Abstrak
Sibutramin hidroklorida (sibutramin HCl) merupakan bahan kimia obat yang sering
ditambahkan pada jamu pelangsing. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
memvalidasi metode penetapan kadar sibutramin HCl pada jamu pelangsing di Banjarmasin
dengan menggunakan RP HPLC dengan detektor UV-Vis. Kondisi analisis menggunakan kolom
Eurospher (5 µm, 250mm x 4,6 mm), fase gerak campuran dari kalium dihidrogen fosfat 50 mM
dengan asetonitril (pH 5,5 dengan menambahkan asam ortofosfat 10%) (30:70 v/v), kecepatan alir 1
mL/menit pada panjang gelombang 225 nm. Waktu retensi dari sibutramin HCl adalah 4,69 menit.
Hasil validasi metode dari linieritas, akurasi dan presisi telah sesuai dengan persyaratan validitas.
Linieritas memperoleh koefisien korelasi (r)= 0,998 pada kisaran konsentrasi analisis 100 ppm
sampai 300 ppm. Akurasi memperoleh nilai 99,02% hingga 103,73%, dan presisi 3,34% hingga
6,84%. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi (LOQ) masing-masing 16 ppm dan 53 ppm.
Hasil menunjukan bahwa metode validasi ini akurat dan baik diaplikasikan untuk penetapan kadar
sibutramin HCl pada jamu pelangsing. Metode penetapan kadar menunjukkan bahwa jamu
pelangsing merek A dan merek B mengandung sibutramin HCl dengan kadar masing-masing 15,39
mg/kapsul dan 12,83 mg/kapsul.
Abstract
Sibutramine hydrochloride (sibutramine HCl) is usually found in slimming traditional medicine as
adulterant. The aims of this study were identification and validation method of quantitative
determination of sibutramine HCl in slimming traditional medicine in Banjarmasin by reverse phase
HPLC (High performance liquid chromatography) with UV-Vis detector. Condition analysis were used
a Eurospher column (5 µm, 250 mm x 4,6 mm), mobile phase mixed buffer potassium dihydrogen
phosphate 50 mM with acetonitrile (pH 5,5 adjusted with 10% Orthophosphoric acid) (30:70v/v), flow
rate 1 mL/minute in 225 nm wave length. The retention time of sibutramine HCl was 4,69
minutes.Validation method result on linierity, accuracy, precision, limit of detection and quantification
were effectively performed. The linierity was obtained with a correlation coefficient of 0.998 for
analitycal range from 100 ppm to 300 ppm. Accuracy was 99.02% to 103.73%, and precision 3.34% to
6.84%. Limit of detection (LOD) and limit of quantification (LOQ) were found to be 16 ppm and 53
ppm. The results indicated that this validation method were accurate and successfully applied for
quantitative determination of sibutramine HCl in slimming traditional medicine. Quantitative
determination method showed the slimming traditional medicine brand A and brand B contain
sibutramine HCl of 15.39 mg/capsule and 12.83 mg/capsule respectively.
dan akurat dibandingkan KCKT akan tetapi matrik UV-Vis, injektor manual, kolom Eurospher® 100-5
dalam jamu dapat menggangu proses elusidasi C-18 (4,6 x 250mm), komputer, pompa, wadah fase
sibutramin HCl sehingga memicu terjadinya tailing gerak, ultrasonikator (Bandelin® Sonorex Digitec),
(berekor). Oleh karena itu, KCKT dipilih agar dapat pipet volume (Pyrex®), neraca analitik (Adam®),
mengatasi masalah tersebut. Analisis sibutramin vortex mixer (JEIO® Tech VM 98B), pH meter
HCl pada jamu pelangsing dengan KCKT (Jenway® 370), dan alat-alat gelas.
sebelumnya telah dilakukan dengan menggunakan
beberapa jenis detektor terbaru seperti detektor B. Cara Kerja
flouresensi (Ariburnu et al., 2012) dan detektor 1. Pembuatan fase gerak
photodiode array (Jung et al., 2006). Namun, pada Sebanyak 3,4005g kalium dihidrogen fosfat
metode analisis tersebut detektor yang digunakan ditambahkan ke dalam labu ukur 500mL kemudian
tidak selalu terdapat di semua laboratorium. Pada ditambahkan akuabides sampai tanda batas, lalu
penelitian ini dilakukan metode analisis yang lebih diultrasonikasi (Suneetha & Rao, 2011). Asetonitril
sederhana yaitu dengan meggunakan detektor dicampurkan dengan buffer kalium dihidrogen
KCKT yang umum digunakan yaitu detektor UV- fosfat (70:30v/v) dan membuat pH nya 5,5 dengan
Vis. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan asam ortofosfat 10%. Kemudian diultrasonikasi dan
hasil analisis yang akurat dan cepat yang tidak jauh disaring dengan membran filter 0,45 µm
berbeda dengan metode sebelumnya walaupun (Radhakrishna et al., 2000; Suneetha & Rao, 2011;
menggunakan detektor yang lebih sederhana yaitu Suthar et al., 2009).
detektor UV-Vis.
2. Preparasi larutan baku standar
II. METODE PENELITIAN Sebanyak 50 mg sibutramin HCl ditimbang
A. Bahan dan Alat kemudian dilarutkan dengan 10 mL fase gerak
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian sebagai pelarut, kemudian divortex selama satu
ini dua merek dagang jamu pelangsing, Akuabides, menit dengan kecepatan 2500 rpm dan ditambahkan
kalium dihidrogen fosfat (analytical grade, Merck), pelarut hingga 50 mL, hingga didapatkan larutan
asetonitril (HPLC grade, Merck), asam ortofosfat baku induk 1000 ppm. Selanjutnya dilakukan
(analytical grade, Merck), sibutramin HCl (99,63%, pembuatan larutan baku kerja dengan penambahan
baku pembanding Farmakope), nilon membran fase gerak menjadi 100, 150, 200, 250 dan 300 ppm
filter 0,45µg (Wathman®). dari larutan baku standar. Sebelum dilakukan
Alat yang digunakan adalah seperangkat alat analisis dengan KCKT, semua analit harus
KCKT (Knauer® Isokratik) terdiri dari detektor diultrasonikasi selama 15 menit dengan suhu 25°C
dan disaring dengan membran filter 0,45 µm. 5. Kondisi KCKT yang digunakan
Larutan baku standar dapat disimpan dalam suhu Kondisi KCKT untuk analisis sibutramin HCl
5°C yang terlindung dari cahaya (Ariburnu et al., adalah menggunakan detektor UV-Vis dengan
2012). panjang gelombang 225 nm dan volume injeksi
sebanyak 20 µL. Waktu analisis adalah 9,5 menit
3. Preparasi sampel untuk satu kali pembacaan kromatogram dengan
Sampel yang digunakan adalah dua macam elusi isokratik. Kolom menggunakan Eurospher C-
merek jamu pelangsing yang paling sering 18 (5 µm, 4,6 x 250 mm) dan suhu kolom 25°C
mL
diperjualbelikan di Banjarmasin. Secara seksama dengan kecepatan alir 1 /menit (Suneetha & Rao,
bobot rata-rata dari masing-masing sampel yang 2011; Suthar et al., 2009).
sebelumnya telah homogen dengan menimbang
serbuk jamu dari 10 kapsul. Kemudian rata-rata 6. Linieritas
bobot sampel tiap kapsul dilarutkan dengan fase Larutan baku kerja dibuat dengan rentang
gerak dan dimasukkan dalam labu ukur 50 mL dan konsentrasi 100, 150, 200, 250 dan 300 ppm
ditambahkan lagi fase gerak sampai tanda batas. masing-masing sebanyak 20 µL ke dalam sistem
Kemudian larutan sampel divortex dan KCKT, dilakukan tiga kali pengukuran. Selanjutnya
diultrasonikasi, lalu disaring menggunakan kertas ditetapkan kurva linier: y=bx+ a, dimana a adalah
saring dengan dua kali penyaringan, dan dilakukan intersept (perpotongan dengan garis dengan sumbu
penyaringan ketiga dengan membran filter 0,45 µm y) dan b adalah slope (kemiringan garis regresi),
(Ariburnur et al., 2012). kelinieran kurva ditentukan dengan cara
menghitung koefesien korelasi (r) (Ariburnu et al.,
4. Preparasi sampel 80%, 100% dan 120% spiked 2012). Linieritas diterima apabila nilai r ≥ 0,997
Larutan standar 300 ppm dipipet dengan (Ahuja & Rasmussen, 2007).
volume masing-masing sebanyak 2,7 mL, 3,35 mL,
dan 4 mL untuk sampel jamu merek A dan 1,6 mL, 7. Akurasi
2,0 mL dan 2,4 mL untuk sampel jamu merek B ke Akurasi dilakukan bersamaan dengan uji
dalam labu ukur 10 mL kemudian ditambahkan 5 presisi yaitu terhadap larutan sampel yang telah
mL larutan sampel terhadap masing-masing spiked dibuat sebelumnya dengan konsentrasi 80%, 100%
ditambahkan fase gerak sampai tanda batas dan 120%, lalu menyuntikkan masing-masing
(Ariburnu et al., 2012). sebanyak 20 µL ke dalam sistem KCKT dengan
tiga kali pengukuran tiap konsentrasi. Kemudian
menghitung nilai % perolehan kembali (% recovery)
yang dilakukan adalah penentuan linieritas, batas digunakan adalah pada rentang 90-107%.
deteksi dan batas kuantitas, akurasi dan presisi. Sedangkan nilai presisi berdasarkan tetapan
Horwitz harus berada pada %RSDH ≤ 8,63%. Dari
hasil yang didapatkan dari kedua uji menunjukan
bahwa metode analisis yang digunakan memenuhi
kriteria untuk suatu metode analisis yang akurat dan
teliti. Hasil dari parameter validasi metode analisis
yakni linieritas, batas deteksi dan batas kuantifikasi,
akurasi dan presisi yang telah dilakukan secara
keseluruhan telah memenuhi persyaratan yang
Gambar 1. Kurva kalibrasi larutan standar
sibutramin HCl ditetapkan. Hal ini menunjukan bahwa metode
analisis sibutramin HCl dalam jamu pelangsing
Tabel I. Hasil pengujian linieritas dengan tiga kali dapat memberikan hasil yang akurat dan dapat
replikasi
digunakan untuk penetapan kadar.
Hasil analisis dilakukan dengan membandingkan ppm, akurasi dengan nilai 99,02-103,73% dan
waktu retensi dan spektrum yang terdeteksi pada presisi dengan nilai 3,34-6,84%. Hasil ini
sampel terhadap larutan standar sibutramin HCl. menunjukan bahwa metode yang digunakan telah
Sampel dikatakan positif mengandung sibutramin memenuhi persyaratan syarat validitas. Hasil dari
HCl, bila waktu retensi dari sampel sama dengan analisis penetapan kadar kedua sampel merek jamu
larutan standar sibutramin HCl. Dari analisis kedua pelangsing yang digunakan mengandung sibutramin
merk jamu tersebut diperoleh adanya puncak pada HCl dengan kadar tiap kapsulnya masing-masing
daerah waktu retensi 4,69 menit. Hal ini sebesar 15,39 mg untuk merek jamu A dan 12,83