Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU HADITS

XII AGAMA 1
HADITS TENTANG ETIKA DALAM MAJELIS, DAN HADITS
TENTANG ETOS KERJA

NUR HALIZA PUTRI S.Ag.


KELOMPOK 4
DISUSUN OLEH
 FATMAWATI
 ZEIN MUHAMMAD
 MUH RIFKI ABDILLAH
 NURUL FADILLAH
 SELVI RAMADHANI

TAHUN AJARAN
2023/2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yag berjudul
tentang etika dalam majelis, dan hadits tentang etos kerja.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segala susunan maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari teman teman agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmu hadis ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2 RUMUSAH MASALAH. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB II PEMBAHASAN
2.1 ETIKA DALAM MAJELIS. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A.MEMBERI HAK JALAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.TIDAK MENGUSIR ORANG DUDUK. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C.ETIKA DALAM MAJELIS. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D.KAFARAT MAJELIS. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.2 ETOS KERJA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A.ANJURAN BEKERJA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.PEKERJAAN YANG TERBAIK. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C.KEWAJIBAN BERKERJA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.2 DAFTAR PUSAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Majelis berarti tempat dan ta'lim berarti pengajaran atau pengajian. Dengan
demikian secara bahasa majelis ta'lim bisa diartikan sebagai tempat melaksanakan
pengajaran atau pengajian ajaran Islam. Dalam kamus besar bahasa Indonesia , Majelis
adalah pertemuan dan perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang
berkumpul.
etos kerja dalam Islam adalah hasil suatu kepercayaan seorang Muslim, bahwa
kerja mempunyai kaitan dengan tujuan hidupnya, yaitu memperoleh perkenan
Allah swt. Berkaitan dengan ini, penting untuk ditegaskan bahwa pada dasarnya, Islam
adalah agama amal atau kerja

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa Yang Kita Lakukan Ketika Memasuki Suatu Majelis?
2. Apa Saja Adab Dalam Majelis?
3. Apa Pengertian Etos Kerja?
4. Apa anjuran islam dalam etos kerja
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. ETIKA DALAM MAJELIS


Etika dalam majelis adalah etika ketika akan duduk di majelis,etika ketika sedang duduk di
majelis,etika cara duduk di majelis,etika berbicara dalam majelis,etika akan berpisah dalam dan
meninggalakan majelis.Majelis yang dimaksud bersifat umum,yakni majelis apa saja dan di
mana saja. Majelis secara bahasa diartikan “tempat duduk”, tetapi kemudian diartikan sebagai
tempat berkumpul atau bertemu, karna di majelis itulah mereka dapat bertemu dan berkumpul
sekalipun tidak duduk.

A. Memberi hak jalan

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,


.‫ث ِفيهَا‬ ُ ‫ ِإنَّ َما ِه َي َم َجالِ ُسنَا نَتَ َح َّد‬،‫ َما لَنَا بُ ٌّد‬W‫فَقَالُوا‬. ‫ت‬ ُّ ‫وس َعلَى‬
ِ ‫الط ُرقَا‬ Wَ ُ‫ِإيَّا ُك ْم َو ْال ُجل‬
‫ال‬َ َ‫يق ق‬ Wِ ‫ق الطَّ ِر‬ ُّ ‫ق َحقَّهَا قَالُوا َو َما َح‬ َ ‫ الطَّ ِري‬W‫س فََأ ْعطُوا‬ Wَ ِ‫ال فَِإ َذا َأبَ ْيتُ ْم ِإالَّ ْال َم َجال‬
َ َ‫ق‬
‫ َونَ ْه ٌى َع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬،‫ُوف‬ ِ ‫ َوَأ ْم ٌر بِ ْال َم ْعر‬،‫ َو َر ُّد ال َّسالَ ِم‬،‫ف اَأل َذى‬ ُّ ‫ َو َك‬،‫ص ِر‬ َ َ‫َغضُّ ْالب‬

“Hindarilah duduk-duduk di pinggir jalan.”  Mereka berkata, “Kami tidak bias


meninggalkan, sesungguhnya jalan jalan itu tempat duduk kami untuk berbincang
bincang. “Beliau bersabda,”Jika kamu tidak mau meninggalkanya kecuali tempat
tempat duduk itu,maka berilah hak jalan.”Mereka bertanya, “Apa itu hak jalan?” Beliau
menjawab,”Memejamkan mata,menahan gangguan,menjawab salam,amar makruf nahi
munkar”. (H.R. Bukhari:2285)

Secara garis besar, tempat yang cocok untuk berkumpul adalah mana kala tidak mengganggu
kepentingan orang lain atau kepentingan umum.Tempat yang tidak layak untuk berbincang
bincang adalah yang mengganggu orang lain.

Pertama, ‫ر‬ َ َ‫ْالب‬


ِ ‫ص‬ ُّ‫غَض‬ yaitu menundukkan pandanggan
Suatu godaan imam yang pada umumnya berat di hindarkan terutama bagi anak anak
muda dijalanan atau di pinggir jalan adalah godaan mata. Menghindari duduk di tempat umum
lebih mua untuk memejamkan mata sehingga menahan suci hatinya.

Kedua, ‫اَأل َذى‬ ُّ ‫َو َك‬


‫ف‬ yaitu menahan gangguan.

Menahan gangguan pada orang orang yang melewati jalan,makanya memberi


kesempatan kepada orang orang yang melewati jalan dengan aman,tenang,dan tidak
merasa tergganggu. An-Nawawi dalam kitab syarah muslim menjelaskan bahwa
termasuk mencegah gangguan dalah menjauhi bergunjing, buruk sangka, meremehkan
orang yang lewat,atau mempersempit jalan.

Ketiga, ‫سالَ ِم‬


َّ ‫ال‬ ‫َو َر ُّد‬ yaitu menjawab salam.

Menjawab salam adalah suatu kewajiban. Mereka yang duduk-duduk di sekitar


jalan harus memberikan haknya.Misalnya,ketika ada yang memberi salam atau ada yang
menebarkan salam, mereka harus menjawab salam karna ini kewajiban,tidsk boleh
meledek atau melecehkan salam.

ِ ‫ْال ُم ْن َك‬
Keempat, ‫ر‬ ِ ‫ َوَأ ْم ٌر بِ ْال َم ْعر‬amar makruf nahi munkar
ٌ ‫ُوف َونَ ْه‬
‫ى َع ِن‬
Diantara hak jalan yang harus di penuhi bagi yang duduk duduk disistu adalah
amar makruf nahi mungkar,artinya perintah melakukan kebaikan dan mencegah
kemungkaran.

B.Tidak Mengusir orang Duduk

َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬


‫ال اَل يُقِي ُم‬ َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما َع ْن النَّبِ ِّي‬
ِ ‫َع ْن نَافِ ٍع َع ْن اب ِْن ُع َم َر َر‬
‫ال َّر ُج ُل ال َّر ُج َل ِم ْن َمجْ لِ ِس ِه ثُ َّم يَجْ لِسُ فِي ِه‬

Dari ibnu Umar r.a dari Nabi saw.bersabda,”Tidak boleh membangunkan seseorang kepada
orang lain dari majelisnya,kemudian ia mendudukinya.”(H.R. al-Bukhari 5798)
Hadits tersebut mengajarkan kepada kita bahwa seseorang tidak boleh membangunkan
saudaranya yang telah duduk di suatu majelis untuk di duduki karna yang datang lebih
dahulu,lebih berhak daripadanya .

C. Etika dalam majelis

‫س‬ٍ ِ‫ال ِإ َذا ا ْنتَهَى َأ َح ُد ُك ْم ِإلَى َمجْ ل‬


َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬َ ‫َع ْن َأبِي هُ َري َْرةَ َأ َّن َرس‬
َّ ‫ت اُأْلولَى بَِأ َح‬
‫ق ِم ْن اآْل ِخ َر ِة‬ ْ ‫س فَ ْليَجْ لِسْ ثُ َّم ِإ َذا قَا َم فَ ْليُ َسلِّ ْم فَلَ ْي َس‬َ ِ‫فَ ْليُ َسلِّ ْم فَِإ ْن بَ َدا لَهُ َأ ْن يَجْ ل‬
)‫ (رواه الترمذي‬.‫يث َح َس ٌن‬ ٌ ‫قَا َل َأبُو ِعي َسى هَ َذا َح ِد‬
Dari abu hurairah r.a bahwa Rasulullah saw.bersabda,”Jika salah seorang di antara kamu telah
sampai ke suatu majelis,maka hendaklah memberi salam,jika sudah tampak jelas baginya untuk
duduk,maka duduklah.Kemudian,jika ia ingin bangun,maka hendaklah memberi salam.Salam
pertama tidak lebih baik dari salam akhir”.(H.R. at.Tirmizi)
Diantara adab majelis adalah memberi salam ketika telah sampai di majelis sebelum duduk baik
sudah ada orang ataupun belum ada. Dalam hadits di atas disebut kan etika memberi salam di
majelis sebagai berikut:
a. Memberi salam ketika datang
Memberi salam di majelis adalah memberi salam ketika telah sampai di majelis sebelum
duduk baik sudah ada orang maupun belum ada.
b.Duduk setelah yakin kebenaran majelis
Setelah memberi salam dan telah jelas tempat duduknya dan tidak salah,barulah duduk di
majelis.
c. Memberi salam ketika akan pamit
Demikian juga,ketika bangun akan pamit dari majelis,kita tidak boleh lupa menyapaikan
ucapan salam.

D. Kafarat majelis
doa kafaratul majelis kerap dibacakan setelah berakhirnya suatu pertemuan atau acara.
Di sekolah-sekolah berbasis pengajaran Islam, doa kafaratul majelis dibaca sebelum
mengakhiri pelajaran di hari itu.

Menilik dari bahasa Arab, kafaratul artinya adalah pengorbanan dosa, sedangkan
majelis artinya duduk. Doa kafaratul majelis diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada
sahabatnya untuk dibaca ketika hendak meninggalkan majelis (tempat duduk) yang di
dalamnya terdapat hal yang sia-sia dikerjakan serta diucapkan.

Berikut bacaannya, yang dilafalkan dengan mudah:

Subhaanakallaahumma wa bihamdika, asyhadu al-laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik.

Artinya: “Maha Suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang
berhak disembah kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertobat kepada-Mu.” (HR. Ashhaabus Sunan
dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/153.)

Keutamaan membaca doa tersebut antara lain menghapuskan dosa,


menjadikan ilmu yang didapatkan lebih bermanfaat, memudahkan seseorang menuju ,
membuat iman seseorang menjadi lebih kuat, dan mampu meredam kemurkaan Allah
SWT.

Dianjurkannya untuk membaca doa kafaratul majelis setelah acara selesai tentunya tidak
las a begitu saja. Ada beberapa hadis yang dijadikan sebagai landasannya. Berikut ini
hadis yang menjadi dasar dari doa kafaratul majelis yang penting untuk diketahui:

hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a., Nabi Muhammad saw. Bersabda:
“Barang siapa yang duduk di suatu majelis lalu banyak senda guraunya (kalimat yang
tidak bermanfaat untuk akhiranya), maka hendaklah ia mengucapkan sebelum bangun
dari majelisnya itu, ‘Subhaanakallaahumma wa bihamdika, asyhadu al-laa ilaaha illaa
anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik’.”

2.1. HADITS TENTANG ETOS KERJA

Dalam Islam, hadits tentang etos kerja menjadi hal yang penting untuk
dipahami agar dapat menjalankan pekerjaan dengan baik dan benar. Karena pada
hakikatnya bekerja merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan.

Bagi umat Islam, bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dunia, tapi juga bekal
di akhirat kelak. Karena seseorang yang bekerja untuk anak dan istrinya dengan cara
yang halal akan mendapatkan pahala seperti orang yang berjihad di jalan Allah SWT.

َ ‫ ِإ ّن هَّللا‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ْ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهَا قَال‬


َ َ‫ ق‬:‫ت‬
َ ِ‫ال َرس ُْو ُل هللا‬ ِ ‫َع ْن َعاِئ َشةَ َر‬
)‫ َع ِم َل َأ َح ُد ُك ْم َع َمالً َأ ْن يُ ْتقِنَهُ (رواه الطبرني والبيهقي‬W‫تَ َعالى ي ُِحبّ ِإ َذا‬
Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja,
mengerjakannya secara las annal”. (HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No:
334).

Prinsip Etos Kerja Islam

Dikutip dari buku Etika Bisnis Islam: Meneladani Etos Kerja Nabi dan Rasul
karangan Dwi Santosa Pambudi, bekerja harus dilakukan dengan menekankan amal dan
nilai kerja itu sendiri. Berikut beberapa prinsip etos kerja Islam yang dapat diterapkan:

Bekerja dilakukan berdasarkan pengetahuan

Bekerja harus berdasarkan keahlian

“Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.”
(HR. al-Bukhari)

Berorientasi pada hasil

‫ت َو ْٱل َحيَ ٰوةَ لِيَ ْبلُ َو ُك ْم َأيُّ ُك ْم َأحْ َس ُن َع َماًل ۚ َوهُ َو ْٱل َع ِزي ُز ْٱل َغفُو ُر‬
َ ‫ق ْٱل َم ْو‬
َ َ‫ٱلَّ ِذى َخل‬
Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya (pekerjaannya). Dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

C. Anjuran bekerja

Bekerja keras adalah sebuah keharusan yang dimiliki seseorang agar las hidup
dengan tenang, baik untuk beribadah maupun dalam bermasyarakat. Sebab dengan
bekerja keras maka seseorang akan mendapatkan penghidupan yang baik.

‫ْطيَهُ َأ ْو‬
ِ ‫ فَيُع‬W‫ب َأ َح ُد ُك ْم ح ُْز َمةً َعلَى ظَه ِْر ِه َخ ْي ٌر لَهُ ِم ْن َأ ْن يَ ْسَأ َل َأ َح ًدا‬
َ ‫َأَل ْن يَحْ تَ ِط‬
ُ‫يَ ْمنَ َعه‬
Artinya: “Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar
dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta-minta
kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau menolaknya.” (HR al-
Bukhari dan Muslim).

Itulah anjuran dalam Islam agar kita selalu bekerja keras, baik di dalam Al-Qur’an
maupun di dalam hadits. Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamba yang
selalu giat dalam mengerjakan hal-hal yang positif.

B. Perkerjaan yang terbaik

Dari Rifa’ah bin Raafi’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi


wa sallam ditanya mengenai mata pencaharian yang halal? Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Amalan seseorang dengan
tangannya dan setiap jual beli yang diberkahi.” (HR. Al-Bazzar dan
disahihkan oleh Al-Hakim) [HR. Al-Bazzar, 9:183; Al-Hakim, 2:10; Ahmad,
4:141. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan
dilihat dari jalur lainnya].

Faedah hadits

1. Kita disuruh kerja, itulah yang namanya tawakal.

2. Sahabat Nabi itu sangat semangat mencari kerja yang halal, bukan mencari
kerja yang banyak penghasilannya.

3. Pekerjaan seseorang dengan tangannya adalah pekerjaan yang paling asal,


karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendahulukan pekerjaan dengan
tangan, lalu jual beli yang mabrur.

4. Apa pekerjaan yang paling utama (paling bagus)? Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan
las an bahwa pekerjaan yang paling bagus adalah pekerjaan yang sesuai dengan
keadaan setiap orang, dan saling mendukung antara mukmin yang satu dan
lainnya.

5. Bekerja lebih utama dari meminta-minta (mengemis).


 Pekerjaan dengan tangan sendiri

Yang pertama kali disinggung mengenai pekerjaan terbaik adalah


pekerjaan dari hasil kerja tangan sendiri. Dalam hadits lain disebutkan,

“Tidaklah seseorang memakan suatu makanan yang lebih baik dari


makanan yang ia makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Karena
Nabi Daud ‘alaihis salam dahulu juga makan dari hasil kerja keras
tangannya.” (HR. Bukhari, no. 2072, dari Al-Miqdad).

Bahkan sebagaimana disebutkan dalam hadits ini, mencari kerja dengan tangan
sendiri sudah dicontohkan oleh para nabi seperti Nabi Daud ‘alaihis salam.

 Jual beli yang mabrur

Mata pencaharian yang disebutkan kedua yang terbaik adalah jual beli
yang mabrur.

 Pekerjaan yang paling diberkahi

Para ulama berselisih pendapat dalam hal ini. Imam Al-Mawardi


rahimahullah, salah seorang ulama besar mazhab Syafii berpendapat bahwa yang
paling diberkahi adalah bercocok tanam karena tawakalnya lebih tinggi. Imam
Nawawi rahimahullah berpendapat bahwa yang paling diberkahi adalah pekerjaan
dengan tangan. Menurut Imam Nawawi rahimahullah, bercocok tanam itu lebih
baik.

Ada tiga las an yang melatarbelakanginya yaitu bercocok tanam termasuk


pekerjaan dengan tangan, tawakal seorang petani itu tinggi, dan kemanfaatannya
untuk orang banyak, termasuk pula manfaat untuk binatang dan burung.

Menurut penulis Tawdhihul Ahkam, Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Ali


Bassam, pekerjaan terbaik adalah disesuaikan pada keadaan setiap orang. Yang
terpenting adalah setiap pekerjaan haruslah berisi kebaikan, tidak ada penipuan,
serta menjalani kewajiban yang mesti diperhatikan ketika bekerja. Lihat Tawdhih
Al-Ahkam, 3:101.

Kita diperintahkan untuk terus semangat dalam hal yang manfaat. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Bersemangatlah melakukan hal yang bermanfaat untukmu dan meminta


tolonglah kepada Allah, serta janganlah engkau malas.” (HR. Muslim, no.
2664)
Sebenarnya semua pekerjaan sangat dibutuhkan, karenanya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam sabdakan,

“Mukmin yang satu dan lainnya bagaikan bangunan yang mesti


menguatkan antara satu bagian dan bagian lainnya.” (HR. Bukhari, no.
2446 dan Muslim, no. 2585, dari Abu Musa)

C. Kewajiban bekerja

Kerja adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhanmanusia baik baik


kebutuhan fisik, psikologis, maupun social. Kerja juga dapat diartikan sebagai
sesuatu yang dilakukan oleh seseorang sebagai profesi untuk mendapatkan
penghasilan. Atau sebagai suatu proses untuk menghasilkan pendapatan atau
penghasilan yang mana pendapatan atau penghasilan yang didapatnya dari bekerja
adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-  hari agar sesorang dapat hidup
sejahtera.

Allah telah memerintahkan atau mewajibkan  manusia dimuka bumi ini untuk
bekerja semenjak Nabi Adam hingga Rasulullah SAW, perintah ini tetap berlaku
semua orang tanpa membeda- bedakan pangkat status, dan jabatan seseorang.

Allah memang telah berjanjiakan memberikan rizki kepada semua makhluq-Nya.


Akan tetapi janji ini tidakdengan “cek kosong”, seseorang akan mendapatkan
rizki kalau ia mau berusaha, berjalandan bertebaran di penjuru-penjuru bumi.
Karena Allah menciptakan bumi danseisinya untuk kemakmuran manusia. Siapa
yang mau berusaha dan bekerja ialah yangakan mendapat rizki dan rahmat dari
Allah. Seseorang  yang bekerja keras akan dapat mengubah nasib dirinya menjadi
yang lebih baik dari sebelumnya.

Seseorang yang bekerja keras akan mendapat penghasilan atau pendapatan yang
didapat darinya bekerja yang mana hal itersebut dinamakan upah kerja. Upah
kerja harus diberikan kepada pekerja setelah mereka melakukan pekerjaannya
atau sesuai dengan kesepakatan antara pekerja dan majikannya. Sebagimana yang
ditelah disabdakan Rasulullah SAW;

“ Telah menceritakan kepada kami al-Abbas bin al-Walid al-Dimasyqi


berkata, telah menceritakan kepada kami Wahab bin Athiah al-Salami
berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Zaid bin
Aslam dari bapaknya dari Abdullah bin Umar ia berkata, Rasulullah SAW
bersabda : Berikanlah upah kepada pekerja sebelum kering keringatnya.”
(HR. Ibnu Majah)

BAB III

PENUTUPAN

KESIMPULAN

 Nabi melarang duduk-duduk di jalan karena pada dasarnya susah untuk menunaikan
hak-hak yang berkaitan dengan jalan tersebut. Kalaupun harus duduk-duduk dan dia
yakin bisa menunaikan hak-haknya maka silahkan duduk. Di antara hak yang wajib
ditunaikan adalah empat hak yang disebutkan oleh Nabi ‫ﷺ‬.
- Menundukan pandangan
- Menahan gangguan
- Menjawab salam
- Amar makruf nahi munkar

 Kalau minta untuk merapat, ini diperbolehkan. Tapi kalau memerintahkan orang
untuk berdiri lalu kita duduk di sana, tidak diperbolehkan. Ini akan menyakiti
perasaan dan mendzaliminya.
 Berikut ini adalah adab-adab dalam bermajelis:
- Mengucapkan salam
- Menjawab salam
- Duduk dan tenang dan sopan
- Tidak bermain-main dengan cincin, anggota badan, banyak menguap,
memasukkan tangan ke hidung, dan sikap-sikap lainnya
- Tidak terlalu berbicara sia-sia
- Mendengarkan orang lain berbicara hingga selesai dan tidak memotong
pembicaraannya.
- Tidak berbicara dua orang saja dengan berbisik-bisik (rahasia) tanpa
melibatkan ahli majelis lainnya.
- Tidak berbicara dengan meremehkan dan tidak menghormati ahli majelis lain,
tidak merasa paling benar (ujub) dan sombong ketika berbicara.
- Disunnahkan membuka majelis dengan khutbatul hajah (tahmid, tasyahud)
- Disunnahkan menutup majelis dengan do’a kafaratul majelis.

15
 Dalam Islam, hadits tentang etos kerja menjadi hal yang penting untuk dipahami
agar dapat menjalankan pekerjaan dengan baik dan benar. Karena pada hakikatnya
bekerja merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan.
 Bekerja keras adalah sebuah keharusan yang dimiliki seseorang agar bisa hidup
dengan tenang, baik untuk beribadah maupun dalam bermasyarakat. Sebab dengan
bekerja keras maka seseorang akan mendapatkan penghidupan yang baik.
 Prinsip Etos Kerja Islam
- Dikutip dari buku Etika Bisnis Islam: Meneladani Etos Kerja Nabi dan Rasul
karangan Dwi Santosa Pambudi, bekerja harus dilakukan dengan menekankan
amal dan nilai kerja itu sendiri. Berikut beberapa prinsip etos kerja Islam yang
dapat diterapkan:
- Bekerja dilakukan berdasarkan pengetahuan
Bekerja harus berdasarkan keahlian
 Dari Rifa’ah bin Raafi’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya
mengenai mata pencaharian yang halal? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Amalan seseorang dengan tangannya dan setiap jual beli yang
diberkahi.” (HR. Al-Bazzar dan disahihkan oleh Al-Hakim) [HR. Al-Bazzar, 9:183; Al-
Hakim, 2:10; Ahmad, 4:141.

 Kerja adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhanmanusia baik baik kebutuhan
fisik, psikologis, maupun social. Kerja juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang
dilakukan oleh seseorang sebagai profesi untuk mendapatkan penghasilan. Atau
sebagai suatu proses untuk menghasilkan pendapatan atau penghasilan yang mana
pendapatan atau penghasilan yang didapatnya dari bekerja adalah untuk memenuhi
kebutuhan sehari-  hari agar sesorang dapat hidup sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.inilah.com/berikan-4-hak-pengguna-jalan-sesuai-perintah-rasul

https://www.ngaji.id/tidak-mengusir-orang-dari-tempatnya/

https://smpitmasjidsyuhada.sch.id/2011/artikel/adab-dalam-majelis/

Anda mungkin juga menyukai