Anda di halaman 1dari 32
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR OLEH: ‘Yunita Riana Anthony 1490122073 PROGRAM PROFESI NERS XVIX INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG ‘TAHUN 2022 A. Pendahuluan Fraktur merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga di Indonesia setelah penyakit Jantung Koroner dan Tuberculosis. Fraktur dapat disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan kecelakaan (Noorisa dkk, 2017). Badan kesehatan duniaWorld Health of Organization (WHO) tahun 2019 menyataka bahwa angka inseden fraktur_mengalami peninggkatan yaitu pada tahun 2018 terdapat 15 juta orang mengalami fraktur, dan pada tahun 2019 mengalami peningkatan yaitu menjadi 21 juta orang yang mengalami fraktur (Mardiono dkk, 2018), Data yang ada di Indonesia kasus fraktur paling sering yaitu fraktur femur sebesar 42% diikuti fraktur humerus sebanyak 17% fraktur tibia dan fibula sebanyak 14% dimana penyebab terbesar adalah kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor atau kendaraan rekreasi 65,6% dan jatuh 37,3% mayoritas adalah pria 73,8% (Desiartama & Aryana, 2017), Fraktur atau patah tulang merupakan salah satu kedaruratan medik yang harus segera ditangani sesuai dengan prosedur penatalaksaan patah tulang alah satu cara yang dapat dilakukan untuk menangani fraktur yaitu dengan reduksi terbuka atau disebut Open Reduction and Internal Fixation (ORIF). ORIF merupakan salah satu bentuk reduksi dan imobilisasi yang dilakukan dengan prosedur pembedahan dengan pemasangan screw dan plate atau dikenal dengan pen (Anugerah, Purwandari, & Hakam, 2017). Setelah melakukan ORIF pasien akan ‘merasa rasa nyeri, keterbatasan gerak, dan penurunan kekuatan tot. Nyeri merupakan situasi tidak menyenangkan yang bersumber dari area tertentu, yang tergantung atau tidak tergantung pada kerusakan jaringan dan berkaitan pada pengalaman masa lalu seseorang (Pyadesi, Sulisetyawati, & Sari, 2017) B. Pengertian Fraktur adalah kondisi dimana keutuhan dan kekuatan dari tulang mengalami kerusakan akibat penyakit atau proses biologis yang merusak (Kenneth et al., 2015). Fraktur atau patah tulang disebabkan adanya gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang, Saat terjadi fraktur maka jaringan Iunak yang berada disekitarnya juga sering kali terganggu. (Astanti, 2017) Fraktur adalah gangguan akibat kerusakan pada bagian tulang, yang dapat ‘menyebabkan jaringan disekitarnya terganggu, Anatomi dan Fisiologi Tulang Struktur tulang terdiri atas dua macam yaitu, tulang padat yang terdapat pada bagian war semua tulang dan tulang berongga yang terdapat pada bagian dalam tulang, kecuali bagian yang digantikan oleh sumsum tulang. Bila tulang diklasifikasi berdasarkan morfologi (bentuknya), dibagi menjadi lima jenis yaitu, tulang Panjang seperti tulang Femur dan Humeru, tulang pendek seperti tulang carpals, Tulang pipih seperti tulang tengkorak, tulang tidak teratur seperti tulang vetebrata, tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella. Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas, tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang, matriks merupakan kerangka dimana garam- garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon. Osteoklas adalah sel multinuclear (beri i banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang, Sedangakn tulang berfungsi sebagai, Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh, Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan Tunak, memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan), Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema topoiesis) Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor. Purwanto (2016). Etiologi Menurut Apleys & Solomon, 2018 ada beberapa factor yang menyebabkan fraktur antara lain: 1. Cidera 2. Stress 3. Melemahnya tulang akibat abnormalitas seperti fraktur patologis Sedangkan menurut Purwanto (2016) Etiologi/ penyebab terjadinya fraktur antara lain: 1, Trauma langsung Akibat terjadi benturan pada tulang yang menyebabkan fraktur. 2, Trauma tidak langsung Tidak terjadi pada tempat benturan tetapi ditempat lain oleh Karena itu kekuatan trauma diteruskan oleh sumbu tulang ke tempat lain 3. Kondisi patologis, Akibat adanya penyakit pada tulang (degeneratif dan kanker tulang). E. Klasifikasi Menurut Sulistyaningsih (2016), berdasarkan ada tidaknya hubungan antar tulang dibagi menjadi 1. Fraktur Terbuka Adalah patah tulang yang menembus kulit dan memungkinkan adanya hubungan dengan dunia luar serta menjadikan adanya kemungkinan untuk masuknya kuman atau bakteri ke dalam luka. Berdasarkan tingkat keparahannya fraktur terbuka dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar menurut klasifikasi Gustillo dan Anderson, 2015) yaitu: a. Derajat I Kulit terbuka 1 cm tanpa Kerusakan jaringan Iunak yang. lua komponen penghancuran minimal sampai sedang, fraktur dengan Iuka terbuka melintang sederhana dengan pemecahan minimal, Derajat IIL Kerusakan jaringan lunak yang lebih luas, termasuk otot, Kuli dan_ struktur neurovaskuler, cidera yang disebabkan oleh energi tinggi dengan kehancuran Komponen tulang yang parah, d. Derajat IIA Laserasi jaringan lunak yang luas, cakupan tulang yang memadai, fraktur segmental, pengupasan periosteal minimal. e. Derajat IB 2 Cidera jaringan lunak yang luas dengan pengelupasan periosteal dan paparan tulang yang membutuhkan penutupan jaringan lunak; biasanya berhubungan dengan kontaminasi masif, f. Derajat IC Cidera vaskular yang membutuhkan perbaikan (Kenneth et al 2015). Fraktur Tertutup Adalah patah tulang yang tidak mengakibatkan robeknya kulit sehingga tidak ada kontak dengan dunia luar. Fraktur tertutup diklasifikasikan berdasarkan tingkat kerusakan jaringan lunak dan mekanisme cidera tidak langsung dan cidera langsung antara lain: a. Derajat 0 Cidera akibat kekuatan yang tidak langsung dengan kerusakan jaringan lunak yang tidak begitu berarti. b. Derajat 1 Fraktur tertutup yang disebabkan oleh mekanisme energi rendah sampai sedang dengan abrasi superfisial atau memar pada jaringan lunak di permukaan situs fraktur. c. Derajat 2 Fraktur tertutup dengan memar yang signifikan pada otot, yang mungkin dalam, kulit lecet terkontaminasi yang berkaitan dengan mekanisme energi sedang hingga berat dan cidera tulang, sangat beresiko terkena sindrom kompartemen. 4d. Derajat 3 Kerusakan jaringan lunak yang Iuas atau avulsi subkutan dan gangguan arteri atau terbentuk sindrom kompartemen(Kenneth et al., 2015). ‘Menurut Purwanto (2016) berdasarkan garis frakturnya dibagi menjadi : a. Fraktur Komplet Yaitu fraktur dimana terjadi patahan diseluruh penampang tulang biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang Fraktur Inkomplet Yaitu fraktur yang terjadi hanya pada sebagian dari garis tengah tulang. Fraktur Transversal Yaitu fraktur yang terjadi sepanjang garis lurus tengah tulang d, Fraktur Oblig Yaitu fraktur yang membentuk garis sudut dengan garis tengah tulang. e. Fraktur Spiral Yaitu garis fraktur yang memuntir seputar batang tulang sehingga menciptakan pola spiral. f, Fraktur Kompresi Terjadi adanya tekanan tulang pada satu sisi bisa disebabkan tekanan, gaya aksial langsung, diterapkan diatas sisi fraktur. g. Fraktur Kominutif Yaitu apabila terdapat beberapa patahan tulang sampai mengh: atau lebih bagian. h.Fraktur Impaksi icurkan tulang menjadi tiga Yaitu fraktur dengan salah satu irisan ke ujung atau ke fragmen retak. Patofisiologi Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. ‘Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut, jaringan Iunak yang biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat di sekitar fraktur. Sel-sel darah putih dan sel-sel anast berkamulasi mengakibatkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktifitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru amatir yang disebut callus. Bekuan fibrin di reabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodelling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstermitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusa darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut saraf ‘maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom compartment (Brunner & Suddart, 2015), Patway Trauma Langsung ‘Trauma Tidak Langsung Kondisi Patofiologi Fraktur -—--———_— Diskontinuitas Pergeseran Fragmen Tulang I= Nyeri Akut Perubahan Jaringan Sekitar 1 Kerusakan Fragmen Tulang Pergeseran Fregmen Tulang ‘Spasme otot Deformitas Gangguan Fungsi Ekstermitas ‘Tekanan Sumsum Tulang Lobih Tinggi Dari Kapiler Peningkatan Kapiler Melepaskan Katekolamin Pelepasan Histamin ‘Metabolisme asam lemak ‘Gangguan Mobilitas Fisik Protein Plasma Hilang Bergabung Dengan Trombosit Laserasi Kulit Resiko Infeksi Edema Emboli Penekanan Pembuluh Menyumbat Pembuluh Darah Darah ] Mengenai Jaringan Gangguan Integritas Resiko Perfusi Perifer kutis dan sub kutis Kulit/ Jaringan Tidak Efektif| Pemeriksaan diagnostic Menurut Istianah (2017) pemeriksaan diagnostic pada fraktur yaitu 1. Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur 2. Scan tulang, temogram, atau scan CT/MRIB untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak 3. Anteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler, 4, Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun pada perdarahan selain itu peningkatan leukosit mungkin terjadi sebagai respon terhadap peradangan. Penatalaksanaan Menurut Wati,2018 penatalaksanaan pada klien dengan fraktur yaitu 1. Keperawatan Perawat harus mewaspadai faktor-faktor praoperasi dan pascaoperasi yang jika tidak dikenali dapat menjadi faktor penentu yang berdampak kurang baik terhadap Klien. a Praoperasi Perawat harus mengajarkan klien untuk melatih kaki yang tidak mengalami cidera dan kedua lengannya. Selain itu sebelum dilakukan operasi klien harus diajrakna menggunakan trapeze yang dipasangkan di atas tempat tidur dan di sisi pengaman tempa tidur yang berfungsi untuk membantunya dalam mengubah posisi, klien juga perlu mempraktikan bagaimana cara bangun dari tempat tidur dan pindah ke kursi b) — Pascaoperasi Perawat memantau tanda vital serta memantau asupan dan keluaran cairan, mengawasi aktivitas pernapasan, seperti napas dalam dan batuk, memberikan pengobatan untuk menghilangkan rasa nyeri, dan mengobservasi balutan Iuka terhadap tanda-tanda infeksi dan perdarahan. Sesudah dan sebelum reduksi fraktur, akan selalu ada resiko mengalami gangguan sirkulasi, sensasi, dan gerakan, ‘Tungkai Klien tetap diangkat untuk menghindari edema, Bantal pasir dapat sangat membantu untuk mempertahankan agar tungkai tidak mengalami rotasi eksterna. Untuk menurunkan kebutuhan akan penggunaan narkotika dapat menggunakan transcutaneus electrical nerve stimulator (TENS). Untuk mencegah dislokasi prosthesis, perawat harus senantiasa menggunakan 3 bantal diantara tungkai Klien ketika mengganti posisi, pertahankan bidai abductor tungkai pada klien kecuali pada saat mandi, hindari mengganti po: Klien ke sisi yang mengalami fraktur. Menahan benda/beban yang berat pada ekstremitas yang terkena fraktur tidak dapat diizinkan kecuali telah mendapatkan ha il dari bagian radiologi yang menyatakan adanya tanda-tanda penyembuhan yang adekuat, umumnya pada waktu 3 sampai 5 bulan. 2. Reduksi fraktur terbuka Adalah kasus emergency karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8jam (golden period). dilakukan pembersihan Iuka, exici, heacting situasi, antibiotic, namun ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu, harus ditegakkan dan ditangani terlebih dahulu akibat trauma yang membahayakan jiwa airway, breathing dan circulation, patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat yang memerlukan penanganan segera yang meliputi pembidaian, menghentikan_perdarahan dengan bidai, menghentikan perdarahan besar dengan klem, pemberian antibiotic, dibredemen dan itigasi yaitu untuk membuang semua jaringan mati pada daerah patah terbuka baik berupa benda as mengurangi kepadatan kuman dengan cara mencuci luka dengan larutan fisiologis dalam 1 maupun jaringan lokal yang mati dan irigasi untuk jumlah banyak baik dengan tekanan maupun tanpa tekanan, penutup luka, rehabilitasi. 3. Fraktur tertutup, Penatalaksanaan fraktur tertutup yaitu dengan pembedahan yaitu memanipulasi serta imobilisasi eksternal dengan menggunakan gips. 4, Seluruh fraktur a, Rekoknisis/Pengenalan Riwayat kajian harus jelas untuk menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya. b, Reduksi/Manipulasi/Reposisi Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang supaya kembali secara optimal seperti semula. Dapat juga diartikan reduksi fraktur (setting tulang) adalah mengembalikan fragmen tulang pada pos ¢. OREF(Open Reduction an‘d External Fixation) kesejajarannya Penanganan intraoperative pada fraktur terbuka derajat III yaitu dengan cara reduksi terbuka di ikuti fiksasi eksternalOREF sehingga diperoleh stabilisasi fraktur yang baik. Penanganan pasca operasi yaitu perawatan luka dan pemberian antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi, pemberian radiologic serial, darah lengkap serta rehabilitasi berupa latihan-latihan secara teratur dan bertahap sehingga ketiga tujuan utama penanganan fraktur bisa tercapai yaitu union (penyambungan tulang kembali secara sempuma), sembuh secara otomatis (penampakan fisik organ anggota gerak baik proporsional) dan sembuh secara fungsional (tidak ada kekakuan dan hambatan Tain dalam melakukan gerakan), ORIF (Open Reduction Internal Fixation) ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur. Fungsi ORIF untuk mempertahankan posisi agar fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran. Imobitisasi fraktur Imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan mencegah pergerakan yang dapat mengancam penyatuan, Pemasangan plat atau traksi dimaksudkan untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami fraktur. Rehabilitasi Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan, Status neurovaskuler (Misal Pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau dan abli bedah ortopedi diberitahu segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler. L Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a © Biodata 1) Indentitas Klien ‘Nama Klien, UsiaTgl. Lahir, Jenis Kelamin, Agama/Keyakinan, SukwBangsa, Status Pernikahan, Pekerjaan, Tanggal Pengkajian 2) Penanggung Jawab Nama, Usia, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Hubungan dengan Klien Riwayat Kesehatan Klien 1) Keluhan utama : 2) Riwayat kesehatan sekarang ; Riwayat keschatan Klien sejak timbulnya gejala (Sebelum masuk RS) dan penanganan yang dilakukan dirumah dan di RS sampai dengan menjadi kasus kelolaan 3) Riwayat Kesehatan Lalu : Penyakit apa saja yang pernah diderita, terutama yang berhubungan dengan penyakit sekarang 4) Riwayat Kesehatan Keluarga : Catat riwayat penyakit keluarga yang berkaitan dengan penyakit yang diderita saat ini. Apakah ada predisposi genetik terhadap penyakit yang diderita saat ini atau perilaku yang didapat (memiliki kepribadian tipe A, gaya hidup yang penuh stress) 5) Genogram 3 Generasi Pola Aktivitas sehari-hari 1) Pola Aktifitas Sehari-hari a) Pola Makan dan Minum (sebelum dan selama sakit) Makan: jenis makanan, frekuensi, jumlah makanan, bentuk makanan, makanan pantangan, gangguan/keluhan, Minum: jenis minuman, frekuensi, jumlah minuman, gangguan/keluhan, b) Pola Eliminasi (sebelum dan selama sakit) BAB: frekuensi, jumlah, konsistensi dan warna, bau, gangguan/keluhan, BAK: frekuensi, jumlah, warna, bau, gangguan/keluhan. ©) Pola istirahavtidur (sebelum dan selama sakit) Siang : (waktu, lama, kualitas/gangguan istirahat & tidur) Malam : (waktu, lama, kualitas/gangguan istirahat & tidur) 4) Personal Hygiene Mandi, cuci rambut, gosok gigi, ganti pakaian, gunting kuku, gangguan / masalah, ©) Pola Aktifitas/latihan fisik (sebelum dan selama sakit) Mobilisasi /jenis aktifitas, waktu/lama/frekuensi, gangguan/masalah. f) Kebiasaan Lain (sebelum dan selama sakit) Merokok Alkohol Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum a) Tanda-tanda distress b) Penampilan dihubungkan dengan usia ©) Ekspresi wajah :, Bicara :, Mood 4) Tinggi Badan, Berat Badan, Gaya berjalan 2) Tanda— Tanda Vital ‘Suhu, Nadi, Pernafasan, Tekanan Darah 3) Sistem Pemafasan a) Hidung (simetris), Pernafasan Cuping Hidung, Secret, Polip, Epitaksis b) Leher : Pembesaran Kelenjar timoroid ©) Dada: Bentuk dad: gerakan dada (kiri-kanan) apakah terdapat retraksi), Otot bantu pernafasan, Perbandingan ukuran anterior posterior dengan tranversal, suara nafas : vocal premitus, Ronchi, Wheezing, Stridor, rales, Clubbing Finger 4) System Cardiovaskuler a) Conjungtiva (anamis/tidak), Bibir (Pucat/Cyanosis), Arteri__carotis (Kuat/lemah), tekanan vena Jugalaris (meninggi/tidak) b) ukuran jantung (Normal/membesar), Letak Cordis/Apex ©) Suara Jantung: S1, S2, Bising Aorta, mur-mur, Gallop 5) System Pencemaan a) Sklera (Ikterus/Tidak), Bibir (Lembab, kering/Pecah-pecah), Labio Skisis b) Mulut : Stomatitis, Plato Skizis, Jumlah Gigi, Kemampuan menelan (Baik, Sulit) ©) Gaster: Kembung, Nyeri, Gerakan, Peristaltik ) Abdomen : Hati (Teraba'tidak) : Line, Ginjal, Faces e) Anus (lecet/tidak), Haemorroid System Indra a, Mata: Kelopak mata, Bulu mata, Alis, Visus (Gunakan Snellen Chard), Lapang Pandang b. Hidung : Penciuman, Perih dihidung, Trauma, Mimisan, Secret yang ‘menghalangi penciuman ¢. Telinga : Keadaan daun telinga, kanal uaditorius: bersih, Serumen, Fungsi pendengaran, Membrane Tympani ‘System Syaraf a, fungsi Cerebral 1) Status mental orientasi, daya ingat, Perhatian dan perhitungan, Bahasa 2) Kesadaran (Eyes, Motorik, Verbal) 3) Bicara (Ekspresive dan resiptive) b. Fungsi Cranial 1) Nervus I Penciuman 2) Nervus I :Visus, Lapang Pandang 3) Nervus HILIV,VI _: gerak bola mata, Pupil Isokhor/anisokhor 4) Nervus V : Sensorik, Motorik 5) Nervus VII Sensorik, otonom, Motorik 6) Nervus VIII : Pendengaran, Keseimbangan 7) Nervus IX Fa 8) Nervus X : Gerakan Uvula, rangsangan muntah/menelan 9) Nervus XT : Sternocledomatoideus, Trapexius 10) Nervus XII : Gerakan Lidah cc. Fungsi Motorik : Massa otot, tonus otot, Kekuatan otot . Fungsi Sensorik : Suhu, Nyeri, getaran, Posisi, e. fungsi Cerebellum : Koordinasi, Keseimbangan £. Refleks: Bisep, Trisep, Patella, Babinski Tritasi meningen : Kaku Kuduk, Lasaque Sign, Brudzinki Sign © 8) System Muskulo Skeletal a, Kepala : Bentuk Kepala, Gerakan b. Vertebrae : Scoleosis, Lordosis, kiposis, Gerakan, ROM, Fungsi gerak ¢. Pelvis : Gaya Jalan, gerakan, ROM, Trendelberg test, Ortolani/Barlow . Lutut: Bengkak, Kaku, gerakan, MC, Murray test, Ballotement test e. Kaki : Bengkak, Gerakan, Kemampuan berjalan, tanda tarikan f. Tangan : Bengkak, gerakan, ROM, Bahu 9) Sistem Integumen Rambut : Warna, mudah di cabut b. Kulit : Warna, Temperatur, Kelemaban, Bulu Kulit, Erupsi, tahi lalat, ruam, Texture cc. Kuku : Warna, permukaan kuku, Mudah patah, kebersihan 10) System Endokrin a, Kelenjar Thyroid b. Ekskresi urine berlebihan, polydpel, poly phagi cc. Suhu tubuh yang tidak seimbang, keringat berlebihan d._ Riwayat bekas air seni dikelilingi semut 11) System Perkemihan ‘a. Odema palpebra, Moon Face, Odema anasarka b. Kea wn kandung kemih ¢. Nocturia, dysuria, kencing batu . Penyakit seksual 12) System Reproduksi a, Wanita 1) Payudara: Putting, Areola mamae, simetris 2) Labia mayora dan minora : bersih, Secret, bau b. Laki-laki 1) Keadaan gland penis : Urethra, Kebersihan 2) Testis : (Sudah turun/belum) 3) Pertumbuhan Rambut : Kumis, Janggut, Ketiak 4) Pertumbuhan Jakun, Perubahan Suara 13) System Immun a, Allergi : (Cuaca, debu, Bulu Binatang, Zat Kimia) b. Penyakit yang berhubungan dengan perubahan-perubahan Cuaca : Flu, Ulticaria, Lain-lain c. Riwayat Transfusi dan Reaksi 2. Analisa data No Data Etiologi ‘Masalah Keperawatan 1 | Data Subjekit “Trauma tidak Tangsung Nyeri akut Mengelub nyeri l Data objektif Fraktur - Tampak meringis Gelisah frekuensi J meningkat = Sulit dur Pergeseran fragmen tulang - Tekanan — darah meningkat J = Pola napas berubah . Nyeri Akut 2 [Data Subjekir Fraktur ‘Gangguan mobilitas fisik Nyeri saat bergerak Merasa cemas saat bergerak Diskontuinitas tulang Data Objel Kekuatan _otot menurun - Rentang —gerak (ROM) menurun Perubahan jaringan sekitar = Gerakan terbatas + Fisik lemah Pergeseran fragmen tulang Deformitas Gangguan Fungsi Ekstremitas Gangguan Mobilitas Fisik Data Subjektif ‘Spasme otot Perfusi perifer tidak - _ Nyeri ektermitas Data Objektif ~ Nadi perifer atau nadi tidak teraba ~ Akral teraba dingin ~ Warna kulit pueat - Turgor ult menurun, Peningkatan tekanan kapiler Pelepasan histamin Protein plasma hilang efektif Edema | Penekanan pembuluh darah 1 Perfusi perifer tidak efektif Data Subjekit Perubahan jaringan sekitar Risiko Infeksi - Tidak nyaman pada J bagian kaki kanan Leserasi kulit kiri Data Objektif | Resiko infeksi - Luka post operasi pada collum femur dextra Data Subjektif Diskontiunitas tulang Gangguan Integritas I Kulit Data Objektif Perubahan jaringan sekitar - Kerusakan J jaringan/ —lapisan _ ” Laserasi kulit kulit Nyeri 1 Perdarahan Gangguan integritas kulit Kemerahan 6. | Data Subjektif Laserasi kulit Risiko Syok - Nyeri pada I ekstermitas bagian Putusnya vena/arteri bawah Data Objektif Perdarahan ~ Bkstremitas bawah Kanan terdapat J bidai Kehilangan volume cairan 1 Resiko syok (hipovolemik) 3. Diagnosa keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ©. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit 4d, Gangguan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan mobilitas ©. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kuranga aktivitas fisik £. Risiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan 4. Reneana Keperawatan No keperawatan —selama 3x24 _jam,diharapkan nyeri akut dapat teratasi. Tupen : Setelah —_dilakukan tindakan _keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan Nyeri dapat berkurang, dengan kriteria hasil : - Mampu mengontrol nyeri_(mengetahui penyebab —nyeri, mampu kkarakteristik, — durasi. frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri - Identifikasi respon nyeri non verbal [Teraupet - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa _nyeri (Mis: Suku ruangan, pencahayaan, kebisingan), [Edukasi : Diagnosa Tujuan Tniervensi mal 1. | Nyert akut bd agen | Tupan: ‘Observasi : Observasi pencedera fisik Setelah ——dilakukan } - Monitor TTV = Mengetahui keadsan_ umun tindakan asuhan} — [dentifika loka pasien = Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indicator secara dint untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya - Untuk mengetahui tingkat nyeri = Rangsangan yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri = Mengurangi nyeri dan mencegah malformasi, = Menurunkan nyeri_ melalui mekanisme —penghambatan menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri) Melaporkan bahwa nyeri —_berkurang dengan ‘menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuen: dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman —_setelah nyeri berkurang Tanda tanda vital dalam rentang normal = Ajarkan—tehnik non farmakologis untuk ‘mengurangi rasa nyeri Kotaborasi - Kolaborasi —pemberian analgetik, jika perlu Tangsang nyeri baik secara sentral maupun perifer. Gangguan_mobilitas fisik bd nyeri Tupan: Setelah —_dilakukan asuhan —_keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Gangguan mobil fisik dapat teratasi. Tupen : Setelah —_dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan Gangguan mobilitas dapat berkurang, dengan kriteria hasil: - Klien dapat meningkatkan atau mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi ‘Observasi : = Wentifikasi toleransi_fisik melakukan pergerakan = Monitor Frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi ‘Terapetik : dengan lat bantu (Mis: Pagar tempat tidur) = Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan Edukasi : = Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus di Takukan (Mis: duduk di tempat tidur, duduk di sisi ‘Agar tidak memaksakan’ untuk terlalu banyak untuk melakukan pergerakan Penurunan otot mempengaruhi —_serkulasi pada ekstermitas ‘Membantu dalam peningkatan aktifitas dengan menggunakan alat bantu dan mengurangi bahaya resiko Jjatuh Melibatkan peran keluarga dapat ‘membantu meningkatkan kemampuan untuk mobilisasi Membantu meningkatkan pemulihan fungsi kekwatan otot dan sendi ‘yang mungkin dapat dicapai = mempertahankan pos meningkatkan i fungsional kekuatan atau fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh menunjukkan tekhnik yang memampukan melakukan tempat tidur, pindah dart tempat tidur ke kursi) Resiko infeksi_ bd kerusakan integritas kulit Tupen : Setelah dilakukan tindakan asuban keperawatan —selama 3x24 jam, di harapkan Observasi : I. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik Hrerapeutil Berikan perawatan kulit pada area edema [i- Untuk mengetahui apakah ada atau tidak gejala infeksi Untuk mencegah terjadinya ‘edema/pembengkakan kulit Untuk — mencegah_—_terjadi masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh masalah Resiko infeksi dapat teratasi Tupan: Setelah ——_dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan pasien tidak dapat menunjukan Resiko infeksi_ dengan kriteria hasil : 1. TTV dalam batas normal 2. Leukosit dalam batas normal 3. Tidak ada tanda- tanda inflamasi Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi [Eduka: - Jelaskan tanda dan gejala infeksi p. Ajarkan cara menet tangan dengan benar ‘Agar pasien melaporkan jika terjadi tanda dan gejala infeksi Mencegah —_terkontaminasi bakteri Gangguan Kerusakan integritas kulit bd penurunan mobilitas ‘Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan ‘Observasi - Identifikasi faktor resiko gangguan = mengetahui faktor risiko selama 3x24 jam

Anda mungkin juga menyukai