Anda di halaman 1dari 12

MODEL PEMBELAJARAN

“CANDY”

Disusun Oleh

Nama : Fatmawati

NIM : 1910125120037

No. Absen : 09

Kelas : 5B / PGSD

Mata Kuliah : Model dan Strategi Pembelajaran

Dosen Pengampu :

Prof. Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd., Ph.D

dan Wulan Aulia Azizah, M.Pd


FILOSOFI ARTI NAMA
“CANDY”

Filosofi arti nama “candy” atau Gula kapas atau


cotton candy menjadi salah satu makanan dari jenis
permen yang disukai oleh banyak orang terutama anak-
anak yang selalu memberi kebahagian bagi
penikmatnya. Gula kapas terbuat dari gula pasir yang
digiling dalam mesin khusus hingga membentuk serat-
serat gula halus yang membentuk seperti kapas.

Gula kapas menjadi salah satu makanan yang


mudah kita temukan di sekitar kita terutama saat ada
acara-acara rakyat seperti pesta rakyat, pasar malam
dan sebagainya. Nama model pembelajaran candy
diambil karena mengingat candy itu makanan yang
disukai semua anak-anak dan juga rasanya yang manis
membuat penikmatnya seperti anak-anak sangat
menyukainya.
LATAR BELAKANG
(ALASAN MEMILIH MODEL “CANDY”)

Gula kapas sudah ada sejak abad ke-15. Gula


kapas sudah dikenal di Italia sejak abad tersebut dan
menjadi makanan favorit. Saat itu, gula kapas tak
selembut yang sekarang. Namun, pada abad ke-19, dua
orang bernama William Morisson dan John C Wharton
diidentifikasi sebagai penemu gula kapas atau permen
kapas.

William Morisson merupakan seorang dokter gigi,


pengacara, penulis buku anak-anak, pembuat lemak
babi palsu dari biji kapas dan pembuat perangkat kimia
yang berfungsi membersihkan air minum dari Nashville.
John C Wharton adalah pembuat permen dari
Tennessee. Tahun 1897, dua orang ini menciptakan
mesin listrik peleleh kapas atau mesin pembuat gula
kapas. Mesin ini dipatenkan sebagai mesin pembuat
gula kapas pertama di dunia pada tahun 1899.

Candy atau permen kapas diambil sebagai nama


model pembelajaran karena terinspirasi dari banyaknya
anak-anak yang menyukai permen tersebut dan
membawa kebahagian bagi penikmatnya karna rasanya
yang manis dan sangat mudah dijumpai dimanapun.
Sehingga maksudkan model pembelajaran candy ini
dapat meningkatkan antusia anak-anak dalam
pembelajaran serta dapat menambah semangat dan
kreatifitas dalam belajar.
LANGKAH-LANGKAH
MODEL PEMBELAJARAN

“CANDY”

1.C = Menjelaskan materi (Re C iprocal


Learning )
2.A = Memberi siswa masalah (Problem
BAsed Learning (PBL))
3.N = Memecahkan masalah ( Number Head
Together (NHT))
4.D = Mempresentasikan Hasil Diskusi
Kelompok (Demontrasi)
5.Y = Menyimpulkan Hasil Diskusi atau tanya
jawab ( InquirY Learning)
KELEBIHAN MODEL PEMBELAJARAN

“CANDY”

1. Merangsang kreativitas anak didik dalam


bentuk ide gagasan-prakarsa, dan terobosan
baru dalam pemecahan suatu masalah
2. Mengembangkan sikap menghargai pendapat
orang lain
3. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka milik dalam dunia nyata
4. Membuat siswa terbiasa menghadapi masalah
5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk
berinteraksi dengan orang lain
6. Melatih kerjasama dengan siswa lain
7. Keaktifan dan keberanian siswa terlatih
melalui kegiatan menyampaikan serta
menanggapi pendapat
KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN

“CANDY”

● Tidak semua pelajaran cocok dengan model ini

● Membutuhkan waktu yang relatif lama

● Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang


matang

● Sering terjadi dalam diskusi siswa tidak berani


mengemukakan pendapat dan dapat dikuasai
(didominasi) oleh beberapa siswa yang menonjol

● Diskusi yang mendalam perlu waktu yang banyak

● Siswa tidak mempunyai minat atau tidak


mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka
akan merasa ragu untuk mencoba

● Memerlukan waktu untuk penyesuaian sehingga


suasana kelas mudah ribut/gaduh

● Terkadang banyak waktu terbuang apabila guru


tidak mengelompokkan siswa secara merata, karena
siswa yang kurang mampu akan lebih lama
berproses dalam kelompok untuk menyelesaikan
tugas yang telah diberikan
1. Reciprocal Learning

Pada tahapan ini, guru memulai LANGKAH-LANGKAH


pembelajaran dengan membagikan
materi atau wacana kepada masing- IMPLEMENTASI MODEL
masing siswa. Siswa dituntut untuk
memahami pembelajaran secara PEMBELAJARAN
mandiri. Sehingga nantinya siswa akan
membaca materi tersebut dan dibuat “CANDY”
ringkasan sesuai dengan
pemahamannya masing-masing.

2. Problem Based Learning

Selanjutnya pada tahapan ini guru


membagi siswa menjadi beberapa
kelompok. Guru memberikan masalah
ditiap-tiap kelompok. Pada saat itu
guru mengorientasikan permasalahan
kepada seluruh kelompok. Masalah
tersebut nantinya akan mereka cari
pemecahannya berdasarkan materi
yang sudah diajarkan sebelumnya. Disini
guru hanya bertindak sebagai
pembimbing dan mengawasi selama
kegiatan berlangsung.
3. Number Head Together

Pada tahap ini siswa dalam kelompoknya


masing-masing dapat berpikir secara
induktif berdasarkan dengan pemecahan
masalah yang didapatkan. Guru menekan
pada tanggung jawab secara individu dan
kelompok untuk memahami materi yang
dipelajari sehingga siswa berperan secara
aktif dalam proses pembelajaran yang
berdampak pada meningkatnya hasil
belajar siswa.

4. Demonstrasi

Pada tahapan ini siswa mendemonstrasikan hasil kerja


kelompoknya masing-masing di depan kelas. Setiap
kelompok akan mendapat giliran dalam
mendemonstrasikan hasil kerjanya mesing-masing dan
melakukan sesi tanya jawab pada setiap kelompok.

5. Inquiry Learning

Pada tahap terakhir ini guru menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri
biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Guru
akan menanyakan kesimpulan tentang materi yang telah
didemonstrasikan pada kelompoknya masing-masing.
RANGKUMAN

“candy” atau Gula kapas atau cotton candy


menjadi salah satu makanan dari jenis permen
yang disukai oleh banyak orang terutama
anak-anak yang selalu memberi kebahagian
bagi penikmatnya. Gula kapas terbuat dari
gula pasir yang digiling dalam mesin khusus
hingga membentuk serat-serat gula halus yang
membentuk seperti kapas.

Candy atau permen kapas diambil sebagai


nama model pembelajaran karena terinspirasi
dari banyaknya anak-anak yang menyukai
permen tersebut dan membawa kebahagian
bagi penikmatnya karna rasanya yang manis
dan sangat mudah dijumpai dimanapun.
Sehingga maksudkan model pembelajaran
candy ini dapat meningkatkan antusia anak-
anak dalam pembelajaran serta dapat
menambah semangat dan kreatifitas dalam
belajar.
BIODATA PENULIS

Nama : Fatmawati

Nama Panggilan : Fatma

NIM : 1910125120037

Kewarganegaraan : Indonesia

Golongan Darah :O

Tempat,tanggal lahir : Taras Padang, 30 – 09 - 2000

Alamat : Taras Padang (HST)

Status : Mahasiswa

Prodi / Jurusan : PGSD

Fakultas : FKIP

Hobby : Membaca dan main badminton

Cita-cita : Guru SD

Motto Hidup : Do the best, Get the best


QUOTES FROM THE AUTHOR

"Jihad terbesar (perjuangan / perjuangan) adalah melawan jiwamu sendiri, untuk


melawan kejahatan di dalam dirimu." Nabi Muhammad (saw)
DAFTAR PUSTAKA
Assegaff, A., & Sontani, U. T. (2016). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Analitis Melalui
Model Problem Based Learning (Pbl). Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 1(1), 38.
https://doi.org/10.17509/jpm.v1i1.3263

Dewanti, R., Fajriwati, A., & Penulis, N. (2020). Metode Demonstrasi Dalam Peningkatan
Pembelajaran Fiqih. Jurnal Kajian Islam Kontemporer, 11(1), 88–98.

Januardi, J., & Gustiana, A. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Learning Terhadap
Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Di Sma Bakti Bangsa Air Saleh. Jurnal Neraca: Jurnal
Pendidikan Dan Ilmu Ekonomi Akuntansi, 2(1), 57–67.
https://doi.org/10.31851/neraca.v2i1.2229

Kajian, J., & Pendidikan, I. (2011). Penggunaan Model Pembelajaran Numbered Heads Together
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 2(2), 69–88.

Lestari, D. D., Ansori, I., & Karyadi, B. (2017). Penerapan Model Pbm Untuk Meningkatkan Kinerja
Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sma. Diklabio: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Biologi, 1(1), 45–53. https://doi.org/10.33369/diklabio.1.1.45-53

Mulyana, M. A., Hanifah, N., Jayadinata, A. K., & Kunci, K. (2016). 3039-5523-1-Pb. 1(1), 331–340.

Prasetyo, D., & Widjanarko, D. (2015). Enerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Memelihara Komponen Sistem Bahan Bakar Bensin.
Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Unnes, 15(2), 123484.

Siagian, R. E. F., & Nurfitriyanti, M. (2015). Metode Pembelajaran Inquiry dan Pengaruhnya terhadap
Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Kreativitas Belajar. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan
MIPA, 2(1), 35–44. https://doi.org/10.30998/formatif.v2i1.85

Suhada, H. (2017). Model Pembelajaran Inquiry Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Ipa. Jurnal Pendidikan Dasar,
8(2), 63–68. http://doi.org/10.21009/JPD

Anda mungkin juga menyukai