Anda di halaman 1dari 10

BAB / PASAL KUHP BARU KUHP LAMA NAMA

BAB III PASAL 125. PASAL 63. SFW


Bagian Kelima (1) Suatu perbuatan yang (1) Jika suatu perbuatan masuk
Perbarengan / memenuhi lebih dari 1 (satu) dalam lebih dari satu aturan
PASAL 125. ketentuan pidana yang diancam pidana, maka yang dikenakan
dengan ancaman pidana yang hanya salah satu di antara aturan-
sama hanya dijatuhi I (satu) aturan itu; jika berbeda-beda,
pidana, sedangkan jika ancaman yang dikenakan yang memuat
pidananya berbeda dijatuhi pidana ancaman pidana pokok yang
pokok yang paling berat. paling berat.

(2) Suatu perbuatan yang diatur (2) Jika suatu perbuatan masuk
dalam aturan pidana umum dan dalam suatu aturan pidana yang
aturan pidana khusus hanya umum, diatur pula dalam aturan
dijatuhi aturan pidana khusus, pidana yang khusus, maka hanya
kecuali Undang-Undang yang khusus itulah yang
menentukan lain. diterapkan.
BAB III / PASAL 126. PASAL 64. SFW
PASAL 126. (1) Jika terjadi perbarengan (1) Jika antara beberapa
beberapa Tindak Pidana yang perbuatan meskipun masing-
saling berhubungan sehingga masing merupakan kejahatan
dipandang sebagai perbuatan atau pelanggaran, ada
berlanjut dan diancam dengan hubungannya sedemikian rupa
ancaman pidana yang sama, hanya sehingga harus dipandang
dijatuhi 1 (satu) pidana sebagai satu perbuatan
berlanjut, maka hanya diterapkan
(2) Jika perbarengan Tindak satu aturan pidana; jika berbeda-
Pidana sebagaimana dimaksud beda, yang diterapkan yang
pada ayat (l) diancam dengan memuat ancaman pidana pokok
pidana yang berbeda, hanya yang paling berat.
dijatuhi pidana pokok yang
terberat.
BAB III / PASAL 127. PASAL 65. SFW
PASAL 127. (1) Jika terjadi perbarengan (1) Dalam hal perbarengan
beberapa Tindak Pidana yang beberapa perbuatan yang harus
harus dipandang sebagai Tindak dipandang sebagai perbuatan yang
Pidana yang berdiri sendiri dan berdiri sendiri sehingga
diancam dengan pidana pokok merupakan beberapa kejahatan,
yang sejenis, hanya diiatuhkan I yang diancam dengan pidana
(satu) pidana. pokok yang sejenis, maka
dijatuhkan hanya satu pidana.
(2) Maksimum pidana untuk
perbarengan Tindak Pidana (2) Maksimum pidana yang
sebagaimana dimaksud pada ayat dijatuhkan ialah jumlah
(l) adalah jumlah pidana yang maksimum pidana yang
diancamkan pada semua diancam terhadap perbuatan
Tindak Pidana tersebut, tetapi itu, tetapi boleh lebih dari
tidak melebihi pidana yang maksimum pidana yang
terberat ditambah 1/3 (satu per terberat ditambah sepertiga.
tiga).
BAB III / PASAL 128. PASAL 66. SFW
PASAL 128. (1) Jika terjadi perbarengan (1) Dalam hal perbarengan
beberapa Tindak Pidana yang beberapa perbuatan yang masing-
harus dipandang sebagai Tindak masing harus dipandang sebagai
Pidana yang berdiri sendiri dan perbuatan yang berdiri sendiri
diancam dengan pidana pokok sehingga merupakan beberapa
yang tidak sejenis, pidana yang kejahatan, yang diancam dengan
dijatuhkan adalah semua jenis pidana pokok yang tidak sejenis,
pidana untuk Tindak Pidana maka dijatuhkan pidana atas
masing-masing, tetapi tidak tiap-tiap kejahatan, tetapi
melebihi maksimum pidana yang jumlahnya tidak boleh melebihi
terberat ditambah l/3 (satu per maksimum pidana yang terberat
tiga). ditambah sepertiga.

(2) Dalam hal ketentuan (2) Pidana denda adalah hal itu
sebagaimana dimaksud pada ayat dihitung menurut lamanya
(1) diancam dengan pidana denda, maksimum pidana kurungan
penghitungan denda didasarkan pengganti yang ditentukan
pada lama maksimum pidana untuk perbuatan itu.
penjara pengganti pidana
denda. Untuk point ke 3 tidak ada.

(3) Jika Tindak Pidana yang


dilakukan diancam dengan pidana
minimum, minimum pidana untuk
perbarengan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah
jumlah pidana minimum khusus
untuk Tindak Pidana masing-
masing, tetapi tidak melebihi
pidana minimum khusus terberat
ditambah 1/3 (satu per tiga).
BAB III / PASAL 129. PASAL 67. SFW
PASAL 129. Jika dalam perbarengan Tindak Jika orang dijatuhi pidana mati
Pidana dljatuhi pidana mati atau atau pidana penjara seumur hidup,
pidana penjara seumur hidup, di samping itu tidak boleh
terdakwa tidak boleh dijatuhi dijatuhkan pidana lain lagi kecuali
pidana lain, kecuali pidana pencabutan hak-hak tertentu, dan
tambahan, yakni: pengumuman putusan hakim.
a. pencabutan hak tertentu;

b. perampasan Barang tertentu;


dan/ atau

c. pengumuman putusan
pengadilan.
BAB III / PASAL 130. PASAL 68. SFW
PASAL 130. (1) Jika terjadi perbarengan (1) Berdasarkan hal-hal dalam
sebagaimana dimaksud dalam pasal 65 dan 66, tentang pidana
Pasal 127 dan Pasal 129, tambahan berlaku aturan sebagai
penjatuhan pidana tambahan berikut:
dilakukan dengan ketentuan 1. pidana-pidana pencabutan hak
sebagai berikut: yang sama dijadikan satu, yang
a. pidana pencabutan hak yang lamanya paling sedikit dua tahun
sama dijadikan satu dengan dan paling banyak lima tahun
ketentuan: melebihi pidana pokok atau
l. paling singkat 2 (dua) tahun pidana-pidana pokok yang
dan paling lama 5 (lima) tahun dijatuhkan. Jika pidana pokok
lebih lama dari pidana pokok yang hanya pidana denda saja, maka
dljatuhkan; atau lamanya pencabutan hak paling
2. apabila pidana pokok yang sedikit dua tahun dan paling lama
diancamkan hanya pidana denda, lima tahun;
lama pidana paling singkat 2 (dua)
tahun dan paling lama 5 (lima) 2. pidana-pidana pencabutan hak
tahun. yang berlainan dijatuhkan sendiri-
sendiri tanpa dikurangi;
b. pidana pencabutan hak yang
berbeda dijatuhkan secara sendiri- 3. pidana-pidana perampasan
sendiri untuk tiap Tindak Pidana barang-barang tertentu, begitu
tanpa dikurangi; atau pula halnya dengan pidana
kurungan pengganti karena
c. pidana perampasan Barang barang-barang tidak
tertentu atau pidana pengganti diserahkan, dijatuhkan sendiri-
dijatuhkan secara sendiri-sendiri sendiri tanpa dikurangi.
untuk tiap Tindak Pidana tanpa
dikurangi. (2) pidana kurungan-kurungan
pengganti jumlahnya tidak
(2) Ketentuan mengenai boleh melebihi delapan bulan.
lamanya pidana pengganti bagi
pidana perampasan Barang
tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c berlaku
ketentuan pidana pengganti
untuk denda.
BAB III / PASAL 131. PASAL 71. SFW
PASAL 131. (1) Jika Setiap Orang telah Jika seseorang telah dijatuhi
dijatuhi pidana dan kembali pidana, kemudian dinyatakan
dinyatakan bersalah melakukan bersalah lagi karena melakukan
Tindak Pidana lain sebelum kejahatan atau pelanggaran lain
putusan pidana itu diiatuhkan, sebelum ada putusan pidana itu,
pidana yang terdahulu maka pidana yang dahulu
diperhitungkan terhadap pidana diperhitungkan pada pidana yang
yang akan dijatuhkan dengan akan dijatuhkan dengan
menggunakan aturan menggunakan aturan-aturan
perbarengan dalam bab ini mengenai hal
sebagaimana dimaksud dalam perkara-perkara diadili pada saat
Pasal 125 sampai dengan Pasal yang sama.
l30, seperti jika Tindak Pidana itu
diadili secara bersama. Untuk point ke 2 tidak ada.
(2) Jika pidana yang dijatuhkan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) telah mencapai maksimum
pidana, hakim cukup menyatakan
bahwa terdakwa bersalah tanpa
perlu diikuti pidana.
BAB IV PASAL 132. Tidak ada (-) SFW
Bagian Kesatu (1) Kewenangan penuntutan
Gugurnya dinyatakan gugur jika:
Kewenangan a. ada putusan pengadilan yang
Penuntutan / telah memperoleh kekuatan
PASAL 132. hukum tetap terhadap Setiap
Orang atas perkara yang sama;

b. tersangka atau terdakwa


meninggal dunia;

c. kedaluwarsa;

d. maksimum pidana denda


dibayar dengan sukarela bagi
Tindak Pidana yang hanya
diancam dengan pidana denda
paling banyak kategori II;

e. maksimum pidana denda


kategori IV dibayar dengan
sukarela bagi Tindak Pidana
yang diancam dengan pidana
penjara paling lama I (satu)
tahun atau
pidana denda paling banyak
kategori III;

f. ditariknya pengaduan bagi


Tindak Pidana aduan;

g. telah ada penyelesaian di luar


proses peradilan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang;
atau

h. diberikannya amnesti atau


abolisi.

(2) Ketentuan mengenai


gugurnya kewenangan
penuntutan bagi Korporasi
memperhatikan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 121.
BAB IV / PASAL 133. PASAL 82. SFW
PASAL 133. (1) Pidana denda sebagaimana (1) Kewenangan menuntut
dimaksud dalam Pasal 132 ayat pelanggaran yang diancam
(1) huruf d dan huruf e serta biayadengan pidana denda saja
yang telah dikeluarkan jika menjadi hapus, kalau dengan
penuntutan telah dimulai, suka rela dibayar maksimum
dibayarkan kepada Pejabat denda dan biaya-biaya yang
yang berwenang dalam jangka telah dikeluarkan kalau
waktu penuntutan telah dimulai, atas
yang telah ditetapkan. kuasa pejabat yang ditunjuk
untuk itu oleh aturan-aturan
(2) Jika diancamkan pula pidana umum, dan dalam waktu yang
tambahan berupa perampasan ditetapkan olehnya.
Barang atau tagihan, Barang dan/
atau tagihan yang dirampas harus (2) Jika di samping pidana denda
diserahkan atau harus dibayar ditentukan perampasan, maka
menurut taksiran Pejabat barang yang dikenai perampasan
sebagaimana dimaksud pada ayat harus diserahkan pula, atau
(1) dalam hal Barang dan/ atau harganya harus dibayar menurut
tagihan tersebut sudah tidak taksiran pejabat dalam ayat 1.
berada dalam kekuasaan
terpidana. (3) Dalam hal-hal pidana
diperberat karena pengulangan,
(3) Jika pidana diperberat karena pemberatan itu tetap berlaku
pengulangan, pemberatan tersebut sekalipun kewenangan menuntut
tetap berlaku sekalipun pidana terhadap pelanggaran yang
kewenangan menuntut pidana dilakukan lebih dahulu telah
terhadap Tindak Pidana yang hapus berdasarkan ayat 1 dan
dilakukan lebih dahulu gugur ayat 2 pasal ini.
berdasarkan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 132 ayat (1) huruf d dan
huruf e.
BAB IV / PASAL 134. PASAL 76 point pertama. SFW
PASAL 134. Seseorang tidak dapat dituntut (1) Kecuali dalam hal putusan
untuk kedua kalinya dalam 1 hakim masih mungkin diulangi,
(satu) perkara yang sama jika orang tidak boleh dituntut dua kali
untuk perkara tersebut telah ada karena perbuatan yang oleh hakim
putusan pengadilan yang telah Indonesia terhadap dirinya telah
memperoleh kekuatan hukum diadili dengan putusan yang
tetap. menjadi tetap. Dalam artian
hakim Indonesia, termasuk juga
hakim pengadilan swapraja dan
adat, di tempat-tempat yang
mempunyai pengadilan-
pengadilan tersebut.
BAB IV / PASAL 135. PASAL 76 point kedua. SFW
PASAL 135. Jika putusan sebagaimana (2) Jika putusan yang menjadi
dimaksud dalam Pasal 134 berasal tetap itu berasal dari hakim
dari pengadilan luar negeri, lain, maka terhadap orang itu dan
terhadap Setiap Orang yang karena tindak pidana itu pula,
melakukan Tindak Pidana yang tidak boleh diadakan penuntutan
sama tidak boleh diadakan dalam hal:
penuntutan dalam hal: 1. putusan berupa pembebasan
a. putusan bebas dari tuduhan atau dari tuduhan atau lepas dari
lepas dari segala tuntutan hukum; tuntutan hukum;
atau
2. putusan berupa pemidanaan
b. putusan berupa pemidanaan dan dan telah dijalani seluruhnya atau
pidananya telah dijalani telah diberi ampun atau
seluruhnya, telah diberi ampun, wewenang untuk menjalankannya
atau pelaksanaan pidana tersebut telah hapus karena daluwarsa.
kedaluwarsa.
BAB IV / PASAL 136. PASAL 78. SFW
PASAL 136. (1) Kewenangan penuntutan (1) Kewenangan menuntut pidana
dinyatakan gugur karena hapus karena daluwarsa:
kedaluwarsa apabila: 1. mengenai semua pelanggaran
a. setelah melampaui waktu 3 dan kejahatan yang dilakukan
(tiga) tahun untuk Tindak dengan percetakan sesudah satu
Pidana yang diancam dengan tahun;
pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan/ atau hanya 2. mengenai kejahatan yang
denda paling banyak kategori diancam dengan pidana denda,
III; pidana kurungan, atau pidana
penjara paling lama tiga tahun,
b. setelah melampaui waktu 6 sesudah enam tahun;
(enam) tahun untuk Tindak
Pidana yang diancam dengan 3. mengenai kejahatan yang
pidana penjara di atas 1 (satu) diancam dengan pidana penjara
tahun dan paling lama 3 (tiga) lebih dari tiga tahun, sesudah dua
tahun; belas tahun;

c. setelah melampaui waktu 12 4. mengenai kejahatan yang


(dua belas) tahun untuk Tindak diancam dengan pidana mati
Pidana yang diancam dengan atau pidana penjara seumur
pidana penjara di atas 3 (tiga) hidup, sesudah delapan belas
tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun.
tahun;
(2) Bagi orang yang pada saat
d. setelah melampaui waktu 18 melakukan perbuatan umurnya
(delapan belas) tahun untuk belum delapan belas tahun,
Tindak Pidana yang diancam masing-masing tenggang
dengan pidana penjara di atas 7 daluwarsa diatas dikurangi
(tujuh) tahun dan paling lama menjadi sepertiga.
15 (lima belas) tahun; dan

e. setelah melampaui waktu 20


(dua puluh) tahun untuk
Tindak Pidana yang diancam
dengan pidana penjara paling
lama 20 (dua puluh) tahun,
pidana penjara seumur hidup,
atau pidana mati.

(2) Dalam hal Tindak Pidana


dilakukan oleh Anak, tenggang
waktu gugurnya kewenangan
untuk menuntut karena
kedaluwarsa sebagaimana
dimaksud pada ayat (l) dikurangi
menjadi 1/3 (satu per tiga).
BAB IV / PASAL 137. PASAL 79. SFW
PASAL 137. Jangka waktu kedaluwarsa Tenggang daluwarsa mulai
dihitung mulai keesokan hari berlaku pada hari sesudah
setelah perbuatan dilalukan, perbuatan dilakukan, kecuali
kecuali bagi: dalam hal-hal berikut:
a. Tindak Pidana pemalsuan dan 1. mengenai pemalsuan atau
Tindak Pidana perusakan mata perusakan mata uang, tenggang
uang, kedaluwarsa dihitung mulai mulai berlaku pada hari sesudah
keesokan harinya setelah Barang barang yang dipalsu atau mata
yang dipalsukan atau mata uang uang yang dirusak digunakan:
yang dirusak digunakan; atau
2. mengenai kejahatan dalam
b. Tindak Pidana sebagaimana pasal-pasal 328, 329, 330, dan
dimaksud dalam Pasal 450, 333, tenggang dimulai pada hari
Pasal 451, dan Pasal 452 sesudah orang yang langsung
kedaluwarsa dihitung mulai terkena oleh kejahatan dibebaskan
keesokan harinya setelah Korban atau meninggal dunia;
Tindak Pidana dilepaskan atau
mati sebagai akibat langsung dari
Tindak Pidana tersebut.
BAB IV / PASAL 138. PASAL 80. SFW
PASAL 138. (l) Tindakan penuntutan Tindak (1) Tiap-tiap tindakan penuntutan
Pidana menghentikan tenggang menghentikan daluwarsa, asal
waktu kedaluwarsa. tindakan itu diketahui oleh orang
yang dituntut, atau telah
(2) Penghentian tenggang waktu diberitahukan kepadanya
kedaluwarsa sebagaimana menurut cara yang ditentukan
dimaksud pada ayat (1) dihitung dalam aturan-aturan umum.
keesokan hari setelah tersangka
atau terdakwa mengetahui atau (2) Sesudah dihentikan, dimulai
diberitahukan mengenai tanggang daluwarsa baru.
penuntutan terhadap dirinya
yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(3) Setelah kedaluwarsa


dihentikan karena Tindakan
penuntutan, mulai diberlakukan
tenggang waktu kedaluwarsa
baru.
BAB IV / PASAL 139. PASAL 81. SFW
PASAL 139. Apabila penuntutan dihentikan Penundaan penuntutan pidana
untuk sementara waktu karena berhubung dengan adanya
ada sengketa hukum yang harus perselisihan pra-yudisial,
diputuskan lebih dahulu, menunda daluwarsa.
tenggang waktu kedaluwarsa
penuntutan menjadi tertunda
sampai sengketa tersebut
mendapatkan putusan.
BAB IV PASAL 140 PASAL83. SFW
Bagian Kedua Kewenangan pelaksanaan pidana Kewenangan menjalankan pidana
Gugurnya dinyatakan gugur, jika: hapus jika terpidana meninggal
Kewenangan a. terpidana meninggal dunia; dunia.
Pelaksanaan
Pidana / b. kedaluwarsa; Pasal 84
PASAL 140. (1) Kewenangan menjalankan
c. terpidana mendapat grasi pidana hapus karena daluwarsa.
atau amnesti; atau
Untuk point C dan D tidak ada.
d. penyerahan untuk
pelaksanaan pidana ke negara
lain.
BAB IV / PASAL 141. Pasal 83, SFW
PASAL 141. Jika terpidana meninggal Kewenangan menjalankan
dunia, pidana perampasan pidana hapus jika terpidana
Barang tertentu dan/atau meninggal dunia.
tagihan yang telah disita tetap
dapat dilaksanakan.
BAB IV / PASAL 142. Pasal 84. SFW
PASAL 142. (1) Kewenangan pelaksanaan (1) Kewenangan menjalankan
pidana gugur karena pidana hapus karena daluwarsa.
kedaluwarsa setelah berlaku
tenggang waktu yang sama (2) Tenggang daluwarsa
dengan tenggang waktu mengenai semua pelanggaran
kedaluwarsa kewenangan lamanya dua tahun, mengenai
menuntut sebagaimana dimaksud kejahatan yang dilakukan
dalam Pasal 136 ditambah 1/3 dengan sarana percetakan
(satu per tiga). lamanya lima tahun, dan
mengenai kejahatan-kejahatan
(2) Tenggang waktu lainnya lamanya sama dengan
kedaluwarsa pelaksanaan tenggang daluwarsa bagi
pidana harus melebihi lama penuntutan pidana, ditambah
pidana yang dijatuhkan kecuali sepertiga.
untuk pidana penjara seumur
hidup. (3) Bagaimanapun juga,
tenggang daluwarsa tidak boleh
(3) Pelaksanaan pidana mati tidak kurang dari
mempunyai tenggang waktu lamanya pidana yang
kedaluwarsa, dijatuhkan.

(4) Jika pidana mati diubah (4) Wewenang menjalankan


menjadi pidana penjara seumur pidana mati tidak daluwarsa.
hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 101, kewenangan Untuk point 4 tidak ada.
pelaksanaan pidana gugur
karena kedaluwarsa setelah
lewat waktu yang sama dengan
tenggang waktu kedaluwarsa
kewenangan menuntut
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 136 ayat (1) huruf e
ditambah 1 / 3 (satu per tiga)
dari tenggang waktu
kedaluwarsa tersebut.
BAB IV / (1) Tenggang waktu kedaluwarsa PASAL 85. SFW
PASAL 143. pelaksanaan pidana dihitung (1) Tenggang daluwarsa mulai
keesokan harinya sejak putusan berlaku pada esak harinya setelah
pengadilan dapat dilaksanakan. putusan hakim dapat dijalankan.

(2) Apabila terpidana melarikan (2) Jika seorang terpidana


diri sewaktu menjalani pidana melarikan diri selama menjalani
maka tenggang waktu pidana, maka pada esok harinya
kedaluwarsa dihitung keesokan setelah melarikan diri itu mulai
harinya sejak tanggal terpidana berlaku tenggang daluwarsa
tersebut melarikan diri. baru. Jika suatu pelepasan
bersyarat dicabut, maka pada esok
(3) Apabila pembebasan bersyarat harinya setelah pencabutan, mulai
terhadap narapidana dicabut, berlaku tenggang daluwarsa baru.
tenggang waktu kedaluwarsa
dihitung keesokan harinya sejak (3) Tenggang daluwarsa tertuduh
tanggal pencabutan. selama penjalanan pidana ditunda
(4) Tenggang waktu kedaluwarsa menurut perintah dalam suatu
pelaksanaan pidana ditunda peraturan umum, dan juga selama
selama: terpidana dirampas
a. pelaksanaan pidana tersebut kemerdekaannya, meskipun
ditunda berdasarkan peraturan perampasan kemerdekaan itu
perundang-undangan; atau berhubung dengan pemidanaan
lain.
b. terpidana dirampas
kemerdekaannya meskipun
perampasan kemerdekaan tersebut
berkaitan dengan putusan
pengadilan untuk Tindak Pidana
lain.
BAB V PASAL 144. Pasal 86. SFW
Pengertian Tindak Pidana adalah termasuk Apabila disebut kejahatan, baik
Istilah / juga permufakatan jahat, dalam arti kejahatan pada
PASAL 144. persiapan, percobaan, dan umumnya maupun dalam arti
pembantuan melakukan Tindak suatu kejahatan tertentu, maka di
Pidana, kecuali ditentukan lain situ termasuk pembantuan dan
dalam Undang-Undang. percobaan melakukan
kejahatan, kecuali jika
dinyatakan sebaliknya oleh
suatu aturan.

Pasal 87
Dikatakan ada makar untuk
melakukan suatu perbuatan,
apabila niat untuk itu telah
ternyata dari adanya
permulaan pelaksanaan, seperti
dimaksud dalam pasal 53.

Pasal 88
Dikatakan ada permufakatan
jahat, apabila dua orang atau
lebih telah sepakat akan
melakukan kejahatan.
BAB V / Setiap orang adalah Tidak ada (-) SFW
PASAL 145. perseorangan, termasuk
Korporasi.

Anda mungkin juga menyukai