Anda di halaman 1dari 2

1.

Gubernur sebagai Kepala Daerah Otonom di daerah Provinsi memiliki tugas dan
wewenang menjalankan fungsi desentralisasi yang tercermin dalam urusan-urusan yang
dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Beberapa contoh tersebut diantaranya seperti pembentukan peraturan daerah,
memungut pajak daerah yang menjadi kewenangan daerah provinsi, menerbitkan izin
tertentu yang menjadi kewenangan daerah provinsi, dan lain-lain. Sedangkan pengertian
dekonsentrasi menurut UU No. 22/1999 adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah
kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan atau perangkat pusat di Daerah (vide
Pasal 1 huruf f). Selanjutnya dalam UU No. 32/2004, dekonsentrasi didefinisikan sebagai
pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil
pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu (vide Pasal 1 Angka 8).
Dan terakhir, dalam UU No. 23/2014, disebutkan bahwa dekonsentrasi adalah pelimpahan
sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu,
dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan
pemerintahan umum (vide Pasal 1 Angka 9).

2. Penataan hubungan antara Gubernur dengan Bupati/Walikota dalam pelaksanaan


tata pemerintahan yang baik dan penataan kelembagaan yang dapat mensinergikan
hubungan kewenangan pemerintahan yang efektif antara Pemerintah Provinsi dengan
Pemerintah Kabupaten/Kota. Pola hubungan antara Gubernur dengan Bupati/Walikota
dalam kaitannya dengan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik dalam pelaksanaan
peran Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, maka hubungan antara Gubernur dengan
Bupati/Walikota bersifat bertingkat di mana Gubernur dapat melakukan peran pembinaan
dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sebaliknya
Bupati/Walikota harus senantiasa berkoordinasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di
daerah, termasuk dalam hubungan antar kabupaten/kota dengan provinsi.

3. A. Pemerintah Daerah di Indonesia adalah penyelenggara pemerintahan daerah


menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau
Wali kota, dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah provinsi
itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan daerah kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan
undang-undang. Gubernur, Bupati dan Wali Kota masing-masing sebagai Kepala
Pemerintah Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten dan Daerah Kota dipilih secara
demokratis. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.

B. Berdasarkan Pasal 57 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan pemerintahan daerah propinsi dan
kabupaten/kota terdiri atas kepala daerah dan DPRD dibantu oleh perangkat daerah.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya penyelenggaraan pemerintahan berpedoman
pada asas-asas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang diatur pada Pasal 58
Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, yang terdiri atas :
 Kepastian hukum
 Tertib penyelenggara negara
 Kepentingan umum
 Keterbukaan
 Proporsionalitas
 Profesionalitas
 Akuntabilitas
 Efisiensi
 Efektivitas
 Keadilan.

4. A. Pembangunan daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan


masyarakatnya mengelola sumber-sumber daya yang ada serta membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan
pekerjaan baru selain itu juga merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam
wilayah tersebut (Arsyad, 1999 dalam Santoso, 2013). Dalam pelaksanaannya
pembangunan daerah di Indonesia banyak mengalami hambatan, apalagi bila sistem
pembangunan ekonomi masih bersifat sentralistik. Untuk mengatasi hambatan tersebut,
pemerintah menetapkan otonomi daerah mulai tahun 2001 sampai saat ini. Salah satu
tujuan otonomi daerah adalah untuk menjadikan pemerintah lebih dekat dengan rakyatnya,
sehingga pelayanan pemerintah dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Hal ini
didasarkan asumsi bahwa pemerintah daerah memiliki pemahaman yang lebih baik
mengenai kebutuhan dan aspirasi masyarakat mereka daripada pemerintah pusat. Dengan
otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah dapat menyelesaikan permasalahannya
dalam mengelola daerahnya, sehingga berada dalam posisi lebih baik, untuk memobilisasi
sumber daya secara mandiri serta untuk mencapai tujuan pembangunan daeraha
B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Perpres No. 2 Tahun 2015 yang
telah ditandatangani tanggal 8 Januari 2015. RPJMN 2015-2019 ini selanjutnya menjadi
pedoman bagi kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana Strategis
kementerian/lembaga (Renstra-KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah
daerah dalam menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan daerahnya masing-masing
dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional. Untuk pelaksanaan lebih
lanjut, RPJMN akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang akan
menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RAPBN)
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2019 sebagai penjabaran tahun terakhir
dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
2019 memuat hasil evaluasi pencapaian Prioritas Nasional (PN) RKP 2017, rancangan
kerangka ekonomi makro, arah pengembangan wilayah, pendanaan pembangunan,
prioritas pembangunan nasional, pembangunan bidang, serta kaidah pelaksanaan. Sesuai
amanat Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN), penyusunan RKP merupakan upaya menjaga
kesinambungan pembangunan secara terencana dan sistematis yang tanggap akan
perubahan. Rencana Kerja Pemerintah tahun 2019 memuat tema “Pemerataan
Pembangunan untuk Pertumbuhan Berkualitas” dalam rangka mengejar pencapaian tujuan
dan sasaran pembangunan nasional dalam RPJMN melalui optimalisasi pemanfaatan
seluruh sumber daya (pemerintah dan swasta).

5. Tujuan pembentukan, pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah adalah


untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan, percepatan
demokrasi, percepatan perekonomian daerah, percepatan pengelolaan potensi daerah,
peningkatan keamanan dan ketertiban, serta peningkatan hubungan serasi antara Pusat
dan Daerah. Dengan demikian, setiap kebijakan pemekaran dan pembentukan suatu
daerah baru harus memastikan tercapainya akselerasi di berbagai bidang tersebut, yang
pada giliran akhirnya bermuara pada kesejahteraan rakyat.

6. Menurut saya, Pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah secara langsung


adalah salah satu perwujudan instrumen demokrasi dalam rangka menciptakan pemerintah
yang lebih demokratis. Dengan sistem ini, maka harapan terwujudnya kedaulatan rakyat
dalam sistem pemerintahan diyakini dapat terealisasi secara menyeluruh, mengingat
sistem demokrasi merupakan perintah langsung yang diamanatkan oleh UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai