Anda di halaman 1dari 16

RELE

(Rekayasa Elektrikal dan Energi) : Jurnal Teknik Elektro


Vol. 2, No. 2, Januari 2020, ISSN 2622 – 7002

Analisis Potensi Penerapan PLTS di Universitas Hang Tuah Secara On-


Grid Menggunakan Helioscope
Fajar Agung Priambodo, I Made Arijuliantara, Belly Yan Dewantara
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan, Universitas Hang Tuah
Jl Arief Rachman Hakim No 150 Sukolilo Kota Surabaya, 60111
e-mail: prfajaragung@gmail.com , arimade64@gmail.com

Abstrak— Indonesia is one of the countries that has the fourth population density after China,
India, and the United States. Of course, with this density, it is undeniable that Indonesia also needs a lot
of resources, whether it's from food sources, raw materials, and energy. And now it is undeniable that
in this modern era, companies are competing to be at the forefront and advanced in the energy sector,
especially renewable energy or energy that can be used up if it runs out. There are so many renewable
energies that can be utilized, moreover, these energies are located and are often used by almost the
entire community, namely air, wind, geothermal, solar, and many more. Electrical energy consumption
at Hang Tuah University in September 2022 is 1100 KVA, covering the Rectorate, GSG, F1-F4, GC,
Pharmacy, FKG. Utilization of renewable energy by optimizing solar energy obtained by installing
PLTS on the roofs of every building is likely to have an effect on reducing electricity bills at Hang Tuah
University, which originally had to spend nearly 300 million every month. Because solar energy is a
potential energy to be developed in Indonesia considering that Indonesia is located in the equator. Solar
energy that can be generated throughout mainland Indonesia is 4.8 kWh/m2/day or equivalent to
112,000 GWp. This study aims to determine the potential energy generated from PLTS using
Helioscope software if it is built on the roofs of every building at Hang Tuah University. covering the
Rectorate building, Psychology, FISIP, GC (Growth Center) can be seen in the results and discussion
for the potential energy per day for the greatest value in the Psychology building as much as 505.440
Kwh per day.

Kata kunci : Renewable Energy, PLTS, Solar cells, Solar Panel

Abstract— Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai kepadatan populasi penduduk
terbanyak ke-empat setelah China, India, Amerika Serikat. Tentunya dengan kepadatan tersebutlah tidak
bisa dipungkiri Indonesia juga membutuhkan sumber daya yang sangat banyak juga, entah itu dari sumber
bahan pangan, bahan mentah, dan energy. Dan saat ini tidak dapat dipungkiiri pula di zaman yang serba
modern ini banyak sekali perusahan- perusahaan berlomba untuk menjadi yang terdepan serta termaju di
sector energy, khususnya energy terbarukan atau energy yang dapat diperbarui jika habis. Banyak sekali
energy terbarukan yang bisa dimanfaatkan terlebih lagi energy-energy tersebut berada dan sering
digunakan oleh hampir seluruh masyarakat, yaitu energy air, angin, panas bumi (Geothermal), matahari,
dan masih banyak lagi. Konsumsi energi listrik di Universitas Hang Tuah pada bulan September 2022
sebesar 1100 KVA, meliputi Rektorat, GSG, F1-F4, GC, Farmasi, FKG. Pemanfaatan energi terbarukan
dengan mengoptimalkan energi surya yang didapat dengan cara memasang PLTS pada atap-atap setiap
gedung sepertinya akan berpengaruh untuk mengurangi tagihan listrik di Universitas Hang Tuah yang
semula setiap bulan mesti mengeluarkan uang sebesar hampir 300 juta. Mengingat energi surya
merupakan energi yang potensial dikembangkan di Indonesia mengingat Indonesia terletak di daerah
khatulistiwa. Energi surya yang mampu dibangkitkan di seluruh daratan Indonesia adalah 4,8 kWh/m²,
hari atau setara dengan 112.000 GWp Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi energi yang
dihasilkan dari PLTS menggunakan software Helioscope jika dibangun pada atap-atap setiap gedung di
Universitas Hang Tuah meliputi gedung Rektorat, Psikologi, FISIP, GC (Growth Center) dapat dilihat
pada hasil dan pembahasan untuk potensi energy per hari untuk nilai paling besar pada gedung Psikologi
sebesar 505.440 Kwh per hari.
Kata kunci : Energy Terbarukan, PLTS, Energi Surya, Panel Surya
I. PENDAHULUAN sepertinya akan berpengaruh untuk
Indonesia merupakan salah satu Negara mengurangi tagihan listrik di Universitas
yang mempunyai kepadatan populasi Hang Tuah yang semula setiap bulan mesti
penduduk terbanyak ke-empat setelah mengeluarkan uang sebesar hampir 300 juta.
China, India, Amerika Serikat. Tentunya Mengingat energi surya merupakan energi
dengan kepadatan tersebutlah tidak bisa yang potensial dikembangkan di Indonesia
dipungkiri Indonesia juga membutuhkan mengingat Indonesia terletak di daerah
sumber daya yang sangat banyak juga, entah khatulistiwa. Energi surya yang mampu
itu dari sumber bahan pangan, bahan dibangkitkan di seluruh daratan Indonesia
mentah, dan energy. Dan saat ini tidak dapat adalah 4,8 kWh/m2 /hari atau setara dengan
dipungkiiri pula di zaman yang serba 112.000 GWp Penelitian ini bertujuan untuk
modern ini banyak sekali perusahan- mengetahui potensi energi yang dihasilkan
perusahaan berlomba untuk menjadi yang dari PLTS menggunakan software
terdepan serta termaju di sector energy, Helioscope jika dibangun pada atap-atap
khususnya energy terbarukan atau energy setiap gedung di Universitas Hang Tuah.
yang dapat diperbarui jika habis. Banyak
II. STUDI PUSTAKA
sekali energy terbarukan yang bisa
dimanfaatkan terlebih lagi energy-energy Pembangkit listrik tenaga surya adalah

tersebut berada dan sering digunakan oleh pembangkit listrik yang mengubah energy

hampir seluruh masyarakat, yaitu energy air, surya menjadi energy listrik. Pembangkit

angin, panas bumi (Geothermal), matahari, listrik dengan energy surya dapat dilakukan

dan masih banyak lagi. secara langsung menggunakan fotovoltaik


atau secara tidak langsung dengan
Konsumsi energi listrik di Universitas
pemusatan energy surya. Prinsip sel surya
Hang Tuah pada bulan September 2022
(fotovoltaik) yaitu apabila dioda
sebesar 750 A meliputi Rektorat, Psikologi,
semikonduktor bekerja dalam proses tak
Fisip, FTIK, GC. Pemanfaatan energi
seimbang dan berdasarkan efek fotovoltaik.
terbarukan dengan mengoptimalkan energi
Pada saat itu sel surya menghasilkan
surya yang didapat dengan cara memasang
tegangan 0,5 – 1 Volt tergantung dari
PLTS pada atap-atap setiap gedung
intensitas cahaya matahari dan jenis zat untuk tagihan listrik hingga 30% setiap
semikonduktor yang dipakai. Untuk bulannya.
intensitas energi yang ada dalam sinar Sedangkan untuk cara kerja dari sistem
matahari yang sampai ke permukaan bumi PLTS Atap on-grid ini, sinar matahari yang
besarnya sekitar 1.000 W. Tapi karena daya diterima melalui panel surya akan
guna konversi energi radiasi menjadi energi dikonversikan menjadi arus listrik searah
listrik berdasarkan efek fotovoltaik baru atau DC (direct current). Selanjutnya
mencapai 25%, sehingga produksi listrik inverter akan mengubah arus listrik DC yang
maksimal yang dihasilkan sel surya baru dihasilkan menjadi arus bolak balik atau AC
mencapai 250 W per m². (alternating current). Selanjutnya, proses
2.1 PLTS On-Grid konversi akan disinkronkan dengan arus
PLTS On-Grid merupakan cara kerja listrik yang berasal dari sumber listrik PLN
sistem panel surya yang berfungsi untuk untuk digunakan.
mengubah energi cahaya matahari menjadi Kelebihan dari sistem panel surya on
sumber energi listrik. Pada sistem PLTS grid ini adalah saat energi yang dihasilkan
Atap on-grid ini, pembangkit listrik tenaga dari panel surya berlebih dari pemakaian,
surya dapat diterapkan untuk kebutuhan maka energi ini dapat langsung dialirkan ke
perumahan, bangunan bisnis, kebutuhan PLN melalui meteran khusus yang akan
perkantoran, suplay kebutuhan listrik pabrik dipasang untuk mengantisipasi ini. Dengan
hingga kebutuhan pergudangan. memanfaatkan sistem panel surya on grid
Melalui sistem PLTS Atap on-grid, Para ini, Anda tentu akan dapat mengimbangi
pengguna dari sistem kerja panel surya ini tagihan listrik konvensional yang Anda
dapat memanfaatkan sumber energi matahari keluarkan setuap bulan. Namun ketika
pada siang hari. Hal ini tentu akan menggunakan sistem panel surya on grid ini,
dipengaruhi oleh intensitas penggunaan ketika listrik mati, maka listrik Anda pun
listrik yang paling tinggi dalam sehari. akan ikut mati. Hal ini karena sistem panel
Sehingga pada waktu pagi dan malam hari, surya yang masih terintegrasi dengan sistem
Para pengguna akan tetap dapat listrik PLN.
menggunakan daya listrik dari PLN. Melalui
sistem PLTS Atap on-grid, Anda tentu dapat 2.2 Komponen PLTS On-Grid
menghemat pengeluaran yang dikeluarkan
Tidak bisa dipungkiri bahwasanya, 3) Memerlukan tempat yang minim dalam
setiap system yang ada pasti memerlukan hal instalasi/pemasangan dibandingkan
peralatan-peralatan sebagai penunjang jenis lainnya.
daripada system tersebut, berikut ini adalah Kekurangan :
peralatan apa saja yang ada diperlukan untuk 1) Jenis ini adalah panel surya yang paling
pembangkit listrik tenaga matahari : mahal
1. Panel Surya 2) Kinerja menurun apabila terjadi suhu
Panel surya terdiri dari sel-sel surya panas ekstrim
(Photovoltaic Cells) yang disusun seri dan
paralel. Sel Surya bekerja dengan mengubah b. Polycrystalline
energi matahari menjadi listrik. Sel surya ini
terbuat dari bahan khusus semikonduktor
yang disebut dengan silikon atau bahan
alternatif lainnya. Bahan material yang
digunakan dalam panel surya tersebut dapat
menghasilkan listrik saat disinari cahaya
matahari. Kondisi ini disebut efek Kelebihan :
fotovoltaik. 1) Jenis ini adalah panel surya yang palng
a. Monocrystalline murah dibandingan jenis lainnya.
2) Biaya investasi pembuatannya lebih
rendah disbanding jenis lainnya.
Kekurangan :
1) Memiliki tingkat efisien paling rendah
yaitu sekitar 13-16%
2) Memerlukan ruang yang lebih besar
Kelebihan : dalam hal instalasi/pemasangan
1) Tingkat efisiensi konversi sinar matahari
mencapai 15-20 % 2. Inverter
2) Mempunyai performa yang lebih baik Fungsi utama inverter adalah untuk
sehingga cocok digunakan pada kondisi mengubah daya Arus Searah (DC) menjadi
mendung/hujan. arus bolak-balik standar (AC). Ini
dikarenakan AC adalah daya yang dipasok Cara Kerja :
ke industri dan rumah oleh jaringan listrik  Panel surya menyerap dan mengubah
utama atau utilitas public. cahaya matahari menjadi listrik DC
a. Inverter On-Grid  Inverter on grid mengubah listrik DC
menjadi listrik AC yang sinkron dengan
jaringan PLN
 Listrik AC dialirkan ke panel listrik
utama yang sudah tergubung langsung
inverter on grid
 Net metering (wajib) menghitung
konsumsi bersih pemakaian listrik. Jika
Sistem grid tie atau sistem on grid ada surplus energy yang dihasilkan oleh
bekerja dengan cara mengalirkan listrik system on grid, maka kelebihan tersebut
langsung dari panel surya tanpa akan dikirim kembali ke jaringan PLN
menggunakan baterai/accu/aki. Sistem ini  Net metering atau metering fotovoltaik
dapat langsung disalurkan ke beban listrik/ wajib digunakan (pendaftaran dan
rumah tangga. Energi yang dihasilkan dari pembelian meteran dari PLN)
panel surya berupa arus Direct Current (DC) Keuntungan :
kemudian melambat menjadi arus 1) Pemasangan mudah di atap rumah/
Alternating Current (AC) melalui inverter. rooftop, tanpa mengubah konstruksi
Sistem on grid bekerja bersama dengan atap.
arus listrik dari PLN, yakni arus PLN 2) Energi/ cahaya matahari langsung
menjadi penghubung atau penyalur listrik digunakan sebagai sumber listrik, tanpa
dari panel ke beban. Sehingga seluruh menyimpan ke baterai.
penggunaan listrik pada waktu siang hari 3) Ramah lingkungan, tanpa emisi dan
dihasilkan dari energy panel, dan malam polusi udara.
hari menggunakan listrik dari PLN. 4) Hemat, cocok untuk investasi dan dapat
Penggunaan panel surya saat siang hari, mengurangi biaya tagihan listrik.
dapat mampu membantu mengurangi b. Inverter off grid
tagihan listrik dari PLN.
 Baterai kemudian mengalirkan listrik ke
inverter off grid

 Inverter off grid mengubah arus searah


(DC) menjadi bolak-balik (AC)

 Arus listrik AC lalu dialirkan ke


perangkat elektronik

3 Helioscope
Inverter off grid adalah komponen PLTS
HelioScope program yang bersifat open
yang berfungsi mengubah arus listrik searah
software baru yang berbasis website.
(DC) menjadi arus listrik bolak-balik (AC).
HelioScope merupakan produk dari Folsom
Inverter off grid juga dikenal dengan
Lab USA yang digunakan untuk mendesain
sebutan inverter mandiri dan inverter
sistem fotovoltaik seperti beberapa fitur
standalone. Sesuai dengan namanya, tipe
PVSyst serta menambahkan fungsionalitas
inverter ini khusus digunakan untuk
desain AutoCAD, yang memungkinkan
keperluan sistem PLTS off grid yang tidak
perancang untuk melakukan desain lengkap
terhubung jaringan PLN. Jika Anda hidup di
pada satu paket. Lokasi berupa alamat
jalan atau di daerah terpencil tanpa akses
lengkap, konfigurasi array, modul PV serta
jaringan listrik PLN, sistem off-grid bisa
spesifikasi inverter merupakan syarat input
menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan
utama yang dibutuhkan HelioScope.
energi Anda. Sistem off-grid kini makin
Perangkat lunak ini memungkinkan
banyak digunakan sebagai pilihan alternatif
pengguna untuk memprediksi produksi
masyarakat Indonesia ditengah upaya
energi yang menghitung berdasarkan
pengurangan tagihan bulanan dan mencapai
kerugian akibat cuaca serta iklim. Aspek–
energi baru ramah lingkungan.
aspek seperti shading, pengkabelan, efisiensi
Cara Kerja :
komponen, ketidakcocokan panel, serta
 Panel surya menghasilkan listrik dan
penggunaan lama (penuaan) dapat pula
dialirkan ke solar changer controller
dianalisis guna memberikan rekomendasi
(SCC)
untuk peralatan serta tata letak susunan.
 Arus listrik dari SCC dikirim ke baterai Program ini menampilkan produksi tahunan,
untuk disimpan kumpulan data cuaca, rasio kinerja, serta
parameter sistem lainnya untuk hasil Gedung Sekretariat BEM dikarenakan atap
simulasi. Fungsi tersebut memudahkan bangunannya menurut kami terlalu kecil
pengguna ketika menggunakan HelioScope. sehingga hanya sedikit pula potensi panel
Pengguna dapat memasukkan lokasi suryanya. Area kampus, luas permukaan
bangunan yang akan dipelajari secara dan atap dari bangunan yang tersedia sudah
lengkap serta menghubungkannya secara ditentukan berdasarkan dengan fitur
real-time ke Google Earth, sehingga hal Polygon yang ada pada Google Earth
tersebut pula mempermudah pengguna (Menghitung luas dari bentuk-bentuk
untuk merancang sistem PLTS pada gedung geometri dan juga menghitung jaraknya).
yang akan dianalisis. Kumpulan data dari Berikut merupakan jumlah luas
inverter dan panel surya juga disediakan permukaan atap gedung-gedung di yang
secara lengkap dan detail sehingga bisa menghambat kinerja pada panel surya,
pengguna dapat lebih selektif dalam sehingga pohon tersebut harus dipotong
menyusun rangkaian PLTS. pada saat panel surya dipasangkan.
Pencarian jalur matahari sepanjang hari
sebelum dipasangnya panel surya. Sehingga
tidak adanya benda yang dapat menghalangi
paparan sinar matahari terhadap panel surya
sepanjang siang hari saat matahari bersinar.
Jika mungkin untuk dihilangkan, contohnya,
III. METODELOGI
seperti dinding rumah orang lain, maka
3.1 Luasan permukaan atap mengunakan panel surya dapat dihadapkan miring ke
Helioscope. sudut-sudut yang tidak terhalang.
Saat penelitian ini dilakukan, terdapat 5 Univeritas Hang Tuah yang kami
bangunan yang kami lakukan penelitian di gunakan untuk penelitian potensi panel
Universitas Hang Tuah Surabaya. Lokasi surya.
dan nama di masing-masing bangunan dari
Google Earth. Dalam penelitian ini terdapat
beberapa gedung atau bangunan yang tidak Tabel 1. Hasil Pengukuran Luasan Atap

kami ikutkan dalam penelitian, seperti pada Gedung Fakultas di Universitas Hang

Masjid, Gedung-gedung UKM dan juga Tuah Menggunakan Helioscope


Total Luas 1. Rektorat Univ. Hang 884,39 m2
No Nama Gedung Permukaan Tuah Surabaya
Atap
2. Fakultas Psikologi 678,93 m2 3. Fakultas Ilmu Sosial 685,96 m2
Ilmu Politik
4. Growth Center 1.140,89 m2
5. Fakultas Hukum 769,81 m2
6. Fakultas Teknik dan 468,67 m2
Ilmu Kelautan

Langkah-langkah :

A. Klik “new” untuk memulai project baru


B. Membuat batasan-batasan terkait daerah
mana yang akan dipasang PLTS
C. Setting :
 Spesifikasi panel apa yang akan

digunakan

3.2 Luasan Atap yang dibutuhkan  Racking


 Height
Penentuan luas atap yang digunakan
 Azimuth
untuk pemasangan PV ditumpuhkan pada
karakteristik geometri Gedung masing- D. Setting Automatic Layout Rules :
 Default Orientation
masing. Pertama-tama dipilih Gedung
 Row Spacing
Growth Center sebagai contoh penelitian.
 Module Spacing
Kemudian total luas area atap yang akan
digunakan dihiting dari peta dengan E. Setting Wiring Zone :
menggunakan Google Earth. Metode ini  Spesifikasi inverter yang akan

sendiri dapat memberikan sebuah estimasi digunakan

luasan atap yang sudah digunakan untuk hal 3.3 Langkah-langkah Desain Komponen
lain seperti antenna, penangkal petir dan Panel Surya
sebagainya yang bisa mengganggu sistem Selanjutnya pada penilitian ini bisa
PV. Berikut Desain panel surya diambil contoh untuk penggunaan software
menggunakan helioscope. HelioScope untuk mendesain panel surya
pada Gedung Growth Center dilihat pada
Gambar 9 dan Gambar 10.

Keterangan :
1. Default Orientation : Menu peletakan
Keterangan : panel surya bisa portrait atau
1. Description : Untuk memilih merk landscape
dari panel surya yang akan dipakai 2. Row spacing : Yaitu mengatur jarak
dari contoh yang diambil pada pemasangan panel surya
penelitian pada Gedung GC 3. Module Spacing : Mengatur jarak
menggunakan merk Longi (540 Wp). panel surya
2. Racking : Menu peletakan desain Selanjutnya setelah mendesain akan di
panel surya yang akan dipasang tampilkan jumlah komponen yang di
contohnya yang ada pada Gambar 8 butuhkan untuk gedung GC. Berikut
yaitu Flush Mount Racking dimana Gambar 11 Hasil jumlah komponen yang
peletakan secara vertical. dibutuhkan untuk pemasangan panel surya
3. Height : Ukuran ketinggian tempat pada Gedung GC.
dari tanah sampai atap
4. Azimuth : Menu mengatur tingkat
kemiringan pemasangan panel surya

Keterangan :
1. Inverter : Jenis Sunny Tripower
membutuhkan 4 unit masing-masing
(96,2kW)
2. Panel surya : Jenis Longi Solar
540M (540Wp) membutuhkan 200
unit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

POA irradiance dimana adalah radiasi


total dengan memperhitungkan sudut
kemiringannya adalah sebesar 17792,2
kWh/m², kemudian untuk total radiasi
untuk semua shading adalah sebesar 1779,1
kWh/m², kemudian untuk radiasi dengan
pantulan dari permukaan modul panel surya
adalah sebesar 1716,3 kWh/m², selanjutnya
adalah radiasi yang dihasilkan apabila panel
Berikut merupakan potensi energy yang
surya dalam kondisi kotor (soiling) adalah
dihasilkan menggunakan helioscope dimana
sebesar 1682 kWh/m², dan untuk total
total energy yang dihasilkan selama
penyinaran tahunan yang dapat dihasilkan
simulasi adalah 124.5 MWh, selanjutnya
oleh panel surya adalah sebesar 1682,2
untuk presentase total energy potensial yang
kWh/m².
dihasilkan panel surya yang nantinya diubah
Selanjutnya untuk daya potensial secara
menjadi arus AC adalah 75,8 %, dan untuk
maksimum yang dihasilkan sebesar
total energy yang dihasilkan oleh panel
155.400,9 kWh, kemudian untuk output
adalah 92,3 kW
energy total yang dihasilkan oleh modul
apabila terkena cahaya redup adalah sebesar
155.363,5 kWh, kemudian untuk output
panel apabila terkena perubahan cuaca
adalah sebesar 131.972,2 kWh, untuk Berikut adalah hasil dari potensi yang
dihasilkan oleh panel surya untuk beberapa
output energy yang dihasilkan akibat dari gedung di Universitas Hang Tuah Surabaya.
semua kendala (hubungan seri,parallel,
3.4 Hasil Annual Production Report
penurunan tegangan) sebesar 127.543,1 HelioScope
kWh, Total energy DC setelah Disini juga akan ditampilkan hasil Annual
Production Report dari salah satu gedung dari
memperhitungkan tegangan inverter dan Universitas Hang Tuah yaitu gedung FTIK.
batas daya adalah sebesar 127.087,7 kWh,
kemudian untuk output energy AC dari
inverter dengan mempertimbangkan umur
dari inverter adalah sebesar 125.137,0
kWh, dan untuk keluaran energy AC total
setelah menghitung rugi-rugi akibat semua
hal adalah sebesar 124.511,3 kWh.

Gedung Luas Permukaan Potensi Per


Atap hari
Rektorat 884,39 m2 481.580 Kwh
Univ. Hang
Tuah
Surabaya
Fakultas 678,93 m2 505.440 Kwh
Psikologi
Fakultas Ilmu 685,96 m2 414.720 Kwh
Sosial Ilmu
Politik
Growth Center 1.140,89 m2 432.000 Kwh

Fakultas 769,81 m2 324.570 Kwh


Hukum
Fakultas Teknik 468,67 m2 417.380 Kwh
dan Ilmu
Kelautan
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pendataan luas
keseluruhan atap bangunan Gedung
Universitas Hang Tuah Surabaya yang sudah
dihitung dengan rumus yang telah
ditetapkan, bahwasannya dapat disimpulkan
bahwa dari hasil perhitungan didapatkan luas
total atap bangunan Gedung Universitas
Hang Tuah Surabaya, meliputi gedung
rektorat, gedung fakultas hukum, gedung
fakultas psikologi, gedung fakultas FISIP,
dan gedung GC dan secara dan secara global
solar atlas ditemukan bahwa hasil Gav sama
yaitu sebesar 4.8. Dengan jumlah luas
permukaan panel sebesar 2,42 m2. Dengan
rata-rata penyerapan energi matahari sebesar
4 jam. Dengan kemiringan panel sebesar 35º.
kemiringan 90° terhadap arah mata angin
masing-masing yaitu menghadap timur,
barat, dan timur laut. Dapat dilihat pada
Tabel 2 Hasil perhitungan serap energi
panel surya.
DAFTAR PUSTAKA

Satria, Habib, and Syafii Syafii. "Sistem Monitoring Online dan Analisa Performansi PLTS Rooftop
Terhubung ke Grid PLN." Jurnal Rekayasa Elektrika 14.2 (2018): 267513.

Boedoyo, Mohamad Sidik. "Potensi dan peranan plts sebagai energi alternatif masa depan di
indonesia." Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 14.2 (2013).

Mundakir, Dandi. ANALISIS POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) METODE ON


GRID UNTUK RUMAH TANGGA DI PURWOREJO MENGGUNAKAN SOFTWARE PVSYST. Diss.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2021.

Ridho, Muhammad Alvin, Bambang Winardi, and Agung Nugroho. "Analisis Potensi Dan Unjuk Kerja
Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Plts) Di Departemen Teknik Elektro Universitas
Diponegoro Menggunakan Software Pvsyst 6.43." Transient: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro 7.4 (2019):
883-890.

Prian Gagani Chamdareno, Hamzah Hilal “Analisa Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid PLTD-PLTS di
Pulau Tunda Serang Banten” Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Jakarta.

Deni Almanda, Moh. Akhsin Zaenal Muttaqin. “Analisa dan Perbandingan PLTS on Grid yang Terpasang
di Atap Gedung Utama PT Subur Semesta dengan PLTS On Grid yang Bergerak Mengikuti Arah
Matahari” Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Jakarta.

P. Manikandan, S. Karthick, S. Saravanan, and T. Divya, “Role of Solar Powered Automatic Traffic Light
Controller for Energy Conservation,” International Research Journal of Engineering and Technology
(IRJET), vol. 5, no. 12, pp. 989–992, 2018.

D. A. Devi and A. Kumar, “Design and implementation of CPLD based solar power saving system for
street lights and automatic traffic controller,” International Journal of Scientific and Research
Publications, vol. 2, no. 11, pp. 1–4, 2012.
Budiyanto and Fadliondi, “The Improvement of Solar Cell Output Power Using Cooling and Reflection
from Mirror,” Int. J. Power Electron. Drive Syst., vol. 8, no. 3, pp. 1320– 1326, 2017.

M. Mustafa, V. Sunil, and U. Bhasker, “Hybrid Power Generation By Solar Tracking and Vertical Axis
Wind Turbine ( Design and Analysis ),” Int. Res. J. Eng. Technol., vol. 4, no. 8, 2017.

Anda mungkin juga menyukai