Anda di halaman 1dari 19

KETENTUAN UNDANG-UNDANG YANG BERLAKU

DISESUAIKAN DENGAN PROFESI AKUNTAN

AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASI

KELOMPOK 1

AJENG LOSHITA SARI 2106671832


AMIRULLOH DWI FEBRIYANTO 2106671845
CINDY THERESIA BR. MANURUNG 2106671920
M DHIKA ADITYA SUBARKAH 2106672160
SATRIA BAGUS WIJAYANA 2106792796

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA

2022
DAFTAR ISI

Daftar Isi...........................................................................................................................i
Statement of Authorship.................................................................................................ii
I. Hukum Acara Pidana dan Perdata........................................................................1
II. Kasus Hukum Acara Pidana: Operasi Tangkap Tangan : Kasus Suap
Putusan Pailit Koperasi Intidana...................................................................................5
III. Kasus Hukum Acara Perdata: Kasus PT Asuransi Umum Mega Lawan PT
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.......................................................................10
A. Kronologi Kasus..................................................................................................10
B. Aspek Perdata......................................................................................................13
Daftar Pustaka...............................................................................................................16

i
STATEMENT OF AUTHORSHIP

Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa tugas terlampir adalah
murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan
tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk tugas
pada mata ajaran lain, kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami
menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak
dan/atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Nama : Ajeng Loshita Sari
NPM : 2106671832
Tanda Tangan :

Nama : Amirulloh Dwi Febriyanto


NPM : 2106671845
Tanda Tangan

Nama : Cindy Theresia BR. Manurung


NPM : 2106671920
Tanda Tangan :

Nama : M Dhika Aditya Subarkah


NPM : 2106672160
Tanda Tangan :

Nama : Satria Bagus Wijayana


NPM : 2106792796
Tanda Tangan :

ii
I. HUKUM ACARA PIDANA DAN PERDATA

Hukum pidana menurut C.S.T Kansil merupakan hukum yang mengatur tentang

pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan kepentingan

umum, dimana hukumannya berupa suatu penderitaan atau siksaan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa hukum pidana merupakan suatu ketentuan yang mengatur tindakan

seseorang untuk menghindari apa yang tidak boleh dilakukan. Namun, jika hal tersebut

dilanggar, maka terdapat sanksi bagi pelakunya. Karena, hukum pidana bertujuan untuk

melindungi kepentingan umum, seperti yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (KUHP). Dalam kaitannya dengan audit forensik dan investigatif,

contoh tindakan hukum pidana adalah tindak pidana korupsi.

Sedangkan, hukum perdata menurut Prof. Subekti, S.H. meliputi semua hukum

privat materiil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan perseorangan.

Hukum perdata terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Hukum tentang diri seseorang, yang memuat peraturan tentang manusia sebagai

subjek dalam hukum.

2. Hukum keluarga, mengatur perihal hubungan hukum yang timbul dari hubungan

kekeluargaan, seperti perkawinan, hubungan anak dan orang tua serta perwalian.

3. Hukum kekayaan, mengatur perihal hubungan hukum yang dapat dinilai dengan

uang.

4. Hukum waris, mengatur perihal benda atau kekayaan seseorang jika meninggal

dunia.

1
Dapat disimpulkan bahwa hukum perdata sifatnya privat, dimana titik beratnya adalah

hubungan orang perorangan, sehingga tidak berdampak kepada kepentingan umum.

Ketentuan-ketentuan hukum perdata diatur di dalam KUH Perdata.

Adapun perbedaan kedua hukum ini, menurut Abdulkadir Muhammad, dapat

dilihat dari beberapa aspek, seperti:

Aspek Hukum Pidana Hukum Perdata

Dasar timbulnya Adanya pelanggaran Adanya pelanggaran

perkara yang dilakukan terhadap hak seseorang

terhadap perbuatan seperti yang sudah

pidana yang sudah diatur dalam hukum

diatur dalam hukum perdata.

pidana, dimana

perbuatan ini

mengakibatkan

kerugian negara,

mengganggu ketertiban

umum, dan

mengganggu

kewibawaan

pemerintah.

Inisiatif berperkara Berasal dari penguasa Berasal dari pihak-

negara melalui pihak yang merasa

aparaturnya seperti dirugikan.

Polisi dan Jaksa

2
Penuntut Umum (JPU).

Istilah yang digunakan Pihak yang mengajukan Pihak yang mengajukan

disebut ''JPU'', pihak disebut ''Penggugat''

yang disangka dan pihak lawannya

melakukan disebut ''Tergugat''.

''tersangka'' dan pihak

yang disangka disebut

''terdakwa".

Tugas hakim dalam Hakim mencari Hakim mencari

acara kebenaran kebenaran

sesungguhnya tanpa sesungguhnya dan

dibatasi oleh apa yang terbatas pada apa yang

dilakukan tersangka, dituntut oleh

guna mengejar Penggugat.

kebenaran materiil.

Tentang perdamaian Tidak boleh dilakukan Perdamaian dapat

perdamaian. dilakukan sebelum

adanya keputusan dari

hakim.

Tentang sumpah Tidak ada sumpah Adanya sumpah

dalam hukum pidana. decissoire dari kedua

belah pihak terkait

kebenaran atas suatu

peristiwa.

3
Tentang hukuman Hukuman yang Hukuman yang

diberikan kepada diberikan kepada pihak

terdakwa merupakan yang terbukti kalah

hukuman badan. adalah kewajiban untuk

memenuhi suatu

prestasi.

4
II. KASUS HUKUM ACARA PIDANA: OPERASI TANGKAP

TANGAN : KASUS SUAP PUTUSAN PAILIT KOPERASI

INTIDANA

Dalam penjelasan sebelumnya, dijelaskan bahwa Kasus Hukum Pidana

merupakan adanya pelanggaran yang dilakukan terhadap perbuatan pidana yang sudah

diatur dalam hukum pidana, dimana perbuatan ini mengakibatkan kerugian negara,

mengganggu ketertiban umum, dan mengganggu kewibawaan pemerintah.

Pada kasus ini terjadi manakala terkait operasi tangkap tangan terkait kasus

dugaan tindak pidana korupsi terkait suap pengurusan perkara di Mahkamah Agung.

Pada proses ini OTT dilakukan oleh APH dari pemerintahan dalam hal ini yaitu Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK). Operasi terebut mengamankan 8 tersangka terpisah

yaitu dari Semarang dan Jakarta namun pada akhirnya menjadikan tersangka berjumlah

10 orang tekait kasus ini, antara lain:

1) Sudrajad Dimyati (SD), Hakim Agung pada Mahkamah Agung

2) Elly Tri Pangestu (ETP), Hakim Yustisial/Panitera Pengganti MahkamahAgung

3) Desy Yustria (DS), PNS pada Kepaniteraan Mahkamah Agung

4) Muhajir Habibie (MH), PNS pada Kepaniteraan Mahkamah Agung

5) Redi (RD), PNS di Mahkamah Agung

6) Albasri (AB), PNS di Mahkamah Agung

7) Yosep Parera (YP), pengacara

8) Eko Suparno (ES), pengacara

9) Heryanto Tanaka (HT), swasta/kreditur Koperasi Koperasi Simpan Pinjam ID

(Intidana).

5
10) Ivan Dwi Kusuma Sujanto (IDKS), swasta/kreditur Koperasi Simpan Pinjam ID

(Intidana).

Konstruksi perkaranya, diawali adanya laporan pidana dan gugatan perdata terkait

dengan aktivitas dari Koperasi Simpan Pinjam Intidana di Pengadilan Negeri (PN)

Semarang yang diajukan tersangka Heryanto Tanaka (HT) dan tersangka Ivan Dwi

Kusuma Sujanto dengan diwakili melalui kuasa hukumnya yakni tersangka Yosep dan

tersangka Eko.

Saat proses persidangan di tingkat PN dan Pengadilan Tinggi (PT), tersangka HT

dan Eko belum puas dengan keputusan di dua pengadilan tersebut. Sehingga,

melanjutkan upaya hukum berikutnya ke tingkat Kasasi di MA. Pada 2022, dilakukan

pengajuan Kasasi oleh tersangka HT dan Ivan dengan masih mempercayakan tersangka

Yosep dan Eko sebagai kuasa hukumnya.

Dalam pengurusan Kasasi ini, diduga tersangka Yosep dan Eko melakukan

pertemuan dan komunikasi dengan beberapa pegawai di Kepaniteraan MA yang dinilai

mampu menjadi penghubung dengan Majelis Hakim yang nantinya bisa mengondisikan

putusan sesuai dengan keinginan tersangka Yosep dan Eko. "Adapun pegawai yang

bersedia dan bersepakat dengan YP dan ES yaitu DY dengan adanya pemberian

sejumlah uang,".

Tersangka Desy selanjutnya turut mengajak tersangka Muhajir dan tersangka Elly

untuk ikut serta menjadi penghubung penyerahan uang ke Majelis Hakim. Tersangka

Desy diduga sebagai representasi dari Hakim Agung Sudrajad Dimyati dan beberapa

pihak di MA untuk menerima uang dari pihak-pihak yang mengurus perkara di MA.

"Terkait sumber dana yang diberikan YP dan ES pada Majelis Hakim berasal dari HT

dan IDKS,". Sementara itu, jumlah uang yang kemudian diserahkan secara tunai oleh

6
tersangka Yosep dan Eko kepada tersangka Desy sejumlah sekitar 202 ribu dolar

Singapura atau sekitar Rp 2,2 miliar yang kemudian oleh tersangka Desy dibagi-bagi

lagi.

Pembagiannya, Desy menerima sekitar Rp 250 juta, tersangka Muhajir sekitar Rp

850 juta, tersangka Elly sekitar Rp 100 juta, dan Sudrajad Dimyati menerima sekitar Rp

800 juta melalui tersangka Elly. Dengan penyerahan uang tersebut, putusan yang

diharapkan tersangka Yosep dan Eko pastinya dikabulkan dengan menguatkan putusan

Kasasi sebelumnya yang menyatakan Koperasi Simpan Pinjam Intidana pailit. "Ketika

tim KPK melakukan tangkap tangan, dari DY ditemukan dan diamankan uang sejumlah

sekitar 205 ribu dolar Singapura dan adanya penyerahan uang dari AB sejumlah sekitar

Rp 50 juta. KPK menduga DY dan kawan-kawan juga menerima pemberian lain dari

pihak-pihak yang berperkara di Mahkamah Agung dan hal ini akan didalami lebih lanjut

oleh tim penyidik,"

Akibat perbuatannya, tersangka HT, YP, ES, dan IDKS selaku pihak pemberi

suap disangkakan melanggar Pasal 5 Ayat 1 huruf a atau b atau Pasal 13 atau Pasal 16

huruf a UU 31/1999 sebagaimana telah diubah dengan UU 20/2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP. Sedangkan

tersangka SD, DS, ETP, MH, RD, dan AB selaku penerima suap disangkakan

melanggar Pasal 12 huruf c atau Pasal 12 huruf a atau b Juncto Pasal 11 UU 31/1999

sebagaimana telah diubah dengan UU 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi Juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP.

Pada kasus ini juga menjelaskan sebagaimana dijelaskan pada buku teks terkait

dengan dikategorikan sebagai aktivitas mafia peradilan yang dapat mencederai

7
kepercayaan masyarakat dan menyakiti perasaan anggota koperasi yang sedang mencari

keadilan atas akibat tindakan ekonomi atas koperasi yang mereka kelola bersama.

Dengan demikian ini merupakan contoh kasus yang masih dalam tataran

penyelidikan dan penyidikan oleh tim KPK. Kasus ini merupakan contoh kasus dimana

para oknum merupakan contoh yang merendahkan kewibawaan pemerintah dan negara

dalam hal ini pada peranan yudikatif yang seharusnya sebagai tameng keadilan pada

negeri ini. Dalam kasus ini juga dijelaskan atas latar belakang kasus Perdata yang

dipersengketakan dan berujung menjadi kasus Pidana manakala pihak yang bersengketa

memaksakan kehendak ingin memenangkan kasusnya dalam peradilan dengan tindak

penyuapan.

Aspek Keterangan

Dasar timbulnya Aktifitas mafia peradilan dikategorikan sebagai

perkara aktifitas yang mengganggu kewibawaan pemerintah.

Mafia peradilan juga dianggap menganggu ketertiban

umum karena menyakiti perasaan anggota koperasi di

seluruh Indonesia

Inisiatif berperkara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Istilah yang digunakan Terdapat 10 Pihak yang menjadi tersangka terdiri dari

2 hakim Mahkamah Agung, 4 PNS mahkamah

Agung, 2 Pengacara, dan 2 kreditur Koperasi. Kasus

ini masih dalam tahap penyelidikan sehingga belum

sampai ada penetapan terdakwa.

Tugas hakim dalam Pada kasus ini Hakim Agung yang seharusnya mengejar

acara kebenaran materiil justru menjadi tersangka dengan

8
menerima suap sebesar Rp 800 juta untuk

mengondisikan gugatan perdata terkait aktivitas dari

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Intidana.

Tentang hukuman Sesuai Undang – Undang No. 20 Tahun 2001 bahwa

suap menyuap termasuk dalam 7 kelompok tipikor

dan bila terbukti dapat dikenakan hukuman berupa

hukuman penjara mulai 1 tahun penjara sampai

seumur hidup dengan denda antara Rp 50 juta sampai

1 miliar

9
III. KASUS HUKUM ACARA PERDATA: KASUS PT ASURANSI

UMUM MEGA LAWAN PT BANK TABUNGAN NEGARA

(PERSERO) TBK.

1. Kronologi Kasus

PT Asuransi Umum Mega selaku Penggugat menerima penawaran produk

deposito pada bulan Mei 2016 dari PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. selaku

Tergugat. Ketentuan produk deposito menyatakan bahwa Tergugat akan memberikan

bunga 9,5% untuk deposito dengan jumlah sebesar Rp 10.000.000.000,00. Atas

penawaran dimaksud Penggugat sepakat untuk melakukan pembukaan rekening

deposito dan mengirimkan dana sebesar Rp 10.000.000.000,00 pada tanggal 27 Mei

2016. Selanjutnya Tergugat menyampaikan pada Penggugat rekening a/n PT Asuransi

Umum Mega sebagai rekening penampungan. Penggugat merasa tidak pernah membuka

rekening giro atas nama dan dengan nomor 00679-01-30-00001. Penggugat hanya

mengajukan aplikasi pembukaan rekening deposito yang disertai dengan dokumen

pendukung. Adapun penempatan dana dimaksud telah diikuti dengan instruksi

penempatan deposito sesuai surat nomor 073/DIR-KEU/AUM/V/16 hal: Penempatan

Deposito yang tertanggal 27 Mei 2016. Atas penempatan dana Penggugat diberikan

sertifikat deposito berjangka nomor seri A 1644837 senilai Rp 10.000.000.000,00 oleh

Tergugat.

Pada tanggal 26 Agustus 2016, Penggugat meminta agar deposito dengan nomor

seri A 1644837 dicairkan dengan cara transfer ke nomor rekening Penggugat nomor

10
01.074.00.11.95959.9. Pencairan deposito telah dilakukan oleh Tergugat beserta dengan

bunganya. Selanjutnya Penggugat menempatkan kembali dana pada beberapa deposito.

Pada tanggal 18 November 2016 Penggugat menginstruksikan Tergugat untuk

mencairkan deposito beserta bunganya sesuai dengan bilyet deposito berjangka dengan

No. Seri A 1706951 senilai Rp 5.000.000.000,00 ke rekening Penggugat nomor

01.074.00.11.95959.9 sesuai dengan surat no. 173/DIR-KEU/AUM/XI/16. Namun

Tergugat tidak melakukan pencairan dana deposito tersebut dan bunganya sesuai

dengan instruksi.

Selanjutnya, pada tanggal 30 November 2016, Penggugat memberikan instruksi

pencairan dana deposito dan bunga milik Penggugat yang tersimpan di Tergugat sesuai

dengan bilyet deposito berjangka sebagai berikut:

 A 1705957 sejumlah Rp 10.000.000.000,00

 A 1705959 sejumlah Rp 8.000.000.000,00

 A 1644841 sejumlah Rp 25.000.000.000,00

Namun sekali lagi, instruksi tersebut tidak dilaksanakan oleh Tergugat.

Hal yang sama terulang untuk ketiga kalinya pada tanggal 1 Desember 2016 untuk

4 bilyet deposito berjangka, yaitu A 1706957, A 1705957, A 1705959, dan A 1644841.

Penggugat menindaklanjuti permintaan-permintaan pencairan dana deposito dan

bunganya dengan meminta percepatan pencairan dana deposito dan bunganya kepada

Tergugat ditambah dengan bilyet deposito A 1705961 sejumlah Rp 10.000.000.000,00.

Namun hal ini kembali tidak dilakukan oleh Tergugat. Sampai dengan gugatan aquo

diajukan, total dana yang ditempatkan oleh Penggugat di Tergugat adalah sebesar

Rp76.000.000.000,00 dengan pencairan dana sebesar Rp 18.000.000.000,00 dan dana

yang masih tersimpan sebanyak Rp 58.000.000.000,00.

11
Dengan diputusnya perkara pidana nomor 490/Pid.Sus/2017/PN Jkt.Utr di

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas nama terdakwa Dwi Prasetyo, S.E., terungkap

bahwa semua bilyet deposito yang diserahkan Tergugat adalah bilyet deposito PALSU.

Pembuatan deposito palsu ini dilakukan oleh terdakwa Dwi Prasetyo, S.E. dan tidak

tercatat di pembukuan Tergugat. Keberadaan rekening giro atas nama PT Asuransi

Umum Mega No. 00679-01-30-000016-7 membuat Tergugat percaya bahwa

penempatan deposito yang dilakukan Penggugat adalah benar dan sah. Hal ini karena

manajemen risiko yang diterapkan pada bank hanya bisa dilakukan sesuai dengan

perintah dari Penggugat. Kepercayaan ini didasari fakta bahwa Tergugat adalah bank

pemerintah terkemuka yang memiliki reputasi dan seharusnya menjalankan prinsip

kehati-hatian dan memiliki manajemen risiko yang baik sesuai dengan UU.

Selanjutnya, pada tanggal 13 November 2017, Penggugat menerima salinan

rekening koran giro dari Tergugat, yang menunjukkan informasi saldo kredit per 31

Oktober 2017 sebesar Rp 5.106.909.972,90. Jauh lebih sedikit daripada sisa dana yang

seharusnya tersimpan, yaitu Rp58.000.000.000,00, padahal Penggugat sama sekali tidak

pernah melakukan aplikasi pembukaan rekening giro tersebut. Penggugat juga tidak

melakukan transaksi lain seperti penerbitan cek atau giro, pengiriman uang, ataupun

penarikan uang/dana dari rekening tersebut. Penggugat tidak melakukan pencairan

karena Penggugat tidak memiliki buku cek ataupun giro atas rekening tersebut.

Pada persidangan perkara pidana nomor 490/Pid.Sus/2017/PN Jkt.Utr, terungkap

bahwa hilang dan berkurangnya dana milik Penggugat terjadi karena adanya penarikan

dana Penggugat berdasarkan perintah yang tidak berasal dari Penggugat. Penarikan

terjadi berkali-kali dengan nama R Agung Hermianto, Achmad Arminiel, PT Zanasfar

Mandiri, PT Asuransi Umum Mega, PT Global Index Investindo, dan Reksadana Star

12
Balance. Di sini, penarikan atas nama PT Asuransi Umum Mega adalah penarikan yang

dilakukan oleh Dwi Prasetyo, bukan oleh Penggugat. Dalam hal ini Tergugat melakukan

kegiatan perbankannya tanpa melakukan manajemen risiko dengan efektif sebagaimana

diatur dalam POJK no. 18/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi

Bank Umum atau sistem manajemen risiko di strategi Anti Fraud yang ditentukan

dalam Surat Edaran BI dengan nomor 13/28/DPNP.

2. Aspek Perdata

Dasar timbulnya perkara : Perkara Perdata timbul karena terjadi pelanggaran

terhadap hak seseorang seperti diatur dalam hukum

perdata. Dalam kasus PT Asuransi Umum Mega

melawan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.,

hubungan hukum timbul berdasarkan perbuatan

melawan hukum. Bahwa kasus Fraud yang

dilakukan oleh pegawai Tergugat (dimana fraud

dimaksud menyebabkan kerugian bagi Penggugat)

adalah karena Tergugat lalai dalam menjalankan

manajemen risiko sebagaimana diatur dalam UU

Perbankan dan POJK. Penggugat menuntut Tergugat

atas pelanggaran terhadap ketentuan – ketentuan

sebagai berikut:

a. Pasal 29 ayat (3) UU Perbankan;

b. Pasal 37B ayat (1) UU Perbankan;

c. Pasal 2 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 18/POJK.03/2016 Tentang

13
Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank

Umum;

d. Pasal 25, 29 dan Pasal 30 ayat (1) huruf (a) dan

(b) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor.

1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

Inisiatif berperkara : Dalam perkara perdata inisiatif berperkara berasal

dari pihak yang merasa dirugikan yaitu PT

Asuransi Umum Mega. Atas pelanggaran hukum

yang dilakukan Tergugat, Penggugat mengalami

kerugian material karena tidak dapat mengambil

kembali dana Penggugat yang tersimpan atau

ditempatkan pada Tergugat berjumlah

Rp58.000.000.000,00. Selain itu Penggugat juga

mengalami kerugian imaterial sebesar

Rp320.000.000.000,00 berupa dampak reputasi,

kehilangan peluang bisnis dan pengalihan sumber

daya untuk pengurusan perkara.

Penggugat : PT Asuransi Umum Mega

Tergugat : PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.

Tugas Hakim dan acara : Bahwa tuntutan Penggugat adalah menyatakan

sah dan berharga Sita Jaminan dan agar Tergugat

membayar kerugian material dan imaterial secara

tunai dan sekaligus kepada Penggugat. Dalam

14
perkara perdata tugas hakim adalah mencari

kebenaran sesungguhnya dan sebatas dari apa

yang dikemukakan dan dituntut oleh pihak-pihak.

Hukuman : Pengadilan Pertama Hakim Pengadilan Negeri

menolak gugatan PT Asuransi Umum Mega

selaku Penggugat.

Pada tingkat banding Hakim Pengadilan Tinggi

mengabulkan sebagian banding PT Asuransi

Umum Mega dan menghukum PT Bank

Tabungan Negara (Persero), Tbk. selaku Tergugat

untuk membayar kerugian material sebesar

Rp58.000.000.000,00, potensi pendapatan bunga

atas penempatan dana sebesar

Rp58.000.000.000,00 serta kerugian imaterial

sebesar Rp2.000.000.000,00.

Pada tingkat kasasi Hakim Agung mengabulkan

kasasi PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.

dan membatalkan putusan banding.

PT Asuransi Umum Mega mengajukan upaya

Peninjauan Kembali, namun sampai dengan saat

ini putusan dimaksud belum diterbitkan oleh MA.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-sumseljambibabel/baca-artikel/14057/

Perbedaan-Perkara-Perdata-dengan-Perkara-Pidana.html#:~:text=Perbedaan%20Perkara

%20Perdata%20dengan%20Pidana&text=Perkara%20perdata%20timbul%20karena

%20terjadi,telah%20ditetapkan%20dalam%20hukum%20pidana

https://www.hukumonline.com/klinik/a/intisari-perbedaan-hukum-pidana-dan-perdata-

lt57f2f9bce942f

https://hukum.rmol.id/read/2022/09/23/548382/kondisikan-gugatan-dari-ksp-intidana-

hakim-agung-sudrajad-dimyati-diduga-terima-suap-rp-800-juta

https://nasional.kontan.co.id/news/kasus-suap-ksp-intidana-di-ma-ini-kata-

kemenkopukm

https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/

zaed019c091a1aea9efa313133353139.html

https://nasional.sindonews.com/read/892775/13/begini-kronologi-ott-kpk-kasus-suap-

hakim-agung-di-ma-1663888195/20

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 696/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Pst.

Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Nomor 174/PDT/2019/PT.DKI

Putusan Mahkamah Agung Nomor 1102 K/Pdt/2020

16

Anda mungkin juga menyukai