Anda di halaman 1dari 10

GREEN MARKETING

“Product Policy”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Green Marketing pada Program Studi
Manajemen Pemasaran Industri Elektronika Program Diploma 3 Manajemen Pemasaran
Inndustri Elektronika

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. Azizah Nur Siregar (200303351)


2. David Rafendra (200303357)
3. M. Syahrul Fazri (200303388)
4. Nurhasanah Supenti (200303450)
5. Zahrotul Jannah (200303468)
6. Yosi Yusnita (200303435)

Kelas : MPIE 5B

MANAJEMEN PEMASARAN INDUSTRI ELEKTRONIKA


POLITEKNIK NEGERI APP JAKARTA
KEMETERIAN PERINDUSTRIAN
2022
1. Pengertian Product Policy
Kebijakan dapat diartikan sebagai pedoman umum yang berkaitan dengan suatu
hal tertentu. Dengan demikian, kebijakan Produk adalah pedoman umum yang
dirumuskan oleh manajemen puncak perusahaan sehubungan dengan perencanaan dan
pengembangan produk. Oleh karena itu, kebijakan produk dapat diistilahkan sebagai
perencanaan dan pengelolaan bauran produk jangka panjang oleh perusahaan
pemasaran untuk mencapai kepuasan konsumen yang maksimal.
2. Pengertian Pengembangan produk
Strategi dan proses yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengembangkan
produk, memperbaiki produk lama atau memperbanyak kegunaan produk ke segmen
pasar yang ada dengan asumsi pelanggan menginginkan unsur-unsur baru mengenai
produk.
Pengembangan produk adalah proses perubahan yang dilakukan terhadap
produk yang sudah ada sekaligus proses pencarian inovasi untuk menambah nilai
terhadap barang lama dengan mengkonversikannya ke dalam produk tersebut. Dengan
adanya pengembangan produk berarti perusahaan sudah memahami tentang kebutuhan
dan keinginan pasar. Berikut definisi dan pengertian pengembangan produk dari para
ahli :
Menurut Kotler dan Amstrong (2008), pengembangan produk strategi untuk
pertumbuhan perusahaan dengan menawarkan produk memodifikasi atau produk baru
ke segmen pasar yang ada sekarang pengembangan konsep produk menjadi produk
fisik dalam upaya memastikan bahwa ide produk bisa diubah menjadi produk yang
bisa diwujudkan secara efektif.

3. Strategi Pengembangan dapat dilihat dari Aspek


a) Dasar 3R
Metode 3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle merupakan salah satu cara terbaik
dalam mengelola dan menangani sampah plastik dengan berbagai jenisnya.
Penerapan sistem ini juga sangat baik untuk mengelola sampah dari berbagai jenis
plastik dari yang aman hingga beracun.

Pengelolaan sampah dengan sistem 3R mampu dilakukan oleh hampir semua


orang serta tidak jarang hal-hal yang diproduksi mampu menghasilkan nilai
ekonomis.
1. Reduce
Reduce sendiri memiliki arti mengurangi sampah. Maksud dari langkah
ini adalah mengurangi penggunaan produk yang nantinya berpotensi menjadi
sampah.
Langkah ini bisa dilakukan dan diterapkan untuk sampah atau produk
sekali pakai, seperti kantong plastik belanja yang sudah dilarang di berbagai
lokasi seperti DKI Jakarta. Produk yang jadi target utama untuk reduce adalah
produk berbahan plastik.
Tahap ini juga menjadi yang pertama sekaligus prioritas karena bila
pengurangan produk sampah sekali pakai, maka tidak perlu ke tahap berikutnya
yaitu reuse dan recycle.
Penggunaan barang yang sulit didaur ulang juga akan menjadi masalah
baru, maka tidak heran bila reduce sangat digadang-gadang sebagai langkah
awal yang tepat.

Contoh dari penerapan langkah reduce adalah membawa botol minum atau alat
makan sendiri sehingga tidak perlu menggunakan berbagai alat makan dan
minum sekali pakai.

2. Reuse
Langkah atau tahap kedua adalah Reuse yang berarti menggunakan
kembali. Tahap ini mengajak untuk menggunakan kembali produk yang sudah
terpakai. Dengan menggunakannya kembali maka sampah yang timbul dari
produk-produk tersebut dapat berkurang.
Salah satu cara atau langkahnya adalah penggunaan botol bekas air
minum sebagai pot tanaman kecil. Atau penggunaan kaleng biskuit hingga
snack sebagai kotak penyimpanan di rumah.
Langkah lain dari reuse adalah menggunakan botol sabun mandi atau
shampoo dan mengisinya dengan membeli produk isi ulang.
Dengan metode reuse, tentu penyebaran sampah plastik yang sudah
dibeli dapat dikurangi dan dimanfaatkan kembali seperti sedia kala.
3. Recycle
Tahap terakhir dari konsep 3R adalah Recycle yang berarti mendaur
ulang. Langkah ini paling banyak dilakukan mengingat sudah banyaknya
sampah yang tersebar di berbagai lokasi seperti laut, tanah, dan udara.

Produk bekas atau daur ulang sendiri sebenarnya lebih fleksibel, bahkan
kerap memiliki nilai ekonomis. Pemanfaatan sampah yang tidak terpakai hingga
memiliki nilai tanpa mencemari lingkungan mampu mengurangi penyebaran
sampah plastik secara drastis.

Adapun produk yang didaur ulang memiliki desain yang unik dan sangat
berbeda dengan jenis produk baru, bahkan beberapa pihak membuat aksesoris
dari alat daur ulang yang dapat bermanfaat untuk mendongkrak ekonomi
lingkungan sekitar seperti lingkungan RT atau RW.
Tanggung jawab dalam melakukan konsep 3R juga bisa dilakukan oleh
pihak perusahaan, bagaimana cara melakukannya dan contoh apa yang dapat
diterapkan oleh perusahaan lain?

Langkah 3R dari Pihak Perusahaan

Perusahaan bisa mengambil peran langsung dalam mengurangi sampah plastik,


termasuk para produsen yang menghasilkan kemasan makanan dan minuman.
Dalam penanganan sampah plastik memang andil banyak pihak, termasuk
perusahaan.

Salah satu perusahaan yang aktif melakukan langkah 3R adalah AQUA.


Komitmen AQUA dalam mengelola sampah botol plastik ditegaskan dengan
peluncuran kampanye #BijakBerplastik pada 5 Juni 2018.

Sejak saat itu, AQUA menjalankan tiga kegiatan utama dalam pengelolaan
sampah botol plastik, yakni Pengumpulan, Edukasi dan Inovasi.

Pada tahun 2025 AQUA berkomitmen untuk menggunakan 100% bahan daur
ulang, bahan yang dipakai ulang dan atau bahan kemasan yang terurai dalam tanah.
Saat ini kemasan botol AQUA sudah mengandung bahan daur ulang sampai dengan
25% dan mereka akan meningkatkannya menjadi rata-rata 50% pada 2025.

Mulai peranmu dalam menjaga lingkungan sekarang, daur ulang sampah plastik
dengan gerakan #BijakBerplastik bersama AQUA!

b) Hemat Energi
Hemat Energi adalah tindakan mengurangi jumlah penggunaan energi dengan
cara menggunakan energi secara efisien di mana manfaat yang sama diperoleh
denga menggunakan energi lebih sedikit.

Penerapan produk hemat energi


Kriteria produk hemat energi yaitu produk yang berkontribusi pada ketahanan
energi dan juga lingkungan yang lebih baik. Selain itu, energi efisien dengan kata
lain biaya energinya juga hemat. Hemat energi hemat biaya.
Label Hemat Energi merupakan solusi cerdas bagi masyarakat dalam
melakukan penggunaan energi, produk berlabel hemat energi tidak hanya
menghemat biaya listrik per bulan, tetapi juga bersifat ramah pada lingkungan.
Pemerintah memandang semakin pentingnya penerapan Standar Kinerja Energi
Minimum (SKEM) dan pencantuman label tanda hemat energi pada peralatan atau
piranti yang digunakan oleh masyarakat. SKEM merupakan spesifikasi yang
memuat sejumlah persyaratan kinerja energi minimum pada kondisi tertentu yang
secara efektif dimaksudkan untuk membatasi jumlah konsumsi energi maksimum
dari produk pemanfaat energi yang diijinkan. Sebagai contoh rice cooker yang
diatas 50 watt dilarang di indonesia, dan dilanjutkan dengan pegujian-pengujian
dengan stakeholder.
Tujuan penerapan SKEM dan label tanda hemat energi ini adalah melindungi
dan memberikan informasi kepada konsumen dalam pemilihan peralatan rumah
tangga yang hemat energi dan efisien, serta mencegah produk peralatan rumah
tangga yang tidak efisien masuk ke pasar Indonesia
Manfaat penerapan Produk Hemat Energi
Penerapan SKEM dan label tanda hemat energi ini pun juga memberikan manfaat
bagi masyarakat sebagai konsumen yaitu peluang untuk menghemat biaya listrik
karena konsumsi energi peralatan rumah tangganya lebih efisien. Label hemat
energi di Indonesia saat ini masih bintang 4 dan sedang diupayakan untuk dapat
setara dengan label hemat energi di luar negeri yang minimal bintang 5.

Ciri – ciri label hemat energi yang asli


• Tebal Garis : 0,5 Warna: PANTONE 485 C
• Tebal garis : 1 mm Warna: PANTONE Process Black C
• Pita hijau Warna: PANTONE 377 C
• Tanda bintang Warna: PANTONE Process Yellow C
• Atmosfer Bumi Warna: PANTONE 7464 C
• Bumi Warna: PANTONE 3005 C
• Pulau Indonesia Warna: PANTONE Process Yellow C
• Tebal Garis : 0,3 mm Warna: PANTONE 377 C
• Tebal Garis : 0,2 mm Warna: PANTONE Process Black C

Produk Hemat Energi


Teknologi nanoe™ X dengan manfaat radikal hidroksil secara efektif menghambat
polutan yang menempel di udara sekaligus mengurangi bau yang sering ditemui
untuk udara bersih dan segar. mode nanoe™ dapat AKTIF secara independen
(tanpa operasi pendinginan) dengan konsumsi energi rendah pada 25/jam.

c) Back To Nature
“Back to nature” merupakan slogan atau ajakan, atau renungan untuk
menjaga alam, tubuh dan apa saja yang merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Atau
bisa disebut juga Back to Nature adalah sebuah gaya hidup seseorang untuk kembali
memanfaatkan dan menjaga kekayaan alam dengan semaksimal mungkin.
Slogan itu juga mengajak agar manusia dapat memanfaatkan alam secara
bijaksana, merawatnya, memeliharanya dari kerusakan, dan mempertahankannya
demi kemaslahatan manusia itu sendiri, yang manfaatnya kembali kepada manusia
dan anak cucunya di masa yang akan datang.
Back to nature dapat diartikan secara luas dari berbagai segi kehidupan kita.
Back to nature dalam pokok bahasan sandang. Misalnya kembali menggunakan
bahan alami dalam proses pembuatan pakaian seperti pemakaian serat tumbuhan
dan serat hewan untuk membuat kain, tujuannya yaitu agar saat pakaian sudah tidak
dapat lagi dipakai dan dibuang maka dapat dengan cepat diuraikan oleh alam
sehingga tidak menjadi polusi bagi tanah.
Back to nature dalam pokok bahasan pangan misalnya kembali
mengkonsumsi tanaman dan ternak yang diberi makan secara alami atau biasa
disebut tanaman organic, tujuannya yaitu bahan makanan yang kita konsumsi akan
lebih sehat dan kaya akan gizi.

d) Emisi
Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap(ICCSR)(2010)menyebutkanada
3 (tiga) strategi utama yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca disektor
transportasi. Strategi-strategi ini bisa dikombinasikan untuk mendapatkan
sejumlah perbaikan dan manfaat bersama.
3 (tiga) strategi utama yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dari lalu
lintas kendaraan adalah sebagai berikut:
1) Avoid (hindari), yaitu hindari atau kurangi perjalanan atau
kebutuhan untuk perjalanan;
2) Shift (alihkan), yaitu beralih ke moda transportasi yang lebih ramah
lingkungan; dan
3) Improve (tingkatkan), yaitu meningkatkan efisiensi energi dari moda
transportasi dan teknologi kendaraan.

Keaktifan pemerintah daerah dalam mendukung terlaksananya program


transportasi massal yang sesuai denganPeraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun
2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Kaca, sehingga
pemerintah pusat juga berkewajiban membantu pengembangan transportasi
massalini. Tak kalah penting dalam pengembangan transportasi massal adalah
menjaga kualitas pelayanan angkutan umum.Oleh karena itukondisifisik
kendaraan angkutan serta sarana dan prasarana pendukung harus dijaga agar
selaluberada dalam kondisi yang memenuhi standar persyaratan teknis dan
layak jalan. Standar pelayanan angkutan umum mengacu kepada Peraturan
Menteri Perhubungan RI, No. 10 tahun 2012 tentang standar pelayanan minimal
angkutan massal berbasis jalan.
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK PADA EMISI YANG DIMANA
MEMANFAATKAN PERALIHAN DARI BBM KE BBG
Data dari Departemen Perhubungan, polusi CO2 yang dihasilkan pada tahun
2003 dari sistem transportasi sebesar 168 juta ton, jika sejalan dengan
bertambahnya kendaraan pada tahun 2007 menjadi sekitar 324 juta ton.
Perkembangan pencemaran lingkungan tersebut memberikan dampak yang tidak
baik bagi kesehatan penduduk. Sektor penyumbang emisi terbesar adalah sektor
pembangkit listrik dan transportasi, sehingga diperlukan penanganan khusus.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya pada pertemuan negara-
negara berkembang (Group of 77), berjanji akan mengurangi emisi sebesar 26%
pada tahun 2020. Untuk tindak lanjut dari pidato Presiden tersebut perlu kejelasan
pembagian kontribusi pengurangan emisi disetiap sektor. Dari sektor transportasi
sumber masalah emisi adalah bahan bakarnya, BBM yang digunakan menghasilkan
polusi yang besar. Untuk itulah perlu adanya penggantian bahan bakar yang ramah
lingkungan, salah satunya adalah BBG (bahan bakar gas). Gas yang dimaksud di
sini adalah compressed natural gas (CNG). CNG dipilih karena cadangannya yang
masih sangat banyak seperti yang diutarakan dalam MP3EI (Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Indonesia) dengan cadangan gas alam sekitar 165
TCF, sehingga tidak perlu mengimpor. Jika menggunakan LPG maka kita harus
mengimpor dari luar karena kebutuhan dalam negeri lebih besar dari keperluan dan
tentu saja akan membebani pemerintah.
Gas yang lain yang bisa digunakan sebagai bahan bakar adalah hidrogen,
tetapi hidrogen ini teknologinya masih sangat rumit dan perlu waktu yang lama
untuk mengembangkannya. Selain karena cadangan dari gas masih cukup banyak
dan harganya yang lebih murah dibandingkan dengan BBM, yaitu 2/3 dari harga
bensin subsidi (premium) atau sekitar 1/3 dari premium non subsidi. Kalau
dibandingkan dengan Negara-negara yang populasi NGV nya berkembang sangat
pesat, harga BBG di Indonesia jauh lebih mahal. Dilihat dari cadangan gas yang
banyak dan harganya yang murah, polusi yang dihasilkan oleh CNG lebih kecil
dibandingkan dengan bensin dan LPG. Maka alternative untuk menggunakan BBG
sebagai pengganti BBM merupakan salah satu pilihan yang perlu dilaksanakan oleh
pemerintah.
Secara lebih rinci manfaat konversi BBM ke BBG dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Mengurangi penggunaan BBM dan subsidi
Dengan mengkonversi bahan bakar kendaraan dari BBM ke BBG, akan
mengurangi pemakaian BBM yang berarti mengurangi impor minyak dan tentu
saja subsidi yang dialokasikan pemerintah untuk BBM menjadi berkurang.
2. Mengurangi pencemaran lingkungan
Bahan bakar gas emisinya sangat kecil dibanding dengan bensin, penggunaan
BBG dapat mengurangi emisi CO sebesar 95%, emisi CO2 sebesar 25%, emisi
HC sebesar 80%, dan emisi NOx sebesar 30%. Hal ini akan berdampak positif
bagi lingkungan karena ikut serta dalam pengurangan pemanasan global.
3. Peluang usaha
Apabila konversi dari BBM ke BBG ini berjalan dengan lancar maka industry
dari hulu ke hilir termasuk industri konversi di dalam negeri akan semakin
berkembang. Hal tersebut secara otomatis akan berdampak positif bagi
penyerapan tenaga kerja di dalam negeri.
4. Bagi pemakai
Bagi pengguna kendaraan berbahan bakar gas (NGV/natural gas vehicle) akan
menghemat pengeluaran pembelian bahan bakar karena harga BBG jauh lebih
murah dibandingkan harga BBM. Selain itu, pengguna NGV juga menghemat
pengeluaran untuk perawatan kendaraan karena BBG tidak menghasilkan kerak
pada mesin dan busi lebih bersih dan tahan lama, serta knalpot dan peredam
suara umurnya lebih panjang

Anda mungkin juga menyukai