XII AGAMA 1
HADITS TENTANG ETIKA DALAM MAJELIS, DAN HADITS
TENTANG ETOS KERJA
TAHUN AJARAN
2023/2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yag berjudul
tentang etika dalam majelis, dan hadits tentang etos kerja.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segala susunan maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari teman teman agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmu hadis ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2 RUMUSAH MASALAH. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB II PEMBAHASAN
2.1 ETIKA DALAM MAJELIS. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A.MEMBERI HAK JALAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.TIDAK MENGUSIR ORANG DUDUK. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C.ETIKA DALAM MAJELIS. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D.KAFARAT MAJELIS. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.2 ETOS KERJA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A.ANJURAN BEKERJA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.PEKERJAAN YANG TERBAIK. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C.KEWAJIBAN BERKERJA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.2 DAFTAR PUSAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Majelis berarti tempat dan ta'lim berarti pengajaran atau pengajian. Dengan
demikian secara bahasa majelis ta'lim bisa diartikan sebagai tempat melaksanakan
pengajaran atau pengajian ajaran Islam. Dalam kamus besar bahasa Indonesia , Majelis
adalah pertemuan dan perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang
berkumpul.
etos kerja dalam Islam adalah hasil suatu kepercayaan seorang Muslim, bahwa
kerja mempunyai kaitan dengan tujuan hidupnya, yaitu memperoleh perkenan
Allah swt. Berkaitan dengan ini, penting untuk ditegaskan bahwa pada dasarnya, Islam
adalah agama amal atau kerja
Secara garis besar, tempat yang cocok untuk berkumpul adalah mana kala tidak mengganggu
kepentingan orang lain atau kepentingan umum.Tempat yang tidak layak untuk berbincang
bincang adalah yang mengganggu orang lain.
ِ ْال ُم ْن َك
Keempat, ر ِ َوَأ ْم ٌر بِ ْال َم ْعرamar makruf nahi munkar
ٌ ُوف َونَ ْه
ى َع ِن
Diantara hak jalan yang harus di penuhi bagi yang duduk duduk disistu adalah
amar makruf nahi mungkar,artinya perintah melakukan kebaikan dan mencegah
kemungkaran.
Dari ibnu Umar r.a dari Nabi saw.bersabda,”Tidak boleh membangunkan seseorang kepada
orang lain dari majelisnya,kemudian ia mendudukinya.”(H.R. al-Bukhari 5798)
Hadits tersebut mengajarkan kepada kita bahwa seseorang tidak boleh membangunkan
saudaranya yang telah duduk di suatu majelis untuk di duduki karna yang datang lebih
dahulu,lebih berhak daripadanya .
D. Kafarat majelis
doa kafaratul majelis kerap dibacakan setelah berakhirnya suatu pertemuan atau acara.
Di sekolah-sekolah berbasis pengajaran Islam, doa kafaratul majelis dibaca sebelum
mengakhiri pelajaran di hari itu.
Menilik dari bahasa Arab, kafaratul artinya adalah pengorbanan dosa, sedangkan
majelis artinya duduk. Doa kafaratul majelis diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada
sahabatnya untuk dibaca ketika hendak meninggalkan majelis (tempat duduk) yang di
dalamnya terdapat hal yang sia-sia dikerjakan serta diucapkan.
Subhaanakallaahumma wa bihamdika, asyhadu al-laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik.
Artinya: “Maha Suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang
berhak disembah kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertobat kepada-Mu.” (HR. Ashhaabus Sunan
dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/153.)
Dianjurkannya untuk membaca doa kafaratul majelis setelah acara selesai tentunya tidak
las a begitu saja. Ada beberapa hadis yang dijadikan sebagai landasannya. Berikut ini
hadis yang menjadi dasar dari doa kafaratul majelis yang penting untuk diketahui:
hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a., Nabi Muhammad saw. Bersabda:
“Barang siapa yang duduk di suatu majelis lalu banyak senda guraunya (kalimat yang
tidak bermanfaat untuk akhiranya), maka hendaklah ia mengucapkan sebelum bangun
dari majelisnya itu, ‘Subhaanakallaahumma wa bihamdika, asyhadu al-laa ilaaha illaa
anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik’.”
Dalam Islam, hadits tentang etos kerja menjadi hal yang penting untuk
dipahami agar dapat menjalankan pekerjaan dengan baik dan benar. Karena pada
hakikatnya bekerja merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan.
Bagi umat Islam, bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dunia, tapi juga bekal
di akhirat kelak. Karena seseorang yang bekerja untuk anak dan istrinya dengan cara
yang halal akan mendapatkan pahala seperti orang yang berjihad di jalan Allah SWT.
Dikutip dari buku Etika Bisnis Islam: Meneladani Etos Kerja Nabi dan Rasul
karangan Dwi Santosa Pambudi, bekerja harus dilakukan dengan menekankan amal dan
nilai kerja itu sendiri. Berikut beberapa prinsip etos kerja Islam yang dapat diterapkan:
“Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.”
(HR. al-Bukhari)
ت َو ْٱل َحيَ ٰوةَ لِيَ ْبلُ َو ُك ْم َأيُّ ُك ْم َأحْ َس ُن َع َماًل ۚ َوهُ َو ْٱل َع ِزي ُز ْٱل َغفُو ُر
َ ق ْٱل َم ْو
َ َٱلَّ ِذى َخل
Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya (pekerjaannya). Dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
C. Anjuran bekerja
Bekerja keras adalah sebuah keharusan yang dimiliki seseorang agar las hidup
dengan tenang, baik untuk beribadah maupun dalam bermasyarakat. Sebab dengan
bekerja keras maka seseorang akan mendapatkan penghidupan yang baik.
ْطيَهُ َأ ْو
ِ فَيُعWب َأ َح ُد ُك ْم ح ُْز َمةً َعلَى ظَه ِْر ِه َخ ْي ٌر لَهُ ِم ْن َأ ْن يَ ْسَأ َل َأ َح ًدا
َ َأَل ْن يَحْ تَ ِط
ُيَ ْمنَ َعه
Artinya: “Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar
dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta-minta
kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau menolaknya.” (HR al-
Bukhari dan Muslim).
Itulah anjuran dalam Islam agar kita selalu bekerja keras, baik di dalam Al-Qur’an
maupun di dalam hadits. Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamba yang
selalu giat dalam mengerjakan hal-hal yang positif.
Faedah hadits
2. Sahabat Nabi itu sangat semangat mencari kerja yang halal, bukan mencari
kerja yang banyak penghasilannya.
4. Apa pekerjaan yang paling utama (paling bagus)? Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan
las an bahwa pekerjaan yang paling bagus adalah pekerjaan yang sesuai dengan
keadaan setiap orang, dan saling mendukung antara mukmin yang satu dan
lainnya.
Bahkan sebagaimana disebutkan dalam hadits ini, mencari kerja dengan tangan
sendiri sudah dicontohkan oleh para nabi seperti Nabi Daud ‘alaihis salam.
Mata pencaharian yang disebutkan kedua yang terbaik adalah jual beli
yang mabrur.
Kita diperintahkan untuk terus semangat dalam hal yang manfaat. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
C. Kewajiban bekerja
Allah telah memerintahkan atau mewajibkan manusia dimuka bumi ini untuk
bekerja semenjak Nabi Adam hingga Rasulullah SAW, perintah ini tetap berlaku
semua orang tanpa membeda- bedakan pangkat status, dan jabatan seseorang.
Seseorang yang bekerja keras akan mendapat penghasilan atau pendapatan yang
didapat darinya bekerja yang mana hal itersebut dinamakan upah kerja. Upah
kerja harus diberikan kepada pekerja setelah mereka melakukan pekerjaannya
atau sesuai dengan kesepakatan antara pekerja dan majikannya. Sebagimana yang
ditelah disabdakan Rasulullah SAW;
BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN
Nabi melarang duduk-duduk di jalan karena pada dasarnya susah untuk menunaikan
hak-hak yang berkaitan dengan jalan tersebut. Kalaupun harus duduk-duduk dan dia
yakin bisa menunaikan hak-haknya maka silahkan duduk. Di antara hak yang wajib
ditunaikan adalah empat hak yang disebutkan oleh Nabi ﷺ.
- Menundukan pandangan
- Menahan gangguan
- Menjawab salam
- Amar makruf nahi munkar
Kalau minta untuk merapat, ini diperbolehkan. Tapi kalau memerintahkan orang
untuk berdiri lalu kita duduk di sana, tidak diperbolehkan. Ini akan menyakiti
perasaan dan mendzaliminya.
Berikut ini adalah adab-adab dalam bermajelis:
- Mengucapkan salam
- Menjawab salam
- Duduk dan tenang dan sopan
- Tidak bermain-main dengan cincin, anggota badan, banyak menguap,
memasukkan tangan ke hidung, dan sikap-sikap lainnya
- Tidak terlalu berbicara sia-sia
- Mendengarkan orang lain berbicara hingga selesai dan tidak memotong
pembicaraannya.
- Tidak berbicara dua orang saja dengan berbisik-bisik (rahasia) tanpa
melibatkan ahli majelis lainnya.
- Tidak berbicara dengan meremehkan dan tidak menghormati ahli majelis lain,
tidak merasa paling benar (ujub) dan sombong ketika berbicara.
- Disunnahkan membuka majelis dengan khutbatul hajah (tahmid, tasyahud)
- Disunnahkan menutup majelis dengan do’a kafaratul majelis.
15
Dalam Islam, hadits tentang etos kerja menjadi hal yang penting untuk dipahami
agar dapat menjalankan pekerjaan dengan baik dan benar. Karena pada hakikatnya
bekerja merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan.
Bekerja keras adalah sebuah keharusan yang dimiliki seseorang agar bisa hidup
dengan tenang, baik untuk beribadah maupun dalam bermasyarakat. Sebab dengan
bekerja keras maka seseorang akan mendapatkan penghidupan yang baik.
Prinsip Etos Kerja Islam
- Dikutip dari buku Etika Bisnis Islam: Meneladani Etos Kerja Nabi dan Rasul
karangan Dwi Santosa Pambudi, bekerja harus dilakukan dengan menekankan
amal dan nilai kerja itu sendiri. Berikut beberapa prinsip etos kerja Islam yang
dapat diterapkan:
- Bekerja dilakukan berdasarkan pengetahuan
Bekerja harus berdasarkan keahlian
Dari Rifa’ah bin Raafi’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya
mengenai mata pencaharian yang halal? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Amalan seseorang dengan tangannya dan setiap jual beli yang
diberkahi.” (HR. Al-Bazzar dan disahihkan oleh Al-Hakim) [HR. Al-Bazzar, 9:183; Al-
Hakim, 2:10; Ahmad, 4:141.
Kerja adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhanmanusia baik baik kebutuhan
fisik, psikologis, maupun social. Kerja juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang
dilakukan oleh seseorang sebagai profesi untuk mendapatkan penghasilan. Atau
sebagai suatu proses untuk menghasilkan pendapatan atau penghasilan yang mana
pendapatan atau penghasilan yang didapatnya dari bekerja adalah untuk memenuhi
kebutuhan sehari- hari agar sesorang dapat hidup sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.inilah.com/berikan-4-hak-pengguna-jalan-sesuai-perintah-rasul
https://www.ngaji.id/tidak-mengusir-orang-dari-tempatnya/
https://smpitmasjidsyuhada.sch.id/2011/artikel/adab-dalam-majelis/