Anda di halaman 1dari 8

Indonesian Journal for Health Sciences

Vol. 5, No. 2, September 2021, Hal. 69-76


ISSN 2549-2721 (Print), ISSN 2549-2748 (Online) 69

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN


KELOR (Moringa oleifera Lamk) BERDASARKAN
PERBEDAAN WAKTU PANEN
Munira Munira1, Dhea Amalia1, Wiqayatun Khazanah2, Muhammad Nasir3*
1Program Studi Farmasi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Aceh, Indonesia
2Program Studi Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Aceh, Indonesia
3Program Studi Biologi FMIPA, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Aceh, Indonesia

ABSTRAK
Riwayat Artikel: Abstract:
Submit: 19/02/2021 Moringa (Moringa oleifera Lamk) has been used to treat various types of
Diterima: 28/04/2021 diseases, one of which is antibacterial. This study aims to determine the
Diterbitkan: 01/09/2021 differences in the ability of Moringa leaf extracts harvested in the morning and
evening in inhibiting the growth of Staphylococcus aureus and Escherichia coli.
Kata Kunci: The research was a experimental laboratory study using a completely randomized
Kelor, design (CRD) with three treatments, namely P0 (aquades), P1 (Moringa leaf
Antibakteri, extract harvested in the morning), P2 (Moringa leaf extract harvested in the
Waktu Panen, afternoon) with four repetitions. Microbiological test using the disc diffusion
Staphylococcus aureus, method. Phytochemical test results showed that Moringa leaf extract contains
Escherichia coli alkaloids, saponins, flavonoids, and triterpenoids. ANOVA test results stated that
Moringa leaf extract harvested at different times had a significant effect on the
growth of Staphylococcus aureus and Escherichia coli (P = 0.000). Duncan's
further test showed no difference in the mean diameter of the inhibition zone
between Moringa leaf extracts harvested in the morning (13.25 mm) and evening
(14.325 mm) in inhibiting Staphylococcus aureus. Whereas in Escherichia coli,
there is a real difference in the average diameter of the Moringa leaf extract
inhibition zone harvested in the morning (0.00 mm) and evening (13.75 mm).
.
Abstrak:
Tanaman kelor (Moringa oleifera Lamk) telah digunakan untuk mengobati
berbagai jenis penyakit, salah satunya adalah sebagai antibakteri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan ekstrak daun kelor yang
dipanen pada pagi hari dan sore hari dalam menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian bersifat eksperimental
murni menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu
P0 (aquadest), P1 (ekstrak daun kelor yang dipanen pada pagi hari), P2 (ekstrak
daun kelor yang di panen pada sore hari) dengan masing-masing 4 kali ulangan.
Uji mikrobiologi menggunakan metode difusi cakram. Hasil uji fitokimia
menunjukkan ekstrak daun kelor mangandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan
triterpenoid. Hasil uji Anova menyatakan bahwa ekstrak daun kelor yang dipanen
pada waktu berbeda sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli (P=0,000). Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan rata-rata diameter zona hambat antar ekstrak daun kelor yang
dipanen pada pagi hari (13,25 mm) dan sore hari (14,325 mm) dalam
menghambat Staphylococcus aureus. Sedangkan pada Escherichia coli terdapat
perbedaan yang nyata rata-rata diameter zona hambat ekstrak daun kelor yang
dipanen pada pagi hari (0,00 mm) dan sore hari (13,75 mm)

Penulis Korespondensi: Cara Mengutip:


Muhammad Nasir M. Munira. D. Amalia, and M. Nasir, “Uji Aktivitas
Prodi Biologi FMIPA, Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, oleifera Lamk) Berdasarkan Perbedaan Waktu
Aceh, Indonesia Panen”, Indonesia. J. Heal. Sci., vol. 5, no. 2, pp. 69-
Email: m_nasir@unsyiah.ac.id 76, 2021.

journal.umpo.ac.id/index.php/IJHS
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 5, No. 2, September 2021, Hal. 69-76

PENDAHULUAN
Indonesia memiliki kekayaan alam faktor seperti bagian tanaman yang
yang cukup melimpah. Beberapa penelitian digunakan, jenis tumbuhan, lingkungan
membuktikan bahwa Indonesia sangat tempat tumbuh, umur, waktu panen dan
berpotensi sebagai tempat tumbuh dan kematangan [10], [11]. Waktu panen akan
berkembangnya tanaman obat [1]. Salah mempengaruhi kualitas dan kuantitas dari
satu tanaman yang dapat dimanfaatkan rendemen yang dihasilkan. Sejauh ini
sebagai tanaman obat adalah tanaman kelor belum banyak penelitian yang terkait
(Moringa oleifera L.) [2]. dengan kandungan senyawa kimia
Hampir semua bagian dari tanaman berdasarkan waktu panen. Namun beberapa
kelor dapat dimanfaatkan sebagai obat [3]. penelitian telah mem-buktikan teori ini,
Biji dan buah kelor berkhasiat sebagai diantaranya Dwinatari (2015) membuktikan
antioksidan, antifungi dan antidiabetes. bahwa waktu panen daun legundi (Vitex
Akarnya berkhasiat sebagai antiinflamasi, trifolia L.) mem-pengaruhi senyawa kimia
antimikroba, dan antiulcer [4]. Sedangkan viteksikarpin. Daun legundi yang dipanen
daun kelor dapat digunakan sebagai pada sore hari menghasilkan senyawa
antijamur, antihipertensi, antidiare, anti- viteksikarpin dengan kadar yang optimum
tumor, antihiperglikemik, antikanker, anti [12]. Aisyah, dkk (2016) juga melaporkan
inflamasi, dan antibakteri [5]. bahwa waktu panen bunga kenanga
Beberapa penelitian telah dilakukan (Cananga odorata) mempengaruhi
terkait dengan pemanfaatan daun kelor senyawa kariofilen yang dikandung bunga
khususnya sebagai antibakteri diantaranya ini. Waktu panen yang baik untuk
adalah penelitian Singh (2011) yang penyulingan bunga kenanga yaitu pada pagi
membuktikan bahwa ekstrak daun kelor hari, hal ini ditunjukkan pada kemampuan
mampu menghambat beberapa jenis bakteri minyak atsiri bunga kenanga dalam
seperti Streptococcus sp, Proteus mirabilis, menghambat pertumbuhan bakteri, bunga
dan Aspergillus flavus [6]. Dima, dkk kenanga yang dipanen pada pagi hari zona
(2016) juga membuktikan bahwa ekstrak hambatnya lebih besar di bandingkan zona
daun kelor dapat menghambat aktivitas hambat bunga kenanga yang dipanen pada
bakteri Escherichia coli dan sore hari [13].
Staphylococcus aureus [7]. Bakteri Berdasarkan uruaian di atas perlu
Staphylococcus aureus termasuk bakteri dilakukan penelitian tentang penggunaan
Gram positif dan banyak kasus menginfeksi ekstrak daun kelor dengan variasi waktu
manusia maupun mamalia lainnya. Bakteri panen terhadap pertumbuhan bakteri
Escherichia coli merupakan bakteri Gram Staphylococcus aureus yang merupakan
negatif yang berpotensi menghasilkan kelompok bakteri Gram positif dan
toksik [8]. Esherichia coli yang merupakan kelompok
Bakteri penyebab infeksi dapat bakteri Gram negatif.
dihambat pertumbuhannya dengan meng-
gunakan senyawa antibakteri. Senyawa METODE PENELITIAN
antibakteri merupakan suatu zat yang dapat Penelitian ini bersifat eksperimental
mengganggu pertumbuhan atau bahkan murni dengan 3 perlakuan yaitu P0
dapat mematikan bakteri. Daun kelor (akuades), P1 (ekstrak daun kelor yang
dipercaya dapat digunakan sebagai bahan dipanen pada pagi hari), P2 (ekstrak daun
alami antibakteri karena memiliki senyawa kelor yang dipanen pada sore hari) dengan
kimia berupa saponin, tanin, flavonoid, dan masing-masing 4 kali ulangan. Uji mikro-
alkaloid [9]. biologi dengan menggunakan metode difusi
Kandungan senyawa kimia pada cakram di mana parameter yang di-
suatu tanaman dipengaruhi oleh berbagai perhatikan adalah diameter zona hambat

70
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 5, No. 2, September 2021, Hal. 69-76

ekstrak daun kelor terhadap pertumbuhan setengah kali volume pelarut pada
Staphylococcus aureus dan Escherichia penyarian pertama. Dikumpulkan semua
coli. Data yang telah diperoleh akan maserat dan diuapkan dengan vacuum
dianalisis dengan menggunakan uji Anova rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak
dan uji lanjut Duncan. kental [14]. Dalam penelitian ini digunakan
pelarut etanol 70% karena etanol 70%
1. Alat dan Bahan merupakan pelarut yang memiliki polaritas
Alat yang digunakan adalah yang tinggi, ekonomis dan dapat digunakan
blender, timbangan, toples kaca bertutup, untuk ekstraksi makanan karena tidak
gelas ukur, vacuum rotary evaporator, beracun dan tidak berbahaya [15].
pipet ukur, hot plate, beaker glass,
erlenmeyer, cawan petri, tabung reaksi, rak 4. Skrining Fitokimia
tabung, labu ukur, spatula, corong kaca, a. Uji alkaloid
batang pengaduk, ose bulat, lampu bunsen, Ekstrak dilarutkan dengan
pinset, spidol, autoklaf, inkubator dan kloroform beramonia di dalam tabung
penggaris. reaksi, kemudian dikocok lalu disaring
Bahan yang digunakan adalah daun dan ditambahkan 1 ml asam sulfat 2 N,
kelor yang diperoleh dari Desa dikocok kembali sampai terbentuk dua
Lampeuneureut Ujong Blang, Kecamatan lapisan. Lapisan yang terletak pada
Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, bagian atas (asam) dipipet dan
akuadest, etanol 70%, NaCl 0,9%, asam dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi.
sulfat 1%, barium klorida 1%, bakteri Tabung pertama ditambahkan 3 tetes
Staphylococcus aureus dan Escherichia pereaksi Bouchardat, tabung kedua
coli yang diperoleh dari Laboratorium ditambahkan 3 tetes pereaksi Dragen-
Mikro-biologi Farmasi Poltekkes Aceh, dorf dan tabung reaksi ketiga ditambah-
media Nutrient Agar, kapas, cakram kan 3 tetes pereaksi Wagner. Adanya
kosong, kain flanel, kertas label, kertas pH, senyawa alkaloid ditandai dengan
cotton bud dan kertas buram. terbentuknya endapan coklat sampai
dengan hitam pada tabung 1, dan
2. Pengolahan Sampel timbulnya endapan berwarna coklat
Dipetik daun kelor pada waktu yang kemerahan pada tabung reaksi kedua
berbeda yaitu pada pagi hari (08:00-09:00 dan ketiga [16].
WIB) dan sore hari (16:00-17:00 WIB) b. Uji flavanoid
kemudian ditimbang sebanyak 1 kg. Dicuci Diambil sejumlah sampel dan
dengan air bersih dan dikeringkan di dalam dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
ruangan. Sampel yang telah kering Ditambahkan serbuk Magnesium 2 mg
diserbukkan dengan blender. dan 3 tetes HCl pekat. Sampel dikocok
dan diamati perubahan yang terjadi,
3. Ekstraksi Sampel Adanya senyawa flavanoid ditandai
Sampel diekstraksi dengan meng- dengan terbentuknya warna merah,
gunakan metode maserasi. Sebanyak 100 kuning atau jingga pada larutan [17].
gram serbuk daun kelor masing-masing c. Uji saponin
sesuai variasi waktu pemanenan di- Diambil sejumlah sampel dan
masukkan ke dalam toples kaca kemudian dilarutkan dengan akuades kemudian
ditambahkan 1000 mL etanol 70%. dipanaskan selama 15 menit lalu
Direndam selama 6 jam pertama sambil dikocok selama 10 detik. Jika terbentuk
sesekali diaduk, didiamkan selama 18 jam. buih yang stabil selama kurang lebih 10
Dipisahkan maserat dengan filtrasi. menit dan ditambahkan beberapa tetes
Diulang penyarian dengan jenis pelarut asam klorida 2 N, maka sampel tersebut
yang sama sekurang-kurangnya sebanyak positif mengandung saponin [16].

71
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 5, No. 2, September 2021, Hal. 69-76

d. Uji tanin oleifera Lamk) yang dipanen pada pagi hari


Diambil ekstrak sebanyak 1 mL dan sore hari mengandung senyawa kimia
dan ditambahkan beberapa tetes larutan yang sama yaitu alkaloid, saponin,
besi (III) Klorida 1%. Diamati per- flavonoid, dan triterpenoid tetapi tidak
ubahan yang terjadi, adanya senyawa mengandung senyawa kimia steroid dan
tanin ditunjukkan dengan terbentuknya tanin.
warna biru tua atau hitam kehijauan Tabel 1.
[17]. Hasil Uji Fitokimia Daun Kelor Yang
e. Uji terpenoid dan steroid Dipanen Pagi Hari dan Sore Hari
Sampel dilarutkan dengan
Senyawa Kimia DKPH DKSH
pereaksi Liebermann Burchard (asam 1. Alkaloid
asetat anhidrat dan asam sulfat pekat).  Dragendrof + +
Sampel yang mengandung senyawa  Burchard + +
golongan steroid akan berubah warna  Wagner + +
2. Saponin + +
menjadi hijau kebiruan. Sedangkan 3. Flavonoid + +
untuk senyawa golongan triterpenoid 4. Steroid - -
akan membentuk cincin coklat atau 5. Triterpenoid + +
6. Tanin - -
violet [16]. Keterangan :
DKPH : Daun kelor yang dipanen pada pagi hari
5. Metode Difusi Cakram DKSH : Daun kelor yang dipanen pada sore hari
Uji antibakteri dilakukan dengan (+) : Mengandung senyawa yang diuji
(-) : Tidak mengandung senyawa yang diuji
menggunakan metode difusi cakram.
Kertas cakram yang digunakan ukuran 6 2. Hasil Uji Antibakteri
mm dengan kertas Whatmann no 1. Hasil penelitian ekstrak daun kelor
Perlakuan dengan cara disiapkan 4 cawan yang dipanen pada pagi hari dan sore hari
petri. Dituangkan 20 mL media NA ke menunjukkan adanya aktivitas antibakteri
dalam masing-masing cawan petri dan terhadap Staphylococcus aureus dan
didiamkan hingga mengeras. Kemudian Escherichia coli. Hal ini terbukti dengan
diswap suspensi bakteri Staphylococcus terbentuknya zona hambat di sekitar
aureus di atas permukaan media dengan cakram.
meng-gunakan cotton bud. Dibagi masing- Pada pengujian terhadap Staphylo-
masing media menjadi 3 daerah (P0, P1, coccus aureus, rata-rata diameter zona
P2,). P0 diletakkan cakram yang berisi hambat yang terbentuk adalah 13,25 mm
aquades, P1 diletakkan ekstrak etanol daun untuk ekstrak daun kelor yang dipanen
kelor yang dipanen pada pagi hari (100%), pada pagi dan 14,25 mm untuk ekstrak
P2 diletakkan ekstrak etanol daun kelor daun kelor yang dipanen sore hari. Dari
yang dipanen pada sore hari (100%) di analisa statistik mengunakan uji Anova
mana cakram direndam selama ±30 menit menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor
dalam masing-masing ekstrak. Kemudian yang dipanen pada waktu yang berbeda
o
di-inkubasi pada suhu 37 C selama 2x24 memiliki aktivitas antibakteri yang
jam dengan posisi petri dibalik. Dilakukan bermakna (P = 0,000) dalam menghambat
hal yang sama terhadap bakteri Escherichia pertumbuhan bakteri Staphylococcus
coli untuk uji antibakteri. aureus (Tabel 2). Uji lanjut Duncan
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
HASIL DAN PEMBAHASAN yang nyata antara ekstrak daun kelor
1. Hasil Uji Fitokimia (Moringa oleifera Lamk) yang dipanen
Berdasarkan hasil uji fitokimia yang pada pagi hari dan sore hari dalam
telah dilakukan secara kualitatif, maka menghambat Staphylococcus aureus.
diperoleh hasil bahwa daun kelor (Moringa (Tabel 3).

72
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 5, No. 2, September 2021, Hal. 69-76

Tabel 2. Tabel 4.
Hasil Uji Anova Rata-rata Diameter Zona Hasil Uji Anova Rata-rata Diameter Zona
Hambat Ekstrak Daun Kelor yang Dipanen Hambat Ekstrak Daun Kelor yang Dipanen
pada Pagi Hari dan Sore Hari Terhadap pada Pagi Hari dan Sore Hari Terhadap
Staphylococcus aureus. Escherichia coli.
Rerata Standar
Perlakuan P-value
Rerata Standar (mm) Deviasi
Perlakuan P-value Aquadest 0,00 0,00
(mm) Deviasi
Akuades 0,00 0,00 DKPH 0,00 0,00 0,000
DKPH 13,25 1,50 0,000 DKSH 13,75 1,70
DKSH 14,25 1,89 Keterangan:
Keterangan : DKPH : Daun kelor yang dipanen pada pagi hari
DKPH : Daun kelor yang dipanen pada pagi hari DKSH : Daun kelor yang dipanen pada sore hari
DKSH : Daun kelor yang dipanen pada sore hari
Tabel 5.
Tabel 3. Uji Lanjut Duncan Rata-rata Diameter
Uji Lanjut Duncan Rata-rata Diameter Zona Hambat Ekstrak Daun Kelor yang
Zona Hambat Ekstrak Daun Kelor yang Dipanen pada Pagi Hari dan Sore Hari
Dipanen pada Pagi Hari dan Sore Hari Terhadap Escherichia coli.
Terhadap Staphylococcus aureus.
Rerata
Perlakuan Kategori
Rerata (mm) ± SD
Perlakuan Kategori Aquadest ,000 ͣ ± ,000 Tidak ada daya hambat
(mm) ± SD
Tidak ada DKPH ,000a ± ,000 Tidak ada daya
Aquadest ,000 ͣ ± ,000
daya hambat DKSH 13,75b ± 1,70 Kuat
DKPH 13,25b ± 1,50 Kuat Keterangan: Superscipt huruf yang berbeda
DKSH 14,25b ± 1,89 Kuat
menunjukkan adanya perbedaan (P<0,05)
Keterangan : Superscipt huruf yang berbeda
menunjukkan adanya perbedaan (P<0,05)
Daun kelor dapat menghambat
Pada pengujian terhadap bakteri pertumbuhan bakteri karena mengandung
Escherichia coli didapatkan hasil bahwa senyawa kimia alkaloid, saponin, flavonoid
ekstrak daun kelor yang dipanen pada pagi dan tripernoid (Tabel 1). Menurut Yudistira
hari tidak dapat menghambat pertumbuhan dkk (2013) senyawa-senyawa tersebut
bakteri (tidak ada daya hambat), namun diketahui berkhasiat sebagai antimikroba
ekstrak daun kelor yang dipanen pada sore dan berperan penting dalam
hari memberikan rata-rata diameter zona menyembuhkan berbagai penyakit yang
hambat sebesar 13,75 mm. Uji Anova disebabkan oleh infeksi [18]. Alkaloid
menyatakan bahwa ekstrak daun kelor yang bekerja dengan mengganggu komponen
dipanen pada waktu yang berbeda sangat penyusun peptidoglikan pada sel bakteri
berpengaruh (P= 0,000) dalam sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk
menghambat pertumbuhan Escherichia coli secara utuh sehingga terjadi kematian sel.
(Tabel 4). Sementara uji lanjut Duncan Flavonoid akan membentuk senyawa
menyatakan bahwa terdapat perbedaan kompleks dengan protein ekstraseluler
yang nyata antar rata-rata diameter zona sehingga dapat merusak membran sel
hambat ekstrak daun kelor yang dipanen bakteri yang diikuti dengan keluarnya
pada pagi hari dan sore hari dalam senyawa intraseluler [19]. Sementara
menghambat pertumbuhan Escherichia coli saponin dapat menyebabkan kebocoran
(Tabel 5). protein dan enzim dari dalam sel bakteri
[20].

73
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 5, No. 2, September 2021, Hal. 69-76

Dari uraian hasil penelitian di atas besar dibandingkan Escherichia coli (Gram
dapat disimpulkan bahwa rata-rata diameter negatif). Hal ini karena adanya perbedaan
zona hambat terbesar dibentuk oleh ekstrak struktur dinding sel dari kedua bakteri
daun kelor yang di panen pada sore hari tersebut. Struktur dinding sel bakteri Gram
baik terhadap pertumbuhan Staphylococcus positif (S. aureus) terdiri atas lapisan
aureus maupun Escherichia coli. Hal ini peptidoglikan yang tebal, asam teikoat, dan
dapat disebabkan karena kadar senyawa sedikit lipid. Sedangkan struktur dinding
kimia yang berpotensi sebagai antibakteri sel bakteri Gram negatif (E. Coli) dilapisi
pada ekstrak daun kelor yang dipanen pada membran luar yang terdapat protein,
sore hari lebih tinggi dibandingkan pada fospolipid, dan lipopolisakarida[23] [24].
daun kelor yang dipanen pada pagi hari,
terutama kadar flavonoid. Hal ini sejalan KESIMPULAN
dengan penelitian Iqbal, dkk (2016) Ekstrak daun kelor yang dipanen
terhadap daun sirih merah dan hijau yang pada pagi hari dan sore hari sangat
dipanen pada sore hari untuk menganalisis berpengaruh dalam menghambat per-
nilai absorbansi kadar flavonoid. Daun sirih tumbuhan Staphylococcus aureus dan
merah dan hijau yang dipanen pada sore Escherichia coli. Rata-rata diameter zona
hari menghasilkan daun sirih yang segar hambat terbesar dibentuk oleh ekstrak daun
dan kadar flavonoidnya lebih banyak kelor yang di panen pada sore hari baik
karena proses fotosintesis telah terhadap pertumbuhan Staphylococcus
berlangsung pada saat siang hari [21]. aureus maupun Escherichia coli, namun
Menurut Song (2012) beberapa ekstrak daun kelor yang dipetik pada pagi
tanaman terutama tanaman yang hari tidak dapat menghambat pertumbuhan
mengalami fotosi ntesis waktu panen yang Escherichia coli. Sangat diharapkan agar
dapat menghasilkan hasil terbaik secara dilakukan uji kadar flavonoid dengan cara
beurut yaitu pada siang hari kemudian sore spektrofotometri pada ekstrak daun kelor
hari dan pagi hari [22]. Penelitian lainnya (Moringa oleifera Lamk) yang dipanen
dilaporkan oleh Dwinatari (2015) yang pada pagi hari dan sore hari.
membuktikan bahwa waktu panen daun
legundi (Vitex trifolia L.) mempengaruhi UCAPAN TERIMA KASIH
senyawa kimia viteksikarpin, dimana daun Terima kasih kami kepada Direktur
legundi yang dipanen pada sore hari Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh,
menghasilkan senyawa viteksikarpin Ketua Jurusan Farmasi Politeknik
dengan kadar yang optimum [12]. Kesehatan Kemenkes Aceh dan Jurusan
Biologi FMIPA Unsyiah serta semua pihak
P0
yang telah banyak memberikan bantuan
P0 dalam penyelesaian penelitian ini.
P1
P1 DAFTAR PUSTAKA
P2 [1] W. O. Jumiarni and O. Komalasari,
P2
“Eksplorasi jenis dan pemanfaatan
(a) (b) tumbuhan obat pada masyarakat
Gambar 1. Diameter zona hambat daun kelor Suku Muna di Permukiman Kota
terhadap (a) Staphylococcus aureus (b) Wuna,” Tradit. Med. J., vol. 22, no.
Escherichia coli. 1, pp. 45–56, 2017.
[2] S. S. Toripah, “Aktivitas antioksidan
Jika ditinjau dari kemampuan ekstrak dan kandungan total fenolik ekstrak
daun kelor dalam menghambat pertumbuh- daun kelor (Moringa oleifera
an bakteri, maka rata-rata diameter zona LAM),” Pharmacon, vol. 3, no. 4,
hambat yang terbentuk terhadap bakteri 2014.
Staphylococcus aureus (Gram positif) lebih
74
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 5, No. 2, September 2021, Hal. 69-76

[3] A. T. O. Rivai, “Identifikasi [12] Y. B. Murti and I. K. Dwinatari,


Senyawa yang Terkandung pada “The Effect of Harvesting TIME and
Ekstrak Daun Kelor (Moringa Degree of Leaves Maturation on
oleifera),” Indones. J. Fundam. Sci., Viteksikarpin Level in Legundi
vol. 6, no. 2, pp. 63–70, 2020. Leaves (Vitex Trifolia L.),” Maj.
[4] S. M. Eze, C. N. Mowa, D. Wanders, Obat Tradis., vol. 20, no. 2, pp. 110–
J. A. Doyle, B. J. Wong, and J. S. 116.
Otis, “Moringa oleifera Improves [13] Y. Aisyah, S. Haryani, and R.
Skeletal Muscle Metabolism and Maulidya, “Pengaruh Jenis Bunga
Running Performance in Mice,” Dan Waktu Pemetikan Terhadap
2020. Sifat Fisikokimia dan Aktivitas
[5] A. Toma and S. Deyno, Antibakteri Minyak Atsiri Bunga
“Phytochemistry and pharmaco- Kenanga (Cananga odorata),” J.
logical activities of Moringa Teknol. dan Ind. Pertan. Indones.,
oleifera,” Int. J. Pharmacogn., vol. vol. 8, no. 2, pp. 53–60, 2016.
1, no. 4, pp. 222–231, 2014. [14] R. I. Depkes, “Suplemen III
[6] R. S. G. Singh, P. S. Negi, and C. Farmakope Herbal Indonesia, Edisi
Radha, “Phenolic composition, I,” Jakarta. Kementrian Kesehat. RI,
antioxidant and antimicrobial 2013.
activities of free and bound phenolic [15] T. Azis, S. Febrizky, and A. D.
extracts of Moringa oleifera seed Mario, “Pengaruh Jenis Pelarut
flour,” J. Funct. Foods, vol. 5, no. 4, Terhadap Persen Yield Alkaloid dari
pp. 1883–1891, 2013. Daun Salam India (Murraya
[7] L. R. H. Dima, “Uji aktivitas Koenigii),” J. Tek. Kim., vol. 20, no.
antibakteri ekstrak daun kelor 2, 2014.
(Moringa oleifera L.) terhadap [16] S. Yanti and Y. Vera, “Skrining
bakteri Escherichia coli dan Fitokimia Ekstrak Daun Belimbing
Staphylococcus aureus,” Wuluh (Averrhoa Bilimbi),” J.
Pharmacon, vol. 5, no. 2, 2016. Kesehat. Ilm. Indones. (Indonesian
[8] M. J. Pelczar, Dasar-dasar Heal. Sci. Journal), vol. 4, no. 1, pp.
mikrobiologi. Universitas Indonesia, 41–46, 2019.
2019. [17] S. Purwati, S. V. T. Lumowa, and S.
[9] H. Kenconojati and N. Samsurianto, “Skrining Fitokimia
Rofi’Rukman, “Daya Hambat Daun Saliara (Lantana camara L)
Ekstrak Daun Kelor (Moringa Sebagai Pestisida Nabati Penekan
oleifera) Terhadap Aeromonas Hama Dan Insidensi Penyakit Pada
Hydrophila: Studi Awal Untuk Tanaman Holtikultura di Kalimantan
Pengobatan Aeromoniasis.,” J. Timur,” in Prosiding Seminar
Aquac. Sci., vol. 4, no. 1, pp. 12–20, Kimia, 2017, pp. 153–158.
2019. [18] F. Yudistira, “Potensi antimikroba
[10] G. Agoes, “Teknologi bahan alam,” ekstrak air daun kelor (Moringa
Bandung penerbit ITB, pp. 21–27, oleifera) terhadap Salmonella
2007. enteritidis (sp-1-pkh) secara in
[11] M. Munira, N. Mastura, and M. vitro.” Universitas Brawijaya, 2013.
Nasir, “Uji antibakteri kulit buah [19] A. Amalia, I. Sari, and R. Nursanty,
kopi (Coffea arabica L.) Gayo “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil
berdasarkan tingkat kematangan Asetat Daun Sembung (Blumea
terhadap Escherichia coli,” Indones. balsamifera (L.) DC.) Terhadap
J. Heal. Sci., vol.4, no.2, pp. 84–90, Pertumbuhan Bakteri Methicillin
2020. Resistant Staphylococcus aureus

75
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 5, No. 2, September 2021, Hal. 69-76

(MRSA),” Pros. Biot., vol. 4, no. 1, 23] S. Amalia, S. Wahdaningsih, and E.


2018. K. Untari, “Uji aktivitas antibakteri
[20] S. Madduluri, K. B. Rao, and B. fraksi n-Heksan kulit buah naga
Sitaram, “In vitro evaluation of merah (Hylocereus polyrhizus
antibacterial activity of five Britton & Rose) terhadap bakteri
indigenous plants extract against five Staphylococcus aureus ATCC
bacterial pathogens of human,” Int. 25923,” J. Fitofarmaka Indones.,
J. Pharm. Pharm. Sci., vol. 5, no. 4, vol. 1, no. 2, pp. 61–64, 2014.
pp. 679–684, 2013. [24] A. Widyasanti, S. Hajar, D.
[21] M. I. Mustamin, N. Rustam, and K. Rohdiana, D. Z. Arief, and A.
Kasman, “Analisis Nilai Absorbansi Budiman, “Aktivitas antibakteri
Kadar Flavonoid Daun Sirih Merah ekstrak teh putih terhadap bakteri
(Piper Crocatum) Dan Daun Sirih Gram positif dan negatif,” J. Penelit.
Hijau (Piper Betle L),” Gravitasi, Teh dan Kina, vol. 18, no. 1, pp. 55–
vol. 15, no. 1, 2016. 60, 2015.
[22] A. N. Song, “Evolusi fotosintesis
pada tumbuhan,” J. Ilm. Sains, vol.
12, no. 1, pp. 28–34, 2012.

76

Anda mungkin juga menyukai