Ae bookBukuReferensiber ISBNEvaluasiProsesdanHasilBelajarolehIMadeParsa
Ae bookBukuReferensiber ISBNEvaluasiProsesdanHasilBelajarolehIMadeParsa
net/publication/323986537
CITATIONS READS
0 13,023
1 author:
I Made Parsa
Universitas Nusa Cendana
12 PUBLICATIONS 11 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Membangun Aplikasi Hasil Penjualan Tiket Pesawat Berbasis WEB Menggunakan YII Framework View project
All content following this page was uploaded by I Made Parsa on 05 April 2018.
ISBN : 978-602-6644-38-1
1. Pendidikan
I. Judul. II. Basri K.
.......
Editor/Penyunting : Basri K.
Desain, Layout, & Ilustrasi : Basri K.
Penerbit : CV. Rasi Terbit
I Made Parsa
halaman
KATA PENGANTAR ....................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................. x
DAFTAR GAMBAR ........................................................ xi
BAB
I. Hakikat Evaluasi Pembelajaran ....................... 1
A. Pengertian tentang Tes, Pengukuran,
Penilaian, dan Evaluasi ................................... 3
1. Tes .............................................................. 3
2. Pengukuran ................................................. 4
3. Penilaian ..................................................... 4
4. Evaluasi ...................................................... 5
B. Tujuan Evaluasi Pembelajaran dan Hasil
Belajar………………………………………... 8
C. Fungsi Evaluasi ............................................... 10
D. Persamaan dan Perbedaan Evaluasi dan
Penilaian .......................................................... 16
E. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran ........... 17
1. Kontinuitas ................................................. 17
2. Komprehensif ............................................. 17
3. Adil dan objektif ........................................ 18
4. Kooperatif .................................................. 18
5. Praktis ........................................................ 18
F. Jenis Evaluasi Pembelajaran ........................... 20
1. Evaluasi perencanaan dan
pengembangan ........................................... 19
2. Evaluasi monitoring ................................... 19
3. Evaluasi dampak ........................................ 19
4. Evaluasi efisiensi-ekonomis ...................... 20
5. Evaluasi program komprehensif ............... 20
a. Penilaian formatif ................................ 20
b. Penilaian sumatif ................................. 21
c. Penilaian penempatan ........................... 23
d. Penilaian diagnostik ............................ 23
II. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran ........... 24
Tabel halaman
1. Perbedaan tes baku dan tes buatan guru ....................... 79
2. Contoh pedoman penskoran bentuk uraian objektif ..... 83
3. Contoh pedoman penskoran bentuk uraian
nonobjektif …………………………………………… 84
4. Contoh kartu telaah soal bentuk uraian ........................ 89
5. Perhitungan skor dengan sistem bobot pertama ........... 114
6. Perhitungan skor dengan sistem bobot kedua .............. 114
7. Pedoman penskoran bentuk uraian objektif ................. 115
8. Pedoman penskoran bentuk uraian objektif ................. 116
9. Perhitungan skor pada soal berbeda bobot ................... 119
10. Pemberian skor untuk praktek instalasi sistem
operasi ........................................................................... 123
11. Distribusi frekuensi skor tes Elektronika ..................... 132
12. Menghitung rata-rata dan simpangan baku aktual ....... 132
13. Kelompok atas .............................................................. 137
14. Kelompok bawah .......................................................... 138
15. Perhitungan WL + WH dan WL – WH ........................ 138
16. Penafsiran hasil perhitungan tingkat kesukaran soal ... 139
17. Klasifikasi soal berdasarkan proporsi tingkat
kesukarannya………………………………………….. 140
18. Rumus untuk menemukan (WL + WH) nilai pada tiga
ting-kat kesulitan .......................................................... 140
19. Perhitungan perbedaan dua rata-rata ............................ 145
20. Distribusi pilihan peserta didik terhadap opsi soal ...... 150
Gambar halaman
1. Fungsi penilaian ............................................................ 16
2. Langkah-langkah evaluasi pembelajaran ..................... 58
2
orang yang dievaluasi
3
nilai dan arti
C. Fungsi Evaluasi
Cronbach (1963: 236) menjelaskan, bahwa “evaluasi yang
digunakan untuk memperbaiki jalur sementara masih tetap
memberikan kontribusi lebih pada peningkatan pendidikan
daripada evaluasi yang digunakan untuk menilai produk
yang sudah ada di pasaran.”
Nampaknya Cronbach lebih menekankan fungsi evaluasi untuk
perbaikan, sedangkan Scriven (1967) membedakan fungsi evaluasi
4
seperti orang tua dan guru
5
misalnya dalam penentuan program spesialisasi
6
sistem pendidikan, sistem kurikulum, sistem pembelajaran
E. Prinsip-prinsip Evaluasi
Pembelajaran
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, guru harus
mem-perhatikan prinsip-prinsip umum evaluasi, seperti berikut.
1. Kontinuitas
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental, karena
pembel-ajaran itu sendiri adalah suatu proses yang kontinu. Oleh
sebab itu, gu-ru harus melakukan evaluasi secara kontinu. Hasil
evaluasi yang diper-oleh pada suatu waktu harus senantiasa
dihubungkan dengan hasil-ha-sil pada waktu sebelumnya, sehingga
dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti tentang
perkembangan peserta didik. Perkembangan belajar peserta didik
tidak dapat dilihat dari dimensi produk saja, tetapi juga dimensi
proses bahkan dari dimensi input.
2. Komprehensif
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, guru harus
meng-ambil seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi. Misalnya,
jika objek evaluasi itu adalah peserta didik, maka seluruh aspek
kepribadian pe-serta didik itu harus dievaluasi, baik yang
menyangkut kognitif, afek-tif, maupun psikomotor. Begitu juga
dengan objek-objek evaluasi yang lain.
2. Domain afektif
Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang
me-nunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta
didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian
mengambil sikap, sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam
membentuk nilai dan me-nentukan tingkah laku.
Domain afektif terdiri atas empat jenjang kemampuan, yaitu:
(1) kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang
me-nuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi
fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali
3. Domain psikomotor
Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan
peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-
bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan
gerakan yang kom-pleks.
Kata kerja operasional yang digunakan harus sesuai dengan
kelom-pok keterampilan masing-masing, yaitu:
(1) keterampilan atau motorik (muscular or motor skill), yang
meliputi: mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil,
melompat, mengge-rakkan, dan menampilkan;
(2) manipulasi materi atau objek (manipulations of materials or
objects), yang meliputi: mereparasi, menyusun, membersihkan,
menggeser, memindahkan, dan membentuk; dan
7
berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal
pi-kiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika
adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike
episteme (bahasa La-tin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang
mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu di
sini mengacu pada kemam-puan rasional untuk mengetahui dan kecakapan
mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke
dalam tindakan. Kata logis yang diperguna-kan tersebut bisa juga diartikan
dengan masuk akal; pengetahuan benar salah, ber-dasarkan prosedur keilmuan.
Ringkasannya, lihat Glosarium
8
berasal dari bahasa Yunani kuno: “ethikos,” berarti “timbul dari kebiasaan,”
adalah sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan
penilaian moral. Etika men-cakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,
salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. St. John of Damascus (abad ke-7
Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).
Etika dimulai bila manusia merefleksikan un-sur-unsur etis dalam pendapat-
pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain
karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain.
Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia. Ringkasannya, lihat Glosarium
9
berasal dari bahasa Yunani αἰσθητικός (aisthetikos, yang berarti “keindahan,
sensiti-vitas, kesadaran, berkaitan dengan persepsi sensoris”), yang mana
merupakan turun-an dari αἰσθάνομαι (aisthanomai, yang berarti “saya melihat,
meraba, merasakan”). Pertama kali digunakan oleh filsuf Alexander Gottlieb
Baumgarten pada 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan
lewat perasaan
10
yang ditafsirkan Rossi dan Breidle (dalam Sanjaya, 2012: 204) sebagai seluruh
alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, TV,
buku, ko-ran, majalah, yang bagi Saud (2009: 104) dapat mengembangkan
profesional dan kompetensi pendidik
11
secara bergradasi
12
jenjang pendidikan selanjutnya dan atau dunia kerja
B. Model-model Evaluasi
Dari sekian banyak model-model evaluasi yang
dikemukakan, tes dan pengukuran tidak lagi menempati
posisi yang menentukan. Penggunaannya hanya untuk
tujuan-tujuan tertentu saja, bukan lagi menjadi suatu
keharusan, seperti ketika model pertama ditampilkan. Tes
dan pengukuran tidak lagi menjadi parameter kualitas
suatu studi evaluasi yang dilakukan.
Pada tahun 1949, Tyler pernah menawarkan model evaluasi black
box. Model ini banyak digunakan oleh orang-orang yang
melakukan kegiatan evaluasi. Studi tentang evaluasi belum begitu
menarik perha-tian orang banyak, karena kurang memiliki nilai
praktis. Baru sekitar tahun 1960-an studi evaluasi mulai berdiri
sendiri menjadi salah satu program studi di perguruan tinggi, tidak
hanya di jenjang sarjana (S.1) dan magister (S.2), namun juga pada
jenjang doktor (S.3). Sekitar ta-hun 1972, model evaluasi mulai
berkembang. Taylor dan Cowley, mi-salnya, berhasil
mengumpulkan berbagai pemikiran tentang model evaluasi dan
menerbitkannya dalam suatu buku.
Model evaluasi yang dikembangkan lebih banyak
menggunakan pendekatan positivisme yang berakar pada teori
psikometri. Dalam model tersebut, pengukuran dan tes masih
sangat dominan, sekalipun tidak lagi diidentikkan dengan evaluasi.
Penggunaan desain eksperi-men seperti yang dikemukakan
13
seperti telah dijelaskan di atas
14
sempat dianggap tidak memiliki peranan penting, tetapi kini hal itu mulai
berubah. Dalam psikologi modern, psikologi sosial mendapat posisi yang
penting. Psikologi sosial telah memberikan pencerahan bagaimana pikiran
manusia berfungsi dan mem-perkaya jiwa dari masyarakat kita. Melalui
berbagai penelitian laboratorium dan la-pangan yang dilakukan secara
sistematis, para psikolog sosial telah menunjukkan bahwa untuk dapat
memahami perilaku manusia, kita harus mengenali bagaimana peranan situasi,
permasalahan, dan budaya. Walaupun terdapat banyak kesamaan, para ahli riset
dalam bidang psikologi dan sosiologi cenderung memiliki perbedaan dalam hal
tujuan, pendekatan, metode dan terminologi mereka. Mereka juga lebih
menyukai jurnal akademik dan masyarakat profesional yang berbeda. Periode
kola-borasi yang paling utama antara para ahli sosiologi dan psikologi
berlangsung pada tahun-tahun tak lama setelah Perang Dunia II (Sewell, 1989).
Walaupun ada pening-katan dalam hal isolasi dan spesialisasi dalam beberapa
tahun terakhir, hingga ting-kat tertentu masih terdapat tumpang tindih dan
pengaruh di antara kedua disiplin il-mu tersebut
15
istilah ini pertama kali diperkenakan oleh Karl Pearson pada tahun 1894, dalam
bu-kunya On the Dissection of Asymmetrical Frequency Curves. Dalam Statistik,
wilayah data yang berada di antara +/- 1 simpangan baku akan berkisar 68,2%,
wilayah data yang berada di antara +/- 2 simpangan baku akan berkisar 95,4%,
dan wilayah data yang berada di antara +/- 3 simpangan baku akan berkisar
99,7%.
Contoh:
Kisi-kisi Soal Ujian Akhir Semester
Nama Sekolah : ..................................................
Mata Pelajaran : ..................................................
Jurusan/Program Studi : ..................................................
Kurikulum Acuan : ..................................................
Alokasi Waktu : ..................................................
Jumlah Soal : ..................................................
Standar Kompetensi : ..................................................
No-
Standar Kompe- Jenjang ke- Bentuk
No. Materi Indikator mor
kompetensi tensi dasar mampuan soal
soal
di mana:
16
seperti telah dikemukakan sebelumnya
17
misalnya dari pernyataan verbal ke non-verbal atau dari verbal ke bentuk rumus
18
misalnya hanya tes objektif
A. Jenis-jenis Teks
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan
dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di
dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh
peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.
Dalam rumusan ini terdapat empat unsur penting, yaitu:
(1) tes merupakan suatu cara atau teknik yang disusun secara
sistema-tis dan digunakan dalam rangka kegiatan pengukuran;
(2) tes terdapat berbagai pertanyaan dan pernyataan atau
serangkaian tugas yang harus dijawab dan dikerjakan oleh
peserta didik;
(3) tes digunakan untuk mengukur suatu aspek perilaku peserta
didik; dan
(4) hasil tes peserta didik perlu diberi skor dan nilai.
Tes dapat dibedakan atas beberapa jenis, dan pembagian jenis-
je-nis ini dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang. Heaton
(1988) mi-salnya, membagi tes menjadi empat bagian, yaitu:
(1) tes prestasi belajar (achievement test);
(2) tes penguasaan (proficiency test);
(3) tes bakat (aptitude test); dan
(4) tes diagnostik (diagnostic test).
Untuk melengkapi pembagian jenis tes tersebut, Brown (2004)
me-nambahkan satu jenis tes lagi yang disebut tes penempatan
(placement test). Dalam bidang psikologi, tes dapat diklasifikasikan
menjadi empat bagian, yaitu:
(1) tes inteligensi umum, yaitu tes untuk mengukur kemampuan
umum seseorang;
(2) tes kemampuan khusus, yaitu tes untuk mengukur kemampuan
po-tensial dalam bidang tertentu;
(3) tes prestasi belajar, yaitu tes untuk mengukur kemampuan
aktual sebagai hasil belajar; dan
Ada tes buatan guru yang bersifat hafalan semata, dan ada pula
yang bersifat analitis. Sebagai guru yang profesional tentu akan
me-nyusun soal yang berimbang dari kedua sifat tersebut. Hal ini
dimak-sudkan agar peserta didik dapat mengetahui siapa yang
mempunyai ke-mampuan yang mantap dalam mengingat atau
menghafal sesuatu, dan siapa pula yang mempunyai daya pikir
yang kritis, analitis, luas, dan asosiatif. Situasi terakhir inilah yang
harus diciptakan guru.
2. Tes yang dibakukan
Tes yang dibakukan (standardized test) atau tes baku, adalah tes
yang sudah memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi
ber-dasarkan percobaan-percobaan terhadap sampel yang cukup
besar dan representatif. Tes baku adalah tes yang dikaji berulang-
ulang kepada sekelompok besar peserta didik, dan item-itemnya
relevan serta mem-punyai daya pembeda yang tinggi. Di samping
itu, tes baku telah dikla-sifikasikan sesuai dengan tingkat usia dan
kelasnya. Tes baku biasanya telah dianalisis secara statistik dan
diuji secara empiris oleh para ahli (pakar), karena itu dapat
dinyatakan sahih (valid) untuk digunakan se-cara umum.
Pengolahan secara statistik dimaksudkan untuk mencari derajat
kesahihan dan keandalan serta daya pembeda yang tinggi dari
setiap item, sehingga soal itu betul-betul tepat diberikan dan dapat
di-jadikan alat pengukur kemampuan setiap orang secara umum.
Sedang-kan pengujian secara empiris dimaksudkan untuk
mengetahui kele-mahan-kelemahan setiap item. Tes baku bertujuan
untuk mengukur ke-mampuan peserta didik dalam tiga aspek, yaitu
kedudukan belajar, ke-majuan belajar, dan diagnostik.
Untuk mengetahui kedudukan belajar, setiap peserta didik
diban-dingkan dengan teman-teman sekelasnya, setingkat sekolah,
atau se-tingkat dari beberapa sekolah. Tes ini dilakukan pada
tingkat tertentu dan waktu tertentu saja. Tes baku juga digunakan
untuk mengukur ke-majuan belajar peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu. Artinya, jika guru telah selesai membahas satu
atau beberapa pokok bahasan dari mata pelajaran tertentu, guru
bisa memberikan ulangan harian atau ulangan umum pada setiap
semester. Adakalanya tes itu diberikan be-berapa kali, sehingga
kemajuan atau kemunduran belajar peserta didik dapat diketahui.
Tes untuk kemajuan belajar inilah yang paling sering dan umum
19
seperti mendesain sebuah eksperimen
20
kurang/tidak menguasai materi
(8 7) (6 3)
2 2 7,5 4,5
DP. Soal No. 1 = = = 0,30.
10 10
( 7 6) (1 2)
2 2 6,5 1,5
DP. Soal No. 2 = = = 0,63.
8 8
Contoh:
Format Penilaian Performa
Mata Pelajaran : ..........................................................................
Kelas/Semester : ..........................................................................
Indikator : ..........................................................................
Kemampuan : Mengukur Nilai Resistansi
Petunjuk : Berilah penilaian dengan menggunakan tanda
silang (X) pada setiap aspek yang tertera di
bawah ini sesu-ai dengan tingkat penguasaan
peserta didik.
21
data tanpa makna
= Rp5.500,00.
Skor maksimum 4
Contoh:
Berdasarkan contoh soal di atas, di mana jumlah soal ada 10,
jum-lah jawaban benar ada 7, maka skor yang diperoleh
peserta didik A adalah:
Skor = x 100 = 70.
(2) Penskoran ada koreksi jawaban, yaitu pemberian skor dengan
memberikan pertimbangan pada butir soal yang dijawab salah
dan tidak dijawab.
Adapun rumusnya adalah:
S
Skor = B /N x 100%
p 1
di mana:
B = jumlah soal yang dijawab benar;
S = jumlah soal yang dijawab salah;
P = jumlah pilihan jawaban tiap soal;
1 = bilangan tetap; dan
N = jumlah soal.
Catatan: Soal yang tidak dijawab diberi skor 0.
Contoh:
Berdasarkan contoh soal di atas, di mana jumlah soal ada 10,
jum-lah jawaban benar ada 7, jumlah jawaban salah = 3, dan
jumlah pi-lihan jawaban = 4, maka skor yang diperoleh peserta
didik adalah:
3
Skor = 7 /10 x 100%
4 1
= 60
(3) Penskoran dengan butir beda bobot, yaitu pemberian skor
dengan memberikan bobot berbeda untuk sejumlah soal.
Biasanya bobot butir soal menyesuaikan dengan tingkatan
kognitif (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi) yang telah ditetapkan guru.
(B x b)
Skor = x 100%
Si
di mana:
B = jumlah soal yang dijawab benar;
b = bobot setiap soal; dan
D. Skor Total
Skor total adalah jumlah skor yang diperoleh dari seluruh
bentuk soal setelah diolah dengan rumus tebakan (guessing
formula).
Jika guru mengambil contoh-contoh di atas, maka skor total
peserta didik adalah 20 + 6 + 5 + 7 = 38. Skor ini selanjutnya
disebut skor mentah (raw score). Setelah dihitung skor mentah
setiap peserta didik, langkah selanjutnya adalah mengolah skor
mentah tersebut menjadi ni-lai-nilai jadi. Pengolahan skor
dimaksudkan untuk menetapkan batas lulus (passing grade) dan
untuk mengubah skor mentah menjadi skor ter-jabar (drived score)
atau skor standar.
Untuk menentukan batas lulus, terlebih dahulu guru harus
meng-hitung rata-rata (mean) dan simpangan baku (standard
deviation), kemu-dian mengubah skor mentah menjadi skor terjabar
atau skor standar berdasarkan kriteria atau norma tertentu.
E. Konversi Skor
Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang
dicapai peserta didik ke dalam skor terjabar atau skor
standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang
diperoleh.
Secara tradisional, dalam menentukan nilai peserta didik pada
seti-ap mata pelajaran, guru menggunakan rumus sebagai berikut:
∑
Nilai = ∑ x (skala 0 – 10)
di mana:
X = jumlah skor mentah; dan
S = jumlah soal.
22
sebagaimana yang dibicarakan dalam Bab X
̅ aktual = Md + (∑ ) = 34 + ( ) 5 = 34,38
(∑ ) (∑ ) (∑ ) ( )
√ ( )
= √ ( )
= √ = 5 3,092006 = 8,79.
B. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda (discriminating power) adalah
pengukuran sejauhmana suatu butir soal mampu
membedakan peserta didik yang sudah menguasai
kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang
menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu.
Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal,
semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara
peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta
didik yang kurang menguasai kompetensi.
Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
DP =
di mana:
DP = daya pembeda;
WL = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah;
WH = jumlah peserta yang gagal dari kelompok atas; dan
n = 27% x N.
Contoh:
Jumlah peserta didik (N) = 40;
Jumlah sampel (n) = 27% x 40 = 10,8 = 11 (dibulatkan);
WL = 10; dan
WH = 2.
Jadi, daya pembedanya (DP) = 10 – 2/11 = 0,73.
Untuk menginterpretasikan koefisien daya pembeda tersebut
dapat digunakan kriteria yang dikembangkan oleh Ebel sebagai
berikut.
Indeks diskriminasi Evaluasi item
0,40 dan ke atas Item yang sangat bagus
0,30–0,39 Cukup bagus, tetapi mungkin bisa
diperbaiki
0,20–0,29 Item marjinal, biasanya
membutuh-kan dan mengalami
perbaikan
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
t= = = = =
∑
) ) √( )
√( ) √( ( )
√( ( )
( )
= 8,747
Contoh:
Sebanyak 50 orang peserta didik dites dengan 10 soal bentuk
pi-lihan-ganda. Tiap soal memiliki 5 alternatif jawaban (a, b, c, d,
dan e). Kunci jawaban (jawaban yang benar) soal nomor 8 adalah
c. Setelah soal nomor 8 diperiksa untuk semua peserta didik,
ternyata dari 50 orang peserta didik, 20 peserta didik menjawab
benar dan 30 peserta didik menjawab salah. Idealnya, pengecoh
dipilih secara merata, arti-nya semua pengecoh secara merata ikut
menyesatkan peserta didik.
Perhatikan contoh soal nomor 8 berikut.
di mana:
ΣPKA = jumlah pemilih kelompok atas;
ΣPKB = jumlah pemilih kelompok bawah;
n1 = jumlah sampel kelompok atas (27%); dan
n2 = jumlah sampel kelompok bawah (27%).
b) Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih besar
daripada jumlah pemilih kelompok bawah.
2) Untuk opsi pengecoh:
a) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah
tidak kurang dari:
25% x (∑ ) x (Ka + Kb)
di mana:
d = jumlah opsi pengecoh;
Ka = kelompok atas; dan
Kb = kelompok bawah.
b) Jumlah pemilih kelompok bawah harus lebih besar
daripa-da jumlah pemilih kelompok atas.
Contoh:
Diketahui:
Jumlah peserta didik (N) = 40 orang.
n (27% x 40) = 10,80 = 11 (dibulatkan).
Jumlah soal = 10.
Bentuk soal = pilihan-ganda.
Jumlah opsi = 5 (a, b, c, d, e).
Kunci jawaban (opsi kunci) soal nomor 1 (misalnya) adalah (c)
dan opsi pengecohnya adalah (a), (b), (d), dan (e).
Distribusi pilihan peserta didik terhadap opsi untuk kelompok
atas adalah:
opsi (a) = 0; opsi (b) = 1; opsi (c) = 7; opsi (d) = 3; opsi (e) = 0.
Distribusi pilihan peserta didik terhadap opsi untuk kelompok
ba-wah adalah:
opsi (a) = 2; opsi (b) = 6; opsi (c) = 2; opsi (d) = 1; opsi (e) = 0.
Dengan demikian, guru dapat membuat tabel distribusi seperti
da-lam Tabel 20.
D. Faktor-faktor Penyebab
Keberhasilan dan Kegagalan dalam
Proses Kegiatan Pembelajaran
Salah satu jenis penilaian yang dapat dilakukan guru dalam
pembelajaran adalah penilaian diagnostik, yaitu penilaian
yang berfungsi mengidentifikasi faktor-faktor penyebab
kegagalan atau pendukung keberhasilan dalam
pembelajaran. Berdasarkan hasil penilaian diagnostik ini,
guru melakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Jika guru tidak mengetahui faktor-
23
per orangan atau kelompok
24
secara intelektual, emosional, dan sosial
B
BUNO bentuk uraian non-objektif BUO bentuk uraian objektif
C
CIPP context, input, process, dan pruduct
D
Depdikbud Departemen Pendi-dikan dan Kebudayaan
Depdiknas Departemen Pendidik-an Nasional
dkk dan kawan-kawan
E
EYD ejaan yang disempurnakan
F
FKIP Fakultas Keguruan dan Il-mu Pendidikan
FPTK Fakultas Pendidikan Tek-nologi dan Kejuruan
I
IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Iptek ilmu pengetahuan dan tek-nologi
ITB Institut Teknologi Bandung
K
kadit kepala direktorat
KBK Kurikulum Berbasis Kom-petensi
kg kilogram
L
Lantas lalu lintas
LPM Lembaga Pengabdian kepa-da Masyarakat
R
RPP rencana pelaksanaan pem-belajaran
S
SBMPTN Seleksi Bersama Ma-suk Perguruan Tinggi Negeri
T
TOEFL Test of English as a Foreign Language
TV televisi
U
Undana Universitas Nusa Cenda-na
UNJ Universitas Negeri Jakarta
UU Undang-undang
A
algoritme 1 prosedur sistematis untuk memecahkan masalah
mate-matis dalam langkah-langkah terbatas; 2 urutan logis
pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah
aluminium 1 logam putih perak, ringan, dan mulur, unsur
dengan nomor atom 13, lambang Al, dan bobot atom 26,9815;
2 logam paling berlimpah. Aluminium bukan merupakan jenis
logam berat, namun merupakan elemen yang berjumlah ± 8%
dari permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Aluminium
terdapat dalam penggunaan aditif makanan, antasida, buffered
aspirin, astringents, semprotan hidung, antiperspirant, air minum,
knalpot mobil, asap tembakau, penggunaan aluminium foil,
peralatan masak, kaleng, keramik, dan kembang api.
Aluminium merupakan konduktor lis-trik yang baik. Terang
dan kuat. Merupakan konduktor yang baik juga buat panas.
Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat dan
diekstrusi menjadi batangan dengan bermacam-macam
penampang. Tahan korosi. Aluminium digunakan dalam
banyak hal. Kebanyakan digunakan dalam kabel bertegangan
tinggi. Juga secara luas digunakan dalam bingkai jendela dan
badan pesawat terbang. Ditemukan di rumah sebagai panci,
botol minuman ri-ngan, tutup botol susu, dan sebagainya.
Aluminium juga diguna-kan untuk melapisi lampu mobil dan
compact discs
ambiguitas 1 sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan
yang mempunyai dua pengertian; 2 ketidaktentuan;
ketidakjelasan; 3 ke-mungkinan adanya makna atau penafsiran
yang lebih dari satu atas karya sastra; 4 kemungkinan adanya
makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau
kalimat; ketaksaan
analitis bersifat (menurut) analisis
antropologi ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul,
aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaannya
pada masa lampau
antropologi sosial studi yang mempelajari hubungan antara
orang-orang dan kelompok. Antropologi sosial berkaitan erat
B
bakat dasar (kepandaian, sifat, dan kepandaian) yang dibawa
dari lahir
bank soal satuan kerja pada lembaga pendidikan yang mengurus
pe-nyimpanan dan penyediaan soal-soal ujian
bivariat salah satu bentuk analisis kuantitatif (statistik) yang
paling sederhana. Ini melibatkan analisis dua variabel (sering
dilambang-kan dengan X, Y), untuk tujuan menentukan
hubungan empiris di antara keduanya.
C
catur wulan istilah dalam Bahasa Jawa untuk sistem
penanggalan yang terdiri atas catur (empat) dan wulan (bulan)
yang memiliki makna empat bulan berturut-turut. Istilah ini
pernah digunakan se-bagai periode ajaran pendidikan di
Indonesia. Pada penanggalan Gregorian, caturwulan
(quadrimester) dalam satu tahun terdiri atas ti-ga periode: (1)
caturwulan pertama: Januari hingga April (120/121 hari); (2)
caturwulan kedua: Mei hingga Agustus (123 hari); dan (3)
caturwulan ketiga: September hingga Desember (122 hari)
D
depa ukuran sepanjang kedua belah tangan mendepang dari
ujung jari tengah tangan kiri sampai ke ujung jari tengah
tangan kanan (empat hasta, enam kaki)
E
eklektis bersifat memilih yang terbaik dari berbagai sumber
(tentang orang, gaya, metode)
ekstrakurikuler berada di luar program yang tertulis di dalam
kuri-kulum, seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan
peserta didik
ekstrapolasi perluasan data di luar data yang tersedia, tetapi
tetap mengikuti pola kecenderungan data yang tersedia itu
empiris berdasarkan pengalaman (terutama yang diperoleh dari
pe-nemuan, percobaan, pengamatan yang telah dilakukan)
estetika salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan.
Este-tika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan
bisa terben-tuk, dan bagaimana supaya dapat merasakannya.
Pembahasan le-bih lanjut mengenai estetika adalah sebuah
filosofi yang mempel-ajari nilai-nilai sensoris yang kadang
dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa.
Estetika merupakan cabang yang sa-ngat dekat dengan filosofi
seni. Estetika membahas mengenai ke-indahan, dan
implikasinya pada kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai
macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari ber-bagai
macam hasil budaya
etika ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
F
fenomenologi ilmu tentang perkembangan kesadaran dan
pengenal-an diri manusia sebagai ilmu yang mendahului ilmu
filsafat atau bagian dari filsafat
H
heteronomi ketergantungan pada kuasa orang lain
humaniora ilmu pengetahuan yang mempelajari apa yang
dicipta-kan atau diperhatikan manusia (dipertentangkan dengan
ilmu pe-ngetahuan alam), seperti teologi, filsafat, ilmu hukum,
ilmu seja-rah, filologi, ilmu bahasa, kesusastraan, dan ilmu-
ilmu kesenian
I
impresionisme mengutamakan pemberian kesan atau pengaruh
pa-da daripada kenyataan atau keadaan sebenarnya
individualisasi filsafat atau metode pendidikan yang
menekankan penyesuaian pengajaran kepada perbedaan-
perbedaan individual peserta didik
insidental terjadi atau dilakukan hanya pada kesempatan atau
wak-tu-waktu tertentu saja; tidak secara tetap atau rutin;
sewaktu-waktu
instruksional tentang atau bersifat pengajaran; mengandung
pel-ajaran (petunjuk, penerangan)
inteligensi daya reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat,
baik secara fisik maupun mental, terhadap pengalaman-
pengalaman ba-ru, membuat pengalaman dan pengetahuan
yang telah dimiliki siap untuk dipakai apabila dihadapkan pada
fakta-fakta atau kondisi-kondisi baru; kecerdasan
interelasi hubungan satu sama lain
internalisasi 1 penghayatan; 2 proses belajar dari seorang
individu untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu, dan
emosi yang berguna untuk membentuk kepribadiannya. Proses
ini berlangsung selama hidupnya. Internalisasi menjadikan
nilai dan norma yang dipelajari tersebut sebagai milik dasar
J
jengkal ukuran sepanjang rentangan antara ujung ibu jari tangan
dan ujung kelingking
K
kata jadian kata turunan
kata kunci ungkapan yang mewakili konsep-konsep atau
gagasan-gagasan yang menandai suatu zaman atau suatu
kelompok
klasikal secara bersama-sama di dalam kelas
koefisien bagian suku yang berupa bilangan atau konstan, yang
bia-sanya dituliskan sebelum lambang peubah, seperti angka 2
dalam 2 x atau dalam 2 (x + y)
kognisi 1 kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan
(termasuk kesadaran, perasaan, dan sebagainya) atau usaha
mengenali sesua-tu melalui pengalaman sendiri; 2 proses
pengenalan, dan penafsir-an lingkungan oleh seseorang; 3 hasi
pemerolehan pengetahuan
kognitif 1 berhubungan dengan atau melibatkan kognisi; 2
berdasar kepada pengetahuan faktual yang empiris
komprehensif 1 bersifat mampu menangkap (menerima) dengan
baik; 2 luas dan lengkap (tentang ruang lingkuap dan isi); 3
mem-punyai dan memperlihatkan wawasan yang luas
komunikatif 1 dalam keadaan saling berhubungan (mudah dihu-
bungi); 2 mudah dipahami (dimengerti)
kondusif memberi peluang kepada peserta didik pada hasil yang
di-inginkan yang bersifat mendukung
konsepsi 1 pengertian; pendapat (paham); 2 rancangan (cita-cita
dan sebagainya) yang telah ada dalam pikiran
konservatif 1 kolot; 2 bersikap mempertahankan keadaan,
kebiasa-an, dan tradisi yang berlaku
konvensional 1 berdasarkan konvensi (kesepakatan) umum; 2
tradi-sional
konversi 1 perubahan dari satu sistem pengetahuan ke sistem
yang lain; 2 perubahan dari satu bentuk (rupa, dan sebagainya)
ke ben-tuk (rupa, dan sebagainya) yang lain
kooperatif 1 bersifat kerja sama; 2 bersedia membantu
L
langit-langit 1 kain tenda di atas tempat tidur dan sebagainya; 2
pa-pan asbes sebagai penutup bagian atas ruangan (kamar) di
bawah atap; plafon; 3 bagian rongga mulut sebelah atas (ada
langit-langit keras dan ada langit-langit lunak)
lateral 1 di sebelah sisi; di sisi; ke sisi; ke pinggir; 2 dihasilkan
de-ngan penutupan sebagian lidah (tentang bunyi ujar)
lingkungan alam keadaan (kondisi, kekuatan) sekitar yang
mempe-ngaruhi perkembangan dan tingkah laku organisme
lingkungan kebudayaan keadaan sistem nilai budaya, adat
istiadat, dan cara hidup masyarakat yang mengelilingi
kehidupan seseorang
lingkungan sosial kekuatan masyarakat serta berbagai sistem
norma di sekitar individu atau kelompok manusia yang
mempengaruhi tingkah laku mereka dan interaksi antara
mereka
logika 1 pengetahuan tentang kaidah berpikir; 2 jalan pikiran
yang masuk akal
lugas 1 mengenai yang pokok-pokok (yang perlu-perlu saja); 2
tidak berbelit-belit
M
marjinal tidak terlalu menguntungkan
median nilai tengah di antara deret nilai yang disusun dengan
tata urut dari besar sampai kecil
melobi melakukan pendekatan secara tidak resmi
menjajaki menduga; menelaah; mengajuk
minat kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah,
ke-inginan
O
orang-orangan tiruan orang; boneka; patung
P
pemindai 1 scanner; 2 suatu alat yang digunakan untuk
memindai suatu bentuk maupun sifat benda, seperti dokumen,
foto, gelom-bang, suhu, dan lain-lain. Hasil pemindaian itu
pada umumnya akan ditransformasikan ke dalam komputer
sebagai data digital
pilih kasih berat sebelah; memihak
positivisme aliran filsafat yang beranggapan bahwa pengetahuan
itu semata-mata berdasarkan pengalaman dan ilmu yang pasti
premis 1 apa yang dianggap benar sebagai landasan kesimpulan
ke-mudian dasar pikiran; alasan; 2 prasangka; asumsi; 3
kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar penarikan
kesimpulan di dalam lo-gika
proporsional sesuai dengan proporsi; sebanding; seimbang;
berim-bang
psikiatri cabang (spesialisasi) ilmu kedokteran yang
berhubungan dengan penyakit jiwa
psikologi 1 ilmu yang berkaitan dengan proses-proses mental,
baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku;
2 ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa
psikologi sosial suatu studi tentang hubungan antara manusia
dan kelompok. Para ahli dalam bidang interdisipliner ini pada
umum-nya adalah para ahli psikologi atau sosiologi, walaupun
semua ahli psikologi sosial menggunakan, baik individu
maupun kelompok sebagai unit analisis mereka
psikologis berkenaan psikologi; bersifat kejiwaan
psikometri teori dan teknik pengukuran inteligensi dan aktivitas
mental dalam psikologi
psikomotor berhubungan dengan aktivitas fisik yang berkaitan
de-ngan proses mental; psikomotoris
R
ras golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik; rumpun bangsa
S
sektoral terbagi dalam sektor; bersektor-sektor
sensoris berhubungan dengan pancaindra
silabus ikhtisar suatu pelajaran
simpangan baku 1 deviasi standar; 2 ukuran sebaran statistik
yang paling lazim, yang mengukur bagaimana nilai-nilai data
tersebar. Bisa juga didefinisikan sebagai, rata-rata jarak
penyimpangan titik-titik data diukur dari nilai rata-rata data
tersebut; 3 akar kuadrat va-rians. Simpangan baku merupakan
bilangan tak-negatif, dan memi-liki satuan yang sama dengan
data. Misalnya jika suatu data diukur dalam satuan meter,
maka simpangan baku juga diukur dalam me-ter pula
simulasi 1 metode pelatihan yang meragakan sesuatu dalam
bentuk tiruan (imakan) yang mirip dengan keadaan
sesungguhnya; 2 peng-gambaran suatu sistem atau proses
dengan peragaan berupa model statistik atau pemeranan
skolastik sistem logika, filsafat, dan teologia para sarjana Abad
Per-tengahan, atau orang-orang terpelajar abad ke-10 hingga
abad ke-15, yang berlandaskan logika Aristoteles dan tulisan
ahli para aga-ma Kristen zaman permulaan agama
skor ideal skor yang mungkin dicapai bila semua soal dapat
dijawab dengan benar
sosiometri teknik penelitian yang umumnya bertujuan untuk
me-neliti hubungan sosial dan psikologis di antara individu di
dalam suatu kelompok
T
tak pandang bulu tidak membeda-bedakan orang
U
ulangan umum ulangan untuk semua mata pelajaran
V
valid menurut cara yang semestinya; berlaku; sahih
validitas sifat valid; sifat benar menurut bahan bukti yang ada,
logi-ka berpikir, atau kekuatan hukum; kesahihan