Anda di halaman 1dari 17
Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makessor | en Ey Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Abortus Di RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo Periode JanuariJuni 2010 Hi.Husnah* ABSTRAK ‘Abortus_merupakan kejadian yang sangat berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan wanita. Tingkat abortus di Indonesia tercatat tertinggi di Asia Tenggara yaitu 2 juta kasus pertahun. Salah’ satu penyebab Kematian Ibu adalah perdarahan termasuk akibat abortus dengan angka kejadian 53,8%. _Penelian ini bertujuan untuk Mmengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Kejadian abortus di RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kat. Wajo, khususnya faktor umur, paritas dan anemia, Sampel adalah semua ibu yang mengalami perdarahan pada periode Januar juni 2010. Besar sampel 136 orang, yang diakukan dengan teknik purposive ‘sampling yang memenuhi krteria peneliian,Penelitian ini menggunakan jenis suey analiik dengan pendekatan “cross sectional’. Hasil_penelitian menunjukkan bahwa umur ibu <20 tahuan dan >35 tahun berpengaruh tethadap kejadian abortus. Partas ibu 24 berpengaruh terhadap Kejadian abortus dimana. Faktor anemia berpengaruh terhadap kejadian abortus. Kesimpulan bahwa umur, paritas, dan anemia ibu merupakan faktor yang berpengaruh fethadap kejadian abortus Dengan demikian disarankan adanya perhatian terhadap program K8 dan penyuluhan tentang pentinanya giz Beimbang bagi ibu hamil, serfa pemeriksaan kadar Hb seftap Kali kunungan ‘antenatal care dalam rangka mencegah terjadinya anemia berkelanjutan ‘yang bisa mengakibatkan komplikasi kehamilan diantaranya abortus. Kata kunci Abortus. Daftar pustaka + 18 (2003-2009) PENDAHULUAN Latar Belakang ‘Abortus adalah pengakriran kehamilan dengan pengeluaran hasil onsepsi sebelum janin mampu untuk hidup di Wwar kandungan, Kejacian abortus sangat berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan wanita terutama jk diakukan secara sembarangan oleh tenaga yang tidak tedath, Tingginya. 3 Nomar 2, Els 2 | Jull~ Desember 2010 Jurnal Media Kebidanan Pottekkes Makassor jumlah kejadian abortus yang dialami oleh wanita baik disengaja maupun tidak disengaja dan setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup memprinatinkan, sebagai konsekuensinya jumlah kematian ibu mengalami peningkatan akibat komplikasi dari pada abortus yaitu perdarahan terus- menerus serta infeksi pada jalan lair (Varney H, 2007) Berdasarkan data World Health Organization (WHO), abortus yang itangani oleh petugas medis yang terampil dan didukung sarana yang lengkap memiliki resiko kematian yang sangat rendah dan berdasarkan publikasi terakhir pada tahun 2004, abortus di seluruh dunia tercatat 48 juta orang dan sekitar 20 juta dilakukan secara tidak aman. Abortus di Negara yang sedang berkembang berkontribusi sekitar 11-13% terhadap kematian maternal di dunia, ‘Sementara itu, tingkat abortus di Indonesia tercatat tertinggi di Asia Tenggara (WHO, 2006) yakni 2 juta kasus pertahun dari jumiah kasus di Negara-negara ASEAN yang mencapai 4,2 juta kasus pertahun (Gatra, 25 Maret 2007). Penyebab kematian Ibu di Indonesia sejak dulu tidak banyak berubah, yaitu perdarahan, ekiampsia, komplikasi abortus, partus macet dan sepsis. Aborsi tidak aman merupakan penyebab dari 11% kematian iu Kematian ini dapat dicegah jika ibu mempunyai akses terhadap informasi dan pelayanan kontrasepsi dan asuhan pasca keguguran (Saifuddin AB, 2008) ‘Angka kematian ibu di Sulawesi Selatan menurut profil Sulawesi Selatan tahun 2007 besjumlah 141 orang dengan penyebab tertinggl adalah perdarahan sebesar 73 orang (53,8%) termasuk perdarahan akibat abortus, ceklampsia 39 orang (27,6%), infeksi 8 orang (5,75%) dan penyebab lain 21 orang (14,9%). (hitowlwww dinkes-sulsel.go.id diakses tanggal 17 Maret 2010) Khusus untuk data abortus di RSUD Lamaddukkelleng Sengkang dari hasil survey awal terlihat adanya peningkatan pada tahun 2008 tercatat 145 orang, pada tahun 2009 tercatat 283 orang yang mengalami abortus. Angka tersebut dimungkinkan karena RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo disamping merupakan pusat rujukan yang mempunyai fasiltas lengkap, juga khusus melayani pasien kebidanan dari berbagal kalangan, Banyak faktor yang diduga terkait dengan tingginya angka kejadian abortus baik yang dilakukan secara songaja maupun tidak sengaja yaitu: pertama umur ibu yang terlaly muda ataupun terlalu tua dapat ‘meningkatkan resiko terjadinya abortus pada saat ibu hamil. Dalam kurun 32 Nomor 2, Eais2 | Jull~ Desember 2010 ‘Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar —_—— reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20 - 30 tahun, Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan usia di bawah 20 tahun temyata 2 — 6 kali lebin tinggi dibandingkan kematian maternal yang terjadi pada sia 20-29 tahun, dan kematian matemal meningkat Kembali sesudah usia 30-35 tahun (Wiknjosastro, 2006 : 23) Kedua paritas, berdasarkan Survey Demograti Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 resiko Kernatian ibu berkaitan dengan 4 terialu yaitu tetlalu muda hamil dan melahitkan, terlalu tua untuk hamil Kembali, tertalu pendek jarak hamil dan bersaln, terlalu banyak anak yang merupakan penyebab tidak langsung kematian ibu. Paritas 2 dan 3 merupakan paritas, yang aman, paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian yang lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetric lebih balk, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan kelurga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan, (Wiknjosastro, 2008: 23). Ketiga, Anemia dalam kehamilan. Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan.baik di negara maju maupun di negara berkembang, Badan Kesehatan dunia atau WHO memperkirakan bahwa 35-75 % ibu hamil di negara berkembang dan 18 % ibu hamil di negara maju mengalami anemia (Saifuddin,2008 : 777) Berdasarkan angka kejadian di atas terutama di RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wejo, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi_ kejadian abortus di RSUD Lamaddukkeleng Sengkang Kabupaten Wajo tahun 2010, yang dibatasi pada faktor umur, paritas, dan anemia. Rumusan Masalah. Berdasarkan uraian tersebut di atas, di mana abortus merupakan agian dari perdarahan hamil muda yang berpotensi terhadap tingginya AKI, Kejadian abortus dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.akan tetapi karen keterbatasan waktu, referensi, dan kelengkapan data yang ada sehingga peneliti membatasi rumusan masalah sebagai berikut: 4. Apakah umur ibu merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian abortus? 2.Apakah patitas ibu merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian abortus? 33 Nomar 2, Edsi2 | Jull= Desember 201 Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar 3, Apakah anemia ibu merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian abortus? ‘TUJUAN PENELITIAN 4. Tujuan umum Diketahuinya Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian abortus di RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo periode Januari- Juni 2010 2. Tujuan khusus a. Diketahuinya umur ibu merupakan faktor yang _mempengaruhi kejadian abortus b. Diketahuinya paritas bu merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian abortus. ¢. Diketahuinya anemia ibu merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian abortus METODE PENELITIAN Jonis dan Rancangan Penelitian lenis penelitian yang digunekan dalam peneliian survey analtk (explanatory) dengan rancangan “Cross Sectional Study" bertuuan untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi kejadian abortus di RSUD Lamadukkeleng Sengkang Kab. Wajo periode JanuarHjuni 2010 di mana dalam peneliian ini berangkat dari variabel dependent Kemudian dicart variabelindependentnya Lokasi dan Waktu Penelitian 4. Lokasi Penelitian Peneliian ditakukan di RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo. Alasan pemiihan rumah sakit ini sebagai lokasi penelitian dikarenakan frekuensi insiden kejadian abortus di rumah sakit ini ‘mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 9 Juli 2010 sampai 18 Juli 2010. Py Nomar 2, Edis? | luli ~Desember 2010 Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar en Populasi dan Sampel 1, Populast Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami perdarahan yang dirawat pada bangsal Kebidanan & Kandungan RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo pada periode januari sampai juni 2010. 2. Sampel ‘Sampel pada penelitan ini adslah semua ibu yang mengalami perdarahan yang ditawat pada bangsal Kebidanan & Kandungan RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo periode januari sampai juni 2010 sesuai dengan kriteria: a. Kriteria inktust - Umur kehamilan <20 minggu b. Kriteria ekskdusi ~ Umur kehamilan >20 minggu 3, Cara Pengambilan Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan Purposive sampling dengan krteria: sampel yang diambil adalah pasien yang di rawat pada ruang bangsal Kebidanan dan kandungan dan datanya tercatat lengkap pada rekam medik. Instrumen Penelitian Instrumen peneliian yang digunakan adalah chek list dengan mengambil data dari kohort ibu dan medical record berdasarkan variabel yang akan ditelt Metode Pengumpulan Data ‘Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi yang merupakan jenis data sekunder yang diperoleh dari kohort ibu dan medical record di RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo periade januari sampai juni 2010. 35 Nomor 2, Els? | Jul Desember 2010 Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar Pengolahan dan Penyajian Data 4. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Statistik Program for Sosial Science(SPSS) versi 13,0. 2. Penyajian Data Penyajian data dilakukan dalam bentuk narasi dan tabel disertai dengan penjelasan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Analisis Data 4. Analisis Univariat Data di analsis univariat dlakukan untuk mendepatkan gambaran umum dengan cara_mendeskripsikan tiap variabel yang “dgunakan dalam peneltian yaftu melitat.gambaran distibusi trekuens! bak. variabel independen maupun vaiabel dependen dengan menggunakan rumus Pat x 100% 2, Analisis Bivariat Analisis bivariat ditakukan untuk methat pengaruh antara_ variabel independen dan variabel dependen. Rancangan penelitian adalah studi cross sectional dengan memakal uji statistic * Yate’s Curection” dengan tingkat kemaknaan «= 0,05 Rumus * Yate's Curection’ x? = _TI mela HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ha Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo. Pengumpulan data di mulai tanggal 9 juli 2010 sampai dengan 18 Juli 2010. Penelitian ini menggunakan dokumentasi berupa data 36 Nomar 2, Eis 2 | Jul ~ Desember 2010. Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar dari rekam medik atau lembar siatus ibu yang mengalami perdarahan yang terdaftar diruangan kebidanan selama periode januari sampai juni 2010. Jumiah sampel sebanyak 136 dari 213 populasi yang ditarik secara purposive sampling, sesual ukuran yang telah diperhitungkan berdasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan. Dari jumlah sampel tersebut kemudian dilakukan pengumpulan data seluruhnya berdasarkan atas variable yang ditelt, Data yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut selenjuinya diperiksa kelengkapannya untuk kemudian dianalisis secara statistic dengan menggunakan program SPSS Versi 13.00, yang selengkapnya diuraikan sebagai berikut: Analisis Univariat Pada tahap ini di lakukan analisis distribus! frekuensi yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi terhadap faktor yang merupakan variable dalam penelitian ini, dan selanjutnya dapat dilihat dalam tabeltabel berikut ini a. Karakteristik kejadian abortus! Tabel 1: Distribusi Sampel bordasarkan Kejadian Abortus di RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo Periode Januariuni 2010 Abortus: [_ Jumiah Sampel % | Takomplit 102 75.0 mmenens 10 73 Provokatus 4 29 | Habitualis 3 22 Infeksiosa 2 15 Komplit 2 15 Non Abortus 13 96 [Jumiah 36 0) ‘Sumber? Data Sekunder dari Rekam Medik RSUD Lamaddukkelleng. Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari jumlah kejadion abortus yang tertinggi disebabkan oleh abortus inkomplit sebanyak 102 forang (75.0%), Kemudian abortus imminens 10 orang (7.3%), abortus provokatue 4 orang (2.9%), abortus habiuais 3 orang (2.2%), abou | 37 Nomor2, Elis 2 | Jul~ Desember 2010 Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar infeksiosa 2 orang (1,5 %), abortus komplit 2 orang (1.5%), selebihnya adalah mereka yang merupakan sampel terpilin tanpa mengalami abortus sebanyak 13 orang (9,6%). Karakteristik Kelompok umur Tabel 2: Distribusi Sampel Bordasarkan Kelompok Umur Ibu di RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo Periode JanuariJuni 2010 Umur F % <20 a at 20-35 88 647 > 35 EG 272 Total 136 100 ‘Sumber: Data Sekunder dari Rakam Medik RSUD Lamaddukkelieng, Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa dari 136 ibu yang ditelit, presentase ibu_ yang mengalami perdarahan dengan umur 20-35 tahun sebanyak 88 orang (64,7%), dan ibu dengan umur > 35 tahun sebanyak 37 orang (27,2%), sedangkan terendah pada ibu dengan umur < 20 tahun yaitu 11 orang (8,1%). Karakteristik paritas, Tabel Distribusi Kejadian Abortus Berdasarkan Paritas Ibu di RSUD Lamaddukkelleng Songkang Kabupaten Wajo Periode Januari-Juni 2010 Paritas T F ae Ba 2 164 13 115 84.6 Total 736 100 ‘Sumber : Dale Sekunder dari Rokam Medik RSUD Lamaddukkelleng Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa dari 136 ibu yang diteli presentase ibu yang mengalami perdarahan dengan paritas 24 adalah 38 ‘Nomor 2, Elsi2 | Jli~ Desember 2010 ‘Jurnal Media Kebidanan Poltekikes Makassar 24 orang (15.4%), lebih kecil dari pada ibu yang mengalami perdarahan dengan paritas 1-3 sebanyak 115 orang (84.6%). 4, Karakteristik anemia ‘abel 4: Distribusi Kejadian Abortus Berdasarkan Anemia di RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo Periode Januari-Juni 2010 anemia ior®) | F % | | ai 7 7s Hi % 2a Teta 38 00 ‘Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RSUD Lamaddukkelfeng. Fabel 4 di atas menunjukkan bahwa dari 136 Ibu yang ditelit, presentase ibu yang mengalami perdarahan dengan anemia 97 orang (71.3%), lebih besar dibandingkan ibu yang tidak mengalami anemia 39 orang (28.7%) a, Umur ibu tethadap kejadian abortus Tabel 6: Pengaruh umur ibu terhadap kejadian abortus di RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo Periode JanuariJuni 2010 Kajaian abatus ; umue bu [bots Non-abomts| | geek, 71% | n [%|[n]| % i: RiskoRendah [63 (61,0) 5 [37 | 88 | 647 Risiko Tinggi| 40 |20.4 | 8 |5,9 | 48 [35.3 | p=0.063 Total ta [o04 | 73 [96 [196 | 100 | ‘Sumbar7 Data Sekunder dari Rekami Medik RSUD Lamaddukkeliong ‘abel § datas menunjukkan bahwa dati 196 sampel dapat | 48 ibu (25.3%) yang berumur <20 atau >35 tahun (rsiko tinggi) lebih 39 Nomar? si (aout | Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar banyak yang mengalami abortus sebanyak 40 orang (29,4%) dibanding dengan yang tidak terkena abortus sebanyak 8 orang {(5,9%). Sedangkan pada kelompok umur 20-35 tahun (risiko rendah) didapatkan 88 ibu (64.7%) lebih banyak yang mengalami abortus yaitu £83 ibu (61,0%) di banding dengan yang tidak terkena abortus hanya 5 orang (3.7%). Hasil analisis pengaruh melalui “chi square" pada tingkat kepercayaan (Cl = 0,95) dengan tingkat kemaknaan (a) = 0,05 dan of = 1, didapatkan nial x?hitung > x*tabel = 4,336 > 3,841 yang berarti H nol (Ho) ditolak dan menerima hipotesis alteatif yaitu terdapat pengaruh yang positif dan signifkan antara umur dengan kejadian abortus di RSUD Lammaddukkelleng Sengkang Kab Wajo, b. Paritas ibu terhadap kejadian abortus, Tabel 6: Distribusi kejadian abortus berdasarkan paritas Ibu di RSUD Lamaddukkellong Sengkang Kabupaten Wajo poriode Januari-Juni 2010, Kejadian abortus ‘Aborus | Non Total xp abortus _| (95%,c1) 7 ]%|n[%in|% ResikoRendah | 103 [757 | 11 [81/14 [838 | = a1.607 Rosko Tinggi| 20 | 147 | 2 | 18 | 22 | 162 ‘000 Tata TS] B04 PAS [OS |B | TOO Paritas ‘Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RSUD Lamaddukkeliong Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa dari 136 sampel didapatkan 22 Ibu atau 16.2% dengan paritas 24 (risiko tinggi) lebih banyak yang mengalami abortus sebanyak 20 orang (14.7%) dibanding dengan yang tidak terkena abortus hanya 2 orang (1.5%). Sedangkan pada kelompok yang risiko rendah yaitu paritas 1-3 didapatkan 114 bu (83.8%) lebih banyak yang terkena abortus yaitu 103 orang (75.7%) dibanding dengan yang tidak mengalami abortus hanya 11 orang (8.1%) 40 Nomor 2, Els? | Jul Desermber 2010 Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar | ae cann Hasil analisis pengeruh melalui “chi square” pada tingkat kepercayaan (CI = 0,95) cengan tingkat kemaknaan («)= 0,05 dan f= 4 didapatkan nilai x* hitung > x*tabel = 21,607 > 3,641 dan nilai p= 0.000 < 0.05 yang berati Ho ditolak dan menerima Hipotesis alternative yaitu terdapat pangaruh yang positif dan signifikan antara paritas dengan kejadian abortus di RSUD Lammaddukkelleng ‘Sengkang Kab Wajo. c. Anemia terhadap kejadian abortus Tabel 7: Distribusi kejadian abortus berdasarkan anemia di RSUD Lamaddukkellong Sengkang Kabupaten Wajo periode Januari Juni 2010 Réjadian abortus ‘Abortus Non | Total Ap abortus (95%) | 7% [n ]% [a] % Reano Render [at] 228 [8 [Se | 30 | 287 [x= 7500 Resiko Tingoi| 92 676 |5 137 | 97 |713 | p=o.010 Total 123 [a04 [19 [96 [136 | 100 | | Anemia Sumber: Data Sekunder dari Rekam Modik RSUD Lamaddukkeliong ‘Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa dari 136 sampel didapatkan 97 ibu (74.3%) dengan risiko tinggi (Hb <11 gr%) lebih banyak yang mengalami abortus sebanyak 82 orang (67,6%) dibanding dengan yang tidak terkena abortus hanya 6 orang (3,7%). Sedangkan pada kelompok yang risiko rendah (Hb 211 gr%) lebih banyak yang terkena abortus yaitu 31 orang (22.8%) dibanding dengan yang tidak mengalami abortus yaitu hanya 8 orang (5,9%). Hasil analisis pengaruh melalul "chi square’ pada tingkat kepercayaan (Cl = 0,98) cengan tingkat kemaknaan (0) = 0,05 dan df = 1 didapatkan nilai x2hitung > x*tabel= 7.689 > 3.841 dengan nilai (0.010 yang berarti H nol ditolak dan menerima hipotesis alternative yaitu terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara anemia dengan kejadian abortus ai RSUD Lammaddukkelleng Sengkang Kab Wajo. a ‘Nomor 2, Eds 2 | Juli = Desember 2010 Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar Pembahasan Berdasarkan hasil penyajian date yang telah dilakukan diatas dapat diperoleh beberapa informasi berupa fakta-fakta yang ada di lapangan. Untuk itu diperofeh beberapa penyebab dan hal-hal yang dapat ‘mempengaruhi kejadian abortus akan dbahas lebih lanjut dibawah ini 4. Pengaruh umur ibu dengan kejadian abortus Umur ibu pada saat hamil merupakan salah satu faktor yang ‘mempengatuhi kelangsungan kehamilan sampai persalinan.tni dapat ilinat dari faktor risiko suatu kehamilan antara lain umur <20 tahun atau >36 tahun. Usia terbalk dan paling aman bagi ibu untuk melahirkan adalah umur 20 sampai 35 tahun, Berdasarkan hasil analisis stalstik diperoleh nitai Uji Chi Square x®sebesar 4,336. Ini berarti bahwa kelompok umur risiko tinggi dalam perelitian ini yang secara reprodultif masih merupakan faktor yang memberi risiko lebih besar untuk nengalami abortus dibandingkan dengan kelompok umur risiko rendah, Hal ini sesuai dangan teori yang mengemukakan bahwa wumur jbu pada saat hamil mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan alat-alat reproduksinya. Dimana umur reproduksi yang sehat untuk melahirkan anak adalat; umur antara 20-35 tahun. Hal ini disebabkan karena wanita yang hamil pada usia terlalu muda yaitu di bawah umur 20 tahun, secara fisik alat-alat reproduksinya belum slap untuk menerima hasil_konsepsi dan secara psikologis belum cukup dewasa dan matang untuk menjadi seorang ibu, sedang wanita hamil pada usia lanjut yaitu di atas 35 tahun, proses faal tubuhnya sudah mengalami kemunduran berupa elastisitas otot-otct panggul dan sekitar organ-organ reproduksi lain, keselmbangan hormonalnya mulai terganggu sehingga terjadi berbagai resiko kehamilan di antaranya abortus, solusio plasenta, dan plasenta previa, Hasil penelitan ini sesuai dengan beberapa penelitian mengenai kejadian abortus, salah satu diantarenya yang ditakukan oleh Sufrianty dalam peneliiannya di RSIA Stti Fatimah tahun 2008 yang menunjukkan adanya pengaruh antara umur dengan kejadian abortus. Hal ini diperkuat oleh M.lgbal di Propinsi Kendari yang menyatakan bahwa umur < 20 tahun atau > 35 tahun mempunyal risiko 1,790 kali lebih besar menyebabkan abortus dibandingkan dengan umur 20-35 2 Nomor 2, Elsi? | Juli— Desember 2010 ‘Jurnat Media Kebidanan Poltekkes Makassor see eee eee tahun, Sehingga Ho ditolak karena umur ibu <20 atau >35 tahun mempunyai pengaruh yang signifikan dan berisiko terhadap kejadian abortus, Pengaruh paritas ibu dengan kejadian abortus, Berdasarkan hasil analisis statistik diatas diperoleh nilai Uji Chi Square sebesar x*sebesar 21,607. Ini berarti bahwa paritas 24 ‘mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami abortus dibandingkan dengan kelompok paritas 1-3. Analisis tersebut diperkuat dengan nitai p = 0.000 yang berarti paritas ibu berpengaruh terhadap kejadian abortus. Hasil peneliian ini sesuai dengan teori bahwa jumiah paritas yang tinggi memberikan gambaran tingkat kehamilan yang banyak, dapat menyebabkan berbagal resiko kehamilan termasuk abortus, ‘Semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami oleh seorang ibu, ‘semakin tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi, Dimana hal tersebut dapat menjelaskan bahwa setlap kehamilan akan menyebabkan Kelainan-kelainan pada uterus, dalam hal ini kehamilan yang berulang-ulang dapat menyebabkan perubahan atau kerusakan pembuluh darah pada uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrsi ke janin, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan petkembangan janin dalam kandungan atau dapat menimbulkan komplikasi yang dapat memicu terjadinya abortus. Peneliian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sufrianty di RSIA Siti Fatiman tahun 2006 yang menunjukkan ahwa ibu dengan paritas 24 menunjukkan adanya pengaruh paritas ju dengan kejadian abortus. Ibu dengan paritas lebih dari tiga kali ‘mempunyai rsiko lebih besar untuk mengalami abortus. Peneliian lain ‘yang mendukung penelitian ini adalah peneiitian yang dilakukan oleh Sry Rahayu di RSU Lasinrang Pinrang tahun 2009 yang menunjukkan ‘adanya pengaruh paritas tinggi dengan kejadian abortus. Pengatuh anemia Ibu dengan kejadian abortus. Berdasarkan hasil analisis statistik diatas diperoleh nilai Uji Chi Square x®sebesar 7,59 dan nilai p= 0.010. Ini berarti bahwa ibu yang anemia dengan kadar haemoglobin <11 mempunyai risiko untuk 8 Nomor 2, Eis2 | Jli~ Desember 2010 | Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar | a tahun. Sehingga Ho ditolak karena umur ibu <20 atau >35 tahun mempunyal pengaruh yang signifikan dan berisiko terhadap kejadian abortus. Pengaruh paritas ibu dengan kejadian abortus. Berdasarkan hasil anaisis statistik diatas diperoleh nilai Uji Chi Square sebesar x’sebesar 21,607. Ini berarti bahwa paritas 24 mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami abortus dibandingkan dengan kelompok paritas 1-3, Analisis tersebut diperkuat dengan rilai p = 0.000 yang berarti paritas ibu berpengaruh terhadap kejadian abortus. Hasil penelitian ini sesual dengan teori bahwa jumiah paritas, yang tinggi memberikan gambaran tingkat kehamilan yang banyak, dapat menyebabkan berbagal resiko kehamilan termasuk abortus. Semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami oleh seorang ibu, semakin tinggi resikonya urtuk mengalami komplikasi. Dimana hal | femebut depat menjlesian awa, setop. Kehaman akan menyebabkan Kelana selaan pada ues, dalam ha i Keharian Yang betlang-ulang dapat menyebabkan perubahanalau kerusaan | pembilh derah pada werus yong mempergaru sla! nuti fe | Jari sehinggs dapat mempengaruhpertumbunan dan pekembargan fara dlem Kandngan atau Gapat-meninbukan komplikasi yang dapat memicu terjadinya abortus. i oral i soval dengan ect penitan yang dlkutan | oleh Suifanty dt SIA Sti Fatma tahun 2008 yang menunjuktan bata Bu dengan patas 24 mena adanya pengar pas Bu dengan Koji abort. bu dengan paras lebih dat tga al | mmempunyal Asko lebih beset untuk mongalam! bors. Penelian ln Yang mendukung penelan ni adalah penelin yang dlskten ol | Sy Rahayu al ASU Laotrang Pang tahun 2008 yang menunjtan adanyapengarh pttas ng dengan Kejaian abortus Pengaruh anemia ibu dengan kejadian abortus. } Berdasarkan hasil analisis statistik diatas diperoleh nilai Uji Chi ‘Square x*sebesar 7,59 dan nilai p= 0.010. Ini berarti bahwa ibu yang | anemia dengan kadar haemoglobin <11 mempunyai risiko uri a ‘Nomar 2, Easl2 | Jul Desember 201 | L Jurnal Media Kebidanan Poleekkes Makassar mengalami abortus dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia dengan kadar haemoglobin 211. Hasil peneiitian ini sesuai dengan teori bahwa ibu yang anemia mengakibatkan transportasi oksigen keseluruh tubuh berkurang terutama ke alat reproduksi yaitu uterus. Dengan menurunnya transportasi oksigen ke uterus maka mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ke janin. Dengan adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam kandungan, janin tidak mampu untuk bertahan_hidup, menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya yang merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyobabkan lterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya sehingga terjadi abortus, Peneliian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Hasmawati di RSUD Sengkang tahun 2009 yang menunjukkan bahwa ibu yang mengalami anemia berpengaruh terhadap kejadian abortus, Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian di Sulawesi Tenggara yang menunjukkan bahwa ibu dengan anemia (kadar Hb <11 gr%) ‘mempunyai resiko 3,09 kali lebih besar mengalami abortus dibanding ibu yang tidak mengalami anemia, KESIMPULAN DAN SARAN Kesimputan Berdasarkan hasil penelitian mengenal faktor yang mempengaruhi kejadian abortus di RSUD Lamaddukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo periode Januari-Juni 2010 setelah dilakukan pengolahan, analisa data serta enguiian statistik, maka dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Ibu dengan umur <20 atau >35 tahun berpengaruh secara postif dan signif kan terhadap kejadian abortus dibanding ibu yang berumur 20-35 tahun, 2. Ibu dengan paritas 24 berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kejadian abortus dibanding ibu dengan paritas 1-3. 3, lbu yang mengalami anemia berpengaruh secara posit dan signifikan terhadap kejadian abortus dibanding ibu yang tidak mengalami anemia, ae ‘Nomor 2, Edsi2 | lll~Desember 2010 Jurnai Media Kebidanan Poltekkes Makassar ene —s Saran Berdasarkan hasil penslitian tersebut yang membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian abortus,maka ada beberapa saran ‘yang dapat direkomendasikan oleh peneliti antara lain 4. Institusi pendidikan dapat melakukan Kegiatan yang lebih dalam mengenai penelitian tontang abortus sebagai perbandingan dari hasil peneliian yang kami lakukan, 2. Kepada pemerintah setempat agar menggratiskan dan mensosialisasikan tentang program Keluarga Berencana (KB) sera memperlimbangkan Kembali Kebijakan tentang Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) dengan membatasi tanggungan dana untuk Kelahiran anak ketiga dan selerusnya. 3, Petugas Keschatan khususnya bidan disarankan dapat meningkatkan penyuluhan kepada wanita usia subur untuk menjaga Kesehatan dan pentingnya gizi seimbang serta pemeriksaan kadar Hb setiap kali kunjungan antenatal care dalam rangka mencegah terjadinya anemia berkelanjutan yang bisa mengakibatkan Komplikasi kehamilan diantaranya abortus, 4, Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian dengan menggunakan variabel lain yang lebih berpengaruh terhadap kejadian abortus dengan metode penelitian lain, DAFTAR PUSTAKA Bobak dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Matemitas. Penerbit Buku kedokteran EGC : Jakarta Cunningham Gary F dk. 2006, Obstetr’ Wiliams. Edisi 21.Cetakan |. Penerbit Buku Kedokterai EGC : Jakarta Fraser M. Diane dkk. 2009. Myles Buku Ajar Bidan, Edisi 14. Cetakan |. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Machfoedz, Ircham dkk. 2005. MefodologiPenelitian Bidang ‘Kesehatan Keperawatan dan kebidanan, Penerbit Fitramaya. Yogyakarta 45 Nomar 2, Eals2 | Juli Desember 2010 Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar Manuaba, IBG dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta Manuaba, IBG dkk 1998, llmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Manuaba,|AC dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Edisi 2. ‘Cetakan I. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan 3, Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Saifuddin AB 2003. Panduan Praklis Pelayanan Kesehaten Matemal dan ‘Neonatal. Edisi |. Cetakan 4. Penerbit Yayasan Bina Pustaka ‘Sarwono. Jakarta Saifuddin AB. 2006. Pelayanan Kesohatan Matera! dan Neonatal. Edist | Cetakan 4. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Jakarta Saifuddin AB. 2008. imu Kebidanan. Edisi 4. Penerbit Yayasan Bina Pustaka ‘Sarwono. Jakarta ‘Sastrawinata Sulaiman. 2005. Obstetri Patologi imu Kesehatan Masyarakat Edisi 2, Cetakan |, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Tiokronegoro Arjatmo. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kedokteran. Edisi 1. Cetakan 6. Penerbit Fakultas Kedokteran Ul. Jakarta Vamey Helen, 2007. Buku Ajar Asuhan Kobidanan, Edisi 4. Cetakan |. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta 6 Nomar 2, Edsi2 | Jul Desember 2010

Anda mungkin juga menyukai