Anda di halaman 1dari 61

1.

1 DASAR HUKUM
Dasar hukum yang melandasi Penyusunan Kembali Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Jayapura Tahun 2012 adalah:

1. Undang-Undang Republik Indonesia

 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438, sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844).
 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi
Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 57, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4842).
 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya
Daerah Tingkat II Jayapura (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3553).
 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725).
 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
 Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
 Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
 Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembentukan Keluarga.
 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059).
 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009, Nomor
140).
 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan
Jalan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444).
 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966).
 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959).
 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4851).
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4739).

Bab 1 Pendahuluan | I-2


 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723).
 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4444).
 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421).
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377).
 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung(Lembaran
Negara Republik Indonesia No. 134 Tahun 2002, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 4247).
 Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan(Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3888); sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412).
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3419).

2. Peraturan Pemerintah (PP)

 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan


Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara
Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang.
 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang.

Bab 1 Pendahuluan | I-3


 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan
Kawasan Perkotaan.
 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom or 4831).
 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai.
 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan
Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan.
 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah.
 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858).
 Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.
 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan(Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4655).
 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385).
 Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4242).
 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan.
 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta
untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara 3934).
 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838).

Bab 1 Pendahuluan | I-4


 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3776).

3. Peraturan Menteri (Permen)

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 17/PRT/M/2009


tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.
 Peraturan Menteri PU Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan
Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
beserta rencana rincinya.
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang di Daerah.
 Peraturan Menteri Negeri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang
Wilayah.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007, tentang Pedoman
Kriteria Teknis Kawasan Budidaya.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan
Gempa Bumi.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah.
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman
Perencanaan Kawasan Perkotaan.
 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 16/Men/2008 tentang
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 17/Men/2008 tentang
Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

Bab 1 Pendahuluan | I-5


 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/OT. 140/9/2009 tentang
Kriteria Tekis Kawasan Peruntukan Pertanian.

4. Peraturan Daerah (Perda)

 Peraturan Daerah Kota Jayapura Nomor 4 Tahun 2004 tentang Penataan


Bangunan di Kawasan Jantung Kota Jayapura .
 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Jayapura.
 Peraturan Daerah Kota Jayapura Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pembentukan
Kampung Kayobatu, Kampung Waena, dan Kampung Mosso di Kota Jayapura.
 Peraturan Daerah Kota Jayapura Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pembentukan
Distrik Heram di Kota Jayapura.
 Peraturan Daerah Kota Jayapura Nomor 9 Tahun 2006 tentang Pembentukan
Kelurahan Abepantai, Kelurahan Yobe, Kelurahan Kota Baru, Kelurahan Wai
Mhorock, Kelurahan Wahno di Kota Jayapura.

1.2 DIMENSI WAKTU


RTRW Kota Jayapura berlaku dalam jangka waktu 20 tahun dari tahun 2007-
2027 dan ditinjau kembali setiap 5 tahun. RTRW Kota dapat ditinjau kembali kurang dari
5 tahun jika:

a. terjadi perubahan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang wilayah kota; dan/atau
b. terjadi dinamika internal kota yang mempengaruhi pemanfaatan ruang secara
mendasar, antara lain berkaitan dengan bencana alam skala besar dan pemekaran
wilayah provinsi yang ditetapkan dengan peraturan perundang -undangan.

Peninjauan Kembali RTRW Kota Jayapura dilakukan bukan untuk pemutihan


terhadap penyimpangan pemanfaatan ruang.Peninjauan kembali rencana tata ruang
merupakan upaya untuk melihat kesesuaian antara rencana tata ruang dan kebutuhan
pembangunan yang memperhatikan perkembangan lingkungan strategis dan dinamika
internal, serta pelaksanaan pemanfaatan ruang.

Bab 1 Pendahuluan | I-6


1.3 PROFIL WILAYAH KOTA JAYAPURA

1.3.1 GAMBARAN UMUM KOTA JAYAPURA

1.3.1.1 SEJARAH KOTA JAYAPURA

Sejarah singkat Kota Jayapura ini diambil dari Buku Satu Abad Kota Jayapura
Membangun 1 .Kambu (2010), menjelaskan jejak historis masa lalu bahwa nama asli
Jayapura adalah Bau O Bwai (bahasa Kayupulo). Sebelum lokasi hunian diresmikan
oleh Kapten Infanteri Sache (berkebangsaan Belanda) pada 7 Maret 1910, Kawasan
Teluk Imbi dan wilayah sekitarnya telah dikunjungi oleh beberapa ekspedisi sejak abad
ke-18 (sekitar tahun 1768) sampai awal abad ke-20. Tanggal 7 Maret itulah ditetapkan
sebagai hari jadi Kota Jayapura. Kondisi alam yang lekuk-lekuk inilah yang mengilhami
Kapten Sachse untuk mencetuskan nama Hollandia di atas nama asli Numbay. Numbay
ditimpa atau diganti nama sampai 4 kali; Hollandia-Kotabaru-Sukarnopura-Jayapura,
yang sekarang dipakai adalah“JAYAPURA”. Saat itu, wilayah ini sudah ditunjuk
sebagai ibukota dari Dutch New Guenia. Kemudian setelah secara definitif kembali ke
pangkuan Indonesia pada 1 Maret 1963, saat itu pula nama Jayapura yang awalnya
bernama ”Numbay” menjadi ”Hollandia” dan diubah lagi menjadi ”Kota Baru” (1963-
1969), lalu Soekarnopura (1969-1975), dan akhirnya ”Jayapura” hingga saat ini.

Jayapura kemudian menjadi pusat administratif kekuasaan kolonial Belanda di


Irian Barat. Pada waktu itu, baru terdapat sekitar 16.000 penduduk Kota Jayapura,
sementara di sisi lain tidak terhitung berapa banyaknya tangsi dan garnisun militer
Tentara Belanda bermarkas di kota ini. Sebelum pecah Perang Dunia II (PD II), jumlah
penduduk kota ini hanya sekitar 300 orang. Jadi, menurut sejarahnya, kota ini terbilang
spesifik, karena pada awalnya merupakan kota pegawai dan prajurit Bangsa Belanda.
Suatu yang khas lainnya, menurut G. Kesselbrenner (2003), bahwa jumlah bangsa
Eropa di Kota Jayapura saat itu yang pada umumnya orang Belanda jauh lebih besar
dari pada penduduk pribumi Irian Barat.

Tidak begitu lama berselang, kaum imperialis kemudian memugar pelabuhannya


dan di sekitar kota itu pun dibangun sejumlah lapangan terbang, juga galangan-
galangan kapal. Saat ini masih kerap ditemui nama-nama dan istilah bernuansa
pelabuhan, seperti Dok II,III,IV,V. Kota Pelabuhan Hollandia saat itu (kini: Jayapura)
adalah salah satu dari pangkalan militer Angkatan Laut Belanda yang aktivitasnya
sangat sibuk, padat, dan ramai. Namun, disisi lain, pada dasarnya kepentingan ekonomi

1 Kambu, M.R dkk. 2009. Satu Abad Kota Jayapura Membangun (1910-2010). Jakarta: Indomedia Global

Bab 1 Pendahuluan | I-7


kaum penjajah Belanda di Irian Barat juga terkait erat dengan kepentingan strateginya.
Majalah Perancis economi et Politique yang terbit Oktober 1975, misalnya telah
mengutarakan bahwa AS mencoba mengubah Irian Barat, khususnya Hollandia menjadi
“Batu Loncatan” tentara AS semata, yaitu menjadi perbentengan kaum imperialis dalam
usahanya untuk memusuhi kemerdekaan Republik Indonesia yang baru saja
diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Dalam rencana agresif kaum imprealis itu, diutamakan pembangunan sejumlah


pangkalan militer di wilayah Irian Barat, khususnya Hollandia (Jayapura). Daerah ini
memang dipandang menduduki posisi kunci di wilayah Barat Daya Samudra Teduh.
Sepintas lalu, dari peta misalnya, sudah tampak dengan jelas bahwa kedudukan Irian
Barat (Jayapura) yang strategis, dapat mengontrol perhubungan laut dan udara di
Indonesia Bagian Timur.

Jadi, berdasarkan sejarah dan cikal-bakalnya, pembangunan Kota Jayapura saat


ini, pada mulanya justru dilakukan oleh tentara yang mengatur strategi perang pada
masa itu (PD-II). Awalnya, oleh Tentara Hindia Belanda, kemudian dilanjutkan tentara
AS (sekutu) guna mempersiapkan strategi Perang DuniaII. Tak heran, karena
fasilitasnya yang relatif lengkap untuk kebutuhan sebuah kota serta berdasarkan kajian
masa lalunya yang bernilai historis tinggi, maka Pemerintah RI menetapkan Jayapura
sebagai Ibukota Provinsi Irian Jaya (sekarang Papua).

1.3.1.2 LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

Kota Jayapura berada diwilayah Indonesia bagian Timur, tepatnya berada di


bagian Utara dari Provinsi Papuapada 1°28’17,26”-3°58’0,82” LS dan 137°34’10,6”-
141°0’8,22” BT.Kota Jayapura resmi ditetapkan sebagai wilayah administratif tanggal 14
September 1979 dan berubah status menjadi Kotamadya tahun 1993 berdasarkan
Undang-undang Nomor 6 Tahun
1993 dengan 4 distrik, yaitu
Distrik Jayapura Utara, Jayapura
Selatan, Abepura, dan Muara
Tami.Batas Kota Jayapura
adalah:

 sebelah Utara berbatasan


dengan Lautan Pasifik;

Bab 1 Pendahuluan | I-8


 sebelah Selatan berbatasan dengan Distrik Arso (Kabupaten Keerom) ;
 sebelah Timur berbatasan dengan Negara Papua New Guinea (PNG);
 sebelah Barat berbatasan dengan Distrik Sentani dan Distrik Depapre
(KabupatenJayapura).

Dalam perkembangannya, wilayah administrasi Kota Jayapura telah dimekarkan


menjadi 5 distrik, yaitu Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura, Heram, dan Muara
Tami, serta terbagi menjadi 25 kelurahan dan 14 kampung. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel I.1 dan Gambar 1.2.

TABEL I.1 WILAYAH ADMINISTRASI KOTA JAYAPURA

IBUKOTA STATUS PEMERINTAHAN LUAS WILAYAH PERSENTASE


NO DISTRIK
DISTRIK KAMPUNG KELURAHAN (KM 2 ) (%)
I Jayapura Tanjung Ria 1.Angkasapura 6,44 12,62
Utara 2.Trikora 1,90 3,72
3.Mandala 13,24 25,97
4.Tanjung Ria 1,46 2,88
5.Imbi 0,34 0,67
6.Bhayangkara 13,57 26,60
7.Gurabesi 7,05 13,83
1. Kayobatu 7,00 13,72
51.00 100
II Jayapura Entrop 8. Numbai 9,30 21,4
Selatan 9.Argapura 3,70 8,52
10.Hamadi 7,10 16,36
11.Ardipura 16,30 37,8
12.Entrop 2,70 37,55
2.Tobati 2,50 5,76
3.Tahima Soroma (nama 1,80 4,14
lainnya adalah Kayopulo)
43,40 100
III Abepura Kotabaru 13.Asano 12,07 7,75
14.Awiyo 9,98 6,40
15.Abe Pantai 2,90 1,86
16.Kota Baru 13,08 8,86
17.Yobe 6,50 4,17
18.Vim 10,22 6,56
19.Wahno 5,90 3,78
20.Wai Mhorock 5,80 3,72
4.Enggros 19,05 12,23
5.Nafri 34,16 21,93
6.Koya Koso 36,04 23,14
155.70 100
VI Muara Skouw Mabo 21.Koya Timur 110,50 42,06
Tami 22. Koya Barat 62,70 10,00
7.Holtekamp 63,30 10,10
8.Skouw Sae 72,70 11,60
9.Skouw Yambe 81,50 13,00
10.Skouw Mabo 87,70 13,99
11.Koya Tengah 75,60 12,06
12.Mosso 72,70 11,60
626.70 11,60

Bab 1 Pendahuluan | I-9


IBUKOTA STATUS PEMERINTAHAN LUAS WILAYAH PERSENTASE
NO DISTRIK
DISTRIK KAMPUNG KELURAHAN (KM 2 ) (%)
V Heram Kel. Waena 23.Hedam 22,05 35.60
24.Yabansai 12,43 19,66
25.Waena 14,24 22,53
13.Waena 4,36 6,89
14.Yoka 10,12 16,01
63.20 100
Luas Wilayah Kota Jayapura 940.00 100
Sumber:Kota Jayapura dalam Angka Tahun 2011

Luas Kota Jayapura sebagaimana menurut UU No. 6 Tahun 1993 tentang


Pembentukan Kota Jayapura, BPS, dan Claim Pemda adalah 94.000 ha atau 940 km 2,
sedangkan berdasarkan perhitungan
GIS (sumber: RTRW Provinsi Papua
Tahun 2010-2030) adalah 944 km 2 atau
94.350 ha.Bila dilihat dari luas distrik di
Kota Jayapura, maka luas wilayah
terbesar terdapat di Distrik Muara Tami
(67% dari luas Kota Jayapura),
sedangkan yang terkecil terdapat di
Distrik Jayapura Utaradan Distrik
Jayapura Selatan (5% dari luas Kota
Jayapura).

Kota Jayapura tidak hanya


mencakup wilayah daratan, tetapi juga
wilayah laut dan pulau-pulau kecil yang
ada dalam batas wilayahnya. Perairan
pesisir yang dimaksud dalam UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Pesisir Laut
dan Pulau-pulau Kecil adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan
sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan
pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan laguna. Luas wilayah laut
di Kota Jayapura adalah 2,81 km 2 dan panjang garis pantai 116,77 km (RTRW Provinsi
Papua 2010-2030). Jumlah pulau-pulau kecil di Kota Jayapura adalah 8 pulau dan
sudah bernama.

Bab 1 Pendahuluan | I - 10
Gambar 1.1Peta Orientasi Kota Jayapura terhadap Provinsi Papua

Bab 1 Pendahuluan | I - 11
Gambar 1.2 Peta Administrasi Kota Jayapura

Bab 1 Pendahuluan | I - 12
1.3.1.3 KONDISI FISIK

A. Topografi dan Morfologi

Topografi Kota Jayapura cukup bervariasi mulai dari datar (flat) hingga landai
danberbukit-bukit (rolling)/gunung 700 meter di atas permukaan air laut. Pada bagian
tepi pantai di bagian Timur (Base-G) terdiri dari rawa-rawa tipe A (selalu tergenang air),
pada bagian Barat sebagian Cagar Alam Cycloop dan perbukitan, pada bagian Selatan
terdapat Hutan Lindung Abepura. Distrik Muara Tami memiliki lahan datar yang cukup
besar (25.062 ha), sedangkan Distrik Abepura memiliki lahan yang memiliki kemiringan
>40% yang paling besar (7.840 ha).Penyebaran morfologi yang terbentuk atas topografi
lahan, yaitu:

 Morfologi Dataran (0-15%)

Dengan luas 51.700 ha. Kemiringan 0-8% terdiri dari dataran pantai, rawa dan,
dataran alluvial yang disusun oleh endapan pantai, seperti kerikil, pasir, dan lumpur.

 Morfologi Bergelombang sampai Berbukit (15%-40%)

Dengan luas 25.380 ha, penyebaran hampir di seluruh wilayah dengan luas yang
bervariasi.Karakteristik kemiringan lereng 8%-30% yang disusun oleh batuan
sedimen dan metamorf.

 Morfologi Terjal (>40%)

Dengan luas 16.920 ha, terletak di bagian barat wilayah Kota Jayapura. Kemiringan
lereng berkisar 30%-60% disusun oleh batuan metamorf dan batuan sedimen.

B. Hidrometeorologi
 Iklim: iklim di Kota Jayapura adalah tropis basah, cenderung panas, basah,
dan/atau lembab. Pola ini dipengaruhi oleh topografi yang tidak rata. Papua terletak
di sebelah Selatan khatulistiwa, sehingga panjangnya siang hari selalu tepat (12
jam sehari), dengan perbedaan tahunan hanya sekitar 30 menit, antara siang hari
terpanjang dan siang hari terpendek.

 Musim: Kota Jayapura dipengaruhi adanya sirkulasi angin pasat, sirkulasi angin
musim, sirkulasi dalam skala regional maupun pengaruh dalam skala meso.
Pengaruh angin pasat dikarenakan letak wilayah ini yang berhadapan dengan
Samudera Pasifik, sedangkan pengaruh angin musim terjadi karena wilayah ini
terletak dalam lintasan sirkulasi angin musim yang berlangsung dalam periode

Bab 1 Pendahuluan | I - 13
April-Oktober dan Oktober-April. Selanjutnya sirkulasi regional di Samudera Pasifik,
sangat berpengaruh terhadap pola iklim di wilayah ini. Hal ini dikarenakan adanya
Siklon Tropis antara April hingga November di Utara Pulau Papua. Kondisi skala
meso yang berkaitan dengan kondisi lokal di wilayah ini tetap menjadi salah satu
pembentuk karakter iklim di Kota Jayapura. Musim kemarau terjadi di sekitar Juni
hingga Oktober, dan musim hujan terjadi di Desember hingga Mei.

 Curah Hujan: variasi curah hujan di Kota Jayapura pada tahun 2010 antara 45-465
mm/th dengan jumlah hari hujan bervariasi antara 215-246 hari hujan/tahun. Sejak
tahun 2007-2010, intensitas rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2009
(278,42 mm/tahun) dan terendah tahun 2008 (195,83 mm/tahun), sedangkan
jumlah hari hujan tertinggi terjadi tahun 2009 (246 hari hujan/tahun) dan terendah
tahun 2010 (215 hari hujan/tahun).

TABEL I.2 DATA CURAH HUJAN PADA STASIUN DOK II JAYAPURA (MM), 2007-2010

TAHUN 2006 TAHUN 2007 TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010
BULAN CURAH CURAH CURAH CURAH CURAH
HARI HARI HARI HARI HARI
HUJAN HUJAN HUJAN HUJAN HUJAN
HUJAN HUJAN HUJAN HUJAN HUJAN
(MM) (MM) (MM) (MM) (MM)
JAN 334 18 243 24 452 25 180 20 465 23
FEB 226 20 387 22 294 22 584 28 242 19
MAR 434 21 456 21 176 18 465 30 270 24
APR 507 19 248 18 166 25 201 19 267 22
MEI 225 21 228 19 170 21 136 17 365 19

JUN 394 23 29 9 280 22 203 20 244 17


JUL 192 19 230 14 72 15 347 27 71 6
AG 193 15 245 17 64 13 246 15 134 14
SEP 322 21 72 18 182 16 260 18 45 14
OKT 218 14 55 11 205 15 203 18 175 17
NOV 177 13 212 22 104 25 164 17 151 19
DES 117 13 262 23 185 19 352 17 281 21
RERATA 278,25 222,25 218 195,83 236 278,42 246 225,83 215,00
MAKS 507 23 203 23 312 25 584 30 465 23

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, Wilayah V Jayapura dalam Kota Jayapura dalam Angka 2007-2011

 Suhu Udara:suhu udara minimum di Kota Jayapura adalah±23,9 O C dan suhu


maksimum adalah 32,5 O C.Rata-rata suhu udara minimum mutlak berdasarkan data
dari Stasiun Meteorologi Dok II pada tahun 2006 adalah 22,8°C dan pada tahun
2007 meningkat menjadi 24,9°C. Rata-rata suhu udara maksimum mutlak tahun
2006 adalah 31,7°C dan meningkat menjadi 31,8°C tahun 2007 dan 2008. Pada
tahun 2010, suhu minimum adalah 25,3°C dan suhu maksimum adalah 32,1°C.
Peningkatan suhu ini menurut ahli lingkungan merupakan dampak pemanasan
global akibat pembangunan yang mengabaikan lingkungannya.

Bab 1 Pendahuluan | I - 14
TABEL I.3 SUHU UDARA (°C), 2006-2007

RATA-RATA SUHU UDARA (°C)


BULAN MINIMUM MUTLAK MAKSIMUM MUTLAK
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
Januari 23,0 25,0 24,4 24,7 24,8 32,4 31,1 31,5 32,2 31,1
Februari 22,9 24,2 24,8 24,0 24,6 30,9 31.3 31.5 31,5 31,2
Maret 22,2 24,6 25,1 24,4 24,9 31,2 31.8 31.9 31,6 31,4
April 22,8 24,8 24,8 25,1 24,7 30,9 31.8 31.6 32,5 31,9
Mei 21,9 25,1 24,8 25,3 25,9 32,0 31.8 31.5 32,5 32,6
Juni 20,2 25,7 24,7 23,9 25,7 - 32.6 31.3 31,4 32,8
Juli 21,7 24,6 24,9 24,4 25,8 - 31.6 31.6 31,5 32,7
Agustus 21,4 24,6 24,9 24,9 25,3 - 31.6 32.0 31,9 32,2
September 23,4 25,1 25,0 24,8 25,8 32,2 31.6 32.3 32,1 32,1
O ktober 24,1 25,3 25,2 25,1 25,7 32,2 32.2 32.1 32,3 32,3
November 24,4 25,0 25,3 25,4 25,1 30,7 31.8 32.2 32,4 32,2
Desember 25,5 25,2 25,0 25,2 25,3 32,8 32.2 32.0 31,9 32,2

RERATA 22,8 24,9 24,9 24,8 25,3 23,8 2,6 2,6 32,0 32,1

Sumber: Badan M eteorologi dan G eofisika, W ilayah V Jayapura dalam Kota Jayapura dalam Angka
2007-2011

 KelembabanUdara: Kelembapan udara di Kota Jayapura berkisar 77% hingga


82%, kelembaban udara di Kota Jayapuracenderung rendah.Kelembagaan udara
tahun 2008 berkisar antara 76%-82% dengan kelembaban tertinggi tetap di bulan
Januari, sedangkan terendah di bulan Agustus. Kecepatan angin rata-rata
meningkat menjadi 7 knot pada tahun 2008. Pada tahun 2010, kelembaban udara
berkisar antara 73%-82% dan kecepatan angin 6-8 knot.

TABEL I.4 KELEMBABAN UDARA DAN KECEPATAN ANGIN, 2007-2010


TAHUN 2006 TAHUN 2007 TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010

BULAN KELEMB. KEC. KELEMB. KEC. KELEMB. KEC. KELEMB. KEC. KELEMB KEC.
UDARA ANGIN UDARA ANGIN UDARA ANGIN UDARA ANGIN . UDARA ANGIN
(%) (KNOT) (%) (KNOT) (%) (KNOT) (%) (KNOT) (%) (KNOT)

Januari 80 5 83 7 82 6 77 7 82 7
Februari 81 5 83 5 76 7 82 7 80 7
Maret 82 5 81 6 78 7 80 7 75 6
April 79 5 81 6 81 7 77 8 78 6

Mei 77 5 78 5 80 7 77 7 80 8
Juni 77 5 79 7 80 7 80 7 76 6
Juli 80 5 80 7 78 7 82 7 75 8
Agustus 80 5 81 6 76 7 79 7 79 7
September 80 - 79 6 77 7 77 7 73 7
Oktober 78 - 76 7 77 8 77 8 80 7
November 85 - 79 6 78 8 77 7 76 7
Desember 76 - 79 7 78 7 80 7 77 7

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, Wilayah V Jayapura dalam Kota Jayapura dalam Angka 2007-2011

Bab 1 Pendahuluan | I - 15
Gambar 1.3 Peta Topografi Kota Jayapura

Bab 1 Pendahuluan | I - 16
Gambar 1.4 Peta Kelerengan Kota Jayapura

Bab 1 Pendahuluan | I - 17
Gambar 1.5 Peta Curah Hujan Kota Jayapura

Bab 1 Pendahuluan | I - 18
C. Geologi

Kondisi geologi Kota Jayapuratersusun oleh beberapa jenis batuan dan batuan
beku sedimen dengan sebaran yang cukup luas yang memungkinkan terdapatnya
beberapa jenis bahan galian.

a. Tmm = Formasi Makats, yaitu terdiri dari Grewak, Batu Lempung, dan Batu
Lanau;
b. Qa = Batuan Kuarter = Aluvium, yakni endapan aluvium dan endapan pantai,
yang terdiri dari kerikil, pasir, lanau, dan endapan pantai mengandung batu
gamping koral yang berumur resen (sekarang);
c. Qpj, yaitu Batuan Gunung, merupakan lava menengah berbiotit;
d. Qc1 merupakan Endapan Pantai Muda, yang terdiri dari endapan klastika lepas
halus-kasar berupa lumpur dan pasir;
e. Batuan Ultramafik (Um): terdiri dari Hasburgrit, Sepentinit, dan Dunit. Mineral
utama olivine, terubah menjadi sepiolit dan antigorit, serta piroksen. Dunit
terserpentinitkan, rekahan-rekahan terisi oleh asbes dan dijumpai urat-urat
kuarsa di beberapa tempat;
f. Kelompok Malihan (Ptmc): terdiri dari group Batuan Metamorf Cycloop.berupa
Sekis, Setempat Genes, Filit, Unakit, Batu Pualam, Ambifolit dengan sisipan
batu marmer dan batu tanduk terlipat dan tersesarkan yang merupakan kerak
samudera. Sekis bersusun karbonat-klorit,klorit-muskovit dengan tebal 50 cm.
Genes bersusun Mika, Karbonat, Klorit. Satuan batuan ini bersentuhan tektonik
dengan Batuan Ultramafik, serta berumur Pra Tersier, yaitu 65,4 juta tahun
yang lalu.
g. Formasi Nubai (Tmom): terdiri dari batu gamping bersisipan Biomkrit, Napal,
Batu Pasir.

Struktur tektonik yang banyak dijumpai di Kota Jayapura terdiri dari pelipatan dan
sesar/patahan. Pelipatan berupa Antiklin dan Sinklin dengan sumbu Dominan
berarah Barat Laut-Tenggara, sedangkan sebagian kecil bersumbu Barat-Timur.
Sesar terdiri dari sesar turun, naik, dan geser-jurus. Hampir semua satuan batuan
yang tersingkap di wilayah ini terbentuk seteleh tumbukan pra-tersier, ada juga
yang berumur Miosin tengah sampai Miosin akhir. Semua batuan tersebut
terendapkan dalam cekungan Papua bagian Utara yang berkembang di atas
kompleks tumbukan tersebut dan sangat boleh jadi dipengaruhi gerakan kedua
lempengtersebut.

Bab 1 Pendahuluan | I - 19
Gambar 1.6 Peta Geologi Kota Jayapura

Bab 1 Pendahuluan | I - 20
D. Jenis Tanah

Jenis tanah yang ada di Kota Jayapura memiliki struktur kimiawi yang berbeda-
beda. Jenis tanah Aluvial terdapat pada bagian wilayah kota yang relatif rendah
(datar) dan kawasan Teluk Youtefa (jenis tanah ini sangat dipengaruhi oleh
goncangan yang diakibatkan gempa), sedangkan jenis tanah dengan formasi
Hollandia terdapat pada wilayah dataran. Adapun jenis tanah di Kota Jayapura
adalah sebagai berikut:

 Podsolik merah kuning, jenis tanah ini terbentuk pada tipe iklim basah dengan
curah hujan 2500-3500 mm/tahun tanpa bulan kering. Terletak pada topografi
bergelombang sampai berbukit-bukit pada elevasi 10-100 m dpl, salumnya
agak tebal (1-2 m) dengan warna merah hingga kuning. Reaksi tanah sangat
masam (pH 3,4-5,0) dan sangat peka terhadap erosi, mempunyai tingkat
kesuburan rendah. Tanah ini sangat luas, terluas di Distrik Jayapura Utara,
Jayapura Selatan, dan Abepura.

 Mediteran, tanah ini terbentuk pada iklim dengan curah hujan 800-2500
mm/tahun. Tersebar pada elevasi 0-400 m dpl. Salumnya agak tebal (1-2 m),
reaksi tanah agak masam sampai netral (pH 6,0-7,5). Kepekaan terhadap erosi
sedang hingga besar dan jenis tanah ini cocok untuk persawahan, rerumputan,
tegalan, kebun buah-buahan yang tersebar di Distrik Abepura dan Muara Tami.

 Organosol/Alluvial, terbentuknya tanah ini tidak dipengaruhi iklim. Terletak pada


topografi datar hingga sedikit bergelombang di dataran rendah. Warna tanah
kelabu tua atau hitam. Reaksi tanah sangat masam (pH 3,5-5). Cocok untuk
persawahan, ladang, tambak, palawija dan kebun kelapa. Jenis tanah ini
terdapat di sebagian Distrik Abepura dan Muara Tami.

 Latosol, tanah ini terletak pada iklim basah dengan curah hujan 2000-7000
mm/tahun, dengan bulan kering kurang dari 3 bulan yang terletak pada
topografi bergelombang. Salumnya dalam (1,5-10m) dengan warna merah
coklat hingga kuning. Reaksi tanah masam sampai agak masam (pH 4,5-6,5)
dan kepekaan terhadap erosi kecil. Jenis tanah ini cocok untuk persawahan,
tanaman palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, kebun karet, lada, dan tegalan
yang terdapat di Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura, dan
Muara Tami.

Bab 1 Pendahuluan | I - 21
 Podsolik coklat kelabu, tanah ini berkembang pada iklim dengan curah hujan di
atas 1500 mm/tahun. Tanpa bulan kering dan tersebar pada topografi datar,
bergelombang, landai, dan berbukit pada elevasi 10-2000 m dpl, berwarna
kelabu, kehitaman, coklat tua, hingga kekuningan. Reaksi tanah masam hingga
netral (pH 5,2-7,0). Jenis tanah ini terdapat di Distrik Abepura dan Muara Tami.

E. HIDROLOGI

Sungai yang melintas di Kota Jayapura diantaranya adalah:

 Distrik Jayapura Utara : Anafre (panjang 2,85 km), Aryoko (panjang 4,68
km), Kloofkamp, Bahabuaya, APO (panjang
6,327 km), Yapis (3 km), dan Dok IX (3 km);
 Distrik Jayapura Selatan : Kali Acai (2,27 km), Siborogonyie (11,2 km),
Entrop I (panjang 1 km), Entrop II (2 km), Entrop
III (3 km), dan Hanyaan;
 Distrik Abepura dan Heram : Kali Kampwalker (10 km), Buper, Jaifuri, Kujabu
(3,49 km);
 Distrik Muara Tami : Sungai Tami (1 km) dan Moso.

Arah aliran sungai bermuara ke Laut Pasifik, kecuali Sungai Kampwolker dan Buper
yang bermuara ke Danau Sentani.Sungai tidak hanya merupakan suatu alur di
permukaan bumi yang berfungsi sebagai saluran drainase dan terdiri dari aliran air
dan sedimen terangkut, melainkan juga suatu sistem keairan terbuka yang padanya
terjadi interaksi antara faktor biotis dan abiotis, yaitu flora fauna disatu sisi dan
hidraulika air dan sedimen disisi yang lain, serta seluruh aktivitas manusia yang
berhubungan langsung atau tidak langsung dengan sungai.

Kondisi sumberdaya air ini di wilayah hulu masih cukup baik, namun menjadi
kurang baik bila berada di sekitar aktivitas masyarakat dan akhirnya aliran air ini
akan bermuara ke laut/danau dengan membawa air yang sudah tercemar dengan
limbah cair dan padat.

Danau juga terdapat di Kota Jayapura, yaitu Danau Yuong dan Wakulu di Distrik
Abepura, serta Danau Sentani yang sebagian berada di wilayah Distrik Heram.
Danau Sentani memiliki luas ±9.630 Ha dan juga berada di Distrik Sentani Timur,
Waibu, dan Ebungfauw Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura (Kampung Yoka
Distrik Heram). Outflow Danau Sentani melalui Sungai Jaifuri yang berada di

Bab 1 Pendahuluan | I - 22
sebelah selatan danau, aliran bawah tanah, serta melalui rekahan-rekahan batu
kapur yang banyak terdapat di sebelah Timur Danau Sentani menuju ke Sungai
Tami yang selanjutnya bermuara ke Teluk Seko di Lautan Pasifik. Air danau juga
dimanfaatkan sebagai sumber air bersih oleh masyarakat yang bermukim di tepi
danau.

Pantaiyang terdapat di Kota Jayapura berdasarkan Data Lingkup Kerja Pengairan


Dinas Pekerjaan Umum Kota Jayapura Tahun 2012 adalah Pantai Skouw (Yambe
sampai dengan Sae dengan panjang 5 km, Pantai Holtekamp memiliki panjang 10
km, Teluk Youtefa dengan panjang pantai 2 km, Pantai Hamadi 3 km, Pantai Dok II
1 km, dan Pantai Base-G 4 km.

Rawa yang terdapat di Kota Jayapura berdasarkan Data Lingkup Kerja Pengairan
Dinas Pekerjaan Umum Kota Jayapura Tahun 2012 adalah rawa di Kampung
Memberamo (Koya Timur) memiliki luas 3000 ha, luas rawa di Holtekamp 1500 ha,
Embung Entrop memiliki luas 1 ha, Organda Padang Bulan memiliki luas rawa 5 ha,
Hamadi memiliki luas rawa 5 ha, dan Pasir II dengan luas rawa 8 ha.

Irigasi Muara Tami dengan panjang saluran tersier (1x1 m) adalah 30 km, saluran
sekunder (2,5x2 m) dengan panjang 20 km, dan saluran primer (4x3 m) dengan
panjang saluran 30 km (sumber: Data Lingkup Kerja Pengairan Dinas Pekerjaan
Umum Kota Jayapura, 2012).

Bab 1 Pendahuluan | I - 23
Gambar 1.7 Peta Jenis Tanah Kota Jayapura

Bab 1 Pendahuluan | I - 24
Gambar 1.8 Peta DAS

Bab 1 Pendahuluan | I - 25
Gambar 1.9 Peta Hidrologi Kota Jayapura

Bab 1 Pendahuluan | I - 26
F. RAWAN BENCANA ALAM

Beberapa faktor bencana yang disebabkan oleh faktor meteorologi dan


klimatologi adalah banjir, kekeringan, angin ribut, tinggi gelombang laut. Potensi
kebencanaan di Distrik Jayapura Utara adalah:

a. Gempa bumi
Berdasarkan buku Identifikasi dan Pemetaan Daerah Rawan Bencana di Kota
Jayapura, Kabupaten Jayapura, dan Kabupaten Keerom, Kota Jayapura termasuk
dalam zona 1 rawan gempa. Zona 1 disebut highly active areas atau daerah sangat
aktif kegempaannya, karena merupakan tempat pertemuan/tumbukan antara
Lempeng Pasifik, khususnya Blok Caroline dengan Lempeng Indo-Australia,
sehingga terjadi subduksi, yaituLempeng Samudera Pasifik menyusup ke bawah
Lempeng Benua Indo-Australia.

Sumber: Kementrian Pekerjaan


Umum, 2010

Gambar 1.10 Zonasi Gempa

Berdasarkan peta zonasi gempa di Indonesia tahun 2010 (lihat Gambar 1.10), Kota
Jayapura termasuk daerah yang rawan gempabumi dengan nilai percepatan tanah
≥1.0 g. Akibat gempa bumi secara langsung adalah menimbulkan getaran,
gelombang tsunami, tanah bergeser/terbelah, liquifaction (penerobosan gas atau
cairan ke permukaan bumi), tanah longsor, dan bangunan runtuh. Secara tidak
langsung, gempa bumi juga dapat mengakibatkan 1) korban jiwa manusia, karena
tertimpa tanah longsor, gelombang tsunami, dan bangunan runtuh; 2) kebakaran; 3)
gangguan ekonomi (kemunduran ekonomi atau bahkan kelumpuhan ekonomi); 4)
wabah penyakit, dan sebagainya.

Bab 1 Pendahuluan | I - 27
b. Tanah longsor

Pemicu tanah longsor tersebut diantaranya hujan deras, pembabatan tanaman


keras/berakar kuat, serta aktivitas penambangan. Potensi tanah longsor tidak
hanya terjadi pada kelerangan lebih dari 40%, melainkan juga pada pinggiran
sungai.

 Potensi longsor di Distrik Jayapura Utara adalah di kawasan Rumah Sakit Dok II
Kelurahan Bhayangkara, Kawasan Kloofkamp dan Paldam di Kelurahan
Gurabesi, Kawasan perdagangan dan jasa di Jalan Percetakan Kelurahan
Gurabesi.

 Lokasi kawasan longsor di Distrik Jayapura Selatan berada di perbukitan Entrop


(sekitar walikota), Kelurahan Ardipura, Perbukitan sekitar Teluk Youtefa (Skyline -
Vihara) Entrop, dan Numbay (depan Pelabuhan).

 Lokasi kawasan longsor di Distrik Abepura berada di sepanjang Tanah Hitam


menuju Koya (terutama koordinat 02 o38,138’ LS–140 o43,667 BT, dengan
kemiringan mencapai 60 o-80 o).

c. Tinggi Gelombang Laut

Tinggi gelombang laut dapat mencapai 1,5 meter yang berpotensi terjadi di
kawasan pantai di Kota Jayapura.

d. Abrasi

Kawasan rawan bencana alam rawan abrasi merupakan wilayah pesisir pantai yang
luasannya berkurang,karena gerusan gelombang air laut. Kawasan ini terletak di
Pantai Hamadi dan sepanjang pantai yang menghadap ke Samudera Pasifik.

e. Tsunami

Tsunami dapat timbul bila kondisi di bawah ini terpenuhi, yaitu 1) gempa bumi
dengan pusat di tengah lautan; 2) gempa bumi dengan magnitude lebih besar dari
6.0 skala Ricter; 3) gempa bumi dengan pusat gempa dangkal, kurang dari 33 Km;
4) gempa bumi dengan pola mekanisme dominan adalah sesar naik atau sesar
turun; 5) lokasi sesar (rupture area) di lautan yang dalam (kolom air dalam); 6)
morfologi (bentuk) pantai biasanya pantai terbuka dan landai atau berbentuk teluk.
Potensi tsunami terjadi di Samudera Pasifik.

Gempa berkekuatan 8,9 SR yang juga diikuti gelombang tsunami di Jepang pada
tanggal 11 Maret 2011 juga berdampak terhadap pesisir pantai Kota Jayapurayang

Bab 1 Pendahuluan | I - 28
berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik. Peristiwa tersebut telah merusak
beberapa bangunan rumah dan jembatan di Kampung Tobati, yang berlokasi di
tengah Teluk Youtefa. Beberapa rumah dan jembatan di kampung Tobati rusak
parah, bahkan ada beberapa yang hancur total akibat gelombang tsunami tersebut.
Kurang lebih 20 rumah yang hanyut dan rusak, 16 di antaranya dari Kampung
Tobati dan Metu Debi, serta sedikitnya 4 rumah di Kampung Injros. Selain rumah
penduduk, ada juga beberapa fasilitas umum yang rusak seperti Mawu (sebutan
pendopo oleh masyarakat Injros).

Sumber: Beberapa sumber dalam


Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) Kota Jayapura Tahun
2011

Gambar 1.11 Peristiwa Tsunami Tanggal 12 Maret 2011 di Teluk Youtefa

f. Angin

Adanya angin maksimum lebih dari 28 knot atau 14 m/s, berpotensi merusak atap
rumah bahkan merobohkan pohon. Angin kencang sering terjadi bersamaan
dengan adanya Siklon Tropis di Utara Papua.

g. Banjir/Genangan Air

Wilayah Distrik Jayapura Utara yang pernah terkena banjir adalah Belakang BRI
Kloofkamp dan Aspol di Kelurahan Gurabesi. Genangan air yang terjadi akibat
kondisi drainase yang buruk (kapasitas saluran yang kurang, terjadi penumpukan
sampah, pengaruh pasang surut laut, dimensi inlet saluran yang kurang memadai)
terjadi di ruas Jalan Percetakan, Jalan Ahmad Yani, Jalan Sam Ratulangi, Jalan
Gurabesi, Jalan Koti, Jalan Sumatra (depan Kantor Gubernur), dan Jalan Tanjung
Ria.kawasan ini berada di Kelurahan Ardipura (Bambu Kuning), Jalan Argapura
Bawah, Hamadi (RT 4 RW 7), Entrop. Kawasan rawan bencana banjir di Distrik
Abepura dan Heram umumnya diakibatkan oleh kapasitas drainase yang buruk,
seperti di Jalan Raya Abepura (depan Departemen Kehutanan, Uncen Bawah,
Depan Kantor Pos Abepura, Brimob Abepura), serta perubahan fungsi guna lahan
di Perumnas 4 Padang Bulan, Kawasan Kantor Otonom , Pasar Youtefa.

Bab 1 Pendahuluan | I - 29
Gambar 1.12 Peta Rawan Bencana Kota Jayapura

Bab 1 Pendahuluan | I - 30
1.3.2 KESESUAIAN LAHAN

Kesesuaian lahan di Kota Jayapura dapat dilihat aspek fisik, kebijakan tata
ruang, serta daya dukung prasarana wilayah kota yang kemudian dilakukan
overlay/super impose/tumpang tindih, sehingga dapat diketahui lahan yang sesuai
dikembangkan sebagai kawasan budidaya dan kawasan yang tidak sesuai
dikembangkan sebagai kawasan budidaya.

Peruntukan lahan yang telah berkembang dengan produktivitas yang baik serta
sepanjang kegiatan tersebut sesuai dengan daya dukung lahan dan kecenderungan
perkembangan tidak berpengaruh buruk terhadap lingkungan, maka kawasan budidaya
tersebut dapat dipertahankan atau ditingkatkan intensitasnya. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari besarnya beban penggantian terhadap kegiatan di lahan tersebut
bila dialihfungsikan pada penggunaan yang lain. Bila peruntukan lahan tidak sesuai
dengan hasil analisis kesesuaian lahan, maka perlu ditinjau dampak yang diperkirakan
akan muncul dan bila dibutuhkan kegiatan yang ada diubah. Luas lahan yang sesuai
dikembangkan sebagai kawasan budidaya di Kota Jayapura adalah 32.425 ha dan yang
tidak sesuai dikembangkan sebagai kawasan budidaya adalah 61.575 ha.

Bentang alam perbukitan dan pegunungan dengan kemiringan lereng terjal


hingga sangat terjal dan potensi gerakan tanah sedang hingga tinggi. Daerah ini bila
akan dimanfaatkan akan memerlukan pengerjaan yang sulit, diantaranya pemotongan
lereng. Zona ini tidak mudah dalam pengorganisasian ruang dan pilihan jenis
pengembangan pembangunan lahan yang memiliki kendala tinggi untuk pembangunan
serta memerlukan rekayasa teknis yang lebih banyak, sama dengan zonasi keleluasaan
menengah.

Bab 1 Pendahuluan | I - 31
Gambar 1.13 Peta Kesesuaian Lahan Kota Jayapura

Bab 1 Pendahuluan | I - 32
1.3.3 KEPENDUDUKAN DAN SUMBERDAYA MANUSIA

1.3.3.1 JUMLAH PENDUDUK

Jumlah penduduk kota Jayapura pada akhir tahun 2010 tercatat 256.705 jiwa,
yang terdiri dari 136.587 laki-laki dan 120.118 perempuan. Jumlah penduduk terbanyak
terdapat di Distrik Abepura, yaitu 73.1517 jiwa. Selanjutnya Distrik Jayapura Selatan
sebesar 66.937 jiwa, Distrik Jayapura Utara menempati urutan ketiga, yaitu sebesar
65.039 jiwa, Distrik Heram memiliki kepadatan penduduk sebesar 40.435 orang, dan
terakhir adalah Distrik Muara Tami yang mempunyai daerah dataran dan landai
berpenduduk 11.137 jiwa dengan luas wilayah 626,70ha. Jumlah rumah tangga di Kota
Jayapura sebanyak 60.478 rumah tangga.

Jumlah penduduk di Kota Jayapura dari tahun 2006 hingga 2010 dapat dilihat
pada tabel dan gambar di bawah ini. Jumlah penduduk yang cenderung selalu
meningkat dari tahun 2006 hingga 2010 berada di Distrik Jayapura Selatan, Distrik
Abepura, dan Distrik Heram. Jumlah penduduk yang cenderung kecil adalah Distrik
Muara Tami, sedangkan Distrik Jayapura Utara mengalami penurunan penduduk tahun
2010.

80.000

70.000

60.000

50.000 TAHUN 2006


TAHUN 2007
40.000
TAHUN 2008
30.000
TAHUN 2009
20.000 TAHUN 2010

10.000

-
JAYAPURA JAYAPURA ABEPURA HERAM MUARA TAMI
UTARA SELATAN

Sumber: Kota Jayapura dalam Angka, 2006-2010

Gambar 1.14 Jumlah Penduduk perdistrik di Kota Jayapura, 2006-2010

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan


dengan perempuan. Sex ratio yang merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-laki
dan perempuan di setiap distrik, maupun Kota Jayapura. Sex ratio Kota Jayapuraadalah

Bab 1 Pendahuluan | I - 33
113, artinya dari 100 orang perempuan terdapat 113 laki-laki. Nilai sex ratio tertinggi
terdapat di Distrik Abepura (115) dan terendah di Distrik Jayapura Selatan (112).

TABEL I.5 SEX RATIO PERDISTRIK, 2010

DISTRIK LAKI-LAKI (JIWA) PEREMPUAN (JIWA) SEX RATIO


Jayapura Utara 34.457 30.582 113
Jayapura Selatan 35.375 31.562 112
Abepura 39.135 34.022 115
Heram 21.692 18.743 116
Muara Tami 5.928 5.209 114
JUMLAH 136.587 120.118 113
Sumber: Kota Jayapura dalam Angka, 2010

1.3.3.2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR

Jumlah penduduk menurut kelompok umur terdiri atas tiga kelompok, yaitu:

a. penduduk dengan usia 0-4 tahun dan di atas 65 tahun merupakan penduduk
usia tidak produktif. Jumlah penduduk usia tidak produktif pada tahun 2010 di
Kota Jayapura adalah 31.355 jiwa;
b. jumlah penduduk dengan usia 5-14 tahun merupakan penduduk usia belum
produktif. Jumlah penduduk usia belum produktif di Kota Jayapura adalah
48.209 jiwa;
c. penduduk dengan usia 15-64 tahun merupakan usia produktif. Jumlah penduduk
usia produktif di Kota Jayapura adalah 177.141 jiwa.

TABEL I.6JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN KELOMPOK UMUR, 2010

KELOMPOK JUMLAH (JIWA) JUMLAH


UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN (JIWA)
0-4 14.347 12.964 27.311
5-9 13.250 12.310 25.560
10-14 11.874 10.775 22.649
15-19 12.241 11.203 23.444
20-24 17.052 14.756 31.808
25-29 15.938 13.702 29.640
30-34 13.405 11.512 24.917
35-39 10.456 9.369 19.825
40-45 8.962 7.840 16.802
46-49 6.813 5.644 12.457
50-54 4.707 4.014 8.721
55-59 3.185 2.585 5.770
60-64 2.151 1.606 3.757
65+ 2.206 1.838 4.044
JUMLAH 136.587 120.118 256.705

Sumber: Kota Jayapura dalam Angka, 2010;28

Bab 1 Pendahuluan | I - 34
Sumber: Kota Jayapura dalam Angka, 2010;28 dan Hasil Olahan Tim Penyusun, 2012

Gambar 1.15 Piramida Penduduk

Gambar 1.15 menunjukkan komposisi umur dan jenis kelamin di Kota Jayapura.
Banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama banyaknya dan mengecil
pada usia tua, kecuali umur tertentu. Dasar piramida hingga ke atas piramida laki-laki
menunjukkan angka kelahiran yang cukup tinggi dibandingkan perempuan. Grafik ini
secara keseluruhan memperlihatkan terjadi peningkatan jumlah penduduk usia belum
produktif hingga produktif dibandingkan dengan tingkat kelahiran, dan beban
tanggungan yang rendah.

1.3.3.3 LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK

Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk yang terjadi


dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang dinyatakan dengan persentase. Rata -rata
laju pertumbuhan penduduk adalah rata-rata besarnya perubahan jumlah penduduk
yang terjadi setiap tahunnya yang dinyatakan dengan persentase. Laju pertumbuhan
penduduk tertinggi berada di Distrik Muara Tami, yaitu 5,1%, sedangkan yang terendah
di Distrik Jayapura Selatan, yaitu 1,2%. Namun, dari segi jumlah penduduk Distrik
Muara Tami menempati urutan terakhir. Laju pertumbuhan penduduk untuk Distrik
Heram tidak tersedia, mengingat Distrik ini baru terbentuk tahun 2006 dan masih
bergabung dengan Distrik Abepura.

Laju pertumbuhan penduduk berdasarkan perhitungan di atas merupakan laju


pertumbuhan tahun 2007-2010. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2006 tidak
digunakan, mengingat pembentukan Distrik Heram baru dilakukan tahun 2006. Adapun
laju pertumbuhan penduduk Kota Jayapura adalah 2,7%dalam empat tahun terakhir
(tahun 2006-2010), sedangkan dalam sepuluh tahun (tahun 2000-2010) laju

Bab 1 Pendahuluan | I - 35
pertumbuhan penduduk Kota Jayapura adalah 4,16% (Indeks Pembangunan Manusia
dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Jayapura 2011, 2011:34). Jumlah
penduduk yang besar ini merupakan potensi tenaga kerja apabila mempunyai skill yang
sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia.

TABEL I.7 JUMLAH PENDUDUK KOTA JAYAPURA, 2006-2010 DAN LAJU


PERTUMBUHAN PENDUDUK (%)

JUMLAH PENDUDUK (JIWA) LAJU


NO NAMA WILAYAH PERTUMBUHAN
TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
(%)
2006 2007 2008 2009 2010
1 Kel. Angkasapura 3.378 3.844 3.938 4.034 4.261 2,6
2 Kel. Trikora 4.730 4.596 4.708 4.823 5.079 2,5
3 Kel. Mandala 3.818 3.704 3.794 3.886 4.844 6,9
4 Kel. Tanjung Ria 13.122 10.387 10.641 10.901 13.394 6,6
5 Kel. Imbi 8.856 13.389 13.716 14.051 9.462 -8,3
6 Kel. Bhayangkara 12.403 12.053 12.347 12.648 12.345 0,6
7 Kel. G urabesi 15.621 15.184 15.555 15.935 15.360 0,3
8 Kp. Kayo Batu - 274 280 286 294 1,8
DISTRIK JAYAPURA UTARA 61.928 63.431 64.979 66.564 65.039 0,6
1 Kel. Numbai 9.676 8.169 8.368 8.572 8.339 0,5
2 Kel. Argapura 6.457 7.292 7.470 7.652 7.186 -0,4
3 Kel. Hamadi 16.556 18.693 19.149 19.616 18.791 0,1
4 Kel. Ardipura 13.201 14.905 15.269 15.642 16.145 2,0
5 Kel. Entrop 13.232 11.427 11.706 11.992 15.760 8,4
6 Kp. Tobati 290 353 362 371 178 -15,7
7 Kp. Tahim a Sorom a 508 564 577 591 536 -1,3
DISTRIK JAYAPURA SELATAN 59.920 61.403 62.901 64.436 66.935 2,2
1 Kel. Asano 7.052 4.752 4.868 4.987 7.396 11,7
2 Kel. Awiyo 18.193 10.808 11.072 11.342 12.052 2,8
3 Kel. Abe Pantai 17.316 2.899 2.970 3.043 2.788 -1,0
4 Kel. Yobe - 8.854 9.070 9.292 7.428 -4,3
5 Kel. Kota Baru - 8.778 8.992 9.211 8.093 -2,0
6 Kel. Vim 8.639 8.850 9.066 13.492 11,8
7 Kel. W ai Mhorock 22.629 5.495 6.629 6.790 9.332 14,2
8 Kel. W ahno 5.706 5.845 5.988 8.123 9,2
9 Kp. Enggros 399 350 359 368 397 3,2
10 Kp. Nafri 1.450 1.566 1.604 1.643 1.341 -3,8
11 Kp. Koya Koso 1.146 2.583 2.646 2.710 2.715 1,3
DISTRIK ABEPURA 68.185 60.430 62.905 64.440 73.157 4,9
1 Kel. W aena 13.891 9.898 10.139 10.386 15.783 12,4
2 Kel. Hedam 17.123 9.565 9.798 10.037 10.883 3,3
3 Kel. Yabansai 8.816 9.362 9.590 9.824 10.063 1,8
4 Kp. Yoka 2.443 2.503 2.564 2.023 -4,6
1.362
5 Kp. W aena 2.607 2.671 2.737 1.729 -9,8
DISTRIK HERAM 41.192 33.875 34.701 35.548 40.481 4,6
1 Kel. Koya Barat 4.162 4.924 4.044 4.143 4.388 -2,8
2 Kel. Koya Timur 3.694 3.387 3.470 3.554 3.309 -0,6
3 Kp. Holtekam 1.154 889 911 934 976 2,4
4 Kp. Koya Tengah 433 347 356 365 363 1,1
5 Kp. Skouw Sae 635 650 665 551 -3,5
565
6 Kp. Mosso 140 142 145 422 31,8
7 Kp. Skouw Yam be 814 809 829 849 564 -8,6
8 Kp. Skouw Mabo 586 554 568 582 564 0,4
DISTRIK MUARA TAMI 11.408 11.685 10.970 11.237 11.137 -1,2
TOTAL 242.633 230.824 236.456 242.225 256.749 2,7

Sumber: Kota Jayapura dalam Angka 2007-2011

Bab 1 Pendahuluan | I - 36
1.3.3.4 KEPADATAN PENDUDUK

Kepadatan penduduk tertinggi berada di Distrik Jayapura Selatan, yaitu 1.542


jiwa/km 2 dan terendah di Distrik Muara Tami (18 jiwa/km 2). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel I.8.

TABEL I.8 JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN KEPADATAN


PENDUDUK, 2010
LUAS JUMLAH PENDUDUK (JIWA) KEPADATAN
NO NAMA WILAYAH WILAYAH PENDUDUK
(KM2) LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH (JIWA/KM2)
1 Kel. Angkasapura 6,44 2.257 2.004 4.261 662
2 Kel. Trikora 1,9 2.648 2.431 5.079 2.673
3 Kel. Mandala 13,24 2.636 2.208 4.844 366
4 Kel. Tanjung Ria 1,46 7.060 6.334 13.394 9.174
5 Kel. Imbi 0,34 4.979 4.483 9.462 27.829
6 Kel. Bhayangkara 13,57 6.453 5.892 12.345 910
7 Kel. G urabesi 7,05 8.265 7.095 15.360 2.179
8 Kp. Kayo Batu 7 159 135 294 42
DISTRIK JAYAPURA UTARA 51 34.457 30.582 65.039 1.275
1 Kel. Numbai 9,3 4.449 3.890 8.339 897
2 Kel. Argapura 3,7 3.751 3.435 7.186 1.942
3 Kel. Hamadi 7,1 9.823 8.968 18.791 2.647
4 Kel. Ardipura 16,3 8.588 7.557 16.145 990
5 Kel. Entrop 2,7 8.362 7.398 15.760 5.837
6 Kp. Tobati 2,5 101 77 178 71
7 Kp. Tahim a Sorom a 1,8 301 237 538 299
DISTRIK JAYAPURA SELATAN 43,4 35.375 31.562 66.937 1.542
1 Kel. Asano 12,07 3.964 3.432 7.396 613
2 Kel. Awiyo 9,98 6.607 5.445 12.052 1.208
3 Kel. Abe Pantai 2,9 1.465 1.323 2.788 961
4 Kel. Yobe 6,5 3.954 3.474 7.428 1.143
5 Kel. Kota Baru 13,08 4.139 3.954 8.093 619
6 Kel. Vim 10,22 7.080 6.412 13.492 1.320
7 Kel. W ai Mhorock 5,8 5.167 4.165 9.332 1.609
8 Kel. W ahno 5,9 4.323 3.800 8.123 1.377
9 Kp. Enggros 19,05 207 190 397 21
10 Kp. Nafri 34,16 713 628 1.341 39
11 Kp. Koya Koso 36,04 1.516 1.199 2.715 75
DISTRIK ABEPURA 155,7 39.135 34.022 73.157 470
1 Kel. W aena 14,24 8.485 7.253 15.738 1.105
2 Kel. Hedam 22,05 5.803 5.080 10.883 494
3 Kel. Yabansai 12,43 5.371 4.691 10.062 809
4 Kp. Yoka 10,12 1.114 909 2.023 200
5 Kp. W aena 4,36 919 810 1.729 397
DISTRIK HERAM 63,2 21.692 18.743 40.435 640
1 Kel. Koya Barat 62,7 2.324 2.064 4.388 70
2 Kel. Koya Timur 110,5 1.745 1.564 3.309 30
3 Kp. Holtekam 63,3 504 472 976 15
4 Kp. Koya Tengah 75,6 213 150 363 5
5 Kp. Skouw Sae 72,7 295 256 551 8
6 Kp. Mosso 72,7 266 156 422 6
7 Kp. Skouw Yam be 81,5 279 285 564 7
8 Kp. Skouw Mabo 87,7 302 262 564 6
DISTRIK MUARA TAMI 626,7 5.928 5.209 11.137 18
TOTAL 940 136.587 120.118 256.705 273

Sumber: Kota Jayapura dalam Angka 2011

Bab 1 Pendahuluan | I - 37
Gambar 1.16 Peta Kepadatan Penduduk Eksisting

Bab 1 Pendahuluan | I - 38
1.3.3.5 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia dan Analisis Situasi Pembangunan


Manusia Kota Jayapura 2011 (Bappeda Kota Jayapura dan BPS Kota Jayapura;
2011:29-30), diperoleh IPM Kota Jayapura tahun 2010 sebesar 75,76. IPM tahun 2010
terdiri dari indeks kesehatan (e 0), yaitu sebesar 72,43, indeks pendidikan (gabungan
angka melek huruf dan rata-rata pendidikan) sebesar 82,10 dan indeks decent living
(PPP) sebesar 74,30. Dari ketiga indeks yang menyusun IPM terlihat bahwa indeks
pendidikan adalah indeks yang paling menonjol, hal ini berarti untuk menaikkan angka
IPM Kota Jayapura, Pemerintah Kota Jayapura sebaiknya lebih memprioritaskan
terhadap program kesehatan dan program dibidang ekonomi. Pencapaian angka IPM
tahun 2010 bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2009, yaitu sebesar 75,16
bertambah 0,6 point. Peningkatan tersebut menunjukkan keberhasilan Pemerintah Kota
Jayapura dalam perencanaan pembangunan pada tahun-tahun sebelumnya. Tabel
perkembangan IPM di Kota Jayapura dari tahun 2008-2010 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini. Dengan capaian IPM 75,76, maka Kota Jayapura menurut Konsep
Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
berkategori kinerja pembangunan manusia Menengah Atas, yaitu capaian IPM diantara
66-79,9.

TABEL I.9PERKEMBANGAN IPM KOTA JAYAPURA TAHUN 2008-2010

NO KOMPONEN IPM 2008 2009 2010


1 Angka Harapan Hidup (Tahun) 68,23 68,34 68,46
2 Melek Huruf (%) 99,09 99,3 99,58
3 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 10,86 10,88 11,00
4 Pengeluaran Riil yang Disesuaikan (000Rupiah) 625.93 632.54 639.93
IPM 74,56 75,16 75,76
Sumber: IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Jayapura 2011: 2011:30

1.3.3.6 KONDISI SOSIAL BUDAYA

Kota Jayapura sebagai wilayah perkotaan menjadi tujuan migrasi bagi


masyarakat di sekitar Kota Jayapura maupun kota-kota lainnya di Indonesia.
Masyarakat yang menetap telah membentuk masyarakat majemuk yang berasal dari
berbagai suku bangsa dan budaya, seperti suku asli Papua, Makassar, Toraja, Manado,
Buton, Padang, Ambon, Ternate, Batak, Jawa, dan Cina.

Penduduk asli Papua sendiri (termasuk Kota Jayapura) memiliki ciri-ciri fisik
berkulit hitam, berbulu dan berambut keriting. Masyarakat asli pada dasarnya termasuk

Bab 1 Pendahuluan | I - 39
ke dalam rumpun suku bangsa Melanesia, dengan ciri-ciri berkulit hitam dan berambut
keriting, tinggi badan pria sekitar 165-175 cm dan wanita 155-165 cm.

Dari tanda-tanda tersebut terlihat ada keterkaitan dengan penduduk asli


Australia, Suku Aborigin.Pada penetapan wilayah perbatasan RI-PNG, Pemerintah
Belanda dan Pemerintah Australia tidak memperhatikan batas-batas tradisional antar
etnik, yang menyebabkan suku-suku yang sama terbagi menjadi beberapa bagian kecil.
Padahal wilayah perbatasan merupakan wilayah yang bebas bagi mobilitas suku-suku
di Barat dan di Timur, karena antara keduanya terdapat sumberdaya alam yang saling
melengkapi kebutuhan suku-suku tersebut.

 Distrik Jayapura Utara:Suku asli di Distrik Jayapura Utara adalah Suku Kayobatu.
 Distrik Jayapura Selatan:Suku asli di Distrik Jayapura Selatan adalah Enggros
Tobati, dengan marga Hamadi, Ireeuw, Afaar, Hasor, Dawir, Hay, Itaar, Mano,
Injama, Kerauje, Iwo, Sanyi, Drunyi, Habubuk, Hanasbey, Srem -srem, Sembra, dan
Samay. Kampung Tahima Soroma terdapat Suku Sibi, Hay, Youwe, dan Soro.
Sebagian lainnya telah berpindah ke daratan di sekitar Entrop, Kotaraja, Kali Achai,
atau tempat lainnya. Namun pada saat acara-acara adat, suku-suku ini akan
berkumpul.
 Distrik Abepura: Suku asli di Distrik Abepura termasuk dalam Suku Enggros
Tobati yang juga berada di Distrik Jayapura Selatan. Menurut penduduk setempat,
nama asli kedua kampung adalah ”Tubadij” artinya sudah jadi orang di sini atau
kampung saya di sini, dan ”Injros” yang terdiri dari dua kata, yaitu ”Inj” (tempat)
dan ”Ros” (dua), yang bila diartikan secara lengkap adalah kampung kedua atau
tempat tinggal kedua. Dulunya kampung ini hanya ada satu kampung, yaitu Tobati,
namun karena perkembangan jumlah penduduk, maka suku utama (Drunyi dan
Sanyi) pindah ke tempat permukiman kedua di Injros. Bahasa yang digunakan
adalah Bahasa Tobati, di samping Bahasa English Pidgin oleh sebagian orang yang
sering berkunjung secara tradisional ke Papua New Guinea (PNG) untuk bertemu
sanak keluarga mereka yang bermukim di sana. Namun, jumlah penutur Bahasa
Tobati saat ini jarang digunakan secara aktif. Bahasa yang sering digunakan adalah
bahasa persatuan (Bahasa Indonesia) yang diperkenankan di Papua sejak 5
Pebruari 1855 (yang kala itu disebut Maleise Taal-Bahasa Melayu)-ketika
penyebaran Agama Kristen masuk di Pulau Mansinam (Manokwari), Tanah Papua.
Selain itu, terdapat Suku Nafri yang bertempat tinggal di Kampung Nafri .
 Distrik Heram: Penduduk asli di Kampung Yoka di Distrik Heram termasuk dalam
Suku Sentani, meskipun secara wilayah administrasi berada di Kota Jayapura.

Bab 1 Pendahuluan | I - 40
 Distrik Muara Tami: Suku asli di Distrik Muara Tami adalah masyarakat peramu,
yaitu hanya memanfaatkan hasil hutan. Hanya sedikit masyarakat asli yang mulai
terbiasa bertani dengan mulai menanam umbi-umbian untuk kebutuhan hidup
sehari-hari. Kehidupan pedesaan masih terasa di Distrik Muara Tami, kecuali di
Koya Barat dan Koya Timur yang mulai diramaikan dengan aktivitas perdagangan,
serta wisata pemancingan dan rumah makan.

Disadur dari Laporan Final Bantuan Teknis Pelaksanaan Penataan Ruang


Kawasan Muara Tami. Berdasarkan sejarah, dalam selayang pandang Pulau
Papua dijelaskan bahwa sejarah orang Papua mulai diungkap dalam catatan tertulis
setelah ditemukan sepotong catatan tentang New Guenea dan penduduknya, yang
menjadi nenek moyang Bangsa Papua, pada awal kedatangan orang Portugis
dipermulaan abad ke-16.

Suku dengan mobilitas tinggi ini pada saat ini sering disebut para pelintas batas.
Warga Indonesia yang sempat tinggal di PNG kemudian kembali ke Papua
diberikan tempat tinggal khusus di Kampung Moso. Sebagai para pelintas batas,
para penduduk asli perbatasan memiliki KTP khusus berwarna merah sebagai
pengganti paspor/visa jika ingin melakukan kunjungan ke PNG.Suku yang berbeda
menempati kampung-kampung Distrik Muara Tami, seperti:

 Suku di Skouw Mabo, yaitu Malo, Membilong, Palora, Awe, dan Kemo;
 Suku di Skouw Yambe, yaitu Rolo, Patipeme, Ramela, Membilong, dan Pae;
 Suku di Skouw Sae, yaitu Nali, Mutang, Lomo, Reto, dan Palora;
 Suku pendatang di Holtekamp, yaitu Sarmi, Serui, dan Yawa;
 Suku asli yang masih ada di Koya Barat dan Koya Timur adalah Rolo, suku
Jawa merupakan asal para transmigran;
 Suku di Moso adalah Nyao, yaitu para pelintas batas.

Makanan lokal penduduk adalah sagu. Dulu tersedia cukup melimpah


dibeberapa hutan sagu berawa, namun saat ini sebagian besar hutan sagu telah
dijadikan kawasan permukiman, seperti di Kotaraja dan Entrop. Menangkap ikan di laut
dan kerang juga merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan oleh penduduk. Mencari
ikan di laut biasanya dilakukan oleh kaum pria, dan wanita mengumpulkan kerang di
laut dan hutan bakau.

Bab 1 Pendahuluan | I - 41
1.3.4 PEREKONOMIAN KOTA

1.3.4.1 PERKEMBANGAN PDRB

Kemampuan sumberdaya ekonomi yang dihasilkan di KotaJayapura dapat


ditinjau dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan PDRB atas
dasar harga berlaku dengan atas dasar harga konstan tahun 2000 menggambarkan
adanya perkembangan harga-harga (inflasi) yang cukup tinggi, khususnya pada tahun
2005-2006. Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto Kota Jayapura 2010/2011,
perekonomian Kota Jayapura menunjukkan tren positif. Terlihat dari nilai PDRB atas
dasar berlaku pada tahun 2009 yang sebesar Rp. 6,82 triliun meningkat menjadi Rp.
8,01 triliun pada tahun 2010. Berbeda dengan PDRB atas dasar harga berlaku, PDRB
atas dasar harga konstan hanya dipengaruhi oleh perubahan jumlah produksi saja.
Perhitungan ini menggunakan harga-harga pada tahun 2000. Dari perhitungan tersebut,
diketahui bahwa nilai PDRB atas dasar harga konstannya yang meningkat dari Rp. 3,12
triliun pada tahun 2009 menjadi Rp. 3,37 triliun.Tabel perkembangan PDRB atas dasar
harga berlaku dan konstan tahun 2006 -2010 di Kota Jayapura dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Kemampuan Kota Jayapura dalam mengelola sumberdaya ekonominya terus


mengalami peningkatan. Mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, perekonomian
di Kota Jayapura selalu mengalami peningkatan yang cukup berarti, baik itu dari PDRB
atas dasar harga berlaku maupun PDRB atas dasar harga konstan. Hal ini menunjukkan
bahwa perekonomian Kota Jayapura dalam kondisi stabil. Perekonomian di Kota
Jayapura cukup dipengaruhi oleh kondisi keamanan. Kondisi keamanan yang kondusif
dan juga inovasi Pemerintah Daerah dalam membuat kebijakan pelayanan, akan
mempengaruhi investasi di Kota Jayapura. Untuk itu, menjadi pekerjaan rumah bagi
pemerintah dan seluruh masyarakat Kota Jayapura dalam menciptakan suasana
kondusif .

Bab 1 Pendahuluan | I - 42
TABEL I.10PERKEMBANGAN PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DI KOTA
JAYAPURA TAHUN 2006-2010 (JUTA RUPIAH)

PDRB INDEKS PDRB INDEKS


TAHUN
BERLAKU PERKEMBANGAN (%) KONSTAN PERKEMBANGAN (%)
TAHUN 2006 3.249.798.78 276,04 1.932.253.21 164,13
TAHUN 2007 4.015.695,29 341,09 2.187.362,50 185,80
TAHUN 2008 5.125.418,29 435,35 2.548.994,45 216,51
TAHUN 2009 6.816.480,76 578,99 3.122.226,57 265,20
TAHUN 2010 8.010.377,77 680,40 3.369.725,77 286,23

9.000.000,00
8.000.000,00
7.000.000,00
6.000.000,00
5.000.000,00
4.000.000,00
3.000.000,00 PDRB ADHB
2.000.000,00
1.000.000,00 PDRB ADHK 2000
-

Sumber: PDRB Kota Jayapura 2010/2011

1.3.4.2 STRUKTUR EKONOMI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Struktur ekonomi disajikan dari PDRB atas dasar harga berlaku. Struktur
ekonomi Kota Jayapura yang memberikan kontributor utama pada tahun 2010 adalah
sektor Bangunan. Sektor ini mampu meningkatkan pertumbuhannya walaupun kecil
dengan kontribusi sebesar 23,69%, diikuti oleh sektor Jasa -jasa sebesar 21,35%, sektor
Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 19,01%, dan sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran sebesar 18,13%. Hal ini bukan berarti produksi sektor Jasa-jasa, sektor
Pengangkutan dan Komunikasi, serta sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran turun,
tetapi yang terjadi pertumbuhan ketiga sektor ini pada tahun 2010 kalah cepat bila
dibandingkan dengan sektor Bangunan.

Sektor lainnya, seperti sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri


Pengolahan, serta sektor Listrik dan Air Bersih kontribusinya masih relatif kecil (di
bawah 4%) terhadap struktur perekonomian Kota Jayapura. Ketiga sektor tersebut
hanya memberikan kontribusi sebesar 0,47%, 3,14%, dan 0,38%.Subsektor yang
merupakan subsektor potensial di Kota Jayapura adalah perikanan dan kelautan, serta
pariwisata, meskipun masih belum mampu memberikan peran besar terhadap
perekonomian Kota Jayapura. Kondisi ini disebabkan oleh:

Bab 1 Pendahuluan | I - 43
 rendahnya kualitas SDM dan ketertinggalan penerapan teknologi;
 tingginya tarif transportasi dan masalah perijinan secara langsung maupun
tidak langsung.

TABEL I.11 PDRB KOTA JAYAPURA

NO LAPANGAN USAHA PDRB ADHB TAHUN 2010 PDRB ADHK 2000


1 PERTANIAN 341.400,00 219.044,92
1.1 Tanaman Bahan Makanan 61.153,48 39.405,23
1.2 Tanaman Perkebunan 17.943,73 9.853,09
1.3 Peternakan dan hasilnya 38.239,11 19.563,98
1.4 Kehutanan 10.149,60 5.336,49
1.5 Perikanan 213.913,69 144.886,13
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 37.523,39 18.058,30
2.1 Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00
2.2 Pertambangan Tanpa Migas 0,00 0,00
2.3 Penggalian 37.523,39 18.058,30
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 251.620,19 124.102,96
3.1 Indutri Besar/Sedang 151.117,06 61.491,48
3.2 Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga 100.503,13 62.611,48
3.3 Industri dan Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00
4 LISTRIK DAN AIR BERSIH 30.764,20 20.897,67
4.1 Listrik 20.597,85 12.471,00
4.2 Air Bersih 10.166,35 8.426,67
5 BANGUNAN 1.897.785,19 738.775,38
6 PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN 1.452.310,25 485.563,12
6.1 Perdagangan 1.284.973,58 407.372,95
6.2 Hotel 94.696,54 47.314,84
6.3 Restoran 72.640,13 30.875,33
7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 1.522.474,12 606.791,88
7.1 Angkutan Jalan Raya 346.200,85 124.245,80
7.2 Angkutan Laut 152.023,05 83.762,01
7.3 Angkutan Sungai 4.799,00 3.229,12
7.4 Angkutan Udara 0,00 0,00
7.5 Jasa Penunjang Angkutan 48.569,72 23.204,42
7.6 Komunikasi 970.881,50 372.350,53
8 KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 765.959,53 332.724,85
8.1 Bank 474.342,73 197.001,81
8.2 Lembaga Keuangan Bukan Bank 88.003,70 34.786,43
8.3 Sewa Bangunan 169.451,36 80.986,77
8.4 Jasa Perusahaan 34.161,74 19.949,84
9 JASA-JASA 1.710.540,90 823.766,69
9.1 Pemerintahan Umum 1.438.884,50 685.420,40
9.2 Jasa Sosial Kemasyarakatan 102.209,25 51.539,32
9.3 Jasa Hiburan dan Rekreasi 100.767,52 50.698,69
9.4 Jasa Perorangan dan RT 68.679,63 36.108,28
PDRB 8.010.377,77 3.369.725,77

Sumber: PDRB Kota Jayapura 2011

Bab 1 Pendahuluan | I - 44
TABEL I.12 STRUKTUR EKONOMI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI MENURUT SEKTOR,
2007-2010 (PERSEN)

TAHUN 2007 TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010


SEKTOR
STRUK PRTUMBUHN STRUK PRTUMBUHN STRUK PRTUMBUHN STRUK PRTUMBUHN
Pertanian 6,57 4,54 5,59 5,22 4,56 4,77 4,26 7,88
Pertambangan dan 0,58 6,29 0,55 12,85 0,47 7,84 0,47 8,44
Penggalian
Industri Pengolahan 4,33 6,61 3,81 5,96 3,24 7,08 3,14 7,81
Listrik dan Air 0,65 4,55 0,54 2,58 0,43 4,69 0,38 4,02
Bersih
Bangunan 17,87 15,91 18,58 17,61 19,41 18,65 23,69 19,99
Perdagangan, 20,04 9,08 19,43 9,51 17,75 11,14 18,13 10,7
Hotel, dan Restoran
Pengangkutan dan 21,6 13,54 20,43 14,17 18,43 14,5 19,01 15,55
Komunikasi
Keuangan, 11,12 48,28 11,59 16,12 15,36 65,78 9,56 -28,61
Persewaan, dan
Jasa P erusahaan
Jasa-jasa 17,24 5,47 19,48 32,05 20,35 28,95 21,35 14,13
JUMLAH 100 13,21 100 16,53 100 22,49 100 7,93

Sumber: PDRB Kota Jayapura 2011

Pertumbuhan ekonomi seperti yang dimaksud pada tabel di atas merupakan


salah satu indikator yang mencerminkan tingkat produktivitas pendudukdalam
menghasilkan barang dan jasa di suatu daerah pada suatu periode, atau mencerminkan
kinerja sektor-sektor ekonomi, seperti adanya pertambahan jumlah produksi barang
industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan
produksi sektor jasa, dan pertambahan produksi barang modal. Pertumbuhan ekonomi
dapat diketahui dari perbandingan perubahan nilai PDRB dua tahun berurutan terhadap
total PDRB tahun sebelumnya, baik atas dasar berlaku maupun konstan. Secara series
selama kurun waktu 4 tahun, yaitu dari tahun 2007 hingga 2010, sektor Pengangkutan
dan Komunikasi mempunyai tren yang cukup baik, karena pertumbuhannya selalu
meningkat walaupun tidak terlalu tinggi. Sementara itu, sektor Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan pertumbuhannya sangat fluktuatif.

1.3.4.3 PDRB PERKAPITA

Penduduk merupakan pelaku pembangunan yang menghasilkan output (PDRB).


PDRB atas dasar harga berlaku yang diberi penimbang, yaitu jumlah penduduk disebut
dengan PDRB perkapita. PDRB perkapita adalah salah satu indikator untuk melihat
tingkat pendapatan masyarakat Kota Jayapura, walaupun ukuran ini tidak dapat
memperlihatkan kesenjangan antar penduduk. PDRB perkapita Kota Jayapura tahun
2007 mengalami kenaikan sebesar Rp 3.470.009,03 dibanding tahun 2006, yaitu dari
Rp 15.202.866,69 pada tahun 2006 menjadi Rp 18.672.875, 72 pada tahun 2007.
Sedangkan PDRB perkapita tahun 2008 dibandingkan tahun 2007 mengalami kenaikan

Bab 1 Pendahuluan | I - 45
sebesar Rp 3.515.082,24. Pada tahun 2009 terjadi kenaikan sebesar Rp 5.949.668,78
dibanding tahun 2008, yaitu dari Rp 22.187.957,96 menjadi Rp 28.137.626,75.
Sementara itu, pada tahun 2010 terjadi kenaikan sebesar Rp 3.066.975,34
dibandingkan tahun 2009 menjadi Rp 31.204.602,08.

TABEL I.13 PDRB PERKAPITA KOTA JAYAPURA, 2006-2010

TAHUN PDRB PERKAPITA (Rp) PERKEMBANGAN (%) PERTUMBUHAN (%)


THN 2006 15.202.866,69 224,87 15,47
THN 2007 18.672.875,72 276,20 22,82
THN 2008 22.187.957,96 328,19 18,82
THN 2009 28.137.626,75 416,19 26,81
THN 2010 31.204.602,08 461,56 10,90

35.000.000,00
30.000.000,00
25.000.000,00
20.000.000,00
15.000.000,00
10.000.000,00
5.000.000,00
-
THN THN THN THN THN
2006 2007 2008 2009 2010

PDRB PERKAPITA (Rp)

Sumber: PDRB Kota Jayapura 2011

1.3.4.4 PENDAPATAN ASLI DAERAH

Penerimaan kas Kota Jayapura diperoleh dari pajak daerah, retribusi daerah
(retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, retribusi perijinan tertentu), penerimaan laba
usaha daerah, penerimaan lain-lain, bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, dana rutin
daerah/DAU, Dana Alokasi Khusus, lain-lain penerimaan yang sah, dana penyesuaian
dan Otsus program.

Realisasi dan target penerimaan pajak dan retribusi Kota Jayapura, serta
penerimaan kas Kota Jayapura dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini. Terjadi
peningkatan realisasi PAD dari target yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Jayapura
pada tahun 2010, yaitu target Rp 50.500.000.000 dan realisasi mencapai Rp
50.575.675.159.

Bab 1 Pendahuluan | I - 46
TABEL I.14 REALISASI DAN TARGET PENERIMAAN PAJAK DAN RETRIBUSI KOTA
JAYAPURA, 2010

NO JENIS PAJAK TARGET (Rp) REALISASI (Rp) PERSENTASE (%)


A Pajak Daerah 24.500.000.000 26.159.776.979 106,77
- Pajak Hotel 5.325.000.000 5.854.352.760 109,94
- Pajak Hiburan 680.000.000 978.943.419 143,96
- Pajak Reklame 1.875.000.000 2.474.370.555 131,97
- Pajak Penerangan Jalan Umum 7.000.000.000 6.721.746.900 96,02
- Pajak Pengbln dan Pengol Bhn Gal Gol C 225.000.000 467.637.798 207,84
- Pajak Restoran 9.225.000.000 9.456.253.574 102,51
- Pajak Parkir 170.000.000 206.471.972 121,45

B Retribusi Daerah 20.062.000.000 20.712.137.476 103,24


Retribusi Jasa Umum 10.449.000.000 10.135.155.600 97,00
- Pelayanan Kesehatan 350.000.000 381.708.650 109,06
- Pelayanan Persampahan 1.300.000.000 1.296.031.000 99,69
- Peng. Biaya Cetak KTP & Akta Cttn Sipil 650.000.000 480.306.000 73,89
- Pelayanan Pemakaman 20.000.000 21.000.000 105,00
- Parkir Tepi Jalan 900.000.000 866.052.300 96,23
- Pasar 700.000.000 401.208.650 57,32
- Tempat Khusus Parkir 600.000.000 641.084.000 106,85
- Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran 10.000.000 4.870.000 48,70
- Tata Cara Pemaskn Minuman Beralkohol 5.699.000.000 5.699.998.000 100,02
- Kaki Lima 110.000.000 212.989.000 193,63
- Ret Jasa Ketatausahaan 110.000.000 129.908.000 118,10
- Ret Penumpang Kpl Laut & Peswt Udara - - -

Retribusi Jasa Usaha 642.000.000 583.182.480 90,84


- Rumah Potong Hewan 10.000.000 10.285.000 102,85
- Pemakaian Kekayaan Daerah 120.000.000 113.091.980 94,24
- Terminal 397.000.000 390.670.500 98,41
- Tempat Rekreasi & Olah Raga 15.000.000 16.750.000 111,67
- Penjualan Benih Ikan 40.000.000 42.000.000 105,00
- Hasil Perikanan (Outlet) 10.000.000 5.000.000 50,00
- Pakan Ternak 50.000.000 5.385.000 10,77

Retribusi Perijinan Tertentu 8.971.000.000 9.993.799.396 111,40


- IMB 2.500.000.000 2.125.754.000 85,03
- Tempat Penjualan Minuman Beralkohol 1.500.000.000 1.891.500.000 126,10
- Ijin Gangguan 2.551.000.000 3.631.168.896 142,34
- Ijin Trayek 550.000.000 296.250.000 53,86
- Ijin Usaha Pariwisata 160.000.000 171.150.000 106,97
- Ijin Praktek Pel Kesehatan & Farmasi 150.000.000 157.792.800 105,20
- Pedagang Usaha Industri & Perdagangan 1.250.000.000 1.468.050.000 117,44
- Ijin Usaha Pos & Telekomunikasi 35.000.000 28.580.000 81,66
- Ijin Usaha Pertambangan Bahan Gol C - 13.276.700 -
- Usaha Perikanan 20.000.000 20.000.000 100,00
- Usaha Jasa Konstruksi 100.000.000 56.250.000 56,25
- Ijin Operasi 100.000.000 111.050.000 111,05
- Pengujian Kendaraan Bermotor 50.000.000 21.477.000 42,95
- Pas Kecil 5.000.000 1.500.000 30,00
PAD KOTA JAYAPURA 2010 50.500.000.000 50.575.675.159 100,15
2009 39.435.500.000 42.991.033.113 109,02

Sumber: Kota Jayapura dalam Angka Tahun 2011

Bab 1 Pendahuluan | I - 47
TABEL I.15 REALISASI DAN TARGET PENERIMAAN KAS KOTA JAYAPURA, 2010

JENIS PENERIMAAN TARGET (Rp) REALISASI (Rp) PERSENTASE (%)


Pajak Daerah 24.500.000.000 26.159.776.979 106,770
Retribusi Daerah 20.062.000.000 20.712.137.476 103,24
Penerimaan Laba Usaha Daerah 2.500.000.000 2.384.426.605 95,38
Penerimaan Lain-lain 3.438.000.000 1.319.334.099 38,38
Bagi Hasil Pajak 31.001.300.000 43.728.287.821 141,05
Bagi Hasil Bukan Pajak 52.100.000.000 64.140.253.889 123,11
Dana Rutin Daerah/DAU 348.019.340.000 1.267.484.701.000 364,2
Dana Alokasi Khusus 32.148.500.000 32.148.500.000 100
Lain-lain Penerimaan yang Sah 130.194.960.000 132.731.855.855 101,95
Dana Perimbangan dari Provinsi - - -
Dana Penyesuaian & Otsus Program 85.426.556.000 90.799.556.132 106,29
Bantuan Keu dari Pemda Lainnya - - -
JUMLAH 729.390.656.000 1.681.608.829.856 230,55
2009 731.304.597.256 654.016.874.227 89,43

Sumber: Kota Jayapura dalam Angka Tahun 2011

1.3.5 POTENSI SUMBERDAYA ALAM

A. Penggunaan Lahan

Kota Jayapura terbentuk dari pencampuran aktivitas yang bersifat perkotaan dan
perdesaan. Kegiatan perkotaan yang terbentuk dari fasilitas perdagangan, sosial,
transportasi, perkantoran berkembang pada ruas-ruas jalan utama di Kota Jayapura,
terutama di Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, dan
Distrik Heram. Aktivitas perdesaan, seperti pertanian terdapat di Distrik Muara Tami.

TABEL I.16 LUAS LAHAN EKSISTING BERDASARKAN JENIS GUNA LAHAN


DI KOTA JAYAPURA, 2012

LUAS LAHAN EKSISTING PERSENTASE


NO JENIS GUNA LAHAN
(HA) (%)
A Kawasan Budidaya
1 Permukiman 3.130,00 3,3
2 Perdagangan dan Jasa 169,14 0,2
3 Perkantoran 381,73 0,4
4 Fasilitas Umum 164,45 0,2
5 Fasilitas Sosial 1.117,50 1,2
6 Pekuburan 30,84 0,0
7 Industri 80,30 0,1
8 Hankam 151,20 0,2
9 Ruang terbuka tidak hijau 1,50 0,002
10 Pertambangan 39,8 0,042
11 Perikanan 992,00 1,1
12 Pertanian, perkebunan, dan 6.912,70 7,4
peternakan

Bab 1 Pendahuluan | I - 48
LUAS LAHAN EKSISTING PERSENTASE
NO JENIS GUNA LAHAN
(HA) (%)
13 Hutan produksi terbatas 871 0,93
Total Kawasan Budidaya 14.042,16 14,9

B Kawasan Lindung
1 Hutan Lindung Pegunungan Djar 2.246,00 2,4
2 Hutan Lindung Abepura 561,20 0,6
3 CA. Pegunungan Cycloop 6.431,78 6,8
4 Taman Wisata Teluk Youtefa 1.650,00 1,8
5 Kawasan perlindungan setempat 8.217,72 8,7
6 Cagar budaya 378,74 0,4
7 Ruang Terbuka Hijau 4.891,38 5,2
6 Hutan 55.581,02 59,1
Total Kawasan Lindung 79.957,84 85,5
Kota Jayapura 94.000,00 100,0
Sumber: Hasil Perhitungan Tim RTRW Kota Jayapura, 2012

Luas lahan kritis di Kota Jayapura sebagaimana yang dilaporkan oleh Balai
Pengelolaan DAS Memberamo menunjukan ada kecenderungan peningkatan lahan
kritis di Kota Jayapura. Pada tahun 2010 ini luas lahan kritis di Kota Jayapura
diperkirakan sekitar 20.506 ha dan padang alang-alang sekitar 1.875 ha (Laporan Akhir
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kota Jayapura Tahun 2011; 2011:10).
Hutan rawa yang ada di Distrik Muara Tami adalah 1357,3 ha.

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan lahan terbangun untuk kebutuhan


perumahan, perdagangan dan jasa sebagai akibat perkembangan kota pemanfaatannya
cenderung mengarah kepada alih fungsi lahan ke sawah, tanah kosong, kebun, dan
perairan (terutama rawa dan pantai). Untuk itu, d iperlukan pengendalian penggunaan
lahan untuk menjaga daya dukung lingkungan dan kelestarian alam.

Bab 1 Pendahuluan | I - 49
Gambar 1.17 Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kota Jayapura

Bab 1 Pendahuluan | I - 50
B. Sumberdaya Hutan

Berdasarkan UU RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah


suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan. Provinsi Papua telah memiliki arahan kawasan hutan
dan perairan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 891 Tahun 1999. Berkembangnya
aktivitas ekonomi telah berpengaruh terhadap alih fungsi lahan, khususnya hutan.
Berdasarkan RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030, fungsi hutan di Kota Jayapura
dapat dilihat berikut ini.

TABEL I.17 LUAS JENIS PENGGUNAAN HUTAN


HPT KSA/KPA
1% 10% APL JENIS PENGGUNAAN LUAS (HA)
18%
PERAIRAN Areal Penggunaan Lain(APL) 13.311
1%
Hutan Lindung (HL) 11.871
Hutan Produksi(HP) 19.128
HPK HL
Hutan Produksi yang dapat dikonversi(HPK) 20.882
28% 16% Hutan Produksi Terbatas(HPT) 871
Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian
7.066
Alam(KSA/KPA)
PERAIRAN 594
JUMLAH 73.722
HP
26%
Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030

TABEL I.18 PENETAPAN HUTAN LINDUNG, CAGAR ALAM DAN TAMAN


WISATA ALAM DI KOTA JAYAPURA

NO FUNGSI KAWASAN LUAS (HA) DASAR PENETAPAN KONDISI


1 Hutan Lindung 561,20 SK Penunjukkan No. Aktivitas berkebun dan bermukim warga imigran
Pegunungan Abepura 600/Kpts/Um/8/82 Tanggal 16 sudah mulai merambah hutan ini.
Agustus 1982.
SK Penetapan No. 267/Kpts-
II/86
Tanggal 28 Agustus 1986.
2 Hutan Lindung 2.246 SK Penunjukkan No. Kawasan Hutan Lindung Pegunungan Jar, seluas
Pegunungan Djar 820/Kpts/Um/11/82 Tanggal 10 7.656,25 Ha (12% dari luas Distrik Muara Tami)
Nopember 1982. dengan dasar hukum SK Penunjukan No.
SK Penetapan : belum ada 820/kpts/um/11/82 dan sudah temu gelang atau
tertata batas sepanjang 25,18 km pada tahun
1989/1990.
3 Hutan Lindung Luas yang SK Penunjukan No. Kawasan Hutan Lindung Bougenville, dengan luas
Bougenville ditargetkan 820/kpts/um/11/82 target 35.931,75 Ha, belum terealisasi dan belum
35.931,75 temu gelang, dengan tata batas target sepanjang 24
ha km dan terealisasi sepanjang 11,91 km (49,6%),
dengan dasar hukum SK Penunjukan No.
820/kpts/um/11/82.
4 Cagar Alam Cycloop 22.500 SK Penunjukkan No. Aktivitas masyarakat, seperti berkebun dan
56/Kpts/Um/I/1978 Tanggal 26 bermukim, serta perambahan hutan mulai banyak di
Januari 1978. kawasan ini. Berdasarkan data BLH, terdapat 17

Bab 1 Pendahuluan | I - 51
NO FUNGSI KAWASAN LUAS (HA) DASAR PENETAPAN KONDISI
SK Penetapan oleh Menhut kepala keluarga yang mendiami kawasan ini.
No. 365/Kpts-II/1987 Tanggal Perambahan kawasan terjadi seluas 53,83 ha.
08 Nopember 1987. Terdapat pembangunan jalan sepanjang 2 km di
CA Cycloop yang berada di dalam kawasan cagar alam dan sekitarnya untuk
wilayah administrasi Kota mobilisasi arang dan Kayu Swan yang merupakan
Jayapura seluas 6.431,78 ha bahan bangunan dan jembatan (jeramba).
dan sisanya 16.008,22 ha Ancaman yang timbul adalah kerusakan hutan,
berada di Kabupaten sumber mata air semakin berkurang, serta bencana
Jayapura. alam (banjir, longsor) dapat terjadi.
CA Cycloop juga ditetapkan
sebagai kawasan lindung
nasional dalam RTRWN
5 Taman Wisata Alam 1.650 SK Penunjukkan No. Kawasan ini terletak di pusat Kota Jayapura dengan
Teluk Youtefa 372/Kpts/Um/1978 Tanggal 9 posisi geografis 02°34’32’’ hingga 02°38’25’’LS dan
Juni 1978 140°41’11’’ hingga 140°44’25’’ BT.
Pada hamparan datar di sepanjang pantai Tanjung
1.675 SK Penetapan oleh Menhut Marine dan Tanjung Kaswari yang menghadap ke
No. 714/Kpts-II/1996 Tanggal Teluk Youtefa didominasi oleh vegetasi bakau-
11 Nopember 1996. bakauan (Rizophora Apiculata, Rizophora Stylosa,
dan Bruguiera sp). Khusus di tepi barat pantai Teluk
Youtefa, setelah bakau-bakauan juga dijumpai
adanya Pohon Konifer dari jenis cemara pantai
(Casuarina Marine).
Di seberang Tanjung Marine dan Kaswari bagian
utara yang menghadap ke Teluk Yos Sudarso
didominasi oleh pohon kelapa (Cocos nucifera) dan
juga terdapat Ketapang (Terminalia cattapa),
Pandanus spp, bintangur (Callophyllum inophyllum ),
Baringtonia asiatica dan Xylocarpus sp.
Pada areal perbukitan banyak ditemukan vegetasi
hutan hujan tropis seperti tumbuhan dari jenis pohon
Merbau (Intsia bijuga), Matoa (Pometia pinnata),
Beringin (Ficus benyamina), Kayu Susu (Alstonia
shcolaris), Ketapang (Terminalia catapa), jenis
pandan-pandanan (Pandanus sp), pohon pinang,
tumbuhan perdu serta beberapa jenis paku-pakuan,
jenis palem (Arthocarpus comunis) dan jenis-jenis
anggrek seperti Dendrobium spp, Gramathophyllum
spp, Paphiopedilum spp dan Bulbophyllum spp.
Beberapa jenis kelompok aves antara lain Alap-alap
(Haliastur indus), Nuri Merah Kepala Hitam (Lorius
lory), Kakatua Jambul Kuning (Cacatua galerita),
Burung Bayan (Electus roratus), Raja Udang,
Rangkong (Buceros bicornis), Nuri Ekor Panjang
(Alisterus chloropterus), Burung Elang (Sula
lencogastes), Burung Bangau Putih (Pandio
haliaetus) dan beberapa jenis burung laut. Jenis-
jenis reptil yaitu Morelia viridis, Liasis spp, Ular Boa
(Candoia aspera dan Candoia carinata), Biawak
(Varanus spp), Kadal (Mabouya spp dan Tiliqua sp),
Tokek (Gecko gecko) dan lain-lain. Jenis-jenis
serangga, yaitu laba-laba, kumbang dan kupu-kupu.
Beberapa jenis katak (Bufo sp dan Rana sp).
Beberapa tahun terakhir ni, masyarakat membangun
rumah/pondokan di kawasan ini.
Sumber: Balai Besar KSDA Papua, 2011 dalam Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kota Jayapura dan
Laporan Final Bantuan Teknis Pelaksanaan Penataan Ruang Kawasan Muara Tami

Bab 1 Pendahuluan | I - 52
Gambar 1. 18 Peta Kawasan Kehutanan

Bab 1 Pendahuluan | I - 53
C. Sumberdaya Galian Batuan

Berdasarkan data survei geologi dan hasil analisis terhadap kegiatan Identifikasi
dan Pemetaan Sumberdaya Alam Mineral (Galian Batuan) di Kota Jayapura Tahun
2011, maka potensi sumberdaya alam mineral (galian batuan) yang terdapat di wilayah
Kota Jayapura adalah Batugamping, Endapan Pasir Batu (Sirtu), Endapan Tanah
Lateritik, Hematit Residual, dan Endapan Lo gam Emas Sekunder.

a. Batugamping
Batugamping (CaCO 3) merupakan jenis batuan sedimen. Berdasarkan koordinat
atau yang terpetakan pada peta potensi bahan galian Kota Jayapura, maka
keberadaannya tersebar di 3 (tiga) distrik, yaitu:

 Jayapura Utara : terdapat pada Kel. Gurabesi dan sekitarnya ;


 Jayapura Selatan : terdapat diantara Kel. Ardipura-Kel. Entrop;
 Muara Tami : terdapat diantara Kampung Koya Tengah dan
Kampung Skow Yambe juga sekitar Sungai Tami.
b. Endapan Pasir Batu (Sirtu)
Bahan galian ini merupakan batuan yang berasal dari satuan batuan serpentinit
dan bongkah malihan serta bongkah-bongkah batuan beku basa.
Keberadaannya di daerah penyelidikan sebagai hasil dari pengangkatan secara
tektonik. Kebanyakan dari material ini yang telah ditambang adalah batuan yang
berkomposisi peridotit.

Berdasarkan koordinat atau yang terpetakan pada peta potensi bahan galian
Kota Jayapura, maka keberadaannya tersebar di 2 (dua) distrik, yaitu:

 Abepura : terdapat pada Kel. Vim (S.Siborogonyi, belakang


Asrama Haji dan belakang Kantor Otonom);
 Heram : terdapat pada Kel. Waena (S.Kampwolker), di antara
Kel. Hedam dan Kel. Yabansai (Padang Bulan Sosial).

c. Endapan Tanah Lateritik


Tanah laterit adalah bahan galian yang masuk dalam kelompok mineral industri
logam, walaupun kenampakannya di alam tidak dalam bentuk atau menyerupai
kenampakan layaknya mineral logam pada umumnya. Endapan ini dapat
digolongkan sebagai mineral industri logam, karena hasil ekstraksi dari endapan
yang umumnya berbentuk tanah hasil lapukan ini adalah nikel (Ni) yang sampai
saat ini masih menjadi komoditas yang paling utama dalam pengembangan
industri logam.

Bab 1 Pendahuluan | I - 54
Berdasarkan koordinat atau yang terpetakan pada peta potensi bahan galian
Kota Jayapura, maka keberadaannya tersebar di 4 (empat) distrik, yaitu:

 Jayapura Utara : terdapat pada Kel. Angkasapura;


 Jayapura Selatan : terdapat disekitar Kel. Entrop (belakang Kantor
Walikota);
 Abepura : terdapat di Kel. Vim (perbukitan Kotaraja -UNCEN);
 Heram : terdapat di Kel. Waena (perbukitan Buper-UNCEN).

d. Hematit Residual (Fe 2O 3)


Hematit adalah mineral logam yang termasuk dalam kelompok mineral industri
dikarenakan sifat fisik logam yang berasal dari hasil ekstraksi, mineral ini erat
hubungannya dengan perkembangan dunia industri, sehingga dapat digolongkan
kedalam endapan mineral yang bernilai ekonomis.

Berdasarkan koordinat atau yang terpetakan pada peta potensi bahan galian
Kota Jayapura, maka keberadaannya tersebar di 3 (tiga) distrik, yaitu:

 Jayapura Selatan : terdapat disekitar Kel. Entrop (belakang


Kantor Walikota);
 Abepura : terdapat di sekitar Kel. Vim (S.Siborongonyie);
 Heram : terdapat di sekitar Kel. Waena (perbukitan
Buper-UNCEN).
Hematit adalah salah satu mineral yang menjadi sumber logam besi (Fe).
Berdasarkan pengamatan di daerah prospek menunjukan sifat fisik berwarna
hitam hingga agak kemerahan, bentuk kristal tidak teratur, kekerasan 5,5 -6 skala
Moh’s dengan berat jenis 4,7-4,8. Hematit pada umumnya dikenal sebagai
mineral oksida besi, karena merupakan logam persenyawaan yang terutama
terdiri dari unsur Fe dan O 2 dan unsur-unsur logam lain yang dapat bersenyawa
dengan kedua unsur utama tersebut sehingga mineral ini banyak dijumpai di
alam dengan komposisi kimia yang bervariasi yang kadang-kadang unsur yang
bersenyawa tersebut dapat mempengaruhi dan menggantikan unsur besi dalam
mineral hematit.

e. Endapan Logam Emas Sekunder


Terdapat di beberapa daerah dengan kehadiran endapan emas, beberapa
diantaranya telah ditambang secara sederhana oleh masyarakat. Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, mineral ini dijumpai berwarna kuning dengan

Bab 1 Pendahuluan | I - 55
kilap logam, bila digores berwarna kuning, habit massif hingga granular dengan
bentuk kristal yang sempurna, belahan hackly, kekerasan 7,8.

Berdasarkan koordinat atau yang terpetakan pada peta potensi bahan galian
Kota Jayapura, maka keberadaannya tersebar di 3 (tiga) distrik, yaitu:

 Jayapura Selatan : terdapat disekitar Kel. Entrop (belakang


Kantor Walikota-Polimak);
 Abepura : terdapat di sekitar Kel. Vim (S.S iborongonyie);
 Heram : terdapat di sekitar Kel. Waena (perbukitan Buper-
UNCEN) dan disekitar Kampung Yoka.

Potensi sumberdaya galian batuan tersebut bila dikaitkan dengan pola ruang di
Kota Jayapura adalah sebagai berikut:

 Distrik Jayapura Utara


Adanya kawasan hutan lindung dan lokasi pemukiman yang cukup padat. Potensi
sumber daya alam (galian batuan) yang tersebar pada wilyah ini adalahendapan
tanah lateritik dan batugamping. Namun endapan tanah lateritik berada pada
kawasan hutan lindung, sedangkan batugamping berada pada kawasan padat
pemukiman.
 Distrik Jayapura Selatan
Adanya kawasan hutan lindung dan lokasi pemukiman yang cukup padat. Potensi
sumber daya alam (galian batuan) yang tersebar pada wilyah ini adalah batugamping,
endapan logam emas sekunder, endapan tanah lateritik, dan hematit residual.
Namun, batugamping berada pada kawasan padat penduduk dan kawasan lindung,
endapan logam emas sekunder berada pada kawasan hutan lindung-kawasan
lindung; endapan tanah lateritik berada pada kawasan hutan lindung-kawasan
perkantoran; hematit residual berada pada kawasan lindung.
 Distrik Abepura
Adanya kawasan hutan lindung, lokasi pemukiman, kawasan lindung, perkebunan
dan kawasan pertanian. Potensi sumber daya alam (galian batuan) yang tersebar
pada wilyah ini adalah endapan logam emas sekunder, endapan tanah lateritik,
hematit residual. Namun endapan logam emas sekunder berada pada kawasan
lindung-kawasan hutan lindung, endapan tanah lateritik berada pada kawasan hutan
lindung-kawasan pemukiman dan hematit residual berada pada sekitar kawasan
perkantoran-kawasan lindung.

Bab 1 Pendahuluan | I - 56
 Distrik Heram
Adanya kawasan hutan lindung, kawasan pemukiman, kawasan lindung, perkebunan
dan tambak. Potensi sumber daya alam (galian batuan) yang tersebar pada wilyah ini
adalah endapan logam emas sekunder, endapan tanah lateritik, hematite residual.
Namun endapan logam emas sekunder berada pada kawasan lindung-hutan lindung,
endapan tanah lateritik berada pada sekitar kawasan pemukiman-kawasan lindung-
kawasan hutan lindung, hematite residual berada pada kawasan lindung dan
pasirbatu (sirtu) berada pada sekitar kawasan pemukiman bersebelahan dengan
kawasan lindung.
 Distrik Muara Tami
Adanya kawasan hutan lindung, kawasan pemukiman, kawasan lindung, kawasan
perkebunan, kawasan pertanian, kawasan cagar budaya, hutan produksi, hutan
produksi terbatas, kawasan priwisata dan tambak. Potensi sumber daya alam (galian
batuan) yang terseber pada wilyah ini adalah pasirbatu (sirtu). Namun pasirbatu
(sirtu) berada pada kawasan hutan lindung-hutan produksi terbatas.

TABEL I.19LUAS SEBARAN POTENSI SUMBERDAYA MINERAL (GALIAN BATUAN), 2011

JENIS POTENSISUMBERDAYA ALAM


NO DISTRIK LUAS /KM 2
MINERAL(GALIAN BATUAN)
Batugamping 1 0,00008318
1 Muara Tami
Batugamping 2 0,00007921
Hematit Residual 0,00001704
Endapan Tanah Lateritik 0,00001946
Endapan Logam Emas Sekunder 0,00002698
2 Abepura
Batupasir 1 0,00005536
Batupasir 2 0,00004608
Batupasir 3 0,00003327
Batupasir 1 0,00002349
Batupasir 2 0,00004176
Batupasir 3 0,00003695
Batupasir 4 0,00001817
Batupasir 5 0,00004109
Hematit Residual 1 0,00001831
3 Heram Hematit Residual 2 0,00001735
Endapan Tanah Lateritik 1 0,00001574
Endapan Tanah Lateritik 2 0,0000236
Endapan Tanah Lateritik 3 0,00001542
Endapan Logam Emas Sekunder 1 0,0000179
Endapan Logam Emas Sekunder 2 0,00001789
Endapan Logam Emas Sekunder 3 0,00002444
Hematit Residual 0,00002897
Endapan Tanah Lateritik 0,00002367
Endapan Logam Emas Sekunder 1 0,00004204
4 Jayapura Selatan
Endapan Logam Emas Sekunder 2 0,00002318
Endapan Logam Emas Sekunder 3 0,00002165
Batugamping 0,00008253
Endapan Tanah Lateritik 0,00001102
5 Jayapura Utara
Batugamping 0,00003486
Sumber: Identifikasi dan Pemetaan Sumberdaya Mineral (Galian Batuan) di Kota Jayapura, 2011

Bab 1 Pendahuluan | I - 57
Gambar 1.19 Peta Kawasan Pertambangan

Bab 1 Pendahuluan | I - 58
1.3.6 KONDISI KAWASAN PESISIR, KELAUTAN, DAN PULAU-PULAU
KECIL

Sebelah Utara Kota Jayapura berbatasan dengan Samudera Pasifik, panjang


garis pantai Kota Jayapura adalah 116, 77 km dan luas wilayah laut 2,81 km 2, serta
terdapat delapan pulau kecil (RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030).
Keanekaragaman hayati laut dan pesisir sangat kaya dan terdapat Taman Wisata Alam
Teluk Youtefa seluas 1.650 Ha. Potensi lainnya dari kawasan ini dimanfaatkan untuk
perikanan laut dan pariwisata.

A. Perikanan Laut

Potensi kelautan Kota Jayapura juga memberikan sumber penghasilan bagi


masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Terjadi penurunan produksi
perikanan dari tahun 2006 ke 2007 dan dari tahun 2009 ke 2010.

11557,07
12000,00 11001,31
9252,80
10000,00 9144,20

8000,00 7103,40

6000,00

4000,00

2000,00

0,00
THN 2006 THN 2007 THN 2008 THN 2009 THN 2010

Sumber: Kota Jayapura dalam Angka Tahun 2007 dan 2011

Gambar 1.20 Produksi Perikanan Laut Kota Jayapura, 2006-2010

B. Pariwisata Bahari

Pesisir dan pulau-pulau kecil ini sangat berpotensi dikembangkan wisata pantai,
diantaranya adalah:

 Pantai Holtekamp di Distrik Muara Tami. Pantai ini berhadapan langsung dengan
Kota Jayapura dan Teluk Youtefa yang terlihat di kejauhan, memiliki wisata pantai
dan keindahan pemandangan alam. Transportasi menuju pantai ini masih melalui

Bab 1 Pendahuluan | I - 59
darat, dimana berputar dari Kota Jayapura menyusuri Teluk Youtefa selama kurang
lebih 1 jam perjalanan darat.
 Pantai Base-G di Distrik Jayapura Utara. Dikenal keindahan rekreasi pantai untuk
berenang dan menyelam. Pada waktu Perang Dunia II, pantai ini juga digunakan
sebagai markas.
 Pantai Pasir II di Kelurahan Tanjung Ria, Distrik Jayapura Utara, merupakan salah
satu pantai yang terkenal di kota Jayapura. Pantai ini terletak ±9 km di sebelah utara
Kota Jayapura. Dari pantai ini, kita dapat melihat ke Samudra Pasifik dan juga
sebagai pintu gerbang bagi masuknya kapal dari arah barat.
 Pantai Hamadi, memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata unggulan.
Tempat rekreasi ini memiliki pantai pasir putih sepanjang ±2 km. Di kawasan ini dulu
juga menjadi tempat pendaratan tentara sekutu pada PD II. Pantai Hamadi kini mulai
berkembang, sehingga setiap musim libur sekolah maupun libur panjang akhir pekan,
kawasan pantai itu selalu ramai dikunjungi wisatawan nusantara. Sejumlah objek
wisata pantai di Kota Jayapura masih layak ditawarkan kepada wisatawan asalkan
dilakukan pembenahan dan penataan terutama menyangkut kebersihan serta
ketertiban objek wisata.

1.4 ISU-ISU STRATEGIS


Beberapa isu yang dapat menjadi acuan dalam peninjauan kembali RTRW Kota
Jayapura adalah:

1. Peran Kota Jayapura dalam konstelasi regional. Kota Jayapura merupakan Ibukota
Provinsi Papua dan ditetapkan sebagai daerah otonomi khusus. Hal ini
menguntungkan untuk kemandirian wilayah. Pengembangan sektor pendidikan,
perdagangan dan jasa, perkantoran, pertahanan dan keamanan memberikan
dampak dalam konstelasi kota yang terkait dengan posisi Kota Jayapura sebagai
kawasan yang strategis diantara beberapa kabupaten perbatasan, sehingga
pelayanan yang diberikan tidak hanya skala lokal melainkan juga regional.
2. Kota Jayapura berbatasan dengan Negara Papua New Guinea, sehingga
menjadikan kawasan perbatasan sebagai kawasan strategis pertahanan dan
keamanan yang ditetapkan oleh RTRWN. Namun demikian, kondisi perekonomian
masyarakat di kawasan perbatasan masih rendah. Negara PNG sendiri memiliki
perekonomian yang kurang maju dan harga-harga di PNG jauh lebih mahal,

Bab 1 Pendahuluan | I - 60
sehingga masyarakat di PNG seringkali mencari kebutuhan di wilayah Indonesia,
dalam hal ini adalah Distrik Muara Tami Kota Jayapura. Kondisi tersebut dapat
memberikan peluang menciptakan perdagangan antarnegara yang akhirnya dapat
memberi dampak kesejahteraan masyarakat Indonesia di kawasan perbatasan,
dalam hal ini adalah masyarakat lokal.
3. Kota Jayapura menjadi tujuan migrasi penduduk untuk belajar, bekerja, dan
akhirnya menetap di Kota Jayapura. Hal ini akan berdampak terhadap kebutuhan
lahan untuk menampung aktivitas masyarakat. Namun, tidak semua warga mampu
untuk membeli perumahan yang disediakan oleh pengembang, sehingga
pembangunan rumah dilakukan di perbukitan dan lereng terjal dan di atas
permukaan air, seperti yang terlihat di Kawasan APO, Kloofkamp, Polimak, dan
permukiman pantai. Kawasan hunian ini umumnya tidak memiliki Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB), sehingga secara kelayakan hunian yang sehat dan aman masih
kurang memadai.
4. Tingginya perambahan hutan di Kawasan Cagar Alam Cycloop. Kawasan ini
sebagian berfungsi sebagai permukiman warga tertentu, perkebunan, serta
perambahan kayu (terutama Kayu Swan) untuk kebutuhan pembangunan jembatan,
dan sebagainya. Hal ini dapat mengancam kelestarian lingkungan yang ada di
bawahnya dan sumber air semakin berkurang.
5. Pembangunan jembatan ring-roaddan Jembatan Holtekamp-Hamadi melintas di
Taman Wisata Alam Teluk Youtefa dan Kawasan Cagar Budaya di Kampung Tobati
dan Kampung Enggros, serta Hutan Lindung Abepura. Pertumbuhan Kota Jayapura
yang semakin tinggi juga membutuhkan ketersediaan jaringan jalan, namun disisi
lain pembangunan ini juga mengancam fungsi-fungsi lindung. Oleh karena itu,
pengamanan dan pengendalian pembangunan harus dilakukan agar keseimbangan
dan keberlanjutan tetap berlangsung.
6. Pengalihfungsian kawasan lindung untuk aktivitas budidaya, seperti yang terjadi di
Kawasan Entrop. Adanya reklamasi di kawasan ini dan pembangunan jalan ring-
road semakin mengancam keberadaan bakau di kawasan ini. Bakau berfungsi
untuk menahan terjadinya abrasi laut, sehingga bila hilang tentu akan mengganggu
ekosistem di kawasan ini.
7. Penyediaan prasarana dasar, seperti air bersih, persampahan, listrik sangat
bergantung pada sistem penyediaan prasarana perkotaan dalam konstelasi
regional. Pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan fasilitas
dan prasarana perkotaan.

Bab 1 Pendahuluan | I - 61

Anda mungkin juga menyukai