehabilitasi
Rehabilitasi jalan :
Kegiatan tidak direncanakan , kerusakan di luar dugaan, bencana alam
atau tidak dipelihara secara rutin atau berkala.
Tujuan mengembalikan ke keadaan dapat berfungsinya jalan.
• PEMBERSIHAN DAMIJA
• PEMELIHARAAN BAHU
• PEMELIHARAAN SALURAN
• PEMELIHARAAN MARKA
• PERAWATAN LAPIS PERMUKAAN
• PERBAIKAN LAPIS PONDASI
• PEMELIHARAAN BANG. PELENGKAP
• PEMELIHARAAN JEMBATAN
Gambar 2. 10 Bagian-Bagian
Konstruksi
A. Swakelola
1. Kerusakan struktural :
karena perkerasan tidak mampu menanggung beban lalu lintas.
Kerusakan tidak berada di permukaan tetapi pada lapis pondasi
sehingga perlu dibangun kembali struktur perkerasan nya.
2. Kerusakan fungsional :
kondisi kenyamanan dan keamanan pengguna jalan terganggu hal
ini dapat berakibat biaya pemeliharaan kendaraan meningkat.
Dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan struktural.
Perbaikan/pemeliharaan dapat dilaksanakan dengan pemeliharaan
berkala.
4. Kerusakan Jalan
A. Kerusakan struktural:
1. Retak (Cracking) (buaya, retak refleksi dan retak susut)
2. Perubahan Bentuk (Deformation) (Penurunan permukaan/amblas,
alur/ruts, Pengelupasan lapis permukaan (stripping)
3. Cacat Permukaan (Surface Disintegration) (lubang)
4. Penurunan pada Bekas Penanaman Utilitas (Utility Cut Depression)
B. Kerusakan FungsionalJalan:
1. Lubang
2. Retak rambut
3. Pengelupasan butir lapis permukaan
4. Kegemukan (Bleeding)
C. Bagianpemeliharaan jalan
• Bagian Jalan
• Pemeliharaan rutin : patching/penambalan, pembersihan tanaman,
pembersihan selokan, pembuatan saluran drainase
• Pemeliharaan berkala : Penambahan lapisan permukaan /
overlay
Pemeliharaan Rutin Jalan adalah :
kegiatan merawat dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang
terjadi pada ruas-ruas jalan dengan kondisi pelayanan mantap
(Permen PU No. 13/PRT/M/2011,Tata Cara Pemeliharaan dan
Penilikan Jalan)
Tujuan
Mempertahankan kondisi jalan agar tetap berfungsi dalam melayani lalu
lintas sehingga keselamatan lalu lintas terjamin dan pelayanan jalan
meningkat. Artinya kecelakaan yang diakibatkan oleh kondisi jalan yang
buruk dapat ditekan seminimal mungkin dan karena kondisi jalan yang
baik para pengguna jalan akan menikmati kenyamanan selama
perjalanannya.
DEFORMASI
• Alur (Rutting)
• Keriting (Corrugation)
• Sungkur (Shoving)
• Amblas(Deppression)
RETAK (CRACK)
• Retak Blok (Block Cracks)
• Retak Kulit Buaya (Crocodile Cracks)
• Retak Garis (Line Cracks)
RUSAKPERMUKAAN(SURFACE DEFECT)
• Lubang (Potholes)
• Delaminasi (Delamination)
• Pengausan Batu
• Tambalan (Patching
E. Rangkuman
Pembelajaran 3. Irigasi
A. Kompetensi
C. Uraian Materi
1. Irigasi Permukaan
Irigasi macam ini umumnya dianggap sebagai irigasi paling kuno di Indonesia.
Tekniknya adalah dengan mengambil air dari sumbernya, biasanya sungai,
menggunakan bangunan berupa bendungan atau pengambilan bebas. Air
kemudian disalurkan ke lahan pertanian menggunakan pipa atau selang
memanfaatkan daya gravitasi, sehingga tanah yang lebih tinggi akan terlebih
dahulu mendapat asupan air. Penyaluran air yang demikian terjadi secara
teratur dalam “jadwal” dan volume yang telah ditentukan.
Jenis irigasi permukaan ini sangat cocok digunakan pada tanah yang memiliki
tekstur halus hingga sedang. Sementara itu, untuk tanah dengan tekstur kasar
tidak cocok menerapkan jenis irigasi ini. Pasalnya, sebagian besar air akan
hilang pada saluran apabila diterapkan di tanah yang memiliki tekstur kasar.
Jenis irigasi ini menerapkan sistem pengairan bawah pada lapisan tanah untuk
meresapkan air ke dalam tanah di bawah daerah akar menggunakan pipa bawah
tanah atau saluran terbuka. Digerakkan oleh gaya kapiler, lengas tanah
berpindah menuju daerah akar sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Dengan demikian, irigasi jenis ini menyasar bagian akar dengan memberinya
asupan nutrisi sehingga dapat disalurkan ke bagian lain tumbuhan dan dapat
memaksimalkan fungsi akar menopang tumbuhan. Penerapan jenis irigasi ini
sangat cocok digunakan pada daerah dengan tekstur tanah sedang hingga
kasar.
3. Irigasi Tetes
Irigasi tetes merupakan salah satu cara pemberian air pada tumbuhan secara
langsung pada permukaan tanah. Jenis irigasi ini menggunakan alat yang
disebut emiter atau penetes. Alat ini digunakan untuk menyebarkan air ke dalam
profil tanah secara menyeluruh, baik horizontal maupun vertikal sebagai akibat
dari adanya gravitasi dan kapilaritas.
Jenis irigasi tetes ini sangat cocok digunakan untuk tanah yang memiliki tekstur
tidak terlalu kering. Adapun luas wilayah yang dapat dialiri air tergantung pada
besarnya debit keluaran dan interval, kelembapan tanah, dan tekstur tanah.
Gambar 3. 4 Pancaran
Metode irigasi ini termasuk dalam jenis irigasi modern. Caranya adalah dengan
menyalurkan air dari sumbernya ke daerah sasaran menggunakan pipa. Di lahan
yang menjadi sasaran, ujung pipa disumbat menggunakan tekanan khusus dari
alat pencurah sehingga muncul pancaran air layaknya hujan yang pertama kali
membasahi bagian atas tumbuhan kemudian bagian bawah dan barulah bagian
di dalam tanah. Namun, tak semua petani bisa menggunakan irigasi jenis ini
karena alat pancurnya yang tergolong mahal.
Irigasi jenis ini dilakukan dengan tenaga manusia, yakni para petani yang
mengairi lahannya dengan menggunakan ember atau timba. Mereka
mengangkut air dari sumber air dengan ember atau timba kemudian
menyiramnya secara manual pada lahan pertanian yang mereka tanami. Seperti
yang bisa dibayangkan, jenis ini kurang efektif karena memakan banyak tenaga
serta menghabiskan waktu yang lama. Namun demikian, jenis yang demikian
masih menjadi pilihan sebagian petani utamanya petani di pedesaan yang tidak
memiliki cukup modal untuk membeli pompa air atau alat irigasi yang lebih
efektif.
Irigasi ini menggunakan tenaga mesin untuk mengalirkan berbagai jenis jenis air
dari sumber air, biasanya sumur, ke lahan pertanian menggunakan pipa atau
saluran. Meski demikian, sumber airnya juga harus bisa diandalkan agar saat
musim kemarau, tanamannya tetap bisa disuplai air. Jika saat musim kemarau
sumber airnya kering, maka irigasi ini jadi tidak berfungsi. Untuk sumber airnya
sendiri, biasanya diambil dari sumur terdekat.
7. Irigasi Lokal
Irigasi lokal melakukan kerja distribusi air menggunakan pipanisasi atau pipa
yang dipasang di suatu area tertentu sehingga air hanya akan mengalir di area
tersebut saja. Seperti halnya jenis irigasi permukaan, irigasi lokal menggunakan
prinsip gravitasi sehingga lahan yang lebih tinggi terlebih dahulu mendapat air.
Yang berbeda hanya daerah distribusi airnya saja. Masih menggunakan pipa
untuk mengalirkan air, namun persebaran airnya hanya mengalir di area yang
diinginkan saja, tanpa menyebar ke area lain.
Jaringan irigasi semi teknis mempunyai ciri bahwa fasilitas fasilitas yang ada
untuk melaksanakan ke empat fungsinya sudah lebih baik dan lengkap
dibandingkan jaringan irigasi sederhana. Misalnya, bangunan pengambilan
sudah dibangun permanen, debit sudah diukur, tetapi sistem jaringan pembagi
masih sama dengan sistem irigasi sederhana. Hal ini ditunjukkan pemisahan
saluran pembawa dan pembuang belum dipisahkan secara baik dan pembagian
petak tersier belum dilakukan secara detail, sehingga sulit dilakukan pembagian
air.
Jaringan irigasi teknis mempunyai fasilitas bangunan yang sudah lengkap. Salah
satu prinsip rancang bangun dalam jaringan irigasi adalah pemisahan fungsi
jaringan pembawa dengan jaringan pembuang. Bangunan ukur dan bangunan
pengatur sangat dibutuhkan dalam pengaturan air irigasi. Petak tersier menjadi
sangat penting karena menjadi dasar perhitungan sistem alokasi air, baik
jumlah maupun waktu. Jaringan irigasi teknis dilengkapi : Bangunan
Pengambilan yang permanen, sistem pembagian air dapat diukur dan diatur,
serta jaringan pembawa dan pembuang telah terpisah.
1. Peta Ikhtisar
Adalah cara bagaimana berbagai bagian dari suatu jaringan irigasi saling
dihubung-hubungkan. Peta ikhtisar dapat disajikan pada peta tata letak.
• Bangunan Utama
• Lokasi bangunan.
Peta Ikhtisar umum dapat dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi
dengan garis-garis kontur dengan skala 1: 25000. Peta Ikhtisar detail yang biasa
di sebut “ Peta Petak” dipakai untuk perencanaan dibuat dengan skala 1: 5000
dan untuk petak tersier 1: 5000 atau 1: 2000.
a. Petak Tersier
Di daerah –daerah yang ditanami padi, luas petak yang ideal adalah antara 50-
100 ha, kadang-kadang sampai 150 ha. Batas batas petak tersier harus jelas
seperti misalnya: Parit, Jalan, batas desa, sungai, dll. Petak tersier dibagi
menjadi petak-petak kwarter, dengan luas 8-15 ha.
b. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh
saluran sekunder. Menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder umumnya berupa tanda-tanda
topografi yang jelas seperti saluran pembuang.
c. Petak Primer
Petak Primer terdiri dari beberapa petak sekunder, untuk itu petak petak ini akan
mengambil air langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satun
saluran primer yang mengambil air langsung dari sumber air (Sungai).
Bangunan Utama
Terdiri dari:
• Pengambilan utama
• Pintu Bilas
• Kolam olak
• Tanggul Banjir
Bendung (weir) = untuk meninggikan muka air sungai sampai pada ketinggian
yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier.
Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi.
Bendung gerak (barrage): Bangunan yang dilengkapi dengan pintu yang dapat
dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup bila air
kecil.
Bendung
- Kondisi topografi dari rencana daerah irigasi yang akan dialiri. - Semualevasi
rencana DI dapat diairi sehingga harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang
akan diairi
- Bila elevasi sawah tertinggi diketahui, maka elevasi mercu bendung dapat
ditetapkan
- Dari kedua hal diatas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi
dapat diseleksi
- Ketinggian mercu bendung dari dasar sungai dapat pula direncanakan.
- Pola aliran sungai ( Kecepatan dan arah alirannya) - Kedalaman dan lebar
muka air pada waktu banjir sedang dankecil - Tinggi muka air pada debit
banjir rencana
- Potensi dan distribusi angkutan sedimen
Data-data yang diperlukan untuk perencanaan, antara lain: -Data topografi: Untuk
menetapkan lokasi bendung -Data geoteknik: Untuk menentukan karakteristik
pondasi -Data hidrologi: Untuk menentukan debit maksimum yang melalui mercu
bendung
2. Bendung
- Tubuh Bendung: Terdiri dari ambang tetap dan mercu bending dengan
bangunan peredam energinya.
- Bangunan Pembilas.
Pengertian
3. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.
5. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya,
bangunan bagi, bangunan bagisadap, bangunan sadap, dan bangunan
pelengkapnya.
6. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri
dari saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan
bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
8. Jaringan irigasi air tanah adalah jaringan irigasi yang airnya berasal dari air
tanah, mulai dari sumur dan instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi
air tanah termasuk bangunan di dalamnya.
9. Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola
oleh masyarakat desa atau pemerintah desa.
12. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan
pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan
irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan,
menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi
pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi.
13. Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu yang
dialokasikan dari suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi yang
didasarkan waktu, jumlah, dan mutu sesuai dengan kebutuhan untuk
menunjang pertanian dan keperluan lainnya.
15. Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di bangunan bagi dalam
jaringan primer dan/atau jaringan sekunder.
16. Pemberian air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah
tertentu dari jaringan primer atau jaringan sekunder ke petak tersier.
17. Penggunaan air irigasi adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier
untuk mengairi lahan pertanian pada saat diperlukan.
20. Pengamanan jaringan irigasi adalah upaya menjaga kondisi dan fungsi
jaringan irigasi serta mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan terhadap
jaringan dan fasilitas jaringan, baik yang diakibatkan oleh ulah manusia,
hewan, maupun proses alami.
irigasi yang dibentuk oleh petani pemakai air sendiri secara demokratis,
termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.
25. Pemerintah desa adalah kepala desa dan perangkat desa lainnya sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan desa.
26. Komisi irigasi provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara
wakil pemerintah provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat
daerah irigasi, wakil pengguna jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil
komisi irigasi kabupaten/kota yang terkait.
a. Dasar Hukum
a. Air yang tersedia digunakan dan dimanfaatkan secara efektif dan fisien;
1. Untuk memperpanjang usia kegunaan aset (yaitu setiap bagian dari suatu
tempat kerja, bangunan dan isinya). Hal ini terutama penting di negara
berkembang karena kurangnya sumber daya modal untuk penggantian. Di
negara-negara maju kadangkadang lebih menguntungkan untuk
‘mengganti’ daripada ‘memelihara’.
Hanya ada satu bentuk pemeliharaan tak terencana, yaitu pemeliharaan darurat,
yang didefinisikan sebagai pemeliharaan yang perlu segera dilaksanakan
tindakan untuk mencegah akibat yang lebih serius, misalkan hilangnya bagian
bangunan, kerusakan besar pada peralatan, atau untuk alasan keselamatan
kerja. Bagian utama dari pemeliharaan pencegahan meliputi pemeriksaan yang
berdasarkan pada lihat,rasakan,dan dengan kadar penyelesaian minor pada
selang waktu yang telah ditentukan serta penggantian komponen minor yang
ditemukan perlu diganti pada saat pemeriksaan. Pemeliharaan korektif meliputi
reparasi minor, terutama untuk rencana jangka pendek, yang mungkin timbul di
antara pemeriksaan, juga overhaul/perbaikan terencana misalnya
overhaul/perbaikan tahunan atau dua tahunan, suatu perluasan yang
direncanakan dalam rincian untuk jangka panjang sebagai hasil pemeriksaan
pencegahan.
9. Waktu nganggur (idle time); periode waktu dimana suatu alat tidak berada
dalam kondisi mampu memberikan unjuk kerja yang diharapkan.
Operasi dan pemeliharaan pada sektor SDA dalam hal ini ialah Jaringan Irigasi,
sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.12/PRT/M/2015 beserta lampirannya mengenai Eksploitasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi.
7. KegiatanOperasi
1. Pekerjaan pengumpulan data (data debit, data curah hujan, data luas
tanam, dll);
2. Pekerjaan kalibrasi alat pengukur debit;
3. Pekerjaan membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian dan
Pemberian Air Tahunan, Rencana Tata Tanam Tahunan, Rencana
Pengeringan, dll.;
4. Pekerjaan melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk
pekerjaan: membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi,
mengatur bukaan pintu);
a. Kondisi topografi dari rencana daerah irigasi yang akan dialiri. Semualevasi
rencana DI dapat diairi sehingga harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang
akan diairi
b. Bila elevasi sawah tertinggi diketahui, maka elevasi mercu bendung dapat
ditetapkan
c. Dari kedua hal diatas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat
diseleksi
d. Ketinggian mercu bendung dari dasar sungai dapat pula direncanakan
e. a,b,c, dan d semua benar
a. Pekerjaan pengumpulan data (data debit, data curah hujan, data luas
tanam, dll);
b. Pekerjaan kalibrasi alat pengukur debit;
c. Pekerjaan membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian dan
Pemberian Air Tahunan, Rencana Tata Tanam Tahunan, Rencana
Pengeringan, dll.;
d. Pekerjaan melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk
pekerjaan: membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi,
mengatur bukaan pintu);
e. a,b,c, dan d semua benar
c. Letak bendung harus posisinya yang sesuai dengan daerah irigasi yang
mau dialiri.
5. Rangkuman
A. Kompetensi
C. Uraian Materi
Jenis pondasi yang biasa digunakan untuk konstruksi jembatan yaitu steel pile,
reinforced concrete pile, precast prestressed concrete pile, composite piles,
concrete cast in place. Dengan pondasi yang kuat maka jembatan bisa berfungsi
dengan layak dan bisa menahan beban yang diterima.
Fungsi Jembatan :
Jembatan ini dibangun khusus untuk jalur kereta api yang terhubung antar kota
ataupun antar pulau.
Contoh jembatan ini sering kali kita lihat di jalur penyebrangan ataupun di setiap
halte busway. Sedangkan bahan baku pembuatan jembatan terbagi menjadi
beberapa macam yaitu beton, kayu, beton prategang, baja dan komposit.
Bahan konstruksi setiap jembatan disesuaikan dengan fungsi dan tingkat beban
yang akan diterima jembatan.
Struktur jembatan mempunyai berbagai macam tipe, baik dilihat dari bahan
strukturnya maupun bentuk strukturnya. Masing-masing tipe struktur jembatan
cocok digunakan untuk kondisi yang berbeda sesuai perkembangan, bentuk
jembatan berubah dari yang sederhana menjadi yangsangat komplek. (Satyarno,
2003)
Jembatan balok adalah jenis jembatan yang paling sederhana yang dapat
berupa balok dengan perletakan sederhana (simple spens) maupun dengan
perletakan menerus (continous spens). Jembatan balok terdiri dari struktur
berupa balok yang didukung pada kedua ujungnya, baik langsung pada
tanah/batuan atau pada struktur vertikal yang disebut pilar atau pier. Jembatan
balok tipe simple spans biasa digunakan untuk jembatan denganbentang antara
15 meter samapai 30 meter dimana untuk bentang yang kecil sekitar 15 meter
menggunakan baja (rolled-steel) atau beton bertulang dan bentang yang berkisar
sekitar 30 meter menggunakan beton prategang.
Jembatan rangka dibuat dari struktur rangka yang biasanya terbuat dari bahan
baja dan dibuat dengan menyambung beberapa batang dengan las atau baut
yang membentuk pola-pola segitiga. Jembatan rangka biasanya digunakan untuk
bentang 20 m sampai 375 m.
Jembatan gantung terdiri dari dua kabel besar atau kabel utama yang
menggantung dari dua pilar atau tiang utama dimana ujung-ujung kabel tersebut
diangkurkan pada fondasi yang biasanya terbuat dari beton. Dek jembatan
digantungkan pada kabel utama dengan mengunakan kabel-kabel yang lebih
kecil ukurannya. Pilar atau tiang dapat terbuat dari beton atau rangka baja.
Struktur dek dapat terbuat dari beton atau rangka baja. Kabelutama mendukung
beban struktur jembatan dan mentransfer beban tersebut ke pilar utama dan ke
angkur. Jembatan gantung merupakan jenis jembatan yang digunakan untuk
betang-bentang besar yaitu antara 500 m sampai 2000 m atau 2 km.
Jembatan bergerak biasanya dibuat pada sungai dimana kapal besar yang lewat
memerlukan ketinggian yang cukup tetapi pembuatan jembatan dengan pilar
sangat tinggi dianggap tidak ekonomis.
Jembatan terbuka atau bascule bridges biasanya digunakan untuk bentang yang
tidak terlalu panjang dengan bentang maksimum 100 m. Jembatan terangkat
vertikal atau vertical lift bridgesbiasanya digunakan untuk bentang yang lebih
panjang yaitu sekitar 175 m, tetapi jarak bersih yang didapat tergantung dari
seberapa tinggi jembatan dapat dinaikan. Pada umumnya ketinggian maksimum
untuk mendapatkan jarak bersih adalah sekitar 40 m. Jembatan berputar
mempunyai keuntungan karena kapal yang akan lewat tidak dibatasi
ketinggiannya. Jembatan berputar dapat digunakan dengan bentang sampai
dengan 160 m.
3. Struktur Jembatan
Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk melewatkan lalu lintas
yang terputus pada kedua ujungnya akibat adanya hambatan berupa: sungai /
lintasan air, lembah, jalan / jalan kereta api yang menyilang dibawahnya. Struktur
bawah jembatan adalah pondasi. Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk
menjamin keamanan, kestabilan bangunan diatasnya, tidak boleh terjadi
penurunan sebagian atau seluruhnya melebihi batas-batas yang diijinkan.
Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati
serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya
eksternal
1. Sayap Jembatan
2. Krib
Fungsi : Mengarahkan & mengurangi hantaman air pada sayap & pangkal
jembatan yang terletak di belokan sungai.
3. Oprit
1) Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati
serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya
eksternal
1) Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati
serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya
eksternal
Pemeriksaan Jembatan
2. Pemeliharaan Jembatan
e) Pengecatan sederhana
a) Pengecatan jembatan
e) Expansion Joint
f) Pagar pengaman
8. Pemeriksaan Jembatan
9. Pemeliharaan Jembatan
e) Pengecatan sederhana
b. Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan Berkala
berkala
• Perbaikan tiang dan sandaran
Beton
202 Keretakan
206 Lendutan
Baja
302 Korosi
304 Keretakan
Kayu
403 Penyusutan
Aliran sungai
Bangunan pengaman
Timbunan
521 Gerusan
522 Retak/penurunan/penggembungan
Tanah bertulang
Landasan/perletakan
LAPISAN PERMUKAAN
TROTOAR/KERB
SAMBUNGAN LANTAI
disambungan lantai
e. A,b,c,d,semua benar
b. Fungsi penyeberang
c. FungsiJembatan Jalan raya, Jembatan Rel kereta api, Jembatan
penyeberang pelalan kaki
d. Fungsi
e. A,b,c,d,semua benar
e. A,b,c,d,semua benar
E. Rangkuman
Penutup
Anda perlu memahami substansi materi dalam modul dengan baik. Oleh karena
itu, modul perlu dipelajari dan dikaji lebih lanjut bersama rekan sejawat baik
dalam komunitas pembelajaran secara daring maupun komunitas praktisi
(MGMP) masing-masing. Kajian semua substansi materi yang disajikan perlu
dilakukan, sehingga Anda mendapatkan gambaran teknis mengenai rincian
materi substansi. Selain itu, Anda juga diharapkan dapat mengantisipasi
kesulitan-kesulitan dalam materi substansi yang mungkin akan dihadapi saat
proses seleksi Guru P3K.
Daftar Pustaka
Dirjen Bina Marga.1995. Manual Pemeliharaan Rutin Untuk Jalan Nasional dan
Jalan Provinsi. Jilid II. Departemen Pekerjaan Umum : Jakarta.
Dirjen Bina Marga.1995. Manual Pemeliharaan Rutin Untuk Jalan Nasional dan
Jalan Provinsi. Jilid II. Departemen Pekerjaan Umum : Jakarta.
Lampiran
3. c. Hati- hati Ada Penyempitan Jalan, Awas ada Galian, Awas ada perbaikan
jembatan.
6. e. Semua benar
7. e. A,b,c,d,semua benar
8. e. A,b,c,d,semua benar