Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ILMU HADITS

HADITS TENTANG KEPEMIMPINAN & HADITS TENTANG MENYELESAIKAN


PERSELISIHAN

NUR HALIZAH PUTRI S.AG


DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:
1. WAHYU ANANDA
2. HUMAERA
3. NUR ALMAIDAH
4. MOH. ICHSAN
5. MOH.ROHIM

TAHUN AJARAN
2023/2024

KATA PENGANTAR
ِ ‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن الر‬
‫َّحيم‬
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Yang memiliki kesempurnaan segalanya. Kita
memuji dan memohon pertolongan, ampunan, dan berlindung kepada-Nya, untuk menuju
kebahagiaan, kebahagiaan yang sangat dirindukan, kebahagiaan yang tiada kekal

1
dan yang kekal. Dengan rahmat, hidayah, inayah, dan pertolongan-Nya, Makalah Ilmu Hadits ini
dapat terselesaikan.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas di Semester II mengenai 2 Bab materi yaitu:
“HADITS TENTANG KEPEMIMPINAN DAN HADITS TENTANG MENYELESAIKAN
PERSELISIHAN”. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga penulis.
Kami berterima kasih kepada Ibu Nurhaliza selaku guru mata pelajaran ilmu hadits terima kasih
juga kami sampaikan dari semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Makalah ini.
Kami memohon maaf sebesar besarnya apabilah dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun di harap kan demi
kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4

2
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
I. Latar Belakang..............................................................................................................................4
II. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. HADIS TENTANG KEPEMIMPINAN.......................................................................................5
1. Kewajiban Patuh kepada Pemimpin............................................................................................5
2. Ancaman bagi Orang yang Tidak Patuh kepada Pemimpin......................................................6
3. Pemimpin Tidak Ambisius............................................................................................................6
B. HADIS TENTANG MENYELESAIKAN PERSELISIHAN.....................................................7
1. Menyelesaikan Perselisihan..........................................................................................................7
2. Strategi Perdamaian......................................................................................................................8
3. Keutamaan Perdamaian................................................................................................................8
BAB III.......................................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................................9
KESIMPULAN......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................9

BAB IS

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan variabel yang tidak boleh diabaikan dalam pembangunan
masyarakat, bangsa, dan hidup bernegara. Al-qur’an dan Hadist telah banyak memberikan
gambaran tentang adanya hubungan positif antara pemimpin yang baik bagi kesejahteraan
masyarakatnya. Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin adalah orang yang diberi amanat
dan akan dimintai pertanggungjawabannya kelak.

3
Sebagai seorang pemimpin, bukan berarti menjadi orang yang paling hebat, karena
sesungguhnya pemimpin mempunyai tugas yang sangat berat yakni melayani masyarakat yang
menjadi tanggungjawabnya. Bagaimana tanggungjawab yang seharusnya dilakukan oleh para
pemimpin dan bagaimana pula sikap bagi rakyat terhadap pemimpinnya, dalam makalah ini
penulis mencoba menguraikan terkait tanggungjawab bagi seorang pemimpin.

Islam juga mengakui bahwa manusia tidak terlepas dari perselisihan dalam kehidupannya. Di
dalam Islam sendiri, banyak perselisihan atau permasalahan yang memang dapat diselesaikan
dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Namun, di sisi lain juga banyak perselisihan
yang ketika dicari solusi terbaik dalam menyelesaikan perselisihan tersebut, hasilnya tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan.

Dalam menghadapi perselisihan yang terjadi antara manusia, maka pasti ada suatu
rambu-rambu hukum yang mengaturnya. Rambu-rambu tersebut bisa berupa peraturan yang ada
di dalam al-Qur’an maupun al-Hadits sebagai petunjuk dan akal. Dengan akalnya manusia dapat
menggali dan mencari segala macam cara dan strategi untuk menyelesaikan perselisihan mereka
berdasarkan al-Qur'an maupun Hadits. Penyelesaian perselisihan berdasarkan nilai agama
diyakini akan mampu melahirkan kedamaian, karena ajaran agama membawa nilai universal
kemanusiaan.

II. Rumusan Masalah


1. Hadits apa yang Membahas tentang kepemimpinan?
2. Berikan Penjelasan mengenai ketaatan patuh kepada Pemimpin?
3. Ancaman apa yang didapat bagi Orang yang Tidak patuh kepada pemimpin?
4. Seperti apa Pemimpin tidak ambisius?
5. Hadits apa yang membahas tentang Penyelesaian Perselisihan?
6. Bagaimana Menyelesaikan Perselisihan?
7. Startegi apa Dalam Perdamaian?
8. Apa Keutamaan Perdamaian?

BAB II

PEMBAHASAN

A. HADIS TENTANG KEPEMIMPINAN

‫ َو َعظَنَا رسو ُل هللاِ صلى هللا عليه‬:‫ال‬ َ َ‫بن َسارية رضي هللا عنه ق‬ ِ ‫رباض‬
ِ ‫الع‬ ٍ ‫عن َأبي ن‬
ِ ‫َجيح‬
‫ َكَأنَّهَا‬،ِ‫ يَا رسو َل هللا‬:‫ فَقُ ْلنَا‬،‫ُون‬ ْ َ‫ َو َذ َرف‬، ُ‫ت ِم ْنهَا القُلُوب‬
ُ ‫ت ِم ْنهَا ال ُعي‬ ْ َ‫وسلم َموعظةً بَلي َغةً َو ِجل‬

4
‫إن تَأ َّمر َعلَ ْي ُك ْم َع ْب ٌد‬ ِ ‫ ُأ‬:‫ال‬
ْ ‫ َوال َّس ْم ِع َوالطَّا َع ِة َو‬،ِ‫وصي ُك ْم بِتَ ْق َوى هللا‬ َ َ‫ ق‬،‫صنَا‬ ٍ ‫َموْ ِعظَةُ ُم َود‬
ِ ْ‫ِّع فَأو‬
‫َحبَ ِش ٌّي‬
Dari Abu Najih al-‘Irbadh bin Sariyah RA, katanya: “Rasulullah SAW pernah memberikan
wejangan kepada kita semua, yaitu suatu wejangan yang mengesankan sekali, hati dapat menjadi
takut karananya, mata pun dapat bercucuran. Kita lalu berkata: “Ya Rasulullah, seolah-olah itu
adalah wejangan seseorang yang hendak bermohon diri. Oleh sebab itu, berilah wasiat kepada
kita semua!” Nabi SAW bersabda: “Saya memberi wasiat kepada kalian agar tetap bertakwa
kepada Allah ‘Azza wa jalla, tetap mendengar dan taat walaupun yang memerintah kalian
seorang hamba sahaya (budak)”.” (Riwayat Abu Daud dan at-Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih).

1. Kewajiban Patuh kepada Pemimpin


Persoalan ketaatan kepada pemimpin sudah diwasiatkan oleh Rasulullah SAW pada akhir hidup
beliau. Rasulullah SAW menegaskan, setiap Muslim agar taat kepada pemimpinnya meski
berasal dari kalangan budak.
Ketaatan kepada pemimpin memiliki arti kemanusiaan dan sekaligus ketuhanan karena hal itu
perintah Allah SWT.
Berdimensi kemanusiaan karena ketaatan tersebut menyebabkan kedamaian, persatuan dan
keteraturan sosial. Sementara menentang pemimpin bisa berakibat perpecahan dan pertumpahan
darah, dan sebagainya.
Para ulama sepakat, hukum taat kepada pemimpin atau ulil amri adalah wajib. Kaum Muslimin
tidak diperbolehkan memberontak ulil amri, meskipun dalam kepemimpinannya sering berlaku
zalim. Ini didasarkan pada firman Allah SWT:

‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرسُوْ َل َواُولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم‬
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu.” (An-Nisa’[4]: 59).
Hanya saja, ketaatan kepada pemimpin bukan berarti tanpa reserve dan sikap kritis. Sebab, Allah
SWT melarang manusia taat kepada pemimpin yang melanggar perintah-Nya. Pemimpin tidak
lain merupakan representasi wakil Allah SWT dalam urusan duniawi agar visi memakmurkan
bumi dan penduduknya dapat dilakukan melalui ka na yang teratur, tertib, berkeadilan dan
ketaatan.

2. Ancaman bagi Orang yang Tidak Patuh kepada Pemimpin


Setiap muslim diperintahkan untuk taat pemimpin. Siapa saja yang tidak mentaati pemimpinnya,
maka ia dikatakan mati dalam keadaan mati jahiliyah. Apa yang dimaksud mati jahiliyah?

5
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ َو َم ْن َماتَ َولَي‬، ُ‫َم ْن َخلَ َع يَداً ِم ْن طَا َع ٍة لَقِ َي هللاَ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َوالَ ُح َّجةَ لَه‬
(( ً‫ َماتَ ِميتَة‬، ٌ‫ْس في ُعنُقِ ِه بَ ْي َعة‬
ً‫رواهمسلم™ )) َجا ِهلِيَّة‬

)) ً‫وت ِميتَةً َجا ِهلِيَّة‬


ُ ‫ فَإنَّهُ يَ ُم‬، ‫ق لِل َج َما َع ِة‬ ِ َ‫ (( َو َم ْن َماتَ َوهُ َو ُمف‬: ُ‫ وفي رواية لَه‬.))
ٌ ‫ار‬

”Barangsiapa melepaskan tangan dari ketaatan pada penguasa, maka ia akan bertemu dengan
Allah pada hari kiamat dalam ia tidak punya argumen apa-apa untuk membelanya. Barangsiapa
yang mati dan di lehernya tidak ada bai’at, maka ia mati seperti keadaan orang jahiliyah” (HR.
Muslim no. 1851).

Yang dimaksud melepaskan tangan dari ketaatan adalah tidak mau taat pada pemimpin padahal
ketaatan tersebut bukan dalam perkara maksiat, lalu ia enggan berbaiat pada pemimpin.

Yang dimaksud tanpa argumen yang membelanya adalah tidak ada uzur (alasan) ketika ia
membatalkan janjinya untuk taat. Sedangkan kalimat tidak ada baiat di lehernya adalah tidak
mau berbai’at, yaitu mengikat janji setia untuk taat pada pemimpin.

Mati jahiliyah yang dimaksud adalah mati dalam keadaan sesat dan salah jalan sebagaimana
keadaan orang-orang jahiliyah karena dahulu mereka tidak mau taat pada pemimpin bahkan
mereka menilai ‘aib jika mesti taat seperti itu. Namun bukanlah yang dimaksud mati jahiliyah
adalah mati kafir sebagaimana sangkaan sebagian golongan yang keliru dan salah paham.

3. Pemimpin Tidak Ambisius


Pemimpin di dalam islam memiliki beberapa ciri-ciri yaitu niat yang ikhlas, seorang laki-laki,
tidak meminta jabatan, berpegang teguh dan selalu konsisten kepada hukum Allah, senantiasa
ada ketika di butuhkan, menasehati rakyatnya, tidak menerima suap, mencari dan memilih
pemimpin yang baik, lemah lembut, tidak meragukan para rakyat, dan terbuka untuk menerima
ide maupun kritikan. 

Seorang pemimpin juga harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan mempunyai keinginan
untuk terus selalu menggali ilmu dan belajar lebih dalam karena, seorang pemimpin harus
memiliki kecerdasan yang tinggi sehingga seorang pemimpin akan merasa lebih percaya diri.

B. HADIS TENTANG MENYELESAIKAN PERSELISIHAN


‫ت بِيَ ِد ِه‬ ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِخالَفَهَا فََأ َخ ْذ‬ ُ ‫ْت َر ُجالً قَ َرَأ آيَةً َس ِمع‬
َ ‫ْت ِمنَ النَّبِ ِّي‬ ُ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ يَقُو ُل َس ِمع‬
‫ال ُش ْعبَةُ َأظُنُّهُ قَا َل الَ ت َْختَلِفُوا فَِإ َّن‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق‬
َ َ‫ال ِكالَ ُك َما ُمحْ ِس ٌن ق‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬
َ ‫ْت بِ ِه َرس‬ ُ ‫فََأتَي‬
‫اختَلَفُوا فَهَلَ ُكوا‬ْ ‫َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ُم‬
Dari Abdullah (bin Mas’ud), dia berkata, “Aku mendengar seorang laki-laki membaca sebuah
ayat, yang (bacaan)nya menyelisihi yang telah aku dengar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

6
sallam . Maka aku pegang tangannya, dan aku bawa kepada Rasûlullâh n , lalu beliau bersabda,
“Kamu berdua telah berbuat sebaik-baiknya.” Syu’bah berkata: Aku sangka dia mengatakan:
“Janganlah kamu berselisih, karena orang-orang sebelum kamu telah berselisih, lalu mereka
binasa”. [HR. Bukhari no: 2410]

1. Menyelesaikan Perselisihan

 Setiap Muslim bersaudara. Seorang Mumin dengan Mumin yang lain, bagaikan suatu
bangunan yang satu mengukuhkan yang lainnya.  Ajaran Nabi Muhammad SAW seperti tertera
dalam sebuah hadis muttafaq 'alaih itu mengingatkan pentingnya persatuan dan persaudaraan di
antara umat Islam.

Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran Rasulullah SAW itu kerap terlupakan. Perselisihan dan
sengketa antara sesama umat Islam masih kerap terjadi. Tingkatannya mulai dari yang ringan dan
bisa diselesaikan dengan mudah, hingga yang berpotensi menimbulkan kekerasan atau balas
dendam.

Padahal,  Rasulullah SAW  begitu menekankan pentingnya aspek persaudaraan dalam


masyarakat Muslim. Nabi Muhammad SAW selalu menghendaki agar  kehidupan umatnya 
dipenuhi dengan harmoni, kesucian dan saling memahami. Kunci utama untuk menghidari
perselisihan,  ungkap Nabi SAW,  adalah dengan tidak berdusta, tidak membuat gurauan yang
keterlaluan, serta jangan berjanji yang kemudian diingkari.

Gurauan yang menyakitkan dapat menimbulkan kebencian dan hilangnya rasa hormat.
Mengingkari janji hanya akan menghancurkan orang. Dan, seorang Muslim sejati tak akan
melakukan semua itu. Rasulullah SAW  tak suka dengan umat Islam yang saling berselisih.

2. Strategi Perdamaian
Dalam Islam perdamaian dikenal dengan Al-Islah yang berarti memperbaiki, mendamaikan
dan menghilangkan sengketa atau kerusakan. Berusaha menciptakan perdamaian, membawa
keharmonisan, menganjurkan orang untuk berdamai antara satu dengan lainnya, melakukan
perbuatan baik berperilaku sebagai orang suci.Dalam bahasa Arab, perdamaian diistilahkan
dengan “Ash Shulhu” secara harfiyah mengandung pengertian “memutus pertengkaran”.

Islah merupakan sebab untuk mencegah suatu perselisihan dan memutuskan suatu pertentangan
dan pertikaian. Pertentangan itu apabila berkepanjangan akan mendatangkan kehancuran, untuk

7
itu maka islah mencegah hal-hal yang menyebabkan kehancuran dan menghilangkan hal-hal
yang membangkitkan fitnah dan pertentangan dan yang menimbulkan sebab-sebab serta
menguatkannya persatuan dan persetujuan

‫ْال ُم ْسلِ ُم َم ْن َسلِ َم ْال ُم ْسلِ ُمونَ ِم ْن لِ َسانِ ِه َويَ ِد ِه‬


“Seorang Muslim adalah yang mampu memberi rasa damai pada kaum muslim lainnya dari
lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari)

Oleh sebab itu, Islam sebagai agama damai tidaklah membenarkan adanya praktik kekerasa.
Cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan politis atau mempertahankan apa yang dianggap
sakral adalah bukan cerminan ajaran Islam.

3. Keutamaan Perdamaian
Ketika terjadi pertengkaran dan pertikaian, maka perdamaian menjadi suatu yang sangat terpuji.
Jika perselisihan adalah keburukan, pertengkaran dan pertikaian adalah aib, maka sebaliknya,
perdamaian dan usaha mendamaikan adalah sebuah rahmat

‫صاَل َح َذاتَ البَي ِْن فَِإ َّن فَ َسا َ™د َذاتَ البَي ِْن ِه َي‬ َ َ‫الص َدقَ ِة قَالُوْ ا بَلَى ق‬
َ ‫ال‬ َ ‫الصاَل ِة َو‬ َ ‫َأاَل ُأ ْخبِ ُر ُك ْم بَِأ ْف‬
ِ ‫ض ِل ِم ْن َد َر َج ِة ال‬
َ ‫صيَ ِام َو‬
ُ‫الحالِقَة‬
َ
“Maukah aku beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama daripada puasa, shalat dan
sedekah? Para sahabat menjawab, “Tentu wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Yaitu
mendamaikan perselisihan diantara kamu, karena rusaknya perdamaian diantara kamu adalah
pencukur (perusak agama).” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Sesungguhnya perdamaian termasuk diantara sebab munculnya rasa cinta dan perekat keretakan.
Terkadang perdamaian itu lebih baik daripada hukum yang diputuskan hakim. Dalam
perdamaian, ada pahala dari Allâh Azza wa Jalla dan ada dosa yang dihapuskan. Termasuk
didalamnya, pertikaian dalam rumah tangga.

BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
Kepemimpinan dalam Islam merupakan sebagai wadah atau tempat untuk mendorong
terwujudnya kegiatan tolong-menolong antara sesama, saudara seagama yang berpegang teguh
kepada Al-Qur’an dan hadist sebagai pedoman umat Islam, karena pemeluk agama Islam yang
satu bersaudara dengan yang lain. Meskipun berbeda suku,bangsa, atau keturunannya, kegiatan

8
tolong menolong tersebut dimaksudkan adalah dalam berbuat kebaikan dalam bentuk amal
sehingga terwujud agama Islam hakiki.

DAFTAR PUSTAKA
Makalah Hadits Tentang Kepemimpinan | Rizki Fauzi - Academia.edu

https://eprints.umm.ac.id/28597/2/jiptummpp-gdl-ainunnajib-32692-2-babi.pdf

https://www.academia.edu/12166948/Ambisi_pemimpin

https://almanhaj.or.id/3874-perdamaian-itu-lrbih-baik.html

Anda mungkin juga menyukai