Anda di halaman 1dari 3

PANGGUNG GEMBIRA SANTRI: SARANA MENGEMBANGKAN JIWA SENI ANAK

BANGSA

oleh: Gilang Adityo

mailto: gilangadityo@gmail.com
Masyarakat pada umumnya menilai santri pondok pesantren hanya berkegiatan mengaji dan
memperdalam ilmu agama saja. Namun faktanya, santri pondok pesantren tidak hanya sekedar
mengaji dan memperdalam ilmu agama yang dilakukannya. Contohnya saja kegiatan Panggung
Gembira atau yang biasa disebut PG. PG ini biasanya terdapat di Pondok Pesantren yang
berbasis pesantren modern. Dan umumnya digelar di berbagai pondok pesantren.

(Sumber: https://www.google.com/daarululuumlido.com )

Pentas panggung gembira ini pada umumnya ditampilkan setiap satu tahun sekali dan
menampilkan berbagai macam kesenian yang ada di Nusantara seperti misalnya tari-tarian, seni
musik, seni lukis, dan masih banyak kesenian lainnya yang tentunya dipadukan dengan corak
keislaman, dan penampilan yang dibawakan sudah pasti memenuhi syariat Islam.

Pelaksanaan panggung gembira selama satu malam ini biasanya akan disajikan 10 sampai 15
penampilan yang akan memanjakan mata, karena kostum yang dipakai oleh para penampil
begitu meriah, dan didukung oleh panggung yang berkilau oleh cahaya lampu sorot.
Penampilan yang di bawakan, semuanya dilakukan oleh para santri yang notabene sudah
menduduki kelas akhir sebagai persembahan dan rasa terimakasih kepada pesantren yang telah
mendidik mereka selama enam tahun. Tidak hanya itu, panggung gembira juga memberikan
kenangan dan pelajaran yang berharga. Bagaimana tidak, para santri ini mempersiapkan PG
sudah dari jauh-jauh hari.

Sejak merka masih duduk di kelas 3 (kelas 9 tingkat SMP) para santri sudah mulai menabung
dengan diadakannya uang kas bulanan dari satu angkatan. Selanjutnya, pada kelas 5 (11 tingkat
SMA) mereka mulai membentuk panitia acara yang akan mengurus dan membicarakan terkait
penampilan yang akan ditampilkan. Lau pada tahun berikutnya tepatnya di kelas akhir, para
santri kelas akhir ini mulai membagikan penampilan kepada setiap orang sesuai dengan
keahliannya masing-masing. Dan sejak saat itu mereka memulai latihan-latihan penampilannya.

Karena dana yang dikeluarkan sampai ratusan juta, maka dana yang sudah terkumpul kemudian
dihitung anggaran pengeluarannya. Apabila belum cukup para santri kelas akhir ini mengajukan
proposal bantuan kepada perusahaan-perusahaan komersil yang nantinya akan dijadikan
sebagai sponsorship.

Setelah dana sudah cukup terkumpul, latar panggung atau background kemudian dibuat oleh
santri yang berkeahlian dalam seni lukis. Latar tersebut dibuat dengan desain yang cantik dan
biasanya berbentuk seperti sebuah istana. Latar ini dibuat berbeda setiap tahunnya. Latar ini
menjadi simbol betapa megahnya panggung gembira ini.

Setelah melakukan berbagai latihan yang setiap harinya dilakukan, pada pertengahan bulan
pelaksanaan PG, maka akan dilaksanakan gladi kotor yang nantinya penampilan akan diseleksi
kelayakannya oleh guru pembimbing yang bertanggung jawab atas penampilan PG. Apabila
terdapat penampilan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah islam maka konsep penampilan
tersebut akan dirubah sedikit agar memenuhi kaidah-kaidah tersebut. Setelah diadakannya
gladi kotor dan penampilan sudah disetujui, maka menjelang hari-H akan dilaksanakan gladi
bersih demi memantapkan penampilan para santri nantinya.

Malam pagelaran Panggung Gembira pun tiba, penontonnya dari berbagai golongan yaitu santri
junior, ustadz/ustadzah, para pimpinan pesantren, hingga para wali santri yang ingin melihat
penampilan anak-anak mereka. Kemudian penonton lainnya yaitu para tamu undangan seperti
tokoh setempat, atau kadang pejabat pemerintah yang memiliki kedekatan dengan pesantren.

Pentas pun dimulai dengan pembukaan dari para santri yang menggunakan berbagai bahasa
daerah, kemudian sambutan oleh pimpinan pesantren, barulah setelah itu para santri mulai
menampilkan hasil karya dan latihannya selama ini.
Panggung gembira ini merupakan sebuah ajang yang menjadi acuan para santri untuk
mengembangkan bakatnya serta mengembangkan kesadaran atas kesenian bangsa Indonesia
yang beragam. Dengan begitu, kesenian yang begitu beragam tidak luntur dan ditinggalkan oleh
para santri. Adanya panggung gembira ini pula, memberikan pelajaran terhadap para santri
untuk saling bergotong-royong sebagai salah satu budaya Indonesia. Panggung gembira juga
menjadikan tradisi pendidikan atau keilmuan kita memberi semacam kesenangan sendiri.
Karena, terkadang kegiatan pendidikan yang formal di dalam kelas terasa jenuh bagi sebagian
siswa.

Anda mungkin juga menyukai