Physical and Chemical Quality of Crystal' Guava On Different Branch Position
Physical and Chemical Quality of Crystal' Guava On Different Branch Position
Kualitas Fisik dan Kimia Buah Jambu ‘Kristal’ pada Letak Cabang yang Berbeda
123
Bul. Agrohorti 7(2) : 123-129 (2019)
Penelitian ini menggunakan metode cm. Satu panelis mendapat satu potong buah.
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas Pengujian organoleptik ini dilakukan sebanyak 2
satu faktor yaitu letak buah pada beberapa tunas kali.
yang muncul dari: 1. cabang primer (C1); 2. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis
cabang sekunder (C2) dan 3. cabang tersier (C3). untuk mengetahui pengaruh perlakuan letak
Masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak 5 cabang terhadap peubah yang diamati dengan
kali ulangan, sehingga terdapat 15 satuan menggunakan uji F. Dilakukan uji lanjut dengan
percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas menggunakan uji Duncan Multiple Range Test
2 buah jambu kristal. (DMRT) pada taraf α 5% jika pada uji F
Penelitian ini diawali dengan pemilihan dan menunjukkan pengaruh yang nyata.
penandaan masing-masing dua sampai lima bunga
pada masing-masing letak cabang yang telah HASIL DAN PEMBAHASAN
ditentukan. Pembungkusan buah dilakukan pada
saat buah berumur 4 minggu setelah bunga mekar. Kondisi Umum Percobaan
Pemeliharaan yang dilakukan yaitu pemupukan,
Data ilklim pada lokasi penelitian yang
pengendalian gulma, penjarangan buah,
diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika
pemangkasan dan pengendalian hama dan
(BMKG 2017) wilayah Dramaga, Bogor,
penyakit tanaman. Pemeliharaan dilakukan untuk
menunjukkan bahwa suhu rata-rata bulanan
menjaga tanaman tetap dalam kondisi optimal
berkisar antara 25 oC sampai 26.4 oC, rata-rata
untuk perkembangan buah. Pemupukan dilakukan
curah hujan bulanan berkisar antara 284 mm
3 bulan sekali menggunakan pupuk TSP, KCL
sampai 526 mm, rata-rata kelembaban 84%
dan NPK mutiara. Pengendalian gulma dilakukan
sampai 88%. Ketinggian lokasi penelitian yaitu
secara mekanik dan kimia sesuai kebutuhan.
180 m dpl. Tanaman jambu biji dapat tumbuh
Pengendalian hama dan penyakit tanaman
dengan baik pada ketinggian 5 – 1 200 m (Balitbu,
dilakukan secara mekanik dan kimia sesuai
2014). Menurut Soetopo (1992) suhu optimum
kebutuhan. Panen dilakukan saat buah sudah
untuk pertumbuhan jambu biji adalah 23 – 28 oC,
berumur 14 minggu setelah antesis atau saat kulit
curah hujan optimum 1 000 – 2 000 mm tahun-1.
buah berwarna hijau cerah. Panen dilakukan pagi
Kelembaban udara yang baik berkisar antara 30 –
atau sore hari untuk menghindari kehilangan air
50% (Balitbu, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa
berlebih pada buah. Buah yang telah dipanen
kondisi kelembaban lokasi penelitian terlalu tinggi
dibawa ke laboratorium pascpanen yang
untuk pertumbuhan tanaman jambu biji.
selanjutnya dilakukan uji kualitas buah.
Pengamatan yang dilakukan terdiri atas Rekapitulasi Sidik Ragam
perkembangan buah, kualitas fisik, kualitas kimia Hasil rekapitulasi nilai tengah
dan uji Organoleptik. Pengamatan perkembangan menunjukkan letak cabang tidak berpengaruh
buah dilakukan setelah buah dibrongsong, diamati terhadap diameter horizontal buah, diameter
setiap satu minggu sekali. Parameter yang diamati vertikal buah, bobot buah, kelunakan, PTT, ATT
pada perkembangan buah meliputi diameter dan kemulusan buah (Tabel 1).
horizontal buah, diameter vertikal buah, warna
buah, jumlah daun, luas daun dan diameter Perkembangan Buah
batang. Parameter warna buah diamati secara Letak cabang tidak berpengaruh terhadap semua
visual dengan memberikan nilai 1, 2, 3, 4 dan 5 parameter perkembangan buah yang meliputi,
untuk warna hijau tua, hijau, hijau cerah, hijau jumlah daun, diameter cabang, diameter
kekuningan dan kuning. Pengamatan kualitas fisik horizontal buah, diameter vertikal buah dan
dilakukan setelah buah dipanen, parameter yang warna buah. Diameter cabang dan jumlah daun
diamati meliputi bobot buah, kelunakan buah, diukur pada masing-masing perlakuan yang
serta kemulusan buah. Pengamatan kualitas fisik dilakukan (Tabel 2). Rata-rata jumlah daun pada
buah terdiri atas, pengujian Padatan Terlarut Total tunas berkisar antara 6 sampai 8. Rata-rata
(PTT) dan Total Asam Tertitrasi (TAT). diameter tunas pada ketiga perlakuan cenderung
Pengamatan uji organoleptik dilakukan oleh 30 memiliki ukuran yang sama, dengan nilai
panelis, dengan menggunakan lima penilaian, berkisar antara 4.01 sampai 4.16 mm.
yaitu penampilan, rasa buah, tekstur daging buah, Hasil penelitian sebelumnya yang
aroma buah dan warna daging buah. Masing- dilakukan Romalasari (2016), menunjukkan
masing diskoring dengan memberikan nilai 1-4. bahwa pertambahan jumlah daun dengan
Kriteria penilaian tersebut adalah (1) tidak suka, pengaturan leaf fruit ratio diikuti dengan
(2) agak suka, (3) suka dan (4) sangat suka. Buah pertambahan diameter horizontal dan bobot buah
jambu dipotong membujur dengan ketebalan 2 pada saat panen. Zhen- gui (2008) menyatakan
perlakuan ketiga cabang tidak berbeda nyata letak cabang. Nilai kelunakan buah berkisar antara
pada seluruh minggu pengamatan. Rata-rata 21.10 sampai 22.33 mm 50g-1 5s-1. Hal ini diduga
warna buah pada 3 sampai 8 MSA memiliki karena kelunakan buah dipengaruhi oleh tingkat
warna yang sama, yaitu hijau tua. Buah mulai kematangan buah. Kelunakan buah dapat menjadi
berubah warna menjadi hijau pada 9 sampai 12 indikasi tingkat kematangan buah (Rajkumar et
MSA. Perubahan dari warna hijau sampai hijau al., 2016). Pelunakan buah selama pematangan
cerah terjadi pada 12 sampai 14 MSA (Tabel 4). buah jambu biji diikuti dengan menurunnya
Perubahan warna buah dari hijau menjadi kuning jumlah total pektin (Mamede et al., 2016). Pektin
diakibatkan oleh degradasi pada korofil dan merupakan substansi yang mengatur kekerasan
sintesis karotenoid (Ooi et al., 2016). Selama buah jambu biji pada masa awal perkembangan
proses pematangan buah mengalami perubahan buah (Carvalho et al., 2009).
warna, tekstur dan rasa yang mengindikasikan Nilai kemulusan buah pada perlakuan
berlangsungnya perubahan komposisi kimia cabang berkisar antara 82.50 sampai 87.17 %.
(Bashir dan Abu-Goukh, 2003). Kemulusan buah tidak dipengaruhi oleh letak
cabang. Nilai kemulusan yang mencapai 87.17 %
Tabel 4. Rataan warna buah ketiga cabang pada
diperoleh karena dilakukannya pembrongsongan.
pada 4, 8, 12, dan 14 MSA
Menurut Noorbaiti et al., (2013), buah yang tidak
Perlakuan Warna Buah dibrongsong akan terserang hama dan penyakit
4 MSA 8 MSA 12 MSA 14 MSA yang akan mengakibatkan buah busuk dan rontok.
C1 1 1 2 3
C2 1 1 2 3 Kualitas Kimia
C3 1 1 2 3
Rataan 1 1 2 3 Letak cabang tidak berpengaruh terhadap
kandungan PTT dan ATT buah jambu ‘Kristal’.
Keterangan: C1: Cabang primer; C2: Cabang sekunder; C3:
Cabang tersier; Warna, 1: Hijau Tua; 2: Hijau;
Nilai PTT buah berkisar antara 8.29 sampai 9.23
3: Hijau cerah; 4: Hijau Kekuningan obrix. Nilai ATT buah cenderung memiliki nilai
yang sama, yaitu berkisar antara 0.22 sampai 0.23
Kualitas Fisik %. Kandungan kimia buah dipengaruhi oleh
Kualitas fisik buah diukur pada 14 MSA. tingkat kemasakan buah. Perubahan fisiologi,
Letak buah pada cabang tidak berpengaruh biokimia dan struktural dalam jumlah yang besar
terhadap bobot buah, kelunakan buah dan terjadi selama pematangan buah, termasuk
kemulusan buah (Tabel 5). Nilai bobot buah pada degradasi pati atau polisakarida lain, produksi
cabang primer, sekunder dan tersier berkisar gula, sintesis pigmen dan senyawa volatil serta
antara 181.01 sampai 217.81 g. Bobot buah pada pelarutan sebagian dinding sel (Dolkar et al.,
cabang primer (217.81 g) cenderung lebih besar 2017).
dari cabang tersier (181.01 g). Hal ini diduga Tabel 6. Pengaruh letak cabang terhadap kualitas
karena cabang primer memiliki diameter cabang kimia buah pada 14 MSA
yang lebih besar dibandingkan dengan cabang
Perlakuan Kualitas Kimia
sekunder dan tersier. Diameter cabang primer
PTT (obrix) ATT (%)
yang lebih besar diduga memiliki peran yang
C1 8.29 0.23
lebih besar dalam mendukung perkembangan
C2 8.35 0.23
buah (yang berada didekatnya) dibandingkan C3 9.23 0.22
dengan cabang sekunder dan tersier. Loescher et
Keterangan: C1: Cabang primer; C2: Cabang sekunder; C3:
al. (1990) menyatakan bahwa simpanan Cabang tersier
karbohidrat biasa ditemukan pada bagian
menahun tanaman, seperti akar dan batang. Nilai PTT buah jambu pada penelitian ini
diukur dan dipanen dengan penampilan kulit
Tabel 5. Pengaruh letak cabang terhadap kualitas berwarna hijau cerah. Nilai kisaran hasil
fisik buah pada 14 MSA pengujian PTT dan ATT setara dengan penelitian
Perlakuan Kualitas Fisik Buah Widodo et al. (2012), bahwa nilai PTT jambu
Bobot Kelunakan Kemulusan ‘Kristal’ sebesar 9.83 obrix dan kandungan ATT
(g) (mm 50g-1 5s-1) Buah (%) sebesar 0.23%.
C1 217.81 21.10 87.17
C2 213.59 21.46 82.50 Uji Organoleptik
C3 181.01 22.33 82.67
Pengujian organoleptik buah jambu
Keterangan: C1: Cabang primer; C2: Cabang sekunder; C3:
‘Kristal’ dilakukan oleh 30 panelis. Penilaian
Cabang tersier
menggunakan skoring dengan skala yang
Kelunakan buah tidak dipengaruhi oleh diberikan pada sampel yaitu tidak suka, agak
suka, suka dan sangat suka dengan skor 1, 2, 3 warna, aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan buah.
dan 4. Batas penerimaan konsumen ada pada skor Terdapat kecenderungan buah yang tumbuh pada
2 yang berarti agak suka. Nilai standar deviasi tunas yang muncul dari cabang primer dan cabang
berkisar antara 0.3 sampai 0.6 yang berarti sampel sekunder memiliki bobot dan diameter yang lebih
yang digunakan cukup homogen. tinggi dibandingkan dengan cabang tersier.
Hasil pengujian tingkat kesukaan panelis
pada penampilan buah jambu ‘Kristal’ berkisar DAFTAR PUSTAKA
antara 2.9 sampai 3.3, yang berarti panelis
menyukai penampilan buah pada ketiga [Balitbu] Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika.
perlakuan (Gambar 3). Skor kesukaan panelis 2014. Budidaya jambu biji.
pada warna buah berkisar antara 3.0 sampai 3.2. http://hortikultura. litbang.pertanian.go.id/.
Skor yang diberikan panelis terhadap tekstur [12 Agustus 2017].
buah berkisar antara 3.1 sampai 3.4. Nilai Bashir, H.A., A.B.A Abu-Goukh. 2003.
kesukaan panelis pada aroma buah berkisar Compositional changes during guava fruit
antara 2.8 sampai 3.1. Nilai kesukaan panelis ripening. Food Chemistry. 80(4):557-563.
pada rasa buah berkisar antara 3.1 sampai 3.4.
Penilaian secara keseluruhan buah, panelis Blanke, M.M. 2009. Regulatory mechanisms in
menyukai buah pada tunas yang muncul dari source sink relationships in plants – a
cabang primer, sekunder dan tersier. review. Acta Hort. 835:13-20
Carvalho, A.B., S.A. De Assis, K.M.C. Leite, E.E.
Bach, O.M. Oliveira. 2009. Pectin
methylesterase activity and ascorbic acid
content from guava fruit, cv. Predilecta, in
different phases of development. Int. J. Food
Sci. Nutr. 60(3):255-65.
Dina, O.M.A., R.A. Abdelhalim, B.B. Elrakha.
2014. Physicochemical and nutritional value
of red and white guava cultivars grown in
Sudan. JAAS. 2(2):27-30.
Gambar 3. Nilai uji penampilan, warna, aroma,
rasa, tekstur dan keseluruhan buah [Ditbenih] Direktorat Perbenihan Hortikultura.
pada cabang primer, sekunder dan 2007. Deskripsi jambu biji varietas Kristal.
tersier http://varitas. net /db varietas/deskripsi/
3136.pdf. [Mei 2017]
Parameter kualitas produk hortikultura
dapat dievaluasi dengan mengukur kualitas fisik Dolkar, D., P. Bakshi, M. Gupta, V.K. Wali, R.
dan kimia seperti penampilan, tekstur, rasa dan Kumar, T.K. Hazarika, D. Kher. 2017.
nilai nutrisi (Kader, 2002). Warna buah Biochemical changes in guava (Psidium
merupakan faktor paling penting dalam guajava) fruits during different stages of
menentukan penerimaan konsumen (Romalasari, ripening. Indian Journal of Agricultural
2016). Menurut Ooi et al. (2016) aroma Science. 87(2): 257-260.
merupakan komponen utama pada rasa buah yang Fischer, G., P.J. Almanza-Merchan, F. Ramirez.
berpengaruh terhadap persepsi konsumen dan 2012. Source-sink relationship in fruit
dianggap sebagai atribut penting untuk analisis species–a review. Rev. Colomb. Cienc.
sensori kualitas buah. Hortic. 6(2): 238-253