Anda di halaman 1dari 43

Penatalaksanaan Keracunan Obat

Lyna Lestari Indrayati, S.Farm., M.Farm., Apt.


1. Penatalaksanaan Keracunan
Paracetamol
Mekanisme Toksisitas
• Metabolisme paracetamol oleh sitokrom
P450NAPQI (N-Asetil-Benzoquinon-imin)highly
toxic
• NAPQI didetoksifikasi oleh glutathione di sel hati
• Pada kasus OD  kadar NAPQI naik melebihi
kapasitas glutathione  NAPQI berikatan dengan
makromolekuler sel hepar  kerusakan hepar
Dosis Toksik
• Akut  >150-200 mg/kg pada anak-anak; 6-7 gram
pada dewasa
• Kronis  konsumsi lebih dari 4-6 gram/hari pada
pasien alkoholik; anak-anak 60-150 mg/kg/hari
selama 2-8 hari
Gejala Klinik
• Gejala klinik tergantung lama waktu pemejanan
• Overdosis akut  tanpa gejala
• Setelah 24-48 jam  kadar transaminase (AST dan
ALT) naik, maka menandakan nekrosis hati. Jika
terjadi acute fulminant hepatic failure, bisa sebabkan
kematian. Encephalopathy dan metabolic acidosis
serta gagal ginjal akut bisa terjadi.
Diagnosis
• Sejak awal terpejankan paracetamol dan dari data
kadar paracetamol dalam serum.
• Data Spesifik : Kadar paracetamol 4 jam dan 12 jam
setelah pemejanan  bandingkan dengan kurva.
Data ini Tidak bisa untuk menilai pemejanan kronis,
hanya akut.
• Data lab. Lain : elektrolit, glucose, BUN, kreatinin,
liver transaminase, prothombin time
Treatment
A. Emergency dan Terapi Supportif
• Muntah-muntah  Tunda pemberian antidot atau
arang; terapi dg metoklopramid dan ondansentron
• Terapi Suportif jika terjadi gagal hepar dan ginjal.
Transplantasi liver darurat bisa dilakukan jika terjadi
fulminant hepatic failure.
Encelopathy, metabolic acidosis, hipoglikemia 
kerusakan hepar berat
B. Pemberian antidot dan obat tertentu
• Jika kadar serum diatas garis “probable toxicity” 
berikan N-acetylcysteine (NAC), DL 140 mg/kg per
oral.
• Jika pasien muntah  berikan dg gastric tube dan
berikan metoklopramid dosis tinggi (1-2 mg/kg iv)
atau ondansentron; jika perlu bisa berikan NAC
secara iv
C. Dekontaminasi
• Prehospital  arang aktif, sirup ipekak
• Hospital  arang aktif, bilas lambung tidak perlu jika
yang masuk hanya sedikit, cukup dg arang aktif
• Tablet substained release tidak bisa dihilangkan
meski dengan gastric tube yang paling besar. Yang
bisa dilakukan:
- Berikan arang aktif dosis berulang
- Lakukan whole bowel irrigation
D. Percepatan eliminasi
• Biasanya tidak perlu terapi antidot sudah efektif
• Hemoperfusi (tindakan menuang/ pengaliran cairan
lewat pembuluh darah) efektif membersihkan
paracetamol dari darah
2. Penatalaksanaan Keracunan
Teofilin
Mekanisme
• Teofilin merupakan antagonis reseptor adenosin,
menghambat fosfodiesterase pada level yang tinggi,
meningkatkan cAMP intraseluler, melepas
katekolamin endogen dan menstimulasi reseptor
beta adrenergik.
• Volume distribusi = 0,5 L/kg
• Waktu paro eliminasi = 4-6 jam, bisa 2x lipat
Dosis Toksik
• Dosis tunggal akut = 8-10 mg/kg  kadar serum 15-
20 mg/L tergantung kecepatan absorpsi
• Jadi, bila kadarnya diatas 20 mg//L  awal timbulnya
tanda-tanda ketoksikan
• Over dosis akut per oral > 50 mg/kg  kadar serum
> 100 mg/L  toksisitas berat
Gejala Klinik

1. Intoksikasi akut
a. Vomiting (kadang hematemesis), tremor, ansietas, dan
takikardi, hipokalemia, hipofosfatemia, hiperglikemia,
metabolic acidosis
b. Kadar serum > 90-100 mg/L  hipotensi, aritmia ventrikular,
dan kejang

2. Intoksikasi kronis
a. Vomiting (jarang), takikardi, hipotensi (jarang)
b. Kejang  kadar serum 40-60 mg/L
Diagnosis
• Spesifik serum level sangat penting untuk diagnosis
dan pengobatan
• Pengukuran berulang dilakukan tiap 2-4 jam. Level
20-90 mg/L setelah akut tidak selalu berhubungan
dengan gejala klinis yang berat
• Toksisitas berat pada level 40-60 mg/L
• Data lab (elektrolit, glukosa, BUN, kreatiin, tes fungsi
hepar, monitoring USG)
Treatment
A. Terapi supportif dan pertolongan gawat darurat
• Pemeliharaan sirkulasi udara
• Pengobatan kejang dengan injeksi diazepam, aritmia
dan hipotensi dengan propanolol
• Hipokalemia  Terapi supportif
• Monitoring vital sign, EKG, dan seri kadar teofilin
paling tidak 16-18 jam setelah overdosis
B. Antidotum Spesifik
• Hipotensi, takikardi, aritmia ventrikuler (disebabkan
stimulas beta adrenergik yang berlebihan)  propanolol
dosis rendah 0,01-0,03 mg/kg iv atau esmolol 0,025-0,05
mg/kg/min

C. Dekontaminasi
1. Prehospital : Arang aktif, sirup ipekak
2. Hospital  arang aktif, bilas lambung tidak perlu jika
yang masuk hanya sedikit, cukup dg arang aktif
3. Tablet substained release tidak bisa dihilangkan meski
dengan gastric tube yang paling besar. Yang bisa
dilakukan:
- Berikan arang aktif dosis berulang
- Lakukan whole bowel irrigation
D. Percepatan eliminasi
• Teofilin mempunyai Vd kecil
• Hemodialysis atau hemoperfusi
• Pengulangan arang aktif
3. Penatalaksanaan Keracunan
Glikosida Jantung
Mekanisme
• Inhibisii pompa Na-K-ATPase
Overdose akut hiperkalemia
Kronis  kalium normal atau rendah (biasa terjadi
pada pasien yang mendapat digitalis+diuretik)
• Bioavailabilitas digoksin: 60-80%, digitoksin: >90%
• Vd digoksin besar (5-10 L/kg)
Vd digitoksin kecil (0,5 L/kg)
• T1/2 digoksin : 30-50 jam
T1/2 digitoksin : 5-8 hari
Dosis Toksik
• Paparan akut 1 mg digoksin pada anak-anak, setara 3
mg pada dewasa  kadar serum diatas range
terapetik
• Secara umum, anak-anak lebih resisten terhadap
efek kardiotoksik
Gejala Klinis
1. Akut : vomiting, hiperkalemia, sinus, bradikardi,
takikardi, ventrikular
2. Kronis : weakness, gangguan penglihatan, fibrilasi
atrial, aritmia ventrikuler.
Hipokalemia dan hipomagnesia akibat penggunaan
diuretik dapat memper[arah takiaritmia pasien.
Diagnosis
• Dari riwayat keracunan atau karakteristik aritmia
pada pasien yang mendapat terapi kronis
• Hiperkalemia  ingesti akut, intoksikasi kronis yang
sangat parah
• Kadar kalium serum > 5,5 mEq/L keracunan berat
• Kadar terapetik digoksin 0,5-2 ng/ml; digitoksin 10-
30 ng/ml
• Data lab  elektrolit, BUN, kreatinin, magnesium
serum, dan monitoring EKG
Treatment

A. Emergency dan terapi supportif


• Buka jalan nafas
• Monitor ketat pasien
• Obat hiperkalemia
• Obat bradikardi
• Ventrikular takiaritmia

B. Antidot dan obat spesifik


• Digibind akan dengan cepat mengikat digoksin tetapi
kurang daripada digitoksin
C. Dekontaminasi
• Prehospital  arang aktif, sirup ipekak
• Hospital  arang aktif. Bilas lambung tidak perlu.

D. Percepatan eliminasi
• Karena Vd nya besar, digoksin tidak efektif jika
dihilangkan dengan dialisis atau hemoperfusi
• Vd digitoksin kecil dan juga mengalami sirkulasi
enterohepatik  arang aktif dosis berulang
4. Penatalaksanaan Keracunan
Antiinflamasi Non Steroid
Mekanisme
• Menghambat enzim (Cox-1 dan Cox-2)
produksi prostaglandin
• Farmakokinetik : absorpsi baik, Vd relatif kecil
(misal: Vd ibuprofen 0,15 L/kg), sebagian
besar terikat protein
Dosis Toksik
• Pada umumnya gejala terjadi setelah terpapar lebih
dari 5-10 kali konsumsi diatas dosis terapi

Gejala Klinis
• Asimptomatik, gangguan ringan pada GI
• Kadang-kadang : drowsiness, letargi, ataksia,
nistagmus, tinnitus, disorientasi
• Overdosis ibuprofen, piroksikam, asam mefenamat
 kejang, koma, gagal ginjal, cardiorespiratory arrest
Diagnosis
• Dari riwayat keracunan, karena gejala tidak spesifik
• Kadar dalam darah biasanya tidak tersedia dan tidak
berkntribusi terhadap terapi
• Data lab lain: CBC, elektrolit, glukosa, BUN, kreatinin,
liver transaminase, urinalisis
Treatment
A. Emergency dan terapi supportif
• Pertahankan jalan nafas
• Penanganan kejang, koma, hipotensi
• Antasida
• Penggantian cairan yang hilang

B. Antidot spesifik
• Tidak ada
C. Dekontaminasi
• Prehospital : arang aktif, sirup ipekak (>60 menit)
• Hospital : arang aktif, pengosongan lambung tidak
perlu, bilas lambung dilakukan jika overdosis massive

D. Percepatan eliminasi
• Hemodialisa, peritoneal dialisis tidak efektif
• Arang aktif, dosis berulang dapat mempercepat
eliminasi meloxicam, fenilbutazin, piroxicam
5. Penatalaksanaan Keracunan
Antibiotika
Mekanisme
• Tergantung dari masing-masing senyawa dan belum
ada penelitian pasti mengenai mekanisme
• Pada beberapa kasus keracunan, terjadi pada dosis
terapi yang berupa reaksi alergi atau idoinkrasi

Dosis Toksik
• Sangat bervariasi
Gejala Klinis
• Setelah overdosis akut  nausea, vomiting, diare

Diagnosis
• Riwayat keracunan, bisa dilihat dari barang-barang
disekitar
• Serum level
Treatment
A. Supportif dan emergency
• Ventilasi dan airway
• Obati koma, seizure, hipotensi, dan anfilaksis
• Ganti cairan yang hilang karena diare

B. Antidotum spesifik
• Trimetoprim leucovorin (asam folinat)
• Dapson
C. Dekontaminasi
• Induksi muntah atau bilas lambung
• Karbon aktif atau katartika bila tidak diare

D. Percepatan eliminasi
• Sebagian besar antibiotika dieksresikan lewat urin
• Hemodialisis tidak dianjurkan, kegagalan ginjal dan
serum level tinggi
• Hemoperfusi dengan karbon aktif efektif pada
keracunan kloramfenikol
• Dapson alami sirkulasi enterohepatik 
pengulangan dosis arang aktif
6. Penatalaksanaan Keracunan
Amfetamin
Mekanisme
• Aktivasi sistem syaraf simpatik melalui stimulasi SSP,
melepas katekolamin perifer, meghambat re-uptake
katekolamin, menghambat MAO
• Diabsorpsi dengan baik lewat oral, Vd besar,
dimetabolisme ekstensif di hepar
• Ekskresi tergantung pH urin, lebih cepat dieliminasi
lewat urin asam
Dosis Toksik
• IT sempit
• Derajat toleransi meningkat setelah pemakaian
berulang
• Ingesti akut dextroamphetamin 1 mg/kg
mengancam jiwa
Gejala Klinis
• Akut pada SSP dan perifer
• Kematian mungkin disebabkan aritmia ventrikular,
status apilpyikus, hemorrhagi intracranial
hipertermia
• Hipertermi seringkali akibat dari eizure, hiperaktivitas
otot, bisa menyebabkan kerusakan otak, dan
myoglobinuric renal failure
• Kronis  drug abuse
• Penghentian penggunaan mengakibatkan fatigue,
hipersomnia, hiperphagia, dan depresi
Diagnosis
• Berdasarkan riwayat dan gejala klinis yang tampak
akibat penggunaan amphetamin
• Serum level tidak ada hubungannya dengan tingkat
keparahan keracunan.
• Data lab lain: elektrolit, glucose, BUN, creatinin,
monitoring EKG
Treatment
A. Emergency dan Supportif
• Airway atau ventilasi
• Obati agitasi, kejang, koma, hipertermia
• Monitoring temperature dan tanda vital

B. Antidotum spesifik
• Tidak ada
• Hipertensi  vasodilator parenteral
• Takiaritmia  propanolol dan esmolol
• Arterial vasospasm  nitrogliserin atau nifedipin
C. Dekontaminasi
• Prehospital : arang aktif, tidak perlu induksi muntah
• Hospital : arang aktif, pengosongan lambung tidak
perlu.

D. Percepatan eliminasi
• Dialisis dan hemoperfusi tidak efektif
• Pengasaman urin
7. Penatalaksanaan Keracunan
Sedatif-Hipnotik
Mekanisme
• Mekanisme dan farmakokinetiknya sangat bervariasi
• Efek toksik terbesar dalam keracunan atau kematian
adalah depresi SSP yang menghasilkan koma, gagal
pernafasan, pulmonary aspiration dari isi lambung
Dosis Toksik
• Bervariasi tergantung masing-masing obat, toleransi
tiap indivisu dan ada tidaknya penggunaan obat lain
• Untuk sebagian bear obat, ingesti 3-5 kali dosis
menyebabkan koma

Gejala Klinis
• Drowsiness, ataksia, nistagmus, koma, gagal
pernafasan. Hipotermia sering terjadi pada beberapa
kasus
• Kloralhidrat  trikloroetanol  depresi aktivasi SSP,
aritmia
• Gluthetimide  midriasis, perpanjangan masa koma
• Meprobramat  efek hipotensi lebih besar
Diagnosis
• Sejarah ingesti, hipotermia, dan koma
• Kadar serum tidak berkorelasi dengan keparahan
keracunan, terutama pada pasien toleransi atau
adanya alkohol atau obat lain
• Data lab lain: elektrolit, glucose, serum ethanol, BUN,
creatinin, gas darah arteri, EKG, chest X-Ray.
Treatment
A. Emergency dan terapi supportif
• Airway dan ventilasi
• Atasi koma, hipotermia, hipotensi, pulmonary
edema
• Monitor pasien minimal 6 jam setelah ingesti, krn
absorpsi tertunda bila terjadi

B. Antidotum Spesifik
• Flumazenil  antagonis spesifik reseptor
benzodiazepin
C. Dekontaminasi
• Prehospital : arang aktif dan tidak perlu induksi
muntah
• Hospital : arang aktif, pengosongan lambumg tidak
perlu, bilas lambung bila keracunan massive

D. Percepatan eliminasi
• Dialisis dan hemoperfusi tidak efektif
• Pengulangan dosis arang aktif bisa mempercepat
eliminasi gluthemide dan meprobramate
• Meprobamate memiliki Vd kecil
• Heoperfusi dapat juga berguna pada deep coma
dengan komplikasi hipotensi
Terimakasih
Kita lanjutkan di kolom komentar untuk
diskusi

Tetap dirumah dan jangan lupa jaga


kesehatan


Anda mungkin juga menyukai