Anda di halaman 1dari 7

17

Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Vol. 5 No. 1 Juni 2008

PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN DAN JAMUR SERTA IDENTIFIKASINYA


PADA JAMU GENDONG TEMU IRENG DAN KUNYIT ASAM
DI KECAMATAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG

Maulita Cut Nuri a* Yeni Lutfiany* Sul asmi* Sumantri **


*Fakultas Farmasi Un iversitas Wahid Hasyim Semarang
**Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

ABSTRACT

The herbal tonic is a product made fro m natural ingredients processed in traditional ways. A traditional herb
made fro m Temu Ireng (Curcuma aeruginosa) is a kind of herb that still consumed by relatively many Indonesian
citizens for enhanching appetite and acid turmeric often consumed by female for reducing the problems when they
get haid. However, bacteria and fungi might grow in this traditional herb because of contamin ated water (the
dilut ing ag ent ) an d mo isture, hyg iene and san itat ion facto rs. Th is study, therefore, was intended to find out the
quantities and the species of these bacteria and fungi growing in the herb as it is sold in Gajah Mungkur district of
Semarang City. Th is study also intended to compare these quantities to the prevailing standard stipulated.
The samples for this study were taken fro m 36 producers Temu Ireng and acid turmeric herb, located in Gajah
Mungkur District. The med iu m used for growing the material in an a erobic manner was PCA (Plate Count Agar),
that used for growing in an anaerobic manner were TSA (Tripticase Soya Agar) and that used for growing the fungi
were PDA (Potato Dextrose Agar). For counting the bacteria, we used the method of Standard Plate Count, for
identifying the bacteria we used Gram Painting and chemical tested, and for identifying the fungi we used a 100-
times amplifying microscope.
The analysis showed in the sample Temu Ireng and acid turmeric are the average number o f bacteria at the
aerobic media were 7,4 x 106 and 2,1 x 105 CFU/ ml, the average nu mber of bacteria at the anaerobic med ia were 4,2
x 102 and 4,3 x 102 CFU/ ml, the average number of fungi were 1,5 x 102 and 1,0 x 102 CFU/ ml. The aerobic bacteria
found in the study were Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella typhi, Pseudomonas aeruginosa, the
anaerobic bacteria was peptococcus, and the fungi were Penisillium, Moniliaceae, A. niger, dan Rhizopus. Nearly all
samples examined in this study did not meet the conditions based on statement Indonesia Minister of Health No
661/M ENKES/SK/ VII/1994 because they exceeded the upper limit bacteria (10 4 CFU/ ml) and also contain
pathogenic bacterias. However, the nu mber of fungi d id not exceed the prevailing standard.

Keywords: Te mu Ireng Herb, Aci d Turmeric Herbs, Bacteria Number and Fungi Number.

PENDAHULUAN

Jamu gendong merupakan salah satu jamu bentuk Jamu gendong temu ireng (Curcuma aeruginosa)
cairan minu m yang dijual dalam botol dan diletakkan merupakan salah satu jamu yang masih banyak
dalam keranjang yang digendong di punggung belakang dikonsumsi oleh masyarakat untuk menambah nafsu
menggunakan kain dan dijajakan dari ru mah ke ru mah makan anak-anak. Hal ini d ikarenakan anggapan
(Suharmiati dan Handayani, 1998). Pemanfaatan obat masyarakat yang meyakin i jamu temu ireng lebih aman
tradisional pada umu mnya leb ih diutamakan sebagai digunakan untuk anak-anak dan lebih efektif dibanding
upaya menjaga kesehatan atau preventif. Dengan obat hasil olahan pabrik. Disamp ing aman dan efekt if
semakin berkembangnya obat tradisional, ditambah jamu gendong temu ireng mempunyai harga yang relatif
dengan himbauan kepada masyarakat untuk kembali ke murah (Santoso, 2000). Jamu kunyit asam berwarna
alam, telah meningkatkan popularitas obat tradisional kuning keemasan hingga kuning kecoklatan, berasa
(Santoso, 2000). asam segar dan sedikit pahit. Jamu ini banyak digunakan
Proses pembuatan jamu gendong sangat kau m wanita untuk meredakan nyeri haid (Tjo kronegoro
sederhana dimulai dari memilih bahan baku, dan Bazid, 1992).
membersihkan, menakar, menghaluskan, menyaring, dan Hasil penelitian sebelu mnya yang dilakukan o leh
menempatkan obat tradisional. Proses pembuatan jamu Suban Ratnawati pada tahun 2002 menunjukkan adanya
gendong yang sederhana dan kurang memperhatikan bakteri dalam ju mlah besar termasuk bakteri patogen
unsur kebersihan tidak menutup kemungkinan terjadi dalam jamu gendong galian singset di wilayah kota
pencemaran oleh mikroba, sehingga perlu dilakukan Jogjakarta (Ratnawati, 2002). Berdasarkan latar
pengujian cemaran mikroba dalam jamu gendong . belakang tersebut, maka penelit i tertarik melakukan
Pencemaran pada jamu gendong kemungkinan berasal penelitian untuk mengetahui ju mlah ku man dan jamur
dari air yang digunakan sudah terkontaminasi oleh serta jenisnya yang ada dalam jamu gendong temu ireng
bakteri dan simp lisia yang sudah berjamu r (Suharmiati dan kunyit asam di Kecamatan Gajah Mungkur
dan Handayani, 1998). Semarang.
18
Pemeriksaan Angka Kuman dan Jamur« Hal. : 17 ± 23 (Maulita Cut Nuria, dkk.)

Obat tradisional adalah bahan/ramuan bahan yang Tetrametal-P, Fen ilendiamin dih idroksida, TSB (Triptic
berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan Soya Broth), Media MR-VP, L lysine decarboxy lase,
galenik atau campuran bahan tersebut yang secara KOH 40%, dan Nacl 0,85%.
tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. Jalannya Penelitian
Temu ireng merupakan salah satu tanaman yang
dapat digunakan sebagai pengobatan karena mempunyai
Pemeriksaan angka kuman
beberapa khasiat, diantaranya untuk menambah nafsu
a. Pengambilan sampel
makan, menyembuhkan cacingan, obat perut kembung,
Jamu gendong temu ireng dan kunyit asam diambil
obat luka, dan mempercepat masa nifas (Depkes RI,
dari pembuat jamu gendong di seluruh Kecamatan
1985a).
Gajah Mungkur Semarang sebanyak 36 sampel
b. Pengenceran sampel
Klasifikasi tanaman temu ireng (C. aeruginosa)
Membuat seri pengenceran dengan cara
Div isio : Magnoliophyta
menyiap kan tabung reaksi diberi kode sesuai
Classis : Liliopsida
dengan seri pengenceran dan kode K untuk kontrol.
Subclassis : Zingiberidae
Mengambil 10 ml cuplikan (jamu gendong)
Ordo : Zingiberales
ditambahkan 90 ml LB (larutan dengan konsentrasi
Familia : Zingiberaceae
10-1 ), d icampur baik-baik, kemudian diamb il 1 ml
Genus : Curcu ma
dari konsentrasi 10-1 ditambahkan 9 ml PDF, kocok
Spesies : Curcu ma aeruginosa Ro xb.
homogen hingga diperoleh larutan dengan
Vern Name : Temu ireng (Dep kes RI, 1985b).
konsentrasi 10-2 . Larutan ditanam secara aerob
maupun anaerob pada media yang sesuai. Begitu
Klasifikasi Kunyit (Curcu ma do mestica Val) pula dengan seri pengenceran yang lain.
Kingdom : Plantae (tu mbuh-tumbuhan). c. Penanaman secara aerob
Div isi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji) Setiap seri pengenceran disediakan 3 buah media
Sub Div isi : Angiospermae (berbiji tertutup) PCA, masing-masing diambil 0,5 ml, dituang pada
Kelas : Monocotyledonae (biji berkep ing med ia dan diratakan. Untuk kontrol terdapat 2
satu). macam yaitu media dan pengencer, masing-masing
Bangsa : Zingiberales. diambil 1 ml, dituang dan diratakan kemudian petri
Suku : Zingeberaceae (temu-temuan) diletakkan terbalik, d iin kubasikan pada suhu 37°C
Marga : Curcu ma selama 24 jam.
(Depkes RI, 1985a). d. Penanaman secara anaerob.
Setiap pengenceran disediakan 3 buah media TSA,
Klasifikasi asam (Tamarindus indica) masing-masing diambil 1 ml larutan, dituang pada
Div isi : Magnoliophyta med ia dan diratakan. Pada sebuah media lain untuk
Kelas : Magnoliophyta kontrol, diamb il 1 ml larutan LB, d ituang dan
Ordo : Fabales diratakan kemud ian petri diletakkan terbalik.
Familia : Caesalpiniaceae Inkubasi dalam inkubator pada 37°C selama 24
Genus : Tamarindus jam.
(Dalla Rosa KR, 1993). e. Penghitungan kuman aerob dan anaerob.
Setelah diinkubasi secara aerob dan anaerob,
koloni yang tumbuh pada setiap piring petri
METODOLOGI PENELITIAN dihitung, Koloni yang digunakan pada perhitungan
Alat adalah jumlah koloni antara 30-300 pada satu
Pipet volume, mikropipet, mikroskop, kantong plastik med ia. Banyaknya koloni ku man pada ketiga buah
stomacher steril, tabung reaksi, cawan petri, ose steril, med ia dih itung kemudian didapat hasil rata-rata.
dan inkubator. Isolasi dan Identifikasi kuman aerob
1) Isolasi
Bahan Setelah koloni dih itung, single koloni yang
Sampel jamu gendong temu ireng, sampel jamu kunyit dominan dari masing-masing petri
asam, PCA (Plate Count Agar), TSA (Tripticase Soya dipindahkan ke agar darah dan Mc. Conkey.
Agar), Agar darah, Mc. Conkey, TSIA (Triple Sugar 2) Identi fikasi
Iron Agar), SIM (Sitrat Indol Motility), SCA (Simon Koloni diamb il dari biakan isolasi pada agar
Sitrat Agar), MSA (Mannitol-Salt Agar), VP (Voges- darah dan Mc. Conkey, dan dilakukan
proskauer) 8UHDVH *DV 3DN ³Gas Generating Kit´ 3') pengecatan Gram. Jika hasil bersifat Gram
(Peptone Dilution Fluid), PDA (Potato Dextrose Agar), (+) bentuk kokus dengan gambaran
Alkohol 96%, Lactophenol (LP), PAP (Pseudomonas mikroskopik khas Stapylococcus, selanjutnya
Agar P), LB (Letheen Broth), Klo roform, koloni d itanam pada MSA. Kemud ian petri
diletakkan terbalik dan diinkubasikan 37°C
selama 24 jam.
19
Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Vol. 5 No. 1 Juni 2008

Diamati apakah terjad i fermentasi man itol atau tidak yang ditandai dengan perubahan warna kuning pada media.
Apabila dari pengecatan adalah Gram (-) bentuk batang, maka koloni d itanam pada med ia deret, untuk uji biokimia
meliputi uji Indol, uji M R, u ji VP, Uji Sitrat, TSIA, u ji Urease, uji Dekarboksilasi Lysin, uji Serologi, uji Pig men,
uji Oksidase, uji Pertu mbuhan dan uji Mikroskopik.
Uji bio kimia yang dilakukan untuk identifikasi bakteri E.coli adalah uji indol (+), uji M R (+), u ji Vp (-), dan
uji Sitrat (-), sedangkan uji biokimia yang dilaku kan untuk identifikasi bakteri S. Thypi adalah uji TSIA (+), uji
Urease (-), uji Dekarboksilasi L (+), uji Indol (-), uji VP (-), uji Serologi (+), dan uji biokimia yang dilakukan untuk
identifikasi bakteri P. aeruginosa adalah uji Pig men (+), uji Oksidase (+), uji Pertumbuhan (+), dan uji Mikroskopik
(+). Gambar 1 d ibawah ini menunjukkan skema identifikasi bakteri aerob.

Sampel jamu gendong (10 ml)

Tambahkan LB 90 ml
( 10-1 )
1ml 1 ml 1 ml
Ambil 1 ml+ 9 ml PDF + 9 ml PDF + 9 ml PDF + 9 ml PDF
(10-2 ) (10-3 ) (10-4 ) (10-5 )
Asli

PCA PCA PCA PCA PCA PCA

Isolasi dan Identifikasi


Ambil koloni spesifik kemudian ditanam pada media

Mc. Conkey dan Agar darah (Inkubasi selama pada 37°C selama 24 jam)

Pengecatan Gram

Gram (+) Kokus Gram (-) batang


Uji biokimia
Ditanam pada MSA
Inkubasi pada 37°C
selama 24 Jam
Uji Indol (+) TSIA (+) Uji Pigmen (+)
Uji MR (+) Urease (-) Uji Oksidase (+)
Terjadi fermentasi manitol Uji VP (-) Uji Indol (-) Uji Pertumbuhan (+)
Uji Sitrat (-) Uji VP (-) UjiMikroskopik (+)
Uji Serologi (+)
Uji Dekarboksilasi Lysin (+)

( S. aureus) (E. coli) (S. typhi) (P. aeruginosa)


Gambar 1. Skema Identifikasi bakteri aerob.

f. Isolasi dan Identifikasi kuman anaerob


1). Isolasi
Dari penanaman secara anaerob pada media TSA diamb il koloni yang sejenis. Digoreskan setiap jenis pada
med ia agar darah kemudian dieramkan dalam suasana anaerob pada 37° C selama 24 jam
2). Identifikasi
Identifikasi dilaku kan dengan pengecatan Gram kemud ian diamati dibawah mikroskop (Depkes RI, 1995).
Gambar 2 d ibawah ini adalah skema identifikasi bakteri anaerob.
20
Pemeriksaan Angka Kuman dan Jamur« Hal. : 17 ± 23 (Maulita Cut Nuria, dkk.)

Sampel jamu gendong (10 ml)

Tambahkan LB 90 ml
( 10-1 )
1 ml 1 ml 1 ml
Ambil 1ml + 9 ml PDF + 9 ml PDF + 9 ml PDF + 9 ml PDF
(10-2 ) (10-3 ) (10-4 ) (10-5 )

Asli

TSA TSA TSA TSA TSA TSA

In kubasi pada suhu pada 37°C selama 24 jam

Pengecatan Gram dan amat i dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 x.


Gambar 2. Skema Ide ntifikasi bakteri anaerob.

g. Isolasi dan Identifikasi kuman patogen dan non patogen


Dilakukan Uji aglutinasi dengan cara koloni diambil dari isolasi, kemud ian ditetesi larutan plasma sitrat. Bila
terjadi ag lutinasi berarti positif patogen, bila t idak terjadi aglutinasi berart i t idak patogen.

Pemeriksaan angka jamur. 4). Bila dari ketiga cawan petri tidak ada satupun
a. Preparasi Sampel yang menunjukkan ju mlah antara 10-150
1). Cuplikan jamu gendong sebanyak 10 ml koloni, maka d icatat angka sebenarnya dari
dimasukkan ke dalam kantong plastik tingkat pengenceran terendah pada ketiga
stomacher steril, lalu ditambah 90 ml LB. cawan dan dihitung sebagai angka jamur
2). Menyiapkan tabung reaksi yang masing-masing perkiraan.
telah diisi 9 ml PDF, kocok ho mogen hingga 5). Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan
diperoleh pengenceran 102 . Buat pengenceran dan bukan disebabkan karena faktor inhibitor,
maka angka jamur d ilaporkan sebagai kurang
selanjutnya hingga 10 3 dan dibuatlah triplo
dari satu dikalikan faktor pengenceran
untuk masing-masing pengenceran.
terendah.
3). Dari masing-masing pengenceran dipipet 0,5
c. Identi fikasi
ml, d ituangkan pada permukaan PDA (Potato
Koloni jamu r diamb il dengan menggunakan
Dextrosa Agar), dan buat triplo.
ose steril diletakkan diatas gelas objek dan ditetesi
4). Untuk mengetahui sterilitas med ia dan
alkohol 96% untuk menghilangkan gelembung-
pengencer, dilakukan uji blanko. Pada satu
gelembung udara kemudian teteskan Lactophenol
lempeng PDA d iteteskan 0,5 ml pengencer.
(LP) ditutup dengan dekglas dan diperiksa dibawah
5). Seluruh cawan petri d iin kubasi pada suhu 20-
mikroskop (Depkes RI, 1995). Skema identifikasi
25o C dan diamat i pada hari ke-5 sampai hari jamur/kapang dapat dilihat pada gambar 3
ke-7.
b. Perhitung an
1). Dip ilih cawan petri dari satu pengenceran yang
menunjukkan ju mlah koloni antara 10-150.
ANALISIS DATA
Jumlah koloni dari ket iga cawan dih itung lalu Analisis dilakukan secara deskript if dengan
dikalikan faktor pengenceran. menghitung angka kuman dan angka jamur dari masing -
2). Bila hanya salah satu diantara ketiga cawan masing sampel dan juga mengidentifikasi bakteri dan
petri dari pengenceran yang sama jamur yang ada dalam jamu gendong di Kecamatan
menunjukkan ju mlah antara 10-150 ko loni, Gajah Mungkur Semarang serta membandingkan dengan
dihitung jumlah koloni dari ketiga cawan dan standar yang ditetapkan oleh Menkes RI No:
dikalikan dengan faktor pengenceran. 661/M ENKES/SK/ VII/1994.
3). Bila pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi
didapat jumlah koloni lebih besar dua kali dari
ju mlah koloni pada pengenceran dibawahnya,
maka dipilih tingkat pengenceran rendah (misal
pada pengenceran 102 diperoleh 60 ko loni dan
pada tingkat pengenceran 103 yaitu 30 koloni
maka dip ilih ju mlah ko loni pada pengenceran
102 yaitu 60 ko loni).
21
Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Vol. 5 No. 1 Juni 2008

Sampel jamu gendong (10 ml)

Tambahkan LB 90 ml ( 10-1 )
A mb il 1 ml+9 ml PDF A mbil 1 ml+9 ml PDF
Asli (10-2 ) (10-3 )

PDA PDA PDA PDA

Inkubasi pada suhu pada 37°C selama 24 jam

Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x

Gambar 3. Skema Identifikasi jamur/kapang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN yang lemah meskipun jarang terjadi dapat menyebabkan
shock dan kemat ian karena dehidrasi (Pelczar, 1988).
A. Penghitung an angka kuman Hasil u ji biokimia yang dilakukan
Dari hasil penelitian dipero leh angka kuman rata- menunjukkan adanya bakteri E. coli karena uji Indol dan
rata bakteri aerob dan anaerob, baik untuk jamu gendong uji M R menunjukkan reaksi positif sedangkan uji VP
temu ireng maupun kunyit asam seperti yang tercantum dan sitrat menunjukkan reaksi negatif. Bakteri E. coli
dalam tabel I dan II. dapat menimbulkan diare pada bayi baru lahir sampai
Tabel I. Angka Rata-rata Bakteri Aerob dan usia 2 tahun, anak-anak, dan pada orang dewasa
Anaerob pada Jamu Gendong Temu Ireng (Pelczar, 1988). Mekanisme E. coli dalam menyebabkan
di Kecamatan Gajah Mungkur Semarang. diare salah satunya adalah menghasilkan enterotoksin
Angka kuman (Syahrurach man, 1993).
Sampel jamu Rata-rata ± SD Hasil uji bio kimia yang lainnya adalah uji
gendong (CFU/ ml) pigmen, uji oksidasi, u ji pertu mbuhan, dan uji
Aerob Anaerob mikroskopik. Dari keempat uji tersebut diperoleh hasil
Temu ireng 8,1x106 ± 1,15x107 428 ± 81,3 positif yang menandakan adanya bakteri P. aeruginosa.
P. aeruginosa merupakan bakteri patogen oportunistik
Kunyit asam 1,1x106 ± 4,47x106 yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, dan
436 ± 73,8 infeksi saluran pernafasan (Pelczar, 1986).
Berdasarkan hasil uji bio kimia terhadap S. thypi
ternyata juga ada dalam jamu gendong di Kecamatan
Dari hasil penelitian dipero leh angka rata-rata Gajah Mungkur Semarang. S. thypi merupakan bakteri
ku man dari 36 sampel adalah melebihi standar (10000 patogen pada manusia yaitu dapat menyebabkan
CFU/ ml) pada penanaman secara aerob sedangkan penyakit demam t ifo id Demam tifoid merupakan
anaerob tidak lebih dari 10000 CFU/ ml hal ini penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri S. thypi.
dikarenakan karena jamu gendong telah terkontaminasi Gejala dini penyakit ini adalah demam, perut kembung,
oleh bakteri pada saat proses pembuatan dan sukar buang air besar, pusing, lesu, tidak ada nafsu
penyajiannya. makan, mual dan muntah. Bakteri ini ditemu kan dalam
tinja penderita (Pelczar, 1986).
Angka ku man yang meleb ihi standar
B. Identi fikasi kuman pada jamu gendong disebabkan karena jamu gendong telah terkontaminasi
1. Identifikasi ku man aerob. oleh bakteri patogen maupun non patogen pada proses
Bakteri yang ditemu kan pada jamu gendong temu pembuatannya. Besarnya jumlah koloni bakteri
ireng dan kunyit asam di Kecamatan Gajah Mungkur pencemar dalam sediaan jamu dapat juga disebabkan
Semarang antara lain : Staphylococcus aureus, oleh proses pembuatan jamu yang kurang
Eschericia coli, Salmonella typhi, dan Pseudomonas memperhatikan unsur kebersihan dan kontaminasi udara
aeruginosa. pada saat proses penyajiannya.
S. aureus mampu memfermentasi manitol pada
med ia MSA d itandai dengan terjadinya perubahan warna 2. Identifikasi bakteri anaerob
med ia menjadi kuning. Bakteri patogen ini dapat Bakteri yang ditemukan dalam penelit ian ini
mengeluarkan enzim koagulase yang dapat bereaksi adalah peptococcus. Bakteri anaerob merupakan bagian
dengan fibrin pada darah dan dapat menyebabkan dari flora normal vagina sehingga bakteri in i sering
penjendalan darah. Pada anak-anak dan orang-orang ditemu kan pada vagina dan dapat menyebabkan
penyakit vaginitis. Identifikasi bakteri anaerob hanya
22
Pemeriksaan Angka Kuman dan Jamur« Hal. : 17 ± 23 (Maulita Cut Nuria, dkk.)

dilakukan pengecatan dan tidak dilakukan uji biokimia pada media anaerob adalah 4,2 x 102 dan 4,3 x 102
karena bakteri anaerob mempunyai koloni yang khas CFU/ ml, sedangkan angka kapang/jamu r rata-rata
sehingga mudah dikenali adalah 1,5 x 102 dan 1,0 X 102 CFU/ ml.
2. Jenis ku man aerob yang ditemukan adalah
C. Penghitung an angka k apang/jamur Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Hasil penghitungan berupa angka kapang/jamur Salmonella typhi, Pseudomonas aeruginosa, dan
rata-rata baik dari jamu gendong temu ireng maupun jenis ku man anaerob yang ditemu kan adalah
kunyit asam. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel Peptococcus, sedangkan kapang/jamur yang
II berikut ini : ditemu kan adalah Penisillium, Moniliaceae,
Tabel II. Angka Kapang/Jamur Rata-rata pada Aspergillus niger, dan Rhizopus.
Jamu Gendong Temu Ireng dan Kunyit 3. Hampir semua sampel tidak memenuhi persyaratan
Asam di Kecamatan Gajah Mungkur MENKES RI No : 661/ M ENKES/SK/ VII/1994
Semarang. karena meleb ihi batas cemaran yakni untuk bakteri
Sampel jamu Angka kapang/jamur (104 CFU/ ml) serta mengandung bakteri patogen
gendong Rata-rata ± SD tetapi angka kapang tidak melebihi batas
(CFU/ ml) persyaratan.
Temu ireng 157 ± 144,7
Saran
Kunyit asam 71 ± 93,9 Setelah diperoleh kesimpulan dari hasil pengujian
sampel maka dapat diberikan saran untuk penelitian
Hasil perhitungan angka kapang/jamur dari 36 selanjutnya :
sampel jamu gendong di Kecamatan Gajah Mungkur 1. Perlu adanya informasi kepada masyarakat
Semarang, diketahui bahwa hampir semua sampel dari mengenai adanya bakteri maupun jamur pada jamu
produsen jamu menunjukkan ju mlah angka gendong di Kecamatan Gajah Mungkur Semarang.
kapang/jamur tidak melebih i standar batas cemaran 2. Perlu dilaku kan penelitian lebih lanjut mengenai
angka kuman dan jamur pada jamu gendong di
kapang/jamur yaitu 103 (1000) CFU/ ml sampel dan
wilayah Semarang pada berbagai kecamatan
masih dianggap aman untuk dikonsumsi (Depkes RI,
sehingga dapat diketahui angka ku man sepanjang
1994).
tahun.
3. Pemerintah dan instansi yang terkait diharapkan
D. Identi fikasi kapang/jamur pada jamu gendong
mampu mengawasi dan melaku kan survei
Pada penelitian ini identifikasi jamur dilaku kan
pembuatan jamu gendong di wilayah kota
dengan cara mengamb il ko loni sejenis kemudian
Semarang.
digoreskan pada gelas objek dan diperiksa dibawah
4. Penelit ian ini perlu dikembangkan terhadap jamu
mikroskop. Hasil yang diperoleh adalah ditemukan
tradisional yang lain, baik dit injau dari segi
jamur seperti : Aspergillus niger, Moniliaceae,
bakteriologi maupun segi yang lain.
Penisillium, dan Rhizopus.
Aspergillus niger diklasifikasikan sebagai
Deuteromycetes yang bersifat patogen pada manusia. A. DAFTAR PUSTAKA
niger dapat menghasilkan aflatoksin yang dapat
menyebabkan keracunan akut pada hewan dan manusia Dalla Rosa KR, 1993, Ta marindus indica ± a widely
(Pelcza r, 1988). Moniliaceae memiliki ciri organis me adapted, multipurpose fruit tree. Agroforestry
sel-sel yang menyerupai khamir dengan pseudohifa for the Pacific Technologies no. 2. NFTA.
menghasilkan klamidiospora besar, berdinding besar, http://ms.wikipedia.org/wiki/Poko k_Asam_Jaw
berdinding tebal, bulat, koloni licin bau seperti khamir, a, diakses pada 24 Mei 2008
tumbuh pada media biakan biasa. Penisillium Depkes RI, 1985a, Tanaman Obat Nasional, jilid 1, hal
mempunyai h ifa bercabang dan berdinding tipis, serta 40, Direktorat Jenderal Pengawas obat dan
mempunyai dua nukleus atau lebih (Pelczar, 1988). Makanan, Jakarta.
Rhizopus/kapang roti atau kapang hitam termasuk Depkes RI, 1985b, Tanaman Obat Nasional, jilid 2, hal
genus yang lebih tinggi tingkat perkembangannya di 49, Direktorat Jenderal Pengawas obat dan
dalam kelas phycomycetes, merupakan patogen Makanan, Jakarta.
oportunis artinya tidak menyebabkan penyakit pada Depkes RI, 1994, Persyaratan Obat Tradisional, hal 86,
inang tetapi menyebabkan mikosis (Pelczar, 1988). Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV hal
848-852, Departemen Kesehatan Republik
Kesimpul an Indonesia, Jakarta
Berdasarkan hasil penelit ian yang telah dilakukan Pelczar, M. J., 1986, Dasar-dasar Mikrobiologi, Edisi 1,
pada jamu gendong temu ireng dan kunyit asam maka hal. 189-217, Un iversitas Indonesia ±Press,
diperoleh kesimpu lan sebagai berikut : Jakarta.
1. Angka kuman rata-rata pada media aerob adalah 7,4
x 106 dan 2,1 x 105 CFU/ ml, angka ku man rata-rata
23
Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Vol. 5 No. 1 Juni 2008

Pelczar, M. J., 1988, Dasar-dasar Mikrobiologi, Edisi 2,


hal. 643-715, Un iversitas Indonesia ±Press,
Jakarta.
Ratnawati, S., 2002, Pemeriksaan angka kuman dan
Identifikasi bakteri pada jamu gendong galian
singset di wilayah Kota Jogjakarta, Skripsi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Islam Jogjakarta, Jogjakarta.
Santoso, S.S., 2000, Penelitian Manfaat Pengobatan
Tradisional untuk Penyembuhan Penyakit
Tidak Menular, JKPKBPPK/Badan Litbang
Kesehatan Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial,
http://digilib.litbang.depkes.go.id, diakses pada
tanggal 29 April 2008.
Suharmiat i dan Handayani, L., 1998, Bahan Baku,
Khasiat dan Cara Pengolahan jamu Gendong:
Studi Kasus di Kotamadya Surabaya, Pusat
Penelit ian dan Pengembangan Pelayanan
kesehatan, Departemen Kesehatan RI,
http://www.tempo.
co.id/medika/arsip/052001/art-1.htm diakses
pada tanggal 29 April 2008.
Syahrurachman, A., 1993, Mikrobiologi Kedokteran,
hal. 103-299, Penerb it Binarupa Aksara,
Jakarta.
Tjokronegoro, A., dan Bazid, A., 1992, Semiloka Etika
Penelitian Obat Tradisional, Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai