Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Nama Mahasiswa : Alan Gunawan


NIM : 41032161191025
Kelas : A2 / VIII

A. Definisi Hukum Waris Adat


Hukum Waris Adat adalah aturan-aturan yang mengatur pemindahan hak dan kewajiban terhadap harta
benda seseorang yang meninggal dunia kepada ahli waris sesuai dengan adat atau kebiasaan yang berlaku di
suatu masyarakat. Hukum Waris Adat berbeda-beda di setiap masyarakat, tergantung pada kebiasaan dan
tradisi yang berlaku di wilayah tersebut.
Menurut Para Ahli :
Mochtar Kusumaatmadja: Hukum waris adat adalah suatu peraturan hukum yang berlaku di dalam
masyarakat adat yang mengatur tentang pengaturan pemindahan harta benda dari pewaris kepada ahli waris.

Soerjono Soekanto: Hukum waris adat adalah aturan yang mengatur tentang siapa yang berhak menerima
harta benda dari seseorang yang telah meninggal dunia dalam suatu masyarakat adat.

Siti Hajar Binti Matasan: Hukum waris adat adalah suatu sistem hukum yang digunakan oleh masyarakat
adat untuk menentukan siapa yang berhak menerima harta warisan dan berapa banyak yang dapat diterima.

Ahmad Hasan: Hukum waris adat adalah peraturan hukum yang berlaku di suatu masyarakat adat, yang
mengatur tentang siapa yang berhak menerima harta warisan dari pewaris yang telah meninggal dunia, serta
berapa banyak yang dapat diterima oleh masing-masing ahli waris.

Secara umum, hukum waris adat mengandung nilai-nilai dan norma-norma kearifan lokal yang berkembang
dalam masyarakat adat dan sering kali sangat berbeda dengan hukum waris yang diatur oleh negara.

B. Sistem Kewarisan Hukum Adat Matrilineal

Sistem Kewarisan Hukum Adat Matrilineal adalah sistem hukum adat yang menentukan bahwa garis
keturunan yang digunakan untuk menentukan pewaris adalah garis keturunan dari ibu. Dalam sistem ini,
harta benda akan diwariskan dari ibu ke anak perempuannya, kemudian kepada anak perempuan dari anak
perempuannya, dan seterusnya. Dalam sistem ini, laki-laki biasanya tidak memiliki hak waris, tetapi mereka
bisa menerima harta benda dari ibu mereka.

Sistem Kewarisan Hukum Adat Matrilineal umumnya ditemukan di daerah-daerah yang memiliki tradisi
matriarkat atau sistem kekerabatan matrilineal, seperti di Minangkabau, Nias, dan Suku Mosuo di
Tiongkok.

C. Sistem Kewarisan Hukum Adat Patrilineal

Sistem Kewarisan Hukum Adat Patrilineal adalah sistem hukum adat di mana garis keturunan
yang digunakan untuk menentukan pewaris adalah garis keturunan dari ayah. Dalam sistem ini,
harta benda akan diwariskan dari ayah ke anak laki-laki, kemudian kepada anak laki-laki dari
anak laki-laki lainnya, dan seterusnya. Dalam sistem ini, perempuan biasanya tidak memiliki hak
waris, tetapi mereka dapat menerima harta benda melalui suami mereka atau sebagai hadiah dari
keluarga suami mereka.

Sistem Kewarisan Hukum Adat Patrilineal banyak ditemukan di daerah-daerah yang memiliki
tradisi patriarkat atau sistem kekerabatan patrilineal, seperti di Jawa, Sunda, Bali, dan beberapa
daerah di Sulawesi.
D. Sistem Kewarisan Hukum Adat Bilateral

Sistem Kewarisan Hukum Adat Bilateral adalah sistem hukum adat di mana garis keturunan yang
digunakan untuk menentukan pewaris adalah garis keturunan dari kedua orang tua, yaitu baik dari ayah
maupun ibu. Dalam sistem ini, harta benda akan diwariskan secara merata antara anak laki-laki dan
perempuan, atau dapat diwariskan kepada siapa saja dari keluarga yang dianggap membutuhkan.

Sistem Kewarisan Hukum Adat Bilateral lebih banyak ditemukan di masyarakat yang memiliki tradisi
egalitarianisme atau kesetaraan gender, seperti di beberapa suku bangsa di Papua dan Kalimantan.

E. Harta Waris Menurut Hukum Adat

Harta waris menurut hukum adat adalah harta yang diterima oleh ahli waris dari pewaris yang meninggal
dunia. Sistem hukum adat dalam penentuan pewaris dan pembagian harta waris biasanya berbeda-beda di
setiap daerah atau suku bangsa di Indonesia, tergantung pada kebiasaan dan tradisi masing-masing.

Namun, pada umumnya, ada beberapa prinsip dasar yang berlaku dalam penentuan ahli waris dan
pembagian harta waris menurut hukum adat, antara lain:

Keturunan laki-laki lebih diutamakan daripada perempuan dalam menerima warisan.


Anak tertua dianggap memiliki hak yang lebih besar dalam menerima warisan.
Warisan biasanya dibagi secara merata antara anak-anak dari pewaris.
Ahli waris yang lebih dekat hubungan darahnya dengan pewaris akan menerima bagian yang lebih besar
daripada ahli waris yang lebih jauh hubungan darahnya.

F. Asas Hukum Waris Adat


Asas hukum waris adat merupakan prinsip-prinsip yang menjadi dasar dalam penentuan pewaris
dan pembagian harta warisan menurut hukum adat di Indonesia. Beberapa asas hukum waris adat
yang umum diterapkan di masyarakat Indonesia antara lain:
Asas Keteraturan: Penentuan ahli waris dan pembagian harta warisan harus dilakukan dengan
tertib dan teratur sesuai dengan adat yang berlaku di masyarakat.
Asas Keadilan: Pembagian harta warisan harus adil dan merata di antara ahli waris, sehingga
tidak menimbulkan ketidakpuasan di kalangan keluarga.
Asas Kelangsungan Hidup: Ahli waris yang lebih membutuhkan harta warisan untuk
kelangsungan hidupnya harus diberikan bagian yang lebih besar.
Asas Kesinambungan: Adat dan tradisi harus terus dijaga dan dilestarikan dalam penentuan
pewaris dan pembagian harta warisan.

Reference :
Berikut adalah beberapa referensi buku yang dapat menjadi sumber informasi :

 Hukum Adat dan Hukum Islam dalam Perspektif Wilayah Indonesia" oleh M. Amien Rais
 Warisan dan Pembagian Harta dalam Hukum Adat" oleh R. Soesilo dan Abdulkadir
Muhammad
 Hukum Waris Adat di Indonesia" oleh Mahmud Yunus
 Hukum Waris Adat Minangkabau" oleh Syafruddin Chan
 Hukum Waris Adat Nias" oleh Gomber Nasution
 Minangkabau and Negri Sembilan: Socio-Political Structure in Indonesia and Malaysia" oleh R.
S. Milne dan K. M. Endicott
 Hukum Adat dan Hukum Islam dalam Perspektif Wilayah Indonesia" oleh M. Amien Rais
 Adat and Islam: An Examination of Conflict in Minangkabau" oleh Audrey R. Kahin
 Women, Property, and Islam: Palestinian Experiences, 1920-1990" oleh Annelies Moors
 Customary Law in Indonesia" oleh Adriaan Bedner dan Arsjad Rasjid
 Hukum Adat dan Hukum Islam dalam Perspektif Wilayah Indonesia" oleh M. Amien Rais
 Agricultural Involution: The Processes of Ecological Change in Indonesia" oleh Clifford
Geertz
 Sulawesi: Island Crossroads of Indonesia" oleh James J. Fox dan Peter G. Forth
 Adat and Christianity: The Challenge of Indigenous Religion in West Papua" oleh S. M. King
 Kalimantan's History, Society and Economy: Papers Delivered at the Conference on
Kalimantan Studies, 1984" oleh Victor T. King dan Jean Gelman Taylor
 Papua New Guinea: People, Politics and History Since 1975" oleh Sean Dorney
 Social Change in Village Papua: A Thirty-Year Study of the Yali of Irian Jaya" oleh A. L.
Epstein
 Hukum Adat dan Hukum Islam dalam Perspektif Wilayah Indonesia" oleh M. Amien Rais
 Indonesian Law and Legal Transplants: Adapting to the New Millennium" oleh Tim Lindsey
dan Pip Nicholson
 Customary Law in Indonesia" oleh Adriaan Bedner dan Arsjad Rasjid
 Agrarian Transformation in Indonesia" oleh Peter Rimmer dan Audrey Kahin
 Hukum Adat dan Hukum Islam dalam Perspektif Wilayah Indonesia" oleh M. Amien Rais
 Indonesian Law and Legal Transplants: Adapting to the New Millennium" oleh Tim Lindsey
dan Pip Nicholson
 Customary Law in Indonesia" oleh Adriaan Bedner dan Arsjad Rasjid
 Legal Pluralism in Indonesia: Bridging the Unbridgeable" oleh Tim Lindsey dan Helen
Pausacker

Anda mungkin juga menyukai