Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI

BLOK ORAL BIOLOGY AND STOMATOGNATHIC SYSTEM

KISTA DAN NEOPLASMA


DAN
PENYAKIT PADA KELENJAR DI RONGGA MULUT

Oleh :

Khansa Murtaja Salsabil


G1B020023
drg. Restian Febi Andini, M. Biomed
drg. Mutia Rochmawati, Sp. Perio

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2021
1. Kista Radikuler
A. Gambaran umum
Kista radikuler adalah kista pada rongga mulut yang sangat sering
terjadi. 60% kista yang terjadi di rongga mulut merupakan kista
radikuler. Kista ini sangat erat kaitannya dengan adanya karies yang
sangat ekstensif, nekrosis pulpa, dan infeksi yang terjadi pada slauran
akar gigi (Prativi dan Pramatika, 2019). Sekitar 60% dari kista radikuler
terdapat pada maksila, terutama region anterior dan mandibula pada
region anterior dan mandibula pada region posterior. Kista ini lebih
sering terjadi pada laki-laki, sekitar 58% daripada Wanita, sekitar 48%.
Individu dengan usia 30 – 40 adalah penderita paling banyak dari kista
ini (Setyawan, 2017).
B. Etiologi
Kista ini dapat timbul akibat adanya trauma fisik, kimia, atau bakteri
sehingga terjadi kematian pulpa yang diikuti oleh stimulasi sel epitel
malassaez yang normalnya ada pada ligament periodontal (Setyawan,
2017).
C. Manifestasi klinis
Jika dilihat secara radiograf maka akan terlihat gambaran lesi
radiolusen berbatas jelas terkortikasi, berbentuk obal, dan disertai
resoprsi akar. Kista ini jika dipalpasikan akan terasa keras seperti tulang.
Kemudian, jika dilihat secara histopatologis akan terlihat kista dibatasi
epithelium stratifikatum sqamosum, pada bagian sub epitelialnya akan
terlihat jaringan ikat yang sembab dengan serbukan limfosit dan sel
plasma (Prativi dan Pramatika, 2019).
Gambar 1.1 Kista Radikuler (pembesaran: 4x10)

Keterangan :
1. Colesterol cleft
2. Ephitelium stratificatum squamosum

Gambar 1.2 Kista Radikuler (perbesaran : 10 x10 )

Keterangan :
1. Cholesterol cleft
2. Epithelium stratificatum skuamosum
3. limfosit
Gambar 1.3 Kista Radikuler (perbesaran : 40 x10 )

2
1

Keterangan :
1. epithelium stratifikatum skuamosum
2. cholesterol cleft
3. sel plasma
4. limfosit

2. Ameloblastoma
A. Gambaran umum
Ameloblastoma merupakan tumor yang relative jarang terjadi dan
termasuk dalam klasifikasi tumor odontogenik. Ameloblastome ialah
tumor yag muncul dari sel ayng ada disekitar akar gigi atau dari lapisan
germinal ectoderm. Sekitar 1% dari kesleuruhan tumor yang terjadi di
rahang ialah ameloblastoma dan ameloblastoma merupakan tumor
odontogenik ke-2 yang paling sering terjadi. Ameloblastoma pada
umumnya ditemukan pada maxilla dan untuk ameloblastoma yang
terjadi mandibula lebih sering ditemukan pada bagian posterior
dibandingkan pada bagian anterior. Ameloblastoma merupakan tumor
jinak dengan perilaku yang agresive sehingga terdapat beberapa kasus
yang berubah menjadi tumor anas, yaitu malignant ameloblastoma atau
ameloblastic carcinoma (Palanisamy and Jenzer, 2021).
B. Etiologi
Ameloblastoma adalah tumor yang berasal dari ectodermal dan dari
epitel rongga mulut yang tidak berdiferensiasi menjadi jaringan saat
masa odontogenesis.Sel-sel tersebut hanya tersedia saat proses
perkembangan gigi geligi yang nantinya akan membentuk enamel.
Ketika sel-sel tersebut tersisa maka akan berada di luar tulang maka akan
menyebabkan terjadinya ameloblastoma (Palanisamy and Jenzer, 2021).
C. Manifestasi klinis
Jika dilihat secara radiograf maka ciri khas dari ameloblastoma adalah
bentuknya yang seperti buih sabun. Kemudian jika dilihat secara
histopatologis akan terlihat jarinan ikat yang didalamnya terdapat pulau-
pulau epitel dengan bagian perifer terususn rapi seperti pagar, lalu
terdapat banyak timbunan cairan diantara sel-sel epitel (Petrovic, et al,
2019).

Gambar 2.1 Ameloblastoma (pembesaran: 4x10)

Keterangan :
1. pulau epitel di dalam jaringan ikat

Gambar 2.2 Ameloblastoma (perbesaran : 10x10 )

1
2

Keterangan :
1. pulau epitel di dalam jaringan ikat
2. timbunan cairan
Gambar 2.3 Ameloblastoma (perbesaran : 40x10 )

Keterangan :
1. pulau epitel di dalam jaringan ikat
2. intisel fusiform
3. timbunan cairan

3. Papiloma
A. Gambaran umum
Papilloma merupakan tumor jinak yang tumbuh dari permukaan
epithelial dan tumbuh kea rah luar. Pada umumnya kata papilloma
mengacu pada papilloma sel skuamosa yang berbentuk seperti
“cauliflower” (Sabry and Patel, 2021).
B. Etilogi
Sebagian besar papilloma disebabkan Human papillomavirus (HPV).
HPV sendiri terdapat 170 macam subtype, dan subtipe yang biasanya
diasosiasikan dengan papilloma adalah tipe 6,7, dan 11. Telah diketahui
bahwa HPV dapat menyebabkan papilloma dibagian tubuh manapun
(selain di rogga mulut) yang selnya berjenis epitelium stratifikatum
skuamosum, seperti di kulit, kongjungtiva, orofaring, laring, dan trachea
bagian atas (Sabry and Patel, 2021).
C. Manifestasi klinis
Dengan pemeriksaan klinis papilloma akan terlihat seperti papula
yang padat, baik single maupun multiple. Papilloma pada permukaan
mukosa akna tampak seperti massa lunak yang bertangkai dengan
banyak tonjolan seperti jari. Secara histopatologis akan terlihat plika-
plika epithelium yang panjang dan menebal denan diikuti stromanya.
Kemudian, pada bagian startum basalis akan terlihat banyaknya pigmen
melanin dan juga pada sel-selnya akan terlihat sel-sel koilocytus dengan
inti yang pignotik (Sabry and Patel, 2021).
Gambar 3.1 Papiloma (perbesaran: 4x10)

Keterangan :
1. plica epithelium

Gambar 3.2 Papiloma (perbesaran : 10x10 )

Keterangan :
1. jaringan ikat fibrosa
2. plica epithelium
Gambar 3.3 Papiloma (perbesaran : 40 x10 )

Keterangan :
1. sel koilocytus
2. pigmen melanin
3. inti sel pignotik

4. Nevus pigmentosus
A. Gambaran umum
Nevus pigmentosus merupakan lesi melanostik jinak yang paling
sering ditemukan pada semua usia. Namun, nevus pigmentosus juga
dapat berkembang menjadi keganasan jika jumlahnya melebihi 100
(Islamiati, dkk, 2019). Nevus pigmenetosus lebih sering muncul pada
orang kaukasia dibandingkan orang kulit hitam dan juga lebih sering
muncul pada Wanita dewasa terutama pada ekstrimitas bawah,
sementara laki-laki lebih banyak ditemukan pada bagian badan. Nevus
pigmentosus dapat bersifat kongenital ataupun dapatan. Nevus
pigmentosus kongenital ialah nervus yang terdapat sejak lahir atau pada
tahun pertama kehidupan, sementara itu untuk nevus pigmentosus
dapatan muncul pada 20 tahun pertama kehidupan (Tsaniyah, dkk,
2015).
B. Etilogi
Etiologi berkembangnya nevus pigmentosus belum diketahui, tetapi
diduga diturunkan pada beberapa keluarga, pajanan sinar matahari,
penekanan kekebalan tubuh, dan pemberian kemoterapi ialah penentu
banyaknya nevus pigmentosus yang berkembang (Tsaniyah, dkk, 2015).
C. Manifestasi klinis
Berdasarkan evaluasi klinis secara sederhana akan terlihat lesi yang
tidak simetris, border yang tidak beraturan, warna yang bervariasi,
berdiameter lebih dari 6 mm, dan berubah-ubah seiring berjalannya
waktu. Kemudian jika dilihat secara histopatologis akan terlihat sarang-
sarang sel nevus berbentuk bulat dan polional dengan pigmen melanin
intra dan ekstrasel (Bodman and Al Aboud, 2021).

Gambar 4.1 Nevus Pigmentosus (perbesaran: 4x10)

Keterangan :
1. Sarang sel dengan pigmen melanin

Gambar 4.2 Nevus Pigmentosus (perbesaran : 10 x10 )

Keterangan :
1. sarang sel dengan pigmen melanin
Gambar 4.3 Nevus Pigmentosus (perbesaran : 40x10 )

Keterangan :
1. pigmen melanin intraselular
2. pigmen melanin ekstraselular

5. Basalioma
A. Gambaran umum
Basalioma atau basal cell carcinoma ialah kanker yang paling sering
muncul pada manusia. Basalioma pada umumnya timbul akibat kulit
yang rusak akibat paparan sinar matahari. Pada umumnya basalioma
pertumbuhannya lambat dan jarang yang bermetastasis (McDaniel, et al,
2020).

Gambar 1 Basalioma (McDaniel, et al, 2020)


B. Etilogi
Etilogi utama dari pertumbuhan basalioma adalah adanya paparan
sinar UV, terutama UVB, tetapi UVA juga bisa menjadi penyebab.
Tidak hanya paparan sinar matahari, 20% basalioma juga disebabkan
oleh hal-hal selian paparan sinar matahari. Faktor lain ialah terkena
paparan radiasi, terkena paparan arsenic, supresi imun, dan faktor
genetic. Sindrom genetic yang diasosiasikan dengan basalioma ialah
xeroderma pigmentosum, basal cell nevus syndrome (biasa dikenal
dengan Gorlin Syndrome), Bazex-Dupre_christol syndrome, dan
Rombo syndrome (McDaniel, et al, 2020).
C. Manifestasi klinis
Basalioma pada umumnya akan terlihat seperti papula berwarna
merah muda mengkilat atau nodula dengan telangiataksia di
permukaannya. Kemudian, superfisial basalioma akan terlihat sebagai
macula atau patch dengan warna merah muda hingga merah yang
terdapat telangietaksia. Predileksinya terdapat pada bahu, dada, atau
punggung. Tipe lain dari basalioma yg sering muncul juga ialah subtipe
morpheaform, yang akan terlihat sebagai area berwarna putih atau
terang dan border yan sulit untuk didefinisikan. Kemudian jika dilihat
secara histopatologis akan terlihat saran sel-sel epitel dengan tepi
tersusun palisade (McDaniel, et al, 2020).

Gambar 5.1 Basalioma (perbesaran: 4x10)

Keterangan :
1. sarang sel-sel epitel
Gambar 5.2 Basalioma (perbesaran : 10x10 )

Keterangan :
1. sarang sel-sel epitel

Gambar 5.3 Basalioma (perbesaran : 40x10 )

Keterangan :
1. sel epitel palisade

6. Melanoma maligna
A. Gambaran umum
Melanoma ialah tumor yang diproduksi akibat adanya transformasi
dari melanosit. Melanosit pada umumnya terdapat pada kulit, tetapi bisa
juga muncul pada bagian tubuh lainnya, seperti saluran pencernaan dan
juga otak. Melanoma ini muncul ketika terdapat suatu kesalahan saat
produksi sel melanin yang memberikan warna pada kulit individu
(Heistein and Acharya, 2021).
B. Etilogi
Etiologi melanoma maligna dapat terjadi pada individu dengan kulit
yang memiliki sedikit melanin, sehingga proteksi untuk kulitnya akan
berkurang. Lalu, pada individu dengan riawayat terbakar sinar matahari,
individu yang terpapar sinar UV berlebihan, tinggal berdekatan dengan
garis ekuator, memiliki banyak moles atau memiliki unusual moles,
memiliki Riwayat keluarga yang terkena melanoma, dan pada individu
yang memiliki sistem imun yang lemah (Heistein and Acharya, 2021).
C. Manifestasi klinis
Melanoma memiliki karakteristik yang dapat disingkat sebagai
ABCDE, yaitu Asymmetry, irregular Border, Color variations
(terutama merah, putih, dan biru pada lesi coklat atau hitam), Diameter
lebih dari 6 mm, dan permukaan yang Elavated. Kemudian, melanoma
juga biasanya terasa gatal, berdarah, dan membisul. Kemudian jika
dilihat dari histopatologisnya akan terlihat sels-sel yang polimorfi, atipi,
baik yang mengandung pigmen melanin maupun yang tidak, sel-sel
yang mengalami mitosis, dan terlihat pertumbuhan yang infiltrative
(Heistein and Acharya, 2021).
Gambar 6.1 Melanoma maligna (perbesaran: 4x10)
Terlihat pertumbuhan infiltratif

Keterangan :
1. sel-sel tumor atipi dan polimorfi
2. pigmen melanin
Gambar 6.2 Melanoma maligna (perbesaran : 10x10 )

3
2

Keterangan :
1. sel mitosis
2. sel-sel polimorfi
3. sel yang mengandung pigmen melanin

Gambar 6.3 Melanoma maligna (perbesaran : 40x10 )

3 1

2
Keterangan :
1. sel mengandung pigmen melanin
2. sel tidak mengandung pigmen melanin
3. sel-sel tumor atipi dan polimorfi
7. Adenoma
A. Gambaran umum
Adenoma merupakan tumor yang paling sering terjadi, biasanya
bersifat soliter dan pertumbuhannya lambat. Adenoma tiroid merupakan
lesi pada kelenjar tiroid. Terdapat dua tipe thyroidea adenoma, yaitu
follicular dan papillary. Pasien yang mengalami adenoma tiroid
biasanya asimtomatik dan dapat didiagnosis dengan USG pada kelenjar
tiroid (Mulita dan Anjum, 2021).
B. Etiologi
Kebanyakan adenoma tiroid bersifat sporadic, tetapi adenoma tiroid
juga dikaitkan dengan faktor lingkungan dan genetic. Faktor
lingkungannya ialah defisiensi iodin dan faktor genetik ialah adanya
mutase genetic pada BRAF, RET, KRAS, dan penataan ulang genetic
gen PAX8-PPAR (Mulita dan Anjum, 2021).
C. Manifestasi klinis
Thyroidea adenoma biasanya terlihat sebagai nodul thyroid yang
soliter. Nodula thyroidea tersebut dapat di palpasi. Terkadang pasien
datang dengan keluhan dispnea akibat trakea yang terkompresi, suara
serak akibat adanya iritasi pada saraf di laring, atau disfagia karena
esofagus yang terkompresi. Jika dilihat secara histopatologis, akan
terlihat jaringan tumor jinak yang berasal dari epitel kelenjar berbentuk
tubulus, sel-sel tumor berbentuk kuboid, seragam, dan tidak didapatkan
mitosis (Mulita dan Anjum, 2021).

Gambar 7.1 Adenoma (pembesaran: 4x10)

Keterangan :
1. Stroma adenomatosa
2. Adenoma follikuler
Gambar 7.2 Adenoma (perbesaran : 10 x10 )

1. Adenoma folikuler

Keterangan :
1. Adenoma follikuler

Gambar 7.3 Adenoma (perbesaran : 10 x10 )

1. Stroma adenomatosa

Keterangan :
1. Stroma adenomatosa
Gambar 7.4 Adenoma (perbesaran : 40 x10 )

Keterangan :
1. Sel folikuler yang mengalami hiperplasi
2. Sel kuboid

8. Tumor Warthin
A. Gambaran umum
Tumor warthin ialah neoplasma pada glandula salivarius yang bersifat
jinak dan sering terjadi pada manusia. Tumor ini merepresentasikan
sekitar 2% hingga 15% dari semua tumor epithelial pada kelenjar
parotid. Untuk tumor warthin extra-parotid ialah tumor yang jarang
terjadi dan dapat muncul pada limfa nodi periparotid, nasofaring,
kelopak mata, dan rongga mulut (Limaiem and jain, 2021).
B. Etiologi
Etiologi dari tumor ini masi belum sepenuhnya ditemukan. Beberapa
menyatakan bahwa neoplasma jinak ini muncul sebagai akibat dari efek
tumorgenik pada epitel yang terletak pada limfa nodi atau kelenjar
parotid. Beberapa faktor yang diduga sebagai faktor etiologi ialah,
infeksi virus Eipstein Barr, tobako, penyakit autoimun, radiasi ionisasi,
dan inflamasi kronis (Limaiem and jain, 2021).
C. Manifestasi klinis
Jika dilihat secara histopatologis tumor ini memiliki karakteristik
stroma limfioid yang padat dengan sentrum germinativum didalamnya,
akan terlihat lumen yang berdinding sel psudokoskuamos yang
eosinophil, dan akan terlihat massa eosinophil pada lumen. Kemudian,
jika dilihat melalui perbesaran kuat akan terlihat outer cell yang
merupakan sel kecil kolumnar dengan inti tersusun baik dan inner cell,
yaitu sel yang agak besar dengan inti tidak beraturan (Limaiem and jain,
2021).. Tumor ini jika dipalpasi akan terasa firm dengan adanya beberap
area yang berfluktuasi, adanya tumor ini menyebabkan mobilitas pada
area yang terdapat tumor tersebut berkurang, kulit yang teratrik akibat
pembengkakan, dan terlihat adanya telangietaksia (Porfire, et al, 2020).
Gambar 8.1 Tumor Warthin (pembesaran: 10x10)

2
4
1

3
Keterangan :
1. Jaringan limfoid yang mengelompok
2. Massa eosinophil
3. lumen yang berdinding sel-sel pseudoskuamos yang eosinophil
4. Lumen

Gambar 8.2 Tumor Warthin (perbesaran : 10x10 )

3
2

4
1

Keterangan :
1. Lumen yang berdinding sel-sel pseudoskuamos yang eosinophil
2. Jaringan limfoid yang mengelompok
3. Sentrum germinativum
4. Massa eosinophil
5. Lumen
Gambar 8.3 Tumor Warthin (perbesaran : 40x10 )
1

2 3

Keterangan :
1. Sel outer
2. Sel inner
3. Sel limfoid yang mengelompok

9. Pleomorphic adenoma
A. Gambaran umum
Pleomorphic adenoma merupakan tumor pada kelenjar salivarius
yang paling umum, tumor ini biasa disebut juga dengan benign mixed
tumors (BMTs) sebab tumor ini berasal dari dua elemen, yaitu epithelial
dan myoepitelial. 2/3 dari semua tumor kelenjar salivarius yang terjadi
ialah pleomorphic adenoma (Bokhari and Greene, 2021).
B. Etilogi
Etiologi dari pleomorphic adenoma masih belum diketahui, tetapi
angka kejadian tumor ini telah bertembah dalam 15-20 tahun terakhir
akibat adanya paparan radiasi. Sebuah studi menunjukkan bahwa virus
simian onkogenik (SV40) mungkin berperan dalam timbulnya atau
perkembangan adenoma pleomorfik. Iradiasi kepala dan leher
sebelumnya juga merupakan faktor risiko untuk perkembangan tumor
ini (Bokhari and Greene, 2021).
C. Manifestasi klinis
Pleomorphic adenoma biasanya terlihat sebagai massa yang
asimtomatik, soliter, tidak sakit, dan bertahun-tahun. Jika dilihat secara
histopatologis maka akan terlihat jaringan tumor yang terdiri atas sel-sel
epitel bulat dan terdapat bentuk tubular, lalu terdapat sel-sel tumor yang
vascular yang letaknya saling berjauhan dan memberikan gambaran
seperti tulang rawan, kemudian terlihat juga bagian tumor yang
mengalami perlendiran (Bokhari and Greene, 2021).
Gambar 9.1 Pleomorphic Adenoma (perbesaran: 4x10)

Keterangan :
1. Kondroid
2. Mixoid (Tumor yang mengalami perlendiran)
3. Sel-sel epitel berbentuk tubular

Gambar 9.2 Pleomorphic Adenoma (perbesaran : 10x10 )

2
1

Keterangan :
1. Kondroid
2. Sel-sel epitel berbentuk tubular
Gambar 9.2 Pleomorphic Adenoma (perbesaran : 10x10 )

Keterangan :
1. Sel-sel epitel berbentuk tubular
2. Mixoid (Tumor yang mengalami perlendiran)

Gambar 9.3 Pleomorphic Adenoma (perbesaran : 40 x10 )

Keterangan :
1. Sel-sel epitel berbentuk tubular
2. Mixoid (Tumor yang mengalami perlendiran)

10. Adenokarsinoma
A. Gambaran umum
Adenikarsinoma merupakan neoplasma ganas yang tumbuh dari sel
epithelial yang terdapat pada kelenjer atau struktur yang berbentuk
seperti kelenjar. Adenokarsinoma dapat tumbuh di berbagai lokasi di
tubuh. Lokasi adenokarsinoma yang paling sering ditemukan ialah pada
payudara, paru-paru, prostat, usus, rectum, pancreas, lambung, dan
esophagus (Mullangi and Lekkala, 2021).
B. Etilogi
Etiologi dari adenokarsinoma diketahui banyaknya disebabkan oleh
faktor lingkungan dan gaya hidup. Untuk adenokarsinoma pada paru-
paru etiologi terbesarnya ialah merokok, lalu faktor lain ialah radiasi,
toksin lingkungan seperti arsen, kromium, nikel, polikarbonat, lalu
etiologi lainnya adalah fibrosis pulmonary, skar pada paru-paru, dan
juga genetic. Kedua, adenokarsinoma pada payudara bisa disebabkan
oleh nuliparitas, kehamilah pada usia yang sudah tua, menarche,
menopause yang terlambat, paparan estrogen eksternal, dan alcohol.
Adenokarsinoma pada pyudara juga bisa disebabkan oleh mutase
genetic pada BRCA1/2, p53, PTEN, dan PALB2. Etiologi
adenokarsinoma pada kelenjar prostat yang paling utama ialah usia,
kemudian etiologi lainnya ialah merokok, mutase genetic BRCA1/2 dan
ATM, dan juga Riwayat keluarga. Keempat, etiologi adenokarsinoma
pada usus/rectum ialah faktor lingkungan dan genetic, riwayat keluarga,
inflamasi pada usus, konsumsi daging merah dan telah diproses dengan
pengawet, penggunaan tobako, dan alcohol. Lalu, untuk
adenokarsinoma pada pancreas dapat disebabkan oleh merokok, glukosa
plasma puasa yang tinggi, body mass index yang tinggi, western diet,
konsumsi kopi dan alcohol, dan penggunaan aspirin untuk jangka waktu
lama (Mullangi and Lekkala, 2021).
C. Manifestasi klinis
Jika dilihat secara histopatologis akan terlihat jaringan epitel yang
tersusun sebagai saluran-saluran berbentuk tubular, akan terlihat
jaringan nektrotik, adanya pertumbuhan infiltrative, dan terdapat banyak
mitosis. Kemudian, adenokarsinoma pada payudara biasanya pasien
mengalami inversi pada nipple, adanya perubahan pada kulit payudara,
dan terdapat massa di payudara yang dapat di palpasi. Lalu, untuk
adenokarsinoma pada paru-paru pasien akan mengalami batuk kering,
dan dispnea, berat badan yang menurun. Untuk adenokarsinoma pada
prostat maka pasien biasanya mengalami kesulitan dalam buang air
kecil, pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna, hematuria,
dan sakit punggung secara kronis. Lalu, untuk adenokarsinoma pada
colon dan rectum pasien biasanya akan mengalami penurunan berat
badan, kelelahan, sakit pada bagian abdomen, dan obstruksi pada usus
(Mullangi and Lekkala, 2021).
Gambar 10.1 Adenokarsinoma (perbesaran: 4x10)

Keterangan :
1. Sel-sel hiperkromatin
2. Terlihat bentuk sel yang sudah tidak teratur

Gambar 10.2 Adenokarsinoma (perbesaran : 10 x10 )

Keterangan :
1. Lumen yang mengecil
Gambar 10.3 Adenokarsinoma (perbesaran : 40x10 )

Keterangan :
1. Sel-sel hipekromatin
2. Lumen yang menyempit
DAFTAR PUSTAKA

Bodman MA, Al Aboud AM. Melanocytic Nevi. [Updated 2021 Jul 26]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470451/
Heistein JB, Acharya U. Malignant Melanoma. [Updated 2021 Jul 25]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470409/
Islamiati, E., N., Irasanti, S., N., Kusmiati, M., Hikmawati, D., dan Nur, I., M. 2019.
Karakteristik nevus pigmentosus berdasar atas gambaran histopatologi di Rumah
Sakit Al-Islam Bandung. Jurnal Interasi Kesehatan & Sains (JIKS). 1(1): 70-82
McDaniel B, Badri T, Steele RB. Basal Cell Carcinoma. [Updated 2020 Nov 20]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482439/
Palanisamy JC, Jenzer AC. Ameloblastoma. [Updated 2021 Jul 5]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545165/
Petrovic ID, Migliacci J, Ganly I, et al. Ameloblastomas of the mandible and
maxilla. Ear Nose Throat J. 2018;97(7):E26-E32.
doi:10.1177/014556131809700704
Prativi, S., A., dan Pramatika, B. 2019. Gambaran karakteristik kista radikuler
menggunakan cone beam computed tomography (CBCT): Laporan kasus. B-Dent:
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah. 6(2): 105-110
Sabry AO, Patel BC. Papilloma. [Updated 2021 Jul 19]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560737/
Setyawan, E. 2017. Gambaran pola densitas kista radikuler pada sisa akar dengan beam
computed tomography (CBCT). Insisiva Dental Journal. 6(1): 41-46
Tsaniyah, R., A., D., Aspitriani, dam Fatmawati. 2015. Prevalensi dan gambaran
histopatologi nevus pigmentosus di bagian patologi anatomi rumah sakit Dr.
Mohammad Hoesin Palembang periode 1 januari 2009 -31 desember 2013. MKS.
47(2): 110-114
Limaiem F, Jain P. Warthin Tumor. [Updated 2021 Aug 11]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557640/
Porfire, I., M., Pers, N., Apostol, A., dan Albu, S. unilateral deforming warthin’s tumor:
Case report and literature review. MDPI Surgeries. 2020(1): 46-53.
doi:10.3390/surgeries1020006
Bokhari MR, Greene J. Pleomorphic Adenoma. [Updated 2021 Jul 10]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430829/
Mullangi S, Lekkala MR. Adenocarcinoma. [Updated 2021 Feb 22]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562137/
Mulita F, Anjum F. Thyroid Adenoma. [Updated 2021 Jun 4]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562252/

Anda mungkin juga menyukai