Adoc - Pub - Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indon
Adoc - Pub - Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indon
Konsep dan Implementasi Infrastruktur - Bangunan - Konstruksi "HIJAU" Mewujudkan Kota Hijau
17 Oktober 2014, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa
Abstrak
Konsep bangunan hijau menjadi arus utama dunia saat ini, karena kesadaran akan pemanasan global
dengan pembenahan iklim mikro, ketersediaan sumber daya yang makin terbatas, serta pemanfaatan
energi terbaharukan. Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup
keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau mengandung juga dimensi lain
seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa
arsitektur hijau bersifat kompleks, padat dan vital dibanding dengan arsitektur pada umumnya. Sejalan
dengan hal tersebut, kebutuhan tenaga kerja dibidang bangunan hijau, mencakup kemampuan melakukan
penilaian bangunan hijau, menjadi sebuah keniscayaan, karena audit terhadap konsumsi energi pada
bangunan merupakan bagian mutlak dari proses penilaian bangunan hijau, sebelum sebuah bangunan,
kemudian dinyatakan memiliki sertifikat tertentu. Standar Kompetensi adalah perumusan tentang
kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan. SKKNI
merupakan suatu hal yang sangat penting dan dibutuhkan sebagai tolok ukur untuk menentukan
kompetensi tenaga kerja sesuai dengan jabatan kerja yang dimilikinya. Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) untuk tenaga kerja jasa konstruksi disusun berdasarkan analisis kompetensi
setiap jabatan kerja yang melibatkan para pelaku pelaksana langsung dilapangan dan para ahli dari
jabatan kerja yang bersangkutan. Tata urut penyusunan SKKNI Ahli Penilai Bangunan Hijau dilakukan
melalui tahapan: desk study, survei, wawancara dan workshop, berbagai tahapan workshop dilakukan,
termasuk memverifikasi hasil workshop kepada Kementerian Tenaga Kerja, setelah diverifikasi dan
direvisi sesuai usulan dari Kementerian Tenaga Kerja, selanjutnya RSKKNI (Rencana Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) untuk jabatan Ahli Penilai Bangunan Hijau akan disahkan dan
ditetapkan menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) oleh Menteri Tenaga Kerja.
Proses panjang penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk Ahli Penilai
Bangunan Hijau, diharapkan akan menghasilkan tenaga Ahli Penilai Bangunan Hijau yang kompeten dan
memiliki kualifikasi kerja yang handal.
Kata kunci: bangunan hijau, standar kompetensi kerja, ahli penilai bangunan hijau
PENDAHULUAN
Dalam rangka penyiapan tenaga profesional di bidang jasa konstruksi pada suatu jabatan kerja tertentu,
baik untuk pemenuhan kebutuhan nasional di dalam negeri maupun untuk kepentingan penempatan ke
luar negeri, diperlukan adanya perangkat standar yang dapat mengukur dan menyaring tenaga kerja yang
memenuhi persyaratan sesuai dengan kompetensinya.SKKNI merupakan suatu hal yang sangat penting
dan dibutuhkan sebagai tolok ukur untuk menentukan kompetensi tenaga kerja sesuai dengan jabatan
kerja yang dimilikinya.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk tenaga kerja jasa konstruksi disusun
berdasarkan analisis kompetensi setiap jabatan kerja yang melibatkan para pelaku pelaksana langsung
dilapangan dan para ahli dari jabatan kerja yang bersangkutan. Kegiatan Penyusunan SKKNI ini diawali
dengan desk study, survei, wawancara dan workshop. Dari hasil tersebut, yang masih dalam format
1
L. Edhi Prasetya, Jurusan Arsitektur, Universitas Pancasila, Jl Srengseng sawah, Jakarta 12640 prastyan@yahoo.com
Seminar Nasional Refleksi 30 Tahun Fakultas Teknik
Konsep dan Implementasi Infrastruktur - Bangunan - Konstruksi "HIJAU" Mewujudkan Kota Hijau
17 Oktober 2014, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa
Development Curriculum (DACUM), yang kemudian ditransformasi ke dalam format Regional Model
Competency Standard (RMCS), yang selanjutnya dibahas dalam pra konvensi yang melibatkan Komite
Standar Kompetensi, Tim Teknis, BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi), Lembaga Pengembangan
Jasa Konstruksi (LPJK), unsur perguruan tinggi, para pakar dan narasumber yang berkaitan dengan
jabatan kerja tersebut.
WORKSHOP 1
DESK PRA
DACUM
STUDY KONVENSI
WORKSHOP 2
RMCS
VERIFIKASI
SKKNI KONVENSI
KEMENAKERTRANS
Gambar 1
Proses Penyusunan SKKNI
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk jabatan kerja Ahli Penilai Bangunan Hijau
disusun berdasarkan format Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 8 Tahun 2012
Tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Sistem Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional,
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Bakuan
Kompetensi Sektor Jasa Konstruksi, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan dalam peningkatan
dan pengukuran tingkat kompetensi pada jabatan kerja Ahli Penilai Bangunan Hijau.
Definisi kompetensi dipahami mencakup penguasaan terhadap 3 (tiga) jenis kemampuan, yaitu:
pengetahuan (knowledge, science), keterampilan teknis (skill, teknologi) dan sikap perilaku (attitude).
Oleh karenanya, kompetensi haruslah dimaknai kembali sebagai pengembangan integritas pribadi yang
dilandasi iman yang kuat sebagai fondasinya (Spiritual Quality), baru kemudian dapat membangun
hubungan yang tulus/ikhlas dengan sesama (Emotional Quality), dan akhirnya barulah penguasaan
IPTEK melalui IQ bias bermanfaat dalam rangka mencapai tujuan bersama, berkenaan dengan legitimasi
seseorang akan kompetensinya yang spesifik, maka Pemerintah mengeluarkan sertifikat tertentu sesuai
dengan bidang keahlian yang dimilikinya.
Kompetensi dipahami sebagai kemampuan menunjukkan kinerja pada level tertentu serta kemampuan
mengorganisasikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Manusia yang disebut kompeten juga
sepatutnya mampu bereaksi secara wajar/ positif apabila terjadi kesalahan serta berperan baik dalam
lingkungan kerja dan memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam
situasi baru. Secara umum, ranah kompetensi dapat dijelaskan dalam gambar berikut.
Seminar Nasional Refleksi 30 Tahun Fakultas Teknik
Konsep dan Implementasi Infrastruktur - Bangunan - Konstruksi "HIJAU" Mewujudkan Kota Hijau
17 Oktober 2014, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa
Gambar 2
Ranah Kompetensi
Tabel 1
Deskripsi tiap ranah kompetensi
Job Role/ Environment Skills Tanggung Jawab Di Tempat Kerja Dan Lingkungan Kerja
Termasuk Bekerja Dengan Orang Lain
Transfer Management Skills Kemampuan Untuk Bekerja Pada Situasi Yang Berbeda
Pengembangan di bidang profesi pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang dalam mengerjakan
sesuatu pekerjaan, di mana hasilnya merupakan proses pembelajaran yang bermuara pada sesuatu yang
direncanakan secara baik dengan melalui perkembangan yang tidak sengaja. Pengakuan keahlian di
bidang profesi harus memenuhi persyaratan yang digariskan.
Untuk menyatakan seseorang telah memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan dapat diberi sertifikasi
kompetensi. Sertifikasi merupakan jaminan tertulis yang diberikan oleh Lembaga sertifikasi kompetensi
Seminar Nasional Refleksi 30 Tahun Fakultas Teknik
Konsep dan Implementasi Infrastruktur - Bangunan - Konstruksi "HIJAU" Mewujudkan Kota Hijau
17 Oktober 2014, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa
yang telah terakreditasi. Proses untuk memperoleh sertifikasi kompetensi harus melalui uji sertifikasi
kompetensi, di mana berbentuk kegiatan penertiban terhadap kompetensi yang diakreditasi.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)
menjelaskan tentang sertifikasi kompetensi kerja sebagai suatu proses pemberian sertifikat kompetensi
yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar
kompetensi kerja nasional Indonesia dan atau Internasional.
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi
yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang
pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai
dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. PeraturanPresiden (Perpres) Nomor 8 Tahun 2012
menjabarkan bahwa setiap jenjang kualifikasi pada KKNI memiliki kesetaraan dengan capaian
pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan kerja atau pengalaman kerja.
Capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kerja dinyatakan dalam bentuk
sertifikat, yang berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi. Ijazah merupakan bentuk pengakuan atas
capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan. Sementara sertifikat kompetensi merupakan
bentuk pengakuan atas capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kerja.
Capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pengalaman kerja dinyatakan dalam bentuk keterangan
yang dikeluarkan oleh tempat yang bersangkutan bekerja.
Pemerintah menetapkan 9 jenjang kualifikasi KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia), sebagai
berikut:
Peraturan Presiden yang berlaku mulai 17 Januari 2012 menetapkan penyetaraan capaian pembelajaran
yang dihasilkan melalui pendidkan dengan jenjang kualifikasi pada KKNI, sebagai berikut:
Tahapan workshop, dilakukan dalam dua kali pelaksanaan workshop, melibatkan berbagai pihak terkait,
yaitu Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK), unsur perguruan tinggi, para pakar dan
narasumber yang berkaitan dengan jabatan kerja tersebut. Tahapan workshop melibatkan tim dari GBCI
(Green Building Council Indonesia) yang sekaligus memperkenalkan sistem rating yang ada di GBCI.
Berdasarkan persyaratan unjuk kerja, jenis jabatan dan atau pekerjaan untuk Ahli Penilai Bangunan
Hijau, perlu ditetapkan dalam suatu pengaturan standar yakni Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI). Standar ini harus memiliki ekivalensi atau kesetaraan dengan standar yang berlaku
pada kemampuan melakukan penilaian bangunan hijau, atau standar penilaian berdasarkan Perangkat
Penilaian (Rating tools) menurut Green Building Council di Indonesia yang sudah mengadopsi LEED
dari Amerika, Green Building Index di Malaysia, dan sesuai dengan standar internasional yang sudah
berlaku selama ini. Ketentuan mengenai pengaturan standar kompetensi di Indonesia tertuang di dalam
Seminar Nasional Refleksi 30 Tahun Fakultas Teknik
Konsep dan Implementasi Infrastruktur - Bangunan - Konstruksi "HIJAU" Mewujudkan Kota Hijau
17 Oktober 2014, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik IndonesiaNomor 8 Tahun 2012 tentang Tata
Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.Berdasarkan hasil yang diolah dari
workshop, ditetapkan jenjang KKNI untuk Ahli Penilai Bangunan Hijau adalah pada jenjang/ level 5
dengan rincian, memiliki keahlian dan kemampuan pada level berikut:
a) Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih metode yang sesuai dari beragam
pilihan yang sudah maupun belum baku dengan menganalisis data, serta mampu menunjukkan
kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur.
b) Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum, serta mampu
memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.
c) Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis secara komprehensif.
d) Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian
hasil kerja kelompok.
Beberapa istilah umum yang harus dipahami, dalam penyusunan RSKKNI antara lain:
Unit Kompetensi : adalah bentuk pernyataan terhadap tugas atau pekerjaan yang akan dilakukan.
Elemen Kompetensi : bagian kecil dari unit kompetensi yang mengidentifikasikan tugas-tugas yang
harus dikerjakan untuk mencapai unit kompetensi.
Jabatan kerja sebagai ahli Penilai Bangunan Hijau, memiliki uraian jabatan/ lingkup kerja sebagai berikut:
Ahli Penilai Bangunan Hijau merupakan jabatan kerja dengan kemampuan merencanakan, mengarahkan
dan mengevaluasi proposal, baik dalam tahapan perencanaan, konstruksi maupun pada tahapan paska
konstruksi secara teknis dan non teknis sesuai disiplin kompetensi inti berdasarkan kriteria (rating tools)
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan peraturan yang diadopsi untuk Indonesia.
Persyaratan jabatan untuk Ahli Penilai Bangunan Hijau berdasarkan hasil yang diolah dari workshop
adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Persyaratan jabatan untuk Ahli Penilai Bangunan Hijau
Pengalaman kerja - Pengalaman minimal 3 (tiga) tahun dalam bidang yang terkait
bangunan gedung.
Kesehatan - Berbadan sehat (rohani dan jasmani) yang dinyatakan dengan
keterangan surat dokter.
Sertifikat - Lulus Uji Kompetensi jabatan kerja Ahli PenilaiBangunan Hijau.
Persyaratan lain - MenguasaiBahasa Indonesia tulisan dan lisan dengan baik dan
benar.
- MenguasaiTeknologiInformasi.
- Memiliki kemampuan komunikasi dan presentasi.
- Dapat bekerja dalam kelompok.
- Lulus pelatihan bangunan hijau tingkat professional dari institusi
yang diakui keberadaannya oleh pemerintah.
Seminar Nasional Refleksi 30 Tahun Fakultas Teknik
Konsep dan Implementasi Infrastruktur - Bangunan - Konstruksi "HIJAU" Mewujudkan Kota Hijau
17 Oktober 2014, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa
Tahapan verifikasi dan konvensi merupakan tahapan konsultasi dengan Tim Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi (Kemenakertrans) untuk melihat kesesuaian dari setiap unit kompetensi yang dibuat.
Berdasarkan hasil konvensi telah dirumuskan daftar unit kompetensi Ahli Penilai bangunan Hijau sebagai
berikut:
Tabel 3
Daftar Unit Kompetensi Kerja Ahli Penilai Bangunan Hijau
Tabel 4
Kriteria Unjuk Kerja Ahli Penilai Bangunan Hijau
Dengan ditetapkannya Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sektor Jasa Konstruksi
Sub bidang Bangunan Gedung untuk Jabatan Kerja Ahli Penilai Bangunan Hijau, maka SKKNI ini akan
diberlakukan secara nasional dan selanjutnya akan menjadi acuan bagi penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan serta uji kompetensi dalam rangka sertifikasi kompetensi tenaga kerja di Indonesia.
Daftar Pustaka
Departemen Rating Development, 2012, Greenship untuk Gedung Baru: Versi 1.1., Jakarta: Green
Building Council Indonesia.
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 38 Tahun 2012 Tentang Bangunan
Gedung Hijau;
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Tata Laksana Registrasi
Kompetensi Bidang Lingkungan;
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Kriteria dan Sertifikasi
Bangunan Ramah Lingkungan;
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP);
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Jenjang Kualifikasi KKNI;
Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2002 Tentang Kurikulum Inti Perguruan
Tinggi;
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.