G1B020023 - Khansa Murtaja Salsabil - SLR SGD AMS 2
G1B020023 - Khansa Murtaja Salsabil - SLR SGD AMS 2
Tutor:
Disusun oleh:
G1B020023
FAKULTAS KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2020
Daftar Isi
Daftar Isi .............................................................................................................................1
Daftar Gambar ...................................................................................................................2
Daftar Tabel .......................................................................................................................3
BAB I .................................................................................................................................4
PENDAHULUAN .............................................................................................................4
1.1. Capaian Pembelajaran ........................................................................................4
BAB II ...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN ................................................................................................................5
2.1. Respon Imun terhadap Virus ..............................................................................5
2.1.1. Innate Immunity .........................................................................................5
2.1.2. Adaptive Immunity .....................................................................................7
2.2. Respon Imun terhadap Bakteri ...........................................................................8
2.2.1. Bakteri Intraseluller ....................................................................................8
2.2.2. Bakteri Ekstraseluller .................................................................................9
2.3. Respon Imun terhadap Fungi ............................................................................11
2.3.1. Innate Immunity .......................................................................................11
2.3.2. Adaptive Immunity ...................................................................................12
2.4. Respon Imun terhadap Parasit ..........................................................................12
2.4.1. Innate Immunity .......................................................................................12
2.4.2. Adaptive Immunity ...................................................................................13
2.5. Vaksinasi ..........................................................................................................14
2.5.1. Definisi Vaksinasi/Imunisasi ....................................................................14
2.5.2. Mekanisme Pembentukan Imunitas Pasca Vaksinasi/Imunisasi ...............14
2.5.3. Tipe Vaksinasi/Imunisasi Aktif dan Pasif .................................................16
2.5.4. Macam-Macam Vaksinasi berdasarkan Bahan Aktif ................................16
2.5.5. Program Imunisasi Rutin Lengkap (Imunisasi Dasar dan Imunisasi
Lanjutan) sesuai Kemenkes RI ……………………….………….. 21
1
Daftar Gambar
Gambar 1 Respon Imunitas Innate Terhadap Virus (Abbas, 2018) ....................................6
Gambar 2 Respon Imunitas Adaptif pada Infeksi Virus (Abbas, 2018) ............................8
Gambar 3 Respon Imunitas Innate terhadap Infeksi Bakteri (Abbas, 2018) .....................11
Gambar 4 Respon Imunitas Innate pada Infeksi Jamur (Abbas, 2018) .............................12
Gambar 5 Respon Imunitas Adaptif pada Infeksi Parasit (Abbas, 2018).........................14
2
Daftar Tabel
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Capaian Pembelajaran
1. Mekanisme respon imunitas innate terhadap berbagai infeksi mikroba, seperti
virus, bakteri, jamur, dan parasite.
2. Mekanisme respon imunitas adaptif terhadap berbagai infeksi mikroba, seperti
virus, bakteri, jamur, dan parasit
3. Definisi vaksinasi/imunisasi
4. Mekanisme pembentukan imunitas pasca vaksinasi/imunisasi
5. Tipe vaksinasi/imunisasi aktif dan pasif
6. Macam – maca vaksin berdasarkan bahan aktif
7. Program imunisasi rutin lengkap (imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan)
sesuai Kemenkes RI
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Respon Imun terhadap Virus
2.1.1. Innate Immunity
Mekanisme utama dari innate immunity tubuh seseorang dalam
melawan virus adalah dengan menhambat terjadinya infeksi yang dilakukan
oleh Interferon tipe 1 dan dengan membunuh sel yang sudah terinfeksi
dengan dimediasi oleh NK sel. NK sel merupakan sel imun yang akan
mengenali sel yang terinfeksi oleh virus sementara itu Interferon tipe 1 itu
sendiri merupakan jenis sitokin yang memediasi respon imun innate secara
segera terhadap adanya infeksi virus.
Penghambatan replikasi dari virus terjadi ketika virus menginfeksi
suatu sel, maka virus akan mengeluarkan produk-produknya sendiri yang
selanjutnya akan direspon oleh sel yang terinfeksi itu sendiri dan juga sel
dendritik tipe plasmacytoid dengan memproduksi interferon tipe 1.
Pembentukan dari interferon tipe 1 ini dimediasi oleh beberapa jalur kimia,
yaitu pengenalan RNA atau DNA virus oleh TLRs (Toll Like Receptors),
pengaktifan RIG-like receptor pada sitoplasma, dan pengaktifan STING
Pathway. Jalur – jalur ini kemudian akan mengaktivasi protein kinase yang
kemudian mengaktifkan IRF transcription factors untuk menstimulasi
transkripsi gen dari interferon.
Proses respon imun innate dalam melawan virus dapat dilakukan dengan
5
a. Sel yang telah terinfeksi akna menghasilkan interferon tipe 1 baik alfa
maupun beta yang kemudian akan berikatan dengan reseptor sel
disekitanya yang belum terinfeksi.
b. Akan terjadi fosforilasi pada faktor inisasi yang disebabkan oleh
meningkatnya protein kinase R (PKR), fosforilasi tersebut akan
menghambat sintesis protein virus.
c. Meningkatnya 2,5-oligo A sintase yang akan mengaktivasi enzim RNAase
sehingga RNA virus terdegradasi.
Untuk mekanisme sel NK dapat terjadi bermula dari sel yang telah
terinfeksi tidak mampu mempresentasikan molekul MHC kelas 1. Namun,
hal tersebut justru akan memungkinkan sel NK untuk mengosongkan
granula sel yang telah terinfeksi dan mengaktifkan enzim yang berperan
dalam apoptosis sel sehingga sel yang telah terinfeksi pun akan mati.
6
2.1.2. Adaptive Immunity
7
Gambar 2 Respon Imunitas Adaptif pada Infeksi Virus (Abbas, 2018)
8
Mekanisme utama pada respon imun adaptif dalam melawan
bakteri intraseluler ialah T-cell mediated recruitment dan aktivasi dari
fagositosis dan dimediasi oleh sel. Sel T melawan infeksi dari bakteri
intraseluler dengan dua cara, yaitu dengan mensekresikan CD4+ T cells
dan juga CD8+ cytotoxic t lymphocytes(CTLs). CD4 akan mengaktifkan
fagositosis melalui CD40 ligand dan Interferon gamma, yang selanjutnya
dapat membunuh mikroba dengan cara mengingesti bakteri tersebut.
Sementara itu, untuk CD8+ cytotoxic t lymphocytes(CTLs) ia akan
membunuh sel yang telah terinfeksi sebelumnya, tetapi resistem terhadap
fagositosis (Abbas, 2018).
1. Aktivasi Komplemen
9
komplemen. Mikroba seperti bakteri akan mengeluarkan produk-produk
yang nantinya akan digunakan untuk mengaktifkan Toll-like receptors
(TLRs) dan beberapa sensor sitoplasmik untuk memulai terjadinya
fagositosis. Selain itu, sel dendritik dan sel fagositik yang telah teraktivasi
oleh mikroba akan mensekresikan sitokin. Sitokin selanjutnya akan
menginduksi infiltrasi pada leukosit ke daerah yang terjadi inflamasi.
Adanya leukosit pada daerah inflamasi akan mengingesti dan
menghancurkan bakteri. Pada umumnya bakteri ekstraseluller dapat
dihancurkan dengan fagositosis dikarebakan mikroba tersebut tidak dapat
beradaptasi untuk bertahan di dalam sel fagositik.
10
Gambar 3 Respon Imunitas Innate terhadap Infeksi Bakteri (Abbas, 2018)
11
Gambar 4 Respon Imunitas Innate pada Infeksi Jamur (Abbas, 2018)
12
dapat dijenali oleh TLRs dan dapat mengaktivais terjaidnya fagositosis,
contohnya adalah Toxoplasma gandii yang pada permukaannya terdapat
glikolipid sehingga mampu mengaktivasi TLR2 dan TLR4. Sementara itu
untuk parasite yan berupa cacing maka yang berperan ialah eosinofil,
eosinophil akan melepaskan granulanya yang dapat menghancurkan
system integument dari cacing. Kemudian, fagositosis juga mampu
menyerang parasite berupa cacing yang selanjutnya akan mensekresikan
substansi mikrobisidal yang mampu membunuh organisme (Abbas, 2018).
13
Gambar 5 Respon Imunitas Adaptif pada Infeksi Parasit (Abbas, 2018)
2.5. Vaksinasi
2.5.1. Definisi Vaksinasi/Imunisasi
Menurut Fauza, dkk (2019) vaksin merupakan produk biologis yang
bersifat rentang dan perlu dikelola pada suhu 2 OC-8OC yang bertujuan
membangun sistem imun pada anak-anak. Sementara itu, menurut
Hadianti, dkk (2014) imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten.
Imunisasi dapat diartikan sebagai suatu usaha dalam dalam meningkatkan
sistem imun terhadap suatu penyakit tertentu dengan tujuan agar jika
seorang individu tersebut terpapar kembali dengan suatu penyakit maka
indiviu tersebut tidak akan terinfeksi dan sakit atau hanya mengalami skait
ringan saja. Sementara itu, vaksin merupakan antigen yang berupa
mikroorganisme yang masih hidup tetapi dilemahkan, atau
mikroorganisme yang sudah mati, yang masih utuh bagiaannya, yang
kemudian diolah, atau toksin dari suatu mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid, protein rekombinan yang jika diberikan pada seorang
individu akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap
penyakit infeksi tertentu.
2.5.2. Mekanisme Pembentukan Imunitas Pasca Vaksinasi/Imunisasi
14
Seperti yang sebelumnya telah disebutkan bahwa vaksin berisikan
antigen dari suatu mikroorganisme guna melindungi tubuh jika terpapar
kembali oleh mikroorganisme tersebut. Antgen tersebut nantinya akan di
respon oleh sel T. namun, respon sel T hanya dapat dimulai ketika antigen
sudah di proses oleh Antigen Presenting Cell (APC). Hal tersebut terjadi
karena sel T hanya dapat mengenali antigen yang sudah terikat pada
protein Major Histocompability Complex. MHC terdiri dari dua macam,
yaitu MHC kelas 1 dan MHC kelas 2. MHC kelas 1 diekspresikan oleh
seluruh sel somatic dan MHC kelas 2 diekspresikan oleh makrofag.
Antigen yang sudah berikatan dengan MHC kelas 2 akan mengaktivasi sel
T Helper. Sel T Helper yang telah teraktivasi akan menyebabkan sel T
berdiferensiasi menjadi sel memori yang berperan dalam respon imun
spesifik sebagai imunitas seluler (Lestari dan Raveinal, 2020).
Sementara itu, imunitas humoral diperankan oleh sel B. Ketika sel
tubuh kita terpapar oleh antigen maka sel B akan bertransformasi
kemudian berproliferasi dan akan beridferensiasi menjadi sel plasma. Sel
plasma selanjutnya akan memproduksi antibodi, antibodi inilah yang
nantinya akan menetralkan antigen dan memicu terjadinya reaksi
inflamasi. Sel B yang tidak hanya berproliferais menjadi sel plasma saja,
tetapi juga menjadi sel memori. Sel memori tersebut akan berada pada
aliran darah sehingga jika suatu saat tubuh kembali terpapar oleh antigen
yang serupa maka sel memori akan berproliferasi dan berdiferensiasi
seperti sebelumnya dan akan menghasilkan antibodi yang lebih banyak
(Sulistiyah dkk., 2017).
Sel memori tersebut lah yang sangat berperan bagi tubuh untuk
mengenali antigen pada paparan selanjutnya. Dengan arti, jika seorang
individu telah di vaksin dan terpapar kembali oleh antigen, maka tubuh
akan lebih mudah dalam mengenali antigen tersebut. Tidak hanya lebih
mudah dalam mengenali, tetapi juga tubuh menjadi lebih baik dalam
merespon antigen tersebut pada paparan yang kedua karena antibodi yang
dihasilkn lebih banyak, pembentukan antibodi lebih cepat, antibodi lebih
tahan lama, dan afinitasnya akan lebih tinggi (Sulistiyah dkk., 2017).
15
2.5.3. Tipe Vaksinasi/Imunisasi Aktif dan Pasif
1. Imunisasi Aktif
2. Imunisasi Pasif
16
rabies,vaksin influenza, vaksin volio, vaksin pertusis dan vaksin demem
tifoid (Lestari dan Reveinal, 2020).
Vaksin ini dibagi lagi menjadi empat macam, yaitu
a. Vaksin Subunit
Vaksin ini berasal dari satu bagian organisme, seperti dari
komponen kapsul bakteri. Keuntungan dari menggunakan
vaksin ini ialah vaksin ini sudah aman untuk anak-anak dan
terhindar dari vaksin yang purulen.
b. Vaksin Toksoid
Vaksin toksoid merupakan jenis vaksin yang tidak bersifat
toksik walaupun dibuat dari bahan berupa toksin bakteri dan
dapat merangsang pembuatan antibodi pada tubuh. Contoh dari
vaksin ini ialan vaksin tetanus dan difteri.
c. Vaksin konjugat
Vaksin konjugat merupakan vaksin yang terbuat dari
polisakarida murni yang bersifat kurang imunogenitas terhadap
anak dengan umur dibawah dua tahun. Untuk meingkatkan
walaupun imunogenitasnya kurang, tetapi respon imun tetap
dapat ditigkatkan dengan cara mengkonjugasikan polisakarida
dengan protein karier.
3. Vaksin Plasma DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin ini merupakan vaksin yang terbuat dari isolasi DNA
mikroba. DNA mikroba tersebut mengandung kode antigen yang bersifat
pathogen. Hasil dari penelitian, vaksin ini mampu merangsang respon
humoran dan seluler yang cukup kuat (Lestari dan Reveinal, 2020).
4. Vaksin Rekombinan
Vaksin ini membutuhkan epitope dari sebuah organisme yang
berisfat pathogen dalam penyusunannya. Vaksin ini memiliki prinsip
yaitu, dengan menyisipkan satu atau lebih gen epitope bagi sel yang akan
mendapatkan vaksin. Untuk vaksin ini biasanya menggunakna vector,
seperti virus (poxvirus, adenovirus, vaccinia, dan canarypox) dan bakteri
17
(salmonella). Vaksin hepatitis B merupakan salah satu contoh dari vaksi
rekombinan (Lestari dan Reveinal, 2020).
2.5.5. Program Imunisasi Rutin Lengkap (Imunisasi Dasar dan Imunisasi
Lanjutan) sesuai Kemenkes RI
2.5.5.1. Defiinisi Imunisasi
1. Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin merupakan imunisasi yang dilakukan
sesuai jadwal dengan cara terus-menerus.
a. Imunisasi Dasar
18
dilemahkan
19
penyakit campak subkutan pada
lengan kiri
atas atau
anterolateral
paha
Tabel 1 Imunisasi Dasar
b. Imunisasi Lanjutan
20
dibawah 8
tahun
21
Daftar Pustaka
Abbas, A., Lichtman, A., Pillai, S. 2018. Cellular and Molecular Immunology.
Phidelphia:Elsevier.
Fauza, W., Firdawati, dan Rasyid, R. 2019. Analisis pengelolaan rantai dingin
vaksin imunisasi dasar di puskesmas tahun 2018. Jurnal Berkala
Epidemiologi. 7(1): 42-50
Hadianti, D., dkk. 2014. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta : Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Lestari, L. dan Reveinal. 2020. Travel vaccine. Jurnal Human Care. 5(3):661-
670.
Sulistiyah dkk. 2017. Perbedaan Antara Peningkatan Suhu Tubuh dan Lama Panas
Pasca Imunisasi DPT pad Bayi Usia 2-6 Bulan di Posyandu Cempaka
Lesanpuro RW 03 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Laporan Akhir
Penelitian. Kebidanan Politeknik Kesehatan RS dr. Soeparno. Malang. (Tidak
Dipublikasikan).
22