Makalah STIKES FOR DE Kock
Makalah STIKES FOR DE Kock
1. Pendahuluan
Walaupun pelayanan kesehatan makin berkembang – ini buah dari pembangunan bidang
kesehatan - , banyaknya pasien yang tidak mendapatkan layanan kesehatan masih menjadi salah
satu persolan penting kesehatan. Akses pasien terhadap layanan kesehatan kemudian menjadi isu
dan ini membuat pemberdayaan pasien menjadi perhatian. Dukungan keluarga bagi pasien untuk
mengakses layanan kesehatan menjadi alternatif, keluarga ditempatkan sebagai sumber
dukungan bagi pasien untuk memampukan mereka mengakses layanan kesehatan.
Makalah ini membicarakan pemberdayaan pasien dan keluarga. Ada dua argumen yang
ingin diketengahkan: 1) Pemaknaan terhadap pemberdayaan pasien sebagai manajemen diri
adalah tepat, tetapi mengabaikan makna relasional pemberdayaan, sehingga keluarga lebih
ditempatkan sebagai agen sosialisasi/pendidik dari pada penghubung dan pelayan; 2) Perspektif
terhadap keluarga sering romantisme dan psikologis, sehingga mengabaikan dinamika, kris, dan
struktur keluarga. Terlebih dahulu akan dibicarakan pemberdayaan pasien, setelah itu dinamika
dan krisis keluarga, dan kemudian isu dukungan keluarga bagi pasien.
1
diri (self-management) pasien. Pasien itu sendiri yang dituntut melakukan. Konotasi itu
merefleksikan tekanan kuat pada diri individu pasien, tidak pada relasi sosial pasien. Manifestasi
konotasi ini terlihat pada fokus riset dalam bidang pemberdayaan pasien yang umumnya pada
intervensi terhadap manajemen diri pasien: menjadikan pasien lebih asertif, lebih peduli diri, dsb.
Termasuk kedalam konotasi itu adalah penekanan pada kemampuan pasien sebagai konsumen
pelayanan kesehatan: Pasien yang berdaya diartikan sebagi pasien yang mampu memilih
penyedia layanan kesehatan berdasarkan informasi yang memungkinkan mereka untuk
membandingkan pilihan yang berbeda yang tersedia di sekitar mereka.
Apa yang luput dari perhatian akibat konotasi manajemen diri adalah pemberdayaan
sebagai konsep relasional: hubungan sosial pasien dengan lingkungannya seperti yang ditegaskan
oleh perspektif ekologi sosial. Prinsip pemberdayaan relasional adalah memampukan pasien
dengan memampukan lingkungan untuk membantu pasien mengakses layanan kesehatan. Hal
yang utama disini adalah kemampuan lingkungan. Akses layanan kesehatan oleh pasien dilihat
konsekuensi dari kemampuan lingkungan. Menurut saya, pendefinisian konsep pemberdayaan
relasional diperlukan untuk membicarakan pemberdayaan pasien di Indonesia.
Saya setuju dengan pendapat berikut ini.
“Pemberdayaan dapat dilihat sebagai filosofi, visi atau tujuan serta strategi atau proses.
Kita dapat berpikir tentang pemberdayaan sebagai konsep relasional: di satu sisi, proses
internal di mana orang individu meningkatkan kapasitas mereka untuk hidup dengan baik
dengan kondisi kronis dalam kehidupan sehari-hari mereka, serta bertindak dalam
lingkungan kesehatan, sosial, pekerjaan dan lingkungan lainnya. Di sisi lain, ini pada
dasarnya adalah masalah sistem: proses dan struktur orang yang bersentuhan dengan -
misalnya, tetapi tidak secara eksklusif, di lingkungan perawatan kesehatan - dapat
memberdayakan atau melemahkan”.
2
Swasta
Pemerintah Komunitas
Keluarga
Ke pengelola dan pelayan mana tanggungjawab lebih diarahkan tergantung pada ideologi
politik suatu negara. Sama dengan itu, soal mana yang lebih baik tergantung kepada ideologi politik
suatu negara: Apakah pemerintah dan swasta langsung kepada pasien? Apakah keluarga dan
komunitas ditempatkan sebagai perantara, seperti yang terlihat di gambar di bawah ini.
Pemberdayaan Keluarga
Dinamika Keluarga
3
Dua macam keluarga dari sudut keberdayaan
Keluarga suatu struktur sosial, di dalamnya terdapat posisi dan peranan. Kedudukan adalah
keberadaan sebagai seseorang dalam keluarga: suami, isteri, bapak, ibu, anak, saudara, dll.
Peranan adalah tanggungjawab terhadap orang lain dalam keluarga. Keduanya membentuk pola
relasi keluarga yang mendasari fungsi keluarga.
Pengklasifikasian situasi keluarga kedalam dua tipe dapat dipakai untuk membicarakan
pemberdayaan keluarga bagi pemberdayaan pasien. Pertama adalah keluarga promotif (P). Ini
adalah tipe keluarga yang mampu memberdayakan pasien, keluarga yang berada dalam kondisi
berdaya. Keluarga promotif mampu melakukan ketiga hal dibicarakan di atas. Kedua adalah
keluarga faktor risiko (R). Keluarga tipe ini adalah keluarga yang tidak mampu melakukan dual
hal di atas kepada pasien, dengan demikian keluarga yang berada dalam situasi tidak berdaya.
P
Pemberdayaan
R Pasien
4
Di Indonesia, orang tidak hanya berada dalam keluarga, melainkan juga dalam system
kekerabatan. Sistem kekerabatan merupakan sistem hubungan antara orang-orang yang memiliki
asal usul silsilah yang sama, baik melalui keturunan biologis, sosial, maupun budaya. Sistem
kekerabatan dikelompokkan kedalam tiga: Patrilineal, Matrilineal, dan Bilateral. Ketiganya
berbeda. Sistem kekerabatan dijalankan oleh kelompok kekerabatan – pada masyarakat
Minangkabau seperti suku, payuang, dan paruik.
Keluarga berbeda dari system kekerabatan: basis keluarga adalah perkawinan, sedangkan
basis system kekerabatan adalah keturunan. Walaupun berbeda, keluarga terpengaruh oleh
system kekerabatan. Dalam masyarakat Minangkabau, perkawinan tidak memutus keanggotaan
kelompok kekerabatan dan kerabat berpengaruh terhadap anggota rumah tangga.
Teori Akses
Menurut teori Akses (Ribot dan Peluso 2011), kemampuan memperoleh manfaat dari sesuatu
didasarkan pada kekuasaan, yang termanifestasi pada mekanisme akses: prosedur dan peraturan
akses. Walaupun berhak, orang dapat tidak mampu memperoleh manfaat dari sesuatu karena
bekerjanya suatu mekanisme akses sesuatu yang merintangi mereka atau yang menyulitkan
mereka untuk memeroleh manfaat dari sesuatu tersebut - tidak mampu mendapatkan pelayanan
kesehatan karena bekerjanya suatu mekanisme akses.
Implikasi teori akses untuk pemberdayaan pasien adalah: 1) Mendapatkan layanan kesehatan
adalah pasien mengakses layanan kesehatan,; 2) Mengakses layanan kesehatan adalah dengan
cara memenuhi mekanisme akses yang dengannya pasien mungkin memperoleh akses; 3)
Mekanisme akses salah satu faktor penyulit bagi pasien untuk mendapatkan layanan kesehatan:
berbayar, ada persyaratan, ada jadwal layanan, ada tempat layanan yang ditentukan.
Implikasi bagi pemberdayaan pasien adalah upaya untuk memampukan pasien
mengakses layanan kesehatan seharusnya jangan hanya pada dimensi kognitif pasien dan
anggota keluarga, tetapi juga pada perubahan mekanisme yang merintangi atau menyulitkan
akses layanan kesehatan.
Kesimpulan
Konsep pemberdayaan pasien sebaiknya mencakup dimensi relasional pasien, sehingga keluarga
dipahami sebagai penghubung pasien dengan pusat layanan kesehatan dan pelaku pelayanan bagi
pasien. Dengan ini, keluarga menjadi sasaran pemberdayaan. Dua tipe keluarga dari sudut
5
pemberdayaan berguna untuk menentukan sasaran pemberdayaan. Agar keluarga efektif
sebagai pelaku pemberdayaan pasien, menyadari keluarga sebagai realitas yang dinamis sangat
penting.