3640 15065 1 PB
3640 15065 1 PB
ABSTRAK
Riwayat Artikel: Abstract:
Submit: 19/02/2021 Moringa (Moringa oleifera Lamk) has been used to treat various types of
Diterima: 28/04/2021 diseases, one of which is antibacterial. This study aims to determine the
Diterbitkan: 01/09/2021 differences in the ability of Moringa leaf extracts harvested in the morning and
evening in inhibiting the growth of Staphylococcus aureus and Escherichia coli.
Kata Kunci: The research was a experimental laboratory study using a completely randomized
Kelor, design (CRD) with three treatments, namely P0 (aquades), P1 (Moringa leaf
Antibakteri, extract harvested in the morning), P2 (Moringa leaf extract harvested in the
Waktu Panen, afternoon) with four repetitions. Microbiological test using the disc diffusion
Staphylococcus aureus, method. Phytochemical test results showed that Moringa leaf extract contains
Escherichia coli alkaloids, saponins, flavonoids, and triterpenoids. ANOVA test results stated that
Moringa leaf extract harvested at different times had a significant effect on the
growth of Staphylococcus aureus and Escherichia coli (P = 0.000). Duncan's
further test showed no difference in the mean diameter of the inhibition zone
between Moringa leaf extracts harvested in the morning (13.25 mm) and evening
(14.325 mm) in inhibiting Staphylococcus aureus. Whereas in Escherichia coli,
there is a real difference in the average diameter of the Moringa leaf extract
inhibition zone harvested in the morning (0.00 mm) and evening (13.75 mm).
.
Abstrak:
Tanaman kelor (Moringa oleifera Lamk) telah digunakan untuk mengobati
berbagai jenis penyakit, salah satunya adalah sebagai antibakteri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan ekstrak daun kelor yang
dipanen pada pagi hari dan sore hari dalam menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian bersifat eksperimental
murni menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu
P0 (aquadest), P1 (ekstrak daun kelor yang dipanen pada pagi hari), P2 (ekstrak
daun kelor yang di panen pada sore hari) dengan masing-masing 4 kali ulangan.
Uji mikrobiologi menggunakan metode difusi cakram. Hasil uji fitokimia
menunjukkan ekstrak daun kelor mangandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan
triterpenoid. Hasil uji Anova menyatakan bahwa ekstrak daun kelor yang dipanen
pada waktu berbeda sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli (P=0,000). Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan rata-rata diameter zona hambat antar ekstrak daun kelor yang
dipanen pada pagi hari (13,25 mm) dan sore hari (14,325 mm) dalam
menghambat Staphylococcus aureus. Sedangkan pada Escherichia coli terdapat
perbedaan yang nyata rata-rata diameter zona hambat ekstrak daun kelor yang
dipanen pada pagi hari (0,00 mm) dan sore hari (13,75 mm)
journal.umpo.ac.id/index.php/IJHS
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 5, No. 2, September 2021, Hal. 69-76
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki kekayaan alam faktor seperti bagian tanaman yang
yang cukup melimpah. Beberapa penelitian digunakan, jenis tumbuhan, lingkungan
membuktikan bahwa Indonesia sangat tempat tumbuh, umur, waktu panen dan
berpotensi sebagai tempat tumbuh dan kematangan [10], [11]. Waktu panen akan
berkembangnya tanaman obat [1]. Salah mempengaruhi kualitas dan kuantitas dari
satu tanaman yang dapat dimanfaatkan rendemen yang dihasilkan. Sejauh ini
sebagai tanaman obat adalah tanaman kelor belum banyak penelitian yang terkait
(Moringa oleifera L.) [2]. dengan kandungan senyawa kimia
Hampir semua bagian dari tanaman berdasarkan waktu panen. Namun beberapa
kelor dapat dimanfaatkan sebagai obat [3]. penelitian telah mem-buktikan teori ini,
Biji dan buah kelor berkhasiat sebagai diantaranya Dwinatari (2015) membuktikan
antioksidan, antifungi dan antidiabetes. bahwa waktu panen daun legundi (Vitex
Akarnya berkhasiat sebagai antiinflamasi, trifolia L.) mem-pengaruhi senyawa kimia
antimikroba, dan antiulcer [4]. Sedangkan viteksikarpin. Daun legundi yang dipanen
daun kelor dapat digunakan sebagai pada sore hari menghasilkan senyawa
antijamur, antihipertensi, antidiare, anti- viteksikarpin dengan kadar yang optimum
tumor, antihiperglikemik, antikanker, anti [12]. Aisyah, dkk (2016) juga melaporkan
inflamasi, dan antibakteri [5]. bahwa waktu panen bunga kenanga
Beberapa penelitian telah dilakukan (Cananga odorata) mempengaruhi
terkait dengan pemanfaatan daun kelor senyawa kariofilen yang dikandung bunga
khususnya sebagai antibakteri diantaranya ini. Waktu panen yang baik untuk
adalah penelitian Singh (2011) yang penyulingan bunga kenanga yaitu pada pagi
membuktikan bahwa ekstrak daun kelor hari, hal ini ditunjukkan pada kemampuan
mampu menghambat beberapa jenis bakteri minyak atsiri bunga kenanga dalam
seperti Streptococcus sp, Proteus mirabilis, menghambat pertumbuhan bakteri, bunga
dan Aspergillus flavus [6]. Dima, dkk kenanga yang dipanen pada pagi hari zona
(2016) juga membuktikan bahwa ekstrak hambatnya lebih besar di bandingkan zona
daun kelor dapat menghambat aktivitas hambat bunga kenanga yang dipanen pada
bakteri Escherichia coli dan sore hari [13].
Staphylococcus aureus [7]. Bakteri Berdasarkan uruaian di atas perlu
Staphylococcus aureus termasuk bakteri dilakukan penelitian tentang penggunaan
Gram positif dan banyak kasus menginfeksi ekstrak daun kelor dengan variasi waktu
manusia maupun mamalia lainnya. Bakteri panen terhadap pertumbuhan bakteri
Escherichia coli merupakan bakteri Gram Staphylococcus aureus yang merupakan
negatif yang berpotensi menghasilkan kelompok bakteri Gram positif dan
toksik [8]. Esherichia coli yang merupakan kelompok
Bakteri penyebab infeksi dapat bakteri Gram negatif.
dihambat pertumbuhannya dengan meng-
gunakan senyawa antibakteri. Senyawa METODE PENELITIAN
antibakteri merupakan suatu zat yang dapat Penelitian ini bersifat eksperimental
mengganggu pertumbuhan atau bahkan murni dengan 3 perlakuan yaitu P0
dapat mematikan bakteri. Daun kelor (akuades), P1 (ekstrak daun kelor yang
dipercaya dapat digunakan sebagai bahan dipanen pada pagi hari), P2 (ekstrak daun
alami antibakteri karena memiliki senyawa kelor yang dipanen pada sore hari) dengan
kimia berupa saponin, tanin, flavonoid, dan masing-masing 4 kali ulangan. Uji mikro-
alkaloid [9]. biologi dengan menggunakan metode difusi
Kandungan senyawa kimia pada cakram di mana parameter yang di-
suatu tanaman dipengaruhi oleh berbagai perhatikan adalah diameter zona hambat
70
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 5, No. 2, September 2021, Hal. 69-76
ekstrak daun kelor terhadap pertumbuhan setengah kali volume pelarut pada
Staphylococcus aureus dan Escherichia penyarian pertama. Dikumpulkan semua
coli. Data yang telah diperoleh akan maserat dan diuapkan dengan vacuum
dianalisis dengan menggunakan uji Anova rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak
dan uji lanjut Duncan. kental [14]. Dalam penelitian ini digunakan
pelarut etanol 70% karena etanol 70%
1. Alat dan Bahan merupakan pelarut yang memiliki polaritas
Alat yang digunakan adalah yang tinggi, ekonomis dan dapat digunakan
blender, timbangan, toples kaca bertutup, untuk ekstraksi makanan karena tidak
gelas ukur, vacuum rotary evaporator, beracun dan tidak berbahaya [15].
pipet ukur, hot plate, beaker glass,
erlenmeyer, cawan petri, tabung reaksi, rak 4. Skrining Fitokimia
tabung, labu ukur, spatula, corong kaca, a. Uji alkaloid
batang pengaduk, ose bulat, lampu bunsen, Ekstrak dilarutkan dengan
pinset, spidol, autoklaf, inkubator dan kloroform beramonia di dalam tabung
penggaris. reaksi, kemudian dikocok lalu disaring
Bahan yang digunakan adalah daun dan ditambahkan 1 ml asam sulfat 2 N,
kelor yang diperoleh dari Desa dikocok kembali sampai terbentuk dua
Lampeuneureut Ujong Blang, Kecamatan lapisan. Lapisan yang terletak pada
Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, bagian atas (asam) dipipet dan
akuadest, etanol 70%, NaCl 0,9%, asam dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi.
sulfat 1%, barium klorida 1%, bakteri Tabung pertama ditambahkan 3 tetes
Staphylococcus aureus dan Escherichia pereaksi Bouchardat, tabung kedua
coli yang diperoleh dari Laboratorium ditambahkan 3 tetes pereaksi Dragen-
Mikro-biologi Farmasi Poltekkes Aceh, dorf dan tabung reaksi ketiga ditambah-
media Nutrient Agar, kapas, cakram kan 3 tetes pereaksi Wagner. Adanya
kosong, kain flanel, kertas label, kertas pH, senyawa alkaloid ditandai dengan
cotton bud dan kertas buram. terbentuknya endapan coklat sampai
dengan hitam pada tabung 1, dan
2. Pengolahan Sampel timbulnya endapan berwarna coklat
Dipetik daun kelor pada waktu yang kemerahan pada tabung reaksi kedua
berbeda yaitu pada pagi hari (08:00-09:00 dan ketiga [16].
WIB) dan sore hari (16:00-17:00 WIB) b. Uji flavanoid
kemudian ditimbang sebanyak 1 kg. Dicuci Diambil sejumlah sampel dan
dengan air bersih dan dikeringkan di dalam dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
ruangan. Sampel yang telah kering Ditambahkan serbuk Magnesium 2 mg
diserbukkan dengan blender. dan 3 tetes HCl pekat. Sampel dikocok
dan diamati perubahan yang terjadi,
3. Ekstraksi Sampel Adanya senyawa flavanoid ditandai
Sampel diekstraksi dengan meng- dengan terbentuknya warna merah,
gunakan metode maserasi. Sebanyak 100 kuning atau jingga pada larutan [17].
gram serbuk daun kelor masing-masing c. Uji saponin
sesuai variasi waktu pemanenan di- Diambil sejumlah sampel dan
masukkan ke dalam toples kaca kemudian dilarutkan dengan akuades kemudian
ditambahkan 1000 mL etanol 70%. dipanaskan selama 15 menit lalu
Direndam selama 6 jam pertama sambil dikocok selama 10 detik. Jika terbentuk
sesekali diaduk, didiamkan selama 18 jam. buih yang stabil selama kurang lebih 10
Dipisahkan maserat dengan filtrasi. menit dan ditambahkan beberapa tetes
Diulang penyarian dengan jenis pelarut asam klorida 2 N, maka sampel tersebut
yang sama sekurang-kurangnya sebanyak positif mengandung saponin [16].
71
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 5, No. 2, September 2021, Hal. 69-76
72
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 5, No. 2, September 2021, Hal. 69-76
Tabel 2. Tabel 4.
Hasil Uji Anova Rata-rata Diameter Zona Hasil Uji Anova Rata-rata Diameter Zona
Hambat Ekstrak Daun Kelor yang Dipanen Hambat Ekstrak Daun Kelor yang Dipanen
pada Pagi Hari dan Sore Hari Terhadap pada Pagi Hari dan Sore Hari Terhadap
Staphylococcus aureus. Escherichia coli.
Rerata Standar
Perlakuan P-value
Rerata Standar (mm) Deviasi
Perlakuan P-value Aquadest 0,00 0,00
(mm) Deviasi
Akuades 0,00 0,00 DKPH 0,00 0,00 0,000
DKPH 13,25 1,50 0,000 DKSH 13,75 1,70
DKSH 14,25 1,89 Keterangan:
Keterangan : DKPH : Daun kelor yang dipanen pada pagi hari
DKPH : Daun kelor yang dipanen pada pagi hari DKSH : Daun kelor yang dipanen pada sore hari
DKSH : Daun kelor yang dipanen pada sore hari
Tabel 5.
Tabel 3. Uji Lanjut Duncan Rata-rata Diameter
Uji Lanjut Duncan Rata-rata Diameter Zona Hambat Ekstrak Daun Kelor yang
Zona Hambat Ekstrak Daun Kelor yang Dipanen pada Pagi Hari dan Sore Hari
Dipanen pada Pagi Hari dan Sore Hari Terhadap Escherichia coli.
Terhadap Staphylococcus aureus.
Rerata
Perlakuan Kategori
Rerata (mm) ± SD
Perlakuan Kategori Aquadest ,000 ͣ ± ,000 Tidak ada daya hambat
(mm) ± SD
Tidak ada DKPH ,000a ± ,000 Tidak ada daya
Aquadest ,000 ͣ ± ,000
daya hambat DKSH 13,75b ± 1,70 Kuat
DKPH 13,25b ± 1,50 Kuat Keterangan: Superscipt huruf yang berbeda
DKSH 14,25b ± 1,89 Kuat
menunjukkan adanya perbedaan (P<0,05)
Keterangan : Superscipt huruf yang berbeda
menunjukkan adanya perbedaan (P<0,05)
Daun kelor dapat menghambat
Pada pengujian terhadap bakteri pertumbuhan bakteri karena mengandung
Escherichia coli didapatkan hasil bahwa senyawa kimia alkaloid, saponin, flavonoid
ekstrak daun kelor yang dipanen pada pagi dan tripernoid (Tabel 1). Menurut Yudistira
hari tidak dapat menghambat pertumbuhan dkk (2013) senyawa-senyawa tersebut
bakteri (tidak ada daya hambat), namun diketahui berkhasiat sebagai antimikroba
ekstrak daun kelor yang dipanen pada sore dan berperan penting dalam
hari memberikan rata-rata diameter zona menyembuhkan berbagai penyakit yang
hambat sebesar 13,75 mm. Uji Anova disebabkan oleh infeksi [18]. Alkaloid
menyatakan bahwa ekstrak daun kelor yang bekerja dengan mengganggu komponen
dipanen pada waktu yang berbeda sangat penyusun peptidoglikan pada sel bakteri
berpengaruh (P= 0,000) dalam sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk
menghambat pertumbuhan Escherichia coli secara utuh sehingga terjadi kematian sel.
(Tabel 4). Sementara uji lanjut Duncan Flavonoid akan membentuk senyawa
menyatakan bahwa terdapat perbedaan kompleks dengan protein ekstraseluler
yang nyata antar rata-rata diameter zona sehingga dapat merusak membran sel
hambat ekstrak daun kelor yang dipanen bakteri yang diikuti dengan keluarnya
pada pagi hari dan sore hari dalam senyawa intraseluler [19]. Sementara
menghambat pertumbuhan Escherichia coli saponin dapat menyebabkan kebocoran
(Tabel 5). protein dan enzim dari dalam sel bakteri
[20].
73
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 5, No. 2, September 2021, Hal. 69-76
Dari uraian hasil penelitian di atas besar dibandingkan Escherichia coli (Gram
dapat disimpulkan bahwa rata-rata diameter negatif). Hal ini karena adanya perbedaan
zona hambat terbesar dibentuk oleh ekstrak struktur dinding sel dari kedua bakteri
daun kelor yang di panen pada sore hari tersebut. Struktur dinding sel bakteri Gram
baik terhadap pertumbuhan Staphylococcus positif (S. aureus) terdiri atas lapisan
aureus maupun Escherichia coli. Hal ini peptidoglikan yang tebal, asam teikoat, dan
dapat disebabkan karena kadar senyawa sedikit lipid. Sedangkan struktur dinding
kimia yang berpotensi sebagai antibakteri sel bakteri Gram negatif (E. Coli) dilapisi
pada ekstrak daun kelor yang dipanen pada membran luar yang terdapat protein,
sore hari lebih tinggi dibandingkan pada fospolipid, dan lipopolisakarida[23] [24].
daun kelor yang dipanen pada pagi hari,
terutama kadar flavonoid. Hal ini sejalan KESIMPULAN
dengan penelitian Iqbal, dkk (2016) Ekstrak daun kelor yang dipanen
terhadap daun sirih merah dan hijau yang pada pagi hari dan sore hari sangat
dipanen pada sore hari untuk menganalisis berpengaruh dalam menghambat per-
nilai absorbansi kadar flavonoid. Daun sirih tumbuhan Staphylococcus aureus dan
merah dan hijau yang dipanen pada sore Escherichia coli. Rata-rata diameter zona
hari menghasilkan daun sirih yang segar hambat terbesar dibentuk oleh ekstrak daun
dan kadar flavonoidnya lebih banyak kelor yang di panen pada sore hari baik
karena proses fotosintesis telah terhadap pertumbuhan Staphylococcus
berlangsung pada saat siang hari [21]. aureus maupun Escherichia coli, namun
Menurut Song (2012) beberapa ekstrak daun kelor yang dipetik pada pagi
tanaman terutama tanaman yang hari tidak dapat menghambat pertumbuhan
mengalami fotosi ntesis waktu panen yang Escherichia coli. Sangat diharapkan agar
dapat menghasilkan hasil terbaik secara dilakukan uji kadar flavonoid dengan cara
beurut yaitu pada siang hari kemudian sore spektrofotometri pada ekstrak daun kelor
hari dan pagi hari [22]. Penelitian lainnya (Moringa oleifera Lamk) yang dipanen
dilaporkan oleh Dwinatari (2015) yang pada pagi hari dan sore hari.
membuktikan bahwa waktu panen daun
legundi (Vitex trifolia L.) mempengaruhi UCAPAN TERIMA KASIH
senyawa kimia viteksikarpin, dimana daun Terima kasih kami kepada Direktur
legundi yang dipanen pada sore hari Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh,
menghasilkan senyawa viteksikarpin Ketua Jurusan Farmasi Politeknik
dengan kadar yang optimum [12]. Kesehatan Kemenkes Aceh dan Jurusan
Biologi FMIPA Unsyiah serta semua pihak
P0
yang telah banyak memberikan bantuan
P0 dalam penyelesaian penelitian ini.
P1
P1 DAFTAR PUSTAKA
P2 [1] W. O. Jumiarni and O. Komalasari,
P2
“Eksplorasi jenis dan pemanfaatan
(a) (b) tumbuhan obat pada masyarakat
Gambar 1. Diameter zona hambat daun kelor Suku Muna di Permukiman Kota
terhadap (a) Staphylococcus aureus (b) Wuna,” Tradit. Med. J., vol. 22, no.
Escherichia coli. 1, pp. 45–56, 2017.
[2] S. S. Toripah, “Aktivitas antioksidan
Jika ditinjau dari kemampuan ekstrak dan kandungan total fenolik ekstrak
daun kelor dalam menghambat pertumbuh- daun kelor (Moringa oleifera
an bakteri, maka rata-rata diameter zona LAM),” Pharmacon, vol. 3, no. 4,
hambat yang terbentuk terhadap bakteri 2014.
Staphylococcus aureus (Gram positif) lebih
74
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 5, No. 2, September 2021, Hal. 69-76
75
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 5, No. 2, September 2021, Hal. 69-76
76