D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Nama : Fatmawati
Nim : 1910125120037
Kelas : 3B PGSD
Mata Perkuliahan : IPA SD 3
Dosen Pengampu : Mursinah Annisa, S.SI., M.Pd / Tika Puspita
Widya Rini, M.Pd
SOAL UTS
Banyak penjual makanan yang tidak jujur dengan menambahkan bahan kimia
berbahaya di dalam makanannya. Makanan yang mengandung zat kimia berbahaya ini
dapat mempengaruhi kecerdasan anak, menyebabkan timbulnya berbagai macam
penyakit berbahaya seperti kanker. Oleh karena itu, sebaiknya kita sebagai konsumen
harus lebih hati-hati dalam memilih makanan yang sehat dan bergizi.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka saya ingin melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Zat Aditif Bagi Kesehatan”
B. BATASAN MASALAH
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah pada penelitian
saya adalah:
a. Masyarakat
Masyarakat sadar bahwa banyak makanan yang tidak sehat di luar sana. Makanan
yang banyak mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan tubuh dan menyebabkan
penyakit berbahaya.
b. Penulis
Mendapatkan ilmu dan pengalaman baru, besarnya pengaruh zat adtif bagi kesehatan
tubuh.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. TEORI 1
(Sajikan teori secara general dan keseluruhan yang disajikan
secara ringkas)
Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan zat aditif
makanan dalam kehidupannya sehari-hari. Secara ilmiah, zat aditif makanan di
definisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan
makanan untuk meningkatkan mutu. Disini zat aditif makanan sudah termasuk :
pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat,
pengental, dan anti gumpal.
Istilah zat aditif sendiri mulai familiar di tengah masyarakat Indonesia setelah merebak
kasus penggunaan formalin pada beberapa produk olahan pangan, tahu, ikan dan daging
yang terjadi pada beberapa bulan belakangan. Formalin sendiri digunakan sebagai zat
pengawet agar produk olahan tersebut tidak lekas busuk/terjauh dari mikroorganisme.
Penyalahgunaan formalin ini membuka kacamata masyarakat untuk bersifat proaktif
dalam memilah-milah mana zat aditif yang dapat dikonsumsi dan mana yang berbahaya.
zat aditif makanan adalah bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Zat aditif atau Bahan Tambahan Pangan (BPT)
didefinisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu proses
pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu, sifat, atau bentuk pangan (Permenkes
RI No 329/ Menkes/ PER/ XII/ 76 dalam Amalia, Rizky. 2016).
Jadi, zat aditif adalah bahan tambahan pada pangan yang ditambahkan baik dalam
pemrosesan, pengolahan, pengemasan atau penyimpanan makanan untuk meningkatkan
mutu, sifat, atau bentuk pangan. Di Indonesia pemakaian zat aditif diatur oleh
Departemen Kesehatan, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM).
Penggunaan zat aditif pada makanan dengan tujuan tertentu ini terikat pada norma-norma
yang harus dipatuhi, yang bersifat sebagai berikut :
tentang Pangan Bahan Tambahan Pangan adalah bahan atau campuran bahan yang secara
alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam
pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain pewarna, pengawet,
penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.
B. TEORI 2
(Sajikan teori secara khusus yang relevan dengan kajian
permasalahan anda)
Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan
dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk
memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, dan memperpanjang daya simpan.
Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan
kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin
rusak atau hilang selama proses pengolahan.
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang
selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek
samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi
yang makin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif
alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan memproduksi makanan
yang memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat
kimia yang kemudian direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan
beberapa efek samping misalnya: gatal-gatal, dan kanker.
2) Zat Antioksidan
11 jenis sayuran atau lalapan yang mengandung senyawa antioksidan alami yang
banyak dijumpai di sekitar kita atau mungkin bahkan kita telah menggunakannya dalam
menu makanan sehari-hari:
Tanaman berdaun kecil-kecil dan sering dijadikan pagar ini, selain bagus untuk
meningkatkan jumlah produksi ASI bagi ibu menyusui, ternyata juga
mengandung flavonoid tinggi, yaitu 831,70 miligram per 100 gram.
2. Kenikir (Cosmos caudatus)
Pohon yang memiliki bunga cantik berwarna-warni ini memiliki kandungan total
flavonoid 420,85 miligram per 100 gram dan total fenol 1225,88 miligram per
100 gram.
3. Kedondong cina (Polyscias pinnata)
Pohonnya sering dijadikan tabulampot karena mudah ditanam, cepat berbuah dan
bisa jadi penghias rumah. Daun kedondong juga sering direbus untuk dijadikan
lalapan teman nasi hangat dan sambal. Total flavonoid yang terkandung di
dalamnya adalah 358,17 miligram per 100 gram.
4. Beluntas (Pluchea indica)
Perdu yang sering dijadikan pagar hidup dan bahan jamu tradisional ini
mengandung fenol sebesar 1030,03 miligram per 100 gram. Selain itu, tanaman
ini sudah terkenal sebagai pengusir bau badan yang ampuh.
5. Mangkokan (Nothopanax scutellarium)
Selain dimasukkan ke dalam masakan, orang jaman dulu juga memanfaatkan
daun mangkokan untuk memperindah rambut perempuan. Namun ternyata,
tanaman perdu ini juga berguna sebagai antiopksidan alami karena memiliki
kandunngan fenol sebesar 669,30 miligram per 100 gram.
6. Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan)
Sering juga disebut honje, asam cekala, kincung, kantan atau siantan. Rasanya
sedikit asam namun segar. Sering digunakan dalam masakan, tanaman berbunga
merah dan cantik ini juga dapat menghilangkan bau badan, memperbanyak
produksi ASI dan pembersih darah kandungan. Antioksidan daunnya jauh lebih
tinggi dibandingkan di bunga dan rimpangnya, namun yang paling sering
dikonsumsi adalah bunganya, baik yang masih kuncup ataupun yang sudah
mekar.
7. Kemangi (Ocimum sanctum)
Tanaman perdu berbau wangi khas ini selain mengandung antioksidan, juga kaya
provitamin A. Setiap 100 g daun kemangi terkandung 5.000 SI vitamin A.
Kemangi termasuk sayuran yang banyak mengandung mineral kalsium dan
fosfor, yaitu sebanyak 45 dan 75 mg per 100 g daun kemangi. Kemangi
mengandung minyak atsiri yang dapat digunakan untuk mengusir nyamuk,
mengatasi gangguan pencernaan, gangguan kepala (sakit telinga, demam, saluran
hidung, migrain), gangguan otot (kejang-kejang atau kram), bahkan gangguan
saraf (kecemasan, depresi, histeria, lemah saraf, dan insomia).
Selain flavonoid, ginseng atau yang sering disebut som Jawa ini juga
mengandung saponin, dan tanin. Akar dan daunnya dipercaya dapat
meningkatkan stamina tubuh. Yang pasti bagian daun mengandung vitamin A
yang cukup tinggi, serat dan beragam mineral penting lainnya.
3) Zat Pewarna
1. Karoten(C40H56), menghasilkan warna jingga sampai merah. Biasanya digunakan untuk
mewarnai produk-produk minyak dan lemak, seperti minyak goreng dan margarin. Dapat
diperoleh dari wortel, papaya dsb.
2. Biksin, memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh dari biji pohon Bixa
orellana yang terdapat di daerah tropis dan sering digunakan untuk mewarnai mentega,
margarin, dan minyak jagung.
3. Karamel, berwarna coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis (pemecahan)
karbohidrat,gula pasir,laktosa dan sirup malt. Karamel terdiri dari 3 jenis, yaitu karamel
tahan asam yang sering digunakan untuk minuman berkarbonat, karamel cair untuk roti
dan biskuit, serta karamel kering. Gula kelapa yang selain berfungsi sebagai pemanis,
juga memberikan warna merah kecoklatan pada minuman es kelapa ataupun es cendol.
4. Klorofil, menghasilkan warna hijau, diperoleh dari daun. Banyak digunakan untuk
makanan.Saat ini bahkan mulai digunakan pada berbagai produk kesehatan.Pigmen
klorofil banyak terdapat pada dedaunan (misal daun suji, pandan, katuk dan sebaginya).
Daun suji, daun pandan, dan daun katuk sebagai penghasil warna hijau untuk berbagai
jenis kue jajanan pasar. Selain menghasilkan warna hijau yang cantik, juga memiliki
harum yang khas.
5. Antosianin, penyebab warna merah, oranye, ungu dan biru banyak terdapat pada bunga
dan buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air,kembang sepatu, bunga tasbih/kana,
krisan, pelargonium, aster cina, dan buah apel,chery, anggur, strawberi, juga terdapat
pada buah manggis dan umbi ubi jalar. Bunga telang, menghasilkan warna biru
keunguan. Bunga belimbing sayur menghasilkan warna merah. Penggunaan zat pewarna
alami, misalnya pigmen antosianin masih terbatas pada beberapa produk makanan,
seperti produk minuman (sari buah, juice dan susu).
5) Zat Pemanis
Merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari bahan-bahan nabati
maupun hewani.
1. Gula Tebu
Mengandung zat pemanis fruktosa yang merupakan salah satu jenis glukosa. Gula
tebu atau gula pasir yang diperoleh dari tanaman tebu merupakan pemanis yang paling
banyak digunakan. Selain memberi rasa manis, gula tebu juga bersifat mengawetkan.
2. Gula Merah
Merupakan pemanis dengan warna coklat. Gula merah merupakan pemanis kedua
yang banyak digunakan setelah gula pasir. Kebanyakan gula jenis ini digunakan untuk
makanan tradisional, misalnya pada bubur dodol dan lain-lain.
3. Madu
Merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pemanis. Selain itu kayu manis
juga berfungsi sebagai pengawet (Anonim, 1992).
B. Zat Aditif Buatan (Sintetik)
a) Zat Pengawet
Pengawet buatan ini ada berbagai macam, antara lain:
1. Asam asetat
Asam asetat dikenal di kalangan masyarakat sebagai asam cuka. Bahan ini menghasilkan
rasa masam dan jika jumlahnya terlalu banyak akan mengganggu selera karena bahan ini
sama dengan sebagian isi dari air keringat kita. Asam asetat sering dipakai sebagai
pelengkap ketika makan acar, mi ayam, bakso, atau soto. Asam asetat mempunyai sifat
antimikroba. Makanan yang memakai pengawet asam cuka antara lain acar, saos tomat,
dan saus cabai.
2. Benzoat
Benzoat banyak ditemukan dalam bentuk asam benzoat maupun natrium benzoat
(garamnya). Berbagai jenis soft drink (minuman ringan), sari buah, nata de coco, kecap,
saus, selai, dan agar-agar diawetkan dengan menggunakan bahan jenis ini.
3. Sulfit
Bahan ini biasa dijumpai dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit. Potongan
kentang, sari nanas, dan udang beku biasa diawetkan dengan menggunakan bahan ini.
4. Propil galat
Digunakan dalam produk makanan yang mengandung minyak atau lemak dan permen
karet serta untuk memperlambat ketengikan pada sosis. Propil galat juga dapat
digunakan sebagai antioksidan. e. Propianat Jenis bahan pengawet propianat yang sering
digunakan adalah asam propianat dan garam kalium atau natrium propianat. Propianat
selain menghambat kapang juga dapat menghambat pertumbuhan bacillus mesentericus
yang menyebabkan kerusakan bahan makanan. Bahan pengawetan produk roti dan keju
biasanya menggunakan bahan ini.
5. Garam nitrit.
Garam nitrit biasanya dalam bentuk kalium atau natrium nitrit. Bahan ini terutama sekali
digunakan sebagai bahan pengawet keju, ikan, daging, dan juga daging olahan seperti
sosis, atau kornet, serta makanan kering seperti kue kering. Perkembangan mikroba
dapat dihambat dengan adanya nitrit ini. Misalnya, pertumbuhan clostridia di dalam
daging yang dapat membusukkan daging.
6. Sorbat
Sorbat yang terdapat di pasar ada dalam bentuk asam atau garam sorbat. Sorbat sering
digunakan dalam pengawetan margarin, sari buah, keju, anggur, dan acar. Asam sorbat
sangat efektif dalam menekan pertumbuhan kapang dan tidak memengaruhi cita rasa
makanan pada tingkat yang diperbolehkan.
b) Zat Antioksidan
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat oksidasi. Contohnya :
• Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada daging
olahan, kaldu, dan buah kalangan.
• Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan
• Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarine dan
mentega.
3. Pengatur keasaman
Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman
makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat, ammonium bikarbonat, asam
klorida, asam laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat
4. Anti kempal.
Zat aditif ini dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk.
Contoh: aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja).
5. Pengeras
Zat aditif ini dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan.
Contoh: aluminium amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan kalium glukonat
(pada buah kalangan).
6. Sekuestran
Adalah bahan yang mengikat ion logam yang ada dalam makanan.
Contoh: asam fosfat (pada lemak dan minyak makan), kalium sitrat (dalam es krim),
kalsium dinatrium EDTA dan dinatrium EDTA.
7. Penambah gizi
Zat aditif yang ditambahkan adalah asam amino, mineral, atau vitamin untuk
memperbaiki gizi makanan. Contohnya: Asam askorbat, feri fosfat, vitamin A, dan
vitamin D.
c) Zat Pewarna
Zat pewarna adalah bahan yang dapat memberi warna pada makanan, sehingga
makanan tersebut lebih menarik. Tartrazin adalah pewarna makanan buatan yang
mempunyai banyak macam pilihan warna, diantaranya Tartrazin CI 19140. Contoh
pewarna sintetik: biru berlian (biru), coklat HT (coklat), eritrosit (merah) dan hijau FCF
(hijau).
e) Zat Pemanis
a. Aspartam
Aspartame adalah peptide yang mengandung asam amino fenilanin dan asam
aspartat dengan gugus metal ester pada fenilalanin. Aspartam masuk secara
normal dalam proses metabolisme. Secara fisik aspartame sebagaianbesar
berbentuk serbeuk putih.Larut kedalam air dan lebih larut dalam asam
dibandingkan dalam larutan minyak dan lemak .Lebih larut dalam suhu panas
dari pada suhu dingi.Intensitas kemanisan 180 – 200 kali sukrosa.Mudah
terhidrolisis pada suhu tinggi, sehingga rasa manisnya akan berkurang. Batas
konsumsi perhari yang aman atau (ADI) adalah 2,5mg/kg bb.
b. Sakarin
Sakarin berupa Ca atau Na-sakarin merupakan pemanis buatan yang paling lama
dikenal, sakarin merupakan senyawa benzosulfinida atau O-sulfobenzimida
dengan rumus molekul C7H5NO3S.Na-sakarin diserap kedalam tubuh dan tidak
mengalami metabolisme sehingga dikeluarkan melalui urin tanpa
perubahan.Sakarin tidak stabil jika dipanaskan dan pada konsentrasi tinggi
sakarin mempunyai afterfaste pahit.Intensitas kemanisa sakarin 200-700 kali
gula.Batas konsumsi perhari yang aman atau (ADI) adalah 2,5mg/kg bb.
c. Siklamat
Mempunyai rumus molekul C6 H11 NHSO3Na. Siklamat biasanya biasa dipakai
dalam bentuk garam natrium dan asam siklamat.Tahan panas serta mudah larut
dalam air.Stabil pada kisaran yang luas baik dalam temperature maupun Ph.
Digunakan sebagai pemanis bagi penyandang DM, dalam perdagangan dikenal
sebagai sucaryi dan saccoit.Pada konsentrasi rendah dapat menutupi kegetiran
dari beberapa buah-buahan.Intensitas kemanisanya 30-80 kali gula dan tidak
memberikan after tante.Konsumsi perhari yang aman (ADI) dari siklamat adalah
0-1 1mg/kg bb.
d. Sorbitol
Sorbotil merupakan alcohol polihidrik degan rumus molekul C 6H11O6.Banyak
ditemukan pada ganggang laut serta biah-buahan. Mempunyai sifat larut dalam
air dan tidak mudah dimetabolisme oleh mikroorganisme.Fungsinya sebagai
humektan zat teksturizing pun tak terbantahkan.Mempunyai bertahan pada
temperature tinggi dan ikut serta dalam reaksi mailllard.Intensitas kemanisan 0,6
kali gula dam memberi energy 3,994 kalori/gram.
e. Acefulfamk
Merupakan kristal putih mempunyai sifat hidroskopis stabil dalam suhu kamar
dan larut dalam air. Tidak mengalami metabolisme didalam tubuh sehingga dapat
diekskresikan keluar tubuh bersama urine dengan sempurna.Bebas dari sifat
karsinogenik dan tidak meniggalkan rasa pahit.Intensitas kemanisan 200 kali
sukrosa.
f. Xylitol
Merupakan bentuk alcohol pentahidrat dari xylon atau disebut juga gula alcohol
dan mempunyai rumus kimia C6H7(OH)5. Berbentuk serbuk, berwarna putih, dan
tidak berbau.Xylitol tersa dingin apabila mencair dalam mulut dan stabil terhadap
udara dan panas, hanya Titik lelehnya rendah (94 derajat celcius), sehingga sering
digunakan dalam produksi sifat larut dalam air dan sulit difermentasikan oleh
khamir dan kurang baik oleh mikroorganisme umurnya. Intensitas kemanisannya
0,7 kali gula sehingga pemberiannya dibatasi antara 30-50 g/ hari.
g. Erithol
Merupakan anggota kelompok polyol terbaru.Berbentuk keristal bubuk, berwarna
putih,non-higroskopis, serta mempunyai tingkat kelarutan yangbaik dalam air.
Stabil dalam temperature tinggi dan mempunyai efek dingin yang sedang
dimulut. Intesitas kemanisanya 2 kali gula.
h. Laktisol
Mampu menutupi rasa pasca mengkonsumsi (aftertaste) yang tidak
dikehendaki.Bersifat non-higroskpik,satabil pada temperature tinggi saat proses
pengolahan makanan. Laktisol tidak menyentuh usus besar dan dapat digunakan
sebagai sumber energi bagi mikroflora intestinal.Intensitas kemanisannya 0,4 kali
gula.
i. Maltitol
Merupakan tepung dengan kristal putih yang sidat kemanisannya mirip dengan
gula. Secara subtansial non-higroskopik dan thermosstabil.Tidak menunjukan
adanya efek pendinginan dan dapat digunakan untuk menggantkan
lemak.Intensitas kemanisanya 0.5 kali gula.
j. Manitol
Sifatnya non-higroskopik.Adakah digunakan sebagai platicier untuk membantu
memperbaiki tekstur yang lembut dari gum. Mempunyai titik leleh yang tinggi
(165°-169°C).Funginya sebagai bahan pengisi dalam tablet kunyah atau hisap.
Intensitas kemanisannya 0,7 kali gula.
C. TEORI 3
(sajikan informasi yang terkait langsung dengan kajian
permaslaahn anda)
Pengaruh zat aditif pada makanan bagi kesehatan, terutama zat aditif sintetis, sebagai
berikut:
A. Pewarna
2. Penggunaan zat pewarna dengan dosis terlalu tinggi dapat menyebabkan diare.
B. Pemanis
4. Mutagenik
C. Pengawet
Belakangan ini, di kapung tempat saya tinggal diramaikan oleh berita mengenai
penggunaan formalin (pengawet mayat) pada mie basah. Pengawet yang bukan
merupakan pengawet khusus untuk makanan tentu memiliki efek samping yang cukup
besar terhadap kesehatan. Begitu juga dengan penggunaan pengawet sintetis secara
berlebihan.
Penyedap rasa yang paling sering digunakan oleh masyarakat pada umumnya adalah
mono-natrium dan monosodium glutamate (vetsin). Namun, jenis penyedap ini pula lah
yang memiliki dampak yang cukup serius bagi kesehatan tubuh.
E. Anti-oksidan
Penggunaan BHA dan BHT dapat menyebabkan kelainan kromosom pada orang
yang alergi terhadap aspirin. Selain itu, penggunaan BHA jug adapt menyebabkan
penyakit hati dan memicu kanker.
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
A. LOKASI RISET
B. WAKTU DAN TEMPAT RISET
C. METODE PEMECAHAN MASALAH
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang saya lakukan, saya menyimpulkan sekarang banyak
penjual makanan yang curang dengan menambahkan zat kimia berbahaya di
dalam makanannya. Bahan-bahan zat kimia berbahaya yang sering digunakan
adalah :
Penggunaaan zat aditif pada makanan sering kali menimbulkan berbagai dampak
negatif. Dampak yang paling sering muncul adalah dari penggunaan bahan aditif
sintetik karena menggunakan bahan kimia hasil olahan industri. Dari berbagai
dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan bahan aditif, kita perlu berhati –
hati dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif. Beberapa upaya
yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan zat aditif
makanan adalah sebagai berikut.
b) Teliti memilih makanan yang mengandung zat aditif dengan memeriksa
kemasan, karat atau cacat lainnya.
c) Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari
warna aslinya. Biasanya makanan yang mencolok warnanya mengandung pewarna
tekstil.
d) Cicipi rasa makanan tersebut. Lidah juga cukup jeli membedakan mana
makanan yang aman dan mana yang tidak. Makanan yang tidak aman umumnya
berasa tajam, misalnya sangat gurih dan membuat lidah bergetar. Biasanya makanan-
makanan seperti itu mengandung penyedap rasa dan penambah aroma berlebih.
e) Memilih sendiri zat aditif yang akan digunakan sebagai bahan makanan.
g) Perhatikan kualitas makanan dan tanggal produksi dan serta kadaluarsa yang
terdapat pada kemasan makanan yang akan dikonsumsi.
h) Baui juga aromanya. Bau apek atau tengik menandakan bahwa makanan
tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.
i) Amati komposisi serta bahan – bahan kimia yang terkandung dalam makanan
dengan cara membaca komposisi bahan pada kemasan.
A. KESIMPULAN
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses
produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksu d tertentu. Zat aditif pada
makanan terbagi 2 yaitu alami dan buatan. Zat aditif alami contohnya seperti:
gula, garam, madu, daun pandan, lada, wortel, dsb. Sedangkan zat aditif buatan
contohnya seperti : rhodamin B (pewarna), MSG, Natrium Benzoat, vetsin,
tartrazine, aspartam, dan masih banyak lagi. Zat aditif ini apabila digunakan pada
makanan akan menyebabkan mual-mual, kanker, dan penyakit bahaya lainnya.
B. SARAN
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses
produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Zat aditif pada
makanan terbagi 2 yaitu alami dan buatan. Zat aditif alami contohnya seperti:
gula, garam, madu, daun pandan, lada, wortel, dsb. Sedangkan zat aditif buatan
contohnya seperti : rhodamin B (pewarna), MSG, Natrium Benzoat, vetsin,
tartrazine, aspartam, dan masih banyak lagi. Zat aditif ini apabila digunakan pada
makanan akan menyebabkan mual-mual, kanker, dan penyakit bahaya lainnya.
C. KETERBATASAN
D. UCAPAN TERIMA KASIH
E. KESAN DAN PESAN TERHADAP PEMBELAJARAN
REFRENSI (DAFTAR PUSTAKA)
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Rizky. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Android Materi Zat
Aditif Dan Zat Adiktif Untuk Tingkat Smp Kelas VIII. Malang : FMIPA UM
Falahudin, Irham. 2016. Uji Kandungan Siklamat Pada Legen Jamu Gendong Di
Kelurahan Sekip Jaya Palembang. Jurnal Biota. Vol (2:141)
Hernawan, Edi, dkk. 2016. Analisis Zat Aditif Rhodamin B Dan Methanyl Yellow Pada
Makananyang Dijual Di Pasaran Kota Tasikmalaya, Jurnal Kesehatan, Vol (17 : 16)
Sari Dwi, Nikita. 2017. Pengembangan Mini Ensiklopedia Food Additives Antioksidan
Dan Pemanis. Malang : FMIPA UM
Siswanti Lena, Kirara. 2017. Pengembangan Bahan Ajar Ipa Terpadu Dengan Model
Pembelajaran Problem Base Learning (PBL) Pada Materi Zat Aditif Dan Zat Adiktif
Untuk Siswa SMP/Mts Kelas VIII. Malang : FMIPA UM
Peraturan Kepala BPOM RI No.38 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan
Bahan Tambahan Pangan Antioksidan
Ramlawati, dkk. 2017. Sumber Belajar Penunjang PLPG Mata Pelajaran IPA BAB IX
Zat Aditif dan Adiktif Serta Sifat Bahan dan Pemanfaatannya. Jakarta : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Ranny Yulia Effendi, S. Ranny Yulia., Fardian,Nur., Maulina, Fury. 2016. Uji Kualitatif
dan Kuantitatif Kandungan Pemanis Buatan Siklamat pada Selai Roti di Kota
Lhokseumawe Tahun 2016. Dari:
ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/article/download/453/376
Putra, Ilham Rizka., Asterina., Isrona, Laila. 2014. Gambaran Zat Pewarna Merah pada
Saus Cabai yang Terdapat pada Jajanan yang Dijual di Sekolah Dasar Negeri
Kecamatan Padang Utara. Dari: jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/108