Anda di halaman 1dari 61

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Pedoman penyusunan bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
18 ayat (3) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang diperlukan
adanya Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan
Kota dan berdasarkan Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007. Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut RTRW Kabupaten/Kota adalah
rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten/kota, yang mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan, Rencana
Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional, RTRW Provinsi dan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Provinsi. RTRW merupakan Rencana Tata Ruang Wilayah yang baru
disusun dan Rencana Tata Ruang Wilayah yang direvisi sebagai hasil peninjauan kembali.
Mengarahkan pembangunan dalam rangka mewujudkan keterpaduan
pembangunan antar-sektor dan antar wilayah, dalam pemanfaatan ruang di Kabupaten
Nunukan, diperlukan pengaturan penataan ruang secara serasi, selaras, seimbang, berdaya
guna, berhasil guna, berbudaya dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang berkeadilan, serta untuk penyesuaian sistem penataan ruang
sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah, maka perlu membentuk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penyusunan laporan review dokumen Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana landasan hukum yang berlaku dalam dokumen dokumen Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan.
2. Bagaimana Kontribusi Landasan hukum pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Nunukan.

1.3 Tujuan
Tujuan dalam penyusunan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Nunukan adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi landasan hukum yang berlaku dalam dokumen dokumen Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan.
2. Mengidentifikasi Kontribusi Landasan hukum pada dokumen Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Nunukan.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup wilayah yang merupakan tempat dilakukannya penyusunan
dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan , dengan batas administrasi
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Negara Malaysia Timur – Sabah
b. Sebelah Timur : Laut Sulawesi
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau
d. Sebelah Barat : Negara Malaysia Timur – Serawak
Berikut merupakan batas administrasi Kota Balikpapan:
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Hukum Yang Berlaku


Adapun susunan peraturan perundang-undangan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033, dalam penyusunan dokumen tersebut yakni
sebagai berikut:
2.1.1 Undang-Undang Republik Indonesia
1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4412) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran
Negara Indonesia Nomor 4401);
2) Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten
Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur
dan Kota Bontang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
177, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3896),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2000
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 (Lembaran
Negara Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3962);
3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Pertanahan (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4169);
4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 134, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3477);
5) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4411);
6) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4433);
8) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
9) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembar Negara
Republik Indonesia Nomor 4444);
10) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembar
Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
11) Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembar
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembar Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
12) Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
84, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4726);
13) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
2.1.2 Peraturan Pemerintah
1) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara peran serta Masyarakat dalam Penataan
Ruang (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan
Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 3660);
2) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta
Untuk RTRW (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20,
Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 3034);
3) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 145, Tambahan
Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4452);
4) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembar Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 146, Tambahan Lembar Negara Republik
Indonesia Nomor 4793);
5) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4793);
6) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
7) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
8) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara
Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembar Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor
5160);
2.1.3 Peraturan Menteri
1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang Tata Cara
Evaluasi Rencana Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
dan kabupaten/Kota.
2.2.4 Keputusan Menteri
1) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah
2.2 Analisis Kontribusi Peraturan Perundangan
Berikut dibawah ini adalah analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033.
1.) Otonomi Daerah
Berikut dibawah ini adalah analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Otonomi Daerah
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:

Peraturan yang Berlaku Pasal Isi Kontribusi

Undang-Undang Nomor Pasal 13 Dengan terbentuknya Kabupaten berkontribusi dalam rangka pengaturan
47 Tahun 1999 tentang Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten penataan ruang secara serasi, selaras,
Pembentukan Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, dan seimbang, berdaya guna, berhasil guna,
Nunukan, Kabupaten Kota Bontang, kewenangan Daerah berbudaya dan berkelanjutan untuk
Malinau, Kabupaten Kutai sebagai Daerah Otonom mencakup meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
Barat, Kabupaten Kutai seluruh kewenangan bidang berkeadilan, maka perlu membentuk Rencana
Timur dan Kota Bontang. pemerintahan, termasuk kewenangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan;
wajib, kecuali bidang politik luar negeri, sesuai dengan Pasal 2 ayat 1 berbunyi Ruang
pertahanan keamanan, peradilan, moneter Lingkup Rencana Tata Ruang Wilayah
dan fiskal, agama, serta kewenangan Daerah Kabupaten Nunukan (RTRW)
bidang lain, sesuai dengan peraturan meliputi Daerah dengan batas berdasarkan
perundang-undangan. aspek administratif dan fungsional mencakup
seluruh wilayah daratan seluas kurang lebih
14.447.70 km² dan wilayah lautan sejauh 4
mil dari garis pantai kearah laut termasuk
pulau-pulau kecil dalamnya beserta ruang
udara diatasnya dan ruang bawah tanah

Undang-Undang Nomor Pasal 5 Ayat (1) Pembentukan daerah sebagai dasar dalam mengatur dan mengurus
32 Tahun 2004 tentang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sendiri urusan pemerintahan menurut asas
Pemerintahan Daerah. harus memenuhi syarat administratif, otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan
teknis, dan fisik kewilayahan. untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan
peran serta masyarakat, serta peningkatan
daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan suatu daerah
dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. dijelaskan lebih terperinci dalam
Pasal 2 ayat (2) terkait Batas-batas
Kabupaten Nunukan yang Meliputi:
a. Batas Utara : Negara Bagian
Sabah/Malaysia
b. Batas Timur : Laut Sulawesi
c. Batas Selatan : Kabupaten Bulungan dan
Kabupaten Malinau
d. Batas Barat : Negara Bagian Sarawak/
Malaysia
ayat (3) Batas administrasi dan koordinat
pulau-pulau kecil dapat dilihat pada Peta
Batas Administrasi dan Materi teknis yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.

Peraturan Pemerintah Pasal 6 ayat 1 Pemerintahan daerah provinsi dan sebagai pedoman dalam penentuan
Nomor 38 Tahun 2007 pemerintahan daerah kabupaten/kota pembagian kewenangan berdasarkan kriteria
tentang Pembagian mengatur dan mengurus urusan sesuai dengan yang diatur dalam
Urusan Pemerintahan pemerintahan yang berdasarkan kriteria undang-undang. kewenangan yang diurus
antara Pemerintah, pembagian urusan pemerintahan oleh pemerintah kabupaten diatur dalam
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat RTRW Kab. Nunukan pasal 5 ayat (1) Untuk
Provinsi dan Pemerintah (1) menjadi kewenangannya. melaksanakan kebijakan penataan ruang
Daerah Kabupaten/Kota. (2) Urusan pemerintahan sebagaimana wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas urusan 4 ayat (1) ditetapkan strategi penataan ruang
wajib dan urusan pilihan. wilayah kabupaten.
Pasal 7 ayat 1 Urusan wajib sebagaimana ayat (2) Pengembangan sentra-sentra
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah pertanian, perkebunan, kehutanan, dan
urusan pemerintahan yang wajib perikanan terkait pengembangan agroindustri
diselenggarakan oleh pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
daerah provinsi dan pemerintahan daerah (2) huruf a dengan strategi meliputi:
kabupaten/kota, berkaitan dengan a. menetapkan pengembangan klaster
pelayanan dasar. ekonomi;
ayat (2) Urusan wajib sebagaimana b. memantapkan ekonomi utama yang telah
dimaksud pada ayat (1) meliputi: ada dan diversifikasi;
a. pendidikan; c. mengoptimalkan distribusi spasial kegiatan
b. kesehatan; ekonomi; dan
c. lingkungan hidup; d. memperkuat keterkaitan internasional
d. pekerjaan umum; dalam pemasaran produk lokal;
e. penataan ruang; ayat (3) Pengembangan sistem pusat kegiatan
f. perencanaan pembangunan; dan sistem pelayanan prasarana wilayah
g. perumahan; secara berjenjang dan sinergis sebagaimana
h. kepemudaan dan olahraga; dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b
i. penanaman modal; dengan strategi meliputi:
j. koperasi dan usaha kecil dan menengah; a. memantapkan pengembangan PKW
k. kependudukan dan catatan sipil; didukung oleh pusat kegiatan PKL, PPK dan
l. ketenagakerjaan; PPL yang saling berhirarki dan saling
m. ketahanan pangan; interdependen;
n. pemberdayaan perempuan dan b. memantapkan dan meningkatkan peranan
perlindungan anak; PKSN di kabupaten sebagai pintu gerbang
o. keluarga berencana dan keluarga internasional, pos lintas batas, simpul utama
sejahtera; transportasi, dan pusat pertumbuhan
p. perhubungan; ekonomi;
q. komunikasi dan informatika; c. meningkatkan keterkaitan antara PKW,
r. pertanahan; PKL, PPK, dan PPL melalui keterpaduan
s. kesatuan bangsa dan politik dalam sistem transportasi dan sistem prasarana
negeri; lainnya;
t. otonomi daerah, pemerintahan umum, d. meningkatkan kualitas dan jangkauan
administrasi keuangan daerah, perangkat pelayanan jaringan transportasi wilayah yang
daerah, kepegawaian, dan persandian; seimbang dan terpadu;
u. pemberdayaan masyarakat dan desa; e. meningkatkan kualitas dan jangkauan
v. sosial; pelayanan jaringan energi listrik, dan
w. kebudayaan; telekomunikasi dalam memenuhi kebutuhan
x. statistik; semua lapisan masyarakat;
y. kearsipan; dan f. meningkatkan keterpaduan pendayagunaan
z. perpustakaan. sumber daya air melalui peningkatan
ayat (3) Urusan pilihan sebagaimana kapasitas pelayanan jaringan irigasi dan
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah sumber-sumber air untuk pengairan; dan
urusan pemerintahan yang secara nyata g. meningkatkan kualitas dan jangkauan
ada dan berpotensi untuk meningkatkan pelayanan air minum, air limbah, drainase,
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan dan persampahan secara terpadu melalui
kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan kemitraan pemerintah, swasta, dan
daerah yang bersangkutan. masyarakat.
ayat (4) Urusan pilihan sebagaimana ayat (4) Pemantapan fungsi kawasan lindung
dimaksud pada ayat (3) meliputi: sebagai penyeimbang ekosistem wilayah
a. kelautan dan perikanan; sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
b. pertanian; (2) huruf c dengan strategi meliputi :
c. kehutanan; a. meningkatkan fungsi kawasan lindung di
d. energi dan sumber daya mineral; dalam dan di luar kawasan hutan;
e. pariwisata; b. memulihkan secara bertahap kawasan
f. industri; lindung yang telah berubah fungsi;
g. perdagangan; dan c. membatasi pengembangan prasarana
h. ketransmigrasian. wilayah di sekitar kawasan lindung untuk
ayat (5) Penentuan urusan pilihan menghindari tumbuhnya kegiatan perkotaan
ditetapkan oleh pemerintahan daerah. yang mendorong alih fungsi lahan lindung;
d. mengendalikan pemanfaatan sumber daya
alam dan sumber daya buatan pada kawasan
lindung; dan
e. menetapkan kawasan pertanian lahan
basah beririgasi teknis sebagai kawasan lahan
sawah berkelanjutan yang tidak dapat
dialihfungsikan untuk kegiatan budidaya
lainnya.
ayat (5) Pemanfaatan potensi sumber daya
alam dengan memperhatikan daya dukung
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2 ) huruf d dengan strategi
meliputi :
a. meningkatkan produksi dan produktivitas
pertanian, perkebunan dan perikanan yang
berorientasi pada keunggulan kompetitif; dan
b. membatasi kegiatan budidaya yang
berpotensi tidak sesuai dengan daya dukung
lingkungan;
ayat (6) Peningkatan fungsi kawasan untuk
kepentingan pertahanan dan keamanan
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2) huruf e dengan strategi meliputi:
a. mendukung penetapan Kawasan Strategis
Nasional dengan fungsi khusus Pertahanan
dan Keamanan;
b. mengembangkan kawasan lindung
dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun
di sekitar kawasan khusus pertahanan dan
keamanan;
c. mengembangkan budidaya secara selektif
di dalam dan di sekitar kawasan khusus
pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan
dan keamanan; dan
d. turut serta menjaga dan memelihara
aset-aset pertahanan dan keamanan.

2.) Penataan Ruang


Berikut dibawah ini adalah analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Penataan Ruang dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:

Peraturan yang Berlaku Pasal Isi Kontribusi


Undang-Undang Nomor 25 pasal 3 ayat (1) Perencanaan Pembangunan sebagai bentuk jaminan agar kegiatan
Tahun 2004 tentang Sistem Nasional mencakup penyelenggaraan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan
Perencanaan Pembangunan perencanaan makro semua fungsi bersasaran. Terkait fungsi dari penyusunan
Nasional pemerintahan yang meliputi semua bidang RTRW Kab. Nunukan diatur dalam pasal 6
kehidupan secara terpadu dalam Wilayah ayat 1) RTRW Kabupaten berfungsi sebagai
Negara Republik Indonesia. arah struktur dan pola ruang pemanfaatan
ayat (2) Perencanaan Pembangunan sumberdaya dan pembangunan daerah serta
Nasional terdiri atas perencanaan penyelaras kebijakan penataan ruang di
pembangunan yang disusun secara terpadu Kabupaten.
oleh Kementerian/Lembaga dan ayat (2) RTRW Kabupaten Juga berfungsi
perencanaan pembangunan oleh sebagai pedoman dalam penyusunan rencana
Pemerintah Daerah sesuai dengan pembangunan jangka menengah daerah
kewenangannya. kabupaten dan pedoman dalam penyusunan
ayat (3) Perencanaan Pembangunan rencana pembangunan jangka panjang
Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat kabupaten.
(2) menghasilkan: ayat (3) Kedudukan RTRW Kabupaten
a. rencana pembangunan jangka panjang; adalah :
b. rencana pembangunan jangka a. Sebagai dasar pertimbangan dalam
menengah; dan menyusun tata ruang Kabupaten dan sebagai
c. rencana pembangunan tahunan. pedoman untuk pelaksanaan perencanaan,
pemanfaatan ruang dan pengendalian di
Kabupaten Nunukan;
b. Sebagai dasar pertimbangan penyelarasan
penataan antara wilayah lain yang
berbatasan dan kebijakan pemanfaatan ruang
Kabupaten, lintas kecamatan dan lintas
ekosistem.

Undang-Undang Nomor 46 pasal 3 Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan sebagai bentuk pengaturan dalam menjaga
Tahun 2007 tentang untuk mewujudkan ruang wilayah nasional keserasian dan keterpaduan antar daerah dan
Penataan Ruang yang aman, nyaman, produktif, dan antara pusat dan daerah agar tidak
berkelanjutan berlandaskan Wawasan menimbulkan kesenjangan antardaerah.
Keterangan: Terdapat Nusantara dan Ketahanan Nasional Terkait tujuan penataan ruang Kab. Nunukan
kesalahan penulisan tahun dengan: diatur dalam pasal 3 berbunyi Tujuan
Undang-Undang pada a. terwujudnya keharmonisan antara penataan ruang wilayah (RTRW) adalah
RTRW, dimana seharusnya lingkungan alam dan lingkungan buatan; terwujudnya Kabupaten Nunukan sebagai
UU No. 26 Tahun 2007 b. terwujudnya keterpaduan dalam wilayah yang pro rakyat berbasis
penggunaan sumber daya alam dan sumber agroindustri, kelautan dan konservasi,
daya buatan dengan memperhatikan berwawasan lingkungan dalam rangka
sumber daya manusia; dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c. terwujudnya perlindungan fungsi ruang
dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Peraturan Pemerintah pasal 2 Penataan ruang wilayah nasional bertujuan


Nomor 26 Tahun 2008 untuk mewujudkan:
tentang Rencana Tata a. ruang wilayah nasional yang aman,
Ruang Wilayah Nasional nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
b. keharmonisan antara lingkungan alam
dan lingkungan buatan;
c. keterpaduan perencanaan tata ruang
wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota;
d. keterpaduan pemanfaatan ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. keterpaduan pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka
perlindungan fungsi ruang dan pencegahan
dampak negatif terhadap lingkungan
akibat pemanfaatan ruang;
f. pemanfaatan sumber daya alam secara
berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
g. keseimbangan dan keserasian
perkembangan antarwilayah;
h. keseimbangan dan keserasian kegiatan
antar sektor; dan
i. pertahanan dan keamanan negara yang
dinamis serta integrasi nasional.

Peraturan Pemerintah Pasal 4 Pengaturan penataan ruang sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
Nomor 17 Tahun 2010 diselenggarakan untuk: penataan ruang dalam kegiatan yang
tentang Penyelenggaraan a. mewujudkan ketertiban dalam meliputi pengaturan, pembinaan,
Penataan Ruang penyelenggaraan penataan ruang; pelaksanaan, dan pengawasan penataan
b. memberikan kepastian hukum bagi ruang. dalam RTRW Kab. Nunukan dalam
Keterangan: Terdapat seluruh pemangku kepentingan dalam pasal 3 Tujuan penataan ruang wilayah
kesalahan penulisan tahun melaksanakan tugas dan tanggung jawab (RTRW) adalah terwujudnya Kabupaten
Undang-Undang pada serta hak dan kewajibannya dalam Nunukan sebagai wilayah yang pro rakyat
RTRW, dimana seharusnya penyelenggaraan penataan ruang; dan berbasis agroindustri, kelautan dan
PP No. 15 Tahun 2010 c. mewujudkan keadilan bagi seluruh konservasi, berwawasan lingkungan dalam
pemangku kepentingan dalam seluruh rangka meningkatkan kesejahteraan
aspek penyelenggaraan penataan ruang. masyarakat.

Peraturan Pemerintah pasal 22 Peta rencana tata ruang wilayah daerah sebagai pedoman yang digunakan untuk
Nomor 10 Tahun 2000 kabupaten menggunakan peta wilayah mengatur tingkat ketelitian berbagai jenis
tentang Tingkat Ketelitian daerah kabupaten dan peta tematik peta yang digunakan untuk penyusunan peta
Peta Untuk RTRW wilayah dengan tingkat ketelitian peta rencana tata ruang wilayah dan tingkat
pada skala yang sama. ketelitian peta rencana tata ruang wilayah.

Peraturan Menteri Dalam pasal 1 ayat 3 Evaluasi rancangan perda adalah sebagai pedoman dalam melakukan
Negeri Nomor 147 Tahun sinkronisasi dan/atau harmonisasi atas pembinaan dan pengawasan dalam
2004 tentang Tata Cara rancangan perda agar tidak bertentangan penyelenggaraan pemerintah daerah
Evaluasi Rencana dengan peraturan menimbang poin a berdasarkan
Peraturan Daerah tentang Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
Rencana Tata Ruang tentang Penataan Ruang, mengamanatkan
Daerah kepada Kabupaten/Kota untuk menyusun
Peraturan Daerah tentang Tata Ruang
Keterangan: Wilayah dengan mengacu kepada Tata
Terdapat kesalahan dalam Ruang Wilayah Nasional dan Provinsi;
undang-undang yang
seharusnya Peraturan
Menteri Dalam Negeri
Nomor 28 Tahun 2008

Peraturan Menteri Dalam Pasal 5 (1) Rancangan perda tentang RTRW sebagai pedoman dasar dalam penyusunan
Negeri Nomor 47 Tahun sebagaimana dimaksud dalam dokumen RTRW. Peraturan Daerah
2014 tentang Pedoman Pasal 4, paling sedikit memuat: Kabupaten Nunukan Nomor 19 Tahun 2013
Penyusunan Peraturan a. ketentuan umum; Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Daerah tentang Rencana b. ruang lingkup, tujuan, Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033.
Tata Ruang Wilayah kebijakan, dan strategi Bab I Ketentuan Umum
Provinsi dan kabupaten / penataan ruang wilayah; Bab II Ruang Lingkup, Tujuan, Kebijakan
Kota c. rencana struktur ruang Dan Strategi Penataan Ruang Wilayah
wilayah; Kabupaten
d. rencana pola ruang wilayah; Bab III Fungsi dan Kedudukan
e. penetapan kawasan strategis; Bab IV Rencana Struktur Ruang
f. arahan pemanfaatan ruang Bab V Rencana Pola Ruang
wilayah; Bab VI Penetapan Kawasan Strategis
g. arahan pengendalian Bab VII Arahan Pemanfaatan Ruang
pemanfaatan ruang wilayah; Wilayah Kabupaten
h. kelembagaan; Bab VIII Ketentuan Pengendalian
i. peran masyarakat; Pemanfaatan Ruang
j. penyidikan; Bab IX Ketentuan Peralihan
k. ketentuan pidana; Bab X Ketentuan Pidana
l. ketentuan penutup; Bab XI Ketentuan Lain-Lain
m. penjelasan; dan
n. lampiran.
(2) Lampiran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf n, terdiri atas:
a. Peta Rencana Struktur Ruang;
b. Peta Rencana Pola Ruang;
c. Peta Penetapan Kawasan
Strategis; dan
d. Indikasi Program Utama.

Keputusan Menteri Dalam pasal 1 ayat 6 Koordinasi adalah upaya mencapai sebagai dasar dalam menyesuaikan dan
Negeri Nomor 147 Tahun suatu kesatuan sikap pandangan dan gerak mensinergikan penataan ruang daerah
2004 tentang Pedoman langkah melalui kegiatan yang meliputi dipandang perlu dilakukan optimalisasi
Koordinasi Penataan penentuan pembagian pekerjaan, koordinasi antara Pemerintah, Pemerintah
Ruang Daerah. hubungan kerja dan penyaluran tanggung Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
jawab, masing-masing unsur yang terlibat serta Instansi terkait di daerah. sehingga
dalam penyelenggaraan suatu tugas untuk dapat mewujudkan keterpaduan
menghindari adanya kesimpangsiuran dan pembangunan antar-sektor dan antar
atau tumpang tindih. wilayah, dalam pemanfaatan ruang di
Kabupaten Nunukan,

3.) Tata Ruang Daerah


Berikut dibawah ini adalah tabel analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Tata Ruang
Daerah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:

Peraturan yang Berlaku Pasal Isi Kontribusi

Peraturan Menteri Dalam Pasal 4 sebagai pedoman yang digunakan dalam


Rancangan perda tentang RTRW disusun
Negeri Nomor 47 Tahun rangka meningkatkan kualitas Peraturan
berdasarkan pendekatan wilayah
2014 tentang Pedoman Daerah tentang rencana tata ruang wilayah
administratif dengan muatan substansi
Penyusunan Peraturan dalam dokumen RTRW Kab. Nunukan
mencakup rencana struktur ruang dan
Daerah tentang Rencana
rencana pola ruang.
Tata Ruang Wilayah
Provinsi dan
kabupaten/Kota
Keterangan:
terdapat kesalahan dalam
undang-undang yang
seharusnya Peraturan
Menteri Dalam Negeri
Nomor 47 Tahun 2012
Keputusan Menteri Dalam Pasal 17 (1) BKPRD Kabupaten/Kota Sebagai pedoman koordinasi dan
Negeri Nomor 147 Tahun menyelenggarakan pertemuan minimal rekomendasi alternatif kebijakan penataan
2004 tentang Pedoman 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan ruang oleh pemerintah Kabupaten Nunukan
Koordinasi Penataan berupa rapat pleno untuk sebagaimana tercantum dalam Pasal 71 c
Ruang Daerah menghasilkan rekomendasi alternatif mengenai pemberian ijin dilakukan secara
kebijakan penataan ruang. terkoordinasi melalui Organisasi Perangkat
(2) Hasil rapat pleno sebagaimana Daerah sesuai kewenangannya dengan
dimaksud pada ayat (1), ditandatangani mempertimbangkan rekomendasi hasil forum
oleh Ketua BKPRD Kabupaten/Kota BKPRD berdasarkan rangkuman berbagai
dan dilaporkan kepada pertimbangan kajian dan rekomendasi dari
Bupati/Walikota sebagai dasar dinas teknis dan instansi terkait yang
pengambilan kebijakan. berwenang;
(3) BKPRD Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menyiapkan
laporan Bupati/Walikota tentang
penyelenggaraan penataan mang
kepada Gubernur setiap 4 (empat)
bulan dengan tembusan kepada
Menteri Dalam Negeri.
4.) Perumahan dan Permukiman
Berikut dibawah ini adalah analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Perumahan dan
Permukiman dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:

Peraturan yang Berlaku Pasal Isi Kontribusi

Undang-Undang Nomor 1 pasal 56 ayat (1) Penyelenggaraan kawasan berkontribusi dalam mengatur
Tahun 2011 tentang permukiman dilakukan untuk mewujudkan pengembangan perumahan dan permukiman
Perumahan dan Kawasan wilayah yang berfungsi sebagai sebagai hak dasar masyarakat dalam hidup
Permukiman lingkungan hunian dan tempat kegiatan sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
yang mendukung perikehidupan dan dan mendapatkan lingkungan hidup yang
penghidupan yang terencana, menyeluruh, baik dan sehat. dalam RTRW Kab, Nunukan
terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan pasal 50 ayat 14 Pengembangan kawasan
rencana tata ruang. peruntukan permukiman sebagaimana
ayat (2) Penyelenggaraan kawasan dimaksud pada ayat (1) huruf g diwujudkan
permukiman sebagaimana dimaksud pada dengan indikasi program meliputi :
ayat (1) bertujuan untuk memenuhi hak a. penataan ruang dan pengembangan
warga negara atas tempat tinggal yang kawasan permukiman perkotaan;
layak dalam lingkungan yang sehat, aman, b. penataan ruang dan pengembangan
serasi, dan teratur serta menjamin kawasan permukiman perdesaan;
kepastian bermukim. c. pengendalian pertumbuhan pembangunan
permukiman;
d. pengembangan perumahan harga
terjangkau;
e. penataan dan rehabilitasi kawasan
permukiman;
f. peningkatan sanitasi lingkungan
permukiman;
g. peningkatan kualitas sarana dan prasarana
permukiman; dan
h. penyiapan lahan kasiba dan lisiba.

5.) Pengelolaan Kawasan Sempadan Pantai


Berikut dibawah ini adalah analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Pengelolaan Kawasan
Sempadan Pantai dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:

Peraturan yang Berlaku Pasal Isi Kontribusi

Undang-Undang Nomor pasal 1 poin 1. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan sebagai pedoman dalam mengelola potensi
47 Tahun 2007 tentang Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses sumber daya alam wilayah pesisir dan pulau
Pengelolaan Wilayah perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, pulau kecil secara berkelanjutan dan
Pesisir dan Pulau-Pulau dan pengendalian Sumber Daya Pesisir dan berwawasan global, dengan memperhatikan
Kecil Pulau-Pulau Kecil antarsektor, antara aspirasi dan partisipasi masyarakat, dan tata
Keterangan: Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara nilai bangsa yang berdasarkan norma
terdapat kesalahan dalam ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu hukum nasional. dalam RTRW Kab.
undang-undang yang pengetahuan dan manajemen untuk Nunukan pasal 49 ayat 17 Pengembangan
seharusnya Peraturan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. kawasan pesisir dan laut sebagaimana
Menteri Dalam Negeri dimaksud pada ayat (15) huruf b
Nomor 27 Tahun 2007 diwujudkan dengan indikasi program
meliputi :
a. penataan dan pengembangan kawasan
pesisir dan laut; dan
b. penyediaan infrastruktur pendukung
kegiatan sekitar pesisir dan laut;

6.) Tata Guna Lahan


Berikut dibawah ini adalah tabel analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Tata Guna Lahan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:

Peraturan yang Berlaku Pasal Isi Kontribusi


Undang-Undang Nomor 3 Pasal 20 Wilayah Pertahanan dimanfaatkan oleh Menjadi dasar hukum bagi pemanfaatan
Tahun 2002 tentang TNI dalam rangka memperkuat wilayah pertanahan untuk menjaga
Pertahanan Negara. kemampuan pertahanan dan menjaga kedaulatan negara sebagaimana dijelaskan
kedaulatan negara. dalam Pasal 35 mengenai kawasan
Keterangan: Terdapat Peruntukan Pertahanan Keamanan, yang
kesalahan penulisan tahun terdiri dari :
Undang-Undang pada a. kawasan strategis hankam dengan radius
RTRW, dimana tertulis 5 (lima) kilometer di sepanjang
Undang-Undang Nomor 3 perbatasan darat; dan
Tahun 2004 tentang b. kawasan pemeriksaan dan pelayanan
Pertanahan. UU No. pertahanan keamanan, diantaranya:
3/2004 merupakan UU - kawasan kepolisian resor, distrik
mengenai Bank Indonesia, militer, pangkalan angkatan laut,
bukan mengenai komando taktis satuan tugas
Pertanahan. pengamanan perbatasan, kawasan
polisi militer, satuan marinir, bea
cukai, imigrasi dan karantina
kesehatan di Nunukan;
- kawasan kepolisian sektor, dan rayon
militer di tiap-tiap kecamatan;
- pos gabungan TNI dan pos-pos
pengamanan perbatasan di Aji
Kuning, Sei Pancang, Sei Nyamuk,
Pos Kaca, Simanggaris, Tau Lumbis,
Long Midang Long Layu dan Pa’
Pani; dan
- pos-pos pemeriksaan bea cukai,
imigrasi dan karantina kesehatan
pada titik-titik perbatasan, pelabuhan
dan bandara.

Pasal 12 Perencanaan Wilayah Pertahanan Menjadi acuan dalam menyusun rencana tata
dilaksanakan untuk menghasilkan: ruang wilayah Kabupaten Nunukan yang
a. RWP; dan kemudian dirincikan dalam Pasal 35
b. RRWP. mengenai kawasan Peruntukan Pertahanan
RWP dan RRWP digunakan sebagai salah Keamanan.
satu acuan dalam menyusun rencana tata
ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota
beserta rencana rinci atau rencana detail.

Undang-Undang Nomor Pasal 3 Perkebunan diselenggarakan dengan Menjadi acuan/pedoman Pasal 4 ayat (1)
18 Tahun 2004 tentang tujuan: untuk mewujudkan tujuan penataan ruang
Perkebunan a. meningkatkan pendapatan masyarakat; wilayah ditetapkan kebijakan penataan ruang
b. meningkatkan penerimaan negara; wilayah Kabupaten Nunukan. Salah satunya
c. meningkatkan penerimaan devisa dengan pengembangan sentra-sentra
negara; pertanian, perkebunan, kehutanan, dan
d. menyediakan lapangan kerja; perikanan terkait pengembangan
e. meningkatkan produktivitas, nilai agroindustri. Pengembangan sentra-sentra
tambah, dan daya saing; pertanian, perkebunan, kehutanan, dan
f. memenuhi kebutuhan konsumsi dan perikanan terkait pengembangan agroindustri
bahan baku industri dalam negeri; dan meliputi:
g. mengoptimalkan pengelolaan sumber a. menetapkan pengembangan klaster
daya alam secara berkelanjutan. ekonomi;
b. memantapkan ekonomi utama yang telah
ada dan diversifikasi;
c. mengoptimalkan distribusi spasial
kegiatan ekonomi; dan
d. memperkuat keterkaitan internasional
dalam pemasaran produk lokal.

Pasal 23 Usaha perkebunan dilakukan secara Berkontribusi sebagai dasar hukum dalam
terpadu dan terkait dalam agribisnis penetapan kegiatan dalam Pasal 50 ayat (8)
perkebunan dengan pendekatan kawasan mengenai pengembangan kawasan
pengembangan perkebunan. perkebunan diwujudkan dengan indikasi
program meliputi:
a. penetapan kawasan peruntukan
perkebunan;
b. pengembangan perkebunan besar dengan
pelibatan masyarakat dalam pola
Perkebunan Inti Rakyat (PIR);
c. pengembangan perkebunan rakyat
mandiri dan atau plasma dalam pola PIR;
d. intensifikasi dan ekstensifikasi
perkebunan;
e. peremajaan tanaman yang sudah tua; dan
f. peningkatan pemasaran hasil produksi.

Pasal 27 (1) Usaha industri pengolahan hasil Menjadi pedoman pemerintah dalam
perkebunan dilakukan untuk menyusun rencana usaha budidaya tanaman
memperoleh nilai tambah melalui perkebunan untuk memperoleh nilai tambah
penerapan sistem dan usaha agribisnis melalui penerapan sistem dan usaha
perkebunan. agribisnis perkebunan, sebagaimana dimuat
(2) Pemerintah, provinsi, kabupaten/kota dalam Pasal 29 ayat (6) mengenai kawasan
melakukan pembinaan dalam rangka peruntukan perkebunan dengan komoditas
pengembangan usaha industri unggulan yang berupa kelapa sawit, kakao,
pengolahan hasil perkebunan untuk kopi, karet dan vanili seluas kurang lebih
memberikan nilai tambah yang 309.601 (tiga ratus sembilan ribu enam ratus
maksimal satu) hektar tersebar di seluruh kecamatan,
(3) Usaha industri pengolahan hasil dengan rincian:
perkebunan dapat dilakukan di dalam a. kelapa sawit di Kecamatan Nunukan,
atau di luar kawasan pengembangan Kecamatan Sebatik Barat, Kecamatan
perkebunan, dan dilakukan secara Sebatik, Sebatik Tengah, Kecamatan
terpadu dengan usaha budidaya Simanggaris, Kecamatan Sebuku,
tanaman perkebunan Kecamatan Tulin Onsoi, Kecamatan
Sembakung, Kecamatan Sembakung
Atulai, Kecamatan Lumbis, Kecamatan
Lumbis Ogong;
b. kakao di Kecamatan Sebatik Tengah,
Kecamatan Sebatik Timur, Kecamatan
Sebatik, Kecamatan Barat;
c. kopi di Kecamatan Lumbis, Kecamatan
Sebatik Barat, Kecamatan Sebatik
Tengah, Kecamatan Krayan, Kecamatan
Krayan Selatan;
d. karet di Kecamatan Lumbis dan
Kecamatan Lumbis Ogong, Kecamatan
Sembakung; dan
e. vanili, Karet, Kopi, Tebu di Kecamatan
Krayan, Kecamatan Krayan Selatan.

Berikut dibawah ini adalah bagan analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Tata Guna
Lahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:

7.) Infrastruktur
Berikut dibawah ini adalah tabel analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Infrastruktur
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:

Peraturan yang Berlaku Pasal Isi Kontribusi

Undang-Undang Nomor 38 Pasal 26 Pembinaan jalan Kabupaten dan jalan Berkontribusi sebagai masukan dalam
Tahun 2004 tentang Jalan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal perumusan aspek infrastruktur dan bentuk
23 meliputi: nyata dari pembangunan jalan dalam RTRW.
a. pemberian bimbingan, penyuluhan, - Pengembangan teknologi terapan di
serta pendidikan dan pelatihan para bidang jalan untuk jalan kabupaten
aparatur penyelenggara jalan dan jalan desa dibuktikan dengan
kabupaten dan jalan desa; adanya Pasal 11 ayat (6) huruf e yang
b. pemberian izin, rekomendasi, berbunyi:
dispensasi, dan pertimbangan “pengembangan penerangan jalan
pemanfaatan ruang manfaat jalan, umum (PJU) di seluruh kecamatan
ruang milik jalan, dan ruang menggunakan skala prioritas meliputi:
pengawasan jalan; dan 1. peningkatan peran serta masyarakat
c. pengembangan teknologi terapan di dalam pelaksanaan pengawasan
bidang jalan untuk jalan kabupaten keberadaan PJU liar dan
dan jalan desa. meminimalisir pencurian komponen
dan kabel PJU;
2. pengembangan teknologi
penggunaan energi dari listrik ke
tenaga surya dan tenaga bayu/angin;
dan
3. pemeliharaan penerangan jalan
umum.”
Dan Pasal 47 ayat (6) yang berbunyi:
“Pengembangan jaringan pelayanan
lalu lintas angkutan jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c
diwujudkan dengan indikasi program
meliputi:
a. pengembangan perlengkapan jalan
dan penerangan jalan umum (PJU);
b. optimalisasi unit pengujian
kendaraan bermotor; dan
c. penataan jaringan trayek angkutan
penumpang.”
- Pemberian pertimbangan
pemanfaatan ruang manfaat jalan,
ruang milik jalan, dan ruang
pengawasan jalan, dengan adanya pasal
56 mengenai ketentuan umum peraturan
zonasi sistem jaringan transportasi darat,
kawasan sekitar jaringan jalan dan
jembatan, jalan lokal primer, jalan arteri
primer, jalan kolektor primer, jalan lokal
primer, jaringan prasarana lalu lintas
angkutan jalan, jaringan pelayanan lalu
lintas angkutan jalan, dan jaringan
transportasi sungai, danau, dan
penyeberangan.

Berikut dibawah ini adalah bagan analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Infrastruktur
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:
8.) Pengelolaan Sumber Daya Air
Berikut dibawah ini adalah tabel analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Pengelolaan
Sumber Daya Air dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:

Peraturan yang Berlaku Pasal Isi Kontribusi

Undang-Undang Nomor 7 Pasal 16 Wewenang dan tanggung jawab Menjadi dasar bagi pengelolaan sistem
Tahun 2004 tentang Sumber pemerintah kabupaten/kota meliputi: jaringan sumber daya air di RTRW
Daya Air a. menetapkan kebijakan pengelolaan Kabupaten Nunukan dan masukan untuk
sumber daya air di wilayahnya pasal-pasal berikut:
berdasarkan kebijakan nasional - Pasal 5 ayat (3) mengenai
sumber daya air dan kebijakan pengembangan sistem pusat kegiatan
pengelolaan sumber daya air provinsi dan sistem pelayanan prasarana wilayah
dengan memperhatikan kepentingan secara berjenjang dan sinergis dengan
kabupaten/kota sekitarnya; strategi salah satunya meliputi
b. menetapkan pola pengelolaan meningkatkan keterpaduan
sumber daya air pada wilayah sungai pendayagunaan sumber daya air melalui
dalam satu kabupaten/kota; peningkatan kapasitas pelayanan
c. menetapkan rencana pengelolaan jaringan irigasi dan sumber-sumber air
sumber daya air pada wilayah sungai untuk pengairan.
dalam satu kabupaten/kota dengan - Pasal 18 ayat (1) sampai ayat (7)
memperhatikan kepentingan mengenai:
kabupaten/kota sekitarnya; (1) rencana sistem jaringan sumber daya
d. menetapkan dan mengelola kawasan air
lindung sumber air pada wilayah (2) Pengelolaan wilayah sungai
sungai dalam satu kabupaten/kota; (3) Pengelolaan waduk dan embung
e. melaksanakan pengelolaan sumber (4) Sistem jaringan irigasi
daya air ,pada wilayah sungai dalam (5) Pengelolaan daerah irigasi (DI)
satu kabupaten/kota dengan sesuai Kepmen PU nomor 390
memperhatikan kepentingan Tahun 2007 tentang status Daerah
kabupaten/kota sekitarnya; Irigasi
f. mengatur, menetapkan, dan memberi (6) Sistem jaringan air baku untuk air
izin penyediaan, peruntukan, minum, pertanian dan industri, dan
penggunaan, dan pengusahaan air (7) Jaringan air bersih ke kelompok
tanah di wilayahnya serta sumber pengguna
daya air pada wilayah sungai dalam
satu kabupaten/kota;
g. membentuk dewan sumber daya air
atau dengan nama lain eli tingkat
kabupaten/kota dan atau pada
wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota;
h. memenuhi kebutuhan pokok minimal
sehari~hari atas air bagi masyarakat
eli wilayahnya; dan
i. menjaga efektivitas, efisiensi,
kualitas, dan ketertiban pelaksanaan
pengelolaan sumber daya air pada
wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota.

Berikut dibawah ini adalah bagan analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Pengelolaan
Sumber Daya Air dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:
9.) Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
Berikut dibawah ini adalah tabel analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:

Peraturan yang Berlaku Pasal Isi Kontribusi

Peraturan Pemerintah Nomor Pasal 12 (1) Penataan ruang dilakukan oleh Pasal ini menjadi dasar dari Pasal 1 nomor
69 Tahun 1996 tentang Pemerintah dengan peran serta 89 dalam BAB I mengenai ketentuan umum
Pelaksanaan Hak dan masyarakat. yang berbunyi: “Peran serta masyarakat
Kewajiban serta Bentuk dan (2) Tata cara dan bentuk peran serta adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang
Tata Cara peran serta masyarakat dalam penataan ruang timbul atas kehendak dan prakarsa
Masyarakat dalam Penataan sebagaimana dimaksud dalam ayat masyarakat untuk berminat dan bergerak
Ruang (1) diatur dengan Peraturan dalam penyelenggaraan penataan ruang.”
Pemerintah. Selain itu, UU ini menjadi landasan dari
Pasal 73 ayat (1) huruf a mengenai
pemberian insentif yang merupakan Hak
yang harus diberikan kepada masyarakat
yang lahannya dijadikan lahan pertanian
berkelanjutan dalam penataan ruang.

Peraturan Pemerintah Nomor Pasal 5 Peran masyarakat dalam penataan ruang Dalam Pasal 1 BAB I mengenai Ketentuan
68 Tahun 2010 tentang dilakukan pada tahap: Umum, disebutkan dalam nomor 92,
Bentuk dan Tata Cara Peran a. perencanaan tata ruang; “Pembinaan penataan ruang adalah upaya
Masyarakat dalam Penataan b. pemanfaatan ruang; dan untuk meningkatkan kinerja penataan
Ruang c. pengendalian pemanfaatan ruang ruang yang diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat.” Pelatihan ini diadakan
sebagai bentuk nyata upaya awal pelibatan
masyarakat dalam perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendalian penataan
ruang.

Pasal 8 Bentuk peran masyarakat dalam Berikut dibawah ini merupakan


pemanfaatan ruang dapat berupa: bentuk-bentuk dari peran serta masyarakat
a. masukan mengenai kebijakan dalam penataan ruang di RTRW Kabupaten
pemanfaatan ruang; Nunukan Tahun 2013 - 2033:
b. kerja sama dengan Pemerintah, - Bentuk kegiatan menjaga
pemerintah daerah, dan/atau sesama kepentingan pertahanan dan
unsur masyarakat dalam keamanan serta memelihara dan
pemanfaatan ruang; meningkatkan kelestarian fungsi
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang lingkungan hidup dan sumber daya
sesuai dengan kearifan lokal dan alam, diatur dalam Pasal 11 huruf e
rencana tata ruang yang telah yang berbunyi: “pengembangan
ditetapkan; penerangan jalan umum (PJU) di
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, seluruh kecamatan menggunakan skala
dan keserasian dalam pemanfaatan prioritas meliputi:
ruang darat, ruang laut, ruang 1. peningkatan peran serta masyarakat
udara, dan ruang di dalam bumi dalam pelaksanaan pengawasan
dengan memperhatikan kearifan keberadaan PJU liar dan
lokal serta sesuai dengan ketentuan meminimalisir pencurian komponen
peraturan perundang undangan. dan kabel PJU.”
e. kegiatan menjaga kepentingan Dan Pasal 50 ayat (8) huruf b yang
pertahanan dan keamanan serta berbunyi “pengembangan perkebunan
memelihara dan meningkatkan besar dengan pelibatan masyarakat
kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam pola Perkebunan Inti Rakyat
dan sumber daya alam; dan (PIR);
f. kegiatan investasi dalam - Bentuk kerjasama dengan
pemanfaatan ruang sesuai dengan Pemerintah dan masyarakat dalam
ketentuan peraturan peningkatan efisiensi, efektivitas, dan
perundang-undangan. keserasian dalam pemanfaatan
ruang, diatur dalam Pasal 5 ayat (3)
huruf g, yang berbunyi: “meningkatkan
kualitas dan jangkauan pelayanan air
minum, air limbah, drainase, dan
persampahan secara terpadu melalui
kemitraan pemerintah, swasta, dan
masyarakat.
- Bentuk kegiatan memanfaatkan
ruang yang sesuai dengan kearifan
lokal dan rencana tata ruang yang
telah ditetapkan, diatur dalam Pasal 47
ayat (14) huruf e angka 3, yang
berbunyi: 3. “pengembangan sistem
penyediaan air bersih oleh masyarakat
berupa pembentukan kelembagaan
pengelola air di pedesaan.”

Berikut dibawah ini adalah bagan analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:
10.) Pembinaan dan Pengawasan
Berikut dibawah ini adalah tabel analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Pembinaan dan
Pengawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:

Peraturan yang Berlaku Pasal Isi Kontribusi

Peraturan Pemerintah Nomor Pasal 5 dan Pemberian pedoman dan standar, Sebagai dasar hukum dan pedoman dari
79 Tahun 2005 tentang Pasal 7 bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
Pembinaan dan Pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan penyelenggaraan urusan pemerintahan.
Penyelenggaraan sebagaimana mencakup aspek Dalam Ketentuan Umum nomor 92
Pemerintahan Daerah perencanaan, pelaksanaan, tata laksana, disebutkan bahwa pembinaan penataan
pendanaan, kualitas, pengendalian dan ruang adalah upaya untuk meningkatkan
pengawasan. kinerja penataan ruang yang
diselenggarakan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.

Pasal 44 (1) Pemerintah memberikan Menjadi pedoman dalam pemberian


penghargaan kepada pemerintahan penghargaan yang tercantum dalam Pasal
daerah, kepala daerah dan/atau wakil 73 ayat (1) huruf c dan ayat (4), yang
kepala daerah, anggota Dewan berbunyi “insentif yang diberikan kepada
Perwakilan Rakyat Daerah, pemerintahan kecamatan atau desa apabila
perangkat daerah, pegawai negeri dalam pelaksanaan kegiatan yang sejalan
sipil daerah, kepala desa, perangkat dengan rencana tata ruang, meliputi :
desa, dan anggota badan a. kemudahan prosedur perijinan;
permusyawaratan desa. b. kemudahan dalam mendapatkan
Penjelasan: Dalam rangka kegiatan pembangunan serta
mengoptimalkan fungsi pembinaan pengadaan infrastruktur; dan
dan pengawasan, Pemerintah c. pemberian penghargaan dan kenaikan
memberi penghargaan kepada pangkat.”
Pemerintahan Daerah, kepala daerah
dan/atau wakil kepala daerah,
anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, perangkat daerah, pegawai
negeri sipil daerah, kepala desa,
perangkat desa, dan anggota badan
permusyawaratan desa berdasarkan
hasil penilaian terhadap pelaksanaan
urusan Pemerintahan Daerah yang
menunjukkan prestasi tertentu.

Pasal 45 (1) Untuk mengoptimalkan fungsi Menjadi pedoman dalam pasal-pasal


pembinaan dan pengawasan, berikut:
Pemerintah dapat menerapkan sanksi - Pasal 74 mengenai Ketentuan
kepada kepala daerah atau wakil Pemberian Disinsentif. Disinsentif yang
kepala daerah, anggota Dewan diberikan kepada pemerintahan
Perwakilan Rakyat Daerah, kecamatan dan pemerintahan desa
perangkat daerah, pegawai negeri dalam pelaksanaan kegiatan yang tidak
sipil daerah, kepala desa, perangkat sejalan dengan rencana tata ruang.
desa, dan anggota badan Dalam ayat (3), dijelaskan bahwa
permusyawaratan desa apabila Disinsentif yang diberikan kepada
terdapat pelanggaran dan pemerintahan kecamatan dan
penyimpangan dalam pemerintahan desa dalam pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan. kegiatan yang tidak sejalan dengan
(2) Sanksi pembinaan dan pengawasan rencana tata ruang sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksud ayat (1) huruf b meliputi:
dapat berupa: a. diberhentikan dari urusan
a. penataan kembali suatu daerah pemerintahan;
otonom; b. dinonaktifkan dari jabatan; dan
b. pembatalan pengangkatan c. pemecatan.
pejabat; - Pasal 75 Ayat (1) mengenai pemberian
c. penangguhan dan pembatalan sanksi dikenakan atas pelanggaran
suatu kebijakan daerah; rencana tata ruang yang berakibat pada
d. administratif; dan/atau terhambatnya pelaksanaan program
e. finansial. pemanfaatan ruang, baik yang
dilakukan oleh penerima izin maupun
pemberi ijin. Kemudian dalam ayat (5)
dijelaskan lebih lanjut “Pengenaan
sanksi administratif dilakukan secara
berjenjang dalam bentuk:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan
umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.

Berikut dibawah ini adalah bagan analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Pembinaan dan
Pengawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:
11.) Lingkungan Hidup
Berikut dibawah ini adalah tabel analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Lingkungan
Hidup dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:

Peraturan yang Berlaku Pasal Isi Kontribusi


Undang-Undang Nomor 31 Pasal 18 (1) Pemerintah mengatur dan membina Menjadi acuan pemerintah Kabupaten
Tahun 2004 tentang tata pemanfaatan air dan lahan Nunukan untuk rencana pemanfaatan
Perikanan pembudidayaan ikan. potensi sumber daya alam dengan
(2) Pengaturan dan pembinaan tata memperhatikan daya dukung lingkungan
pemanfaatan air dan lahan meliputi :
pembudidayaan ikan, sebagaimana a. meningkatkan produksi dan
dimaksud pada ayat (1) dilakukan produktivitas pertanian, perkebunan
dalam rangka menjamin kuantitas dan perikanan yang berorientasi pada
dan kualitas air untuk kepentingan keunggulan kompetitif; dan
pembudidayaan ikan. b. membatasi kegiatan budidaya yang
(3) Pelaksanaan tata pemanfaatan air berpotensi tidak sesuai dengan daya
dan lahan pembudidayaan ikan dukung lingkungan.
dilakukan oleh pemerintah daerah.

Pasal 41A Fungsi pelabuhan perikanan dalam Menjadi pedoman untuk Pasal 30 ayat (6)
mendukung kegiatan yang berhubungan mengenai pengembangan prasarana
dengan pengelolaan dan pemanfaatan perikanan yaitu Kawasan Industri Perikanan
sumber daya ikan dan lingkungannya Terpadu di Mansapa Kecamatan Nunukan
dapat berupa pelayanan tambat dan Selatan yang meliputi Pelabuhan Perikanan,
labuh kapal perikanan; pelayanan Tempat Pelelangan ikan, pabrik pengolahan
bongkar muat; pelayanan pembinaan hasil perikanan, pabrik es dan cold storage,
mutu dan pengolahan hasil perikanan; d. Gudang Rumput Laut dan lainnya; serta
pemasaran dan distribusi ikan; Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di
pengumpulan data tangkapan dan hasil Kecamatan Sebatik meliputi TPI, pabrik es
perikanan; tempat pelaksanaan dan cold
penyuluhan dan pengembangan
masyarakat nelayan; pelaksanaan
kegiatan operasional kapal perikanan,
dst.

Undang-Undang Nomor 41 Pasal 4 (1) Semua hutan di dalam wilayah Menjadi dasar hukum pemerintah dalam
Tahun 1999 Tentang Republik Indonesia termasuk menetapkan strategi sebagaimana tercantum
Kehutanan kekayaan alam yang terkandung di dalam Pasal 5 ayat (4) mengenai
dalamnya dikuasai oleh Negara pemantapan fungsi kawasan lindung
untuk sebesar-besar kemakmuran sebagai penyeimbang ekosistem wilayah
rakyat. dengan strategi meliputi :
(2) Penguasaan hutan oleh Negara a. meningkatkan fungsi kawasan lindung
sebagaimana dimaksud pada ayat di dalam dan di luar kawasan hutan;
(1) memberi wewenang kepada b. memulihkan secara bertahap kawasan
pemerintah untuk: lindung yang telah berubah fungsi;
a. mengatur dan mengurus segala c. membatasi pengembangan prasarana
sesuatu yang berkaitan dengan wilayah di sekitar kawasan lindung
hutan, kawasan hutan, dan hasil untuk menghindari tumbuhnya
hutan; kegiatan perkotaan yang mendorong
b. menetapkan status wilayah alih fungsi lahan lindung;
tertentu sebagai kawasan hutan d. mengendalikan pemanfaatan sumber
atau kawasan hutan sebagai daya alam dan sumber daya buatan
bukan kawasan hutan; dan pada kawasan lindung.
c. mengatur dan menetapkan
hubungan-hubungan hukum
antara orang dengan hutan, serta
mengatur perbuatan-perbuatan
hukum mengenai kehutanan.
(3) Penguasaan hutan oleh Negara
tetap memperhatikan hak
masyarakat hukum adat, sepanjang
kenyataannya masih ada dan diakui
keberadaannya, serta tidak
bertentangan dengan kepentingan
nasional.

Pasal 28 Pemanfaatan hutan produksi Menjadi dasar hukum bagi rencana


dilaksanakan melalui pemberian izin pemerintah dalam Pasal 28 ayat (1) yaitu
usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha mengenai kawasan peruntukan hutan
pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha produksi, yang meliputi:
pemanfaatan hasil hutan kayu, izin a. kawasan peruntukan hutan produksi
usaha pemanfaatan hasil hutan bukan tetap;
kayu, izin pemungutan hasil hutan kayu, b. kawasan peruntukan hutan produksi
dan izin pemungutan hasil hutan bukan terbatas; dan
kayu. c. kawasan peruntukan hutan produksi
yang dapat dikonversi.

Peraturan Pemerintah Pasal 33 Provinsi dan atau kabupaten/kota yang Sebagai dasar hukum pemerintah dalam
Nomor 44 Tahun 2004 mendapat manfaat dari kawasan hutan menyusun Pasal 66 ayat (2) mengenai
tentang Perencanaan yang berada di Provinsi dan atau ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
Kehutanan kabupaten/kota lainnya, berkewajiban yang memberi perlindungan terhadap
untuk mendukung keberadaan dan kawasan bawahannya dengan ketentuan:
kecukupan luas kawasan hutan di a. diperbolehkan pengembangan kegiatan
provinsi dan kabupaten/kota yang pariwisata alam terbatas dengan syarat
memberi manfaat. tidak boleh merubah bentang alam;
b. pelarangan seluruh kegiatan yang
berpotensi mengurangi luas kawasan
hutan dan tutupan vegetasi;
c. diperbolehkan kegiatan budidaya untuk
penduduk asli dengan luasan tetap, tidak
mengurangi fungsi lindung kawasan dan
dibawah pengawasan ketat.
d. diperbolehkan dilakukan penyediaan
sumur resapan atau waduk pada lahan
terbangun yang sudah ada;
e. diijinkan untuk kegiatan hutan rakyat;
f. diperbolehkan permukiman yang sudah
terbangun di kawasan resapan air
sebelum ditetapkan sebagai kawasan
lindung
g. diizinkan terbatas untuk kegiatan
budidaya tidak terbangun yang memiliki
kemampuan tinggi dalam menahan
limpasan air hujan;
h. diperbolehkan wisata alam dengan
syarat tidak mengubah bentang alam;
i. dibolehkan kegiatan pendidikan dan
penelitian dengan syarat tidak
mengubah bentang alam; dan
j. pelarangan untuk seluruh jenis kegiatan
yang mengganggu fungsi resapan air.

Berikut dibawah ini adalah bagan analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Lingkungan
Hidup dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:
12.) Mitigasi Bencana
Berikut dibawah ini adalah tabel analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Mitigasi
Bencana dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:

Peraturan yang Berlaku Pasal Isi Kontribusi

Undang-Undang Nomor 44 Pasal 42 (1) Penegakan rencana tata ruang Menjadi dasar dalam aspek
Tahun 2007 tentang sebagaimana dimaksud dalam Pasal - pemenuhan standar keselamatan
Penanggulangan Bencana 35 huruf f dilakukan untuk yang tercantum dalam Pasal 67 ayat
mengurangi risiko bencana yang (12) huruf h yang berbunyi
mencakup pemberlakuan peraturan “diwajibkan pengelolaan limbah
tentang tata ruang, standar terpadu sesuai standar keselamatan
keselamatan, dan penerapan sanksi internasional bagi industri yang
terhadap pelanggar lokasinya berdekatan
(2) Pemerintah secara berkala - Pemberlakuan peraturan tentang
melaksanakan pemantauan dan tata ruang dan standar keselamatan
evaluasi terhadap pelaksanaan tata dengan harus adanya perizinan dalam
ruang dan pemenuhan standar pemanfaatan ruang yang diberikan
keselamatan. untuk menjamin pemanfaatan ruang
sesuai dengan rencana tata ruang,
peraturan zonasi, dan standar pelayanan
minimal bidang penataan ruang,
mencegah dampak negatif pemanfaatan
ruang, dan melindungi kepentingan
umum dan masyarakat luas. Seperti
tercantum dalam Pasal 69 ayat (5)
RTRW Nunukan.

Pasal 47 (1) Mitigasi Bencana sebagaimana Menjadi masukan dari adanya


dimaksud dalam Pasal 44 huruf c pembatasan-pembatasan untuk mengurangi
dilakukan untuk mengurangi risiko risiko bencana dalam pembangunan pada
bencana bagi masyarakat yang RTRW Nunukan, dibuktikan dengan
berada pada kawasan rawan bencana. adanya pasal-pasal berikut:
(2) Kegiatan mitigasi sebagaimana 1. Pasal 47 ayat (10) huruf b yang
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berbunyi: “penentuan Kawasan
melalui: Keselamatan Operasi Penerbangan
a. pelaksanaan penataan tata ruang; (KKOP).”
b. pengaturan pembangunan, 2. Pasal 49 ayat (1) huruf d yaitu
pembangunan infrastruktur, tata mengenai pengembangan kawasan
bangunan; dan rawan bencana alam
c. penyelenggaraan pendidikan, 3. Pasal 59 huruf d yang berbunyi:
penyuluhan, dan pelatihan baik “penetapan batas-batas kawasan
secara konvensional maupun keselamatan operasi penerbangan dan
modern. kebisingan.”
4. Pasal 60 huruf c, yang berbunyi:
“pembatasan pemanfaatan ruang di
sekitar pembangkit tenaga listrik,
jaringan SUTT dan SUTET dengan
memperhatikan keselamatan dan
keamanan sekitarnya.”
5. Pasal 61 huruf c, yang berbunyi:
“pembatasan pemanfaatan ruang untuk
penempatan menara pemancar
telekomunikasi bersama yang
memperhitungkan aspek keamanan dan
keselamatan aktivitas kawasan di
sekitarnya.”
6. Pasal 67 ayat (14) yang berbunyi:
“Ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan peruntukan permukiman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf g disusun dengan ketentuan: a.
diwajibkan penyediaan kelengkapan,
keselamatan bangunan, dan
lingkungan;”

Pasal 71 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah Menjadi acuan dan masukan dalam
melaksanakan pengawasan terhadap pengawasan terhadap seluruh tahap
seluruh tahap penanggulangan penanggulangan bencana, diantaranya:
bencana. 1. Pasal 11 ayat (8) huruf c, yang berbunyi
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud “penyediaan dan pemasangan
pada ayat (1) meliputi: rambu-rambu lalu lintas sungai dan
a. sumber ancaman atau bahaya sarana pengawasan keselamatan
bencana; lainnya.”
b. kebijakan pembangunan yang 2. Diperbolehkan pemanfaatan ruang
berpotensi menimbulkan terbuka hijau sebagai konservasi
bencana; lingkungan, peningkatan keindahan
c. kegiatan eksploitasi yang kota, rekreasi, dan sebagai
berpotensi menimbulkan penyeimbang guna lahan industri dan
bencana; permukiman seperti yang terkandung
d. pemanfaatan barang, jasa, dalam Pasal 25 mengenai Kawasan
teknologi, serta kemampuan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan
rekayasa dan rancang bangun Cagar Budaya.
dalam negeri; 3. Adanya aturan wajib melaksanakan
e. kegiatan konservasi lingkungan; reklamasi pada lahan-lahan bekas
f. perencanaan penataan ruang; galian/penambangan dalam Pasal 67
g. pengelolaan lingkungan hidup; ayat (11) huruf f.
h. kegiatan reklamasi; dan 4. Pasal 18 ayat (9) mengatur mengenai
i. pengelolaan keuangan. konstruksi pengendali banjir sebagai
upaya pengelolaan lingkungan
hidup, meliputi:
- pembuatan sumur resapan pada
kawasan hunian permukiman;
- pembuatan tanggul baru atau
mempertinggi tanggul yang sudah
ada;
- normalisasi sungai;
- pembuatan bangunan-bangunan
pelindung tebing pada tempat yang
rawan longsor; dan
- pemasangan pompa banjir pada
kawasan terindikasi rawan banjir.

Berikut dibawah ini adalah bagan analisis kontribusi peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap aspek Mitigasi
Bencana dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2013 - 2033:
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penyusunan laporan review dokumen Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan, sebagai berikut:

1. Setelah dilakukannya identifikasi kontribusi peraturan perundangan terhadap


Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan (RTRW Kabupaten Nunukan )
Tahun 2013-2033 maka dapat disimpulkan susunan peraturan perundangan terkait
RTRW Kabupaten Nunukan terdiri dari perundangan, peraturan pemerintah,
peraturan menteri, dan keputusan menteri. Penyusunan RTRW Kabupaten
Nunukan ini mengacu pada peraturan perundangan sebanyak 13 aturan, peraturan
pemerintah sebanyak 8 aturan, peraturan menteri sebanyak 2 aturan, dan
keputusan menteri sebanyak 1 aturan. Kontribusi dari peraturan terkait adalah
sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan dokumen Rencana Tata Ruang.
Dengan aspek-aspek yang termuat dalam peraturan terkait meliputi aspek otonomi
daerah, penataan ruang, perumahan dan permukiman, tata ruang daerah,
pengelolaan kawasan sempadan pantai, tata guna lahan, infrastruktur, pengelolaan
sumber daya air, peran masyarakat dalam penataan ruang, pembinaan dan
pengawasan, lingkungan hidup, dan mitigasi bencana.
2. Muatan substansi perundangan sudah sesuai dengan kontribusinya pada dokumen
RTRW Kabupaten Nunukan, sebagian besar sudah sesuai dengan substansi
perundangan yang ada, meski terdapat beberapa muatan perundangan yang
membutuhkan penyesuaian/perbaikan substansi.

3.2 Lesson Learned


Adapun pembelajaran yang diperoleh dari penyusunan laporan review
dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan ini adalah seluruh
peraturan yang dibuat sebagai pedoman penyusunan dokumen rencana tata ruang
harus tertuang dengan konsisten dan harus sesuai dengan kebutuhan dari rencana tata
ruang tersebut. Pedoman tersebut harus memuat substansi materi teknis yang
dibutuhkan sesuai dengan karakteristik dan juga kondisi wilayah yang ada di
indonesia. Pada penerapannya, penambahan substansi dapat terjadi pada beberapa
kondisi, namun tidak dengan pengurangan substansi.

Anda mungkin juga menyukai