Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL JOURNAL REVIEW

ILMU UKUR TANAH

PEKERJAAN PENGUKURAN YANG DITERAPKAN

Dosen Pengampu
Edo Barlian, ST., MT
Disusun oleh:
Nama : Meyke Afsari Bancin
Nim : 5223550001
Kelas : A

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
FAKULTAS TEKNIK UNIMED
SEM. GANJIL T. A. 2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat dan rahmat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah ini yang berupa Critical Journal Report dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tanah. Selain itu,
makalah bertujuan menambah wawasan tentang pengukuran tanah bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Edo Barlian, ST., MT selaku dosen
pengampu mata kuliah Ilmu Ukur Tanah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya ucapkan selamat membaca, semoga makalah ini dapat membantu.

Medan, 22 Oktober 2022

Meyke Afsari Bancin


NIM: 5223550001
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................................................
Daftar Isi...............................................................................................................................................................
I. Pendahuluan/Pengantar........................................................................................
I.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR............................................................
I.2 Tujuan Penulisan CJR........................................................................
I.3 Manfaat CJR.......................................................................................
I.4 Identitas Jurnal...................................................................................
II. Ringkasan Isi Jurnal.............................................................................................
II.1 Jurnal Utama.......................................................................................
II.2 Jurnal Pembanding.............................................................................
III. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal.......................................................................
III.1..................................................................................................Kelebihan Jurnal
..............................................................................................................................
III.2...............................................................................................Kekurangan Jurnal
..............................................................................................................................
IV. Kesimpulan...........................................................................................................
Daftar Pustaka.......................................................................................................................................................
Bab I
Pendahuluan

A. Rasionalisasi Critical Journal Report


Critical Journal Report (CJR) sangat penting bagi kalangan pendidikan terutama buat
mahasiswa maupun mahasiswi karena dengan mengkritik suatu jurnal maka mahasiswa/i
ataupun si pengkritik dapat membandingkan dua jurnal dengan tema yang sama, dapat
melihat mana jurnal yang perlu diperbaiki dan mana jurnal yang sudah baik untuk digunakan
berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis jurnal tersebut, setelah dapat
mengkritik jurnal maka diharapkan mahasiswa/i dapat membuat suatu jurnal karena sudah
mengetahui bagaimana kriteria jurnal yang baik dan benar untuk digunakan dan sudah
mengerti bagaimana cara menulis atau langkah langkah apa saja yang diperlukan dalam
penulisan jurnal tersebut.

B. Tujuan Penulisan CJR

1. Penyelesaian tugas dari mata kuliah ilmu ukur tanah


2. Menambah kemampuan kritis dalam menganalisa, membandingkan dan meringkas.
3. Meningkatkan jumlah wawasan.
4. Memperkuat pemahaman dalam mata kuliah yang sedang dipelajari yaitu ukur tanah

C. Manfaat CJR

1. Meningkatnya kemampuan mahasiswa dalam menganalisis jurnal.


2. Sebagai rujukan bagaimana untuk menyempurnakan sebuah jurnal dan mencari
sumber bacaan yang relevan.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan jurnal yang dikritik.
4. Menguji kualitas jurnal dengan membandingkannya dengan karya dari penulis
lainnya.

D. Identitas
1). Jurnal Utama
Judul : Ilmu Ukur Tanah
Penulis : Arief Syaifullah
Penerbit : Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional
Tahun terbit : 2014
Email : www.stpn.ac.id

2). Jurnal Pembanding

Judul : Ilmu Ukur Tanah


Penulis : Dr. Muzayanah, MT. dan Dr. Eko Budianto, M.Si.
Penerbit : UNESA University Press
Tahun terbit : 2020
Email : unipress@unesa.ac.id
BAB II
RINGKASAN JURNAL

A. Ringkasan jurnal Utama

1. PENDAHULUAN
Pengukuran didefinisikan sebagai seni penentuan posisi relatif pada, di atas, atau di
bawah permukaan bumi, berkenaan dengan pengukuran jarak-jarak, sudut-sudut, arah-arah
baik vertikal mau pun horisontal.
Seorang yang melakukan pekerjaan pengukuran ini dinamakan Surveyor. Dalam
keseharian kerjanya, seorang surveyor bekerja pada luasan permukaan bumi terbatas.
Meskipun demikian, ia adalah pengambil keputusan apakah bumi ini dianggap datar atau
melengkung dengan mempertimbangkan sifat, volume pekerjaan dan ketelitian yang
dikehendaki.
Tujuan pengukuran antara lain menghasilkan ukuran-ukuran dan kontur permukaan
tanah, misalnya untuk persiapan gambar-rencana (plan) atau peta, menarik garis batas tanah,
mengukur luasan dan volume tanah, dan memilih tempat yang cocok untuk suatu proyek
rekayasa. Baik gambar-rencana maupun peta merupakan representasi grafis dari bidang
horisontal.

2. PENGUKURAN YANG DITERAPKAN


Pada tahapan-tahapan pekerjaan suatu proyek, prinsip-prinsip ini digunakan mulai
dari perencanaan awal sampai akhir pekerjaan. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. bekerja mulai dari keseluruhan menuju bagian-bagiannya
b. posisi suatu titik dapat diletakkan paling sedikit dengan dua pengukuran
Prinsip pertama merupakan prinsip utama pengukuran yang tidak boleh ditinggalkan
kecuali keadaan terpaksa. Ide utamanya adalah melokalisir kesalahan-kesalahan dan
akumulasinya. Berbeda jika bekerja dari ‘bagian-bagian ke keseluruhan‘, kesalahan-
kesalahan akan terakumulasi dan bertambah besar. Akibatnya survei tak terkendali. Sebagai
contoh, pada kasus pengukuran garis AB yang panjangnya 150 meter, meteran yang
digunakan 30 meter. Prosesnya adalah pengukuran jarak sebagian-sebagian, karena panjang
meterannya lebih pendek dari yang akan diukur. Cara melakukannya ada dua macam cara:
1. Cara pertama, dengan cara langsung titik-titik C, D dan E diukur secara bebas lebih kurang
30 meter memperhatikan dua titik kontrol AB. Jika terjadi kesalahan pengukuran pada D
yang keluar dari garis AB (Gb 20), jarak sesungguhnya CD dan DE menjadi salah (CD’ dan
D’E), tetapi ukuran lainnya, AC, EF, FB akan tetap benar. Dalam hal ini, kesalahan-
kesalahan dilokalisir pada D dan tidak diperbesar.
2. Cara kedua, jarak AC yang merupakan bagian AB diukur secara tetap dengan menetapkan
C sebagai C’ yang tetap. Kemudian titik-titik lainya D, E, F, dst diukur tetap dengan
pedoman A dan C. Jika titik C berada di luar garis AB, posisi titik-titik D, E, F dsb akan juga
berada di luar garis dengan kesalahan-kesalahan yang kian membesar. Akibatnya,
pengukuran-pengukuran panjang itu akan salah. Cara pengukuran yang kedua itu tidak
direkomendasikan.

Prinsip kedua, dapat dijelaskan sebagai berikut : dua titik kontrol dipilih di lapangan
dan jarak keduanya diukur. Kemudian, jaraknya digambarkan di kertas dengan skala tertentu.
Sekarang, dikehendaki suatu titik diplot dengan menggunakan dua pengukuran dari kedua
titik kontrol tersebut. Katakan PQ adalah kedua titik kontrol itu yang posisinya telah
diketahui dari perencanaan. Posisi titik R dapat diplot dari beberapa cara berikut :
(a) mengukur jarak QR dan sudut  (Gb II. 3)
(b) membuat garis tegak lurus dari titik R ke garis PQ, dan diukur jarak PS dan SR, atau SQ
dan SR (Gb II. 4)
(c) mengukur jarak PR dan QR (Gb II. 5).
Pekerjaan pengukuran dapat dibedakan menjadi beberapa yaitu sebagai berikut :
1). Survei geodetic
Survei ini memperhitungkan bentuk bumi yang melengkung dan melakukan
pengukuran jarak-jarak dan sudut-sudut ketelitian tinggi. Survei ini diterapkan untuk lokasi
yang luas. Penghitunganpenghitungan pada survei ini didasarkan pada ilmu geodesi, yaitu
ilmu yang mempelajari bentuk dan dimensi bumi, yang merupakan bagian dari prinsipprinsip
dan prosedur-prosedur matematis untuk penentuan posisi titik-titik di permukaan bumi. Boleh
jadi, rentang jarak titik-titik itu antara benua satu dengan lainnya.
Survei geodetis menganggap garis yang menghubungkan dua titik berupa lengkungan.
Panjang garis antar dua titik dikoreksi akibat kurva dan diplotkan pada bidang datar. Sudut-
sudut yang terbentuk sebagai perpotongan garis-garis adalah sudut-sudut bola. Untuk maksud
semua itu, diperlukan keterpaduan pekerjaan lapangan dan pertimbangan penghitungan-
penghitungan matematis
2). Survei planimetris
Survei yang berasumsi bahwa permukaan bumi mendatar atau tidak melengkung.
Kenyataannya, permukaan bumi melengkung. Survei ini berasumsi:
a) Garis level (level line) dianggap sebagai garis lurus, oleh sebab itu garis unting-unting
(plumb line) di suatu titik dianggap paralel dengan di titik lainnya.
b) Sudut yang dibentuk oleh kedua garis semacam itu merupakan sudut pada bidang datar
bukan sudut pada bidang bola.
c) Meridian yang melalui dua garis berupa garis paralel.
Survei ini cocok bagi pengukuran yang tidak terlalu luas. Sebagai gambaran, untuk panjang
busur 18,5 km, kesalahan yang terjadi 1,52 cm lebih besar.
3). Survei Penyipatdatar (leveling)
Istilah ini digunakan untuk survei pengukuran ketinggian vertikal relatif titik-titik
dengan suatu sipat datar (waterpass) dan rambu. Dalam perencanaan proyek konstruksi, dari
mulai bangunan kecil sampai dengan bendungan, penting diukur kedalaman galian pondasi,
transis, urugan dsb. Hal ini hanya mungkin dilakukan dengan baik dengan mengukur tinggi
relatif permukaan tanah dengan penyipat datar.
B. Jurnal Pembanding

1. PENDAHULUAN

Ilmu Ukur Tanah atau “Surveying” merupakan kegiatan penentuan kedudukan titik-
titik atau penggambaran keadaan fisik yang terdapat di permukaan bumi. Ukur tanah
merupakan bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara pengukuran di permukaan bumi
dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif
pada daerah yang relatif sempit sehingga unsur kelengkungan permukaan bumi dapat
diabaikan. Pengukuran digunakan untuk menentukan unsur-unsur (jarak dan sudut) titik yang
ada di suatu daerah dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah tersebut dapat digambar
dengan skala tertentu (Wongsotjitro, 1980).
Tujuan dasar dari ilmu ukur tanah mengacu pada tujuan praktis dari ilmu geodesi,
yaitu mempelajari cara melakukan pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai
bentuk tak beraturan. Untuk memudahkan pengukuran, dibuatlah bidang perantara. Bidang
perantara tersebut adalah datar. Meski permukaan bumi lengkung tapi dianggap datar karena
permukaan bumi yang diukur itu tidak lebih panjang dari 50 km.
Ilmu ukur tanah berperan dalam melaksanakan kegiatan pengambilan data di lapangan
sampai proses pengamatan lokasi, menganalisa bentuk permukaan tanah dan menyajikan
hasil pengukuran dalam bentuk gambar ataupun dalam bentuk yang lainnya. Kegiatan ini
meliputi pengukuran jarak, pengukuran sudut atau arah, pengukuran beda tinggi, pengukuran
topografi serta untuk menghitung luas permukaan tanah.

2. PENGUKURAN YANG DITERAPKAN

Pemetaan merupakan suatu gambaran yang ada dari permukaan bumi yang
digambarkan di bidang datar dalam proyeksi tertentu. Peta disajikan dengan cara yang
bermacam-macam. Ada peta konvesional hingga peta yang dapat tampil di sistem proyeksi.
Secara umum peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang digambarkan dengan
bidang datar serta diperkecil pada skala tertentu.
Metode perolehan data secara terestris adalah strategi atau teknik perolehan data
tentang obyek atau fenomena yang ada di muka bumi dengan cara kontak langsung atau
mengukur secara langsung pada obyek atau fenomena kajian tersebut. Dalam pemetaan suatu
wilayah, pengukuran secara terestrial umumnya terdiri atas pengukuran jarak, pengukuran
sudut horizontal (azimuth), pengukuran sudut vertikal (kemiringan), dan pengukuran
perbedaan elevasi (sipat datar).
Metode terestrial menggunakan alat yang berpangkal di tanah seperti theodolit, total
station, waterpass dan pita ukur. Dengan kemajuan iptek, perolehan data secara terestrial
dapat dilakukan secara lebih cepat dengan metode yang lebih canggih, yang disebut metode
ekstra-terestrial. Ekstra terestris menggunakan alat tidak berpangkal di tanah seperti wahana
satelit, pesawat, echosounder, side scan sonar dan sub-bottom profilling.
Metode ekstra-terestrial yang paling populer saat ini adalah survei dan pemetaan
dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). GPS adalah sistem radio navigasi
dan penentuan posisi menggunakan satelit. Nama formalnya adalah NAVSTAR GPS, yaitu
kependekan dari Navigation Satellite Timing And Ranging Global Positioning System.
Satelit ini dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat.
Metode yang digunakan untuk perhitungan, pengolahan dan koreksi data dalam ukur
tanah adalah:
a. Pengukuran dengan alat ukur sederhana
Pengukuran pada alat ukur sederhana dilakukan dengan mengukur jarak secara
langsung (agar teliti sebaiknya pakai pita ukur baja). Dilakukan pelurusan apabila jarak yang
diukur melebihi pita ukur dan permukaan tanah tidak mendatar. Agar kedudukan pita ukur
benar-benar horizontal maka menggunakan hand level seperti gambar di bawah ini:

b. Pengukuran dengan waterpass


Waterpass digunakan untuk mengetahui jarak, sudut horizontal dan beda tinggi.
Waterpass tidak dapat mengukur sudut vertikal sehingga tidak cocok untuk pengukuran
daerah terjal.

c. Pengukuran dengan theodolit


Theodolit digunakan untuk mengukur jarak, beda tinggi, sudut vertikal dan juga sudut
horizontal. Theodolit mampu mengukur daerah landai maupun terjal.
d. Total station
Total station adalah instrumen optik yang digunakan dalam survey modern. Total
station adalah kombinasi dari theodolite elektronik (transit), alat pengukur jarak elektronik
(EDM) dan perangkat lunak yang berjalan pada komputer eksternal, seperti laptop atau
pengumpul data GPS dan perangkat lunak SIG.
Kelebihan menggunakan total station adalah:
1). Upaya mengurangi kesalahan dari manusia seperti kesalahan pencatatan data
2). Aksesibilitas ke sistem basis komputer
3). Mempercepat proses pengambilan data
4). Memberikan kemudahan dalam pengambilan data.

Sistem satuan yang digunakan dalam ukur tanah yakni:


a. satuan ukuran Panjang
b. satuan ukuran luas
c. satuan luas dipakai m², ha/km²
1 ha = 10.000 m²
1 km² = 1.000.000 m²
d. satuan sudut
satuan ukuran sudut = 1/360 (= °)
satuan derajat dibagi lagi
1° = 60 menit (=60’)
1’’ = 60 detik (= 60”)
Istilah yang perlu diketahui dalam ukur tanah, diantaranya adalah:
1. Garis vertikal
Garis yang menuju ke pusat bumi.
2. Bidang mendatar
Bidang tegak lurus pada garis vertikal pada setiap titik. Bidang horisontal ini
melengkung mengikuti bentuk permukaan laut.
3. Datum
Bidang yang digunakan sebagai referensi ketinggian. Contoh: permukaan laut rata-
rata (MSL = Mean Sea Level).
4. Mean sea level (MSL)
Hasil rata-rata dari pengukuran permukaan laut tiap jam selama jangka waktu yang
lama (min 1 tahun).
5. Elevasi
Jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
6. Bench march
Titik tetap (biasanya berbentuk patok beton) yang telah diketahui elevasinya terhadap
datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL

A. Kelebihan jurnal
1. Jurnal dilihat dari pembahasannya sangat bagus dan sebagai penambah wawasan
bagi para pembaca mengenai pengukuran tanah.
2. Bahasa yang digunakan sangat bagus sehingga mudah dipahami oleh para pembaca
karena menggunakan bahasa indonesia sesuai ketentuan.
3. Identitas penulis lengkap.
4. Daftar pustaka lengkap.
5. Saling mengisi satu sama lain yang terkait dengan Ilmu Ukur Tanah dan
pengukuran yang diterapkan.
6. Pembahasannya sangat jelas.
7. Jurnal utama lebih lengkap dalam penjelasan .
8. Jurnal pembanding sangat baik dalam menjabarkan rumus.
9. Metode yang digunakan sama dan mirip, sehingga pembaca sangat mudah dalam
memahami karena saling melengkapi.

B. Kekurangan jurnal
1. Terdapat beberapa kata yang salah atau kurang dalam penulisan.
2. Materi pembahasan terbilang baik tetapi ada beberapa hal yang tidak penting di
masukkan kedalaman jurnal sehingga banyaknya pembahasan membuat pembaca
bosan dalam membaca jurnal.
3. Jurnal utama fokus pada materi.
4. Jurnal pembanding fokus terhadap rumus.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari cara cara pengukuran di permukaan
bumi dan di bawah tanah untuk menetukan posisi relative atau absolut titik titik pada
permukaan tanah, di atas atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan
dan posisi relatif suatu daerah. Ilmu ukur tanah bisa disebut juga survei rencana yaitu ilu yang
belajar cara menyajikan bentuk permukaan bumi baik tidak alam maupun unsur manusia
(mencakup seni dan teknologi) di atas permukaan yang dianggap datar.
Ilmu ukur tanah secara praktis memiliki tujuan yang menggambarkan bayangan
sebagian atau seluruh permukaan bumi ke dalam suatu kertas, sebagai yang disebut saja peta.
Dalam ilmu ukur tanah, pekerjaan pengukuran dibedakan menjadi dua, yaitu :
1). Ukur tanah datar (Plane Survey)
Plane survey adalah pengukuran yang tidak memperhitungkan bentuk dan ukuran
bumi. Plane survey dilakukan pada daerah yang tidak luas.
2). Geodesi (Geodetic Survey)
Geodetic survey adalah pengukuran yang sudah memperhitungkan bentuk dan ukuran
bumi. Geodetic survey dilakukan di daerah yang luas.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin Hasanuddin Z., 2002. Survey dengan GPS. Jakarta : Pradnya


Paramita
Abidin Hasanuddin Z., 2008. Penentuan posisi dengan GPS dan aplikasinya. Jakarta : Pradnya
Paramita

Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press

Heinz, Frick, 1989. Ilmu dan alat ukur tanah. Yogyakarta : Kanisius

Suyono Sastrodarsono, Masayosi Takasahi, 1997. Pengukuran topografi dan teknik pemetaan.
Jakarta: Pradnya Paramita.

Anda mungkin juga menyukai