Anda di halaman 1dari 8

Tragedi berdarah tanjung priok 1984

Tanjung priok adalah sebuah tempat di penghujung kota jakarta.Jadi tanjung priok ini adalah pesisir
dimana di tempat ini berkumpul berbagai suku,orang yang mengadu nasib.Tanjung priok ini punya
beberapa kisah kelam.Salah satu kisah kelam yang akan kita bahas kali ini adalah Tragedi berdarah
tanjung priok tahun 1984 menjadi salah satu saksi kerasnya masa orde baru pada kurun waktu 1966-
1998.Sampai sekarang tragedi ini masih menjadi perdebatan kalayak ramai.Baik dari praktisi
hukum,orang orang politik,maupun masyarakat awam.Perdebatan ini terjadi karena dalam kasus ini
rekonstruksinya tidak ada yang jelas.Pihak pemerintahpun dikabarkan ketika masyarakat tanjung
priok meminta kejelasan tntang kejadian ini.siapa yang haru bertanggung jawab seolah seolah
pemerintah abai

Tragedi tanjung priok 1984 ini melibatkan dua belah pihak yaitu kubu militer dengan kubu umat
islam di saat itu .

Tragedi ini bermula disaat pemerintah orde baru itu sedang gencar-gencarnya mengkampanyekan
pancasila sebagai asas tunggal untuk negara kita sejak awal 1980 an hal ini dikampayekan melalui
ruu tentang asas tunggal pancasila.Dengan adanya asas tungga tersebut jadi semua organiasi yang
ada di indonesia saat itu diwajibkan mendasarkan diri mereka pada asas Pancasila dan dilarang
untuk menggunakan asas lainnya jadi ibaratkan di zaman Orde Baru di bawah kepemimpinan pak
Soeharto semua organisasi-organisasi masyarakat itu tidak boleh mempunyai paham lain jadi
pahamnya harus Pancasila jadi asasnya tunggal gitu nah sementara yang namanya organisasi
masyarakat di saat itu ya memiliki paham-paham tersendiri jadi tidak mau disamaratakan jadi
dengan adanya kebijakan ini setiap organisasi masyarakat yang tidak menggunakan asas Pancasila
dianggap sebagai organisasi yang anti dengan Pancasila jadi saat itu banyak sekali masyarakat yang
menolak untuk menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal terutama masyarakat di Jakarta Utara dan
mulai Di saat itulah terkhusus untuk di Jakarta Utara terjadi ketegangan politik dimana ini menjadi
sebuah isu politik dan agama untuk beberapa minggu sebelum pecahnya kejadian berdarah Tanjung
Priok gitu hampir setiap minggu misalkan kayak lagi salat Jumat gitu ya ini para ulama-ulama itu
menyisipkan kritik keras terhadap kebijakan pemerintahan orde baru Nah para ulama ini memprotes
tentang pemaksaan pemerintah untuk menjadikan Pancasila sebagai asas negara satu-satunya asas
negara dan ini dianggap sebuah pemaksaan nah salah satu ulama yang sering berceramah dengan
menyisipkan kritik ini adalah Abdul Qodir Jailani di musala Saadah nah isi khotbahnya dia isi
ceramahnya dia itu kadang-kadang membahas tentang isu politik Pancasila sebagai asas tunggal
negara dari kebijakan orde baru inilah timbullah Sebuah gelombang ketidakpuasan jadi dalam artian
beberapa orang tuh gak seneng nggak suka dengan pemerintah di saat itu dimana mereka
memberontak akhirnya terjadilah sebuah demo Ya kan karena negara kita negara demokrasi gitu
terjadilah sebuah demo penolakan terhadap kebijakan orde baru ini di saat demo tersebut banyak
kerusuhan jadi ada beberapa pendemo yang mengadakan aksi bakar-bakar ban sampai akhirnya
sangking rusuhnya mereka Membakar Sebuah sepeda motor milik Babinsa Babinsa itu adalah
Bintara Pembina Desa nah terus dari Kejadian ini ada 4 orang yang ditahan yaitu Ahmad syahi
syafwan Sulaiman Syarifudin rambe dan Muhammad Nur mereka ini adalah warga yang ikut dalam
demo tersebut pemicu aksi pembakaran ini adalah ketika masyarakat mendengar sebuah aksi
provokasi dari salah satu oknum Babinsa yang terjadi di mushola Assa'adah dan masyarakat menolak
penahanan terhadap empat warga mereka tersebut penyebab peristiwa Tanjung Priok ini dimulai
pada tanggal 8 September 1984 nah di saat itu seorang Bintara Pembina desa atau Babinsa yang
bernama Sersan 1 Herman bersama dengan seorang kerabatnya dari Koramil tiba di mushola
asa'adah Gang 4 Koja Tanjung Priok Jakarta Utara pada awalnya nih ya tujuan mereka datang ke situ
adalah untuk menurunkan serta membersihkan spanduk-spanduk yang di mana spanduk yang
berada di lingkungan mushola ini berisikan tentang dakwah-dakwah atau himbauan-himbauan untuk
menentang keputusan pemerintah di saat itu petugas Babinsa ini meminta jemaah untuk bekerja
sama gitu ya menurunkan barang-barang tapi para jemaah itu enggak mau karena menurut mereka
ya ini adalah suara kita gitu nah sampai akhirnya karena mengalami penolakan akhirnya pihak
Babinsa ini menurunkan sendiri spanduk-spanduk tersebut Namun ada sebuah isu yang
menyebabkan kerusuhan ini pecah di mana isunya pihak Babinsa ini menurunkan spanduk-spanduk
yang ada di lokasi mushola gitu ya pamflet-pamflet di lokasi mushola itu menggunakan siraman air
comberan karena mereka datang ke sana tidak menggunakan peralatan lengkap jadi spanduk atau
tempelan-tempelan gitu disiram pakai air comberan baru setelah itu dibersihkan itu satu yang paling
pecah adalah ketika mereka masuk ke dalam salat di mana Di dalam isu ini dikatakan kalau pihak
Babinsa ini melanggar etika masuk ke dalam rumah ibadah yaitu mereka masuk tidak melepaskan
alas kaki sampai akhirnya mengamuk lah para jemaah di sana karena menganggap Wah gila ini
tempat ibadah kita tempat suci tempat kita menghadap yang maha esa gitu kok bisa-bisanya mereka
naik ke dalam rumah ibadah tanpa melepas alas kaki alias itu kan anggapannya adalah barang
bernajis gitu kotor karena hal itulah akhirnya terjadi cekcok atau pertengkaran antara beberapa
jemaah dengan pihak Babinsa di depan musala As Sa'adah ini cuma pertengkaran ini sempat
berhenti dikarenakan pihak Babinsa ini sempat diamankanlah oleh beberapa warga lain dan dibawa
masuk ke dalam kantor pengurus Masjid jadi diamankanlah biar enggak jadi Amuk warga gitu namun
sayangnya isu ini sudah cepat tersebar Ya namanya juga apa ya kekompakan keluarga apalagi warga
Tanjung Priok ya kalau misalkan kalian ke sana kalian bisa lihat perumahannya debit-dempet dan
dari mulut ke mulut cepat tersebar dan di zaman itu orang masih gampang tersulut emosi dua
Babinsa ini sempat diamankan ke dalam kantor pengurus Masjid Baitul Makmur Dan di saat itu para
warga akhirnya berkumpul ke masjid Baitul Makmur tersebut karena mereka merasa kayak mereka
marah banget gitu mereka mau nyamperin atau kipas angin siapa ini babinsanya Kok berani banget
gitu masyarakat yang datang menuntut kedua petugas ini untuk meminta maaf atas perbuatan
mereka yang di saat itu dua orang pengurus Masjid yang bernama Syarifudin rambe dan Sofwan
Sulaiman itu mencoba menengahnya atau melerai gitu ya melerai masyarakat yang sudah terlanjur
marah ini mereka meminta masyarakat untuk menyelesaikan dengan cara musyawarah gitu kan
karena ini masjid gitu namun sayangnya masa yang sudah tersulut emosi akhirnya membakar sepeda
motor milik hermanu yang merupakan seorang Bintara Pembina Desa alias Babinsa namun
sayangnya di dalam hal ini terjadi mungkin ini kesalahpahaman ya dua pengurus Masjid tadi itu
justru melerai tapi justru mereka yang ditangkap oleh pihak aparat di saat itu carifudin rambe
Sulaiman dan dua pengurus lainnya itu Ahmad Sani dan Muhammad Nur mereka ditangkap ya di
sana itu enggak tahu ya langsung dijadiin tersangka atau saksi yang jelas mereka ini diangkut lah
Padahal mereka mereka yang melindungi Babinsa ini dan mencoba menengahi kedua belah pihak
antara warga dan si Babinsa Ini akhirnya pihak masyarakat tidak bisa berbuat banyak karena ini
aparat sudah turun tangan dan beberapa masyarakat itu menemui seorang tokoh yang dianggap
bisa mengatasi masalah ini mereka menjumpai seorang tokoh yang bernama Amir Dicky Amir Biki ini
adalah seorang yang mampu menjembatani pihak masyarakat dengan tentara di Kodim dan Koramil
karena Amir bikini adalah sosok yang mempunyai jaringan luas termasuk dengan para pejabat
Militer di Jakarta Nah lalu Amir big ini mengiyakan permintaan masa permintaan warga gitu dia
mendatangi Kantor Kodim untuk bertemu dengan Kolonel Sampoerna karena di tempat inilah
ditahan 4 orang tadi Nah namun sayangnya dalam pertemuan itu tidak mendapatkan titik terang
atau tidak mendapatkan Respon yang baik dan dia juga ingin bertemu dengan Pangdam Jaya Mayjen
Tri Sutrisno namun tidak berhasil juga dia udah pengen ketemu dengan Pangdam Jaya ini lalu
akhirnya pada tanggal 12 September Amir Biki ini menghubungi Kantor Kodim 0502 dan
menyampaikan ultimatum kepada petugas piket untuk membebaskan 4 orang tadi selambat-
lambatnya hingga pukul 23.00 malam itu jadi ibaratkan mereka ngasih batas lah pokoknya harus
bebas di jam 11.00 malam ini gitu dalam upaya menunggu pembebasan 4 orang ini Amir Biki dan
beberapa tokoh agama lain mengumpulkan umat-umat Islam di saat itu untuk melaksanakan tabligh
akbar sambil menunggu pembebasan ini namun di saat itu belum ada titik terang juga sampai
akhirnya terkumpul lah ribuan umat itu sekitar 1500 hingga 3000 yang berkumpul umat Islam di
tanggal 12 September 1984 itu dan mereka menuntut untuk pembebasan empat orang tadi orang-
orang ini akhirnya bergerak itu dari pelabuhan Tanjung Priok menuju ke arah Kodim dan sebagiannya
lagi menuju ke Polres Tanjung Priok sebagian masa yang menuju ke Polres Tanjung Priok ini justru
dihadang oleh aparat bersenjata lengkap bahkan menggunakan mobil panser untuk mobil panser ya
yang mirip kayak tank gitu loh geng Dan di saat itu masa tidak memperdulikan hal tersebut mereka
terus bergerak maju yang sangat menyedihkan adalah di zaman Orde Baru itu benar-benar brutal
gimana aparat nggak segan-segan langsung menembaki ribuan masa yang sedang menuntut
pembebasan 4 warga tadi di dalam keadaan panik sudah banyak korban yang berjatuhan karena
ditembak menggunakan senjata otomatis namun di saat itu warga berhamburan dan berlarian
namun tembakan senjata dari beberapa oknum itu menumbangkan masa-masa yang ada di sana
secara beringas dan ya mereka tewas satu persatu rombongan Amir Biki alias rombongan masa yang
lain yang mendukung juga sama nasibnya mereka dihadang oleh aparat bersenjata lengkap dan
mereka di brondong senjata yang di mana Di dalam kejadian tersebut Amir Biki di brondong atau
ditembak dalam jarak dekat jadi di saat itu banyak sekali korban yang tewas tidak lama kemudian
datanglah trek-truk tentara ke tempat tersebut untuk mengangkut para korban penembakan dan
dibawa ke RSPAD Gatot Subroto menurut investigasi dari solidaritas nasional untuk Peristiwa
Tanjung Priok atau disingkat dengan sontak jumlah korban itu diperkirakan kurang lebih 400 jiwa
dan beberapa orang lainnya itu luka-luka namun menurut pihak pemerintah justru korban tidak
sebanyak itu tidak mencapai 400 dan juga data Komnas HAM juga mengatakan korban hanya 24
orang serta 55 orang luka-luka Nah kalau ini masih menjadi berita nggak tahu nih jumlahnya bener
400 yang meninggal dunia atau hanya 24 orang dan 55 orang lagi tuh hanya mengalami luka-luka
jadi berita simpang siur ini bahkan bisa dikatakan tidak jelas sama sekali gitu semacam ada yang
ditutup-tutupi dan juga hingga 2 tahun setelah peristiwa itu Tanjung Priok menjadi sebuah kota yang
masih sangat mencekam jadi orang-orang di sana merasa ketakutan setelah kejadian tersebut
Namun Kenapa pihak tentara justru menembak masyarakat ini mereka kan hanya pendemo atau ya
negara demokrasi penembak wajar gitu ya pasti ya kita beranggapan seperti itu ternyata menurut
penjelasan dari pangkop kantib LB mordani pihak aparat akhirnya terpaksa harus melumpuhkan
masa itu gara-gara masa ini tidak mau dibubarkan dan beberapa orang dari masa ini itu membawa
senjata tajam serta bensin untuk melakukan pembakaran atau kerusuhan mungkin zaman dulu tuh
kayak bom molotov gitu guys setelah peristiwa tersebut pihak TNI akhirnya menggeledah
masyarakat di Tanjung Priok dan memeriksa satu persatu orang-orang yang dianggap memiliki
hubungan dengan peristiwa Tanjung Priok ini atau mungkin bisa menjadi orang yang menyulut
amarah warga atau provokator bahasa lainnya mereka ditangkap di rumah-rumah mereka atau di
sekitar lokasi penembakan dan total dari penangkapan ini ada sekitar 160 orang namun
penangkapan ini tanpa prosedur yang jelas dan adanya surat dari pelabuhan Tanjung Priok menuju
ke arah Kodim dan sebagiannya lagi menuju ke Polres Tanjung Priok sebagian masa yang menuju ke
Polres Tanjung Priok ini justru dihadang oleh aparat bersenjata lengkap bahkan menggunakan mobil
panser untuk mobil panser ya yang mirip kayak tank gitu loh geng Dan di saat itu masa tidak
memperdulikan hal tersebut mereka terus bergerak maju yang sangat menyedihkan adalah di zaman
Orde Baru itu benar-benar brutal gimana aparat nggak segan-segan langsung menembaki ribuan
masa yang sedang menuntut pembebasan 4 warga tadi di dalam keadaan panik sudah banyak
korban yang berjatuhan karena ditembak menggunakan senjata otomatis namun di saat itu warga
berhamburan dan berlarian namun tembakan senjata dari beberapa oknum itu menumbangkan
masa-masa yang ada di sana secara beringas dan ya mereka tewas satu persatu rombongan Amir
Biki alias rombongan masa yang lain yang mendukung juga sama nasibnya mereka dihadang oleh
aparat bersenjata lengkap dan mereka di brondong senjata yang di mana Di dalam kejadian tersebut
Amir Biki di brondong atau ditembak dalam jarak dekat jadi di saat itu banyak sekali korban yang
tewas tidak lama kemudian datanglah trek-truk tentara ke tempat tersebut untuk mengangkut para
korban penembakan dan dibawa ke RSPAD Gatot Subroto menurut investigasi dari solidaritas
nasional untuk Peristiwa Tanjung Priok atau disingkat dengan sontak jumlah korban itu diperkirakan
kurang lebih 400 jiwa dan beberapa orang lainnya itu luka-luka namun menurut pihak pemerintah
justru korban tidak sebanyak itu tidak mencapai 400 dan juga data Komnas HAM juga mengatakan
korban hanya 24 orang serta 55 orang luka-luka Nah kalau ini masih menjadi berita nggak tahu nih
jumlahnya bener 400 yang meninggal dunia atau hanya 24 orang dan 55 orang lagi tuh hanya
mengalami luka-luka jadi berita simpang siur ini bahkan bisa dikatakan tidak jelas sama sekali gitu
semacam ada yang ditutup-tutupi dan juga hingga 2 tahun setelah peristiwa itu Tanjung Priok
menjadi sebuah kota yang masih sangat mencekam jadi orang-orang di sana merasa ketakutan
setelah kejadian tersebut Namun Kenapa pihak tentara justru menembak masyarakat ini mereka kan
hanya pendemo atau ya negara demokrasi penembak wajar gitu ya pasti ya kita beranggapan seperti
itu ternyata menurut penjelasan dari pangkop kantib LB mordani pihak aparat akhirnya terpaksa
harus melumpuhkan masa itu gara-gara masa ini tidak mau dibubarkan dan beberapa orang dari
masa ini itu membawa senjata tajam serta bensin untuk melakukan pembakaran atau kerusuhan
mungkin zaman dulu tuh kayak bom molotov gitu guys setelah peristiwa tersebut pihak TNI akhirnya
menggeledah masyarakat di Tanjung Priok dan memeriksa satu persatu orang-orang yang dianggap
memiliki hubungan dengan peristiwa Tanjung Priok ini atau mungkin bisa menjadi orang yang
menyulut amarah warga atau provokator bahasa lainnya mereka ditangkap di rumah-rumah mereka
atau di sekitar lokasi penembakan dan total dari penangkapan ini ada sekitar 160 orang namun
penangkapan ini tanpa prosedur yang jelas dan adanya surat perintah penangkapan Bahkan dalam
kejadian penangkapan ini tanpa diketahui oleh keluarga para orang-orang yang ditangkap gitu guys
orang-orang yang ditangkap ini ditahan dilaksus De Jaya Kramat 5 mapendam Guntur dan di rtm
Cimanggis kalian tahu ya RTM Cimanggis tuh Kelapa Dua dekat Brimob nah di daerah situlah dulu
orang-orang akhirnya ditahan kerusuhan atau tragedi berdarah Tanjung Priok ini tidak berakhir di
situ aja geng setelah terjadinya penembakan karena adanya masa yang menuntut 4 orang
dibebaskan akhirnya pecah lagi kerusuhannya pembunuhan brutal terulang kembali tepat pada
sidang subversi di mana sejumlah orang diadili atas tuduhan melawan pemerintahan yang sah ulama
Abdul Qodir Jailani akhirnya ditangkap dan diadili Lalu ada beberapa nama lain di sini tertulis Salim
khodar dia dihukum 20 tahun penjara terus ada Tony Ardi dia dihukum selama 17 tahun penjara
terus ada terdakwa lain ya di sini namanya ratono yang menghadapi dakwaan karena dia itu
menyelewengkan ideologi serta haluan negara ini jadi ideologi bernegara kita di Indonesia itu di
selewengkan oleh dia gitu ya Lalu ada am fatwa sebagai anggota petisi 50 yang kerap memprotes
kebijakan pemerintah Orde Baru juga ditahan oleh pihak pemerintah karena dia mengeluarkan
penjelasan yang berbeda dari versi pemerintah tentang kejadian Tanjung Priok jadi di saat itu
pokoknya yang melawan atau tidak sesuai tidak sejalan dengan pemerintah itu pasti sudah
ditangkap dan Sampai detik ini banyak sekali para korban atau keluarga korban yang menuntut pihak
pemerintah untuk mereka mendapatkan keadilan gitu ya dan juga mereka menuntut keadilan
terhadap pelanggaran HAM yang terjadi namun sampai detik ini belum ada titik terangnya di dalam
peristiwa ini geng banyak sekali kejadian-kejadian yang memprihatinkan di mana Di dalam masa
pemerintahan orde baru ini bisa dikatakan kalau lu jadi tahanan akan diperlakukan sangat kejam
dalam isu yang beredar dikatakan pemerintah Orde Baru tidak hanya puas dengan membantai para
orang-orang yang di saat itu yang membela ideologi mereka lah gitu ya jadi kebanyakan dari mereka
ini adalah umat Islam di saat itu mereka ditangkap setelah ditangkap mereka justru disiksa dan
orang-orang yang terluka itu kebanyakan ditangkap-tanggapin lalu diobati seadanya Setelah itu
mereka dipenjara yang di mana proses pemenjaraan mereka ini tanpa melalui yang namanya proses
legal jadi benar-benar ya suka-suka lah di saat itu orang-orang yang sebenarnya tidak terlibat tidak
tahu menahun tentang kejadian ini itu juga ikut ditangkap jadi kayak ada aksi salah tangkap tangkap
asal-asalan dan mereka ini diminta dan dipaksa untuk mengakui atau menuliskan pengakuan-
pengakuan palsu kalau mereka terlibat dalam aksi tragedi Tanjung Priok ini di dalam tahanan mereka
ditahan serta disiksa dan mereka tidak memakai sehelai pakaian pun mereka disuruh atau diminta
untuk berguling-guling di atas kerikil-kerikil tajam sembari pihak petugas itu memukuli mereka
dengan tongkat rotan terus ada salah satu tahanan lain yang juga dikabarkan mengalami penyiksaan
dan ini adalah seorang perempuan yang bernama aminatun di dalam kasus ini aminatun ini dipaksa
untuk mengakui telah mengikuti sebuah pengajian di Tanjung Priok dan menjadi salah satu orang
yang ikut memprovokasi massa dalam kejadian Tanjung Priok ini namun aminatun ini disiksa oleh
pihak petugas perempuan juga yang di mana dia ditelanjangi lalu dipukul habis-habisan di depan
saudara-saudaranya juga gitu guys orang-orang yang disiksa dan menjadi tahanan Ini akhirnya satu
persatu meninggal dunia dan mereka dikuburkan Entah di mana jasa-jasa mereka tidak bisa
ditemukan mereka hilang begitu saja dan mereka ini menjadi korban dalam peristiwa yang sangat
mengerikan lah gitu ya dalam kata lain ini adalah krisis pelanggaran hak asasi manusia terbesar di
saat itu Dan sampai detik ini ini masih menjadi polemik yang belum terselesaikan dan masih banyak
orang-orang yang menuntut keadilan akan Kejadian ini nah namun buat cita-cita yang sekarang ya
kita cukup mendoakan para korban gitu geng ya kita mengikhlaskan gitu ya semoga mereka
ditempatkan di sisi yang maha kuasa ya di sisi yang terbaik lah gitu karena tidak semua orang dalam
kasus ini itu benar-benar orang yang bersalah gitu ya karena ada sebagian mereka yang mungkin
bisa dikatakan korban salah tangkap gitu ya Dan ini juga sudah terjadi sangat lama yaitu pada masa
pemerintahan orde baru berbeda jauh dengan masa pemerintahan sekarang sekarang kita sudah
bisa lihat sistem pemerintahan kita jauh lebih baik dimana ketika ada terjadi pelanggaran HAM maka
semua akan akan bicara diselesaikan dengan musyawarah tidak dengan kekerasan ya Walaupun
mungkin ada sebagian tempat yang masih ada mengalami kekerasan-kerasan dalam tanda kutip itu
hanya perbuatan para oknum ya kayak dulu kalau dulu Kejam banget geng orang tatoan saja itu
ditembak ditangkap ya kan orang mengkritik ditangkap hilang gitu Nah untuk zaman sekarang bisa
dikatakan pemerintah kita jauh lebih baik dalam penanganan penanganan kasus yang terjadi ya
semoga kita doakan ya di Indonesia Apapun yang terjadi gitu ya bisa diselesaikan dengan cara
musyawarah dan kekeluargaan untuk masa depan Indonesia yang lebih baik oke itu dia tadi cerita
tentang Tanjung Priuk pada tahun 1984
kasus Tanjung Priok 1984 ini merupakan kasus yang terjadi sebelum adanya undang-undang
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia sehingga kasus Tanjung Priok ini harus diputus oleh
Pengadilan HAM ad hoc, hal ini tertera juga dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 pasal 43
ayat 1 bahwa Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat yang terjadi sebelum diundangkannya
Undang-undang ini, diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM ad hoc

Hingga saat ini kasus Tanjung Priok masih belum dapat diselesaikan. Binsar Gultom seorang Hakim
Pengadilan HAM Ad Hoc Jakarta, menyatakan bahwa kasus Tanjung Priok ini telah selesai, yang
ditandai oleh pembebasan Sriyanto pada tahun 2005, serta Purnowo dan Sutrisno Mascung pada
tahun 2006. Namun bagi para korban Tanjung Priok hal ini sangat tidak adil dan sangat
mengecewakan, karena banyak aturan hukum yang mengatur tentang HAM, yang salah satunya
yaitu terdapat dalam UUD 1945 BAB XA Tentang Hak Asasi Manusia, khususnya pasal 28120[20],
hingga akhirnya para korban memutuskan untuk meminta perhatian dari Presiden. Kemudia pada
bulan Maret 2006 Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) mengadu ke
Komisi Yudisial, namun hingga saat ini masih belum ada perkembangan yang signifikan dari kasus
Tanjung Priok 1984. Adapun penanganan terhadap kasus Tanjung Priok ini, secara rinci dapat kami
sampaikan di bawah ini

Tanggal 27 Agustus 1999

 Press release KPKP (Koalisi Pembela Kasus Priok: Kontras, YLBHI, API, LBH Jakarta dan
ALPERUDI) mendesak pemerintah untuk:
 Mendesak PUSPOM untuk memanggil Soeharto dan LB Moerdani, Try Sutrisno dan pentinggi-
petinggi mliter yang terlibat secara langsung kasus Tanjung Priok 12 September 1984 sebagai
langkah awal pertanggungjawabannya
 Memperlihatkan secara serius dan mengadili seluruh pihak yang terlibat dalam rangkaian
pelanggaran hukum dan HAM atas kasus Priok mulai dari penembakan masal, pembantaian,
penangkapan sewenang-wenang, pneyiksaan, intimidasi dan penghilangan orang baik sipil dan
militer

Tanggal 3 Mei 2000

 KPP HAM memeriksa Try Soetrisno dan LB Moerdani

Juni 2000

 Komnas HAM menyerahkan hasil KPP HAM Priok kepada Kejaksaan Agung

Tanggal 11 Juli 2000

 Berkas Komisi Penyelidik dan Pemeriksa Pelanggaran HAM Tanjung Priok (KP3T) dipulangkan
Kejaksaan Agung ke Komnas HAM untuk dilengkapi kekurangannya

14 Oktober 2000

 Hasil penyelidikan diserahkan ke kejaksaan Agung untuk kedua kalinya

24 Januari-19 Februari 2001

 Pemeriksaan beberapa saksi korban dan keluarga di Kejaksaan Agung


Juli 2002

 MA Rahman dalam sebuah pertemuan dengan DPR RI menjelaskan bahwa Kejaksaan Agung
telah menetapkan 12 tersangka

14 September 2003

 Pembacaan dakwaan terhadap Sutrisno Mascung CS di Pengadilan HAM Jakarta Pusat.


Komandan regu III daroi Yon Arhanudse beserta 11 anak buahnya tersebut didakwa melakukan
pelanggaran HAM yang berat meliputi pembunuhan, percobaan pembunuhan dan
penganiayaan

23 September 2003

 Di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pranowo didakwa oleh jaksa telah melakukan pelanggaran
HAM berat berupa perampasan kemerdekaan dan penyiksaan

30 September 2003

 Dakwaan RA butar Butar dibacakan oleh Jaksa di pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Komandan
Kodim tersebut didakwa melakukan pelanggaran HAM berat berupa pembunuhan,
penganiayaan dan perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang terhadap penduduk
sipil

23 Oktober 2003

 Sriyanto (Pasiop Kodim 0502) diajukan ke persidangan dengan dakwaan telah melakukan
pelanggaran HAM berat meliputi: pembunuhan, percobaan pembunuhan dan penganiayaan

31 Maret 2004

 RA Butar Butar di tuntutan 10 tahun penjara

30 April 2004

 RA Butar Butar divonis 10 tahun penjara dan wajib memberikan kompensasi, restitusi dan
rehabilitasi terhadap korban

3 Juli 2004

 Pranowo dituntut 5 tahun penjara

8 Juli 2004

 Sriyanto dituntut 10 tahun penjara

9 Juli 2004

 Sutrisno Mascung CS dituntut 10 tahun penjara

10 Agustus 2004
 Pranowo diputus bebas oleh Pengadilan Negeri

12 Agustus 2004

 Sriyanto diputus bebas oleh Pengadilan Negeri

29 September 2005

 Sriyanto dibebaskan oleh hakim Agung ditingkat Kasasi [22]

13 Januari 2006

 Mahkamah Agung membebaskan Pranowo ditingkat kasasi.

28 Februari 2006

 Sutrisno Mascung CS dibebaskan pada tingkat kasasi

6 Maret 2006

 Kontras mengadu ke Komisi Yudisial [23]

Anda mungkin juga menyukai