Anda di halaman 1dari 71

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Keadaan Geografis

Saluran Drainase Ruas Jalan Umbu Tipuk Marisi terletak di Kelurahan Matawai,
Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur , dengan koordinat 9°39’17,82" BT dan
120°15’51,14" LS dan terletak dibawah khatulistiwa dengan ketinggian 9 mdpl-17 mdpl.
Berdasarkan posisi geografisnya secara umum Kabupaten Sumba Timur, berbatasan dengan;
a) Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sunda
b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia
c) Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sabu
d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sumba Tengah

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian


Sumber: Google Earth Pro 2018

IV-1
4.1.2 Data Topografi
Lokasi penelitian, Saluran drainase Umbu Tipuk Marisi yang terletak di Kota Waingapu,
Kabupaten Sumba Timur terletak pada ketinggian ketinggian 9 mdpl-17 mdpl yang diketahui
dengan menggunakan aplikasi Global Mapper dan luas catchment area lokasi penelitian sebesar 33
ha.

Gambar 4.2 Elevasi Lokasi Penelitian


Sumber: Global Mapper 2018

4.1.3 Keadaan Iklim

Seperti halnya daerah lain di Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumba Timur memiliki 2
musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada umumnya Sumba Timur diguyur hujan pada
bulan Januari – April, sementara 8 bulan lainnya mengalami kemarau, yang menyebabkan wilayah
Sumba Timur tergolong wilayah kering.

4.1.4 Pemerintahan

Secara administrasi, sejak tahun 2007 telah terjadi pemekaran sejumlah kecamatan di
Sumba Timur menjadi 22 kecamatan, 16 kelurahan dan 140 desa. Kabupaten Sumba Timur
dipimpin oleh seorang Bupati dengan ibukota kabupaten adalah Waingapu yang terletak di
kecamatan Kota Waingapu.

4.1.5 Kependudukan

Berdasarkan wilayah administrasi, saluran drainase Umbu Tipuk Marisi terletak diwilayah
Kelurahan Matawai, Kecamatan Kota Waingapu. Menurut data yang diperoleh

IV-2
dari BPS Kabupaten Sumba Timur tahun 2017, Kecamatan Kota Waingapu mempunyai jumlah
penduduk sebanyak 38.759 orang (15,53 % dari total jumlah penduduk yang berada di Kabupaten
Sumba Timur), dengan tingkat kepadatan penduduk 525 orang/km 2, yang merupakan kecamatan
dengan jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten Sumba Timur, dan kepadatan penduduk tertinggi
kedua setelah Kecamatan Kambera.

4.2 Analisa Hidrologi Perhitungan Debit Rancangan


4.2.1 Curah Hujan Rerata Daerah (Area Rainfall)

Dalam memperoleh nilai curah hujan rata-rata wilayah (R), digunakan pendekatan metode
aritmatik, karena jumlah stasiun hujan yang berada pada catchment area lokasi penelitian hanya
satu stasiun hujan, yakni BMKG Stasiun Meteorologi Kelas III Mau Hau, Waingapu.
Berikut cara perhitungan curah hujan rata-rata wilayah menggunakan metode aritmatik;
1. Sebelum melakukan perhitungan, diambil nilai curah hujan maksimum setiap tahunnya
dalam periode waktu dari taun 2007 s/d 2016 pada BMKG Meteorologi Kelas III Mau Hau,
Waingapu. Sebagai contoh, berikut pengambilan nilai curah hujan maksimum tahun 2007
BMKG Meteorologi Kelas III Mau Hau, Waingapu.

Tabel 4.1 Data Hujan Harian BMKG Meteorologi Kelas III Mau Hau, Waingapu
Tahun 2007
TGL JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
1 11 - 1 2 - - - - - - 84 -
2 4 - 0 6 - - - - - - 3 -
3 3 - 52 - - - - - - - 0 -
4 9 0 8 - - - - - - - - -
5 - - 7 - - - - - - - - -
6 - - - 1 - - - - - - - -
7 - - 6 1 - - - - - - - -
8 - - 0 - - - 0 - - - - -
9 3 1 - - - - - - - - - -
10 7 9 - - - - - - - - - -
11 3 - - - - - - - - - - -
12 - - - 1 - - - - - - - 20
13 - 0 0 1 - - - - - - - 7
14 - - 1 25 - - - - - - - -
15 - - 2 39 - - - - - - - -
16 - - 3 83 - - - - - - - -
17 - 0 25 - - - - - - - - -

IV-3
18 - - 29 - - - 1 3 - - - 12
19 16 - 5 10 - - - 0 - - - 12
20 5 3 1 17 - - 0 - - - - 10
21 - - 1 1 - - - - - - - 6
22 - 1 8 22 - 0 - - - - - -
23 - 6 1 - - - - - - - - 38
24 - 18 1 - - - - - - - - 30
25 - 43 3 - - - - - - - - -
26 15 16 1 - - 6 - - - - - 29
27 - 45 - - - 1 - - - - - 56
28 0 12 - - 13 - - - - - - -
29 - 6 - - - - - - - - 0
30 - - - 9 - - - - - - 11
31 14 18 0 - - 0 -
MIN 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
MAX 16 45 52 83 13 6 1 3 0 0 84 56
JML 90 154 179 209 22 7 1 3 0 0 87 231
HH 12 13 23 13 3 3 3 2 0 1 3 12
Sumber: BMKG Meteorologi Kelas III Mau Hau, Waingapu 2018

Nilai curah hujan maksimum R = 84 mm, terjadi pada 1 November 2007


Tabel data hujan harian BMKG Meteorologi Kelas III Mau Hau Waingapu,
selengkapnya dilampirkan.

2. Selanjutnya menghitung curah hujan rata-rata wilayah tahun 2017 menggunakan


persamaan 2.11 dengan jumlah penakar hujan hanya 1 (satu) stasiun hujan yakni BMKG
Meteorologi Kelas III Mau Hau.

X=R
n
dengan;
X = besar curah hujan rerata daerah (mm)
R = Curah hujan maksimum tahun 2007 (mm)
n = Jumlah stasiun hujan, yakni 1 (satu) stasin hujan yakni BMKG....

X= = 84 mm

Jadi, besar curah hujan rerata daerah pada tahun 2007, yakni sebesar 84 mm. Perhitungan
periode hujan rerata daerah lainnya selengkapnya pada periode- periode berikutnya
disajikan dalam Tabel 4.2.

IV-4
3. Setelah menghitung curah hujan rata-rata wilayah tahun 2017 selanjutnya dihitung curah
hujan rata-rata wilayah periode secara keseluruhan dari tahun 2007 s/d tahun 2017.

Tabel 4.2 Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata Metode Aritmatik


Curah Hujan Maksimum
No Tahun Tanggal
BMKG Mau Hau
1 2007 1 November 84 84
2 2008 22 Maret 90 90
3 2009 2 Maret 84 84
4 2010 17 September 55 55
5 2011 1 Februari 115 115
6 2012 6 Maret 69 69
7 2013 20 Desember 86 86
8 2014 16 Desember 35.5 35.5
9 2015 18 Desember 60.5 60.5
10 2016 23 Maret 68.2 68.2
Rata-Rata 742
Sumber: Perhitungan

R=R +R +R +R +R +R +R +R +R +R
n
84 + 90 + 84 + 55 + 115 + 69 + 86 + 35,5 + 60,5 + 68,2
R=
10
R = 74,2 mm

4.2.2 Hujan Rancangan

A. Parameter Statistik
Perhitungan parameter statistik dilakukan sebelum perhitungan dispersi. Perhitungan
parameter statistik dimaksudkan untuk memperoleh nilai dari beberapa dispersi parameter
statistik, seperti deviasi standar (S), koefisien swekness (Cs), pengukuran Kurtois (Ck), dan
koefisien variasi (Cv). Namun sebelum memperoleh perhitungan dispersi diperlukan
perhitungan parameter statistik, sebagai berikut;
1. Dalam perhitungan ini, diambil curah hujan rata-rata wilayah tahun 2007 s/d
tahun 2017 sebagai dasar perhitungan beberapa parameter statistik.

IV-5
2. Diketahui besarnya curah hujan daerah tahun 2007 (R ) atau (X ) sebesar 84
mm dan nilai rata-rata curah hujan maksimum daerah total dari tahun 2007 s/d
2017 (R) atau (X) sebesar 71,92 mm. Berikut beberapa parameter statistik hujan
harian tahun 2017 sebagai contoh;
a. Parameter statistik X − X X
− X = 84 − 74,72
X − X = 9,28 mm
b. Parameter statistik (X − X)
(X − X) =(9,28)

(X − X) = 86,12 mm
c. Parameter statistik (X − X)
(X − X) =(9,28)

(X − X) = 799,18 mm
d. Parameter statistik (X − X)
(X − X) =(9,28)

(X − X) = 7416,38 mm

Perhitungan periode berikutnya disajikan dalam Tabel 4.3


Tabel 4.3 Parameter Statistik
Xi Xi-Xr (Xi-Xr)2 (Xi-Xr)3 (Xi-Xr)4
No. Tahun mm mm Mm mm mm
1 2007 84 9.28 86.12 799.18 7416.38
2 2008 90 15.28 233.48 3567.55 54512.16
3 2009 84 9.28 86.12 799.18 7416.38
4 2010 55 -19.72 388.88 -7668.68 151226.41
5 2011 115 40.28 1622.48 65353.43 2632436.16
6 2012 69 -5.72 32.72 -187.15 1070.49
7 2013 86 11.28 127.24 1435.25 16189.61
8 2014 35.5 -39.22 1538.21 -60328.53 2366085.08
9 2015 60.5 -14.22 202.21 -2875.40 40888.24
10 2016 68.2 -6.52 42.51 -277.17 1807.13
Jumlah 747.2 747.2 4359.96 617.65 5279048.05
rata-rata ( ) 74.72
N 10
Sumber: Hasil Perhitungan

IV-6
Perhitungan Dispersi untuk Parameter Statistik
Setelah memperoleh nilai parameter statistik selanjutnya dilakukan perhitungan dispersi.
Perhitungan dispersi bertujuan untuk mendapatkan nilai deviasi standar (S), koefisien swekness
(Cs), pengukuran Kurtois (Ck), dan koefisien variasi (Cv), sehingga dapat dijadikan acuan atau
dasar dalam mengambil kesimpulan analisa jenis sebaran yang memenuhi persyartan. Berikut
perhitungan dispersi untuk parameter statistik yang didasarkan pada hasil perhitungan pada Tabel
4.3;
1) Deviasi standar (S), menggunakan persamaan 2.12
∑(X − X)
S=n−1

4359,96
S = 10 − 1

S = 22,010

2) Koefisien skewness (Cs), menggunakan persamaan 2.13

Cs = n ∑(X − X)
(n − 1)(n − 2)S
10 × 617,65
Cs =
(10 − 1) × (10 − 2) × 22,010
Cs = 0,008

3) Pengukuran Kurtois (Ck), menggunakan persamaan 2.14


n ∑(X − X)
Ck =
(n − 1)(n − 2)(n − 3)S
10 × 5279048,05
Ck =
(10 − 1) × (10 − 2) × (10 − 3) × 22,010
Ck = 3,544

4) Koefisien Variasi (Persamaan 2.15)


S
Cv =
X
22,010
Cv =
74,72
Cv = 0,295

IV-7
B. Parameter Logaritma
Perhitungan parameter Logaritma dimaksudkan untuk memperoleh nilai dari beberapa
dispersi parameter logaritma, seperti deviasi standar (S), koefisien swekness (Cs), pengukuran
Kurtois (Ck), dan koefisien variasi (Cv). Namun sebelum memperoleh perhitungan dispersi
diperlukan perhitungan parameter logaritma, sebagai berikut;
1. Dalam perhitungan ini, diambil curah hujan rata-rata wilayah tahun 2007 s/d tahun 2017
sebagai dasar perhitungan beberapa parameter logaritma.
2. Diketahui besarnya curah hujan daerah tahun 2007 (R ) atau (X ) sebesar 84 mm,
maka nilai Log X sebesar 1,924 mm.

Nilai rata-rata curah hujan maksimum daerah total dari tahun 2007 s/d 2017 (R)
atau (X) sebesar 71,92 mm, maka nilai atau Log X sebesar 1,831 mm.
Berikut beberapa parameter logaritma hujan harian tahun 2017 sebagai contoh;
a. Parameter statistik Log X − X
Log X − Log X = 1,924 − 1,854
Log X − Log X = 0,070mm
b. Parameter statistik Log (X − X)

Log (X − X) =(0,070)
Log (X − X) = 0,00490 mm
c. Parameter statistik Log (X − X)
Log (X − X) =(0,070)
Log (X − X) = 0,0003427 mm
d. Parameter statistik Log (X − X)
Log (X − X) =(0,070)
Log (X − X) = 0,000023985mm
Perhitungan periode berikutnya disajikan dalam Tabel 4.4

Tabel 4.4 Parameter Logaritma


Xi (Log Xi-Xr) (Log Xi-Xr)2 (Log Xi-Xr)3 (Log Xi-Xr)4
No. Tahun Log Xi
mm mm mm mm mm
1 2007 84 1.924 0.070 0.00490 0.0003427 0.000023985
2 2008 90 1.954 0.100 0.00999 0.0009983 0.000099779
3 2009 84 1.924 0.070 0.00490 0.0003427 0.000023985
4 2010 55 1.740 -0.114 0.01298 -0.0014790 0.000168511
5 2011 115 2.061 0.206 0.04260 0.0087929 0.001814846
6 2012 69 1.839 -0.015 0.00024 -0.0000037 0.000000057
7 2013 86 1.934 0.080 0.00643 0.0005159 0.000041373

IV-8
8 2014 35.5 1.550 -0.304 0.09246 -0.0281137 0.008548516
9 2015 60.5 1.782 -0.073 0.00526 -0.0003817 0.000027693
10 2016 40.2 1.834 -0.021 0.00042 -0.0000086 0.000000177
Jumlah 18.543 0.18018 -0.0189943 0.010748921
Rata-rata(Xr) 1.854
n 10
Sumber : Hasil Perhitungan

Perhitungan Dispersi untuk Parameter Logaritma


1) Deviasi standar (S), (Persamaan 2.16)
∑(log X − X) n − 1
S=

0,18018
S = 10 − 1

S = 0,141

2) Koefisien skewness (Cs), (Persamaan 2.17)

Cs = n ∑(log X − X)
(n − 1)(n − 2)S
10 × (−0.0189943)
Cs =
(10 − 1) × (10 − 2) × (0,141)
Cs = −0,931323033

3) Pengukuran Kurtois (Ck), (Persamaan 2.18)


n ∑(log X − X)
Ck =
(n − 1)(n − 2)(n − 3)S
10 × 0.010748921
Ck =
(10 − 1) × (10 − 2) × (10 − 3) × (0,141)
Ck = 5,32

4) Koefisien Variasi, (Persamaan 2.19)


S
Cv =
X
0,141
Cv =
1,854
Cv = 0,076

IV-9
Selanjutnya rekapitulasi perhitungan dispersi parameter statistik dan dispersi parameter
logaritma disajikan dalam Tabel 4.5

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Dispersi


Parameter
No. Dispersi
Statistik Logaritma
1 S 22.0100 0.1415
2 CV 0.2946 0.0763
3 CS 0.0080 -0.9313
4 CK 4.4632 5.3213
Sumber :Hasil Perhitungan

4.2.3 Analisis Jenis Sebaran

Dalam perhitungan analisis jenis sebaran digunakan metode Ej Gumbel dan metode Log
Pearson Type III.
1) Metode Ej Gumbel
Untuk menghitung curah hujan rencana dengan metode distribusi Ej Gumbel digunakan
Persamaan 2.20. Dalam perhitungan ini akan dijabarkan secara khusus perhitungan periode
ulang 20 tahun. Hal dikarenakan dalam standar perencanaan drainase, kala ulang 20 tahun
adalah kala ulang yang paling sering dipakai. Sedangkang periode ulang selanjutnya akan
disajikan dalam Tabel 4.6 besarnya curah hujan dengan periode ulang tertentu metode Ej
Gumbel.

Tabel 4.6 Besarnya Curah Hujan Dengan Periode Ulang Tertentu Metode Ej Gumbel
No. Periode Xrt S Y Yn Sn Xt
1 5 74.72 22.01 1.4999 0.4952 0.9496 98.01
2 20 74.72 22.01 2.9702 0.4952 0.9496 132.09
3 50 74.72 22.01 3.9019 0.4952 0.9496 153.68
4 100 74.72 22.01 4.6001 0.4952 0.9496 169.86
5 200 74.72 22.01 5.296 0.4952 0.9496 185.99
6 1000 74.72 22.01 6.919 0.4952 0.9496 223.61
Sumber : Hasil Perhitungan

Berikut perhitungan besar nya curah hujan dalam periode ulang 20 tahun;
1. Diambil nilai curah hujan rata-rata wilayah periode secara keseluruhan dari tahun
2007 s/d tahun 2017 (X), yakni sebesar 74,72 mm.

IV-10
2. Nilai standar deviasi (S) untuk metode Ej Gumbel diambil dari nilai standar devisasi
parameter statistik, karena Metode Ej Gumbel berorientasi pada nilai parameter
statistik, yakni sebesar 22,01.
3. Nilai koefisien (Y) untuk distribusi gumbel periode ulang tahun 20 tahun, yakni
sebesar 2,9702 pada Tabel 2.3
4. Nilai hubungan antara deviasi standar (Sn) dengan jumlah data (n) untuk distribusi
gumbel periode 20 tahun terhadap jumlah data 10 periode dapat dilihat pada tabel
2.1, yakni sebesar 0,9496
5. Nilai hubungan reduksi variant rata-rata (Yn) dengan jumlah data (n) untuk distribusi
gumbel periode 20 tahun terhadap jumlah data 10 periode dapat dilihat pada tabel
2.2, yakni sebesar 0,4952.
6. Digunakan persamaan 2.20 untuk perhitungan besarnya curah hujan metode Ej
Gumbel periode ulang 20 tahun.
Y−Y
X =X+ S ×S

2,9702 − 0,4952
X = 74,72 + × 22,01
0,9496
X = 132,09 mm
7. Perhitungan untuk periode kala ulang lainnya disajikan dalam tabel 4.6

Metode Ej Gumbel
250.00

200.00

150.00
Curah Hujan

100.00

50.00

0.00

0 200 400 600 800 1000 1200


Kala Ulang (tahun)

Gambar 4.3 Grafik Metode Ej Gumbel


Sumber : Hasil Perhitungan

IV-11
2) Metode Log Pearson Tipe III
Untuk menghitung curah hujan rencana dengan metode distribusi Log Pearson Type III,
digunakan Persamaan 2.22:
Secara khusus akan dijelaskan periode ulang 20 tahun dikarenakan dalam standar perencanaan
drainase kala ulang 20 tahun adalah yang paling sering dipakai. Berikut perhitungan besar nya
curah hujan dalam periode ulang 20 tahun;

1. Diambil nilai parameter logaritma curah hujan rata-rata wilayah periode secara
keseluruhan dari tahun 2007 s/d tahun 2017 (Log X), yakni sebesar 1,8543 mm.
2. Nilai standar deviasi (S) untuk metode Log Pearson Type III diambil dari nilai
standar devisasi parameter logaritma, karena Metode Log Pearson Type III
berorientasi pada nilai parameter logaritma, yakni sebesar 0,1415.
3. Nilai koefisen swekness (Cs) untuk metode Log Pearson Type III, diambil dari
nilai koefisien swekness parameter logaritma, yakni sebesar -0,9.
4. Nilai faktor frekuensi dari Log Pearson Type III (k), dapat dilihat pada tabel
2.3 Nilai faktor frekuensi (kT), untuk periode ulang 20 tahun yakni sebesar 1,528.
5. Digunakan persamaan 2.21 untuk mendapatkan nilai y.
y = log X + (k × S)
y = 1,8543 + (1,528 × 0,1415)
y = 2,070
6. Digunakan persamaaan 2.22 untuk perhitungan besarnya curah hujan metode Log
Pearson Type III periode ulang 20 tahun
X = 10
,
X = 10
X = 117,624 mm
7. Perhitungan besarnya curah hujan untuk periode kala ulang lainnya disajikan
dalam tabel 4.7

IV-12
Tabel 4.7 Besarnya Curah Hujan Dengan Periode Ulang Tertentu Metode Log
Pearson Tipe III
No. Periode log Xrt S CS k y X
1 5 1.8313 0.1415 -0.9 0.857 1.976 94.527
2 20 1.8313 0.1415 -0.9 1.528 2.070 117.624
3 50 1.8313 0.1415 -0.9 1.72 2.098 125.217
4 100 1.8313 0.1415 -0.9 1.880 2.120 131.917
5 200 1.8313 0.1415 -0.9 2.016 2.140 137.894
6 1000 1.8313 0.1415 -0.9 2.275 2.176 150.034
Sumber : Hasil Perhitungan

Metode Log Pearson Tipe III


250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
Curah Hujan

0.000
02004006008001000

1200
Kala Ulang (tahun)

Gambar 4.4 Grafik Metode Log Pearson Type III


Sumber : Hasil Perhitungan

4.2.4 Uji Pemilihan distribusi frekuensi

Tabel dibawah menunjukkan beberapa parameter yang menjadi syarat penggunaan suatu
metode distribusi. Dari tabel tersebut ditunjukkan beberapa nilai Cs dan Ck yang menjadi
persyaratan dari penggunaan dua jenis metode distribusi.

Tabel 4.8 Parameter Pemilihan Jenis Distribusi Sebaran Curah Hujan


No. Jenis Syarat Hasil Hitungan Keterangan
Cs < 1,1396 Cs =0,08 memenuhi
1 Ej Gumbel
Ck < 5,4002 Ck= 4,46 memenuhi

2 Log Pearson III Cs = 0 < Cs < 9 0 < -0,93 < 9 tidak memenuhi

Sumber: Hasil Perhitungan

IV-13
Dari kedua metode yang digunakan di atas yang memenuhi persyaratan adalah sebaran Metode
Ej Gumbel. Dari jenis sebaran yang telah memenuhi syarat tersebut perlu diuji kecocokan
sebarannya dengan beberapa metode. Hasil uji kecocokan sebaran menunjukan distribusinya dapat
diterima atau tidak.

1) Uji Sebaran Chi kuadrat (Chi square test)


a) Data hujan diurut dari kecil ke besar
Tabel 4.9 Pengurutan Data Hujan dari Kecil ke Besar
Xi Xi Diurut dari
(mm) Kecil ke Besar
84 35.5
90 55
84 60.5
55 68.2
115 69
69 84
86 84
35.5 86
60.5 90
40.2 115
Sumber : Hasil Perhitungan

b) Menghitung Jumlah Kelas


i. Jumlah data (n) = 10
ii. Data terbesar = 115
iii. Data terkecil = 35,5
iv. Kelas Distribusi (K) = 1+3,3 log n
= 1+3,3 log 10
= 4,3 ~ 4 kelas
v. Rentang Data = Data terbesar – data terkecil + 1
= 80,5 ≈ 81
vi. Rentang Kelas = Rentang data : Jumlah interval
= 20,25 ≈ 20
c) Selanjutnya perhitungan nilai Chi Square terhitung menggunakan persamaan 2.23

IV-14
Tabel 4.9 Uji Keselarasan Sebaran dengan Chi Kuadrat
Jumlah Data
No Probabilitas Of-Ef
Of Ef
1 35<x<55 2 2.5 -0.5 0.1
2 56<x<76 3 2.5 0.5 0.1
3 77<x<97 4 2.5 1.5 0.9
4 98<x<118 1 2.5 -1.5 0.9
10 10 2
Sumber : Hasil Perhitungan

d) Menghitung derajat kebebasan (Dk) dan


i. Parameter (p) untuk uji Chi-Kuadrat adalah = 2
ii. Derajat Kebebasan (Dk) = K - (p+1) = 4-(2+1) =1
iii. Nilai X dengan jumlah data (n) = 10, α = 5% dan Dk = 1 adalah = 3,841
(Tabel 2.5)
Derajat Signifikasi (α) = 5%
X hasil hitungan = 2
X = 3,841
Dilihat hasil perbandingan di atas bahwa ternyataX hitungan < X maka hipotesa yang
diuji DAPAT DITERIMA.

2) Uji Sebaran Smirnov – Kolmogorov


Uji keselarasan Smirnov – Kolmogorov, sering disebut juga uji kecocokan non
parametrik (non parametric test), karena pengujian tidak menggunakan fungsi distribusi
tertentu. Hasil perhitungan uji keselarasan sebaran dengan Smirnov – Kolmogorov untuk
Metode Ej Gumbel
Keterangan:
Xi = Curah hujan rencana
X = Rata-rata curah hujan = 1.8313 S
= Standar deviasi = 22,01
n = jumlah data = 10

IV-15
Tabel 4.10 Uji Keselarasan Sebaran Smirnov – Kolmogorov
Xi M P(x) P(x<) P(x<) f(t) P'(x) P'(x<) D

35.5 1 0.08 0.92 -0.92 237.79 0.09 0.91 0.01


55 2 0.15 1.85 -1.85 375.61 0.18 1.82 0.03
60.5 3 0.23 2.77 -2.77 414.48 0.27 2.73 0.04
68.2 4 0.31 3.69 -3.69 468.90 0.36 3.64 0.06
69 5 0.38 4.62 -4.62 474.56 0.45 4.55 0.07
84 6 0.46 5.54 -5.54 580.57 0.55 5.45 0.08
84 7 0.54 6.46 -6.46 580.57 0.64 6.36 0.10
86 8 0.62 7.38 -7.38 594.71 0.73 7.27 0.11
90 9 0.69 8.31 -8.31 622.98 0.82 8.18 0.13
115 10 0.77 9.23 -9.23 799.67 0.91 9.09 0.14
Sumber : Hasil Perhitungan
Derajat signifikasi = 0,05 (5%)
Dmaks = 0.14 → m = 10
Do kritis = 0,409 untuk n = 10 ( Tabel 2.6 )
Dilihat dari perbandingan di atas bahwa Dmaks < Do kritis, maka metode sebaran yang
diuji DAPAT DITERIMA.

4.2.5 Distribusi curah hujan jam-jaman

Perhitungan distribusi curah hujan jam-jaman/intensitas curah hujan ini menggunakan


Metode Dr. Moonobe dengan mengacu pada persamaan 2.42, yang merupakan sebuah variasi
dari persamaan-persamaan curah hujan jangka pendek.
Berikut perhitungan intensitas curah hujan jam-jaman pada jam ke-4 waktu hujan pada
setiap periode kala ualng 20 tahun;
1. Data yang digunakan adalah besarnya curah hujan metode Ej Gumbel (metode
yang memenuhi) periode ulang 20 tahun, yakni sebesar 135,943615 mm.
2. Durasi hujan atau waktu konsentrasi jam (t) dalam waktu 4 jam
3. Persamaan 2.42 yang digunakan dalam perhitungan intensitas hujan, yakni;

X 24
I= ×t
24
135,943615 24
I= ×4
24

IV-16
I = 18,7032mm/jam

Hasil perhitungan intensitas curah hujan dalam waktu 4 disajikan pada Tabel. Pada umumnya
di NTT rentang waktu hujan rata-rata terjadi pada 4 jam awal.

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Intensitas Curah Hujan Jam-Jaman (4 Jam)


X24
Jam R5 R20 R50 R100 R200 R1000
98.007105 132.085964 153.681062 169.864059 185.993745 223.611911
0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
1 33.9772 45.7916 53.2782 58.8886 64.4804 77.5219
2 21.4043 28.8469 33.5632 37.0975 40.6201 48.8357
3 16.3345 22.0143 25.6135 28.3107 30.9990 37.2687
4 13.4838 18.1724 21.1435 23.3699 25.5891 30.7646
Sumber : Hasil Perhitungan

Grafik Hujan Jam-jaman


90.0000
80.0000
70.0000
60.0000
50.0000
Curah Hujan Jam-

40.0000 R5 R20 R50 R100


30.0000 R1000
20.0000
10.0000
0.0000

012345
Jam

Gambar 4.5 Grafik Hujan Jam-Jaman


Sumber : Hasil Perhitungan
.

4.2.6 Koefisien Pengaliran

Besarnya koefisien pengaliran dipengaruhi antara lain oleh :


a) Bentuk dan luas daerah pematusan
b) Miring daerah pematusan dan miring palung sungai

IV-17
c) Keadaan daerah pematusan yang terpenting ialah besarnya kemampuan
mengisap/menyerap dan daya menahan air
d) Keadaan flora daerah pematusan
e) Daya tampung penampang sungai
f) Tinggi suhu, besarnya angin disertai tingkat penguapannya
g) Jatuhnya hujan yang mendahului hujan maksimum dalam persoalan Mengingat
sukarnya unsur-unsur yang mempengaruhi ini dirumuskan dengan
terperinci, maka besarnya koefisien aliran ditetapkan 0,50. Koefisien air larian (C) adalah bilangan
yang menunjukkan perbandingan antara besarnya air larian terhadap besarnya curah hujan.
Koefisien aliran yang diasumsikan adalah 0,50 hal ini berarti 50% dari total curah hujan akan
menjadi air larian. Besaran nilai C akan berbeda -beda tergantung dari topografi dan penggunaan
lahan. Semakin curam kelerengan lahan semakin besar nilai C lahan tersebut. Nilai C pada berbagai
topografi dan penggunaan lahan bisa dilihat pada Tabel 4.12
Tabel 4.12 Nilai C pada Berbagai Topografi dan Penggunaan Lahan
No. Kondisi Permukaan Tanah Koefisien Pengaliran (C)
1. Jalan beton dan jalan aspal 0.70-0.95
2. Jalan kerikil dan Jalan tanah 0.40-0.70
3. Bahu jalan
- Tanah berbutir halus 0.40-0.65
- Tanah berbutir kasar 0.10-0.20
- Batuan masif keras 0.70-0.85
- Batuan masif lunak 0.60-0.75
4. Daerah perkotaan 0.70-0.95
5. Daerah pinggir kota 0.60-0.70
6. Daerah industri 0.60-0.90
7. Pemukiman padat 0.70-0.90
8. Pemukiman tidak padat 0.40-0.60
9. Taman dan kebun 0.20-0.40
10. Persawahan 0.45-060
11. Perbukitan 0.70-0.80
12. Pegunungan 0.75-0.90
Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga, 1990.

IV-18
Berdasarkan data pada tabel diatas terhadap koefisien aliran yang ditetapkan yakni 0,70 maka dapat
di katakan bahwa daerah yang menjadi karakter catchment area drainase adalah:
 Jalan beton dan jalan aspal dengan koefisen alirannya antara 0,70-0,95
 Daerah Perkotaan dengan koefisien alirannya 0,70-0,95
 Pemukiman padat dengan koefisien alirannya 0,70-0,95

4.2.7 Debit banjir Rancangan Metode Rasional (Non Hidrograf)

Dalam menentukan debit banjir rancangan non hidrograf digunakan metode Rasional pada
persamaan 2.46. Berikut proses perhitungan Debit banjir rancangan metode rasional dalam kala
ulang 20 tahun;
1. Persamaan yang digunakan adalah persamaan 2.46;
C×I×A
Q = = 0.278 × C × I × A
3.6
Diketahui;
C = koefisien run off = 0,5
A = luas catcment area (km2) = 0,33 km2
I = intensitas hujan selama t jam (mm/jam)
l = jarak dari ujung daearah hulu sampai titik yang ditinjau = 0,95 Km
H = beda tinggi ujung hulu dengan titik tinggi yang ditinjau = 0.016 Km

2. Selanjutnya perhitungan waktu kecepatan perambatan (m/det atau Km/jam)


menggunakan persamaan 2.49;
.
w = 72
, .
w = 72
,

w = 6,34 km/jam
3. Perhitungan waktu konsentrasi menggunakan persamaan 2.49

t =

t = ,,

t =0,15 jam
4. Selanjutnya dilakukan perhitungan intensitas curah hujan selama konsentrasi (mm/jam)
menggunakan persamaan 2.47

I = ×

IV-19
,
= × ,

I = 162,31 mm/jam
5. Perhitungan Debit maksimum rencana dalam kala ulang 20 tahun menggunakan
persamaan 2.46.
C×I×A
Q = = 0.278 × C × I × A
3.6
Q = 0.278 × C × I × A
Q = 0.278 × 0,7 × 162,31 × 0,33
Q = 7,73m3/det
6. Perhitungan Debit rencana metode rasional selengkapnya disajikan pada tabel 4.13

Tabel 4.13 Perhitungan Debit Metode Rasional


Periode Ulang A R24 L H C w t I Qt
No.
tahun Km2 mm Km Km Km/jam jam mm/jam m3/det
1 5 0.3300 97.9 0.95 0.016 0.7 6.34 0.15 120.44 7.73
2 20 0.3300 135.9 0.95 0.016 0.7 6.34 0.15 162.31 10.42
3 50 0.3300 160.0 0.95 0.016 0.7 6.34 0.15 188.85 12.13
4 100 0.3300 178.1 0.95 0.016 0.7 6.34 0.15 208.74 13.40
5 200 0.3300 196.1 0.95 0.016 0.7 6.34 0.15 228.56 14.68
6 1000 0.3300 238.1 0.95 0.016 0.7 6.34 0.15 274.79 17.65
Sumber : Hasil Perhitungan

GRAFIK BANJIR RANCANGAN


METODE RASIONAL
20.00

15.00

10.00

Qt
Qt

5.00

0.00
0 200 400 600 800 1000 1200
Periode Ulang (tahun)

Gambar 4.6 Grafik Banjir Rancangan Metode Rasional


Sumber : Hasil Perhitungan

IV-20
4.3 Analisa Kapasitas Drainase Umbu Tipuk Marisi
Sebelum melakukan perencanaan drainase terlebih dahulu diberi penamaan saluran-
saluran yang berada pada jaringan drainase Umbu Tipuk Marisi.
Tabel 4.14 Penamaan Saluran
No. Saluran Nama Saluran
1 UTM sekunder 1 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 1 Kiri
2 UTM sekunder 1 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 1 Kanan
3 UTM sekunder 2 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 2 Kiri
4 UTM sekunder 2 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 2 Kanan
5 UTM sekunder 3 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 3 Kiri
6 UTM sekunder 3 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 3 Kanan
7 UTM sekunder 4 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 4 Kiri
8 UTM sekunder 4 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 4 Kanan
9 UTM sekunder 5 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 5 Kiri
10 UTM sekunder 5 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 5 Kanan
11 UTM sekunder 6 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 6 Kiri
12 UTM sekunder 6 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 6 Kanan
13 UTM sekunder 7 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 7 Kiri
14 UTM sekunder 7 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 7 Kanan
15 UTM sekunder 8 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 8 Kiri
16 UTM sekunder 8 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 8 Kanan
17 UTM sekunder 9 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 9 Kiri
18 UTM sekunder 9 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 9 Kanan
19 UTM sekunder 10 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 10 Kiri
20 UTM sekunder 10 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 10 Kanan
21 UTM sekunder 11 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 11 Kiri
22 UTM sekunder 11 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 11 Kanan
23 UTM sekunder 12 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 12 Kiri
24 UTM sekunder 12 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 12 Kanan
25 UTM sekunder 13 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 13 Kiri
26 UTM sekunder 13 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 13 Kanan
27 UTM sekunder 14 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 14 Kiri
28 UTM sekunder 14 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 14 Kanan
29 UTM sekunder 15 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 15 Kiri
30 UTM sekunder 15 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 15 Kanan
31 UTM sekunder 16 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 16 Kiri
32 UTM sekunder 16 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 16 Kanan
33 UTM sekunder 17 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 17 Kiri
34 UTM sekunder 17 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 17 Kanan
35 UTM sekunder 18 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 18 Kiri
36 UTM sekunder 18 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 18 Kanan
37 UTM sekunder 19 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 19 Kiri

IV-21
38 UTM sekunder 19 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 19 Kanan
39 UTM sekunder 20 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 20 Kiri
40 UTM sekunder 20 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 20 Kanan
41 UTM sekunder 21 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 21 Kiri
42 UTM sekunder 21 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 21 Kanan
43 UTM sekunder 22 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 22 Kiri
44 UTM sekunder 22 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 22 Kanan
45 UTM sekunder 23 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 23 Kiri
46 UTM sekunder 23 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 23 Kanan
47 UTM sekunder 24 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 24 Kiri
48 UTM sekunder 24 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 24 Kanan
49 UTM sekunder 25 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 25 Kiri
50 UTM sekunder 25 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 25 Kanan
51 UTM sekunder 26 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 26 Kiri
52 UTM sekunder 26 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 26 Kanan
53 UTM sekunder 27 Ki Umbu Tipuk Marisi sekunder 27 Kiri
54 UTM sekunder 27 Ka Umbu Tipuk Marisi sekunder 27 Kanan
55 UTM Primer 1 Ka Umbu Tipuk Marisi Primer 1 Kanan
56 UTM Primer 2 Ka Umbu Tipuk Marisi Primer 2 Kanan
57 UTM Primer 3 Ka Umbu Tipuk Marisi Primer 3 Kanan
58 UTM Primer 4 Ka Umbu Tipuk Marisi Primer 4 Kanan
59 UTM Primer 5 Ka Umbu Tipuk Marisi Primer 5 Kanan
60 UTM Primer 6 Ka Umbu Tipuk Marisi Primer 6 Kanan
61 UTM Primer 7 Ka Umbu Tipuk Marisi Primer 7 Kanan
62 UTM Primer 8 Ki Umbu Tipuk Marisi Primer 8 Kiri
63 UTM Primer 9 Ki Umbu Tipuk Marisi Primer 9 Kiri
64 UTM Primer 10 Ki Umbu Tipuk Marisi Primer 10 Kiri
65 UTM Primer 11 Ki Umbu Tipuk Marisi Primer 11 Kiri
66 UTM Primer 12 Ki Umbu Tipuk Marisi Primer 12 Kiri
Sumber: Hasil Analisis

IV-22
Gambar 4.7 Jaringan Drainase Umbu Tipuk Marisi
Keterangan gambar
: Saluran Primer Kanan
: Saluran Primer Kiri
: Saluran Sekunder Kiri
: Saluran Sekunder Kanan
: Gorong-gorong
: Arah Aliran
Setelah melakukan penamaan saluran, selanjutnya memprediksi jumlah penduduk yang
menggunakan saluran drainase Umbu Tipuk Marisi. Dengan dasar asumsi jumlah penduduk total
masyarakat yang berada di kecamatan kota Waingapu, yakni 25.730 orang ( BPS Kabupaten
Sumba Timur Tahun 2017), dengan asumsi jumlah penduduk Kelurahan Matawai sekitar ± 7.458
orang, sedangkan jumlah penduduk yang menggunakan jaringan drainase Umbu Tipuk Marisi
dipredikdi ± 1600-an orang. Pengguna jaringan drainase Umbu Tipuk Marisi bersifat fleksibel,
karena ada beberapa perkantoran dan sekolah yang secara eksplisit tidak secara permanen
digunakan oleh masyarakat. Berikut Tabel 4.16 tentang perincian data penduduk dari setiap ruas
saluran drainase Umbu Tipuk Marisi.

IV-23
Tabel 4.15 Data Kependudukan
No. Saluran Jumlah Penduduk
1 UTM sekunder 1 Ki 23
2 UTM sekunder 1 Ka 21
3 UTM sekunder 2 Ki 25
4 UTM sekunder 2 Ka 20
5 UTM sekunder 3 Ki 23
6 UTM sekunder 3 Ka 26
7 UTM sekunder 4 Ki 34
8 UTM sekunder 4 Ka 41
9 UTM sekunder 5 Ki 20
10 UTM sekunder 5 Ka 24
11 UTM sekunder 6 Ki 53
12 UTM sekunder 6 Ka 13
13 UTM sekunder 7 Ki 20
14 UTM sekunder 7 Ka 21
15 UTM sekunder 8 Ki 24
16 UTM sekunder 8 Ka 26
17 UTM sekunder 9 Ki 31
18 UTM sekunder 9 Ka 37
19 UTM sekunder 10 Ki 26
20 UTM sekunder 10 Ka 24
21 UTM sekunder 11 Ki 18
22 UTM sekunder 11 Ka 25
23 UTM sekunder 12 Ki 19
24 UTM sekunder 12 Ka 28
25 UTM sekunder 13 Ki 35
26 UTM sekunder 13 Ka 28
27 UTM sekunder 14 Ki 43
28 UTM sekunder 14 Ka 12
29 UTM sekunder 15 Ki 21
30 UTM sekunder 15 Ka 29
31 UTM sekunder 16 Ki 24
32 UTM sekunder 16 Ka 36
33 UTM sekunder 17 Ki 19
34 UTM sekunder 17 Ka 26
35 UTM sekunder 18 Ki 24
36 UTM sekunder 18 Ka 21
37 UTM sekunder 19 Ki 19
38 UTM sekunder 19 Ka 7
39 UTM sekunder 20 Ki 32
40 UTM sekunder 20 Ka 24
41 UTM sekunder 21 Ki 47

IV-24
42 UTM sekunder 21 Ka 24
43 UTM sekunder 22 Ki 27
44 UTM sekunder 22 Ka 49
45 UTM sekunder 23 Ki 24
46 UTM sekunder 23 Ka 37
47 UTM sekunder 24 Ki 23
48 UTM sekunder 24 Ka 25
49 UTM sekunder 25 Ki 21
50 UTM sekunder 25 Ka 27
51 UTM sekunder 26 Ki 31
52 UTM sekunder 26 Ka 21
53 UTM sekunder 27 Ki 31
54 UTM sekunder 27 Ka 28
55 UTM Primer 1 Ka 59
56 UTM Primer 2 Ka 111
57 UTM Primer 3 Ka 159
58 UTM Primer 4 Ka 244
59 UTM Primer 5 Ka 427
60 UTM Primer 6 Ka 512
61 UTM Primer 7 Ka 587
62 UTM Primer 8 Ki 587
63 UTM Primer 9 Ki 631
64 UTM Primer 10 Ki 676
65 UTM Primer 11 Ki 1048
66 UTM Primer 12 Ki 1233
Sumber: Hasil Analisis
Berikut hasil rekapitulasi analisa hidrologi perhitungan disperse baik parameter logaritma
maupun parameter statistic dari setiap dispersi;

Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Dispersi


Parameter
No. Dispersi
Statistik Logaritma
1 S 22.0100 0.1415
2 CV 0.2946 0.0763
3 CS 0.0080 -0.9313
4 CK 4.4632 5.3213
Sumber :Hasil Perhitungan
Disajikan pula rekapitulasi hasil perhitungan hujan rancangan metode Gumbel, yakni
metode yang telah memenuhi persyaratan distribusi frekuensi yang dilakukan dengan uji Chi
Kuadrat dan Uji Smirnov Kolmogorov.
Tabel 4.17 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Hujan Rancangan Metode Gumbel

IV-25
No. Periode Xt
1 5 98.01
2 20 132.09
3 50 153.68
4 100 169.86
5 200 185.99
6 1000 223.61
Sumber :Hasil Perhitungan
Dalam perencanaan drainase idealnya digunakan perhitungan hujan rancangan dalam kala
ulang 20 tahun.

4.3.1 Perhitungan Waktu Konsentrasi

Waktu konsentrasi (Tc) adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang
paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran. Harga
Tc ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.29.
Berikut perhitungan waktu konsentrasi drainase Umbu Tipuk Marisi, dengan UTM Sekunder 1 Kiri
dijadikan contoh, selanjutnya perhitungan saluran secara keseluruhan disajikan dalam tabel 4.19;
1. Diketahui Panjang lintasan aliran diatas permukaan lahan (m) dan panjang lintasan aliran
didalam saluan (m) diperoleh dari pengukuran di lapangan, dengan;
a. Panjang lintasan aliran diatas permukaan lahan (m), L = 80 m
b. Panjang lintasan aliran didalam saluan (m), Ls = 80 m
2. Selanjutnya nilai angka kekasaran manning diperoleh pada tabel kesasaran manning untuk
saluran, yakni untuk pasangan batu belah, nilai koefisiennya 0,017- 0,030, dipilih 0,018.
3. Nilai kemiringan lahan sebesar 0,0125. Nilai ini didasarkan pada elevasi hulu saluran
dikurangi elevasi hilir dibagi panjang saluran. Dari hasil kemiringan lahan diperoleh
kecepatan saluran sebesar 0,6 m 2/det. Kecepatan aliran ini diasumsikan berdasarkan standar
yang digunakan dalam perencanaan drainase pada tabel hubungan kecepatan aliran yang
dizinkan dengan material yang akan digunakan dalam pembuatan saluran drainase.
Sedangkan besarnya curah hujan metode Ej Gumbel (metode yang memenuhi) periode
ulang 20 tahun, yakni sebesar 135,94 mm.

IV-26
Gambar 4.8 Jaringan Drainase Umbu Tipuk Marisi beserta elevasi area.

Nilai kemiringan ditentukan dengan melihat nilai elevasi hulu dan hilir saluran.
Nilai ini didasarkan pada elevasi hulu saluran dikurangi elevasi hilir dibagi panjang
saluran. Elevasi ini diperoleh dengan menggunakan perpaduan aplikasi autocad, quickgrid,
TCX Converter dan Google Earth Pro.
Berikut gambar elevsi area (catchment area drainase Umbu Tipuk Marisi)
yangdiperoleh dengan menggunakan perpaduan aplikasi autocad, quickgrid, TCX
Converter dan Google Earth Pro.

IV-27
Gambar 4.9 Elevasi area drainase

4. Maka, intlet time ke saluran terdekat (t ) dihitung menggunakan persamaan 2.30


,
2 n
t = × 3,28 × L ×
3 √S
,
2 0,018
t = × 3,28 × 80 ×
3
0,0125
t = 1,75 menit
5. Untuk nilai conduit time (t ) sampai ketempat pengukuran dihitung menggunakan
persamaan 2.31
L
t =
60V
80
t =
60 × 0,6
t = 2,22 menit
6. Sedangkan waktu konsentrasi (tc) diperoleh menggunakan persamaan 2.29
T =t +t
T = 1,75 + 2,22

IV-28
T = 3,97 menit
T = 0,07 jam

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Waktu Konsentrasi


L Ls V R24 tc
No. Saluran (m) (m) n S (m/det) (mm) t0 td (jam)
1 UTM Sekunder 1 Ki 80 80 0.018 0.0125 0.6 135.94 1.75 2.22 0.07
2 UTM Sekunder 1 Ka 80 80 0.018 0.0125 0.6 135.94 1.75 2.22 0.07
3 UTM Sekunder 2 Ki 82 82 0.018 0.0073 0.4 135.94 1.83 3.42 0.09
4 UTM Sekunder 2 Ka 82 82 0.018 0.0073 0.4 135.94 1.83 3.42 0.09
5 UTM Sekunder 3 Ki 89 89 0.018 0.0202 0.6 135.94 1.71 2.47 0.07
6 UTM Sekunder 3 Ka 89 89 0.018 0.0180 0.6 135.94 1.72 2.47 0.07
7 UTM Sekunder 4 Ki 190 190 0.018 0.0105 0.6 135.94 2.05 5.28 0.12
8 UTM Sekunder 4 Ka 190 190 0.018 0.0105 0.6 135.94 2.05 5.28 0.12
9 UTM Sekunder 5 Ki 110 110 0.018 0.0109 0.6 135.94 1.86 3.06 0.08
10 UTM Sekunder 5 Ka 110 110 0.018 0.0109 0.6 135.94 1.86 3.06 0.08
11 UTM Sekunder 6 Ki 196 196 0.018 0.0010 0.6 135.94 2.50 5.44 0.13
12 UTM Sekunder 6 Ka 196 196 0.018 0.0010 0.4 135.94 2.50 8.17 0.18
13 UTM Sekunder 7 Ki 90 90 0.018 0.0004 0.4 135.94 2.35 3.75 0.10
14 UTM Sekunder 7 Ka 90 90 0.018 0.0011 0.4 135.94 2.18 3.75 0.10
15 UTM Sekunder 8 Ki 92 92 0.018 0.0022 0.4 135.94 2.07 3.83 0.10
16 UTM Sekunder 8 Ka 92 92 0.018 0.0152 0.6 135.94 1.76 2.56 0.07
17 UTM Sekunder 9 Ki 190 190 0.018 0.0105 0.6 135.94 2.05 5.28 0.12
18 UTM Sekunder 9 Ka 190 190 0.018 0.0095 0.4 135.94 2.06 7.92 0.17
19 UTM Sekunder 10 Ki 110 110 0.018 0.0255 0.9 135.94 1.74 2.04 0.06
20 UTM Sekunder 10 Ka 110 110 0.018 0.0236 0.9 135.94 1.75 2.04 0.06
21 UTM Sekunder 11 Ki 118 118 0.018 0.0051 0.4 135.94 2.01 4.92 0.12
22 UTM Sekunder 11 Ka 118 118 0.018 0.0034 0.4 135.94 2.08 4.92 0.12
23 UTM Sekunder 12 Ki 90 90 0.018 0.0006 0.4 135.94 2.31 3.75 0.10
24 UTM Sekunder 12 Ka 90 90 0.018 0.0011 0.4 135.94 2.18 3.75 0.10
25 UTM Sekunder 13 Ki 150 150 0.018 0.0013 0.4 135.94 2.34 6.25 0.14
26 UTM Sekunder 13 Ka 150 150 0.018 0.0027 0.4 135.94 2.21 6.25 0.14
27 UTM Sekunder 14 Ki 200 200 0.018 0.0090 0.4 135.94 2.09 8.33 0.17
28 UTM Sekunder 14 Ka 200 200 0.018 0.0085 0.4 135.94 2.10 8.33 0.17
29 UTM Sekunder 15 Ki 100 100 0.018 0.0190 0.6 135.94 1.75 2.78 0.08
30 UTM Sekunder 15 Ka 100 100 0.018 0.0190 0.6 135.94 1.75 2.78 0.08
31 UTM Sekunder 16 Ki 90 90 0.018 0.0222 0.9 135.94 1.70 1.67 0.06
32 UTM Sekunder 16 Ka 90 90 0.018 0.0222 0.9 135.94 1.70 1.67 0.06
33 UTM Sekunder 17 Ki 70 70 0.018 0.0143 0.6 135.94 1.69 1.94 0.06
34 UTM Sekunder 17 Ka 70 70 0.018 0.0143 0.6 135.94 1.69 1.94 0.06
35 UTM Sekunder 18 Ki 70 70 0.018 0.0143 0.6 135.94 1.69 1.94 0.06
36 UTM Sekunder 18 Ka 70 70 0.018 0.0143 0.6 135.94 1.69 1.94 0.06

IV-29
37 UTM Sekunder 19 Ki 30 30 0.018 0.0333 0.9 135.94 1.37 0.56 0.03
38 UTM Sekunder 19 Ka 30 30 0.018 0.0333 0.9 135.94 1.37 0.56 0.03
39 UTM Sekunder 20 Ki 100 100 0.018 0.0200 0.6 135.94 1.74 2.78 0.08
40 UTM Sekunder 20 Ka 100 100 0.018 0.0200 0.6 135.94 1.74 2.78 0.08
41 UTM Sekunder 21 Ki 360 360 0.018 0.0139 0.6 135.94 2.23 10.00 0.20
42 UTM Sekunder 21 Ka 360 360 0.018 0.0139 0.6 135.94 2.23 10.00 0.20
43 UTM Sekunder 22 Ki 290 290 0.018 0.0062 0.4 135.94 2.30 12.08 0.24
44 UTM Sekunder 22 Ka 290 290 0.018 0.0062 0.4 135.94 2.30 12.08 0.24
45 UTM Sekunder 23 Ki 170 170 0.018 0.0059 0.4 135.94 2.11 7.08 0.15
46 UTM Sekunder 23 Ka 170 170 0.018 0.0059 0.4 135.94 2.11 7.08 0.15
47 UTM Sekunder 24 Ki 90 90 0.018 0.0267 0.9 135.94 1.67 1.67 0.06
48 UTM Sekunder 24 Ka 90 90 0.018 0.0267 0.9 135.94 1.67 1.67 0.06
49 UTM Sekunder 25 Ki 110 110 0.018 0.0182 0.6 135.94 1.78 3.06 0.08
50 UTM Sekunder 25 Ka 110 110 0.018 0.0182 0.6 135.94 1.78 3.06 0.08
51 UTM Sekunder 26 Ki 150 150 0.018 0.0267 0.9 135.94 1.82 2.78 0.08
52 UTM Sekunder 26 Ka 150 150 0.018 0.0267 0.9 135.94 1.82 2.78 0.08
53 UTM Sekunder 27 Ki 110 110 0.018 0.0600 1.2 135.94 1.62 1.53 0.05
54 UTM Sekunder 27 Ka 110 110 0.018 0.0600 1.2 135.94 1.62 1.53 0.05
55 UTM Primer 1 Ka 92 92 0.018 0.0022 0.4 135.94 2.07 3.83 0.10
56 UTM Primer 2 Ka 87 87 0.018 0.0023 0.4 135.94 2.04 3.62 0.09
57 UTM Primer 3 Ka 83 83 0.018 0.0024 0.4 135.94 2.02 3.47 0.09
58 UTM Primer 4 Ka 82 82 0.018 0.0024 0.4 135.94 2.01 3.43 0.09
59 UTM Primer 5 Ka 94 94 0.018 0.0021 0.4 135.94 2.08 3.90 0.10
60 UTM Primer 6 Ka 93 93 0.018 0.0022 0.4 135.94 2.07 3.87 0.10
61 UTM Primer 7 Ka 68 68 0.018 0.0029 0.4 135.94 1.92 2.83 0.08
62 UTM Primer 8 Ki 99 99 0.018 0.0020 0.4 135.94 2.11 4.12 0.10
63 UTM Primer 9 Ki 86 86 0.018 0.0023 0.4 135.94 2.03 3.57 0.09
64 UTM Primer 10 Ki 107 107 0.018 0.0019 0.4 135.94 2.15 4.45 0.11
65 UTM Primer 11 Ki 85 85 0.018 0.0023 0.4 135.94 2.03 3.56 0.09
66 UTM Primer 12 Ki 34 34 0.018 0.0059 0.4 135.94 1.61 1.42 0.05
Sumber: Hasil Perhitungan

Untuk mempermuda pemahaman mengenai aliran jaringan drainase, maka berikut


disajikan tabel arah aliran dan gambar (layout) waktu konsentrasi.

IV-30
Tabel 4.19 Arah Aliran Jaringan Drainase Umbu Tipuk Marisi

No. Saluran Arah Aliran


1 UTM Sekunder 1 Ki S1 Ki
2 UTM Sekunder 1 Ka (S4 Ka), S1 Ka
3 UTM Sekunder 2 Ki (S4 Ka), S2 Ki
4 UTM Sekunder 2 Ka (S26 Ka), S22 Ka, S12 Ka, S7 Ka, S2 Ka
5 UTM Sekunder 3 Ki S21 Ki, S13 Ki, (S10), S8 Ki, (S5), S3 Ki
6 UTM Sekunder 3 Ka S8 Ka, S3 Ka
7 UTM Sekunder 4 Ki (S9 Ka), S7 Ki, S4 Ki
8 UTM Sekunder 4 Ka S4 Ka
9 UTM Sekunder 5 Ki (S10 Ka), (S7 Ka), S5 Ki
10 UTM Sekunder 5 Ka S5 Ka
11 UTM Sekunder 6 Ki S18 Ka, S14 Ki, S11, S6 Ki
12 UTM Sekunder 6 Ka S14 Ka, S6 Ka
13 UTM Sekunder 7 Ki (S9Ka), S7 Ki
14 UTM Sekunder 7 Ka (S10 Ka), S7 Ki
15 UTM Sekunder 8 Ki S21 Ki, S13 Ki, (S10 Ka), S8 Ki
16 UTM Sekunder 8 Ka S8 Ka
17 UTM Sekunder 9 Ki (S16 Ka), S12 Ki, S9 Ki
18 UTM Sekunder 9 Ka S9 Ka
19 UTM Sekunder 10 Ki S22 Ka, S12 Ka, S10 Ki
20 UTM Sekunder 10 Ka S10 Ka
21 UTM Sekunder 11 Ki S21 Ka, S13 Ka, S11 Ki
22 UTM Sekunder 11 Ka (S8 Ka), S11 Ka
23 UTM Sekunder 12 Ki (S16 Ka), S12 Ki
24 UTM Sekunder 12 Ka S22 Ka, (S17 Ka), S12 Ka
25 UTM Sekunder 13 Ki S21 Ki, (S17 Ka), S13 Ki
26 UTM Sekunder 13 Ka S21 Ka, (S18 Ka), S13 Ka
27 UTM Sekunder 14 Ki S18 Ka, S14 Ki
28 UTM Sekunder 14 Ka S14 Ka
29 UTM Sekunder 15 Ki S23 Ka, (S23 Ki), S16 Ki, S15 Ki
30 UTM Sekunder 15 Ka S16 Ka, S15 Ka
31 UTM Sekunder 16 Ki S22 Ki, S16 Ki
32 UTM Sekunder 16 Ka S16 Ka
33 UTM Sekunder 17 Ki S21 Ki, S17 Ki
34 UTM Sekunder 17 Ka S17 Ka
35 UTM Sekunder 18 Ki S21 Ka, S18 Ki
36 UTM Sekunder 18 Ka S18 Ka
37 UTM Sekunder 19 Ki (S21 Ka), S18 Ki, S19 Ki
38 UTM Sekunder 19 Ka S19 Ka
39 UTM Sekunder 20 Ki (S21 Ka), S18 Ki, S19 Ki, S20 Ki
40 UTM Sekunder 20 Ka S19 Ka, S20 Ka

IV-31
41 UTM Sekunder 21 Ki S21 Ki
42 UTM Sekunder 21 Ka S21 Ka
43 UTM Sekunder 22 Ki S22 Ki
44 UTM Sekunder 22 Ka (S26 Ka), S22 Ka
45 UTM Sekunder 23 Ki S23 Ki
46 UTM Sekunder 23 Ka S23 Ka
47 UTM Sekunder 24 Ki (S23 Ki), S24 Ki
48 UTM Sekunder 24 Ka S24 Ka
49 UTM Sekunder 25 Ki (S22 Ki), S25 Ki
50 UTM Sekunder 25 Ka S25 Ka
51 UTM Sekunder 26 Ki (S21 Ki), S26 Ki
52 UTM Sekunder 26 Ka (S21 Ki), S26 Ka
53 UTM Sekunder 27 Ki (S27 Ka), S27 Ki
54 UTM Sekunder 27 Ka (S21 Ki), S27 Ka
55 UTM Primer 1 Ka S27, P1 Ka
56 UTM Primer 2 Ka S26, (S22),P1, P2 Ka
57 UTM Primer 3 Ka S25, (S22), (S23), P1, P2 Ka, P3 Ka
58 UTM Primer 4 Ka S24, (S23), P1, P2 Ka, P3 Ka, P4 Ka
59 UTM Primer 5 Ka S16, S15, P1, P2 Ka, P3 Ka, P4 Ka, P5 Ka
60 UTM Primer 6 Ka S9, P1, P2 Ka, P3 Ka, P4 Ka, P5 Ka, P6 Ka
61 UTM Primer 7 Ka S4, P1, P2 Ka, P3 Ka, P4 Ka, P5 Ka, P6 Ka, P7 Ka
62 UTM Primer 8 Ki P1, P2 Ka, P3 Ka, P4 Ka, P5 Ka, P6 Ka, P7 Ka, P8 Ki
63 UTM Primer 9 Ki P1, P2 Ka, P3 Ka, P4 Ka, P5 Ka, P6 Ka, P7 Ka, P8 Ki, S1, P9 Ki
P1, P2 Ka, P3 Ka, P4 Ka, P5 Ka, P6 Ka, P7 Ka, P8 Ki, S1, P9 Ki,
64 UTM Primer 10 Ki
S22, (S17), S12, S7, S2, P10 Ki
P1, P2 Ka, P3 Ka, P4 Ka, P5 Ka, P6 Ka, P7 Ka, P8 Ki, S1, P9 Ki,
65 UTM Primer 11 Ki
S22, (S17), S12, S7, S2, P10 Ki, S21, S13, S8, S3, P11 Ki
P1, P2 Ka, P3 Ka, P4 Ka, P5 Ka, P6 Ka, P7 Ka, P8 Ki, S1, P9 Ki, S22,
66 UTM Primer 12 Ki (S17), S12, S7, S2, P10 Ki, S21, S13, S8, S3, P11 Ki,
S18 Ka, S14, S11, S6, S12 Ki
Sumber: Hasil Analisa

Keterangan: Tanda dalam kurung ( ), berarti saluran yang berada dalam kurung hanya sebagian atau
tidak semua air dari saluran tersebut yang mengalir ke saluran penampung.

IV-32
Gambar 4.10 Lay Out Waktu Konsentarsi
Keterangan: Satuan yang digunakan yakni dalam satuan waktu jam.
(sketsa lengkapnya dilampirkan)

4.3.2 Perhitungan Intensitas Hujan


Perhitungan distribusi curah hujan jam-jaman/intensitas curah hujan ini menggunakan Metode
Dr. Moonobe dengan mengacu pada persamaan 2.42, yang merupakan sebuah variasi dari
persamaan-persamaan curah hujan jangka pendek.
Berikut perhitungan Intensitas hujan, pada Saluran UTM Sekunder 1 Kiri;
1) Rumus yang digunakan adalah metode Dr. Monobe, pada persamaan 2.42

X 24
I= ×t
24

2) Diketahui;
a. Tinggi curah hujan maksimum (X ) atau hujan rencana dalam periode
ulang 20 tahun adalah sebesar 135,94 mm
b. Durasi hujan atau waktu konsentrasi (t ) untuk saluran UTM Sekunder 1 Kiri,
adalah sebesar 0,07 jam

IV-33
3) Maka,
135,94 24
I= × 0,07
24
I = 288,17 mm/jam
4) Untuk perhitungan intensitas hujan perencanaan Saluran Drainase Umbu Tipuk Marisi
lainnya, selanjutnya di sajikan dalam tabel 4.20

Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Intensitas Curah Hujan


X24 Intensitas
No. Saluran (mm/jam)
(mm)
1 UTM sekunder 1 Ki 135.94 288.17
2 UTM sekunder 1 Ka 135.94 288.17
3 UTM sekunder 2 Ki 135.94 239.11
4 UTM sekunder 2 Ka 135.94 239.11
5 UTM sekunder 3 Ki 135.94 278.37
6 UTM sekunder 3 Ka 135.94 277.62
7 UTM sekunder 4 Ki 135.94 191.51
8 UTM sekunder 4 Ka 135.94 191.51
9 UTM sekunder 5 Ki 135.94 249.76
10 UTM sekunder 5 Ka 135.94 249.76
11 UTM sekunder 6 Ki 135.94 181.42
12 UTM sekunder 6 Ka 135.94 149.06
13 UTM sekunder 7 Ki 135.94 216.28
14 UTM sekunder 7 Ka 135.94 220.48
15 UTM sekunder 8 Ki 135.94 221.17
16 UTM sekunder 8 Ka 135.94 272.57
17 UTM sekunder 9 Ki 135.94 191.51
18 UTM sekunder 9 Ka 135.94 155.81
19 UTM sekunder 10 Ki 135.94 298.06
20 UTM sekunder 10 Ka 135.94 297.50
21 UTM sekunder 11 Ki 135.94 198.81
22 UTM sekunder 11 Ka 135.94 197.49
23 UTM sekunder 12 Ki 135.94 217.32
24 UTM sekunder 12 Ka 135.94 220.48
25 UTM sekunder 13 Ki 135.94 172.24
26 UTM sekunder 13 Ka 135.94 174.02
27 UTM sekunder 14 Ki 135.94 151.36
28 UTM sekunder 14 Ka 135.94 151.26
29 UTM sekunder 15 Ki 135.94 263.91
30 UTM sekunder 15 Ka 135.94 263.91
31 UTM sekunder 16 Ki 135.94 321.72

IV-34
32 UTM sekunder 16 Ka 135.94 321.72
33 UTM sekunder 17 Ki 135.94 305.63
34 UTM sekunder 17 Ka 135.94 305.63
35 UTM sekunder 18 Ki 135.94 305.63
36 UTM sekunder 18 Ka 135.94 305.63
37 UTM sekunder 19 Ki 135.94 467.36
38 UTM sekunder 19 Ka 135.94 467.36
39 UTM sekunder 20 Ki 135.94 264.20
40 UTM sekunder 20 Ka 135.94 264.20
41 UTM sekunder 21 Ki 135.94 136.11
42 UTM sekunder 21 Ka 135.94 136.11
43 UTM sekunder 22 Ki 135.94 122.15
44 UTM sekunder 22 Ka 135.94 122.15
45 UTM sekunder 23 Ki 135.94 164.60
46 UTM sekunder 23 Ka 135.94 164.60
47 UTM sekunder 24 Ki 135.94 323.37
48 UTM sekunder 24 Ka 135.94 323.37
49 UTM sekunder 25 Ki 135.94 252.43
50 UTM sekunder 25 Ka 135.94 252.43
51 UTM sekunder 26 Ki 135.94 261.21
52 UTM sekunder 26 Ka 135.94 261.21
53 UTM sekunder 27 Ki 135.94 336.61
54 UTM sekunder 27 Ka 135.94 336.61
55 UTM Primer 1 Ka 135.94 221.16
56 UTM Primer 2 Ka 135.94 227.52
57 UTM Primer 3 Ka 135.94 232.29
58 UTM Primer 4 Ka 135.94 233.37
59 UTM Primer 5 Ka 135.94 219.34
60 UTM Primer 6 Ka 135.94 220.08
61 UTM Primer 7 Ka 135.94 255.93
62 UTM Primer 8 Ki 135.94 213.54
63 UTM Primer 9 Ki 135.94 228.98
64 UTM Primer 10 Ki 135.94 205.45
65 UTM Primer 11 Ki 135.94 229.26
66 UTM Primer 12 Ki 135.94 344.73
Sumber: Perhitungan

4.3.3 Perhitungan Debit Banjir Rancangan

Perhitungan debit banjir rancangan untuk mengetahui debit total saluran drainase, apabila
setelah dijumlahkan dengan debit limbah pemukiman dan dibandingkan dengan debit kapasitas
saluran, sehingga diperoleh dimensi saluran yang akan direncanakan.

IV-35
Berikut perhitungan debit banjir rancangan metode rasonal Saluran Umbu Tipuk Marisi
Sekunder 1 Kiri;

1. Perencanaan saluran drainase Umbu Tipuk Marisi, menggunakan metode rasional, pada
persamaan 2.46.
C×I×A
Q = = 0.278 × C × I × A
3.6
2. Diketahui;
a. Luas catchment area sebesar 0.0026 km2, diukur menggunakan aplikasi google
earth dan di convert pada earpoint.us
b. Intensitas saluran sebesar 288,17 mm/jam
c. Sedangkan koefisien limpasan sebesar 0,7. Hal ini berdasarkan karakteristik
catchment area, yang merupakan Jalan beton dan jalan aspal dengan koefisen
alirannya antara 0,70-0,95; Daerah Perkotaan dengan koefisien alirannya 0,70-
0,95; Pemukiman padat dengan koefisien alirannya 0,70-0,95

3. Maka,
C×I×A
Q =
3.6 = 0.278 × 0,7 × 288,17 × 0,0026
Q = 0,509 m3/det

4. Untuk perhitungan debit banjir rancangan setiap saluran dalam kala ulang 20 tahun
dapat dilihat pada tabel 4.21

Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Debit Banjir Rancangan


Luas Panjang Qbanjir
Intensitas
No. Saluran Catchment Saluran C ran.
(mm/jam)
Area (km2) (m) (m3/det)
1 UTM Sekunder 1 Ki 0.0026 80 288.17 0.7 0.51
2 UTM Sekunder 1 Ka 0.0028 80 288.17 0.7 0.55
3 UTM Sekunder 2 Ki 0.0032 82 239.11 0.7 0.52
4 UTM Sekunder 2 Ka 0.0034 82 239.11 0.7 0.55
5 UTM Sekunder 3 Ki 0.005 89 278.37 0.7 0.95
6 UTM Sekunder 3 Ka 0.0065 89 277.62 0.7 1.23
7 UTM Sekunder 4 Ki 0.0082 190 191.51 0.7 1.07
8 UTM Sekunder 4 Ka 0.0085 190 191.51 0.7 1.11
9 UTM Sekunder 5 Ki 0.006 110 249.76 0.7 1.02

IV-36
10 UTM Sekunder 5 Ka 0.008 110 249.76 0.7 1.36
11 UTM Sekunder 6 Ki 0.0082 196 181.42 0.7 1.01
12 UTM Sekunder 6 Ka 0.008 196 149.06 0.7 0.81
13 UTM Sekunder 7 Ki 0.006 90 216.28 0.7 0.88
14 UTM Sekunder 7 Ka 0.0055 90 220.48 0.7 0.82
15 UTM Sekunder 8 Ki 0.006 92 221.17 0.7 0.90
16 UTM Sekunder 8 Ka 0.0065 92 272.57 0.7 1.20
17 UTM Sekunder 9 Ki 0.0085 190 191.51 0.7 1.11
18 UTM Sekunder 9 Ka 0.0084 190 155.81 0.7 0.89
19 UTM Sekunder 10 Ki 0.0055 110 298.06 0.7 1.11
20 UTM Sekunder 10 Ka 0.006 110 297.50 0.7 1.21
21 UTM Sekunder 11 Ki 0.00325 118 198.81 0.7 0.44
22 UTM Sekunder 11 Ka 0.00405 118 197.49 0.7 0.54
23 UTM Sekunder 12 Ki 0.0043 90 217.32 0.7 0.64
24 UTM Sekunder 12 Ka 0.005 90 220.48 0.7 0.75
25 UTM Sekunder 13 Ki 0.00485 150 172.24 0.7 0.57
26 UTM Sekunder 13 Ka 0.005 150 174.02 0.7 0.59
27 UTM Sekunder 14 Ki 0.0088 200 151.36 0.7 0.91
28 UTM Sekunder 14 Ka 0.0042 200 151.26 0.7 0.43
29 UTM Sekunder 15 Ki 0.0035 100 263.91 0.7 0.63
30 UTM Sekunder 15 Ka 0.0041 100 263.91 0.7 0.74
31 UTM Sekunder 16 Ki 0.0037 90 321.72 0.7 0.81
32 UTM Sekunder 16 Ka 0.004 90 321.72 0.7 0.88
33 UTM Sekunder 17 Ki 0.00285 70 305.63 0.7 0.59
34 UTM Sekunder 17 Ka 0.0031 70 305.63 0.7 0.64
35 UTM Sekunder 18 Ki 0.0027 70 305.63 0.7 0.56
36 UTM Sekunder 18 Ka 0.0025 70 305.63 0.7 0.52
37 UTM Sekunder 19 Ki 0.0008 30 467.36 0.7 0.25
38 UTM Sekunder 19 Ka 0.0006 30 467.36 0.7 0.19
39 UTM Sekunder 20 Ki 0.0014 100 264.20 0.7 0.25
40 UTM Sekunder 20 Ka 0.0016 100 264.20 0.7 0.29
41 UTM Sekunder 21 Ki 0.009 360 136.11 0.7 0.83
42 UTM Sekunder 21 Ka 0.0095 360 136.11 0.7 0.88
43 UTM Sekunder 22 Ki 0.0075 290 122.15 0.7 0.62
44 UTM Sekunder 22 Ka 0.0081 290 122.15 0.7 0.67
45 UTM Sekunder 23 Ki 0.0055 170 164.60 0.7 0.62
46 UTM Sekunder 23 Ka 0.004 170 164.60 0.7 0.45
47 UTM Sekunder 24 Ki 0.00395 90 323.37 0.7 0.87
48 UTM Sekunder 24 Ka 0.00401 90 323.37 0.7 0.88
49 UTM Sekunder 25 Ki 0.0034 110 252.43 0.7 0.58
50 UTM Sekunder 25 Ka 0.0039 110 252.43 0.7 0.67
51 UTM Sekunder 26 Ki 0.006 150 261.21 0.7 1.07
52 UTM Sekunder 26 Ka 0.0065 150 261.21 0.7 1.15

IV-37
53 UTM Sekunder 27 Ki 0.005 110 336.61 0.7 1.14
54 UTM Sekunder 27 Ka 0.0044 110 336.61 0.7 1.01
55 UTM Primer 1 Ka 0.0072 92.01 221.16 0.7 1.08
56 UTM Primer 2 Ka 0.0076 86.83 227.52 0.7 1.18
57 UTM Primer 3 Ka 0.0078 83.19 232.29 0.7 1.23
58 UTM Primer 4 Ka 0.008 82.39 233.37 0.7 1.27
59 UTM Primer 5 Ka 0.0084 93.57 219.34 0.7 1.25
60 UTM Primer 6 Ka 0.0086 92.93 220.08 0.7 1.29
61 UTM Primer 7 Ka 0.009 67.8 255.93 0.7 1.57
62 UTM Primer 8 Ki 0.011 98.77 213.54 0.7 1.60
63 UTM Primer 9 Ki 0.012 85.69 228.98 0.7 1.87
64 UTM Primer 10 Ki 0.014 106.69 205.45 0.7 1.96
65 UTM Primer 11 Ki 0.013 85.48 229.26 0.7 2.03
66 UTM Primer 12 Ki 0.0085 34.08 344.73 0.7 1.99
Sumber: Perhitungan

4.3.4 Perhitungan Limbah Permukiman

Debit Air Limbah Buangan adalah semua cairan yang dibuang, baik yang mengandung
kotoran manusia maupun yang mengandung sisa-sisa proses industri. Pada umumnya lokasi
penelitian pada area saluran drainase Umbu Tipuk Marisi, limbah pemukiman yang ada, berupa
limbah rumah tangga, yakni limbah cair maupun padat, seperti air buangan cucian maupun plastic-
plastik bekas.
Berikut perhitungan limbah pemukiman yang terjadi pada Saluran Umnu Tipuk Marisi
Sekunder 1 Kiri;
1. Perhitungan limbah pemukiman drainase Umbu Tipuk Marisi Sekunder 1, menggunakan
persamaan 2.68;
Q rata-rata = (% x Konsumsi Air Bersih/orang x Jumlah Penduduk x Fp) liter/hari
QairkotorLiter⁄detik (m
Q = detik ⁄detik)
m
1000 × (24 jam × 60 menit × 60 detik)
liter hari

2. Diketahui;
a. Luas catchment area sebesar 0.0056 km2, diukur menggunakan aplikasi google
earth dan di convert pada earpoint.us
b. Berdasarkan wilayah administrasi, saluran drainase Umbu Tipuk Marisi terletak
diwilayah Kelurahan Matawai, Kecamatan Kota Waingapu. Menurut data yang
diperoleh dari BPS Kabupaten Sumba Timur tahun 2017, Kecamatan Kota
Waingapu mempunyai jumlah penduduk sebanyak 38.759 orang (15,53 % dari
total jumlah penduduk yang berada di

IV-38
Kabupaten Sumba Timur), dengan tingkat kepadatan penduduk 525 orang/km2,
yang merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten
Sumba Timur, dan kepadatan penduduk tertinggi kedua setelah Kecamatan
Kambera. Jumlah penduduk Kelurahan Matawai, diprediksi sekitar 9800-an orang.
Sedangkan jumlah penduduk yang memanfaatkan saluran drainase Umbu Tipuk
Marisi, berjumlah 1624 orang dan yang menggunakan saluran Umbu Tipuk
Marisi Sekunder 1 Kiri, berjumlah 23 orang.
c. Sedangkan Faktor Puncak (FP) adalah sebesar 5. Faktor Puncak diperoleh
berdasarakan jumlah penduduk. Untuk jumlah penduduk dibawah 500 orang
didapat Faktor Puncak sebesar 5. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.21.
Untuk menghitung limbah pemukiman di saluran drainase Umbu Tipuk Marisi,
digunakan jumlah air rata-rata yang disalurkan ke rumah tangga. Sedangkan
subjek lainnya tidak digunakan karena pada umumnya setiap bagian area atau
lokasi, mayoritas ditempati oleh perumahan warga dengan sedikit sekolah dan
perkantoran (komersial atau public uses). Maka dari itu, berdarkan tabel 2.22
jumlah air rata-rata yang disalurkan untuk rumah tangga adalah;
= 250 liter/orang/hari
250
=
(1000 × 3600 × 24)
= 0,0000029 m3/detik
3. Maka air limbah limbah yang dihasilkan adalah sekitar 75 % dari air rata-rata yang
dialirkan kedaerah tersebut, sehingga jumlah air limbah yang dihasilkan untuk daerah
tersebut adalah;
Q limbah = (% x Konsumsi Air Bersih/orang x Jumlah Penduduk x FP)
Q limbah = (0,75 x 0,0000029 x 23 x 5)
Q limbah = 0,0002496 m3/detik
4. Perhitungan selanjutnya akan dilampirkan pada tabel 4.22

IV-39
Tabel 4.22 Hasil Analisa Debit Limbah Permukiman
Luas Air Limbah
Jumlah Jumlah Air
Catchment yang Qlimbah
No. Saluran Penduduk Rata-Rata FP
Area Dihasilkan (m3/det)
(orang) (m3/det)
(km2) (%)
1 UTM Sekunder 1 Ki 0.0026 23 0.0000029 5 0.75 0.0002496
2 UTM Sekunder 1 Ka 0.0028 21 0.0000029 5 0.75 0.0002279
3 UTM Sekunder 2 Ki 0.0032 25 0.0000029 5 0.75 0.0002713
4 UTM Sekunder 2 Ka 0.0034 20 0.0000029 5 0.75 0.0002170
5 UTM Sekunder 3 Ki 0.005 23 0.0000029 5 0.75 0.0002496
6 UTM Sekunder 3 Ka 0.0065 26 0.0000029 5 0.75 0.0002821
7 UTM Sekunder 4 Ki 0.0082 34 0.0000029 5 0.75 0.0003689
8 UTM Sekunder 4 Ka 0.0085 41 0.0000029 5 0.75 0.0004449
9 UTM Sekunder 5 Ki 0.006 20 0.0000029 5 0.75 0.0002170
10 UTM Sekunder 5 Ka 0.008 24 0.0000029 5 0.75 0.0002604
11 UTM Sekunder 6 Ki 0.0082 53 0.0000029 5 0.75 0.0005751
12 UTM Sekunder 6 Ka 0.008 13 0.0000029 5 0.75 0.0001411
13 UTM Sekunder 7 Ki 0.006 20 0.0000029 5 0.75 0.0002170
14 UTM Sekunder 7 Ka 0.0055 21 0.0000029 5 0.75 0.0002279
15 UTM Sekunder 8 Ki 0.006 24 0.0000029 5 0.75 0.0002604
16 UTM Sekunder 8 Ka 0.0065 26 0.0000029 5 0.75 0.0002821
17 UTM Sekunder 9 Ki 0.0085 31 0.0000029 5 0.75 0.0003364
18 UTM Sekunder 9 Ka 0.0084 37 0.0000029 5 0.75 0.0004015
19 UTM Sekunder 10 Ki 0.0055 26 0.0000029 5 0.75 0.0002821
20 UTM Sekunder 10 Ka 0.006 24 0.0000029 5 0.75 0.0002604
21 UTM Sekunder 11 Ki 0.00325 18 0.0000029 5 0.75 0.0001953
22 UTM Sekunder 11 Ka 0.00405 25 0.0000029 5 0.75 0.0002713
23 UTM Sekunder 12 Ki 0.0043 19 0.0000029 5 0.75 0.0002062
24 UTM Sekunder 12 Ka 0.005 28 0.0000029 5 0.75 0.0003038
25 UTM Sekunder 13 Ki 0.00485 35 0.0000029 5 0.75 0.0003798
26 UTM Sekunder 13 Ka 0.005 28 0.0000029 5 0.75 0.0003038
27 UTM Sekunder 14 Ki 0.0088 43 0.0000029 5 0.75 0.0004666
28 UTM Sekunder 14 Ka 0.0042 12 0.0000029 5 0.75 0.0001302
29 UTM Sekunder 15 Ki 0.0035 21 0.0000029 5 0.75 0.0002279
30 UTM Sekunder 15 Ka 0.0041 29 0.0000029 5 0.75 0.0003147
31 UTM Sekunder 16 Ki 0.0037 24 0.0000029 5 0.75 0.0002604
32 UTM Sekunder 16 Ka 0.004 36 0.0000029 5 0.75 0.0003906
33 UTM Sekunder 17 Ki 0.00285 19 0.0000029 5 0.75 0.0002062
34 UTM Sekunder 17 Ka 0.0031 26 0.0000029 5 0.75 0.0002821
35 UTM Sekunder 18 Ki 0.0027 24 0.0000029 5 0.75 0.0002604
36 UTM Sekunder 18 Ka 0.0025 21 0.0000029 5 0.75 0.0002279
37 UTM Sekunder 19 Ki 0.0008 19 0.0000029 5 0.75 0.0002062
38 UTM Sekunder 19 Ka 0.0006 7 0.0000029 5 0.75 0.0000760
39 UTM Sekunder 20 Ki 0.0014 32 0.0000029 5 0.75 0.0003472

IV-40
40 UTM Sekunder 20 Ka 0.0016 24 0.0000029 5 0.75 0.0002604
41 UTM Sekunder 21 Ki 0.009 47 0.0000029 5 0.75 0.0005100
42 UTM Sekunder 21 Ka 0.0095 24 0.0000029 5 0.75 0.0002604
43 UTM Sekunder 22 Ki 0.0075 27 0.0000029 5 0.75 0.0002930
44 UTM Sekunder 22 Ka 0.0081 49 0.0000029 5 0.75 0.0005317
45 UTM Sekunder 23 Ki 0.0055 24 0.0000029 5 0.75 0.0002604
46 UTM Sekunder 23 Ka 0.004 37 0.0000029 5 0.75 0.0004015
47 UTM Sekunder 24 Ki 0.00395 23 0.0000029 5 0.75 0.0002496
48 UTM Sekunder 24 Ka 0.00401 25 0.0000029 5 0.75 0.0002713
49 UTM Sekunder 25 Ki 0.0034 21 0.0000029 5 0.75 0.0002279
50 UTM Sekunder 25 Ka 0.0039 27 0.0000029 5 0.75 0.0002930
51 UTM Sekunder 26 Ki 0.006 31 0.0000029 5 0.75 0.0003364
52 UTM Sekunder 26 Ka 0.0065 21 0.0000029 5 0.75 0.0002279
53 UTM Sekunder 27 Ki 0.005 31 0.0000029 5 0.75 0.0003364
54 UTM Sekunder 27 Ka 0.0044 28 0.0000029 5 0.75 0.0003038
55 UTM Primer 1 Ka 0.0072 59 0.0000029 5 0.75 0.0006402
56 UTM Primer 2 Ka 0.0076 111 0.0000029 5 0.75 0.0012044
57 UTM Primer 3 Ka 0.0078 159 0.0000029 5 0.75 0.0017253
58 UTM Primer 4 Ka 0.008 244 0.0000029 5 0.75 0.0026476
59 UTM Primer 5 Ka 0.0084 427 0.0000029 5 0.75 0.0046332
60 UTM Primer 6 Ka 0.0086 512 0.0000029 5 0.75 0.0055556
61 UTM Primer 7 Ka 0.009 587 0.0000029 5 0.75 0.0063694
62 UTM Primer 8 Ki 0.011 587 0.0000029 5 0.75 0.0063694
63 UTM Primer 9 Ki 0.012 631 0.0000029 5 0.75 0.0068468
64 UTM Primer 10 Ki 0.014 676 0.0000029 5 0.75 0.0073351
65 UTM Primer 11 Ki 0.013 1048 0.0000029 5 0.75 0.0113715
66 UTM Primer 12 Ki 0.0085 1233 0.0000029 5 0.75 0.0133789
Sumber: Perhitungan
Setelah memperoleh nilai debit banjir rencana (Qbanjir ran.) dan debit limbah pemukiman,
maka untuk memperoleh nilai debit aliran perencanaan, maka debit banjir rencana saluran
dijumlahkan dengan debit limbah pemukiman. Selengkapnya disajikan pada Tabel 4.23.

IV-41
Tabel 4.23. Hasil Perhitungan Debit Aliran
Debit Aliran
No. Saluran (m3/det)
Qbanjir ran. Qlimbah Qtotal
1 UTM Sekunder 1 Ki 0.51 0.00025 0.51
2 UTM Sekunder 1 Ka 0.55 0.00023 0.55
3 UTM Sekunder 2 Ki 0.52 0.00027 0.52
4 UTM Sekunder 2 Ka 0.55 0.00022 0.55
5 UTM Sekunder 3 Ki 0.95 0.00025 0.95
6 UTM Sekunder 3 Ka 1.23 0.00028 1.23
7 UTM Sekunder 4 Ki 1.07 0.00037 1.07
8 UTM Sekunder 4 Ka 1.11 0.00044 1.11
9 UTM Sekunder 5 Ki 1.02 0.00022 1.02
10 UTM Sekunder 5 Ka 1.36 0.00026 1.36
11 UTM Sekunder 6 Ki 1.01 0.00058 1.01
12 UTM Sekunder 6 Ka 0.81 0.00014 0.81
13 UTM Sekunder 7 Ki 0.88 0.00022 0.88
14 UTM Sekunder 7 Ka 0.82 0.00023 0.82
15 UTM Sekunder 8 Ki 0.90 0.00026 0.90
16 UTM Sekunder 8 Ka 1.20 0.00028 1.21
17 UTM Sekunder 9 Ki 1.11 0.00034 1.11
18 UTM Sekunder 9 Ka 0.89 0.00040 0.89
19 UTM Sekunder 10 Ki 1.11 0.00028 1.12
20 UTM Sekunder 10 Ka 1.21 0.00026 1.21
21 UTM Sekunder 11 Ki 0.44 0.00020 0.44
22 UTM Sekunder 11 Ka 0.54 0.00027 0.54
23 UTM Sekunder 12 Ki 0.64 0.00021 0.64
24 UTM Sekunder 12 Ka 0.75 0.00030 0.75
25 UTM Sekunder 13 Ki 0.57 0.00038 0.57
26 UTM Sekunder 13 Ka 0.59 0.00030 0.59
27 UTM Sekunder 14 Ki 0.91 0.00047 0.91
28 UTM Sekunder 14 Ka 0.43 0.00013 0.43
29 UTM Sekunder 15 Ki 0.63 0.00023 0.63
30 UTM Sekunder 15 Ka 0.74 0.00031 0.74
31 UTM Sekunder 16 Ki 0.81 0.00026 0.81
32 UTM Sekunder 16 Ka 0.88 0.00039 0.88
33 UTM Sekunder 17 Ki 0.59 0.00021 0.59
34 UTM Sekunder 17 Ka 0.64 0.00028 0.64
35 UTM Sekunder 18 Ki 0.56 0.00026 0.56
36 UTM Sekunder 18 Ka 0.52 0.00023 0.52
37 UTM Sekunder 19 Ki 0.25 0.00021 0.25
38 UTM Sekunder 19 Ka 0.19 0.00008 0.19
39 UTM Sekunder 20 Ki 0.25 0.00035 0.25

IV-42
40 UTM Sekunder 20 Ka 0.29 0.00026 0.29
41 UTM Sekunder 21 Ki 0.83 0.00051 0.83
42 UTM Sekunder 21 Ka 0.88 0.00026 0.88
43 UTM Sekunder 22 Ki 0.62 0.00029 0.62
44 UTM Sekunder 22 Ka 0.67 0.00053 0.67
45 UTM Sekunder 23 Ki 0.62 0.00026 0.62
46 UTM Sekunder 23 Ka 0.45 0.00040 0.45
47 UTM Sekunder 24 Ki 0.87 0.00025 0.87
48 UTM Sekunder 24 Ka 0.88 0.00027 0.88
49 UTM Sekunder 25 Ki 0.58 0.00023 0.58
50 UTM Sekunder 25 Ka 0.67 0.00029 0.67
51 UTM Sekunder 26 Ki 1.07 0.00034 1.07
52 UTM Sekunder 26 Ka 1.15 0.00023 1.15
53 UTM Sekunder 27 Ki 1.14 0.00034 1.15
54 UTM Sekunder 27 Ka 1.01 0.00030 1.01
55 UTM Primer 1 Ka 1.08 0.00064 1.08
56 UTM Primer 2 Ka 1.18 0.00120 1.18
57 UTM Primer 3 Ka 1.23 0.00173 1.23
58 UTM Primer 4 Ka 1.27 0.00265 1.27
59 UTM Primer 5 Ka 1.25 0.00463 1.26
60 UTM Primer 6 Ka 1.29 0.00556 1.29
61 UTM Primer 7 Ka 1.57 0.00637 1.57
62 UTM Primer 8 Ki 1.60 0.00637 1.60
63 UTM Primer 9 Ki 1.87 0.00685 1.88
64 UTM Primer 10 Ki 1.96 0.00734 1.96
65 UTM Primer 11 Ki 2.03 0.01137 2.04
66 UTM Primer 12 Ki 1.99 0.01338 2.01
Sumber: Perhitungan

3.4.5 Perhitungan Kapasitas Saluran Eksisting

Pada sub bab ini akan dilakukan perhitungan kapasitas saluran untuk
membandingkan kapasitas saluran eksisting terhadap kapasitas total (debit total).
Berikut perhitungan kapasitas saluran eksisiting saluran drainase Umbu Tipuk Marisi
Sekunder I, yang dilakukan;

1. Diketahui;
a. Lebar saluran = 0,90 m
b. Tinggi saluran = 1,06 m
2. Luas saluran menggunakan persamaan 2.73, yakni sebesar:
A=B×h

IV-43
A = 0,90 × 1,06
A = 0,95 m
3. Diketahui kecepatan saluran (V), sebesar = 0,80 m/det
4. Maka, kapasitas saluran dihiung mengunakan persamaan 2.69;
Q=A×V
Q = 0,95 × 0,80
Q = 0,76 ≈ 0,8 m /detik
5. Hasil perhitungan saluran yang efisien ,mempunyai nilai Q kapasitas lebih
besar dari Qtotal.
6. Perhitugan selengkapnya untuk setiap saluran disajikan dalam tabel 4.24

Tabel 4.24 Perhitungan Kapasitas Saluran Eksisting


Saluran Eksisting
No. Nama Saluran B h A V Qkap.
m m 2 m/det m3/det
m
1 UTM sekunder 1 Ki 0.90 1.06 0.95 0.80 0.8
2 UTM sekunder 1 Ka 0.90 1.06 0.95 0.80 0.8
3 UTM sekunder 2 Ki 0.92 1.00 0.92 0.90 0.8
4 UTM sekunder 2 Ka 0.92 1.00 0.92 0.90 0.8
5 UTM sekunder 3 Ki 0.60 0.90 0.54 0.80 0.4
6 UTM sekunder 3 Ka 0.60 0.90 0.54 1.30 0.7
7 UTM sekunder 4 Ki 0.90 1.06 0.95 1.10 1.0
8 UTM sekunder 4 Ka 0.90 1.06 0.95 1.10 1.0
9 UTM sekunder 5 Ki 0.95 1.03 0.98 1.10 1.1
10 UTM sekunder 5 Ka 0.80 1.00 0.80 1.20 1.0
11 UTM sekunder 6 Ki 0.60 0.90 0.54 1.10 0.6
12 UTM sekunder 6 Ka 0.90 1.03 0.93 0.90 0.8
13 UTM sekunder 7 Ki 0.92 1.00 0.92 0.90 0.8
14 UTM sekunder 7 Ka 1.00 1.07 1.07 1.10 1.2
15 UTM sekunder 8 Ki 0.60 0.90 0.54 0.90 0.5
16 UTM sekunder 8 Ka 0.78 1.00 0.78 1.30 1.0
17 UTM sekunder 9 Ki 0.90 1.06 0.95 1.10 1.0
18 UTM sekunder 9 Ka 0.85 1.00 0.85 1.10 0.9
19 UTM sekunder 10 Ki 0.95 1.03 0.98 1.10 1.1
20 UTM sekunder 10 Ka 0.90 1.03 0.93 1.20 1.1
21 UTM sekunder 11 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.6
22 UTM sekunder 11 Ka 0.75 1.00 0.75 1.20 0.9
23 UTM sekunder 12 Ki 0.92 1.00 0.92 1.10 1.0
24 UTM sekunder 12 Ka 0.90 1.00 0.90 1.20 1.1

IV-44
25 UTM sekunder 13 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.6
26 UTM sekunder 13 Ka 0.60 0.80 0.48 1.20 0.6
27 UTM sekunder 14 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.6
28 UTM sekunder 14 Ka 0.60 0.90 0.54 0.90 0.5
29 UTM sekunder 15 Ki 0.90 1.06 0.95 1.10 1.0
30 UTM sekunder 15 Ka 0.90 1.06 0.95 1.10 1.0
31 UTM sekunder 16 Ki 0.92 1.00 0.92 1.10 1.0
32 UTM sekunder 16 Ka 0.92 1.00 0.92 1.20 1.1
33 UTM sekunder 17 Ki 0.95 1.03 0.98 0.90 0.9
34 UTM sekunder 17 Ka 0.95 1.03 0.98 0.90 0.9
35 UTM sekunder 18 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.6
36 UTM sekunder 18 Ka 0.60 0.80 0.48 1.10 0.5
37 UTM sekunder 19 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.6
38 UTM sekunder 19 Ka 0.60 0.80 0.48 1.20 0.6
39 UTM sekunder 20 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.6
40 UTM sekunder 20 Ka 0.60 0.90 0.54 1.20 0.6
41 UTM sekunder 21 Ki 0.60 0.90 0.54 1.30 0.7
42 UTM sekunder 21 Ka 0.60 0.80 0.48 1.30 0.6
43 UTM sekunder 22 Ki 0.95 1.03 0.98 0.90 0.9
44 UTM sekunder 22 Ka 0.95 1.03 0.98 0.90 0.9
45 UTM sekunder 23 Ki 0.92 1.00 0.92 0.90 0.8
46 UTM sekunder 23 Ka 0.92 1.00 0.92 0.90 0.8
47 UTM sekunder 24 Ki 0.90 1.06 0.95 1.20 1.1
48 UTM sekunder 24 Ka 0.90 1.06 0.95 1.20 1.1
49 UTM sekunder 25 Ki 0.92 1.00 0.92 1.20 1.1
50 UTM sekunder 25 Ka 0.92 1.00 0.92 1.20 1.1
51 UTM sekunder 26 Ki 0.95 1.03 0.98 1.30 1.3
52 UTM sekunder 26 Ka 0.95 1.03 0.98 1.30 1.3
53 UTM sekunder 27 Ki 0.95 1.03 0.98 1.30 1.3
54 UTM sekunder 27 Ka 0.95 1.03 0.98 1.30 1.3
55 UTM Primer 1 Ka 0.80 1.00 0.80 1.2 1.1
56 UTM Primer 2 Ka 0.80 1.00 0.80 1.2 1.1
57 UTM Primer 3 Ka 0.80 1.00 0.80 1.2 1.1
58 UTM Primer 4 Ka 0.90 1.20 1.08 1.2 1.0
59 UTM Primer 5 Ka 0.90 1.20 1.08 1.3 1.0
60 UTM Primer 6 Ka 0.90 1.20 1.08 0.93 1.0
61 UTM Primer 7 Ka 0.90 1.20 1.08 1.11 1.2
62 UTM Primer 8 Ki 0.90 1.20 1.08 1.11 1.2
63 UTM Primer 9 Ki 0.90 1.20 1.08 1.30 1.4
64 UTM Primer 10 Ki 0.90 1.20 1.08 1.30 1.4
65 UTM Primer 11 Ki 0.90 1.20 1.08 1.39 1.5
66 UTM Primer 12 Ki 0.90 1.20 1.08 1.39 1.5
Sumber: Hasil Perhitungan

IV-45
4.3.6 Evaluasi Kapasitas Saluran Eksisting

Evaluasi kapasitas saluran didasarkan pada perbandingan kapasitas saluran eksisting


(saluran hasil pengukuran di lapangan pada saat penelitian) terhadap kapasitas total yang diperoleh
dari debit banjir rencana dan debit limbah pemukiman

Tabel 4.25 Evaluasi Kapasitas Saluran Terhadap Debit Banjir Ran. (Qtotal)

No. Nama Saluran B h A V Qkapsitas Qtotal Evaluasi


m m m2 m/det m3/det m3/det
1 UTM sekunder 1 Ki 0.90 1.06 0.95 0.80 0.76 0.51 0.25
2 UTM sekunder 1 Ka 0.90 1.06 0.95 0.80 0.76 0.55 0.21
3 UTM sekunder 2 Ki 0.92 1.00 0.92 0.90 0.83 0.52 0.31
4 UTM sekunder 2 Ka 0.92 1.00 0.92 0.90 0.83 0.55 0.27
5 UTM sekunder 3 Ki 0.60 0.90 0.54 0.80 0.43 0.95 -0.51
6 UTM sekunder 3 Ka 0.60 0.90 0.54 1.30 0.70 1.23 -0.53
7 UTM sekunder 4 Ki 0.90 1.06 0.95 1.10 1.05 1.07 -0.02
8 UTM sekunder 4 Ka 0.90 1.06 0.95 1.10 1.05 1.11 -0.06
9 UTM sekunder 5 Ki 0.95 1.03 0.98 1.10 1.08 1.02 0.06
10 UTM sekunder 5 Ka 0.80 1.00 0.80 1.20 0.96 1.36 -0.40
11 UTM sekunder 6 Ki 0.60 0.90 0.54 1.10 0.59 1.01 -0.42
12 UTM sekunder 6 Ka 0.90 1.03 0.93 0.90 0.83 0.81 0.02
13 UTM sekunder 7 Ki 0.92 1.00 0.92 0.90 0.83 0.88 -0.05
14 UTM sekunder 7 Ka 1.00 1.07 1.07 1.10 1.18 0.82 0.35
15 UTM sekunder 8 Ki 0.60 0.90 0.54 0.90 0.49 0.90 -0.42
16 UTM sekunder 8 Ka 0.78 1.00 0.78 1.30 1.01 1.21 -0.19
17 UTM sekunder 9 Ki 0.90 1.06 0.95 1.10 1.05 1.11 -0.06
18 UTM sekunder 9 Ka 0.85 1.00 0.85 1.10 0.94 0.89 0.04
19 UTM sekunder 10 Ki 0.95 1.03 0.98 1.10 1.08 1.12 -0.04
20 UTM sekunder 10 Ka 0.90 1.03 0.93 1.20 1.11 1.21 -0.10
21 UTM sekunder 11 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.65 0.44 0.21
22 UTM sekunder 11 Ka 0.75 1.00 0.75 1.20 0.90 0.54 0.36
23 UTM sekunder 12 Ki 0.92 1.00 0.92 1.10 1.01 0.64 0.38
24 UTM sekunder 12 Ka 0.90 1.00 0.90 1.20 1.08 0.75 0.33
25 UTM sekunder 13 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.65 0.57 0.08
26 UTM sekunder 13 Ka 0.60 0.80 0.48 1.20 0.58 0.59 -0.02
27 UTM sekunder 14 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.65 0.91 -0.26
28 UTM sekunder 14 Ka 0.60 0.90 0.54 0.90 0.49 0.43 0.05
29 UTM sekunder 15 Ki 0.90 1.06 0.95 1.10 1.05 0.63 0.42
30 UTM sekunder 15 Ka 0.90 1.06 0.95 1.10 1.05 0.74 0.31
31 UTM sekunder 16 Ki 0.92 1.00 0.92 1.10 1.01 0.81 0.20
32 UTM sekunder 16 Ka 0.92 1.00 0.92 1.20 1.10 0.88 0.23
33 UTM sekunder 17 Ki 0.95 1.03 0.98 0.90 0.88 0.59 0.29

IV-46
34 UTM sekunder 17 Ka 0.95 1.03 0.98 0.90 0.88 0.64 0.24
35 UTM sekunder 18 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.65 0.56 0.09
36 UTM sekunder 18 Ka 0.60 0.80 0.48 1.10 0.53 0.52 0.01
37 UTM sekunder 19 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.65 0.25 0.39
38 UTM sekunder 19 Ka 0.60 0.80 0.48 1.20 0.58 0.19 0.39
39 UTM sekunder 20 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.65 0.25 0.40
40 UTM sekunder 20 Ka 0.60 0.90 0.54 1.20 0.65 0.29 0.36
41 UTM sekunder 21 Ki 0.60 0.90 0.54 1.30 0.70 0.83 -0.13
42 UTM sekunder 21 Ka 0.60 0.80 0.48 1.30 0.62 0.88 -0.26
43 UTM sekunder 22 Ki 0.95 1.03 0.98 0.90 0.88 0.62 0.26
44 UTM sekunder 22 Ka 0.95 1.03 0.98 0.90 0.88 0.67 0.21
45 UTM sekunder 23 Ki 0.92 1.00 0.92 0.90 0.83 0.62 0.21
46 UTM sekunder 23 Ka 0.92 1.00 0.92 0.90 0.83 0.45 0.38
47 UTM sekunder 24 Ki 0.90 1.06 0.95 1.20 1.14 0.87 0.28
48 UTM sekunder 24 Ka 0.90 1.06 0.95 1.20 1.14 0.88 0.26
49 UTM sekunder 25 Ki 0.92 1.00 0.92 1.20 1.10 0.58 0.52
50 UTM sekunder 25 Ka 0.92 1.00 0.92 1.20 1.10 0.67 0.43
51 UTM sekunder 26 Ki 0.95 1.03 0.98 1.30 1.27 1.07 0.21
52 UTM sekunder 26 Ka 0.95 1.03 0.98 1.30 1.27 1.15 0.12
53 UTM sekunder 27 Ki 0.95 1.03 0.98 1.30 1.27 1.15 0.13
54 UTM sekunder 27 Ka 0.95 1.03 0.98 1.30 1.27 1.01 0.26
55 UTM Primer 1 Ka 0.80 1.00 0.80 1.2 0.96 1.08 -0.12
56 UTM Primer 2 Ka 0.80 1.00 0.80 1.2 0.96 1.18 -0.22
57 UTM Primer 3 Ka 0.80 1.00 0.80 1.2 0.96 1.23 -0.27
58 UTM Primer 4 Ka 0.90 1.20 1.08 1.2 1.30 1.27 0.02
59 UTM Primer 5 Ka 0.90 1.20 1.08 1.3 1.40 1.26 0.15
60 UTM Primer 6 Ka 0.90 1.20 1.08 0.93 1.00 1.29 -0.29
61 UTM Primer 7 Ka 0.90 1.20 1.08 1.11 1.20 1.57 -0.37
62 UTM Primer 8 Ki 0.90 1.20 1.08 1.11 1.20 1.60 -0.40
63 UTM Primer 9 Ki 0.90 1.20 1.08 1.30 1.40 1.88 -0.48
64 UTM Primer 10 Ki 0.90 1.20 1.08 1.30 1.40 1.96 -0.56
65 UTM Primer 11 Ki 0.90 1.20 1.08 1.39 1.50 2.04 -0.54
66 UTM Primer 12 Ki 0.90 1.20 1.08 1.39 1.50 2.01 -0.51

Sumber: Hasil Perhitungan


Keterangan:
Kapasitas Saluran Eksisting ≥ Kapasitas Total dinyatakan AMAN
Kapasitas Saluran Eksisting < Kapasitas Total Direncanakan dinyatakan TIDAK AMAN

IV-47
4.3.7 Perhitungan Perencanaan Perbaikan Dimensi Saluran

Setelah melakukan perhitungan dan mengevaluasi kapasitas dimensi saluran eksisting


terhadap kapasitas total, terdapat empat saluran yang tidak efisien dalam hal menampung debit
total, karena debit saluran lebih kecil (<) dari debit total. Selanjutnya dilakukan perhitungan
perencanaan dimensi saluran untuk saluran UTM Sekunder 3 Kiri, UTM Sekunder 3 Kanan dan
beberapa saluran lainnya, guna mencari solusi ukuran saluran yang sesuai pada saluran eksisting
yang mengalami kekurangan debit bila dibandingkan dengan kapasitas total (debit total). Pada
tahap awal analisa diasumsikan bahwa yang tejadi adalah aliran seragam. Analisa untuk
menghitung kapasitas saluran, dipergunakan persamaan kontinuitas dan rumus Manning,
persamaan 2.88. Berikut prosedur perhitungan kapasitas saluran, dengan saluran Umbu Tipuk
Marisi Sekunder 3 Kiri yang diambil sebagai contoh perhitungan saluran lainnya yang ditabelkan;
1) Perhitungan dilakukan dengan cara coba-coba, sehingga dimensi saluran, yakni; tinggi (h)
dan lebar saluran (B), menghasilkan debit saluran yang sama dengan (=) atau lebih kecil
dari (>) debit banjir rancangan total (Qtotal).
Selain itu beberapa parameter lainnya seperti; luas penampang (m 2) persamaan 2.90,
kecepatan aliran (m3/detik) persamaan 2.93, keliling basah saluran (m) persamaan 2.91,
jari-jari hidrolis (m) persamaan 2.92, kemiringan saluran diambil dari tabel 2.23 (%),
kekasaran manning (n) dilihat pada tabe 2.24.
2) Sebagai contoh perhitungan dimensi saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 3 Kiri;
a. Diketahui debit banjir rancangan total saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 3 Kiri
adalah sebesar; 0,4 m3/detik. Debit saluran atau kapasitas saluran yang akan
dihitung harus sama dengan (=) atau lebih besar dari (>) nilai debit banjir
rancangan total (Qtotal) yang dihitung.
b. Selanjutnya nilai angka kekasaran manning diperoleh pada tabel kesasaran
manning untuk saluran, yakni untuk pasangan batu belah, nilai koefisiennya 0,017-
0,030, dipilih 0,018. Sedangkan kemiringan saluran (S), diperoleh dari elevasi
saluran drainase dilapangan yang dilakukan dengan aplikasi Global Mapper.
Kemiringan saluran drainase Umbu Tipuk Marisi Sekunder 1 Kiri, yakni sebesar
0,0125 m.
c. Setelah itu digunakan aplikasi Ms Excel untuk membantu perhitungan coba-coba
dimensi saluran drainase dengan menggunakan goal seek. Dengan menggunakan
goal seek perkiraan ukuran dimensi saluran dapat disesuaikan asalkan Q bajir
total yang direncanakan sama dengan Q

IV-48
kapasitas saluran yang dicari dan kecepatan aliran maksimum yakni 1,5
m3/detik.
1. Misalkan;
Lebar dasar saluran (B) = 0,92m
Tinggi saluran (h) = 1,20 m
2. Persamaan 2.90, luas penampang saluran (A);
A=B×h
A = 0,92 × 1,20
A = 1,1m
3. Persamaan 2.91, keliling basah saluran (P);
P = B + 2h
P = 0,92 + 2(1,20)
P = 3,3 m
4. Persamaan 2.92, jari-jari hidrolis (R);
A
R=
P
1,1
R=
3,3
R = 0,3m
5. Persamaan 2.93, kecepatan aliran (V);
1
V= ×R ×S
n
V = 0,8 m /detik ≤ 1,5 m /detik (memenuhi)
6. Maka, nilai debit saluran dihitung menggunakan persamaan 2.88;
Q=A×V
Q = 1,1 × 0,8
Q = 0,9 m /detik = 0,9 m /detik (memenuhi)
7. Nilai debit saluran atau kapasitas saluran yang diperoleh sama dengan nilai
debit rancangan total yang diperoleh, yakni sebesar 0,7 m3/detik. Maka
dimensi saluran yang digunakan untuk saluran Umbu Tipuk Marisi
Sekunder 3 Kiri , yakni;
Lebar dasar saluran (B) = 0,92 m Tinggi
saluran (h) = 1,20 m
8. Untuk perhitungan dimensi saluran lainnya disajikan dalam tabel 4.26.

IV-49
Tabel 4.26 Hasil Analisa Perhitungan Dimensi Saluran

No. Nama Saluran B h A P R S n V Qkap. Qtotal Kontrol


m m m2 m m m m/det m3/det m3/det
1 UTM sekunder 3 Ki 0.92 1.20 1.1 3.3 0.3 0.0202 0.018 0.8 0.9 0.95 OK
2 UTM sekunder 3 Ka 0.92 1.20 1.1 3.3 0.3 0.0180 0.018 1.3 1.4 1.23 OK
3 UTM sekunder 4 Ki 0.90 1.20 1.1 3.3 0.3 0.0105 0.018 1.1 1.2 1.07 OK
4 UTM sekunder 4 Ka 0.90 1.20 1.1 3.3 0.3 0.0105 0.018 1.1 1.2 1.11 OK
5 UTM sekunder 5 Ka 0.95 1.20 1.1 3.4 0.3 0.0109 0.018 1.2 1.4 1.36 OK
6 UTM sekunder 6 Ki 0.90 1.20 1.1 3.3 0.3 0.0010 0.018 1.1 1.2 1.01 OK
7 UTM sekunder 7 Ki 0.92 1.20 1.1 3.3 0.3 0.0004 0.018 0.9 1.0 0.88 OK
8 UTM sekunder 8 Ki 0.90 1.20 1.1 3.3 0.3 0.0022 0.018 0.9 1.0 0.90 OK
9 UTM sekunder 8 Ka 0.90 1.20 1.1 3.3 0.3 0.0152 0.018 1.3 1.4 1.21 OK
10 UTM sekunder 9 Ki 0.90 1.20 1.1 3.3 0.3 0.0105 0.018 1.1 1.2 1.11 OK
11 UTM sekunder 10 Ki 0.95 1.03 1.0 3.0 0.3 0.0255 0.018 1.1 1.1 1.12 OK
12 UTM sekunder 10 Ka 0.90 1.20 1.1 3.3 0.3 0.0236 0.018 1.2 1.3 1.21 OK
13 UTM sekunder 13 Ka 0.60 0.80 0.5 2.2 0.2 0.0027 0.018 1.2 0.6 0.59 OK
14 UTM sekunder 14 Ki 0.70 1.20 0.8 3.1 0.3 0.0090 0.018 1.2 1.0 0.91 OK
15 UTM sekunder 21 Ki 0.70 1.00 0.7 2.7 0.3 0.0139 0.018 1.3 0.9 0.83 OK
16 UTM sekunder 21 Ka 0.70 1.00 0.7 2.7 0.3 0.0139 0.018 1.3 0.9 0.88 OK
17 UTM Primer 1 Ka 0.90 1.20 1.1 3.3 0.3 0.0022 0.018 1.2 1.3 1.08 OK
18 UTM Primer 2 Ka 0.90 1.20 1.1 3.3 0.3 0.0023 0.018 1.2 1.3 1.18 OK
19 UTM Primer 3 Ka 0.90 1.20 1.1 3.3 0.3 0.0024 0.018 1.2 1.3 1.23 OK
20 UTM Primer 6 Ka 1.00 1.20 1.2 3.4 0.4 0.0022 0.018 1.3 1.6 1.29 OK
21 UTM Primer 7 Ka 1.00 1.20 1.2 3.4 0.4 0.0029 0.018 1.5 1.8 1.57 OK
22 UTM Primer 8 Ki 1.00 1.20 1.2 3.4 0.4 0.0020 0.018 1.5 1.8 1.60 OK
23 UTM Primer 9 Ki 1.00 1.30 1.3 3.6 0.4 0.0023 0.018 1.5 2.0 1.88 OK
24 UTM Primer 10 Ki 1.00 1.30 1.3 3.6 0.4 0.0019 0.018 1.5 2.0 1.96 OK
25 UTM Primer 11 Ki 1.00 1.40 1.4 3.8 0.4 0.0023 0.018 1.5 2.1 2.04 OK
26 UTM Primer 12 Ki 1.00 1.40 1.4 3.8 0.4 0.0059 0.018 1.5 2.1 2.01 OK
Sumber: Perhitungan
Setelah melakukan evaluasi kondisi eksisting saluran drainase Umbu Tipuk Marisi,
perbaikan dimensi saluran eksisting yang tidak efisien dalam menampung debit total di jelaskan
pada tabel 4.24 di atas dan tabel saluran jaringan drainase Umbu Tipuk Marisi selengkapnya yang
memenuhi persyaratan, dengan debit total > debit saluran dapat dilihat pada tabel 4.27

IV-50
Tabel 4.27 Saluran Umbu Tipuk Marisi yang Efisien (Qsal ≥ Q total)

No. Nama Saluran B h A V Qkapsitas Qtotal


m m m
2 m/det m3/det m3/det
1 UTM sekunder 1 Ki 0.90 1.06 0.95 0.80 0.8 0.5
2 UTM sekunder 1 Ka 0.90 1.06 0.95 0.80 0.8 0.5
3 UTM sekunder 2 Ki 0.92 1.00 0.92 0.90 0.8 0.5
4 UTM sekunder 2 Ka 0.92 1.00 0.92 0.90 0.8 0.6
5 UTM sekunder 3 Ki 0.92 1.20 1.10 0.80 0.9 0.9
6 UTM sekunder 3 Ka 0.92 1.20 1.10 1.30 1.4 1.2
7 UTM sekunder 4 Ki 0.90 1.20 1.08 1.10 1.2 1.1
8 UTM sekunder 4 Ka 0.90 1.20 1.08 1.10 1.2 1.1
9 UTM sekunder 5 Ki 0.95 1.03 0.98 1.10 1.1 1.0
10 UTM sekunder 5 Ka 0.95 1.20 1.14 1.20 1.4 1.4
11 UTM sekunder 6 Ki 0.90 1.20 1.08 1.10 1.2 1.0
12 UTM sekunder 6 Ka 0.90 1.03 0.93 0.90 0.8 0.8
13 UTM sekunder 7 Ki 0.92 1.20 1.10 0.90 1.0 0.9
14 UTM sekunder 7 Ka 1.00 1.07 1.07 1.10 1.2 0.8
15 UTM sekunder 8 Ki 0.90 1.20 1.08 0.90 1.0 0.9
16 UTM sekunder 8 Ka 0.90 1.20 1.08 1.30 1.4 1.2
17 UTM sekunder 9 Ki 0.90 1.20 1.08 1.10 1.2 1.1
18 UTM sekunder 9 Ka 0.85 1.00 0.85 1.10 0.9 0.9
19 UTM sekunder 10 Ki 0.95 1.03 0.98 1.10 1.1 1.1
20 UTM sekunder 10 Ka 0.90 1.20 1.08 1.20 1.3 1.2
21 UTM sekunder 11 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.6 0.4
22 UTM sekunder 11 Ka 0.75 1.00 0.75 1.20 0.9 0.5
23 UTM sekunder 12 Ki 0.92 1.00 0.92 1.10 1.0 0.6
24 UTM sekunder 12 Ka 0.90 1.00 0.90 1.20 1.1 0.8
25 UTM sekunder 13 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.6 0.6
26 UTM sekunder 13 Ka 0.60 0.80 0.48 1.20 0.6 0.6
27 UTM sekunder 14 Ki 0.70 1.20 0.84 1.20 1.0 0.9
28 UTM sekunder 14 Ka 0.60 0.90 0.54 0.90 0.5 0.4
29 UTM sekunder 15 Ki 0.90 1.06 0.95 1.10 1.0 0.6
30 UTM sekunder 15 Ka 0.90 1.06 0.95 1.10 1.0 0.7
31 UTM sekunder 16 Ki 0.92 1.00 0.92 1.10 1.0 0.8
32 UTM sekunder 16 Ka 0.92 1.00 0.92 1.20 1.1 0.9
33 UTM sekunder 17 Ki 0.95 1.03 0.98 0.90 0.9 0.6
34 UTM sekunder 17 Ka 0.95 1.03 0.98 0.90 0.9 0.6
35 UTM sekunder 18 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.6 0.6
36 UTM sekunder 18 Ka 0.60 0.80 0.48 1.10 0.5 0.5
37 UTM sekunder 19 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.6 0.3
38 UTM sekunder 19 Ka 0.60 0.80 0.48 1.20 0.6 0.2
39 UTM sekunder 20 Ki 0.60 0.90 0.54 1.20 0.6 0.3
40 UTM sekunder 20 Ka 0.60 0.90 0.54 1.20 0.6 0.3

IV-51
41 UTM sekunder 21 Ki 0.70 1.00 0.70 1.30 0.9 0.8
42 UTM sekunder 21 Ka 0.70 1.00 0.70 1.30 0.9 0.9
43 UTM sekunder 22 Ki 0.95 1.03 0.98 0.90 0.9 0.6
44 UTM sekunder 22 Ka 0.95 1.03 0.98 0.90 0.9 0.7
45 UTM sekunder 23 Ki 0.92 1.00 0.92 0.90 0.8 0.6
46 UTM sekunder 23 Ka 0.92 1.00 0.92 0.90 0.8 0.4
47 UTM sekunder 24 Ki 0.90 1.06 0.95 1.20 1.1 0.9
48 UTM sekunder 24 Ka 0.90 1.06 0.95 1.20 1.1 0.9
49 UTM sekunder 25 Ki 0.92 1.00 0.92 1.20 1.1 0.6
50 UTM sekunder 25 Ka 0.92 1.00 0.92 1.20 1.1 0.7
51 UTM sekunder 26 Ki 0.95 1.03 0.98 1.30 1.3 1.1
52 UTM sekunder 26 Ka 0.95 1.03 0.98 1.30 1.3 1.2
53 UTM sekunder 27 Ki 0.95 1.03 0.98 1.30 1.3 1.1
54 UTM sekunder 27 Ka 0.95 1.03 0.98 1.30 1.3 1.0
55 UTM Primer 1 Ka 0.90 1.20 1.08 1.2 1.3 1.1
56 UTM Primer 2 Ka 0.90 1.20 1.08 1.2 1.3 1.2
57 UTM Primer 3 Ka 0.90 1.20 1.08 1.2 1.3 1.2
58 UTM Primer 4 Ka 0.90 1.20 1.08 1.2 1.3 1.3
59 UTM Primer 5 Ka 0.90 1.20 1.08 1.3 1.4 1.3
60 UTM Primer 6 Ka 1.00 1.20 1.20 1.3 1.6 1.3
61 UTM Primer 7 Ka 1.00 1.20 1.20 1.5 1.8 1.6
62 UTM Primer 8 Ki 1.00 1.20 1.20 1.5 1.8 1.6
63 UTM Primer 9 Ki 1.00 1.30 1.30 1.5 2.0 1.9
64 UTM Primer 10 Ki 1.00 1.30 1.30 1.5 2.0 2.0
65 UTM Primer 11 Ki 1.00 1.40 1.40 1.5 2.1 2.0
66 UTM Primer 12 Ki 1.00 1.40 1.40 1.5 2.1 2.0
Sumber: Hasil Perhitungan

4.4 Indeks Kinerja Fisik Saluran Drainase Umbu Tipuk Marisi


Dalam perhitungan indeks kinerja saluran drainase, selain hasil analisa kapasitas eksisting
saluran drainase Umbu Tipuk Marisi, yang menjadi acuan lain yakni hasil pengamatan atau
penelusuran lapangan tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi pada setiap saluran dalam
jaringan drainase Umbu Tipuk marisi.
Terdapat beberapa permasalahan pada saluran drainase Umbu Tipuk Marisi. Permasalahan
ini didasarkan pada kondisi di lapangan. Secara umum, permasalahan yang terjadi adalah sampah
yang menumpuk pada saluran menjadi sedimentasi sehingga menyebabkan terganggunya aliran air.
Pada beberapa bagian saluran tertentu, ditumbuhi rerumputan yang menutupi hampir 80% dari
saluran sehingga menghambat aliran air dan juga merusak drainase, air limbah tak terolah dari
rumah penduduk, pasar, rumah makan dan bengkel dibuang pada saluran. Selain itu umur drainase
yang hampir mencapai 15 tahun, menyebabkan beberapa bagian saluran mengalami kerusakan

IV-52
struktural. Permasalahan tersebut dijabarkan pada Tabel 4.28. Permasalahan
selengkapnya juga dapat dilihat pada lampiran data penelusuran lapangan.

Tabel 4.28 Permasalahan Saluran Drainase Umbu Tipuk Marisi

SALURAN PERMASALAHAN

1) Dinding dan dasar saluran jebol


UTM Sekunder 1 Ki 2) Sedimentasi (bed load)
UTM Sekunder 1 Ka Dinding saluran retak
UTM Sekunder 2 Ki Sedimentasi (bed load)
UTM Sekunder 2 Ka Sedimentasi (bed load)
1) Sedimentasi (bed load)
2) Saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 3 Kiri,
UTM Sekunder 3 Ki
mengalami kekurangan kapasitas saluran sebesar 0,51
m3/det
1) Sedimentasi
2) Penumpukan Sampah
UTM Sekunder 3 Ka 3) Saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 3 Kanan,
mengalami kekurangan kapasitas saluran sebesar 0,53
m3/det
Saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 4 Kiri,
UTM Sekunder 4 Ki mengalami kekurangan kapasitas saluran sebesar
0,02 m3/det
1) Ditumbuhi rerumputan
2) Saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 4 Kanan,
UTM Sekunder 4 Ka
mengalami kekurangan kapasitas saluran
sebesar 0,06 m3/det
1) Sedimentasi
UTM Sekunder 5 Ki 2) Penumpukan sampah
1) Sedimentasi
2) Saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 5 Kanan,
UTM Sekunder 5 Ka
mengalami kekurangan kapasitas saluran sebesar
0,40 m3/det
1) Sedimentasi (bed load)
2) Ditumbuhi rerumputan
UTM Sekunder 6 Ki 3) Saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 6 Kiri,
mengalami kekurangan kapasitas saluran sebesar 0,42
m3/det
1) Sedimentasi (bed load)
UTM Sekunder 6 Ka 2) Ditumbuhi rerumputan
1) Ditumbuhi rerumputan
2) Saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 7 Kiri,
UTM Sekunder 7 Ki
mengalami kekurangan kapasitas saluran sebesar
0,05 m3/det
UTM Sekunder 7 Ka Ditumbuhi rerumputan
Saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 8 Kiri,
UTM Sekunder 8 Ki mengalami kekurangan kapasitas saluran sebesar
0,42 m3/det
Saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 8 Kanan,
UTM Sekunder 8 Ka mengalami kekurangan kapasitas saluran sebesar
0,19 m3/det
Saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 9 Kiri,
UTM Sekunder 9 Ki
mengalami kekurangan kapasitas saluran

IV-53
sebesar 0,06 m3/det
UTM Sekunder 9 Ka Tidak Ada
1) Sedimentasi
2) Penumpukan Sampah
UTM Sekunder 10 Ki 3) Saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 10 Kiri,
mengalami kekurangan kapasitas saluran
sebesar 0,04 m3/det
1) Dinding dan dasar saluran hancur
2) Sedimentasi
UTM Sekunder 10 Ka 3) Saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 10Kanan,
mengalami kekurangan kapasitas saluran sebesar 0,10
m3/det
UTM Sekunder 11 Ki Penumpukan sampah
UTM Sekunder 11 Ka Tidak Ada
UTM Sekunder 12 Ki Dinding dan dasar saluran hancur
UTM Sekunder 12 Ka Dinding dan dasar saluran hancur
UTM Sekunder 13 Ki Dinding dan dasar saluran hancur
1) Dinding saluran jebol
2) Saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 13 Kanan,
UTM Sekunder 13 Ka
mengalami kekurangan kapasitas saluran sebesar
0,02 m3/det
Saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 14 Kiri,
UTM Sekunder 14 Ki mengalami kekurangan kapasitas saluran sebesar
0,26 m3/det
1) Dinding saluran jebol
UTM Sekunder 14 Ka 2) Ditumbuhi rerumputan
1) Dinding dan dasar saluran hancur
UTM Sekunder 15 Ki 2) Sedimentasi
1) Dinding saluran jebol
UTM Sekunder 15 Ka 2) Ditumbuhi rerumputan
1) Dinding saluran jebol
UTM Sekunder 16 Ki 2) Sedimentasi
3) Penumpukan Sampah
1) Sedimentasi
UTM Sekunder 16 Ka 2) Penumpukan Sampah
1) Dinding dan dasar saluran hancur
UTM Sekunder 17 Ki 2) Sedimentasi
1) Dinding dan dasar saluran hancur
UTM Sekunder 17 Ka 2) Sedimentasi
UTM Sekunder 18 Ki Dinding saluran jebol
1) Dinding dan dasar saluran hancur
UTM Sekunder 18 Ka 2) Sedimentasi
1) Ditumbuhi Rerumputan
UTM Sekunder 19 Ki 2) Penumpukan Sampah
UTM Sekunder 19 Ka Ditumbuhi Rerumputan
1) Dinding saluran retak
UTM Sekunder 20 Ki 2) Ditumbuhi Rerumputan
1) Dinding saluran jebol
UTM Sekunder 20 Ka 2) Sedimentasi
1) Dinding dan dasar saluran hancur
2) Sedimentasi
UTM Sekunder 21 Ki 3) Saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 21 Kiri,
mengalami kekurangan kapasitas saluran sebesar 0,13
m3/det

IV-54
1) Dinding dan dasar saluran hancur
2) Sedimentasi
UTM Sekunder 21 Ka 3) Saluran Umbu Tipuk Marisi Sekunder 21 Kanan,
mengalami kekurangan kapasitas saluran
sebesar 0,26 m3/det
UTM Sekunder 22 Ki Tidak Ada
UTM Sekunder 22 Ka Tidak Ada
1) Sedimentasi (bed load)
UTM Sekunder 23 Ki 2) Ditumbuhi rerumputan
1) Sedimentasi (bed load)
UTM Sekunder 23 Ka 2) Ditumbuhi rerumputan
1) Sedimentasi (bed load)
UTM Sekunder 24 Ki 2) Ditumbuhi rerumputan
1) Sedimentasi (bed load)
UTM Sekunder 24 Ka 2) Ditumbuhi rerumputan
1) Sedimentasi (bed load)
UTM Sekunder 25 Ki 2) Ditumbuhi Rerumputan
3) Penumpukan Sampah
1) Sedimentasi
UTM Sekunder 25 Ka 2) Ditumbuhi rerumputan
1) Dinding dan dasar saluran retak/bocor
UTM Sekunder 26 Ki 2) Sedimentasi
1) Dinding saluran jebol
UTM Sekunder 26 Ka 2) Ditumbuhi Rerumputan
UTM Sekunder 27 Ki Dinding saluran jebol
1) Dinding saluran jebol
UTM Sekunder 27 Ka 2) Sedimentasi
Saluran Umbu Tipuk Marisi Primerr 1 Kanan,
UTM Primer 1 Ka mengalami kekurangan kapasitas saluran sebesar
0,12 m3/det
Saluran Umbu Tipuk Marisi Primerr 2 Kanan,
UTM Primer 2 Ka mengalami kekurangan kapasitas saluran
sebesar 0,22 m3/det
1) Penumpukan Sampah
2) Saluran Umbu Tipuk Marisi Primerr 3 Kanan,
UTM Primer 3 Ka
mengalami kekurangan kapasitas saluran sebesar
0,27 m3/det
1) Dinding saluran jebol
2) Sedimentasi
3) Penumpukan Sampah
UTM Primer 4 Ka
4) Saluran Umbu Tipuk Marisi Primerr 4 Kanan,
mengalami kekurangan kapasitas saluran sebesar 0,02
m3/det
1) Sedimentasi
2) Penumpukan Sampah
UTM Primer 5 Ka 3) Saluran Umbu Tipuk Marisi Primerr 5 Kanan,
mengalami kekurangan kapasitas saluran sebesar 0,15
m3/det
1) Dinding saluran jebol
2) Sedimentasi
3) Penumpukan Sampah
UTM Primer 6 Ka
4) Saluran Umbu Tipuk Marisi Primerr 6 Kanan,
mengalami kekurangan kapasitas saluran
sebesar 0,29 m3/det
1) Sedimentasi
UTM Primer 7 Ka 2) Penumpukan Sampah

IV-55
3) Saluran Umbu Tipuk Marisi Primerr 7 Kanan,
mengalami kekurangan kapasitas saluran
sebesar 0,37 m3/det
1) Sedimentasi
2) Penumpukan Sampah
UTM Primer 8 Ki 3) Saluran Umbu Tipuk Marisi Primer 8 Kiri,
mengalami kekurangan kapasitas saluran
sebesar 0,40 m3/det
1) Dinding saluran jebol
2) Sedimentasi
3) Penumpukan Sampah
UTM Primer 9 Ki
4) Saluran Umbu Tipuk Marisi Primer 9 Kiri,
mengalami kekurangan kapasitas saluran
sebesar 0,48 m3/det
1) Dinding saluran jebol
2) Sedimentasi
3) Penumpukan Sampah
UTM Primer 10 Ki
4) Saluran Umbu Tipuk Marisi Primer 10 Kiri,
mengalami kekurangan kapasitas sebesar saluran
0,56 m3/det
1) Sedimentasi
2) Saluran Umbu Tipuk Marisi Primer 11 Kiri,
UTM Primer 11 Ki
mengalami kekurangan kapasitas saluran
sebesar 0,54 m3/det
1) Sedimentasi
2) Saluran Umbu Tipuk Marisi Primer 12 Kiri ,
UTM Primer 12 Ki
mengalami kekurangan kapasitas saluran
sebesar 0,51 m3/det

Sumber: Hasil analisis, 2018

Sebelum melakukan perhitungan indeks kinerja jaringan drainase Umbu Tipuk Marisi,
dilakukan penelusuran lapagan (data penelususran lapangan selengkapnya dilampirkan).
Pembobotan dan penilaian dilakukan berdasarkan penelusuran lapangan yang dilakukan saat
penelitian.
Penilaian kinerja sistem drainase dilakukan dengan memberi bobot dan penilaian
terhadap masing-masing indikator atau sub indikator. Bobot diperoleh dari hasil modifikasi.
Berdasarkan Kementerian Pekerjaan Umum, penilaian terhadap kinerja sistem drainase ditinjau
dari dua aspek yaitu aspek non fisik dengan bobot 40 dan fisik dengan bobot 60.
Pada penelitian ini penilaian indikator fisik dinilai dengan menggunakan metode
pembobotan yang sama pada penelitian Diah Pitaloka (2013) dan aspek yang dikaji untuk penilaian
sistem drainase adalah aspek fisik, sehingga total bobot awal sebesar 60 dimodifikasi menjadi
100. Data fisik prasarana yang awalnya mempunyai

IV-56
bobot sebesar 24 dimodifikasi menjadi 40 dengan cara membagikan bobot awal sebesar 24
dengan total bobot awal sebesar 60 kemudian mengalikan hasil tersebut dengan 100. Hal yang
sama juga dilakukan untuk setiap indikator.
Berikut adalah salah satu contoh perhitungan bobot sub indikator sistem drainase. Bobot
awal untuk sub indikator sistem drainase pada peraturan dari Kementerian Pekerjaan Umum
sebesar 6 kemudian dimodifikasi dengan cara membagikan bobot awal sebesar 6 dengan total
bobot awal data fisik prasarana sebesar 24 kemudian mengalikannya dengan total bobot data fisik
prasarana yang telah dihitung sebesar 40 sehingga dihasilkan bobot modifikasi sub indikator sistem
drainase sebesar 10.
Namun pada penelitian ini terdapat dua kondisi dalam pemberian bobot. Hal ini
dikarenakan perbedaan jumlah sub indikator yang dinilai.
a) Kondisi I
Beberapa saluran yang hanya memeiliki satu sub indikator oleh karena itu bobot diambil
sesuai dengan bobot indikator dari sub indikator tersebut. Sebagai contoh pada Saluran
Sekunder S1 Kiri, pada Indikator Data Fisik Prasarana hanya terdapat satu sub indikator
yang dinilai yakni Sistem Drainase. Oleh karena itu sub indikator sistem drainase mendapat
sepenuhnya nilai bobot 40 dari Indikator Fungsi Sarana Prasarana. Hal yang sama juga
dilakukan untuk mendapatkan bobot modifikasi pada sub indikator lainnya. Selengkapnya
pembobotan seperti yang dijelaskan pada Kondisi I, disajikan pada tabel 429

Tabel 4.29 Modifikasi Bobot Komponen Drainase Kondisi I


NO. INDIKATOR ATAU SUB INDIKATOR BOBOT
DATA FISIK PRASARANA 40
1 a) Sistem Drainase 40
b) Bangunan Penunjang 0
FUNGSI PRASARANA SISTEM DRAINASE 40
2 a) Berfungsinya Saluran 40
b) Berfungsinya Bangunan Penunjang 0
KONDISI OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA 20
a) Dilaksanakan Operasi dan Pemeliharaan Sistem Saluran 20
3
b) Dilaksanakan Operasi dan Pemeliharaan Bangunan
0
Penunjang

b) Kondisi II
Beberapa saluran mempunya bangungan pelengkap (penunjang) yakni gorong- gorong.
Sebagai contoh pada saluran UTM Sekunder 7 Ka, yang dinilai dari indikator Data Fisik
Prasarana yang mempunyai bobot nilai 40 adalah sub

IV-57
indikator Sistem Drainase dan Bangunan Penunjang. Oleh karena itu dilakukan modifikasi
dengan 70% Sistem drainase berbanding 30% Bangunan Penunjang.
Selengkapnya pembobotan seperti yang dijelaskan pada Kondisi II, disajikan pada tabel 4.30

Tabel 4.30 Modifikasi Bobot Komponen Drainase Kondisi II


NO. INDIKATOR ATAU SUB INDIKATOR BOBOT
DATA FISIK PRASARANA 40
1 c) Sistem Drainase 28
d) Bangunan Penunjang 12
FUNGSI PRASARANA SISTEM DRAINASE 40
2 c) Berfungsinya Saluran 28
d) Berfungsinya Bangunan Penunjang 12
KONDISI OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA 20
c) Dilaksanakan Operasi dan Pemeliharaan Sistem Saluran 14
3
d) Dilaksanakan Operasi dan Pemeliharaan Bangunan
6
Penunjang

Untuk mengetahui kinerja sistem drainase adalah dengan cara menghitung


total pengalian bobot dengan nilai.
.Adapun keterangan untuk nilai adalah sebagai berikut.
a. kurang apabila nilai ≤ 60.
b. cukup apabila nilai berkisar antara 61 – 80.
c. baik apabila nilai berkisar antara 81 – 90.
d. sangat baik apabila diperoleh nilai > 90.
Untuk kriteria penilaian yakni nilai maksimal bobot x nilai = 10000
a. Sangat baik apabila > 9100
b. Baik apabila 8100-9000
c. Cukup apabila 6100-8000
d. Kurang apabila ≤ 6100
Selengkapnya kriteria ataupun formulir penilaian indeks kinerja drainase disajikan pada tabel
4.31

IV-58
Tabel 4.31Kriteria Penilaian Indeks Kinerja Saluran Drainase Umbu Tipuk Marisi
INDIKATOR ATAU SUB
NO. INDIKATOR KONDISI NILAI KETERANGAN
DATA FISIK
A PRASARANA
0-10 Dinding dan dasar saluran hancur
Dinding saluran yang jebol (roboh)
11-20 sehingga saluran drainase
mengalami gangguan.
Ditumbuhi vegetasi berupa
21-30 rerumputan yang tumbuh di dasar
saluran
Kurang Saluran drainase mengalami
31-40 penumpukan sedimentasi (bed load,
wash load dan suspensed load)
Dasar saluran jebol sehingga sistem
41-50 drainase mengalami gangguan.
1 Saluran Drainase Saluran drainase terdapat sampah,
51-60 seperti sampah plastik dan lain
sebagainya
Dinding dan dasar saluran
61-70 mengalami keretakan dan
mengalami kebocoran air
Cukup
Dinding saluran mengalami
71-80 keretakan dan mengalami kebocoran
air
Dinding saluran mengalami
Baik 81-90 keretakan tapi tidak mengganggu
arah aliran air
Saluran dalam kondisi baik dan tidak
Sangat Baik ≥ 90 ditemukan masalah
0-10 Dinding dan dasar saluran hancur
Dinding saluran yang jebol pada
gorong-gorong (dinding saluran
11-20
roboh) sehingga sistem drainase
mengalami gangguan.
Ditumbuhi vegetasi berupa
21-30 rerumputan yang tumbuh di dasar
saluran gorong-gorong
Kurang Bangunan Pelengkap mengalami
31-40 penumpukan sedimentasi (bed load,
Bangunan Penunjang suspensed load, dan wash load)
2
(gorong-gorong) Dasar saluran bangunan pelengkap
41-50 mengalami penumpukan sedimentasi
berupa bed load saja
Bangunan pelengkap terdapat
51-60 sampah, seperti sampah plastik dan
lain sebagainya
Dinding dan dasar saluran bangunan
61-70 pelengkap mengalami keretakan dan
Cukup mengalami kebocoran air
Dinding saluran bangunan pelegkap
71-80 mengalami keretakan dan

mengalami kebocoran

IV-59
saluran bangunan pelengkap mengalami
Baik 81-90 keretakan tapi tidak menggangu arah
aliran air

Bangunan pelengkap dalam kondisi baik


Sangat Baik ≥ 90 dan tidak ditemukan masalah berat

FUNGSI PRASARANA
B SISTEM DRAINASE
Saluran tidak berfungsi yang di
0-10 akibatkan oleh berbagai
permasalahan pada sistem drainase
Fungsi saluran dihambat oleh dinding
11-20 saluran roboh sehingga
menghambat arah aliran.
Fungsi saluran dalam mengalirkan air
dihambat oleh vegetasi berupa
21-30
rerumputan yang tumbuh di dasar saluran
Kurang
Fungsi saluran dalam mengalirkan air
dihambat oleh penumpukan sedimentasi
31-40
bed load, suspensed load, dan wash load

Fungsi saluran dalam mengalirkan air


41-50 dihambat oleh dasar saluran yang jebol
1 Berfungsinya Saluran
Fungsi saluran dalam mengalirkan air
51-60
dihambat oleh sampah plastik
Fungsi saluran dalam mengalirkan air
dihambat oleh dinding dan dasar saluran
61-70
mengalami keretakan dan kebocoran
Cukup
Fungsi saluran dalam mengalirkan air
dihambat oleh dinding saluran
71-80
yang mengalami keretakan dan
kebocoran
Fungsi saluran dalam mengalirkan air
hanya dihambat oleh dinding saluran
Baik 81-90
yang mengalami keretakan tapi tidak
mengangu aliran
Saluran berfungsi dalam kondisi baik
Sangat Baik ≥ 90
dan tidak ditemukan masalah berat
Bnagunan penunjang tidak berfungsi
0-10 yang di akibatkan oleh berbagai
permasalahan pada saluran drainase
Fungsi bangunan penunjang dihambat
10-20 oleh dinding saluran roboh sehingga
menghambat arah aliran.
Berfungsinya Bangunan Fungsi bangunan penunjang dalam
2. Kurang
Penunjang mengalirkan air dihambat oleh
20-30
vegetasi berupa rerumputan yang tumbuh
di dasar saluran
Fungsi bangunan penunjang dalam
30-40 mengalirkan air dihambat oleh
penumpukan sedimentasi bed load,

IV-60
suspensed load, dan wash load
Fungsi bangunan penunjang dalam
40-50 mengalirkan air dihambat oleh dasar
saluran yang jebol
Fungsi bangunan penunjang dalam
50-60 mengalirkan air dihambat oleh sampah
plastik dan lain sebagainya
Fungsi bangunan penunjang dalam
mengalirkan air dihambat oleh dinding
61-70
dan dasar saluran
mengalami keretakan dan kebocoran
Cukup
Fungsi bangunan penunjang dalam
mengalirkan air dihambat oleh dinding
71-80
saluran yang mengalami keretakan dan
kebocoran
Fungsi bangunan penunjang dalam
mengalirkan air hanya dihambat oleh
Baik 81-90 dinding saluran yang mengalami
keretakan namun tidak mengangu
arah aliran
Bangunan penunjang berfungsi dalam
Sangat Baik ≥ 90 kondisi baik dan tidak ditemukan
masalah berat
KONDISI OPERASI DAN
C PEMELIHARAAN
PRASARANA
Tidak Pernah dilaksanakan operasi dan
0-10
pemeliharaan saluran
Masyarakat sering membuang limbah
11-20 rumah tangga baik padat maupun cair
langsung ke saluran
Tidak tersedianya fasilitas seperti tempat
21-30
sampah
Tidak adanya aturan dan punishment
Kurang
31-40 terhadap tindakan membuang sampah ke
saluran
Kegiatan pembersihan tidak
41-50
dilakukan secara rutin
Kegiatan pembersihan dilakukan
oleh masing-masing masyarakat
Dilaksanakan Operasi dan 51-60
secara individu atas dasar
1. Pemeliharaan
kepedulian pribadi
Saluran
Kegiatan masyarakat secara bersama
61-70 dilakukan sekali dalam seminggu secara
rutin
Dibuatnya fasilitas pendukung seperti
Cukup saringan sampah manual dan otomatis
juga sistem pembuangan sedimen,
71-80
seperti pengerukan, pengangkutan dan
pembuangan
sedimen secara aman
Pemantauan dan Evaluasi
Penyelenggaraan Sistem Drainase
Baik 81-90 Perkotaan dilakukan oleh Menteri,
Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai
dengan kewenangannya

IV-61
Dilakukannya rehabilitas terhadap
Sangat Baik ≥ 90 saluran yang mengalami kerusakan
Tidak Pernah dilaksanakan operasi dan
0-10 pemeliharaanbangunan
pelengkap
Masyarakat sering membuang limbah
rumah tangga baik padat maupun cair
11-20
langsung ke bangunan pelegkap

Tidak tersedianya fasilitas seperti tempat


21-30
sampah
Kurang
Tidak adanya aturan dan punishment
31-40 terhadap tindakan membuang sampah ke
saluran
Kegiatan pembersihan tidak
41-50
dilakukan secara rutin
Kegiatan pembersihan dilakukan oleh
masing-masing masyarakat secara
51-60
Dilaksanakan Operasi dan individu atas dasar
2. Pemeliharaan kepedulian pribadi
Bangunan Penunjang Kegiatan masyarakat secara bersama
61-70 dilakukan sekali dalam seminggu secara
rutin
Dibuatnya fasilitas pendukung seperti
Cukup saringan sampah, manual dan otomatis
juga sistem pembuangan sedimen,
71-80
seperti pengerukan, pengangkutan dan
pembuangan
sedimen secara aman
Pemantauan dan Evaluasi
Penyelenggaraan Sistem Drainase
Baik 81-90 Perkotaan dilakukan oleh Menteri,
Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai
dengan kewenangannya
Dilakukannya rehabilitas terhadap
Sangat Baik ≥ 90 bangunan pelengkap yang mengalami
kerusakan

Analisis Indeks Kinerja Sistem Drainase

Berdasarkan survey lapangan kondisi saluran drainase Umbu Tipuk Marisi, terjadi
beberapa permasalahan pada saluran sekunder maupun primer. Untuk penilaian terhadap indikator
fisik kinerja sistem drainase disesuaikan dengan kondisi lapangan hasil pengamatan.
Dari hasil observasi dilapangan diperoleh beberapa sub indikator yang tidak diperlukan
pada saluran primer, yaitu siphon dikarenakan siphon digunakan pada pertemuan dua sungai,
talang, manhole digunakan pada saluran tertutup dan rumah pompa maka bobot dari masing-
masing sub indikator dibagi pada sub indikator yang lain. Setelah itu dilakukan pengalian antara
nilai dan bobot per segmen masing- masing

IV-62
sub indikator untuk mengetahui bagaimana kinerja sistem drainase Umbu Tipuk Marisi. Dari hasil
pengamatan diperoleh beberapa sub indikator, hasil seluruh perhitungan per segmen dirata- ratakan
lalu bandingkan hasil dari ketiga pengamatan yang telah diperoleh. Berdasarkan perhitungan,
diperoleh rata-rata bobot sebesar 3493. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penilaian
terhadap kinerja fisik sistem drainase Umbu Tipuk Marisi adalah kurang. Hal ini dikarenakan total
pengalian dengan bobot ≤ 6100. Selengkapnya perhitungan disajikan dalam tabel 4.32.
Tabel 4.32 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Indeks Kinerja
DIMENSI SALURAN
EKSISTING NILAI
NO. SALURAN KETERANGAN
B h INDEKS
(m) (m)
1 UTM sekunder 1 Ki 0.90 1.06 1800 KURANG
2 UTM sekunder 1 Ka 0.90 1.06 7100 CUKUP
3 UTM sekunder 2 Ki 0.92 1.00 3240 KURANG
4 UTM sekunder 2 Ka 0.92 1.00 3240 KURANG
5 UTM sekunder 3 Ki 0.60 0.90 3040 KURANG
6 UTM sekunder 3 Ka 0.60 0.90 2840 KURANG
7 UTM sekunder 4 Ki 0.90 1.06 8760 BAIK
8 UTM sekunder 4 Ka 0.90 1.06 2800 KURANG
9 UTM sekunder 5 Ki 0.95 1.03 3600 KURANG
10 UTM sekunder 5 Ka 0.80 1.00 3600 KURANG
11 UTM sekunder 6 Ki 0.60 0.90 2800 KURANG
12 UTM sekunder 6 Ka 0.90 1.03 1800 KURANG
13 UTM sekunder 7 Ki 0.92 1.00 2600 KURANG
14 UTM sekunder 7 Ka 1.00 1.07 1952 KURANG
15 UTM sekunder 8 Ki 0.60 0.90 8680 BAIK
16 UTM sekunder 8 Ka 0.78 1.00 8680 BAIK
17 UTM sekunder 9 Ki 0.90 1.06 9120 SANGAT BAIK
18 UTM sekunder 9 Ka 0.85 1.00 9120 SANGAT BAIK
19 UTM sekunder 10 Ki 0.95 1.03 2680 KURANG
20 UTM sekunder 10 Ka 0.90 1.03 1000 KURANG
21 UTM sekunder 11 Ki 0.60 0.90 5200 KURANG
22 UTM sekunder 11 Ka 0.75 1.00 8680 BAIK
23 UTM sekunder 12 Ki 0.92 1.00 1000 KURANG
24 UTM sekunder 12 Ka 0.90 1.00 1000 KURANG
25 UTM sekunder 13 Ki 0.60 0.90 1000 KURANG
26 UTM sekunder 13 Ka 0.60 0.80 1800 KURANG
27 UTM sekunder 14 Ki 0.60 0.90 8840 BAIK
28 UTM sekunder 14 Ka 0.60 0.90 1880 KURANG
29 UTM sekunder 15 Ki 0.90 1.06 1000 KURANG
30 UTM sekunder 15 Ka 0.90 1.06 2200 KURANG

IV-63
31 UTM sekunder 16 Ki 0.92 1.00 1800 KURANG
32 UTM sekunder 16 Ka 0.92 1.00 3000 KURANG
33 UTM sekunder 17 Ki 0.95 1.03 1000 KURANG
34 UTM sekunder 17 Ka 0.95 1.03 1000 KURANG
35 UTM sekunder 18 Ki 0.60 0.90 2800 KURANG
36 UTM sekunder 18 Ka 0.60 0.80 1000 KURANG
37 UTM sekunder 19 Ki 0.60 0.90 1880 KURANG
38 UTM sekunder 19 Ka 0.60 0.80 1880 KURANG
39 UTM sekunder 20 Ki 0.60 0.90 5880 KURANG
40 UTM sekunder 20 Ka 0.60 0.90 2880 KURANG
41 UTM sekunder 21 Ki 0.60 0.90 1000 KURANG
42 UTM sekunder 21 Ka 0.60 0.80 1000 KURANG
43 UTM sekunder 22 Ki 0.95 1.03 8480 BAIK
44 UTM sekunder 22 Ka 0.95 1.03 8640 BAIK
45 UTM sekunder 23 Ki 0.92 1.00 2040 KURANG
46 UTM sekunder 23 Ka 0.92 1.00 2040 KURANG
47 UTM sekunder 24 Ki 0.90 1.06 2040 KURANG
48 UTM sekunder 24 Ka 0.90 1.06 2040 KURANG
49 UTM sekunder 25 Ki 0.92 1.00 2040 KURANG
50 UTM sekunder 25 Ka 0.92 1.00 2256 KURANG
51 UTM sekunder 26 Ki 0.95 1.03 5400 KURANG
52 UTM sekunder 26 Ka 0.95 1.03 1800 KURANG
53 UTM sekunder 27 Ki 0.95 1.03 1800 KURANG
54 UTM sekunder 27 Ka 0.95 1.03 1800 KURANG
55 UTM Primer 1 Ka 0.80 1.00 8360 BAIK
56 UTM Primer 2 Ka 0.80 1.00 8280 BAIK
57 UTM Primer 3 Ka 0.80 1.00 6000 KURANG
58 UTM Primer 4 Ka 0.90 1.20 1800 KURANG
59 UTM Primer 5 Ka 0.90 1.20 3000 KURANG
60 UTM Primer 6 Ka 0.90 1.20 1800 KURANG
61 UTM Primer 7 Ka 0.90 1.20 3000 KURANG
62 UTM Primer 8 Ki 0.90 1.20 2720 KURANG
63 UTM Primer 9 Ki 0.90 1.20 1800 KURANG
64 UTM Primer 10 Ki 0.90 1.20 1800 KURANG
65 UTM Primer 11 Ki 0.90 1.20 2720 KURANG
66 UTM Primer 12 Ki 0.90 1.20 2680 KURANG
RATA-RATA 3493 KURANG

Penilaian indikator kinerja fisik drainase didasarkan pada kondisi eksisisting jaringan
drainase Umbu Tipuk Marisi, dari berbagai persoalan ataupun permasalahn pada jaringan drainase.

IV-64
Perhitungan Indeks Kinerja Saluran Drainase dilakukan pada masing-masing saluran
(Tabel perhitungan Indeks Kinerja Drainase selengkapnya dilampirkan). Sebagai contoh jumlah
bobot dari perhitungan indeks kinerja dari setiap sub indikator pada Saluran Sekunder S1 Kiri,
yakni sebesar 1800. Saluran Sekunder S1 Kiri, menerapkan modifikasi pada kondisi I, karena pada
saluran ini tidak terdapat bangunan penunjang. Oleh karena itu, karena indeks kinerja saluran
Sekunder S1 Kiri sebesar 1800 dapat disimpulkan bahwa penilaian terhadap kinerja fisik sistem
drainase Umbu Tipuk Marisi Saluran Sekunder S1 Kiri adalah kurang. Hal ini dikarenakan
total pengalian dengan bobot ≤ 6100. Selengkapnya dapat disimak pada tabel 4.31.

Tabel 4.33. Hasil Perhitungan Penilaian Indikator Kinerja Fisik Sistem Drainase Umbu Tipuk
Marisi Saluran Sekunder S1 Kiri

NO. SKALA BOBOT


INDIKATOR ATAU SUB INDIKATOR PENILAIAN BOBOT NILAI
x NILAI
1 DATA FISIK PRASARANA 40
a. Sistem Drainase Kurang 40 20 800
b. Bangunan Penunjang Tidak Ada 0 0 0
2 FUNGSI PRASARANA SISTEM DRAINASE 40
a. Berfungsinya Saluran Cukup 40 20 800
b. Berfungsinya Bangunan Penunjang Tidak Ada 0 0 0
3 KONDISI OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA 20
Dilaksanakan Operasi dan
a. Kurang 20 10 200
Pemeliharaan Sistem Saluran
Dilaksanakan Operasi dan
b. Tidak Ada 0 0 0
Pemeliharaan Bangunan Penunjang
JUMLAH 1800
Sumber: Hasil analisis, 2018

Pembahasan Perhitungan Indeks Kinerja Saluran Sekunder S1 Kiri


Nilai Indeks kinerja jaringan drainase Umbu Tipuk Marisi Saluran Sekunder S1 Ki
diperoleh yakni sebesar 1800. Hal ini diperoleh dari rekapitulasi beberapa sub indikator.

1) Indikator Data Fisik Prasarana


Pada indikator data fisik prasarana drainase mempunyai bobot sebesar 40% dari total 100%
bobot indikator yang ada. Data fisik prasarana adalah data-data mengenai kelengkapan-
kelengkapan struktural (fisik) dari suatu sistem jaringan drainase.
Data fisik prasarana terdiri dari beberapa sub indikator, yakni; Sistem Drainase; Bangunan
Penunjang; Waduk atau Kolam Retensi atau Tandon; Rumah Pompa dan Kelengkapannya;
Resapan (sumur, saluran, bidang). Namun yang dinilai hanyalah

IV-65
system drainase saja, karena sub indikator lain tidak terdapat pada saluran Sekunder S1 Kiri.
Sistem drainase adalah suatu sistem pembuangan massa air secara alami atau buatan dari
permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Dalam hal ini sistem drainase yang
dinilai adalah kondisi structural dimensi saluran dari keseluruhan sistem jaringan drainase
Umbu Tipuk Marisi. Bobot dari sub indikator sistem drainase yakni sebesar 40% dari total
40% data fisik prasarana. Hal ini dikarenakan yang dinilai hanya satu sub indikator, oleh
karena sub indikator Sistem Drainase memperoleh sepenuhnya nila bobot dari indikator Data
Fisik Prasarana. Berdasarkan observasi yang dilakukan, sistem drainase Umbu Tipuk Marisi
Saluran Sekunder S1 Kiri mengalami permasalahn seperti Kerusakan Struktural dan
Sedimentasi (bed load). Oleh karena itu berdarkan pengamatan yang dilakukan, sub indikator
sistem drainase dinilai KURANG. Penilaian kurang memberi rentang ≤ 61. Dipilih nilai 50
dari rentang nilai tersebut dikarenakan sistem drainase tersebut mempunyai permaslahan yang
cukup berat. Maka, angka indeks kinerja untuk sub indikator sistem drainase diperoleh dengan
mengalikan bobot dari sub indikator sistem drainase yakni sebesar 40 dengan nilai yang
diberikan yakni sebesar 20 adalah 800.
Setelah melakukan perhitungan masing-masing sub indikator, selanjutnya dijumlahkan untuk
setiap sub indikator dari indikator data fisik prasarana menggunakan persamaan 2.88

KFP = Ksd + Kbp + Kwrt + Kp + Kr


dengan:
Ksd = Kondisi sistem drainase = 800
Kbp = Kondisi Bangunan Penunjang =0
Kwrt = Kondisi waduk, atau kolam retensi atau tandon =0
Kp = Kondisi rumah pompa dan kelengkapannya =0
Kr = Kondisi resapan =0
maka;
KFP = 800 + 0 + 0 + 0 + 0
KFP = 800
Jadi, nilai Indikator Kinerja Data Fisik Prasarana saluran Sekunder S1 Kiri, sebesar 800

2) Indikator Fungsi Prasarana Sistem Drainase

IV-66
Pada indikator Fungsi Prasarana Sistem Drainase mempunyai bobot sebesar 40%
dari total 100% bobot indikator yang ada. Fungsi prasarana system drainase adalah
kemampuan saluran secara structural dalam mengalirakan air limpasan menuju ke akhir
dari tujuan saluran drainase.
Indikator Fungsi Prasarana Sistem Drainase terdiri dari beberapa sub indikator, yakni;
Berfungsinya Saluran; Berfungsinya Bangunan Penunjang ;Berfungsinya Waduk atau
Kolam Retensi atau Tandon; Berfungsinya Rumah Pompa dan Kelengkapannya; Saluran
Drainase tidak menjadi tempat pembuangan sampah; Saluran Drainase tidak menjadi
tempat penyaluran air limbah yang tidak terolah.
Untuk Saluran Sekunder S1 Kiri hanya terdapat sub indikator Berfungsinya
Saluran saja yang dinilai. Sub Indikator berfungsinya saluran Sekunder S1 drainase Umbu
Tipuk Marisi, mempunyaii bobot presentase sebesar 40 dari total bobot untuk indikator
funsi prasarana system drainase sebesar 40. Berdasarkan data yang diambil dari
penelusuran lapangan berfunsinya saluran drainase Umbu Tipuk Marisi saluran Sekunder
S1, dinilai KURANG. Hal ini dibuktikan dengan saluran yang terhambat oleh sedimentasi,
sampah-sampah dan dan mengalami kerusakan structural. Maka sub indikator berfungsinya
saluran diberi nilai 20 dan dikalikan dengan peresntase bobot sub indikator sebesar 40
untuk mendapatkan angka indeks kinerja sub indikator berfungsinya saluran sebesar 800
Setelah melakukan perhitungan masing-masing sub indikator, selanjutnya
dijumlahkan untuk setiap sub indikator dari indikator Fungsi Prasarana Sistem Drainase
menggunakan persamaan 2.89

KFPSD = Kbs + Kbbp + Kbwrt + Kbp + Ks + Kl


dengan:
Kbs = Berfungsinya Saluran (800),
Kbbp = Berfungsinya Bangunan Penunjang (0),
Kbwrt = Berfungsinya Waduk atau Kolam Retensi atau Tandon (0), Kbp
= Berfungsinya Rumah Pompa dan Kelengkapannya (0).
Ks = Saluran tidak menjadi tempat pembuangan sampah (0),
Kl = Saluran tidak menjadi tempat penyaluran air limbah yang tidak
terolah (0),
maka;
KFPSD = 800 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0
KFPSD = 800

IV-67
Jadi, nilai Indikator Kinerja Fungsi Prasarana Sistem Drainase Sekunder S1 Kiri, sebesar 800

3) Indikator Kondisi Operasi dan Pemeliharaan Prasarana


Pada indikator Kondisi Operasi dan Pemeliharaan Prasarana mempunyai bobot
sebesar 20% dari total 100% bobot indikator yang ada. Kondisi operasi dan pemeliharaan
adalah suatu kegiatan dalam mengoptimalkan atau memperlancar kinerja saluran drainase
yang dilakukan oleh pengguna maupun bukan pengguna saluran drainase, misalnya dengan
cara pemeliharaan saluran. Pemeliharaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin
fungsi prasarana dan Sarana Drainase perkotaan sesuai dengan rencana.
Indikator Kondisi Operasi dan Pemeliharaan Prasarana terdiri dari beberapa sub
indikator, yakni;
a. Dilaksanakan Operasi dan Pemeliharaan Sistem Saluran
b. Dilaksanakan Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Penunjang
c. Dilaksanakan Operasi dan Pemeliharaan Waduk atau Kolam Retensi atau Tandon,
Rumah Pompa dan kelengkapannya serta fasilitas resapan air (skala besar)
Untuk Saluran Sekunder S1 Kiri hanya terdapat sub Dilaksanakan Operasi dan
Pemeliharaan Sistem Saluran saja yang dinilai. Sub Indikator berfungsinya saluran
Sekunder S1 drainase Umbu Tipuk Marisi, mempunyaii bobot presentase sebesar 20 dari
total bobot untuk indikator Kondisi Operasi dan Pemeliharaan Prasarana sebesar 20.
Berdasarkan data yang diambil dari penelusuran lapangan sub indikator Dilaksanakan
Operasi dan Pemeliharaan Sistem Saluran Umbu Tipuk Marisi saluran Sekunder S1,
dinilai KURANG. Operasi dan Pemeliharaan Sistem Saluran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk menjamin fungsi prasarana dan sarana drainase perkotaan sesuai dengan
rencana. Sejauh pengamatan dan wawancara ekslusif dengan masyarakat pengguna
saluran drainase Umbu Tipuk Marisi, hampir jarang dilakukan pemeliharaan sistem
saluran, sehingga sedimentasi, penumpukan sampah, kerusakan struktural dan vegetasi
rumput yang tumbuh pada saluran drainase dibiarkan begitu saja tanpa ada solusi atau
kegiatan pemeliharaan saluran yang dilakukan oleh pihak tertentu. Namun ada beberapa
kelompok masyarakat tertentu yang melakukan pembersihan dan pemeliharaan saluran
yang ada diarea rumahnya masing- masing.. Maka sub indikator Dilaksanakan Operasi
dan Pemeliharaan Sistem

IV-68
Saluran diberi nilai 20 dan dikalikan dengan persentase bobot sub indikator sebesar 20
untuk mendapatkan angka indeks kinerja sub indikator Dilaksanakan Operasi dan
Pemeliharaan Sistem Saluran sebesar 800.
Setelah melakukan perhitungan masing-masing sub indikator, selanjutnya
dijumlahkan untuk setiap sub indikator dari indikator Kondisi Operasi dan Pemeliharaan
Prasarana menggunakan persamaan 2.90

KOPP =Kdops + Kdopb + Kdopwrt


dengan:
Kdops = Dilaksanakan Operasi dan Pemeliharaan Sistem Saluran (800), Kdopb
= Dilaksanakan Operasi dan Pemeliharaan Bangunan (0), Kdopwrt
= Dilaksanakan Operasi dan Pemeliharaan Waduk atau Kolam
Retensi atau Tandon, Rumah Pompa dan kelengkapannya serta fasilitas
resapan air (skala besar) (0),
maka;
KOPP = 400+0+0
KOPP = 400
Jadi, nilai Indikator Kinerja Kondisi Operasi dan Pemeliharaan Prasarana saluran Sekunder
S1 Kiri sebesar 400

Secara umum jumlah total indeks kinerja saluran drainase Umbu Tipuk Marisi dari setiap
indikator (Data Fisik Prasarana; Fungsi Prasarana Sistem Drainase; Kondisi Operasional
dan Pemeliharaan Sarana) mempunyai angka indeks kinerja sebesar; Data Fisik Prasarana
= 800
Fungsi Prasarana Sistem Drainase = 800
Kondisi Operasional dan Pemeliharaan Sarana = 200

Maka, total indeks kinerja saluran drainase Umbu Tipuk Marisi yakni sebesar;
= 800+ 800 + 200
= 1800
Jadi, angka indeks kinerja jaringan drainase Umbu Tipuk Marisi saluran Sekunder S1 Kiri
sebesar 1800 dinyatakan KURANG. Hal ini dikarenakan total indeks kinerja saluran
drainase Umbu Tipuk Marisi dengan bobot atau angka lebih kecil sama dengan (≤) 6100.
Angka indeks kinerja 1800 menyatakan bahwa indeks kinerja saluran drainase Umbu
Tipuk Marisi KURANG kinerja fisiknya. Hal ini diperkuat

IV-69
oleh bukti penelusuran lapangan (terlampir) yang dilakukan pada jaringan drainase Umbu
Tipuk Marisi dimana terdapat berbagai persoalan yang berakaitan dengan indeks kinerja
fisik drainase Umbu Tipuk Marisi, seperti sedimentasi dan kerusakan struktural pada
saluran drainase Sekunder S1 Kiri dalam jaringan drainase Umbu Tipuk Marisi.
Perhitungan indeksnya kinerja untuk masing-masing saluran dilampirkan.

Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan Indeks Kinerja Rata-rata


Berdasarkan angka indeks kinerja jaringan drainase Umbu Tipuk Marisi Rata-rata sebesar
3493 yang dinyatakan KURANG dikarenakan total indeks kinerja saluran drainase Umbu Tipuk
Marisi dengan bobot atau angka lebih kecil sama dengan (≤) 6100, maka tidak ada rekomendasi
khusus berdarkan nilai atau angka indeks. Apabila dipersentasekan kedalam nilai 1% s/d 100%
maka angka 3493 dijadikan 34,93%. Namun persentase tingkat kerusakan diperoleh dengan cara
100% dikurangi 34,93%, yakni sebesar 65,07%. Rekomendasi didasarkan pada identifikasi dan
analisis tingkat kerusakan jaringan drainase dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik
Indonesia Nomor 12 /PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Kondisi
fisik jaringan drainase Umbu Tipuk Marisi diidentifikasi dan analisa tingkat kerusakannya
dikategorikan dalam kondisi rusak berat dengan nilai indeks kinerja yang berada diatas 40% atau
lebih besar (>) dari 40 %. Maka rekomendasinya diperlukan perbaikan berat atau penggantian.
Hasil identifikasi dan analisa kerusakan merupakan bahan dalam penyusunan detail desain
pemeliharaan. Pemeliharaan dapat dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia Nomor 12
/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan Pasal 22. Pemeliharaan
dilakukan untuk mencegah kerusakan dan/atau penurunan fungsi Prasarana Drainase dan perbaikan
terhadap kerusakan prasarana drainase. Pelaksanaan Pemeliharaan wajib mengikuti metode
pelaksanaan bersih dan aman. Kegiatan Pemeliharaan meliputi:
a) Pemeliharaan rutin;
Pemeliharaan rutin meliputi kegiatan pengangkutan sampah manual/otomatis,
pengerukan sedimen dari saluran, dan Pemeliharaan mechanical electrical
b) Pemeliharaan berkala;
Pemeliharaan berkala meliputi kegiatan penggelontoran, pengerukan sedimen
saluran/kolam/bak kontrol/gorong-gorong/syphon/Kolam Tandon/ Kolam Retensi, dan
Pemeliharaan mechanical electrical.
c) Rehabilitasi dan Pemeliharaan Khusus

IV-70
Rehabilitasi dan pemeliharaan khusus meliputi kegiatan, antara lain: penggantian atau
perbaikan saluran, pompa/pintu air, perbaikan tanggul, penggantian atau perbaikan
saringan sampah, perbaikan kolam tampung dan perbaikan Kolam Tandon/Kolam
Retensi akibat penurunan fungsi maupun darurat (bencana alam).

IV-71

Anda mungkin juga menyukai