Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis merupakan suatu
penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah)
melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, dan kadar gula
darah puasa ≥ 126 mg/dl. Diagnosa khas DM pada umumnya adalah bahwa
terdapat keluhan khas DM yaitu polyuria (banyak kencing), polydipsia (banyak
minum), polifagia (banyak makan), dan penurunan berat badan yang tidak jelas
sebabnya, serta keluhan lain seperti kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensia
pada pria, prioritis vulva pada wanita. Pada penyakit DM dapat terjadi beberapa
penyulit seperti penyempitan pembuluh darah besar yang dapat menyebabkan
penyakit jantung coroner dan stroke. Selain itu dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah kapiler seperti pada pembuluh kapiler mata dan ginjal serta dapat
terjadi kelainan saraf. (Misnadiarly, 2006)
Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di
Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada umur 15 tahun sebesar 2%. Angka
ini menunjukkan peningkatan dibandingkan prevalensi diabetes melitus pada
penduduk 15 tahun pada hasil Riskesdas 2013 sebesar 1,5%. Namun prevalensi
diabetes melitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada
2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Angka ini menunjukkan bahwa baru sekitar
25% penderita diabetes yang mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes.
(Pusdatin, 2020)
Data dari International Diabetes Federation (IDF) Atlas tahun 2017
menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia dengan jumlah
diabetes sebanyak 10,3 juta jiwa. Jika tidak ditangani dengan baik, World Health
Organization bahkan mengestimasikan angka kejadian diabetes di Indonesia akan
melonjak drastis menjadi 21,3 juta jiwa pada 2030. (P2PTM Kemenkes RI, 2018)
Diabetes melitus sering menyebabkan komplikasi makrovaskuler dan
mikrovaskuler. Komplikasi makrovaskuler terutama didasari oleh karena adanya
resistensi insulin, sedangkan komplikasi mikrovaskuler lebih disebabkan oleh
hiperglikemik kronik. ( Eva D, 2019). Hasil penelitian Ririn tahun 2020 didapat

1
2

hasil dari 72 pasien diabetes, terdapat 24 pasien menderita komplikasi


mikrovaskuler yaitu 8 pasien menderita retinopati diabetik, 11 pasien nefropati
diabetik, 5 pasien neuropati diabetik. Sedangkan untuk komplikasi makrovaskuler
terdapat 31 pasien dengan 4 pasien menderita cerebrovaskuler, 8 pasien jantung
koroner, dan 20 pasien menderita gastritis. (Saputri, R. D, 2020)
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita DM, komplikasi pada
ginjal atau disebut nefropati diabetik adalah satu yang paling serius. Sekitar 20-
40% penyandang diabetes akan mengalami nefropati diabetik dan menjadi
penyebab utama terjadinya penyakit gagal ginjal stadium akhir. Nefropati diabetik
ditandai dengan adanya mikro atau makroproteinuria yang persisten, peningkatan
tekanan darah, gangguan fungsi ginjal yang progresif. Komplikasi ini dapat terjadi
lebih cepat atau mungkin terlambat tergantung status kontrol glikemik setiap
individu. (Desyani A, 2021)
Durasi rata-rata pada pasien DM terkena nefropati diabetik sejak pertama kali
terdiagnosis adalah ± 4,8 tahun. (Ludirdja, J. S., 2010). Hasil penelitian Pigur
Agus Marwanto pada tahun 2010 diperoleh dari 198 pasien DM, 51 pasien laki-
laki dan 37 pasien perempuan menderita nefropati diabetik. (Marwanto, P. A.,
2010)
Hasil penelitian dari Zunayroh Nasution didapat hasil pada kelompok DM
terkontrol ditemukan sebanyak 13 orang (86,67%) normal dan 1 orang (6,67%)
menunjukkan kondisi mikoalbuminuria dan 1 orang menunjukkan
makroalbuminuria, sedangkan pada penderita DM tidak terkontrol sebanyak 7
orang (43,75%) menunjukkan normal, 6 orang (37,50%) menunjukkan
mikroalbuminuria dan 3 orang (18,75%) menunjukkan makroalbuminuria.
(Nasution, Z. 2013).
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat
bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara
oral dan atau suntikan. Langkah-langkah penatalaksaan umum meliputi evaluasi
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, evaluasi laboratorium, dan penapisan
komplikasi yang dilakukan di pelayanan kesehatan primer. (Soebagijo A; dkk,
2019)
3

Prolanis atau program pengelolaan penyakit kronis adalah suatu sistem


pelayanan Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS
kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang
optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Sasaran dari
program prolanis adalah peserta BPJS dengan penyakit kronis ( diabetes melitus
dan hipertensi). Bentuk pelaksanaan aktifitas dalam prolanis meliputi aktifitas
konsultasi medis/edukasi, Home Visit, Reminder, aktifitas klub dan pemantauan
status kesehatan sehingga status penyakit peserta terkontrol dengan baik. (BPJS
Kesehatan, 2018)
Klinik Arafah merupakan salah satu fasilitas pelayanan Kesehatan yang
menyelenggarakan program prolanis. Sampai dengan Desember 2021 anggota
prolanis dengan diagnosa diabetes melitus yang terdaftar di Klinik Arafah
sebanyak 60 peserta. Dalam menyelenggarakan program prolanis Klinik Arafah
melaksanakan pemeriksaan HbA1c secara rutin 3-6 bulan bagi penderita diabetes
untuk mengetahui status glikemik yang terkontrol.( Eni S, 2021)
Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas pada peserta prolanis
kemungkinan terjadinya komplikasi akan berlangsung lambat karena status
glikemiknya terkontrol dengan baik. Dengan jumlah peserta prolanis dengan
diagnosa diabetes melitus sebanyak 60 peserta diharapkan dapat menekan angka
penderita komplikasi nefropati diabetik.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menguji apakah terdapat
hubungan antara kadar gula darah dengan protein urine pada penderita diabetes
melitus yang mengikuti program prolanis di Klinik Arafah.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui apakah terdapat hubungan antara kadar gula darah dengan
protein urine pada penderita diabetes melitus prolanis di Klinik Arafah.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui rata-rata kadar gula darah pada penderita diabetes melitus
peserta prolanis.
4

b. Mengetahui persentase protein urine pada penderita diabetes melitus


peserta prolanis.
c. Menganalisis hubungan antara kadar gula darah dengan kadar protein
urine pada penderita diabetes melitus peserta prolanis.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberi informasi terkait bidang kimia klinik tentang hubungan antara
kadar gula darah dengan protein urine pada penderita diabetes melitus
pada peserta prolanis.
2. Manfaat Aplikatif
a. ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medis)
Memberikan informasi kepada ATLM tentang hubungan kadar gula
darah dengan protein urine pada penderita diabetes melitus sehingga
dapat menunjang peran ATLM guna membantu penegakan diagnosa.
b. Masyarakat (Subjek Penelitian)
Memberikan informasi kepada penderita diabetes melitus peserta
prolanis tentang hubungan kadar gula darah dengan protein urine agar
penderita diabetes melitus termotivasi untuk menjaga status
glikemiknya.
c. Instansi terkait (tempat penelitian)
Memberikan informasi kepada petugas medis tentang hubungan kadar
gula darah dengan protein urine sehingga dapat digunakan sebagai data
evaluasi penatalaksanaan penanganan penyakit diabetes melitus.
d. Peneliti lain
Dapat digunakan sebagai data base (dasar) untuk penelitian lebih
lanjut.
E. Ruang Lingkup
Bidang kajian penelitian ini adalah Kimia Klinik. Jenis penelitian analitik
dengan desain penelitian cross sectional. Variabel bebasnya adalah kadar gula
darah pasien dabetes melitus peserta prolanis sedangkan variabel terikatnya adalah
protein urine pasien dabetes melitus peserta prolanis. Waktu penelitian dari bulan
Februari – Juni 2022.
5

Populasi penelitian ini adalah seluruh populasi penderita diabetes melitus


yang terdaftar sebagai peserta prolanis di Klinik Arafah. Sampel penelitian ini
adalah seluruh penderita diabetes melitus yang terdaftar sebagai peserta prolanis
dengan status diabetes terkontrol berdasarkan kadar HbA1c di Klinik Arafah
sampai dengan bulan Januari 2022. Penelitian ini dilakukan di laboratorium
Klinik Arafah pada bulan Februari-Juni 2022.
Analisis penelitian ini adalah univariat untuk menentukan distribusi frekuensi
kadar gula darah dengan protein urine pada penderita diabetes melitus peserta
prolanis. Analisa data bivariat pada penelitian ini menggunakan uji korelasi untuk
mengetahui hubungan kadar gula darah dengan protein urine.

Anda mungkin juga menyukai