Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“ Prinsip – Prinsip Pengelolaan Kelas”


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Pengelolaan Kelas”
Dosen Pengampu : Prof. Dr Hj. Aslamiah, M.Pd., Ph.D dan Drs.Asrani,
M.Pd

Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
Kelas : 5B PGSD

Diny Syafira Yulianti 1910125110022


Ahmad Shabirin 1910125310032
Esya Fatikhatul Islamy 1910125220112
Fatmawati 1910125120037
Mukhlis Muntaha Al Munawar 1910125110021
Reginatama Putri 1910125320057

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan nikmat dan rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga kami mampu
menyelesaikan laporan ini yang berjudul ”Prinsip – Prinsip Pengelolaan Kelas”
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Pada kesempatan ini kami juga tidak lupa untuk mengucapkan terima
kasih kepada Bapak ,M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pengelolaan
Kelas yang telah memberi kesempatan kami belajar dalam pembuatan makalah
ini.
Harapan kami semoga laporan ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.
Laporan ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki masih kurang. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang membangun.

Rabu, 18 Agustus 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................……………………………………………………………..…4
B. Tujuan.............................................................................................................................................4
C. Manfaat...........................................................................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................................6


A. Alat Peraga (media)......................................................................................................................6
B. Metode Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4D...................................................6
C. Materi Tata Surya........................................................................................................................11
D. Alat, Bahan dan Cara Penggunaan............................................................................................15

BAB III KESIMPULAN.............................................................................................................17


DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek yang paling penting dalam proses belajar-mengajar yaitu
pengelolaan kelas, dimana disana proses terjadinya tingkah laku yang
kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas secara efisien dan memungkinkan murid
bisa belajar dengan nyaman.
Pengelolaan kelas juga merupakan keterampilan guru untuk
menciptakan dan memihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikan bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dan
dalam sebuah kelas seorang guru sebenarnya mempunyai dua masalah
pokok yaitu masalah penajaran dan maanajemen dimana keduanya
mempunyai penanganan sendiri. Pengajaran harus diatasi dengan cara
pengajarn yang baik, sedangkan manajemen dengan cara pengelolan.
Dalam pengelolaan kelas seorang guru atau pendidik harus mampu
menguasi dan memahami apa itu tujuan berbagai pendekatan dan juga
prinsip-prinsip pengelolaan kelas.
Permasalahan pengelolaan kelas tentu banyak terjadi. Untuk
memperkecil masalah tersebut, maka prinsip-prinsip pengelolaan kelas
sangat membantu. Oleh karena itu penting bagi seorang guruatau pendidik
untuk mengetahui dan menguasai tentang prinsip-prinsip penngelolaan
kelas. Dalam makalah ini, kami akan menguraikan prinsip-prinsip
pengelolaan kelas tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Membina Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat


Hubungan sekolah dan masyarakat akan semakin meningkat bila
hubungan semakin baik dan harmonis. Masyarakat semakin puas karena
sekolah maju dan berkemban, disebabkan karena banyak warga
masyarakat yang diperhatikan, terbuka bagi warga masyarakat yang ingin
berpartisipasi dalam pendidikan, dan terbuak setiap usul yang dikemukan
oleh masyarakat terhadap pelaksanaan proses pembelajaran disekolah.
1. Strategi Memperkenalkan Sekolah Kepada Masyarakat
Masyarakat yang memandang sekolah sebagai lembaga yang kompeten
dalam membina dan mendidik perkembangan para anak didik, karena itu
masyarakat harus diberi partisipasi dan setia kepadanya. Namun hal ini
tidak begitu saja terjadi karena banyak warga masyarakat yang belum
paham terhadap eksistensi sekolah dalam masyarakat, lebih-lebih bila
kondisi social ekonomi mereka rendah, menjadikan pusat perhatian
mereka adalah kepada kebutuhan dasar kehidupan mereka sehari-hari dan
lupa akan peran sertanya dalam memajukan dalam sekolah. Untuk
mengikutsertakan warga masyarakat dalam pembangunan di sekolah
sudah sepatutnya para manajer sekolah melalui tokoh-tokoh masyarakat
aktif menggugah perhaitian mereka.Para manajer dapat mengundang
tokoh-tokoh masyarakat untuk membahas kerjasama dalam meningkatkan
pendidikan di sekolah. Karena hal ini akan dapat memberikan kontribusi
pemikiran untuk menentukan alternatif peningkatan pendidikan serta
sebagai suatu wadah mewujudkan musyawarah untuk memperoleh
alternative yang terbaik.8 Komunikasi tentang pendidikan kepada
masyarakat tidak cukup dengan informasi verbal saja.Informasi ini perlu
dilengkapi dengan pengalaman nyata yang ditunjukkan kepada
masyarakat, agar timbul citra positif tentang pendidikan dikalangan
mereak.Masyarakat pada umumnya membutuhkan bukti nyata terhadap
aktivitas-aktivitas sekolah yang merespon terhadap kebutuhan dan
problem mereka sebelum memberikan dukungan baik moril maupun
materil.Dalam hal ini pihak manajer sekolah harus mampu mewujudkan
kepentingan masyarakat melalui pendidikan disekolah. Hal yang lebih
penting dilakukan untuk menarik perhatian masyarakat terhadap
pendidikan sekolah, adalah melalui usaha yang sungguh-sungguh
diwujudkan, masyarakat akan sangat antusias mendukung lembaga
pendidikan sekolah baik secara moral maupun material.
2. Pengaruh Masyarakat Terhadap Sekolah
Pengaruh masyarakat terhadap sekolah sebagai suatu lembaga
pendidikan sosial, sangat kuat, dan berpengaruh kepada para individu
yang ada dalam lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah merupakan
masyarakat kompleks, terdiri dari berbagai macam tingkatan masyarakat
yang saling melengkapi dan bersifat unik sebagai akibat latar belakang
dimensi budaya yang beraneka ragam. Masyarakat yang kompleks terdiri
dari kelompok-kelompok kecil dengan ciri-ciri kolektif yang dimilikinya,
mempunyai harapan yang berbeda-beda terhadap kebijaksanaan sekolah,
seperti sasaran, tujuan, kurikulum program, dan lain-lain.9 Oleh sebab itu,
untuk memperbaiki dan mempertinggi perhatian masyarakat terhadap
sekolah dapat dilakukan dengan melibatkan orang tua dan masyarakat
dalam pendidikan sekolah, karena pokok pengembangan partisipasi efektif
dengan masyarakat setempat, adalah untuk memungkinkan orang tua dan
warga wilayah partisipasi aktif dan penuh arti dalam pendidikan
pendidikan di sekolah. Hubungan kerja sama antara sekolah dan
masyarakat mendorong orang tua terlibat secara aktif kedalam proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah melalui kerja sama dengan para
guru dalam perencanaan program pendidikan baik secara individual
maupun kolektif. Jalinan komunikasi yang efektif antara sekolah dan
masyarakat dimungkinkan terjadi karena orang tua dan masyarakat secara
dekat ikut berpartisipasi dengan guru dan memonitor perkembangan anak
didik ke arah tercapainya nilai-nilai pendidikan, sosial, dan kepribadian
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
Partisipasi yang efektif antara masyarakat dan sekolah sangat
diperlukan untuk mencapai keberhasilan suatu lembaga pendidikan.
Pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak didik di sekolah sangat
ditentukan oleh hal-hal berikut:
a. Adanya pengaruh sangat kuat dari dorongan keluarga dan masyarakat
terhadap sekolah
b. Adanya sikap dan kehidupan rumah tangga dan keluarga
c. Adanya sikap positif dari anak didik terhadap keluarga dan rumah
tangga
d. Adanya peranan orang tua sebagai pengembang yang menjauhkan
sikap negatif terhadap eksistensi sekolah dan pendidikan, serta
kepedulian dan perasaan tertarik terhadap kurikulum sekolah dan
guru.
e. Peranan dan tokoh Masyarakat dalam menciptakan hubungan
msyarakat (humas) dengan sekolah.
Pada prinsipnya tokoh masyarakat memainkan peranan yang sangat
besar dalam menciptakan hubungan sekolah dengan masyarakat. Oleh
karena itu, sekolah harus menjalin kerja sama yang erat dengan tokoh
masyarakat termasuk dengan pemimpin formal masyarakat dalam rangka
membina pendidikan di sekolah. Walaupun kerja sama itu tidak begitu
mudah diwujudkan dikarenakan banyak hal lain yang mesti diperhatikan.
Untuk merealisasikan jalinan kerja sama ini lembaga pendidikan
membentuk badanbadan yang berfungsi memajukan dan mengaktifkan
tokoh-tokoh masyarakatuntuk berpartisipasi dalam usaha memajukan
lembaga pendidikan. Strategi yang dilakukan adalah dengan menarik
perhatian masyarakat malalui peningkatan proses pendidikan dan
pembinaan moralitas dan perilaku anak didik yang dilakukan oleh guru.
Caranya adalah guru harus bekerja dengan baik dan memberi contoh
teladan terhadap anak didik dan menanamkan nilainilai agama, moralitas
serta ilmu pengetahuan secara sempurna dan efektif.
Modal kerja dan cara kerja seperti itu akan dapat menciptakan anak
didik atau lulusan seperti yang diharapkan. Prestasi kerja sekolah ini akan
lebih menarik perhatian masyarakat. Perhatian masyarakat ini akan
menjadi modal awal bagi peningkatan dukungan kerjasama yang erat
antara masyarakat dan sekolah. Demikian juga perlakuan guru terhadap
anak didik dalam mengajar, merupakan hal yang paling utama dalam
mendukung dan menentukan sifat hubungan sekolah dengan masyarakat.
Perlakuan guru yang berpusat kepada kemajuan kelas merupakan sumber
penghargaan dan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah.
Strategi ini sesuai dengan realitas kehidupan yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat, karena masyarakat berusaha memasukkan anak-
anaknya ke sekolah-sekolah yang bermutu (favorite). Karena sekolah
yang sudah maju secara operasional dan punya citra yang baik dimata
masyarakat, dan tidak sukar mengadakan hubungan akrab dengan
masyarakat
Di samping memanfaatkan guru dalam usaha meningkatkan hubungan
sekolah dengan masyarakat, manajer sekolah (kepala sekolah) diharapkan
pula dapat membangkitkan semangat kerja badan penghubung lembaga
pendidikan dengan masyarakat seperti komite sekolah. Dengan
pendekatan yang baik komite sekolah berusaha agar badan tersebut secara
aktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan sekolah. Misalnya dengan
mengirimkan informasi lembaga pendidikan secara rutin, mengemukakan
problem-problem yang dihadapi, menyusun kirukulum dan sebagainya.
Disamping itu, perlu dibentuk satu kelompok warga masyarakat lainnya
yang diharapkan dapat membantu sekolah meningkatkan hubungannya
dengan masyarakat. Kelompok itu adalah alumni, khusus untuk perguruan
tinggi yang merupakan satu kelompok tersendiri bersama-sama dengan
kelompok lain ia diharapkan bekerja sama untuk membantu lembaga
sekolah dalam menggalang hubungan kerja sama dengan masyarakat.
Bantuan ini akan lebih mudah direalisasikan bila dilakukan melalui kerja
sama (network) secara menyeluruh.

3. Pola Manajemen Humas


Dalam kegiatan manajemen, terdapat unsur komunikasi. Hubungan
dengan masyarakat sebagai kegiatan menejemen operatif merupakan
kegiatan yang memikul beban tugas mewujudkan sebahagian kegiatan
komunikasi keluar.
Hubungan dengan masyarakat dilakukan dengan publisitas tentang
kegiatan organisasi kerja yang patut diketahui oleh pihak luar secara luas.
Kegiatan dilakukan dengan menyebar luaskan informasi dan memberikan
penerangan untuk menciptakan pemahaman yang sebaik-baiknya dengan
kalangan masyarakat luas mengenai tugas dan fungsi yang diemban oleh
sekolah, termasuk kegiatan-kegiatan yang sedang, sudah dan akan
dikerjakan berdasarkan volume dan beban kerjanya. Pola hubungan yang
harmonis anatara sekolah dan masyarakat sebagai hasil kerja sama akan
menciptakan hal-hal berikut:
a. Adanya saling pengertian antara pihak sekolah dengan pihak
masyarakat,
b. Adanya kegiatan saling membantu, karena mengetahui manfaat, arti
dan pentingnya peran masing-masing,
c. Adanya kerja sama dengan erat masing-masing pihak dan merasa ikut
bertanggung jawab atau suksesnya usaha pihak orang lain.
Situasi ini merupakan manifestasi dari dukungan masyarakat terhadap
efesiensi dan efektifitas pelaksana kerja sama yang diberikan secara sadar
dan suka rela. Hubungan seperti itu timbul sebagai hasil kerja hubungan
dengan masyarakat yang telah memberikan informasi sehingga pihaknya
memahami pentingnya eksistensi organisasi sekolah tersebut bagi
masyarakat. Yang menjadi tugas pokok atau beban kerja suatu sekolah
tentang hubungannya dengan masyarakat adalah:
a. Memberikan informasi dan menyampaikan ide dan gagasan
kepada masyarakat yang membutuhkannya,
b. Membantu pimpinan dengan tugas-tugasnya tidak dapat langsung
memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukannya,
c. Membantu pimpinan mempersiapkan bahan-bahan tentang
permasalahan dan informasi yang akan disampaikan itu menarik
perhatian masyarakat pada saat tertentu,
d. Membantu pimpinan dalam mngembangkan rencana dan kegiatan
lanjutan yang berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat
(public service) sebagai akibat dari komunikasi timbal balik
dengan pihak luar yang dapat menumbuhkan harapan atau
penyempurnaan policy atau kegiatan yang telah dilakukan oleh
sekolah.
Untuk melaksanakan pola kerja tersebut harus dilakukan dengan
berdasarkan pada konsep berikut:
a. Objektif dan serasi. Semua informasi atau pemberitaan yang
disampaikan kepada masyarakat harus merupakan suatu ritual dari
sekolah yang bersangkutan,
b. Organisasi yang tertib dan disiplin. Hubungan sekolah dengan
masyarakat hannya akan berfungsi bilamana tugas-tugas pokok
dengan organisasi sekolah berjalan secara lancer dan efektif serta
memiliki hubungan kerja kedalam dan luar yang efektif pula,
c. Hubungan harus bersifat mendorong timbulnya keinginan untuk
ikut berpartisipasi dan ikut memberikan dukungan secara wajar
dari masyarakat.
d. Kontinuitas informasi. Hubungan masyarakat harus berusaha agar
masyarakat memperoleh informasi secara kontinyu sesuai dengan
kebutuhan.
e. Memperhatikan opini masyarakat. Respon yang timbul dikalangan
masyarakat sebagai efek back dari informasi yang disampaikan
harus mendapat perhatian yang sebenarnya dan sepenuhnya.

Inilah beberapa asa yang harus diperhatikan para pengelola sekolah


dalam menjalin hubungan dan kerja sama dengan masyarakat untuk
mewujudkan sekolah masyarakat. Diharapkan dengan pola kerja ini akan
menciptakan pola kerja pasrtisipasi masyarakat semakin tinggi untuk ikut
andil dalam membangun dan memajukan program-program pendidikan
sekolah

B. Sumber Pelanggaran Disiplin


Faktor yang menimbulkan gangguan disiplin kelas.
1) Guru
- Guru membiarkan peserta didik berbuat salah
- tidak suka kepada peserta didik
- lebih mementingkan pelajaran dari pada peserta didik
- kurang menghargai peserta didik / siswa
- kurang senang
- kurang rasa humor
2) Siswa
- siswa dapat memanfaatkan situasi yang tidak menguntungkan
untuk tidak disiplin
- Banyak dari siswa tidak suka atau benci terhadap sekolah yang
tidak memberikan kepuasan kepada semua harapan siswa dan para
lulusan
- anak yang suka membandel, anak dari kurang Harmonis, anak
yang sakit, anak yang kurang tidur, anak yang malas membaca,
anak yang pasif.
3) Lingkungan
- lingkungan ramah keluarga. Misalnya: kurang perhatian,
ketidakteraturan, perlengkapan, ketidak harmonisan, kecemburuan,
masa bodoh, tekanan, sibuk urusan masing masing.
- situasi tempat tinggal. Seperti: lingkungan kriminal, lingkungan
fisik, lingkungan minuman keras.
- lingkungan sekolah. Seperti kelemahan: guru, kurikulum,
Menejemen kelas, ketidak tertiban dan kurang fasilitas.
- Situasi sekolah: hari pertama dan hari akhir sekolah. Misalnya:
pergantian mata pelajaran, pergantian guru, jadwal yang kaku,
jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat, Bau makanan,
suasana Gaduh dari tempat lain.

C. Peraturan dan Tata Tertib Kelas


1. Peraturan
Rules (aturan), adalah pernyataan, biasanya tertulis, yang
menyebutkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan murid. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kelas didefinisikan sebagai tempat
belajar di sekolah. Hornby dalam Oxford Advanced Learner’s
Dictionary mendefinisikan kelas sebagai group of students taught
together atau occasion when this group meets to be taught. Dengan
demikian, kelas merupakan sekelompok siswa yang belajar bersama
atau suatu wahana ketika kelompok itu menjalani proses pembelajaran
pada tempat dan waktu yang diformat secara formal.
Adapun implementasi pegembangan peraturan kelas dapat
terlaksana dengan baik, bila mengikuti prosedur yang sistematis.
Berikut tiga prosedur implementasi peraturan kelas yang harus
dilakukan:
1) Pertama, perencanaan meliputi : a) Melaksanakan aturan-aturan
kelas dan sekolah. b) Menyatakan aturan-aturan dengan jelas. c)
Menyediakan alasan-alasan untuk aturan-aturan. d) Menyatakan
aturan-aturan secara positif. Aturan-aturan yang dinyatakan dengan
positif dapat menciptakan harapan-harapan yang juga positif
sekaligus menciptakan tanggung jawab siswa. e) Memendekkan
rincian aturan. f) Meminta masukan dari siswa.
2) Kedua, pelaksanaan. Berikut ini merupakan peraturan umum yang
meliputi banyak perilaku di ruang kelas: a) Hormati dan bersikap
sopanlah kepada semua orang. b) Bergegas bersiap-siaplah.
Peraturan ini menekankan panduan mengenai pentingnya tugas-
tugas di sekolah. c) Simaklah dengan seksama sementara siswa
lainnya sedang bicara. Peraturan ini akan mencegah celekukan dan
gangguan mata pelajaran lainnya. d) Patuhi seluruh peraturan
sekolah. Hal ini mengingatkan para siswa bahwa peraturan sekolah
berlaku di ruang kelas dan di luar kelas. Peraturan tersebut juga
menunjukkan bahwa guru mengawasi mereka dalam wilayah-
wilayah yang dicakupi oleh peraturan sekolah. Guru akan
mendiskusikan peraturan tersebut dengan para siswa saat hari
pertama atau kedua dimulainya ajaran baru, sangat menekankan
fokus ini selama beberapa minggu pertama, dan secara konsisten
menegakkan peraturan setelahnya. Peraturan yang ditempelkan
tidak harus mencakup seluruh aspek perilaku secara terperinci.
Akan sangat berguna bagi murid untuk mendapatkan contoh
konkrit dari perilaku yangdicakup dari peraturan tersebut. Guru
melibatkan siswa dalam pembahasan mengenai peraturan kelas
dengan meminta saran dari mereka dan meminta untuk
menyebutkan perilaku spesifik yang sebaiknya dilakukan oleh
setiap orang untuk menciptakan sebuah iklim yang bagus bagi
pembelajaran.
3) Ketiga, evaluasi. Setelah siswa mengembangkan aturan yang
masuk akal dan setuju untuk berkelakuan sesuai dengan aturan
tersebut, selanjutnya adalah mengenali dan memonitor perilaku
mereka. Satu pendekatan yang bermanfaat dengan usia anak
tertutama yang berkelakuan menyimpang. Khusus dalam kelas
Sekolah Dasar (SD), penting untuk meninjau aturan selama
beberapa minggu. Pendekatan yang baik meninjaunya setiap hari
selama minggu pertama, tiga kali seminggu selama minggu kedua,
dan sekali seminggu kemudian. Manfaat menempel aturan secara
ringkas pada awal dan akhir hari, kelas dapat mengevaluasi
perilaku dan mempertimbangkan apakah perbaikan dalam bagian
tersebut diperlukan. Jika seluruh kelas secara konsisten berperilaku
sesuai atau menunjukkan perbaikan dari hari sebelumnya. Maka
dapat mengirimkan pesan positif ke rumah tiap siswa atau
mengundang kepala sekolah untuk berkunjung dan memuji siswa.
Perbaikan individu yang signifikan dapat diberi imbalan.
Jenis peraturan kelas yang dikembangkan sebagai upaya kuratif
terhadap perilaku menyimpang siswa terdapat dua jenis yaitu peraturan
kelas tertulis dan peraturan kelas tidak tertulis. Peraturan kelas tertulis
adalah peraturan formal yang bersifat umum. Berikut adalah beberapa
contoh peraturan tertulis, antara lain:
(1) datang tepat waktu,
(2) seragam sesuai dengan ketentuan,
(3) tetap melaksanakan tugas jika guru berhalangan hadir,
(4) petugas piket datang lebih awal,
(5) bersikap sopan, santun, dan menghargai warga sekolah,
(6) ikut menjaga 9k (ketertiban, keamanan, kekeluargaan, keindahan,
kebersihan, kesehatan, keterbukaan, dan keteladanan,
(7) tidak membawa handphone atau sejenisnya.
Secara umum, konsep peraturan kelas tertulis sesuai dengan apa
yang dinyatakan oleh Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer
yakni sekumpulan peraturan yang terdiri dari empat hingga delapan
peraturan seharusnya memadai untuk mencakup wilayah
peraturanperaturan yang paling penting. Berikut ini penjelasan
Evertson dan Emmer tentang empat peraturan umum, yaitu: a) Hormati
dan bersikap sopanlah kepada semua orang, b) bergegas dan bersiap-
siaplah, c) simaklah dengan seksama sementara siswa lainnya sedang
berbicara, d) patuhi seluruh peraturan sekolah.
Sedangkan peraturan kelas tidak tertulis merupakan peraturan yang
diberlakukan kepada semua siswa, namun hanya disampaikan atau
tidak ditulis. Peraturan kelas tidak tertulis biasanya berupa peraturan
khusus yang merinci perilaku siswa secara spesifik disertai dengan
konsekuensinya. Peraturan tidak tertulis tersebut antara lain:
(1) Sebelum belajar siswa diwajibkan membaca do'a, tahfidz, dan
asmaul husna,
(2) Siswa harus izin ketika masuk dan keluar kelas,
(3) Masuk kelas terlambat harus piket kelas,
(4) Siswa yang tidak mengerjakan PR, harus keluar kelas,
(5) Melepas sepatu di dalam kelas, maka sepatu akan ditaruh di luar,
(6) Menunjuk atau mengangkat tangan dengan tangan kiri akan
dipukul,
(7) Menghargai orang lain yang sedang berbicara,
(8) bergegas berpindah tempat,
(9) menyelesaikan tugas tepat pada waktunya,
(10) peraturan dalam pembelajaran koorperatif,
(11) perhatian siswa selama presentasi.
Peraturan tidak tertulis cenderung lebih spesifik dan memberikan
ekspektasi yang jelas mengenai perilaku siswa yang diharapkan dan
dilarang. Adanya pertimbangan konsekuensi yang disampaikan kepada
siswa juga mampu mengarahkan untuk mengatasi beberapa perilaku
menyimpang yang tidak diharapkan selama pembelajaran berlangsung.
Prosedur terhadap kegiatan tertentu juga membantu
mengomunikasikan ekspektasi terhadap perilaku yang diharapkan.
Pernyataan ini sesuai dengan penjelasan Carolyn M. Evertson dan
Edmund T. Emmer, bahwa dalam mengatasi perilaku menyimpang
siswa atau perilaku yang tidak sesuai dengan peraturan kelas, banyak
peraturan tidak tertulis yang diterapkan karena prosedur tersebut
sangat sederhana atau karena keterperincian dan kekerapan
penggunaan prosedur tersebut memungkinkan para siswa
mempelajarinya dengan mudah.
Faktor Penghambat dan pendukung dalam pengembangan peraturan
Proses dalam mencapai keberhasilan dari penerapan peraturan
kelas tentu tidak lepas dari faktor-faktor yang menghambat. faktor
yang menghambat dalam tercapainya keberhasilan dalam menerapkan
peraturan kelas sebagai upaya kuratif terhadap perilaku menyimpang
adalah faktor lingkungan termasuk keluarga, diantaranya :
1) Lingkungan keluarga. Lingkungan merupakan tempat berinteraksi
siswa yang memberikan pengaruh besar bagi perkembangan
maupun perilaku siswa sehari-hari. Dilihat dari keterlambatan anak
terkadang sumbernya bukan anak tetapi orang tua. Akibat dari
terlambat masuk kelas, siswa menjadi gugup dan malu sehingga
kurang bisa berkonsentrasi ketika belajar.
2) Keterlambatan guru. Memanfaatkan waktu dengan baik untuk
kegiatan pembelajaran adalah hal yang bermanfaat untuk
menciptakan kelas yang aktif. Namun, suasana akan berubah buruk
manakala terdapat waktu-waktu kosong. Siswa akan cenderung
bergerak tidak terkendali, sehingga memungkinkan terjadi
kebisingan dan dapat mengganggu kelaslain. Tidak jarang pula,
ketika guru tidak ada mereka akan keluar kelas dan sebagainya.
Kondisi yang demikian peneliti jumpai ketika guru wali kelas telat
masuk kelas setelah selesai istirahat.
3) Penerapan peraturan yang kurang konsisten. Siswa akan lebih
memperhatikan perilakunya karena menyadari bahwa selalu ada
peraturan yang mengiringi perilaku mereka yang tidak sesuai.
Namun, pada implementasinya terdapat beberapa peraturan yang
diterapkan kurang konsisten salah satunya peraturan dengan
malaikatnya kelas tidak selalu diterapkan ketika guru keluar kelas.
Sehingga siswa berperilaku sesuai keinginan mereka di kelas,
sebab tidak ada yang mengawasi.

Selain faktor penghambat, terdapat pula faktor yang mendukung


implementasi pengembangan peraturan kelas. Faktor yang mendukung
penerapan peraturan kelas sebagai upaya kuratif terhadap perilaku
menyimpang terdapat beberapa poin, diantaranya:
1) Kesadaran siswa. Usaha yang dilakukan guru adalah dengan
membiasakannya dan memberikan penjelasan tentang peraturan
yang baik untuk dilakukan beserta konsekuensinya disetiap kali
terdapat siswa yang tidak menaati peraturan kelas. Selain itu, guru
juga menyampaikan hikmah dari hasil pembelajaran atau kegiatan
yang dilakukan di kelas. Salah satunya tentang kegiatan bermain
peran yang menjelaskan bahwa setiap perilaku dalam kehidupan
pasti ada peraturan yang berlaku di dalamnya.
2) Kesepakatan dengan siswa, wali siswa, dan guru lain. Pembuatan
peraturan kelas melibatkan partisipasi siswa. Dengan meminta
saran dan meminta mereka menyebutkan perilaku spesifik mampu
menciptakan iklim dimana siswa merasa nyaman turut serta.
Berkaitan dengan kesepakatan antara guru dengan orang tua siswa,
guru wali kelas menyampaikannya ketika pertemuan wali siswa
kemudian melakukan komunikasi melalui jejaring sosial berupa
Whatsapp. Adapun antara guru dengan guru lain melalui
komunikasi secara tidak langsung yaitu memperhatikan peraturan
madrasah sebagai rujukan yang merupakan hasil kesepakatan para
guru.
3) Model pembelajaran. Hal ini sejalan dengan karakteristik
kurikulum 2013, beberapa diantaranya pembelajaran sesuai dengan
minat dan kebutuhan peserta didik yaitu menggunakan prinsip
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan). Model pembelajaran yang mendukung
tercapainya penerapan peraturan kelas sebagai upaya kuratif
perilaku menyimpang, yaitu dengan kegiatan permainan. Kegaiatan
permainan ini juga sengaja dilakukan untuk refreshing setelah
siswa banyak menghabiskan energi untuk berolahraga. Tujuannya
mengajak siswa beristirahat sejenak namun tetap berpikir.
4) Penggunaan hadiah sangat membantu sebagai salah satu sarana
motivasi tambahan. Mendorong para siswa untuk menerapkan
peraturan kelas yang baik sesuai dengan peraturan yang berlaku di
kelas. Diantaranya; tepuk tangan, memberikan hak istimewa, dan
penggunaan pujian.
5) Hukuman adalah cara untuk menekan pelanggaran peraturan.
Pemberian hukuman ternyata juga dapat mendukung tercapainya
pelaksaan peraturan dalam mencegah perilaku menyimpang siswa.
Beberapa diantaranya yaitu: siswa yang tidak mengerjakan tugas
berkali-kali dihukum dengan meminta tanda tangan kepada semua
guru. Selain itu, respon guru yang tegas dalam menangani perilaku
menyimpang tersebut membuat siswa tidak lagi melakukan hal
yang sama.
2. Tata Tertib Kelas
Ditinjau dari bentuk katanya, tata tertib berasal dari dua kata yaitu
tata dan tertib yang keduanya mempunyai arti sendiri-sendiri. Tata
menurut kamus umum bahasa Indonesia diartikan aturan, sistem dan
susunan, sedangkan tertib mempunyai arti peraturan. Jadi tata tertib
menurut pengertian etimologi adalah sistem atau susunan peraturan
yang harus ditaati atau dipatuhi (Purwadarminta, 1976:1025). Dalam
buku “Pengantar Ilmu Pendidikan” Indrakusuma (2000 : 149), tata
tertib ialah sederetan peraturan-peraturan yang harus ditaati dalam
suatu situasi atau dalam suatu tata kehidupan. Tata tertib menurut
Langgulun (1986:70) adalah adanya susunan dan aturan dalam
hubungan sesuatu bagian dengan bagian yang lain. Menurut Mulyono
(2000:14) tata tertib adalah kumpulan aturan-aturan yang dibuat secara
tertulis dan mengikat anggota masyarakat. Memang benar adanya tata
tertib tidak hanya di sekolah saja melainkan juga di desa pun juga ada
tata tertibnya dan masih banyak lagi seperti lembaga-lembaga. Setiap
lembaga mempunyai tata tertib dan itu berbeda-beda, dengan adanya
tata tertib tujuan yang akan dicapai akan berjalan dengan baik. Lain
halnya lembaga yang tidak ada tata tertibnya mungkin lembaga itu
akan tidak aturan atau berantakan.
Tata tertib adalah serangkaian aturan yang harus ditaati oleh siswa
yang bertujuan untuk mengendalikan sikap. Sekolah perlu menetapkan
standar tertentu untuk mengatur dan membentuk kebiasaan positif
murid-murid yang ada di sekolah. Tata tertib adalah “suatu kondisi
yang dirancang untuk dapat mengatur dan mengendalikan sikap atau
tingkah laku individu atatu siswa-siswa di sekolah supaya tercipta
suasana aman dan tentram di sekolah tanpa adanya gangguan baik dari
dalam maupun dari luar” (Amin, 2015, hal. 58). Tata tertib digunakan
sebagai pedoman siswa untuk berperilaku. Terdapat langkah-langkah
menerapkan tata tertib yaitu : (a) menyusun tata tertib kelas bersama-
sama, (b) tata tertib merupakan undang-undang kelas yang harus
dipatuhi, (c) guru dapat memberikan pujian terhadap perilaku baik (d)
pemberian hukuman kepada yang melanggar tata tertib (Wiyani,
2014).
Tata tertib kelas itu adalah sebuah aturan yang wajib ditaati oleh
semua anggota kelas. Tata tertib tidak hanya perihal dari masuk tepat
waktu dan harus mengumpulkan pekerjaan rumah, akan tetapi tata
tertib juga menyangkut pakaian, rambut, sepatu dan masih banyak lagi.
Perhatikan contoh tata tertib siswa berikut ini :
a. Murid wajib datang ke sekolah 10 menit sebelum bel tanda
masuk berbunyi.
b. Murid wajib menggunakan seragam sekolah secara tertib,
bersih, dan rapi.
c. Murid berbaris rapi sebelum memasuki ruangan kelas.
d. Pelajaran diawali dan diakhiri dengan berdo’a.
e. Murid wajib menggunakan seragam olahraga saat pelajaran
pendidikan jasmani.
f. Murid wajib mengikuti upacara bendera di sekolah.
g. Murid yang tidak masuk sekolah wajib meminta dan menulis
surat izin.
h. Murid meninggalkan kelas harus dengan alasan yang jelas atau
izin dari guru wali kelas atau guru bidang studi.
Mutu pembelajaran ditentukan melalui sikap disiplin belajar siswa
untuk terciptanya kondisi belajar yang kondusif. Disiplin belajar
ditandai dengan keseriusan siswa mengikuti pembelajaran. Faktanya,
permasalahan disiplin adalah yang sering ditemui guru di lapangan.
Guru sebagai manajer kelas sangat mempengaruhi terbentuknya
disiplin belajar siswa, terkhusususnya di dalam tindakan dan ketegasan
guru dalam menjalankan tatta tertib kelas. Apabila siswa secara sadar
memahami bahwa tata tertib di susun untuk kebaikan dirinya sendiri
maka tata tertib akan menjadi hal biasa dan dapat membentuk self
discipline. Tata tertib harus menjadi acuan bagi siswa berlaku
semestinya. Karakter disiplin siswa memberikan pengaruh terhadap
proses pembelajaran. Peran guru di dalam melakukan pengelolaan
terkhususnya penggunaan tata tertib juga sangat penting di dalam
membentuk karakter disiplin siswa.
Penggunaan tata tertib di dalam kelas sangat diperlukan untuk
membentuk kedisiplinan siswa. Tata tertib bermanfaat karena menjadi
acuan bagi siswa untuk perilaku. Peraturan kelas adalah standar bagi
perilaku siswa untuk mencegah masalah manajemen (Jacobsen, Eggen,
& Kauchak, 2009). Tata tertib dapat digunakan untuk meminimalisir
pelanggaran di dalam kelas. Kelemahan dari tata tertib yaitu
membentuk sikap siswa menaati peraturan karena ada tuntutan
tertentu. Pembentukkan disiplin melalui tata tertib terkadang hanya
mendiktekan cara siswa untuk bersikap bukan bagaimana cara siswa
harus bekerja (Wong & Wong, 2009). Penggunaan tata tertib seperti
ini terkadang menyebabkan siswa tidak mengetahui alasan ia
berperilaku.
Penggunaan tata tertib perlu dimaksimalkan di dalam kelas sebagai
standar berperilaku siswa. Hal ini dikarenakan tata tertib memberikan
manfaat di dalam pembentukan disiplin belajar siswa yang dapat
dirasakan oleh guru ataupun murid. Murid akan bertumbuh di dalam
karakter yang positif dan ruangan pembelajaran akan cenderung
kondusif saat terdapat aktivitas kelas. Guru berperan penting di dalam
menanamkan makna dari tata tertib, agar tidak memberikan kesan
negatif sebagai suatu pemaksaan untuk berperilaku.
BAB IV
KESIMPULAN

Pengelolaan kelas meruapakan kemampuan dari seorang untuk


mengendalikan konidisi kelas yang kondusif dan sesuai dengan harpan dan
peraturan sistem pengajaraan yang baik. Dalam pengelolaan kelas seorang guru
atau pendidik harus mampu menguasi dan memahami apa itu tujuan berbagai
pendekatan dan juga prinsip-prinsip pengelolaan kelas. Dengan memahami cara
pengelolaan kelas maka diharapkan para peserta didik dapat maksimal menerima
ilmu yang di sampaikan oleh gurunya, dan guru diharapkan dapat maksimal
menyampaikan ilmu kepada anak didiknya. Untuk memperkecil masalah tersebut,
maka prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat di lakukan dengan :
1. Membina hubungan sekolah dengan masyarakat
2. Sumber pelanggaran disiplin
3. Peraturan dan tata tertib kelas
DAFTAR PUSTAKA

Munirwan, umar. 2016. Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat dalam

pendidikan. UIN ar-raniry banda aceh.

Nur Tanfidiyah. 2019. PENGEMBANGAN PERATURAN KELAS SEBAGAI

UPAYA KURATIF TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG SISWA

DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI KELAS IV MIN

YOGYAKARTA I. Jurnal Pendidikan(Online). https://www.jurnal.ar-

raniry.ac.id/index.php/Pionir/article/download/4591/3017. Di akses pada

hari Selasa, 17 Agustus 2021

Kurniawan, Wisnu Aditya. 2018. Budaya Tertib Di Sekolah (Penguatan

Pendidikan Karakter Siswa). Jawa Barat : CV Jejak.

Wandani, Riza Kristina & dkk. 2020. Wonderful Studies 2019 Antologi Esai

Karya Mahasiswa PGSD Universitas Kanjuruhan Malang. Yogyakarta :

Bintang Pustaka Madani.

Via, Iren & Padang, Ariani Tandi. 2021. Pentingnya Tata Tertib Dalam

Membentuk Disiplin Belajar Siswa SMP. Jurnal Kairos, Vol 1, No 1,

Januari.

Wibowo, S.A, Zulkifli, M, Anggawati, R.D. 2016. Target 99% Juara Kelas Plus

SD/SDIT/MI 1,2, & 3. Jakarta : WahyuQolbu.

Anda mungkin juga menyukai