Anda di halaman 1dari 22

KOMANDO DAERAH MILITER V/BRAWIJAYA

ZENI

SURAT PERJANJIAN
KONTRAK GABUNGAN LUMSUM & HARGA SATUAN
Nomor SP/............................../I/2023
Nomor ………………………/I/2023

ANTARA

ZIDAM V/BRAWIJAYA

DAN

.........................................

UNTUK

MELAKSANAKAN PENYEDIAAN JASA KONSTRUKSI


PEKERJAAN ………………………………… TA 2023

SURAT PERJANJIAN ini berikut semua lampirannya adalah Kontrak Kerja Konstruksi
Gabungan Lumsum & Harga Satuan yang selanjutnya disebut “Kontrak” dibuat dan
ditandatangani di Surabaya pada hari ……….., tanggal …………… bulan ……….. tahun
dua ribu dua puluh dua (…………..-2023), berdasarkan Surat Penetapan Pemenang
Nomor Kep/……………./2023 tanggal ………. 2023, Surat Penunjukan Barang/Jasa
(SPPBJ) Nomor Kep………./I/2023 tanggal ……….. 2023 antara:

Nama : Edward Rindang Samuel


NIP : Letnan Kolonel Czi NRP 11990062700576
Jabatan : Wakazidam V/Brawijaya
Berkedudukan di : Jl. Raden Wijaya No. 2 Surabaya

yang bertindak untuk dan atas nama Zidam V/Brawijaya berdasarkan Surat Perintah
Kazidam V/Brawijaya Nomor Sprin/1153/XII/2022 tanggal 10 Desember 2022 tentang
penunjukkan sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Program Tahun Anggaran 2023
selanjutnya disebut “PIHAK KESATU”, dengan:

Nama : …………………….
Jabatan : …………………….
Berkedudukan di : ……………………

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
2

yang bertindak untuk dan atas nama ………… PT/CV……………….. selanjtutnya disebut
“PIHAK KEDUA”.

Atas dasar:

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Buku III tentang Perikatan);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa


Konstruksi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2016;

4. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah;

5. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang perubahan atas Peraturan


Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

6. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 143/PMK.05/2018 tanggal 31 Oktober


2018 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara di
Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia;

7. Surat Pengesahan Menteri Keuangan RI Nomor SP DIPA-


……………………… dan telah direvisi ke 01 pada tanggal 16 Desember 2022,
tentang Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Petikan Tahun Anggaran 2023;

8. Surat Telegram Kasad Nomor ST/309/2019 tanggal 6 Februari 2019 tentang


ketentuan penggunaan sisa anggaran kontraktual pengadaan barang/materiil
dan jasa di lingkungan TNI AD;

9. Surat Kasad Nomor ...................... 2020 tentang penyeragaman wabku


minyek giat pengadaan Barang/Jasa pekerjaan konstruksi;

10. Surat Perintah Kazidam V/Brawijaya Nomor Sprin/1153/XII/2022 tanggal 10


Desember 2022 tentang Penunjukan sebagai Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan pencairan anggaran DIPA
Petikan Kewenangan Daerah (KD) Tahun Anggaran 2023; dan

11. Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen Zidam V/Brawijaya Nomor


SPPBJ.........../2023 tanggal ………….. 2023 tentang penunjukan kepada
.................. sebagai penyedia barang/jasa Pekerjaan
…………………………….. TA 2023.

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
3

Maka oleh karena itu, PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA dengan ini telah sepakat
untuk membuat Surat Perjanjian pelaksanaan paket dengan syarat-syarat atau
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Pasal 1

RUANG LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Ruang lingkup utama pekerjaan terdiri dari:

1.1.1 ……………………….…..;
1.1.2 ……………………….…. ;
1.1.3 …………………………….;dan
1.1.4 Pekerjaan sasaran tambahan.

1.2. Rincian sasaran pekerjaan, volume dan harga terlampir.

Pasal 2

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK

2.1. Hak dan Kewajiban PIHAK KESATU:

2.1.1. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK


KEDUA;

2.1.2. Meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan


pekerjaan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA;

2.1.3. Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
PIHAK KEDUA untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai
ketentuan kontrak;

2.1.4. Membayar biaya Pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam
kontrak yang telah ditetapkan kepada PIHAK KEDUA; dan

2.1.5. Mengenakan denda keterlambatan (apabila ada).

2.2. Hak dan Kewajiban PIHAK KEDUA:

2.2.1. Menyiapkan biaya yang timbul untuk kegiatan pengendalian,


pengawasan dan pemeriksaan yang dilaksanakan oleh PIHAK KESATU
sebagaimana diatur dalam rincian biaya pekerjaan terlampir;

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
4

2.2.2. Meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari


PIHAK KESATU untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai
ketentuan kontrak;

2.2.3. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada PIHAK


KESATU;

2.2.4. Mengambil langkah-langkah yang memadai untuk melindungi lingkungan


tempat kerja serta membatasi terjadinya kerusakan dan gangguan
kepada masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan PIHAK KEDUA;

2.2.5. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal


pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak;

2.2.6. Menerima pembayaran dari PIHAK KESATU atas pelaksanaan


Pekerjaan sesuai dengan harga yang telah ditentukan dalam Kontrak;

2.2.7. Mengkoordinasikan dengan PIHAK KESATU mengenai semua


permasalahan yang timbul selama jangka waktu Pekerjaan yang
kemungkinan akan berakibat terhadap kelancaran pelaksanaan
Pekerjaan;

2.2.8. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan


pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak;

2.2.9. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat dan


penuh tanggung jawab dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan, angkutan ke atau dari lapangan, dan segala pekerjaan
permanen maupun sementara yang diperlukan untuk pelaksanaan,
penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang dirinci dalam kontrak; dan

2.2.10. Penyesuaian jangka waktu Pekerjaan dan/atau nilai Kontrak dalam hal
terjadinya kondisi atau hambatan yang diakibatkan selain dari kesalahan
PIHAK KEDUA, perubahan Pekerjaan dan/atau kondisi lainnya
sebagaimana diatur dalam Kontrak;

2.2.11. Selama pelaksanaan Pekerjaan berlangsung, apabila mendapat


pengawasan dan pemeriksaan dari Pejabat yang terkait maka PIHAK
KEDUA wajib menerima dan menjelaskan kemajuan fisik dan
administrasi tentang pekerjaan yang dimaksud;dan

2.2.12. Semua temuan/atensi yang ditemukan oleh Pejabat yang terkait pada
saat kunjungan ke lokasi pekerjaan agar segera ditindak lanjuti oleh
PIHAK KEDUA dan selanjutnya dilaporkan kepada PIHAK KESATU
secara tertulis.

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
5

Pasal 3

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

3.1. PIHAK KEDUA berkewajiban atas biaya sendiri untuk mengikutsertakan


Personelnya pada program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan;

3.2. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk mematuhi dan memerintahkan Personelnya


untuk mematuhi peraturan keselamatan kerja. Pada waktu pelaksanaan
pekerjaan, PIHAK KEDUA beserta Personelnya dianggap telah membaca dan
memahami peraturan keselamatan kerja tersebut;

3.3. PIHAK KEDUA berkewajiban atas biaya sendiri untuk menyediakan kepada setiap
Personelnya (termasuk Personel Subpenyedia, jika ada) perlengkapan
keselamatan kerja yang sesuai dan memadai;

3.4. Tanpa mengurangi kewajiban PIHAK KEDUA untuk melaporkan kecelakaan


berdasarkan hukum yang berlaku, PIHAK KEDUA akan melaporkan kepada
PIHAK KESATU mengenai setiap kecelakaan yang timbul sehubungan dengan
pelaksanaan kontrak ini dalam waktu 3 x 24 (dua puluh empat) jam setelah
kejadian.

Pasal 4

KETENTUAN TENTANG ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN

4.1. Dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan, perlu


diperhatikan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sesuai dengan
undang-undang dan peraturan yang berlaku;

4.2. Limbah yang berbahaya dan beracun yang dapat mencemarkan dan atau dapat
merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk
hidup lainnya agar dikelola dengan sebaik-baiknya; dan

Pasal 5

KETENTUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1. Pekerjaan …………………….. TA 2023 harus dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA


menurut:

5.1.1. Rincian anggaran biaya, gambar-gambar (termasuk gambar-gambar detail)


dan rencana syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan (Bestek) dengan semua
PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
6

perubahan sesuai yang tercantum dalam berita acara penjelasan,


sebagaimana menjadi lampiran dan tidak dapat dipisahkan dari Surat
Perjanjian ini; dan

5.1.2. Dalam melaksanakan pekerjaan PIHAK KEDUA wajib mentaati semua


ketentuan-ketentuan teknis yang tercantum dalam:

5.1.2.1. Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar sesuai dengan


kebutuhan TNI dan standar lainnya;

5.1.2.2. Peraturan daerah yang berlaku di daerah dimana pekerjaan


tersebut dilaksanakan; dan

5.1.2.3. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun


tertulis yang diberikan direksi dan pengawas lapangan guna
hasil terbaik dalam pelaksanaan Pekerjaan
………………………… TA 2023, untuk mencapai tujuan dan
maksud dari pada perjanjian pemborongan pelaksanaan
konstruksi ini.

Pasal 6

JAMINAN

6.1. Jaminan pelaksanaan:

6.3..7. Jaminan pelaksanaan diberikan kepada PIHAK KESATU selambat-


lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah diterbitkannya Surat
Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) sebelum dilakukan
penandatanganan kontrak sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak;

6.3..8. Masa berlaku Jaminan Pelaksanaan paling kurang sejak tanggal


penandatanganan kontrak sampai dengan serah terima pertama pekerjaan
(Provisional Hand Over/PHO); dan

6.3..9. Jaminan Pelaksanaan dikembalikan setelah pekerjaan dinyatakan selesai


100% (seratus perseratus) dan diganti dengan Jaminan Pemeliharaan atau
menahan uang retensi sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak.

6.2. Jaminan uang muka:

6.2.1 Jaminan uang muka diberikan kepada PIHAK KESATU dalam rangka
pengambilan uang muka dengan nilai 100% (seratus per seratus) dari
besarnya uang muka;

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
7

6.2.2 Nilai jaminan uang muka dapat dikurangi secara proporsional sesuai
dengan pencapaian prestasi pekerjaan;dan

6.2.3 Masa berlaku Jaminan Uang Muka paling kurang sejak tanggal
persetujuan pemberian uang muka sampai dengan tanggal penyerahan
pertama pekerjaan (Provisional Hand Over/PHO).

6.3. Jaminan pemeliharaan:

6.3..1. Diberikan kepada PIHAK KESATU setelah pekerjaan dinyatakan selesai


100% (seratus perseratus);

6.3..2. Pengembalian Jaminan Pemeliharan dilakukan paling lambat 14 (empat


belas) hari kerja setelah masa pemeliharaan selesai dan pekerjaan
diterima dengan baik sesuai dengan ketentuan kontrak;

6.3..3. Masa berlaku Jaminan Pemeliharaan paling kurang sejak tanggal serah
terima pertama pekerjaan (PHO) sampai dengan tanggal penyerahan akhir
pekerjaan (Final Hand Over/FHO); dan

6.3..4. Besarnya jaminan, bentuk dan masa berlakunya jaminan-jaminan tersebut


di atas disesuaikan dengan ketentuan dalam dokumen pengadaan.

6.4. Penggunaan jaminan pelaksanaan, jaminan uang muka, dan jaminan


pemeliharaan dapat diterbitkan oleh Bank Pemerintah (BRI, BNI, BTN dan
Mandiri), bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional) dimana
konsorsium tersebut telah ditetapkan/mendapat rekomendasi dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), dan diserahkan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK KESATU.

Pasal 7

MASA PELAKSANAAN
(JANGKA WAKTU PELAKSANAAN) PEKERJAAN

7.1. Kontrak ini berlaku efektif pada tanggal penandatanganan Surat Perjanjian oleh
Para Pihak dalam jangka waktu pelaksanaan selama ……….. (…………………..)
hari kalender terhitung sejak dikeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja pada tanggal
................ 2023 sampai dengan dilakukannya Serah Terima Pertama (BAST 1)
Pekerjaan dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK KESATU;

7.2. Waktu pelaksanaan kontrak adalah jangka waktu yang ditentukan dalam syarat-
syarat khusus kontrak dihitung sejak tanggal mulai kerja yang tercantum dalam
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK);

7.3. PIHAK KEDUA harus menyelesaikan Pekerjaan …………………………… TA


2023 dalam jangka waktu pelaksanaan selama ............. (................) hari kalender
PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
8

terhitung sejak dikeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja pada tanggal .............. 2023
sampai dengan dilakukannya BAST 1 tanggal .................. 2023;

7.4. Apabila PIHAK KEDUA berpendapat tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai
jadwal karena keadaan diluar pengendaliannya dan PIHAK KEDUA telah
melaporkan kejadian tersebut kepada PIHAK KESATU, maka PIHAK KESATU
dapat melakukan penjadwalan kembali pelaksanaan tugas PIHAK KEDUA dengan
adendum kontrak;

7.5. Permohonan perpanjangan waktu penyerahan pekerjaan oleh PIHAK KEDUA


apabila telah disetujui oleh PIHAK KESATU maka dibuatkan dalam Adendum
Kontrak; dan

7.6. Pekerjaan telah dinyatakan selesai 100% bila kemajuan fisik telah mencapai 100%
dan berfungsi sebagaimana mestinya dengan diikuti laporan kemajuan fisik yang
dibuat PIHAK KEDUA dan telah mendapat persetujuan dari pengawas lapangan
dan selanjutnya dilaksanakan pemeriksaan oleh Tim Direksi dan dituangkan dalam
Berita Acara Serah Terima Pertama (BAST 1)

Pasal 8

MASA PEMELIHARAAN DAN SERAH TERIMA

8.1. Masa pemeliharaan dilaksanakan dalam jangka waktu 180 hari kalender terhitung
setelah diterbitkannya Berita Acara Serah Terima Pertama (BAST 1);

8.2. Berita Acara Serah Terima Pertama (BAST I)

8.2.1. BAST I yaitu serah terima Pekerjaan dari PIHAK PERTAMA kepada
PIHAK KEDUA setelah Lingkup Pekerjaan sesuai dengan Kontrak
dinyatakan selesai oleh PARA PIHAK; dan

8.2.2. PIHAK PERTAMA mempertimbangkan hasil Pekerjaan dan waktu


sebagaimana jadwal Pekerjaan mengajukan pelaksanaan BAST I kepada
PIHAK PERTAMA dan PIHAK PERTAMA atau wakil yang ditunjuk, dalam
waktu 14 (empat belas) hari kalender sejak pengajuan PIHAK KEDUA,
PIHAK PERTAMA wajib memberikan persetujuan atau penolakan dengan
alasan wajar atas pengajuan PIHAK KEDUA untuk melaksanakan BAST I;

8.3. Berita Acara Serah Terima Parsial (BAST Parsial)

8.3.1. Berita Acara Serah Terima Parsial adalah dokumen tertulis yang dibuat
dan ditandatangani oleh PARA PIHAK yang menyatakan bahwa PIHAK
KEDUA telah menyerahkan sebagian dari keseluruhan lingkup Pekerjaan
sesuai dengan Pasal Lingkup Pekerjaan pada Kontrak ini;

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
9

8.3.2. BAST Parsial dapat dilakukan apabila PIHAK PERTAMA meminta serah
terima sebagian adalah salah satu Pekerjaan kepada PIHAK KEDUA
sebelum BAST I diterbitkan;

8.3.3. Apabila PIHAK PERTAMA telah menggunakan sebagian atau salah satu
bagian Pekerjaan sebelum BAST I diterbitkan, maka bagian tersebut
dianggap telah diserah terimakan kepada PIHAK PERTAMA dan
dituangkan dalam BAST Parsial;

8.3.4. Masa Pemeliharaan atas Pekerjaan yang telah diserahterimakan dalam


BAST Parsial dimulai sejak tanggal yang tercantum dalam BAST Parsial;

8.3.5. Pekerjaan yang masuk dalam BAST Parsial penggunaannya telah menjadi
tanggung jawab PIHAK PERTAMA

8.4. Berita Acara Serah Terima Kedua (BAST II)

8.4.1. BAST II adalah berita acara yang ditandatangani oleh PARA PIHAK
setelah masa pemeliharaan.

8.4.2. Setelah diterbitkannya BAST II, masing-masing PIHAK tetap bertanggung


jawab untuk pemenuhan kewajiban yang belum dilaksanakan pada saat
itu;

8.4.3. BAST II wajib diterbitkan oleh PIHAK PERTAMA paling lambat dalam
jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak Masa Pemeliharaan berakhir;

8.4.4. Apabila dalam jangka waktu pelaksaan yang tercantum pada Kontrak
PIHAK PERTAMA tidak memberikan persetujuan atau penolakan dengan
alasan yang wajar atas pengajuan PIHAK KEDUA, maka BAST II
dianggap telah diterbitkan sejak tanggal pengajuan pelaksanaan BAST II
oleh PIHAK KEDUA.

8.5. Selama jangka waktu masa pemeliharaan, semua perbaikan dan penyempurnaan
yang disebabkan oleh kerusakan, kekurangan dan cacat dari cara pelaksanaan
pekerjaan yang kurang baik akibat kesalahan dari PIHAK KEDUA,
pemeliharaannya tetap menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA;dan

8.6. Apabila dalam tenggang waktu masa pemeliharaan PIHAK KEDUA tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan perbaikan dan penyempurnaan yang disebabkan
kerusakan tersebut, maka PIHAK KESATU berhak menunjuk PIHAK KETIGA
untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan dan penyempurnaan tersebut atau
mengambil alih Pekerjaan tersebut, dan selanjutnya PIHAK KESATU
membebankan biaya perbaikan kepada PIHAK KEDUA, dengan semua beban
biaya dibebankan kepada PIHAK KEDUA.

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
10

Pasal 9

HARGA BORONGAN

9.1 Jumlah harga borongan untuk pekerjaan tersebut dalam pasal 9 adalah sebesar
Rp. …………… (……………………. rupiah) terdiri dari :

10.1.1 …………………………..Rp. …………………


10.1.2 …………………… Rp. ………………..
10.1.3 …………………………..Rp. ………………..
10.1.4 …………………………..Rp. ……………….
Jumlah Rp. ………………….

9.2. Rincian Anggaran Biaya (terlampir)

Pasal 10

CARA PEMBAYARAN

10.1. Pembayaran total harga kontrak seperti tersebut dalam pasal 10 kontrak ini akan
dilaksanakan dalam mata uang rupiah oleh PIHAK KESATU kepada PIHAK
KEDUA melalui pembayaran langsung sebesar Rp. …………….
(………………………… rupiah).

10.2. Pembayaran PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA dilaksanakan melalui


transfer bank ke:

10.2.1. Nama rekening : ……………………


Nomor rekening : …………………….
Nama bank : …………………….
Alamat bank : ……………………

10.3. Pembayaran Pekerjaan …………………………… TA 2023, dibayarkan kepada


PIHAK KEDUA sesuai harga borongan yang tersebut dalam pasal 10 dilakukan
dengan pembayaran sebagai berikut:

10.3.1 Pembayaran uang muka:

10.3.1.1. Setelah kontrak ditandatangani oleh kedua belah pihak, PIHAK


KEDUA mengajukan kepada PIHAK KESATU tentang
pengajuan uang muka sebesar ………% dari kontrak;

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
11

10.3.1.2. Uang muka yang akan diterima oleh PIHAK KEDUA sebesar
..........% x Rp. …………… = Rp. ................... (…………………..
rupiah);

10.3.1.3. Pembayaran uang muka dilakukan setelah PIHAK KEDUA


menyerahkan surat Bank Garansi jaminan uang muka yang
dikeluarkan Bank pemerintah (BRI, BNI, BTN dan Mandiri) dan
nilai surat jaminan uang muka tersebut sama dengan nilai uang
muka yang diberikan serta jaminan uang muka harus terlebih
dahulu dicek keabsahannya oleh PIHAK KESATU; dan

10.3.1.4. Nilai jaminan uang muka secara bertahap dapat dikurangi


secara proporsional sesuai dengan pencapaian prestasi
pekerjaan.

10.3.2 Pembayaran berikutnya dilakukan secara Termyn dilengkapi dengan


Berita Acara Pemeriksaan Lapangan yang telah disetujui oleh PARA
PIHAK

10.4 Memenuhi dokumen administrasi pembayaran termin sebagai berikut:

10.4.1. Kuitansi / KU-17;


10.4.2. Kuitansi umum perusahaan;
10.4.3. Faktur Pajak / E-Faktur;
10.4.4. Bukti pungutan pajak / SSP;
10.4.5. Berita Acara Pemeriksaan Lapangan;
10.4.6. Fotokopi kontrak;
10.4.7. Fotokopi jaminan pelaksanaan dan keabsahannya;

10.5 Untuk keperluan administrasi dokumen tersebut 10.4. di atas dibuat tindasan
dalam rangkap 5 (lima).

Pasal 11

DENDA DAN GANTI RUGI

11.1. Denda dan Ganti Rugi:

11.1.1. Denda merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada PIHAK


KEDUA;

11.1.2. Ganti rugi merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada Pejabat
Penandatangan Kontrak karena terjadinya cidera janji/wanprestasi;

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
12

11.1.3. Besarnya denda kepada PIHAK KEDUA atas keterlambatan penyelesaian


pekerjaan untuk setiap hari keterlambatan adalah:

11.1.3.1. 1/1000 (satu perseribu) dari sisa harga bagian kontrak yang belum
dikerjakan, apabila bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan
dapat berfungsi untuk setiap item pekerjaan, apabila kontrak terdiri
atas bagian pekerjaan yang dapat dinilai terpisah dan bukan
merupakan kesatuan sistem, serta hasil pekerjaan tersebut telah
diterima oleh PIHAK KESATU; dan

11.1.3.2. 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak, apabila bagian


pekerjaan yang sudah dilaksanakan belum berfungsi, (apabila
output tidak dapat dipecah-pecah karena satu kesatuan sistem
dan tidak dapat berfungsi secara sendiri-sendiri) sesuai yang
ditetapkan dalam Kontrak.

11.1.4 Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh PIHAK KESATU atas
keterlambatan pembayaran adalah sebesar bunga dari nilai tagihan yang
terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada
saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia, atau dapat diberikan
kompensasi;

11.1.5 Pembayaran denda dan/atau ganti rugi diperhitungkan dalam


Pembayaran prestasi pekerjaan;

11.1.6 Ganti rugi dan kompensasi kepada PIHAK KEDUA dituangkan dalam
Pembayaran prestasi pekerjaan; dan

11.1.7 Pembayaran ganti rugi dan kompensasi dilakukan oleh PIHAK KESATU,
apabila PIHAK KEDUA telah mengajukan tagihan disertai perhitungan
dan data-data.

Pasal 12

PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG

12.1 Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi di lapangan pada saat
pelaksanaan, dengan gambar dan/atau bestek yang ditentukan dalam dokumen
kontrak, PIHAK KEDUA memberitahukan tentang terjadinya Keadaan Kahar
kepada PIHAK KESATU dapat melakukan perubahan kontrak yang meliputi:

12.1.1 Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam


kontrak;

12.1.2 Menambah dan atau mengurangi jenis pekerjaan;

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
13

12.1.3 Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan


lapangan;

12.1.4 Melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum dalam kontrak


yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan; dan

12.1.5 Mengubah jadwal pelaksanaan.

12.2 Pekerjaan tambah sebagaimana dimaksud pada ayat (12.1) dilaksanakan dengan
ketentuan:

12.2.1 Tidak melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari harga yang tercantum
dalam perjanjian/kontrak awal; dan

12.2.2 Tersedianya anggaran.

12.3 Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh PIHAK KESATU secara tertulis kepada
PIHAK KEDUA ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap
mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam perjanjian/kontrak;

12.4 Perubahan Nilai Pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut:

12.4.1 Apabila terdapat pekerjaan tambah dimana ítem pekerjaan terdapat


dalam Penawaran PIHAK KEDUA, maka menggunakan harga
Penawaran PIHAK KEDUA sebagai acuan;

12.4.2 Apabila terdapat penambahan barang/jasa baru, maka PIHAk KEDUA


mengajukan harga baru atas penambahan tersebut dan negosiasi
dilaksanakan PARA PIHAK;

12.4.3 Adanya keadaan Kahar yang mempengaruhi terhadap harga


barang/jasa, maka perubahan harga disepakati oleh PARA PIHAK.

12.5 Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam Berita Acara sebagai dasar
penyusunan adendum Kontrak.
Pasal 13

KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE)

13.1 Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak
dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan
dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.

13.2 Yang digolongkan Keadaan Kahar meliputi namun tidak terbatas pada:

13.2.1. Bencana alam;


13.2.2. Bencana non alam;
PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
14

13.2.3. Bencana sosial;


13.2.4. Pemogokan;
13.2.5. Kebakaran; dan/atau
13.2.6. Gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan
bersama Menteri Keuangan dan menteri teknis terkait.

13.3 Apabila terjadi Keadaan Kahar, maka PIHAK KEDUA memberitahukan kepada
PIHAK KESATU paling lambat 14 (empat belas) hari sejak terjadinya Keadaan
Kahar, dengan menyertakan pernyataan Keadaan Kahar dari pejabat yang
berwenang, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

13.4 Jangka waktu yang ditetapkan dalam kontrak untuk pemenuhan kewajiban Pihak
yang tertimpa Keadaan Kahar harus diperpanjang paling kurang sama dengan
jangka waktu terhentinya Kontrak akibat Keadaan Kahar;

13.5 Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat Keadaan Kahar tidak dikenakan


sanksi; dan

13.6 Pada saat terjadinya Keadaan Kahar, Pekerjaan akan dihentikan sementara
hingga Keadaan Kahar berakhir dengan ketentuan, PIHAK KEDUA berhak untuk
menerima pembayaran sesuai dengan prestasi atau kemajuan pelaksanaan
pekerjaan yang telah dicapai. Jika selama masa Keadaan Kahar PIHAK KESATU
memerintahkan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA untuk meneruskan
pekerjaan sedapat mungkin maka PIHAK KEDUA berhak untuk menerima
pembayaran sebagaimana ditentukan dalam Kontrak dan mendapat penggantian
biaya yang wajar sesuai dengan yang telah dikeluarkan untuk bekerja dalam
situasi demikian. Penggantian biaya ini harus diatur dalam suatu adendum
Kontrak.

Pasal 14

PENYELENGGARAAN PEKERJAAN OLEH PIHAK KETIGA

14.1 PIHAK KESATU berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap


pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA. Apabila
diperlukan, PIHAK KESATU dapat memerintahkan kepada pihak ketiga untuk
melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas semua pelaksanaan pekerjaan
yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA;

14.2 PIHAK KEDUA tidak dibenarkan atau tidak boleh menyerahkan kepada pihak lain
(PIHAK KETIGA) sebagian atau seluruh pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam
Surat Perjanjian ini, kecuali setelah diketahui oleh PIHAK KESATU; dan

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
15

14.3 Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan adanya sub penyedia jasa
pelaksanaan konstruksi, PIHAK KEDUA wajib menggunakan sub penyedia jasa
pelaksanaan konstruksi sedapat mungkin dari usaha kecil dan Koperasi kecil.

Pasal 15

PENGHENTIAN DAN PEMUTUSAN KONTRAK SECARA SEPIHAK


PEKERJAAN PENYEDIAAN BARANG/JASA KONSTRUKSI MILITER

15.1 Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai atau terjadi
Keadaan Kahar;

15.2 Dalam hal kontrak dihentikan, maka PIHAK KESATU wajib membayar kepada
PIHAK KEDUA sesuai dengan prestasi pekerjaan yang telah dicapai beserta nilai
material atau alat yang telah dipesan serta biaya demobilisaasi pekerja dan alat;

15.3 Pemutusan Kontrak dilakukan apabila:

15.3.1. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan


PIHAK KEDUA sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai
Kontrak;

15.3.2. PIHAK KESATU dan/atau PIHAK KEDUA lalai/cidera janji dalam


melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;

15.3.3. PIHAK KEDUA terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau


pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi
yang berwenang;

15.3.4. Pengaduan tentang penyimpangan prosedur,dugaan KKN dan/atau


pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan pengadaan
dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang;

15.3.5. PIHAK KESATU gagal melaksanakan Pembayaran sesuai dengan


jangka waktu yang ditentukan dalam Kontrak

15.3.6 PIHAK KESATU melaksanakan penghentian Pekerjaan selama 60


hari berturut-turut tanpa alasan yang jelas

15. 4 Dalam hal Pemutusan kontrak dilakukan PIHAK KESATU karena kesalahan
PIHAK KEDUA maka:

a. Jaminan pelaksanaan akan dicairkan oleh PIHAK KESATU;

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
16

b. Sisa uang muka harus dilunasi oleh PIHAK KEDUA atau jaminan uang
muka dicairkan oleh PIHAK KESATU (apabila uang muka telah
diberikan);

c. PIHAK KEDUA membayar denda;

d. PIHAK KEDUA dimasukkan dalam daftar hitam; dan

e. PIHAK KESATU akan memindahkan tanggung jawab pelaksanaan


kontrak ini baik sebagian maupun keseluruhan dari PIHAK KEDUA
kepada pihak lain.

15. 5 Bila Kontrak diakhiri maka PIHAK KEDUA harus segera menghentikan segala
Pekerjaan dan aktivitas di lapangan, mengamankan dan membersihkan
lapangan, dan sesegera mungkin meninggalkan lapangan.

15. 6 Pembayaran dalam hal Kontrak diakhiri oleh PIHAK KESATU dikarenakan ada
pelanggaran mendasar yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA:

a. PIHAK KESATU wajib melakukan pembayaran kepada PIHAK KEDUA


sejumlah nilai dari Pekerjaan yang sudah dilaksanakan oleh PIHAK
KEDUA dan bahan-bahan yang telah dipesan dikurangi denda
keterlambatan PIHAK KEDUA; dan

b. pembayaran ini harus dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas)


hari kerja setelah PIHAK KEDUA menyampaikan jumlah pembayaran
yang harus dibayarkan.

15. 7 Dalam hal Kontrak diakhiri oleh PIHAK KEDUA dikarenakan ada pelanggaran
mendasar yang dilakukan oleh PIHAK KESATU:

a. PIHAK KESATU wajib melakukan pembayaran kepada PIHAK KEDUA


sejumlah nilai dari Pekerjaan yang sudah dilaksanakan oleh PIHAK
KEDUA, material yang telah dipesan, biaya-biaya wajar yang harus
dikeluarkan untuk memindahkan peralatan, repatriasi orang-orang
PIHAK KEDUA yang semata-mata bekerja untuknya, biaya yang harus
dikeluarkan PIHAK KEDUA untuk melindungi serta mengamankan
Pekerjaan, dan jumlah ganti rugi atas peluang PIHAK KEDUA untuk
mendapatkan keuntungan;

b. pembayaran ini harus dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas)


hari kerja setelah PIHAK KEDUA menyampaikan jumlah pembayaran
yang harus dibayarkan; dan

c. semua jaminan yang diterima oleh PIHAK KESATU harus dikembalikan


kepada PIHAK KEDUA.

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
17

Pasal 16

DIREKSI PEKERJAAN

16. 1 Selama pekerjaan berlangsung sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 Surat


Perjanjian ini dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA, PIHAK KESATU menunjuk
pengawas teknis yang dapat dibantu oleh satu kelompok tenaga ahli pembantu
untuk melaksanakan pengawasan pekerjaan sehari-hari di lapangan;

16. 2 Atas permintaan PIHAK KESATU melalui pengawas teknis, PIHAK KEDUA wajib
memberi penjelasan-penjelasan tentang segala sesuatu mengenai jalannya
pelaksanaan pekerjaan yang telah dan atau sedang berlangsung;

16. 3 Setelah menerima pemberitahuan/laporan mengenai kemajuan pekerjaan dari


PIHAK KEDUA, pengawas teknis selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari
sudah melakukan pemeriksaan atas kemajuan pekerjaan (prestasi) yang
diberitahukan/dilaporkan tersebut;

16. 4 Hasil pemeriksaan kemajuan (prestasi) pekerjaan dicantumkan dalam laporan


mingguan, laporan bulanan dan berita acara pemeriksaan pekerjaan; dan

16. 5 Direksi pekerjaan untuk pengawasan ditunjuk oleh PIHAK KESATU berdasarkan
surat perintah dan akan diberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA.

Pasal 17

PELAKSANA PIHAK KEDUA

17. 1 Di tempat pekerjaan harus selalu ada penanggung jawab pekerjaan sebagai wakil
PIHAK KEDUA (Site Manager) yang ditunjuk sebagai pelaksana dan mempunyai
wewenang atau kuasa penuh untuk mewakili PIHAK KEDUA, yang dapat
menerima dan menyelesaikan segala perintah dan petunjuk dari direksi.
Penunjukan pelaksana ini sebelumnya harus ada persetujuan tertulis dari PIHAK
KESATU; dan

17. 2 Apabila wakil PIHAK KEDUA dinilai tidak mampu oleh PIHAK KESATU dalam
melaksanakan pekerjaan maka PIHAK KEDUA harus mengganti wakil PIHAK
KEDUA tersebut sesuai ketentuan/kemampuannya.

Pasal 18

BEA METERAI

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
18

18. 1 Bea meterai dalam Surat Perjanjian dan pengeluaran biaya yang berhubungan
dengan pembuatan Surat Perjanjian ini menjadi beban PIHAK KEDUA sesuai
peraturan yang berlaku.

Pasal 19

PENGAMANAN PELAKSANAAN

19. 1 PIHAK KEDUA diwajibkan menghindarkan segala bahaya yang dapat timbul atas
pekerja-pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya dan apabila terjadi
kecelakaan, maka segala akibatnya menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA;

19. 2 Untuk menyimpan bahan bangunan dan alat kerja yang dibutuhkan dalam
pekerjaan, maka PIHAK KEDUA harus membuat gudang yang baik/memenuhi
syarat; dan

19. 3 Untuk menghindari pencurian bahan bangunan perlu diadakan penjagaan yang
cukup.

Pasal 20

SPESIFIKASI TEKNIS DAN PERSYARATANNYA

Spesifikasi teknis dan persyaratannya dilaksanakan sebagaimana yang ada pada


Rencana Kerja dan Syarat-syarat khusus kontrak (terlampir).

Pasal 21

KEGAGALAN KONSTRUKSI/BANGUNAN

21. 1 Kegagalan Konstruksi adalah suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau tidak
berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil Pekerjaan;

21. 2 Kegagalan Bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah dilakukannya


Serah Terima Akhir oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK KESATU, menjadi tidak
berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat,
keselamatan dan kesehatan kerja, dan/atau keselamatan umum sebagai akibat
kesalahan PIHAK KEDUA atau PIHAK KESATU;

21. 3 Apabila terjadi kegagalan konstruksi pada pelaksanaan pekerjaan dan masa
pemeliharaan, maka PIHAK KESATU dan/atau PIHAK KEDUA bertanggungjawab
atas kegagalan konstruksi sesuai dengan kesalahan masing-masing selama umur
konstruksi yang tercantum dalam kontrak tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun,
dan dalam kontrak pada umur konstruksi agar dicantumkan lama pertanggungan

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
19

terhadap kegagalan bangunan yang ditetapkan apabila rencana umur konstruksi


kurang dari 10 (sepuluh) tahun;

21. 4 PIHAK KESATU maupun PIHAK KEDUA berkewajiban untuk menyimpan dan
memelihara semua dokumen yang digunakan dan terkait dengan pelaksanaan ini
selama umur konstruksi yang tercantum dalam kontrak tetapi tidak lebih dari 10
(sepuluh) tahun; dan

21. 5 Apabila terjadi kegagalan bangunan disebabkan oleh PIHAK KEDUA dan hal
tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka PIHAK KEDUA
wajib bertanggungjawab sesuai dengan bidang usaha dan dikenakan ganti rugi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 22

TATA LINGKUNGAN

22. 1 PIHAK KEDUA harus membatasi daerah operasi sekitar tempat pekerjaan dan
harus mencegah para pekerjanya melanggar wilayah orang lain yang berdekatan;

22. 2 PIHAK KEDUA harus menjaga agar jalan umum, jalan kecil dan pemakai jalan
bersih dari alat-alat mesin, bahan-bahan bangunan dan sebagainya serta
memelihara kelancaran lalu lintas baik kendaraan maupun pejalan kaki selama
Kontrak berlangsung;

22. 3 Selama pelaksanaan pekerjaan bangunan berlangsung, PIHAK KEDUA harus


memelihara kebersihan bangunan yang sedang dikerjakan beserta halaman
(sesuai dengan batas yang telah ditentukan oleh Direksi); dan

22. 4 Pada penyerahan pertama, bangunan dan seluruh halaman harus bersih dan rapi.

Pasal 23

PENYELESAIAN PERSELISIHAN/SENGKETA

23. 1 Para Pihak berkewajiban untuk berupaya sungguh-sungguh menyelesaikan


secara damai semua perselisihan yang timbul dari atau berhubungan dengan
kontrak ini atau interpretasinya selama atau setelah pelaksanaan pekerjaan ini;
dan

23. 2 Penyelesaian perselisihan atau sengketa antara para pihak dalam kontrak dapat
dilakukan melalui musyawarah, arbitrase, mediasi, konsiliasi atau pengadilan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyelesaian
perselisihan atau sengketa yang dipilih ditetapkan dalam kontrak.

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
20

Pasal 24

DOKUMEN KONTRAK

24. 1 Kelengkapan dokumen-dokumen berikut merupakan satu kesatuan dan bagian


yang tidak terpisahkan dari Kontrak ini terdiri dari adendum Kontrak (apabila ada),
Surat Perjanjian, Surat Penawaran, Syarat-Syarat Umum Kontrak, Syarat- Syarat
Khusus Kontrak beserta lampirannya berupa lampiran A (subPIHAK KEDUA,
personel manajerial, dan peralatan utama), lampiran B (Rencana Keselamatan
Konstruksi), spesifikasi teknis, gambar-gambar, Daftar Keluaran dan Harga, dan
dokumen lainnya seperti: Surat Penunjukan PIHAK KEDUA Barang/Jasa, Jadwal
Pelaksanaan Pekerjaan, jaminan-jaminan, Berita Acara Rapat Persiapan
Penandatanganan Kontrak, Berita Acara Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak.

24. 2 Jika terjadi pertentangan antara ketentuan dalam suatu dokumen dengan
ketentuan dalam dokumen yang lain maka yang berlaku adalah ketentuan dalam
dokumen yang lebih tinggi berdasarkan urutan hierarki sebagai berikut:
a. adendum Kontrak (apabila ada);
b. Surat Perjanjian;
c. Surat Penawaran;
d. Syarat-Syarat Khusus Kontrak;
e. Syarat-Syarat Umum Kontrak;
f. gambar-gambar
g. spesifikasi teknis;
h. Bill of Quantity (BoQ)
i. Daftar Keluaran dan Harga hasil negosiasi (Daftar Keluaran dan Harga
hasil negosiasi apabila ada negosiasi); dan
j. Daftar Keluaran dan Harga (Daftar Keluaran dan Harga Terkoreksi
apabila ada koreksi aritmetika).

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
21

Pasal 25

PENUTUP

25.1 Perjanjian pekerjaan pemborongan pelaksanaan konstruksi ini dibuat dan


ditandatangani oleh kedua belah pihak di ............ pada hari, bulan dan tahun
tersebut di atas, yang aslinya dalam rangkap 2 (dua), masing-masing dibubuhi
meterai secukupnya dan kedua-duanya mempunyai kekuatan hukum yang sama;
dan

25.2 Untuk keperluan administrasi dibuat tindasan dalam rangkap 3 (tiga).

Dibuat di ..........
pada tanggal ……………. 2023

Pihak Kesatu
Pihak Kedua Wakil Kepala Zidam V/Brawijaya
...................... Selaku
Pejabat Pembuat Komitmen,

………………………………
................. …………………………………
....................

TELAH DITELITI OLEH


PEJABAT PARAF TANGGAL
Kaur Buktrak
Kasi Minada
Waka
Kepala

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA
22

PIHAK PIHAK
KESATU KEDUA

Anda mungkin juga menyukai