Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No.

2337- 659
Vol.6.No.4, Oktober 2018 (126): 874- 884 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

Karakter Morfologis dan Hubungan Kekerabatan Beberapa Genotipe Kelapa


(Cocos nucifera L.) di Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan

Morphological Characteristics and Phylogenetic Relationship of Several Genotypes of


Coconut (Cocos nucifera L.) in Silau Laut District Asahan Regency

Risma Damayanti, Luthfi Aziz Mahmud Siregar*, Diana Sofia Hanafiah


Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155
*Corresponding author: luthfi2004@yahoo.com

ABSTRACT

This research aimed to identify the morphological characteristics and phylogenetic


relationship of several genotypes of coconut in Silau Laut district Asahan regency Sumatera
Utara. The research was conducted from April to Mei 2017 by survey method based on coconut
descriptor of International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI) with sampling technique
using accidental sampling. This result of research showed that in Silau Laut district there were
27 genotypes of coconut been identified. The result of morphologycal characteristics for crown
shape (spherical, hemispherical, X-shaped ‘silhouette’), flower shape (normal and additional
spathes or bracts), fruit shape (oblong, ovoid, angled, round), nut shape (pointed, ovoid, almost
round, oblate). The closest phylogenetic relationship is G41 and G42 with coefficient
dissimilarity 3,00 and farthest phylogenetic relationship is G40 and G45 with coefficient
dissimilarity 12,53. The result of dendogam showed at scale 18 was formed 5 goups.
Phylogenetic relationship of between genotypes of coconut in Silau Laut district Asahan
regency still have a close level relationship.

Keywords : Coconut, morphological characteristics, phylogenetic relationship, Silau Laut


district

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakter morfologis dan hubungan kekerabatan
beberapa genotipe kelapa di Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan Sumatera Utara.
Penelitian dilakukan dari bulan April sampai Mei 2017 dengan metode survei menggunakan
panduan deskriptor kelapa International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI) dengan
teknik pengambilan sampel secara accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
di Kecamatan Silau Laut terdapat 27 genotipe kelapa yang diidentifikasi. Hasil karakterisasi
morfologis untuk bentuk tajuk (bulat, setengah bulat, berbentuk X ‘siluet’, berbentuk V), bunga
(normal dan masih diselubungi seludang daun), buah (lonjong, bulat telur, bersiku, bulat),
tempurung (runcing, bulat telur, hampir bulat, oblate). Hubungan kekerabatan terdekat pada
G41 dan G42 dengan koefisien ketidaksamaan sebesar 3,00 dan hubungan kekerabatan terjauh
pada G40 dan G45 dengan koefisien ketidaksamaan sebesar 12,53. Hasil dendogam
menunjukkan bahwa pada skala 18 terbentuk 5 kelompok. Hubungan kekerabatan antar
genotipe kelapa di Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan masih memiliki tingkat
kekerabatan yang dekat.

Kata kunci : Kelapa, karakteristik morfologi, hubungan kekerabatan, kecamatan Silau Laut

874
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.6.No.4, Oktober 2018 (126): 874- 884 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

PENDAHULUAN mahal. Sekitar 30% perkebunan kelapa


rakyat sudah tua dan kurang produktif.
Kelapa merupakan tanaman Akibatnya produktivitas kelapa dan
perkebunan yang dijuluki sebagai tree of pendapatan petani rendah (Novarianto,
life karena semua bagian tanamannya dapat 2010).
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan Meskipun telah diperoleh data yang
masyarakat (Rajesh et al., 2013). cukup tentang produksi kelapa, namun
Pertanaman kelapa tersebar di seluruh sampai saat ini belum diketahui secara pasti
kepulauan Indonesia, sehingga diduga kelapa varietas apa yang telah
setiap daerah memiliki origin plasma nutfah dibudidayakan petani di Kabupaten
kelapa yang spesifik dan beranekaragam Asahan. Hal ini dikarenakan petani di
(Novarianto dan Tampake, 2007). daerah tersebut memperoleh bibit bukan
Pada buah kelapa ± 30% berupa dari Balai Benih Induk melainkan
daging buah yang mengandung zat-zat yang dilakukan penanaman buah kelapa yang
sangat penting untuk metabolisme tubuh. secara terus-menerus.
Sekitar 90% mengandung asam lemak Benih kelapa unggul dengan
jenuh berantai karbon sedang karakteristik cepat berbunga, habitat pohon
(C6-C12) yang lebih mudah dicerna dan pendek, resisten terhadap serangan hama
diserap tubuh. (Karouw dan Tenda, 2007). dan penyakit, hasil kopra per satuan luas
Kandungan asam lemak tak jenuh pada tinggi dengan pemupukan rendah, ukuran
daging buah/minyak kelapa adalah yang buah besar, daging buah tebal, kandungan
paling rendah dibandingkan minyak nabati minyak tinggi, dan kandungan air rendah
lainnya seperti: inti sawit, kelapa sawit, merupakan bahan tanaman yang sangat
bunga matahari dan kedelai (Foale, 2003). dibutuhkan dalam upaya meningkatkan
Sangat banyak sekali manfaat produktivitas kelapa (Mahayu dan
tanaman kelapa yang bisa dijadikan sebuah Novarianto, 2014). Dalam hal ini, upaya-
produk unggulan bernilai ekonomis tinggi. upaya perakitan kelapa unggul perlu
Mulai dari daging buah kelapa yang dilakukan. Perakitan kelapa unggul akan
dimanfaatkan sebagai olahan kopra, berhasil baik jika tersedia plasma nutfah
minyak kelapa kasar (Crude Coconut Oil), yang genetiknya beragam (Novarianto dan
VCO (Virgin Coconut Oil). Sabut kelapa Tampake, 2007).
sebagai produk serat sabut (cocofiber), Salah satu cara untuk menghasilkan
serbuk sabut (cocopeat), cocopeatbrick, benih kelapa unggul yaitu melakukan
cocomesh, cocopot, cocosheet, Coco Fiber eksplorasi ke daerah-daerah yang terdapat
Board (CFB) dan cococoir. Air kelapa banyak pohon kelapa untuk diidentifikasi
untuk nata de coco. Tempurung kelapa karakter morfologinya, diseleksi dan
untuk charcoal, carbon aktif, arang briket. selanjutnya tanaman yang terpilih dikoleksi
Akar dan batang untuk peralatan rumah pada kebun percobaan/ditanam pada blok
tangga dan lain-lain (Indahyani, 2011). pertanaman potensial di daerah tersebut
Produktivitas kelapa di Indonesia (Santosa, 2014).
tergolong rendah yaitu rata-rata 1,0 ton Berdasarkan hal tersebut penulis
kopra/ha/tahun atau 4.500 butir/ha/tahun tertarik untuk melakukan identifikasi
(Allorerung et al., 2006), padahal potensi karakter morfologis tanaman kelapa dan
produksi kelapa dapat mencapai 3–5 ton hubungan kekerabatan sebagai sumber
kopra/ha/tahun. Hal ini disebabkan petani plasma nutfah dalam mendukung progam
belum menggunakan benih kelapa unggul. pemuliaan tanaman untuk meningkatkan
Varietas kelapa di Indonesia umumnya produksi kelapa baik dari segi kualitas
kelapa Dalam dengan karakter pohon tinggi maupun kuantitas di daerah Sumatera
dan sulitnya mencari tenaga pemanjat saat Utara.
panen sehingga biaya panen semakin

875
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.6.No.4, Oktober 2018 (126): 874- 884 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

BAHAN DAN METODE - Apabila 𝜎 2 𝑝 > 2 𝑆𝑑𝜎 2 𝑝 berarti bahwa


keragaman luas (beragam)
Penelitian dilaksanakan di - Apabila 𝜎 2 𝑝 < 2 𝑆𝑑𝜎 2 𝑝 berarti bahwa
Kecamatan Kecamatan Silau Laut keragaman sempit (seragam)
Kabupaten Asahan, Sumatera Utara pada Data 36 karakter kualitatif dan
bulan April sampai Mei 2017. kuantitatif ditabulasikan kemudian
Bahan yang digunakan pada dilakukan analisis hubungan kekerabatan
penelitian ini adalah tanaman kelapa milik menggunakan progam IBM SPSS versi 21
petani di Silau Laut. Alat yang digunakan dengan analisis gerombol (cluster) untuk
adalah kamera, GPS, meteran, jangka mengetahui tingkat kekerabatan dari
sorong, timbangan, parang, cungkilan masing-masing genotipe yang
daging buah kelapa, spanduk, label, diidentifikasi. Analisis cluster digunakan
kuesioner dan alat tulis. untuk memvisualisasikan data yang
Penelitian ini merupakan penelitian multivarians (dari parameter yang diukur)
eksplorasi dengan metode survei. (Sutanto, 2009).
Pengamatan data dilakukan melalui Tahap-tahap pengolahan data hasil
karakter morfologi tanaman kelapa baik penelitian dilakukan sebagai berikut:
secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan 1. Dilakukan pengkodean terhadap tiap-
buku panduan deskriptor kelapa IPGI tiap karakter dalam bentuk angka
(Internasional Plant Genetic Resources berdasarakan ketentuan yang ada
Institute). 2. Dilakukan analisis cluster dengan
Hasil pengukuran sifat kuantitatif metode Agglomerative Hierarchical
dalam penelitian ini dibagi dalam tiga Clustering menggunakan rumus:
kategori yang disesuaikan dengan distribusi 𝑝
data pada ke 27 genotipe kelapa, sehingga
menunjukkan pola distribusi yang tetap. 𝑑𝑖, 𝑗 = √∑(𝑥𝑖𝑘 − 𝑥𝑗𝑘 )2
Analisis data fenotipe pada karakter 𝑘=1
kuantitatif ini dilakukan untuk melihat dengan:
keragaman yang ada pada populasi. 𝑑𝑖, 𝑗 = jarak antara objek 𝑖 dengan objek 𝑗
Nilai keragaman fenotipe dihitung 𝑥𝑖𝑘 = nilai objek 𝑖 pada peubah ke 𝑘
menurut Steel dan Torrie (1995) sebagai 𝑥𝑗𝑘 = nilai objek 𝑗 pada peubah ke 𝑘
berikut: 𝑝 = jumlah variabel cluster
Σ( x i − x ) 2 (Mongi, 2015).
2
𝜎 𝑝= 3. Menginterpretasikan cluster yang
N terbentuk dalam dendogam
2
𝜎 p = keragaman fenotipe Pelaksanaan penelitian dimulai dari
xi = nilai sampel ke-i penentuan lokasi penelitian secara sengaja
x = nilai rata-rata populasi ke-i (purposive sampling) berdasarkan
N = jumlah populasi yang diuji pencarian data dari BPS dan informasi dari
Selanjutnya standar deviasi masyarakat setempat. Kemudian metode
keragaman fenotipe dihitung berdasarkan pengambilan sampel kelapa dengan
rumus: accidental sampling serta melakukan
𝑆𝑑𝜎 2 𝑝 = √𝜎 2 𝑝 wawancara kepada petani setempat.
𝑆𝑑𝜎 2 𝑝 = standar deviasi keragaman Adapun peubah amatan yang
fenotipe diamati meliputi tanaman: bentuk tajuk,
Kriteria penilaian terhadap luas dan lingkar batang pada 20 cm dari permukaan
sempitnya keragaman dihitung berdasarkan tanah, lingkar batang pada 1,5 m dari
Anderson dan Bancroft (1952) sebagai permukaan tanah, tinggi pohon, pola
berikut: pertumbuhan batang. Daun: warna tangkai
daun, panjang tangkai daun, tebal tangkai
876
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.6.No.4, Oktober 2018 (126): 874- 884 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

daun, lebar tangkai daun, panjang rachis, dengan tanaman lainnya seperti kelapa
jumlah anak daun, panjang anak daun, lebar sawit, pinang, mangga, pisang dan
anak daun, warna anak daun. sebagainya. Beberapa petani masih
Bunga: tipe pembungaan, warna tangkai membudidayakan kelapa dalam, namun
bunga, warna bunga betina, warna bunga sebagian lainnya lebih memilih untuk
jantan, panjang tangkai bunga, tebal tangkai membudidayakan kelapa genjah. Hal ini
bunga, jumlah spikelet dengan bunga dikarenakan kelapa dalam memiliki
betina, jumlah spikelet tanpa bunga betina, karakter pohon tinggi sehingga lebih sering
jumlah bunga betina dalam satu karangan, tersambar petir dan sulitnya mencari tenaga
diameter bunga betina. pemanjat saat panen sehingga biaya panen
Buah: jumlah tandan per pohon, jumlah semakin mahal.
buah per tandan, warna buah, bentuk buah, Hasil wawancara yang dilakukan
bentuk buah polar, bentuk buah equatorial, pada petani menyatakan bahwa penanaman
bentuk tempurung (buah tanpa sabut), berat kelapa yang mereka lakukan diawali karena
buah, berat sabut, berat tempurung, berat ketertarikan mereka akan julukan tanaman
daging buah, tebal daging buah. kelapa sebagai tanaman multiguna, dimana
semua bagian dari tanaman kelapa tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN dapat bermanfaat bagi kehidupan mereka.
Selain itu teknik budidaya tanaman kelapa
Penelitian dilakukan di Kecamatan sangatlah mudah karena secara umum tidak
Silau Laut, dari kecamatan ini diambil tiga membutuhkan pemeliharaan yang khusus.
desa dan tiap desa diambil tiga petani. Sebagian petani atau masyarakat
Setiap petani diambil tiga sampel tanaman pemilik tanaman kelapa yang diwawancarai
kelapa yang akan diidentifikasi sehingga memperoleh bibit tanaman kelapanya dari
diperoleh 27 genotipe kelapa yang tersebar agen penjual bibit kelapa di daerah tersebut.
di tiga desa (Tabel 1). Sebagian lainnya menggunakan bibit
kelapa yang sudah tua dan jatuh dari
Budidaya kelapa yang dilakukan pohonnya, sehingga tidak bisa diketahui
petani di Kecamatan Silau Laut sebagian apakah bibit itu bagus atau tidak. Hal inilah
besar sudah merupakan tanaman yang yang membuat hasil produksi kelapa
dibudidayakan dalam jumlah banyak pada masyarakat menurun dan tidak sesuai
suatu luasan lahan tetapi ada juga yang dengan harapan. Selain itu beberapa petani
ditemukan di pekarangan rumah dengan menyebut asal bibit kelapa yang mereka
jumlah yang sedikit. Sebagian petani tanam sebagai varietas lokal bukan karena
menanam kelapa dengan pola tanam telah ada pelepasan varietas oleh instansi
monokultur namun sebagian petani lainnya terkait melainkan karena bibit yang mereka
menggunakan sistem polikultur yang peroleh berasal dari daerah mereka sendiri.
menggabungkan antara tanaman kelapa

Tabel 1. Analisis data umum lokasi penelitian dan kondisi tanaman


Umur Ketinggia
Kode
Kecamatan Desa Tanaman n tempat Titik Koordinat
Genotipe
(tahun) (mdpl)
Silau Laut Bangun G28 10 16 N 03003.450’
Sari E 099041.555’
G29 10 22 N 03003.457’
E 099041.559’
G30 10 13 N 03003.453’
E 099041.554’

877
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.6.No.4, Oktober 2018 (126): 874- 884 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

G31 4 17 N 03003.180’
E 099041.901’
G32 4 22 N 03003.184’
E 099041.901’
G33 4 27 N 03003.176’
E 099041.903’
G34 10 21 N 03003.967’
E 099042.217’
G35 10 23 N 03003.968’
E 099042.205’
G36 10 26 N 03003.965’
E 099042.213’
Silo Baru G37 15 17 N 03005.827’
E 099044.608’
G38 15 16 N 03005.807’
E 099044.610’
G39 15 16 N 03005.801’
E 099044.610’
G40 5 14 N 03005.858’
E 099044.427’
G41 5 14 N 03005.865’
E 099044.429’
G42 5 14 N 03005.866’
E 099044.429’

G43 30 15 N 03006.022’
E 099044.074’
G44 30 15 N 03006.024’
E 099044.071’
G45 30 18 N 03006.026’
E 099044.062’
Silo Lama G46 10 23 N 03004.976’
E 099042.370’
G47 10 23 N 03004.976’
E 099042.370’
G48 10 23 N 03004.979’
E 099042.370’
G49 4 25 N 03005.311’
E 099042.586’
G50 4 24 N 03005.310’
E 099042.589’
G51 4 24 N 03005.315’
E 099042.589’
G52 11 21 N 03004.866’
E 099042.131’
G53 11 21 N 03004.870’
E 099042.130’
G54 11 21 N 03004.874’
E 099042.128’

878
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.6.No.4, Oktober 2018 (126): 874- 884 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

Karakter Morfologis Kelapa Selain itu, pola pertumbuhan batang kelapa


Berdasarkan pengamatan terhadap umumnya lengkung, namun terdapat satu
karakter morfologis pohon, ditemukan 4 genotipe kelapa dengan pola pertumbuhan
macam bentuk tajuk dari ke 27 genotipe batang tertunduk yaitu pada G34. Hal ini
kelapa yang diidentifikasi yaitu bulat, disebabkan adanya tanaman lain yang
setengah bulat, berbentuk X ‘siluet’ dan menghalangi masuknya intensitas sinar
berbentuk V (Gambar 1). Pada umumnya matahari sehingga pertumbuhan batang
bentuk tajuk kelapa yang ditemukan adalah kelapa dapat melengkung bahkan tertunduk
setengah bulat yang terdapat pada G30, G33, mengikuti arah datangnya sinar matahari.
G34, G39, G40, G41, G42, G50, G51 dan G52.

Gambar 1. Perbedaan karakter morfologis pohon, bunga dan buah kelapa di Kecamatan
Silau Laut

879
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.6.No.4, Oktober 2018 (126): 874- 884 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

Berdasarkan hasil pengamatan yaitu sebesar 13,7 mm dengan berat buah


terhadap karakter morfologi daun diketahui tergolong kategori rendah yaitu sebesar
bahwa secara umum warna anak daun 1.800 g dan berat sabut tergolong sedang
berwarna hijau, warna tangkai daun yaitu sebesar 900 g
berwarna kuning kehijauan, panjang anak Berdasarkan hasil identifikasi dari
daun berkisar 100-150 cm. masing-masing genotipe tanaman kelapa
Hasil identifikasi terhadap karakter di Kecamatan Silau Laut peneliti
morfologi bunga ditemukan 2 tipe menyarankan beberapa genotipe yang bisa
pembungaan kelapa yaitu normal (seludang dijadikan sumber tetua dengan beberapa
daun sudah mengering atau bahkan telah karakter spesifik sesuai dengan
terlepas dari manggar) dan masih keunikannya masing-masing diantaranya
diselubungi seludang daun atau daun G46 dengan karakter daging buah tebal, G49
pelindung (Gambar 1). Secara umum tipe dengan jumlah buah yang banyak, dan G35
pembungaannya adalah masih diselubungi dengan karakter morfologi warna buah dan
seludang daun atau daun pelindung, warna bentuk tempurung (buah tanpa sabut) yang
tangkai bunga dan bunga betina berwarna unik (berbeda dengan warna dan bentuk
kuning, warna bunga jantan berwarna tempurung buah yang lain).
kuning kehijauan namun terdapat satu
genotipe dengan warna bunga jantannya Keragaman Fenotipe
adalah jingga kekuningan yaitu pada G40. Berdasarkan keragaman fenotipe
Berdasarkan identifikasi terhadap pada 27 genotipe kelapa di Kecamatan
karakter morfologi buah ditemukan 4 Silau Laut (Tabel 2) yang dianalisis
macam bentuk buah yaitu lonjong terdapat berdasarkan perbandingan nilai keragaman
pada G29, G31, G40 dan G54, bulat telur dengan standar deviasi menunjukkan
terdapat pada G34, G35, dan G53, bersiku bahwa terdapat enam karakter dengan
terdapat pada G30 dan G52, bulat terdapat kriteria sempit (keseragaman tinggi) yaitu
pada G28, G32, G33, G36, G37, G38, G39, G41, pada karakter tebal tangkai daun, lebar
G42, G43, G44, G45, G46, G47, G48, G49, G50 tangkai daun, lebar anak daun, tebal tangkai
dan G51. Pada karakter bentuk tempurung bunga, jumlah buah per tandan, dan tebal
ditemukan 4 macam yaitu runcing terdapat daging buah sehingga seleksi pada karakter
pada G35, bulat telur terdapat pada G30 dan ini tidak akan berpeluang untuk perbaikan
G39, hampir bulat terdapat pada G43, oblate sifat.
terdapat pada G28, G29, G31, G32, G33, G34, Sedangkan karakter dengan kriteria
G36, G37, G38, G40, G41, G42, G44, G45, G46, luas (keragaman tinggi) yaitu pada karakter
G47, G48, G49, G50, G51, G52, G53 dan G54 lingkar batang pada 20 cm dari permukaan
(Gambar 1). tanah, lingkar batang pada 1.5 m dari
Berdasarkan hasil identifikasi permukaan tanah, tinggi pohon, panjang
menunjukkan bahwa pada karakter berat tangkai daun, panjang rachis, jumlah anak
buah tertinggi terdapat pada G43 yaitu daun, panjang anak daun, panjang tangkai
sebesar 3.600 g, namun berat sabutnya bunga, jumlah spikelet dengan bunga
tergolong kategori tinggi yaitu sebesar betina, jumlah spikelet tanpa bunga betina,
1.700 g dan tebal daging buah tergolong jumlah bunga betina dalam satu karangan,
sedang yaitu sebesar 10,3 mm. Pada diameter bunga betina, jumlah tandan per
karakter berat sabut terendah pada G48 yaitu pohon, berat buah, berat sabut, berat
sebesar 400 g, namun berat buahnya tempurung, dan berat daging buah sehingga
tergolong kategori rendah yaitu sebesar sangat berguna untuk kegiatan seleksi yang
1.100 g dan tebal daging buah tergolong diharapkan memberikan peluang besar
tinggi yaitu sebesar 11,2 mm. Pada karakter untuk perbaikan sifat-sifat tersebut.
tebal daging buah tertinggi terdapat pada G4

880
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.6.No.4, Oktober 2018 (126): 874- 884 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

Tabel 2. Keragaman Fenotipe Kelapa di Kecamatan Silau Laut Berdasarkan Perbandingan


Nilai Keragaman dengan Standar Deviasi
Lokasi Penelitian
Karakter Silau Laut
Rataan 𝜎 2𝑝 𝑆𝑑𝜎 2 𝑝 2 𝑆𝑑𝜎 2 𝑝 Kriteria
Lingkar batang pada 20 cm dari
78.04 921.22 30.35 60.7 Luas
permukaan tanah (cm)
Lingkar batang pada 1.5 m dari
57.26 219.01 14.8 29.6 Luas
permukaan tanah (cm)
Tinggi pohon (m) 6.28 18.22 4.27 8.54 Luas
Panjang tangkai daun (cm) 111.84 46.93 6.85 13.7 Luas
Tebal tangkai daun (cm) 2.99 0.21 0.45 0.9 Sempit
Lebar tangkai daun (cm) 6.59 0.69 0.83 1.66 Sempit
Panjang rachis (cm) 344.78 1977.95 44.47 88.94 Luas
Jumlah anak daun 98.11 107.5 10.36 20.72 Luas
Panjang anak daun (cm) 109.33 137.48 11.73 23.46 Luas
Lebar anak daun (cm) 5.12 0.67 0.82 1.64 Sempit
Panjang tangkai bunga (cm) 28.42 8.21 2.87 5.74 Luas
Tebal tangkai bunga (cm) 2.16 0.02 0.17 0.34 Sempit
Jumlah spikelet dengan bunga
19 81.26 9.01 18.02 Luas
betina
Jumlah spikelet tanpa bunga betina 14.26 96.34 9.82 19.64 Luas
Jumlah bunga betina dalam satu
22.44 206.1 14.35 28.7 Luas
karangan
Diameter bunga betina (mm) 23.13 10.24 3.2 6.4 Luas
Jumlah tandan per pohon 10.63 7.94 2.82 5.64 Luas
Jumlah buah per tandan 4.92 1.92 1.39 2.78 Sempit
Berat buah (g) 1578.89 336054.32 579.7 1159.4 Luas
Berat sabut (g) 826.67 131229.63 362.25 724.5 Luas
Berat tempurung (g) 190 4251.85 65.2 130.4 Luas
Berat daging buah (g) 296.29 6001.1 77.47 154.94 Luas
Tebal daging buah (mm) 10.53 1.84 1.36 2.72 Sempit

Sesuai dengan penelitian Tampake 3 kecamatan di Kabupaten Kebumen


dan Luntungan (2002) tentang keragaman menunjukkan bahwa terdapat keragaman
morfologi 228 pohon kelapa Dalam dan morfologi pada 54 pohon kelapa yang
kelapa Genjah hasil koleksi 19 populasi diamati dari kebun rakyat yaitu pada
kelapa lokal dari beberapa pulau di karakter tinggi dan lingkar batang, panjang
Indonesia menunjukkan keragaman dan lebar tangkai daun, tebal daging buah,
fenotipe luas pada karakter lingkar batang berat utuh buah, berat air dan tempurung
pada 20 cm dan 1,5 m dari permukaan buah dan lain-lain.
tanah, jumlah dan panjang anak daun,
panjang tangkai bunga dan lain-lain. Hubungan Kekerabatan
Sedangkan karakter yang sempit yaitu lebar Semakin kecil nilai dissimilaritas
tangkai daun, tebal tangkai daun, lebar anak antar variabel satu dengan variabel yang
daun, tebal tangkai bunga. Penelitian yang lain, maka hubungan kekerabatan antara
sama oleh Aristya et al (2009) tentang dua variabel tersebut semakin dekat atau
keragaman morfologi tanaman kelapa dari

881
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.6.No.4, Oktober 2018 (126): 874- 884 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

semakin besar tingkat kemiripannya dan tempurung, berat daging buah dan tebal
sebaliknya (Santoso, 2002). daging buah.
Tabel 3. Hubungan Kekerabatan Genotipe Analisis hubungan kekerabatan
Kelapa di Kecamatan Silau Laut dilakukan pada data hasil pengamatan yang
Kabupaten Asahan Dilihat dari meliputi 36 karakter kualitatif dan
Dissimilarity Matrix kuantitatif dari 27 genotipe kelapa yang
Hubungan Nilai diidentifikasi menggunakan teknik
No hierarchical cluster analysis, yaitu
Kekerabatan Dissimilaritas
1 G41 G42 3,000 mengelompokkan obyek berdasarkan
2 G28 G32 3,000 kesamaan karakteristik yang terdapat
3 G31 G54 3,873 diantara obyek-obyek tersebut. Obyek
4 G41 G48 4,000 tersebut diklasifikasikan ke dalam satu atau
5 G33 G41 4,243 lebih cluster (kelompok) sehingga obyek-
6 G40 G46 10,954 obyek yang berada dalam satu cluster akan
7 G39 G40 11,045 mempunyai kemiripan satu dengan yang
8 G40 G44 11,180 lain (Santoso, 2002).
9 G40 G43 12,042 Berdasarkan dendogam yang
10 G40 G45 12,530 terbentuk (Gambar 2) diperoleh lima
kelompok hubungan kekerabatan pada
Berdasarkan Tabel 3 (dissimilarity skala jarak kekerabatan (euclidean distance
matrix) diketahui bahwa hubungan scale) 18. Kelompok 1 terdiri atas 21
kekerabatan terdekat terdapat pada G41 dan genotipe kelapa yaitu G28, G29, G31, G32,
G42 yang berasal dari desa Silo Baru dengan G33, G34, G36, G37, G38, G39, G41, G42, G46,
nilai dissimilaritas sebesar 3,00 dengan G47, G48, G49, G50, G51, G52, G53 dan G54
adanya 7 perbedaan karakter dari 36 yang disatukan oleh 2 karakter yang sama
karakter yang diidentifikasi yaitu panjang yaitu tinggi pohon dan warna daun
tangkai daun, panjang rachis, panjang anak berwarna hijau
daun, tebal tangkai bunga, jumlah spikelet
dengan bunga betina, berat daging buahan
tebal daging buah.
Hubungan kekerabatan terjauh
terdapat pada G40 dan G45 yang berasal dari
desa Silo Baru dengan nilai dissimilaritas
sebesar 12,53 dengan adanya 28 perbedaan
karakter dari 36 karakter yang diidentifikasi
yaitu bentuk tajuk, lingkar batang pada 20
cm dari permukaan tanah, lingkar batang
pada 1.5 m dari permukaan tanah, tinggi
pohon, pola pertumbuhan batang, warna
tangkai daun, panjang tangkai daun, tebal
tangkai daun, lebar tangkai daun, panjang
rachis, jumlah anak daun, lebar anak daun,
tipe pembungaan, warna tangkai bunga,
warna bunga betina, warna bunga jantan,
tebal tangkai bunga, jumlah spikelet dengan
bunga betina, jumlah spikelet tanpa bunga
betina, jumlah bunga betina dalam satu
karangan, warna buah, bentuk buah, bentuk
buah polar, berat buah, berat sabut, berat
Gambar 2. Dendogam Pengelompokan
Kelapa di Kecamatan 882
Silau Laut Kabupaten
Asahan
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.6.No.4, Oktober 2018 (126): 874- 884 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

Kelompok kedua hanya terdiri atas persamaan kemunculan morfologi luar


1 genotipe kelapa yaitu G30. Karakter spesies suatu tanaman dapat digunakan
khusus yang hanya dimiliki G30 adalah untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan
warna bunga jantan yang berwarna hijau kekerabatan.
kekuningan. Kelompok ketiga terdiri atas 3
genotipe kelapa yaitu G43, G44 dan G45 yang SIMPULAN
disatukan oleh 13 karakter yang sama yaitu
bentuk tajuk, panjang tangkai daun, warna Terdapat 27 genotipe kelapa yang
daun, tipe pembungaan, warna bunga ditemukan dan telah diidentifikasi di
jantan, jumlah bunga betina dalam satu Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan.
karangan, diameter bunga betina, jumlah Hasil karakterisasi morfologis untuk bentuk
tandan per pohon, jumlah buah per tandan, tajuk (bulat, setengah bulat, berbentuk X
bentuk buah, bentuk buah polar, bentuk ‘siluet’, berbentuk V), bunga (normal dan
buah equatorial dan berat sabut. masih diselubungi seludang daun), buah
Kelompok keempat hanya terdiri (lonjong, bulat telur, bersiku, bulat),
atas 1 genotipe kelapa yaitu G35. Karakter tempurung (runcing, bulat telur, hampir
khusus yang hanya dimiliki G35 adalah bulat, oblate). Hubungan kekerabatan
bentuk tempurung yang runcing. Kelompok terdekat pada G41 dan G42 dengan koefisien
kelima juga hanya terdiri atas ketidaksamaan sebesar 3,00 dan hubungan
1 genotipe kelapa yaitu G40. Karakter kekerabatan terjauh pada G40 dan G45
khusus yang hanya dimiliki G40 adalah dengan koefisien ketidaksamaan sebesar
warna bunga jantan yang berwarna jingga 12,53. Hasil dendogam menunjukkan
kekuningan. Namun, G35 dan G40 sama- bahwa pada skala 18 terbentuk 5 kelompok.
sama memiliki karakter warna buah
berwarna jingga. Kedua genotipe ini DAFTAR PUSTAKA
memiliki jarak euclidean yang cukup besar
saat dibandingkan dengan kelima puluh dua Allorerung, D., Z. Mahmud dan B.
genotipe lainnya. Karakter inilah yang Prastowo. 2006. Peluang kelapa
menyebabkan G35 dan G40 terpisah sendiri untukpengembangan produk
dari kelompok lainnya dan memiliki jarak kesehatan dan biodisel. Buku 1,
euclidean yang cukup besar. Prosiding: Konperensi Nasional
Hasil analisis dendogam hubungan Kelapa VI. Gorontalo, 16-18 Mei
kekerabatan 27 genotipe kelapa yang 2006. Badan Penelitian dan
diidentifikasi di Kecamatan Silau Laut Pengembangan Pertanian. Pusat
menunjukkan bahwa terdapat beberapa Penelitian dan Pengembangan
genotipe yang berasal dari daerah yang Perkebunan. 12-31.
sama tidak selalu berada dalam kelompok Anderson, R. L. dan T. A. Bancroft. 1952.
yang sama. Pengelompokkan yang Statistical Theory in Research. Mc
terbentuk ini disebabkan adanya persamaan Gaw Hill Book Company, New
maupun perbedaan dari masing-masing York, USA.
karakter yang diamati, baik karena faktor Aristya, V. E., D. Prajitno, Supriyanta dan
genetik maupun lingkungan tumbuhnya. Taryono. 2009. Kajian aspek
Semakin banyak persamaan dari masing- budidaya dan identifikasi
masing karakter, maka semakin dekat keragaman morfologi tanaman
hubungan kekerabatannya. Sebaliknya jika kelapa (Cocos nucifera L.) di
semakin banyak perbedaan dari masing- kabupaten Kebumen. Vegetalika. 2
masing karakter, maka semakin jauh (1): 101-115.
hubungan kekerabatannya. Hal ini sesuai Foale. 2003. Coconut in the human diet-an
dengan pendapat Suskendriyati et al (2000) excellent component. Coco info
yang menyatakan bahwa perbedaan atau International. 10 (2): 17-19.

883
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 659
Vol.6.No.4, Oktober 2018 (126): 874- 884 https://jurnal.usu.ac.id/agroekoteknologi

Indahyani, T. 2011. Pemanfaatan limbah benih unggul di indonesia.


sabut kelapa pada perencanaan Perspektif. 13 (2): 99-110.
interior dan furniture yang Steel. R. G. D. dan J. H. Torrie. 1995.
berdampak pada pemberdayaan Prinsip dan Prosedur Statistika.
masyarakat miskin. Humaniora. 2 Terjemahan Bambang Sumantri.
(1): 15-17. PT. Gamedia. Jakarta.
Karouw, S. dan E. T. Tenda. 2007. Daging Suskendriyati, H., A. Wijayati., N. Hidayah
buah kelapa: Sumber asam lemak dan D. Cahyuningdari. 2000. Studi
dan asam amino essensial. morfologi dan hubungan
Prosiding: Konperensi Nasional kekerabatan varietas salak pondoh
Kelapa VI. Buku 2. Badan (Salacca zalacca (Gaert.) Voss.) di
Penelitian dan Pengembangan dataran tinggi sleman. UNS.
Pertanian. Pusat Penelitian dan Surakarta.
Pengembangan Perkebunan. 220- Sutanto, H. T. 2009. Cluster Analysis.
226. Prosiding. ISBN: 978-979-16353-
Mahayu, W. M. dan H. Novarianto. 2014. 3-2: 681-689.
Karakteristik generasi selfing Tampake, H. dan H. T. Luntungan. 2002.
kelapa Dalam Mapanget untuk Pendugaan parameter genetik dan
seleksi pohon induk sumber polen. korelasi antar sifat-sifat morfologi
Buletin Palma. 15 (1): 24-32. kelapa (Cocos nucifera Linn.).
Mongi, C. E. 2015. Penggunaan analisis Jurnal Littri. 8 (3): 97-102.
two step clustering untuk data
campuran. Universitas
Samratulangi. Manado. JdC, Vol
4:1.
Novarianto, H. dan H. Tampake. 2007.
Pengembangan industri benih
kelapa berbasis PVT dan pelestarian
plasma nutfah in situ. Balai
Penelitian Tanaman Kelapadan
Palma Lainnya. Manado.
Novarianto, H. 2010. Karakteristik bunga
dan buah hasil persilangan kelapa
Hibrida Genjah x Genjah. Buletin
Palma. 39: 100-110.
Rajesh, M. K., Jerard B. A., Preethi P.,
Thomas R. J., Fayas T. P., Rachana
K. E. dan Karun A.
2013. Development of a RAPD-
derived SCAR marker associated
with tall-type palm trait in coconut.
Sci Hortic. 150: 312-316.
Santoso, S. 2002. Buku Latihan SPSS
Statistik Multivariat. PT Elex
Media Komputindo. Jakarta.
Santosa, B. 2014. Status pemuliaan
tanaman kelapa dalam penyediaan

884

Anda mungkin juga menyukai