Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

KEGIATAN UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

LAPORAN HASIL SURVEI KEPUASAN MAHASISWA

Disusun Oleh :
Nur Aida Salsabila (21862061029) / 21B

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG
DESEMBER 2022
PENDAHULUAN

Pada zaman sekarang ini, menua sudah serba modern sehingga semua kegiatan dituntut untuk
serba cepat, seperti pengolahan data dan yang lain yang sulit dikerjkaan secara manual. Dan untuk
memudahkan itu semua maka diciptakan komputer. Komputer berasal dari bahasa yunani
“Computare” yang artinya menghitung. Komputer memang memudahkan kita untuk mengolah data
yang didasarkan pada operasi matematika seperti operasi logika. Meskipun komputer merupakan
buatan manusia, namun alat ini sangat membantu pekerjaan manusiadalam pengolahan data karena
mempunyai tiga keunggulan, yaitu pada bidang kecepatan, ketepatan, dan keandalan.

Ternyata komputer saja tidak cukup untuk membantu manusia dalam memasukka data (data
wntry), mengedit data, transformasi data, analisis data yang dibutuhkan dalam penelitian, dan
permasalahan dalam membuat dan mendistribusikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan dalam suatu organisasi, agar tetap eksis dan unggul dalam kompetisi yang ketat, yang
dialam oleh mahasiswa dalam mata kuliah Statistika. Maka dari itu dibuat suatu program aplikasi
SPSS. Software ini dibuat oleh tiga mahasiswa Stanford University yang dioperesikan pada komputer
mainframe pada tahun 1986. Dalam pengenalannya pada mahasiswa, diadakan praktik SPSS
(Statistical Product And Service Solution) yang nantinya dapat digunakam mahasiswa dalam
menghitung dan menganalisis suatu data yang telah diperoleh sebelumnya.
PEMBAHASAN

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X1.1 7 3 4 3,29 ,488


X1.2 7 3 4 3,57 ,535
X1.3 7 2 3 2,43 ,535
X1.4 7 1 4 2,86 ,900
X1.5 7 3 4 3,71 ,488
X1.6 7 3 4 3,14 ,378
X1.7 7 3 4 3,29 ,488
X1.8 7 3 4 3,57 ,535
X1.9 7 3 4 3,29 ,488
X1.10 7 3 4 3,29 ,488
X1.11 7 3 4 3,43 ,535
X1.12 7 2 4 2,71 ,756
X1.13 7 2 3 2,43 ,535
X1.14 7 2 3 2,29 ,488
X1.15 7 2 4 2,57 ,787
X1.16 7 3 4 3,14 ,378
X1.17 7 2 3 2,29 ,488
TOTAL_X1 7 47 61 51,29 5,376
X2.1 7 3 4 3,29 ,488
X2.2 7 3 4 3,14 ,378
X2.3 7 2 4 2,57 ,787
X2.4 7 2 4 3,00 ,577
X2.5 7 2 4 3,14 ,690
X2.6 7 1 4 2,14 1,215
X2.7 7 1 4 2,14 1,464
X2.8 7 2 4 2,57 ,787
X2.9 7 1 4 2,29 1,380
X2.10 7 2 4 2,57 ,787
TOTAL_X2 7 21 39 26,86 7,755
X3.1 7 1 2 1,43 ,535
X3.2 7 1 3 2,00 ,577
X3.4 7 3 3 3,00 ,000
X3.5 7 2 3 2,29 ,488
X3.6 7 2 4 2,57 ,787
X3.7 7 2 2 2,00 ,000
X3.8 7 2 3 2,29 ,488
X3.9 7 2 3 2,43 ,535
X3.10 7 2 3 2,29 ,488
X3.11 7 1 3 2,00 1,000
X3.12 7 2 3 2,43 ,535
TOTAL_X3 7 23 34 27,00 4,830
Y1.1 7 2 3 2,29 ,488
Y1.2 7 3 4 3,14 ,378
Y1.3 7 2 4 3,14 ,690
Y1.4 7 2 4 2,71 ,756
Y1.5 7 3 4 3,14 ,378
Y1.6 7 2 3 2,43 ,535
Y1.7 7 3 4 3,14 ,378
Y1.8 7 2 3 2,86 ,378
Y1.9 7 3 3 3,00 ,000
Y1.10 7 2 3 2,86 ,378
Y1.11 7 2 3 2,43 ,535
Y1.12 7 2 3 2,43 ,535
TOTAL_Y1 7 29 40 33,57 4,158
Y2.1 7 2 3 2,29 ,488
Y2.2 7 2 3 2,29 ,488
Y2.3 7 2 3 2,86 ,378
Y2.4 7 2 3 2,14 ,378
Y2.5 7 2 3 2,14 ,378
Y2.6 7 1 3 1,86 ,900
Y2.7 7 2 3 2,43 ,535
Y2.8 7 1 3 1,57 ,787
Y2.9 7 2 3 2,57 ,535
Y2.10 7 1 3 1,43 ,787
Y2.11 7 1 3 2,00 ,577
Y2.12 7 1 3 2,14 ,690
Y2.13 7 2 4 2,71 ,756
Y2.14 7 2 4 2,43 ,787
Y2.15 7 2 4 2,57 ,787
TOTAL_Y2 7 28 43 33,57 6,214
Y3.1 7 1 3 1,86 ,900
Y3.2 7 1 3 1,86 ,900
Y3.4 7 1 2 1,57 ,535
Y3.5 7 2 3 2,14 ,378
Y3.6 7 1 3 1,71 ,756
Y3.7 7 1 3 1,86 ,900
Y3.8 7 1 3 1,86 ,900
TOTAL_Y3 7 11 23 15,43 4,685
VAR00001 7 2,00 3,00 2,2857 ,48795
VAR00002 7 11,00 23,00 15,4286 4,68534
Valid N (listwise) 7
Dalam skala ini, peneliti menyediakan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Subjek diminta untuk
menjawab setiap pertanyaan di kolom yang telah disediakan dengan memilih satu dari empat
alternatif jawaban yang telah disediakan. Jawaban ini, harus sesuai dengan kondisi atau
keadaan subjek. Skala dalam penelitian ini menggunakan skala yang dikembangkan oleh
Avolio yang terdiri dari 20 item. (Kurang dapus)

Skala organizational silence


Dalam skala ini, peneliti menyediakan rentangan nilai dari satu sampai tujuh. Subjek diminta
untuk menjawab setiap pertanyaan di kolom yang telah disediakan dengan memberikan tanda
centang (checklist) pada kolom yang telah disediakan. Angka satu menandakan bahwa
subjek tidak setuju dengan pernyataan hingga angka tujuh yang menandakan bahwa subjek
sangat setuju dengan pernyataan dalam skala. Subjek harus menjawab sesuai dengan kondisi
atau keadaan subjek. Skala dalam penelitian ini menggunakan skala yang dikembangkan oleh
Dyne yang terdiri dari 15 item. (Dyne, dkk. 2003)

Tabel 1 Analisa Skala Try Out

Jumlah Item Jumlah Item Indeks Indeks


diujikan Valid Validitas Reliabilitas
(Alpha)
20 item 20 item 0,479-0,831 0,957
15 item 15 item 0,635-0,837 0,953

Hasil uji validitas dan reliabilitas alat ukur kepemimpinan transformasional dan
organizational silence dikatakan valid jika nilai R hitung > R tabel. Adapun nilai R tabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,2441 setelah dilakukannya try out pada skala
kepemimpinan transformasional, semua itemnya dikatakan valid dengan jumlah 20 item
dengan indeks validitas berkisar antara 0,479-0,831 dan indeks reliabilitas sebesar 0,957.
Adapun untuk skala organizational silence semua itemnya juga dikatakan valid dengan
jumlah item 15. Adapun untuk indeks validitasnya ialah berkisar antara 0,635-0,837 dengan
indeks reliabilitas sebesar 0,953

Prosedur dan Analisis Data

Prosedur dalam penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan analisa
data. Tahap pertama dimulai dari persiapan. Dimulai dari peneliti yang mengobservasi pada
lingkungan sekitar terkait isu maupun fenomena yang ada. Kemudian peneliti menentukan
variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Selanjutnya peneliti mencari literatur yang
memuat informasi dan digunakan sebagai data pendukung dalam penelitian. Selanjutnya,
peneliti mulai menentukan subjek dan instrumen yang akan digunakan di dalam penelitian
lalu mengadaptasikannya. Terakhir, dilaksanakannya seminar proposal.

Tahap kedua ialah tahap pelaksanaan. Pada tahap ini peneliti menyebarkan instrumen try out
pada 65 karyawan yang disebar secara acak baik pada karyawan di Kota Malang maupun di
Kabupaten Malang. Setelah try out, peneliti menguji coba dengan tujuan mengetahui validitas
dan reliabilitas semua item pada skala dua variabel yaitu kepemimpinan transformasional dan
organizational silence. Setelah diketahui validitas maupun reliabilitas, maka item yang valid
digunakan sebagai skala penelitian. Setelah dilakukannya try out, kemudian dilakukan
pengambilan data penelitian pada 100 karyawan PG Krebet dengan menyebarkan skala
variabel x dan y.
Tahap ketiga ialah analisa data. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan aplikasi
SPSS versi 21 menggunakan analisis uji korelasional.

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, maka akan muncul tabel-tabel penelitian
sebagai berikut :

Tabel 2 Deskripsi Subjek Penelitian

Presentase (%)

35%
30%
26%
9%
100%

62%
38%
100%

20%
12%
8%
11%
43%
6%
100%

Uji Normalitas
Sebelum peneliti menguji pengaruh variabel x terhadap variabel y, yaitu kepemimpinan
transformasional terhadap organizational silence, maka peneliti melakukan uji kenormalan
data dengan Kolmogorov-smirnov (Asymp. Sig. (2-tailed) dengan bantuan program SPSS
versi 21. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kenormalan data. Hasil uji
normalitas ialah sebagai berikut:

One Sample Kolmogorov-Smirnov test N


Asymp. Sig. (2-tailed)
Kepemimpinan 0,035 100

Berdasarkan tabel diatas, nilai Asymp. Sig (2-tailed) dalam uji kenormalan data ialah sebesar
0,035. Data termasuk dalam kategori normal jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari
0,05 (p>0,05). Berdasarkan tabel diatas maka data dalam penelitian ini masuk dalam kategori
normal.

Tabel 4 Kategorisasi berdasarkan Tscore


Nilai Frekuensi Presentase (%)
T-score > 50 53 53%
T-score < 50 47 47%

T-score > 50 40 40%


T-score < 50 60 60%

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 subjek, 53 subjek
masuk dalam kategori memiliki kepemimpinan transformasional tinggi dan 47 subjek
memiliki kepemimpinan transformasional rendah. Dengan presentase 53% dan 47%.
Sedangkan untuk organizational silence, 40 subjek masuk dalam kategori tinggi dan 60
subjek masuk dalam kategori rendah. Dengan presentase 40% dan 60%.

Tabel 5. Uji Hipotesis Analisis Korelasi Product Moment Pearson antara


Kepemimpinan Transformasional dengan Organizational Silence

Indeks Analisa
-,307
0,095
5% (0,05)
0,002

Berdasarkan hasil analisa dengan Uji Korelasi Product Moment Pearson diatas, diperoleh
nilai korelasi/hubungan (r) sebesar -0,307 dengan nilai signifikan sebesar 0,002 < 0,05 yang
berarti bahwa ada hubungan negatif signifikan antara kepemimpinan transformasional dengan
organizational silence. Hal itu menandakan bahwa semakin tinggi kepemimpinan
transformasional, maka semakin rendah organizational silence. Adapun nilai koefisien
determinasi (R kuadrat) sebesar 0,095 atau (9,5%). Hal ini berarti bahwa sumbangan
kepemimpinan transformasional terhadap organizational silence sebesar 9,5% dan sisanya
90,5% ditentukan oleh faktor lain.

DISKUSI

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat hubungan kepemimpinan transformasional
dengan organizational silence. Adapun hasilnya menunjukkan bahwa nilai korelasi sebesar -
0,307 dengan P = 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan
signifikan antara kepemimpinan transformasional dengan organizational silence. Jika
kepemimpinan transformasional seseorang tinggi, maka organizational silence semakin
rendah, kemudian sebaliknya, jika kepemimpinan transformasional semakin rendah, maka
tingkat organizational silence semakin tinggi. Adapun hipotesis dalam penelitian ini dapat
diterima, dimana terdapat hubungan negatif signifikan antara kepemimpinan transformasional
dengan organizational silence.

Sebuah organisasi yang memiliki kepemimpinan transformasional yang baik akan


menjadikan para karyawannya bekerja dengan semangat dalam menunjukkan upaya
pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan
yang memberikan umpan balik positif pada para pengikutnya, memberikan motivasi pada
pengikut agar mereka menunjukkan performa terbaiknya dalam bekerja serta memberikan
dorongan pengikut untuk berfikir inovatif terkait masalah yang rumit. Sehingga seorang
karyawan dengan kepemimpinan transformasional yang baik akan merasa didukung dan
diperhatikan dalam organisasi. (Akram, Aman, 2018).

Dalam penelitian Akram (2018) menunjukkan bahwa memiliki kepemimpinan


transformasional yang baik akan menciptakan kinerja yang baik pada diri karyawan karena
dalam kepemimpinan transformasional mengembangkan ikatan yang kuat antara pemimpin
dan diri karyawan. Selain itu, kepemimpinan transformasional meningkatkan adanya
hubungan emosional yang baik antara pemimpin dengan karyawan sehingga karyawan akan
lebih percaya diri untuk tampil di luar dugaan.

Kepemimpinan transformasional sangat memberikan motivasi pada karyawan karena


motivasi sendiri ialah bagaimana seseorang bertahan terhadap tujuan yang ingin mereka
capai. Jadi dalam hal ini, tujuan yang ditetapkan organisasi diimbangi oleh dorongan yang
diberikan pemimpin kepada para karyawannya. Seseorang yang memiliki motivasi yang
tinggi dalam bekerja ia akan menciptakan antusiasme yang tinggi untuk melakukan
pekerjaannya. Sebaliknya, seseorang dengan kepemimpinan transformasional yang rendah
akan menjadikan karyawan menampilkan performa kerja yang kurang maksimal, membuat
seseorang tidak memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja dan produktifitas yang kurang
maksimal. Faktor motivasi sangat diperlukan di dalam organisasi karena hal ini terkait
dengan kinerja seseorang. Apabila tidak ada motivasi dalam diri karyawan maka tingkat
kinerja akan rendah dan hal ini berbahaya untuk karyawan maupun organisasi. (Ahmad, dkk.
204)

Organizational silence merupakan fenomena kolektif dimana karyawan menahan untuk


menyampaikan ide potensial yang dimiliki terkait masalah organisasi. Organizational silence
memiliki arti bahwa seseorang tidak membagikan ide, saran, dan kekhawatiran apapun yang
berkaitan dengan individu, kelompok, maupun proses organisasi. Hal ini juga berarti bahwa
seseorang tidak mengekspresikan emosi diri yang mana hal tersebut mempengaruhi
perubahan dan solusi dalam praktik organisasi. (Avan, Zorlu, & Baytok 2016). Adanya
organizational silence akan menimbulkan konsekuensi negatif baik untuk organisasi maupun
diri karyawan sendiri. Dimana organizational silence akan menjadikan rendahnya tingkat
kepuasan kerja karyawan, rendahnya motivasi dalam diri karyawan, stres, meningkatnya
turnover karyawan, rendahnya tingkat loyalitas pada pekerjaan, serta tujuan organisasi
tercapai tidak maksimal. (Avan, Zorlu, & Baytok 2016).

Sebuah penelitian dalam dunia pendidikan menyatakan bahwa tingkat organizational silence
dapat berubah tergantung pada kepemimpinan transformasional, keadilan organisasi, dan
kepercayaan pada atasan. Berdasarkan hasil tersebut sangat jelas bahwa kepemimpinan
transformasional memberikan pengaruh terhadap tingkat organizational silence. Jadi semakin
baik kepemimpinan transformasional maka tingkat organizational silence semakin menurun,
begitupun sebaliknya. (Akar, Huseyin, 2018)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kepemimpinan
transformasional dengan organizational silence. Sehingga ketika kepemimpinan
transformasional tinggi, maka tingkat organizational silence rendah. Hal ini sesuai dengan
teori Leader Member Exchange (LMX) yang mana teori tersebut memfokuskan pada
hubungan antara pemimpin dengan pengikutnya. Terdapat empat alasan seseorang
menyuarakan pendapatnya berdasarkan Leader Member Exchange (LMX) yang tinggi.
Pertama, karyawan dengan LMX yang tinggi akan memiliki lebih banyak akses dan
komunikasi dengan supervisor atau pemimpin mereka, sehingga karyawan akan memiliki
banyak kesempatan berbicara. Kedua, LMX yang tinggi menjadikan karyawan akan memiliki
kepercayaan yang lebih besar terhadap atasan mereka, sehingga karyawan merasa bahwa
akan memiliki sedikit resiko pribadi ketika berbicara dan saran mereka mungkin dipahami.
Ketiga, ketika karyawan percaya bahwa mereka diperlakukan dengan baik, maka mereka
perlu membalas perlakukan tersebut dengan berusaha untuk membantu organisasi melalui
mengungkapkan ide, saran, atau informasi yang mendukung pencapaian organisai. Terakhir,
karyawan dengan LMX yang tinggi maka karyawan akan merasa bahwa mereka memiliki
tanggung jawab yang besar, memperkuat motivasi intrinsik untuk meningkatkan kinerja
melalui membagikan ide, saran ataupun informasi yang dimiliki. (wang, Gan & Wu, 2016).

Berdasarkan terori tersebut, maka seorang karyawan yang menunjukkan organizational


silence yang rendah dikarenakan mereka merasa dihargai ketika berbicara, karyawan merasa
nyaman mengungkapkan idenya dikarenakan adanya kepercayaan terhadap atasan, karyawan
merasa memiliki tanggung jawab dan berhutang budi dalam organisasi sehingga ia akan
berusaha untuk menampilkan performanya sebaik mungkin dalam pencapaian tujuan
organisasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek dengan kepemimpinan transformasional


tinggi sebanyak 53% dan 47% subjek dengan kepemimpinan transformasional rendah.
Sedangkan subjek dengan organizational silence tinggi ialah sebanyak 40% dan 60%
memiliki tingkat organizational silence yang rendah. Seseorang yang memiliki organizational
silence rendah maka ia akan memiliki tingkat kontribusi yang tinggi diluar pekerjaan dalam
organisasi sehingga hal ini akan meningkatkan produktifitas organisasi. (Cinar, dkk. 2013)

Kelemahan dari penelitian ini ialah terdapat pada alat ukurnya. Dalam pengukuran
organizational silence diperlukan observasi lapangan karena ditakutkan akan terjadi bias
pada pengisian kuisionernya. Sehingga alat ukur untuk organizational silence dirasa kurang
memadai dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai