Anda di halaman 1dari 12

METODOLOGI PENELITIAN AKUNTANSI

“SAMPLING”

KELOMPOK IV

Nama Kelompok :
1. Putu Budhiyasa (1981621003)
2. I Wayan Angga Sudiartama (1981621007)
3. I Putu Ari Darmawan (1981621008)
4. I Ketut Surya Negara (1981621013)

PROGRAM MAGISTER AKUNTASI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
2020

1
SAMPLING

Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan

ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-

sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.

Alasan Penggunaan Sampel

Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti tidak melakukan sensus antara lain

adalah, (a) Biaya yang lebih rendah. Populasi demikian banyaknya sehingga dalam

prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti. Keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan

sumber daya manusia, membuat peneliti harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen

penelitian; (b) Keakuratan hasil yang lebih besar. (c) Pengumpulan data yang lebih cepat; (d)

ketersediaan unsur populasi, di mana pada beberapa situasi memang hanya diperlukan

sampel.

Syarat sampel yang baik

Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin

karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus valid, yaitu bisa

mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Kalau yang ingin diukur adalah masyarakat

Sunda sedangkan yang dijadikan sampel adalah hanya orang Banten saja, maka sampel

tersebut tidak valid, karena tidak mengukur sesuatu yang seharusnya diukur (orang Sunda).

Sampel yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan.

Pertama : Akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat tidak adanya “bias” (kekeliruan) dalam

sample. Dengan kata lain semakin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin

akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah populasi.

2
Cooper dan Emory (1995) menyebutkan bahwa “there is no systematic variance” yang

maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena pengaruh yang

diketahui atau tidak diketahui, yang menyebabkan skor cenderung mengarah pada satu titik

tertentu. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, lalu

yang dijadikan sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor

yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang diambil

secara sistematis

Contoh systematic variance yang banyak ditulis dalam buku-buku metode penelitian

adalah jajak-pendapat (polling) yang dilakukan oleh Literary Digest (sebuah majalah yang

terbit di Amerika tahun 1920-an) pada tahun 1936. (Copper & Emory, 1995, Nan lin, 1976).

Mulai tahun 1920, 1924, 1928, dan tahun 1932 majalah ini berhasil memprediksi siapa yang

akan jadi presiden dari calon-calon presiden yang ada. Sampel diambil berdasarkan petunjuk

dalam buku telepon dan dari daftar pemilik mobil. Namun pada tahun 1936 prediksinya

salah. Berdasarkan jajak pendapat, di antara dua calon presiden (Alfred M. Landon dan

Franklin D. Roosevelt), yang akan menang adalah Landon, namun meleset karena ternyata

Roosevelt yang terpilih menjadi presiden Amerika.

Setelah diperiksa secara seksama, ternyata Literary Digest membuat kesalahan dalam

menentukan sampel penelitiannya . Karena semua sampel yang diambil adalah mereka yang

memiliki telepon dan mobil, akibatnya pemilih yang sebagian besar tidak memiliki telepon

dan mobil (kelas rendah) tidak terwakili, padahal Rosevelt lebih banyak dipilih oleh

masyarakat kelas rendah tersebut. Dari kejadian tersebut ada dua pelajaran yang diperoleh :

(1), keakuratan prediktibilitas dari suatu sampel tidak selalu bisa dijamin dengan banyaknya

jumlah sampel; (2) agar sampel dapat memprediksi dengan baik populasi, sampel harus

mempunyai selengkap mungkin karakteristik populasi (Nan Lin, 1976).

3
Kedua : Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi.

Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik

populasi. Misalkan, dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang. Setelah diukur

ternyata rata-rata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong produk “X”. Namun

berdasarkan laporan harian, pegawai bisa menghasilkan produk “X” per harinya rata-rata 58

unit. Artinya di antara laporan harian yang dihitung berdasarkan populasi dengan hasil

penelitian yang dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil tingkat

perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat

presisi sampel tersebut.

Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi sepenuhnya. Oleh

karena itu dalam setiap penarikan sampel senantiasa melekat keasalahan-kesalahan, yang

dikenal dengan nama “sampling error” Presisi diukur oleh simpangan baku (standard

error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel (S)

dengan simpangan baku dari populasi, semakin tinggi pula tingkat presisinya. Walau tidak

selamanya, tingkat presisi mungkin bisa meningkat dengan cara menambahkan jumlah

sampel, karena kesalahan mungkin bisa berkurang kalau jumlah sampelnya ditambah

(Kerlinger, 1973). Dengan contoh di atas tadi, mungkin saja perbedaan rata-rata di antara

populasi dengan sampel bisa lebih sedikit, jika sampel yang ditariknya ditambah. Katakanlah

dari 50 menjadi 75.

Desain Sample

Peneliti melakukan beberapa keputusan saat desain sampel. Secara umum, ada dua

jenis desain pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling / probability

sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability sampling. Yang

dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan

kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen

4
populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut

mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang

dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi

tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi

dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya,

karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).

Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang berbeda. Jika

peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau

istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan diambil

secara acak. Namun jika peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil

penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak biasanya juga

diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan informasi

lengkap tentang setiap elemen populasi. Langkah – langkah dalam mendesain sebuah sampel

adalah dengan cara menjawab beberapa pertanyaan seperti :

1. Apakah target populasinya?

Populasi target merupakan target atau sasaran yang ingin dijangkau oleh peneliti dari

keseluruhan elemen populasi.

2. Apakah parameternya?

Parameter populasi merupakan nilai – nilai seperti proporsi, mean, varians dari variable –

variable dalam sebuah populasi.

3. Bagaimana sampling framenya?

Sampling frame sangat berkaitan erat dengan populasi. Merupakan elemen bagaimana

sebuah populasi digambarkan. Idealnya, sampling frame adalah sebuah daftar yang

lengkap dan benar dari anggota populasi saja.

5
4. Apakah metode sampling yang sesuai?

Dalam hal ini, peneliti dapat memilih non probability sampel atau probability sampel.

Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple random sampling,

stratified random sampling, cluster sampling, systematic sampling, dan area sampling.

Pada nonprobability sampling dikenal beberapa teknik, antara lain adalah convenience

sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball sampling

5. Berapa sampel yang dibutuhkan?

Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang penting

manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang menggunakan

analisis kuantitatif. Pada penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran sampel

bukan menjadi nomor satu, karena yang dipentingkan alah kekayaan informasi. Walau

jumlahnya sedikit tetapi jika kaya akan informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat.

Dikaitkan dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada lagi beberapa faktor

lain yang perlu memperoleh pertimbangan yaitu, (1) derajat keseragaman, (2) rencana

analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia.

Jenis Teknik Penentuan Sampel

Untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik pengambilan

sampel yang digunakan. Teknik sampling berdasarkan adanya randomisasi, yakni

pengambilan subyek secara acak dari kumpulannya, dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu

sampling nonprobabilitas dan sampling probabilitas. Teknik-teknik sampling tersebut dapat

dilihat pada skema berikut.

Menurut Sugiyono (2001), untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis ditunjukkan

pada diagram berikut ini:

6
Dari diagram di atas menjelaskan pada kita bahwasanya teknik penentuan sampel

dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Teknik pengambilan sampel pertama adalah

Probability Sampling dan kedua adalah Nonprobability Sampling. Yang termasuk ke dalam

kelompok probability sampling antara lain: simple random sampling, proportionate stratified

random sampling, disproportionate stratified random sampling, dan area (cluster) sampling

(disebut juga dengan sampling menurut daerah). Sedangkan yang termasuk ke dalam jenis

nonprobability sampling antara lain: sampling sistematis, sampling kuota, sampling

aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.

1. Probability Sampling

Probability sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel. Dengan probability sampling, maka pengambilan sampel

secara acak atau random dari populasi yang ada.

Teknik sampel probability sampling meliputi:

a. Simple Random Sampling

7
Simple Random Sampling dinyatakan simple (sederhana) karena

pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang

langsung dilakukan pada unit sampling. Maka setiap unit sampling sebagai

unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama untuk

menjadi sampel atau untuk mewakili populasinya. Cara tersebut dilakukan

bila anggota populasi dianggap homogen.

Teknik tersebut dapat dipergunakan bila jumlah unit sampling dalam suatu

populasi tidak terlalu besar. Cara pengambilan sampel dengan simple

random sampling dapat dilakukan dengan metode undian, ordinal, maupun

tabel bilangan random.

Untuk penentuan sample dengan cara ini cukup sederhana, tetapi dalam

prakteknya akan menyita waktu. Apalagi jika jumlahnya besar, sampelnya

besar.

b. Proportionate Stratified Random Sampling

Proportionate Stratified Random Sampling biasa digunakan pada populasi

yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Teknik ini

digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan

berstrata secara proporsional.

Kelemahan dari cara ini jika tidak ada investigasi mengenai daftar subjek

maka tidak dapat membuat strata.

c. Disproportionate Stratified Random Sampling

Disproportionate Stratified Random Sampling digunakan untuk menentukan

jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional.

8
d. Cluster Sampling (Area Sampling)

Cluster Sampling (Area Sampling) juga cluster random sampling. Teknik

pengambilan sampel ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari

individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau

cluster. Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila

objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.

Kelemahan teknik pengambilan sampel ini dapat dilihat dari tingkat error

samplingnya. Jika lebih banyak di bandingkan dengan pengambilan sampel

berdasarkan strata karena sangat sulit memperoleh cluster yang benar-benar

sama tingkat heterogenitasnya dengan cluster yang lain di dalam populasi.

2. Nonprobability sampling

Nonprobability sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel. Jenis teknik sampling ini antara lain:

a. Sampling Sistematis atau Systematic Sampling

Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari

anggota populasi yang telah diberi nomor urut.

b. Sampling Kuota atau Quota Sampling

Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang

mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Teknik

ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam

beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum

tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada

unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka pengumpulan data dihentikan.

9
Teknik ini biasanya digunakan dan didesain untuk penelitian yang

menginginkan sedikit sampel dimana setiap kasus dipelajari secara

mendalam. Dan bahayanya, jika sampel terlalu sedikit, maka tidak akan

dapat mewakili populasi.

c. Sampling Aksidental atau Accidental Sampling

Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,

yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu

sesuai sebagai sumber data.

Dalam teknik sampling aksidental, pengambilan sampel tidak ditetapkan

lebih dahulu. Peneliti langsung saja mengumpulkan data dari unit sampling

yang ditemui.

d. Sampling Purposive

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu. Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling,

didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut

yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Maka

dengan kata lain, unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-

kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian atau

permasalahan penelitian.

e. Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah

populasinya relatif kecil, kurang dari 30 orang. Sampel jenuh disebut juga

dengan istilah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

10
f. Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang awal mula

jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya

untuk dijadikan sampel. Dan begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel

makin lama makin banyak. Ibaratkan sebuah bola salju yang menggelinding,

makin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan

sampel purposive dan snowball.

Pemilihan Jenis Teknik Penetapan Sampel

Pemilahan jenis teknik pengambilan sampel probabilitas dan nonprobabilitas

didasarkan adanya randomisasi atau keacakan, yakni pengambilan subjek secara acak dari

kumpulannya. Dalam hal randomisasi berlaku, setiap subjek penelitian memiliki

kesempatan yang sama untuk dijadikan anggota sampel sejalan dengan anggapan bahwa

pada dasarnya probabilitas distribusi kejadian ada pada seluruh bagian.

Tujuan Teknik Pengambilan Sampel

1. Apabila kita tidak mungkin mengamati seluruh anggota populasi yang ada, hal

tersebut dapat terjadi jika anggota populasi sangat banyak.

2. Pengamatan terhadap seluruh anggota populasi dapat bersifat merusak.

3. Menghemat biaya, waktu dan tenaga yang digunakan.

4. Mampu memberikan suatu informasi yang akurat, lebih menyeluruh dan

mendalam (komprehensif).

Pemilihan teknik pengambilan sampel harus berdasarkan 2 hal penting yaitu,

reliabilitas dan efisiensi. Sampel yang reliable adalah sampel yang memiliki reliabilitas

tinggi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin kecil kesalahan sampling, reliabilitas

sampling semakin rendah. Jika dikaitkan dengan varian nilai statistiknya berlaku kriteria

bahwa semakin rendah varian, maka reliabilitas sampel yang diperoleh semakin tinggi.

11
Kesalahan sampel

Pada umumnya kesalahan ini sering terjadi pada waktu menelaah sampel yang

akan dipakai sebagai dasar untuk membuat kesimpulan mengenai populasi darimana

sampel itu diambil.

Penelitian yang dilakukan terhadap sampel yang diambil dari suatu populasi dan

penelitian terhadap populasi itu jelas akan berbeda hasilnya. Perbedaan hasil penelitian

inilah yang dinamakan kesalahan sampling.

12

Anda mungkin juga menyukai