Anda di halaman 1dari 25

OVERVIEW

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

Dosen Pengampu: Dr. Ni Ketut Rasmini, S.E., MSi, Ak, CA


Oleh:
KELOMPOK 1

NI MADE MIRA SANITA 2181611026

NI LUH SANTI ASIH 2181611027

NI PUTU NISYA WULANDARI 2181611028

ANAK AGUNG WINDRA LORNA PRAMESTI 2181611029

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
PETA KONSEP

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

PERBEDAAN ETIKA
ETIKA BISNIS BISNIS DENGAN ETIKA DALAM PROFESI
ETIKA PROFESI AKUNTAN
Pengertian Etika Bisnis Etika Dalam Profesi Akuntan
AKUNTAN
Prinsip Dalam Etika Bisnis Prinsip Dasar Etika Dalam Profesi Akuntan

Peran dan Tujuan Adanya Etika Bisnis Kode Etik sebagai Etika Profesi Akuntan

Kendala Yang Dihadapi Dalam Mencapai Tujuan Etika Bisnis Lembaga yang mengatur kode etik profesi
Akuntan
Undang-Undang Yang Mengatur Etika Bisnis
Undang-undang yang mengatur kode etik profesi
Akuntan

PELANGGARAN ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI


1. PENDAHULUAN

Ada banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis.


Sebagai salah satu kegiatan sosial bisnis terjalin dengan sangat kompleks dalam
masyarakat modern. Dalam kegiatan berbisnis mengejar keuntungan adalah hal yang
sangat wajar asalakan hal tersebut dilakukan dengan benar dan tidak merugikan pihak lain,
sehingga dalam mencapai tujuan bisnis terdapat batasan yang harus dipatuhi. Kepentingan
dan hak orang lain harus tetap diperhatikan. Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah
sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis
akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang.
Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah
selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang
baik, juga dalam konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Bisnis juga terikat dengan hukum. Dalam praktek hukum, banyak masalah timbul
dalam hubungan dengan bisnis, baik pada taraf nasional maupun taraf internasional.
Walaupun terdapat hubungan erat antara norma hukum dan norma etika, namun dua
macam hal itu tidak sama. Ketinggalan hukum, dibandingkan dengan etika, tidak terbatas
pada masalah-masalah baru, misalnya, disebabkan perkembangan teknologi.
Selain itu belakangan ini etika profesi akuntan menjadi diskusi berkepanjangan di
tengah-tengah masyarakat. Menyadari hal demikian, etika menjadi kebutuhan penting bagi
semua profesi. Di Indonesia sendiri, pendidikan selama ini terlalu menekankan arti penting
nilai akademik dan kecerdasan otak saja. Pengajaran integritas, kejujuran, komitmen dan
keadilan diabaikan, sehingga terjadilah krisis multi dimensi seperti krisis ekonomi,
krisis moral dan krisis kepercayaan. Akhi-rakhir ini, akuntan dituduh sebagai
penyebab terjadinya krisis ekonomi. Lebih lanjut dikatakan bahwa akuntan dianggap telah
bertindak menyimpang dari peraturan yang ada dan tidak berperilaku etis. Melanggar
kepatutan. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya persaingan membuat para
akuntan bertindak menyimpang dari peraturan, undang-undang dan standar auditing.
Tetapi, dilema etika tidak dapat sepihak ditujukan terhadap anggaran dasar akuntan,
melainkan yang perlu dipertanyakan apakah para akuntan mampu menyelesaikan standar
profesi yang berkualitas tinggi dimana sejumlah faktorfaktor akan tergantung pada standar
tersebut seperti pendidikan, kesadaran akan perkembangan dan yang lainnya. Jika

1
kepercayaan terhadap profesi mengalami tekanan maka pengaruh signifikan dari
keterlibatan etika budaya dalam organisasi sangat diperlukan.
Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis dan kode etik profesi akuntan
merupakan hal yang biasa dan wajar pada masa kini. Secara tidak sadar, kita sebenarnya
menyaksikan banyak pelanggaran etika bisnis dalam kegiatan berbisnis di Indonesia.
Banyak hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang sering dilakukan oleh
para pebisnis yang tidak bertanggung jawab di Indonesia. Berbagai hal tersebut merupakan
bentuk dari persaingan yang tidak sehat oleh para pebisnis yang ingin menguasai pasar.
Selain untuk menguasai pasar, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi para pebisnis
untuk melakukan pelanggaran etika bisnis dan kode etik profesi, antara lain untuk
memperluas pangsa pasar, serta mendapatkan banyak keuntungan. Ketiga faktor tersebut
merupakan alasan yang umum untuk para pebisnis melakukan pelanggaran etika dengan
berbagai cara.

2. PENGERTIAN ETIKA DALAM BISNIS

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika'
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Arti dari bentuk jamak inilah
yang melatarbelakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk
menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai
arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan
kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup
bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan
tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis juga merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar
dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal
dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam sistem dan organisasi yang digunakan

2
masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan
diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan
standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena
dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh
ketentuan hukum.
PENGERTIAN ETIKA BISNIS MENURUT BEBERAPA AHLI
NAMA AHLI DEFINISI YANG DIKEMUKAKAN
Zimmerer (1996:20) etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku
pengusaha berdasarkan nilai – nilai moral dan
norma yang dijadikan tuntunan dalam
membuat keputusan dan memecahkan
persoalan
Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku
(2000:80) pengusaha berdasarkan nilai – nilai moral dan
norma yang dijadikan tuntunan dalam
membuat keputusan dan memecahkan
persoalan
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam memberikan tiga pendekatan dasar dalam
artikelnya di Advance Managemen Journal merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
(1988) a. Utilitarian Approach: setiap tindakan harus
didasarkan pada konsekuensinya. Oleh
karena itu, dalam bertindak seseorang
seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada
masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-
rendahnya.
b. Individual Rights Approach: setiap orang
dalam tindakan dan kelakuannya memiliki
hak dasar yang harus dihormati. Namun

3
tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan
menyebabkan terjadi benturan dengan hak
orang lain.
c. Justice Approach: para pembuat keputusan
mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan
kepada pelanggan baik secara perseorangan
ataupun secara kelompok.
Tabel 1. Pengertian Etika Bisnis Menurut Ahli

Beberapa hal yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis:


a. Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga
mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat di
dalamnya.
b. Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat
c. Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman
bagi pihak – pihak yang melakukannya.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah:
a. Pengendalian diri
b. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
c. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
d. Menciptakan persaingan yang sehat
e. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
f. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan
g. Konsekuen dan konsisten dengan aturan yang telah disepakati bersama
h. Menumbuh kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati

4
i. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif
yang berupa peraturan perundang-undangan.
3. PRINSIP DALAM ETIKA BISNIS

Dalam etika bisnis, terdapat prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman oleh suatu
perusahaan agar perusahaan tersebut mempunyai patokan dalam memandang etika
moral sebagai standar kerja perusahaan tersebut. Prinsip-prinsip yang berlaku dalam
kegiatan bisnis tidak bisa lepas dari kehidupan kita sebagai manusia. Prinsip-prinsip
etika bisnis biasanya terkait dengan sistem nilai yang dianut oleh masing-masing
masyarakat.
Prinsip-prinsip etika bisnis yang telah ada tentu harus diterapkan dalam kegiatan
berbisnis guna membawa perusahaan mereka menjadi yang terdepan. Namun prinsip-
prinsip etika bisnis baru dapat berjalan jika suatu perusahaan membangun satu budaya
di perusahaan tersebut (corporate culture) yang disebut Keraf sebagai etos bisnis. Etos
bisnis merupakan pembudayaan dan pembiasaan pengkhayatan akan nilai, norma, atau
prinsip moral tertentu yang dianggap sebagai inti kekuatan dari suatu perusahaan yang
sekaligus juga membedakannya dari perusahaan lain . Bentuk konkrit dalam penerapan
etos bisnis ini berupa pelayanan yang baik, kedisiplinan, tanggung jawab dan
sebagainya
Adapun prinsip-prinsip etika bisnis yaitu sebagai berikut :
a. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang
sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang
dimilikinya. Kebijakan yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan
visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan
karyawan dan komunitasnya.
b. Kesatuan (Unity)
Adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep yang memadukan
keseluruhan aspek aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial
menjadi keseluruhan yang homogen,serta mementingkan konsep konsistensi dan
keteraturan yang menyeluruh.

5
c. Kehendak Bebas (Free Will)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis,tetapi kebebasan itu
tidak merugikan kepentingan kolektif.Kepentingan individu dibuka lebar.Tidak adanya
batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan
bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.
d. Kebenaran (kebajikan dan kejujuran)
Prinsip kejujuran menjadi hal yang paling penting dalam mendukung keberhasilan
suatu perusahaan. Nilai kejujuran harus dijalankan oleh semua pihak yang terkait
dengan kegiatan bisnis. Perusahaan yang menjunjung tinggi nilai kejujuran akan
mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat sekitar dan mitra kerja
perusahaan tersebut.
e. Prinsip keadilan / Keseimbangan (Equilibrium)
Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis.
Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama
kepada konsumen, dan lain-lain.
f. Tanggung jawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena
tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. untuk memenuhi
tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggungjawabkan
tindakannya. secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia
menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan
bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.
g. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri
Prinsip hormat terhadap diri sendiri adalah prinsip dimana kita melakukan penghargaan
kepada orang lain seperti kita menghargai diri sendiri. Maka dari itu, semua aspek
pelaku bisnis harus dapat menjaga nama baik perusahaan karena hal tersebut sangat
penting dalam menjaga eksistensi perusahaan tersebut.
h. Prinsip Saling Menguntungkan Prinsip
Saling menguntungkan menuntut kesadaran pelaku bisnis untuk tidak saling
merugikan. Prinsip ini menekankan bahwa dalam berbisnis perlu ditanamkan prinsip
saling menguntugkan (win-win solution), yang artinya dalam semua keputusan yang

6
diambil dalam kegiatan bisnis semua pihak harus mengusahakan agar masing-masing
merasa diuntungkan. Kembali lagi, tujuan dalam berbisnis adalah untuk memperoleh
keuntungan. Perusahaan ingin banyak orang membeli atau menggunakan produknya,
dan konsumen juga ingin menggunakan produk-produk tersebut dengan kualitas bagus
dan harga yang setimpal. Maka dari itu, penting bagi semua pelaku bisnis untuk terus
menjalankan bisnisnya sebaik mungkin sehingga menguntungkan semua pihak.

4. PERAN DAN TUJUAN ETIKA BISNIS


a. Tujuan Etika Bisnis
Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral dan memberikan batasan-
batasan para pelaku bisnis untuk menjalankan good business dan tidak melakukan
monkey business atau dirty business yang bisa merugikan banyak pihak yang terkait
dalam bisnis tersebut. Etika bisnis mengajak para pelaku bisnis mewujudkan citra dan
manajemen bisnis yang baik (etis) agar bisnis itu pantas dimasuki oleh semua orang
yang mempercayai adanya dimensi etis dalam dunia bisnis. Hal ini sekaligus
menghalau citra buruk dunia bisnis sebagai kegiatan yang kotor, licik, dan tipu
muslihat. Kegiatan bisnis mempunyai implikasi etis, dan oleh karenanya membawa
serta tanggungjawab etis bagi pelakunya.
Richard T.de George menyebut bahwa etika bisnis menyangkut empat kegiatan
sebagai berikut:
1) Penerapan prinsip-prinsip umum dalam praktik bisnis. Berdasarkan prinsi-
prinsip etika bisnis itu kita dapat menyoroti dan menilai apakah suatu
keputusan atau tindakan yang diambil dalam dunia bisnis secara moral
dapat dibenarkan atau tidak. Dengan demikian etik bisnis membantu pra
pelaku bisnis untuk mencari cara guna mencegah tindakan yang dinilai tidak
etis.
2) Etika bisnis tidak hanya menyangkut penerapan prinsip-prinsip etika pada
dunia bisnis, tetapi juga metematika. Dalam hubungan ini, etika bisnis
mengkaji apakah perilaku yang dinilai etis pada individu juga dapat berlaku
pada organisasi atau perusahaan bisnis. Selanjutnya etika bisnis menyoroti
apakah perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial atau tidak.

7
3) Bidang telaah etika bisnis menyangkut pandangan – pandangan mengenai
bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis mengkaji moralitas sistem ekonomi pada
umumnya dan sistem ekonomi publik pada khususnya, misalnya masalah
keadilan sosial, hak milik, dan persaingan.
4) Etika bisnis juga menyentuh bidang yang sangat makro, seperti operasi
perusahaan multinasional, jaringan konglomerat internasional, dan lain-
lain.

b. Peran Etika Bisnis


Adapun etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, dimana
diperlukan suatu landasan yang kokoh untuk mencapai itu semua. Dan biasanya
dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Tiga aspek pokok dari bisnis yaitu :
1) Sudut pandang ekonomis.
Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Yang terjadi disini adalah adanya
interaksi antara produsen/perusahaan dengan pekerja, produsen dengan
konsumen, produsen dengan produsen dalam sebuah organisasi. Kegiatan
antar manusia ini adalah bertujuan untuk mencari untung oleh karena itu
menjadi kegiatan ekonomis. Pencarian keuntungan dalam bisnis tidak
bersifat sepihak, tetapi dilakukan melalui interaksi yang melibatkan
berbagai pihak. Dari sudut pandang ekonomis, good business adalah bisnis
yang bukan saja menguntungkan, tetapi juga bisnis yang berkualitas etis.
2) Sudut pandang etika
Dalam bisnis, berorientasi pada profit, adalah sangat wajar, akan tetapi
jangan keuntungan yang diperoleh tersebut justru merugikan pihak lain.
Tidak semua yang bisa kita lakukan boleh1 dilakukan juga. Kita harus
menghormati kepentingan dan hak orang lain. Pantas diperhatikan, bahwa
dengan itu kita sendiri tidak dirugikan, karena menghormati kepentingan

8
dan hak orang lain itu juga perlu dilakukan demi kepentingan bisnis kita
sendiri.
3) Sudut pandang Hukum
Bisa dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terikat dengan “Hukum” Hukum
Dagang atau Hukum Bisnis, yang merupakan cabang penting dari ilmu
hukum modern. Dan dalam praktek hukum banyak masalah timbul dalam
hubungan bisnis, pada taraf nasional maupun international. Seperti etika,
hukum juga merupakan sudut pandang normatif, karena menetapkan apa
yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Dari segi norma, hukum
lebih jelas dan pasti daripada etika, karena peraturan hukum dituliskan
hitam atas putih dan ada sanksi tertentu bila terjadi pelanggaran. Bahkan
pada zaman kekaisaran Roma, ada pepatah terkenal: “Quid leges sine
moribus” yang artinya : “apa artinya undang-undang kalau tidak disertai
moralitas “.

5. KENDALA YANG DIHADAPI DALAM MENCAPAI TUJUAN ETIKA BISNIS

Pencapaian tujuan etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa


masalah dan kendala. Keraf menyebutkan beberapa kendala tersebut yaitu:
1) Standar Moral Para Pelaku Bisnis Pada Umumnya Masih Lemah
Banyak di antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan
menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika
bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang
kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan keuangan.
2) Banyak Perusahaan Yang Mengalami Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi
yang dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak
dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang
dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan
dengan kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya
bisa jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
3) Situasi Politik Dan Ekonomi Yang Belum Stabil

9
Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit
politik, yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi
kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha
bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk
memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
4) Lemahnya Penegakan Hukum
Banyak orang yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas berkeliaran dan
tetap memangku jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk
memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.

6. UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR ETIKA BISNIS

Berikut adalah pasal-pasal mengenai Etika Bisnis:


Pasal 4, hak konsumen Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau
jasa”.
Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan
jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau
jasa”.

Pasal 7, kewajiban pelaku usaha Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas
dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan”

Pasal 8 Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi


dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa
yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan
standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan”

10
Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut
serta wajib menariknya dari peredaran”

Pasal 19 Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab


memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,
dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi
barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan”
Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau
penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau
setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau
pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”
Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam
tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal
transaksi”

Secara umum sumber hukum Hukum Perdata (KUHPerdata)


bisnis (sumber hukum Hukum Dagang (KUHDagang)
perundangan) Hukum Publik (Pidana Ekonomi/KUHPidana)
Peraturan Perundang-undangan diluar KUH Perdata,
KUH Pidana, KUH Dagang
peraturan perundang-undangan UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,
lain UU No. 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas
(PT),
UU No. 7 Tahun 1987 Tentang Hak Cipta,
UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,

11
UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen,
UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal (Go
Public),
UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
(PMA/PMDN)
UU No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta,
UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Hukum
Publik (Pidana Ekonomi/Bisnis), misalnya
kejahatan-kejahatan di bidang ekonomi/bisnis :
Penyeludupan, illegal logging, korupsi
Tabel 2. Pasal-Pasal Yang Mengatur Etika Bisnis

7. ETIKA DALAM PROFESI AKUNTAN


Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya. Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu
profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus. “Profesionalisme”
adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para
anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas
profesionalnya. Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi,
yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan
bagisetiap orang yang mengemban profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan
aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya
disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi.
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki
kode etik yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang
perilaku professional.Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntansi
adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para
pelaku bisnis. Para pelaku bisnis ini diharapkan memiliki integritas dan kompetensi yang
tinggi. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap etika profesi adalah akuntan publik,
penyedia informasi akuntansi dan mahasiswa akuntansi. Etika profesi merupakan

12
karakteristik suatu profesi yang membedakannya dengan profesi lain yang berfungsi untuk
mengatur tingkah laku para anggotanya.

8. PRINSIP DASAR ETIKA DALAM PROFESI AKUNTAN


Prinsip dasar etika profesi akuntan publik dijelaskan dalam bagian A Kode Etik
Profesi Akuntan Publik. Bagian ini memberikan penjelasan tentang prinsip dasar serta
kerangka konseptual penerapan dari prinsip tersebut. Lima prinsip dasar dalam Kode Etik
Profesi Akuntan Publik terbitan IAPI yang harus dipatuhi oleh akuntan publik, yaitu:
a. Prinsip Integritas Setiap praktisi akuntan harus tegas, jujur, dan adil dalam
menjalin hubungan profesional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan
pekerjaannya.
b. Prinsip Objektivitas Setiap praktisi akuntan tidak boleh membiarkan adanya
subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh dari pihak-pihak lain yang
dapat memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.
c. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional.
Setiap praktisi akuntan wajib memelihara pengetahuan dan keahlian
profesionalnya secara berkelanjutan, sehingga klien dapat menerima jasa
profesional secara kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam praktik,
perundang-undangan, dan metode pelaksanaan pekerjaan.
d. Prinsip Kerahasiaan Setiap praktisi akuntan wajib menjaga kerahasiaan
informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional dan
hubungan bisnisnya kepada pihak ketiga atau menggunakannya untuk
kepentingan pribadi.
e. Prinsip Perilaku Profesional Setiap praktisi akuntan wajib mematuhi hukum
dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.

9. KODE ETIK SEBAGAI ETIKA PROFESI AKUNTAN

Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia.
Kode etik ini mengikat para anggota IAI dan dapat dipergunakan oleh akuntan lainnya

13
yang bukan atau belum menjadi anggota IAI. Kode etik ialah norma
perilaku yang mengatur hubungan antara akunta dengan kliennya, antara akuntan dengan
sejawat, dan antara profesi dengan masyarakat. Di dalam kode etik terdapat muatan-muatan
etika, yang pada dasarnya bertujuan untuk melindungi kepentingan anggota dan
kepentingan masyarakat yang menggunakan jasa profesi. Terdapat dua sasaran pokok dari
kode etik ini yaitu, pertama, kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari
kemungkinan dirugikan oleh kelalaian baik secara sengaja ataupun tidak sengaja dari kaum
profesional. Kedua, kode etik juga bertujuan melindungi keluhuran profesi
tersebut dari perilaku-perilaku buruk orang-orang tertentu yang mengaku dirinya
profesional. Dalam kongresnya tahun 1973, IkatanAkuntan Indonesia untuk pertama
kalinya menetapkan kode etik bagi profesi akuntan Indonesia, yang kemudian
disempurnakan dalam kongres IAI tahun 1981, 1986, 1994, 1998. Etika profesional yang
dikeluarkan oleh IAI dalam kongresnya tahun 1998 diberi nama Kode Etik Akuntan
Indonesia. Kode Etik IAI dibagi menjadi empat bagian berikut ini : (1) Prinsip Etika, (2)
Aturan Etika, (3) Interpretasi Aturan Etika dan (4) Tanya Jawab. Aturan etika
Kompartemen Akuntan Publik terdiri dari :
a) 100 Independensi, Integritas dan Obyektivitas
b) 200 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
c) 300 Tanggung Jawab kepada Klien
d) 400 Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi
e) 500 Tanggung Jawab dan Praktik Lain

10. LEMBAGA YANG MENGATUR KODE ETIK PROFESI AKUNTAN

Di Indonesia, penegakan kode etik dilaksanakan oleh sekurang-kurangnya enam


unit organisasi, yaitu Kantor Akuntan Publik, Unit Peer Revier Kompartemen, Akuntan
Publik IAI, Departemen Keuangan RI dan BPKP. Selain keenam unit organisasi diatas,
pengawasan terhadap kode etik juga dapat dilakukan sendiri oleh para anggota dan
pimpinan KAP.

14
11. UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR KODE ETIK PROFESI AKUNTAN

Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia usaha, dalam era globalisasi
perdagangan barang dan jasa, kebutuhan pengguna jasa Akuntan Publik akan semakin
meningkat, terutama kebutuhan atas kualitas informasi keuangan yang digunakan sebagai
salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, Akuntan Publik
dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme agar dapat
memenuhi kebutuhan pengguna jasa dan mengemban kepercayaan publik.
Meskipun Akuntan Publik berupaya untuk senantiasa memutakhirkan kompetensi
dan meningkatkan profesionalisme agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa,
kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pemberian jasa Akuntan Publik akan tetap ada.
Untuk melindungi kepentingan masyarakat dan sekaligus melindungi profesi Akuntan
Publik, diperlukan suatu undang-undang yang mengatur profesi Akuntan Publik.
Sampai saat terbentuknya Undang-Undang ini, di Indonesia belum ada undang-
undang yang khusus mengatur profesi Akuntan Publik. Undang- undang yang ada adalah
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan (Accountant)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 103, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 705). Pengaturan mengenai profesi Akuntan Publik
dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan yang ada pada saat ini dan tidak mengatur hal-hal yang mendasar dalam
profesi Akuntan Publik.
Oleh karena itu, disusunlah Undang-Undang tentang Nomor 5 tahun 2011 Akuntan
Publik yang mengatur berbagai hal mendasar dalam profesi Akuntan Publik, dengan tujuan
untuk:
a) melindungi kepentingan publik;
b) mendukung perekonomian yang sehat, efisien, dan transparan;
c) memelihara integritas profesi Akuntan Publik;
d) meningkatkan kompetensi dan kualitas profesi Akuntan Publik; dan
e) melindungi kepentingan profesi Akuntan Publik sesuai dengan standar dan
kode etik profesi.
Undang-Undang ini mengatur antara lain:
a) lingkup jasa Akuntan Publik;

15
b) perizinan Akuntan Publik dan KAP;
c) hak, kewajiban, dan larangan bagi Akuntan Publik dan KAP;
d) kerja sama antar-Kantor Akuntan Publik (OAI) dan kerja sama antara KAP
dan Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA) atau Organisasi Audit Asing
(OAA);
e) Asosiasi Profesi Akuntan Publik;
f) Komite Profesi Akuntan Publik;
g) pembinaan dan pengawasan oleh Menteri;
h) sanksi administratif; dan
i) ketentuan pidana.

Undang-Undang ini mengatur hak eksklusif yang dimiliki oleh Akuntan Publik,
yaitu jasa asurans yang hanya dapat dilakukan oleh Akuntan Publik. Dalam rangka
perlindungan dan kepastian hukum bagi profesi Akuntan Publik, juga diatur mengenai
kedaluwarsa tuntutan pidana dan gugatan kepada Akuntan Publik.
Di samping mengatur profesi Akuntan Publik, Undang-Undang ini juga mengatur
KAP yang merupakan wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasa profesional.
Hal yang mendasar mengenai pengaturan KAP antara lain mengenai perizinan KAP dan
bentuk usaha KAP. Salah satu persyaratan izin usaha KAP adalah memiliki rancangan
sistem pengendalian mutu sehingga dapat menjamin bahwa perikatan profesional
dilaksanakan sesuai dengan SPAP. Sementara itu, pengaturan mengenai bentuk usaha KAP
dimaksudkan agar sesuai dengan karakteristik profesi Akuntan Publik, yaitu independensi
dan tanggung jawab profesional Akuntan Publik terhadap hasil pekerjaannya.

12. PERBEDAAN ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN

Dari pemaparan makalah tersebut terdapat perbedaan antara etika bisnis dengan etika
profesi akuntan yaitu etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industry dan juga
masyarakat. Hal ini mencakup cara kita dalam menjalankan bisnis secara adil sesuai
dengan hukum yang berlaku, yang tidak bergantung pada kedudukan individu ataupun
perusahaan di masyarakat. Sedangan etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral

16
dari sikap hidup dalam mejalankan kehidupan sebagai pengemban profesi serta
mempelajari penerapan prinsip-prisip moral dasar atau norma-norma etis umum pada
bidang-bidang khusus, etika profesi berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah
dilakukan seseorang sehingga sangat perlu untuk menjaga profesi di kalangan masyarakat
atau klien.
Dari fokus tujuan etika bisnis bertujuan untuk menggugah kesadaran moral dan
memberikan batasan-batasan para pelaku bisnis untuk menjalankan good business dan
tidak melakukan monkey business atau dirty business yang bisa merugikan banyak pihak
yang terkait dalam bisnis tersebut. Sedangakn etika profesi bertujuan untuk sebagai sarana
kontrl social bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan serta mencegah campur
tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi.

13. PELANGGARAN ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI

a. Pelanggaran Etika Bisnis


PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)
PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) adalah perusahaan pemerintah yang bergerak
di bidang pengadaan listrik nasional. Hingga saat ini, PT. PLN masih merupakan satu-
satunya perusahaan listrik sekaligus pendistribusinya. Dalam hal ini PT. PLN sudah
seharusnya dapat memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat, dan
mendistribusikannya secara merata. Usaha PT. PLN termasuk kedalam jenis monopoli
murni. Hal ini ditunjukkan karena PT. PLN merupakan penjual atau produsen tunggal,
produk yang unik dan tanpa barang pengganti yang dekat, serta kemampuannya untuk
menerapkan harga berapapun yang mereka kehendaki. Pasal 33 UUD 1945
menyebutkan bahwa sumber daya alam dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-
besarnya bagi kemakmuran rakyat. Sehingga. Dapat disimpulkan bahwa monopoli
pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya
alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada pada negara. Pasal 33 mengamanatkan
bahwa perekonomian Indonesia akan ditopang oleh 3 pemain utama yaitu koperasi,
BUMN/D (Badan Usaha Milik Negara/Daerah), dan swasta yang akan mewujudkan
demokrasi ekonomi yang bercirikan mekanisme pasar, serta intervensi pemerintah,
serta pengakuan terhadap hak milik perseorangan. Penafsiran dari kalimat “dikuasai

17
oleh negara” dalam ayat (2) dan (3) tidak selalu dalam bentuk kepemilikan tetapi
utamanya dalam bentuk kemampuan untuk melakukan kontrol dan pengaturan serta
memberikan pengaruh agar perusahaan tetap berpegang pada azas kepentingan
mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Contoh kasus monopoli yang dilakukan oleh PT. PLN adalah:
Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai dipecah.
Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga listrik. Sementara
untuk distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN. Saat ini telah ada 27
Independent Power Producer di Indonesia. Mereka termasuk Siemens, General
Electric, Enron, Mitsubishi, Californian Energy, Edison Mission Energy, Mitsui & Co,
Black & Veath Internasional, Duke Energy, Hoppwell Holding, dan masih banyak lagi.
Tetapi dalam menentukan harga listrik yang harus dibayar masyarakat tetap ditentukan
oleh PT. PLN sendiri.
Krisis listrik memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN) memberlakukan
pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah termasuk Jakarta dan
sekitarnya, selama periode 11-25 Juli 2008. Hal ini diperparah oleh pengalihan jam
operasional kerja industri ke hari Sabtu dan Minggu, sekali sebulan. Semua industri di
Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi bakal dikenakan bagi industri yang membandel.
Dengan alasan klasik, PLN berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit daya listrik
yang semakin parah karena adanya gangguan pasokan batubara pembangkit utama di
sistem kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di pembangkit Tanjung Jati, Paiton Unit 1 dan 2,
serta Cilacap. Namun, di saat yang bersamaan terjadi juga permasalahan serupa untuk
pembangkit berbahan bakar minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Muara
Karang.
Dikarenakan PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat
sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan
adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya
daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi
pemadaman listrik secara sepihak sebagaimana contoh diatas. Kejadian ini
menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor menjadi
enggan untuk berinvestasi.

18
HASIL ANALISIS
Jika dilihat dari teori etika deontologi : Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Listrik Negara
(Persero) sesungguhnya mempunyai tujuan yang baik, yaitu bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan listrik nasional. Akan tetapi tidak diikuti dengan perbuatan atau tindakan
yang baik, karena PT. PLN belum mampu memenuhi kebutuhan listrik secara adil dan
merata. Jadi menurut teori etika deontologi tidak etis dalam kegiatan usahanya. Jika
dilihat dari teori etika teleologi : Dalam kasus ini, monopoli di PT. PLN terbentuk
secara tidak langsung dipengaruhi oleh Pasal 33 UUD 1945, dimana pengaturan,
penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta
pengaturan hubungan hukumnya ada pada negara untuk kepentingan mayoritas
masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka PT. PLN dinilai etis bila
ditinjau dari teori etika teleologi. Jika ditinjau dari teori utilitarianisme : Tindakan PT.
PLN bila ditinjau dari teori etika utilitarianisme dinilai tidak etis, karena mereka
melakukan monopoli. Sehingga kebutuhan masyarakat akan listrik sangat bergantung
pada PT. PLN. Dari wacana diatas dapat disimpulkan bahwa PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero) telah melakukan tindakan monopoli, yang menyebabkan kerugian
pada masyarakat. Tindakan PT. PLN ini telah melanggar Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.
b. Pelanggaran Etika Profesi

PELANGGARAN ETIK AKUNTAN PUBLIK PEMERIKSA


PT GARUDA INDONESIA
Pelanggaran etik yang dilakukan akuntan publik dalam memeriksa laporan keuangan
pada PT. Garuda Indonesia menurut Kementrian Keuangan ada tiga kelalaian. Hal itu
akhirnya berujung sanksi dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK). Dalam
pengumuman nomor PENG- 11/PPPK/2019 Menteri keuangan menjatuhkan sanksi
pembekuan izin kepada Akuntan Publik Kasner Sirumapea dengan nomor registrasi
AP.0563 untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan mulai tanggal 27 Juli 2019 sampai
dengan 26 Juli 2020 melalui keputusan Menteri Keuangan Nomor 312/KM.1/2019
tanggal 27 Juni 2019 tentang Sanksi Pembekuan Izin Akuntan Publik Kasner
Sirumapea.

19
KODE ETIK APA YANG DILANGGAR OLEH PEMRIKSA LAPORAN
KEUANGAN PT GARUDA INDONESIA
a. INTEGRITAS
Menurut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2016) integritas adalah prinsip integritas
yang mewajibkan setiap Akuntan Profesional untuk bersikap lugas dan jujur
dalam semua hubungan profesional dan hubungan bisnisnya. Integritas juga
berarti berterus terang dan selalu mengatakan yang sebenarnya. Berdasarkan pada
pengertian dari integritas itu sendiri, auditor pada PT. Garuda tidak
mencerminkan keintegritasannya karena mereka tidak melakukan kejujuran dalam
hal ini adalah auditor melaporkan laporan keuangan namun laporan keuangan
tersebut sudah di rekayasa.
b. Objektivitas
Prinsip objektivitas mewajibkan semua Akuntan Profesional untuk tidak
membiarkan bias, benturan kepentingan, atau pengaruh tidak sepantasnya dari
pihak lain yang dapat mengurangi pertimbangan profesional atau bisnisnya. (Ikatan
Akuntan Indonesia, 2016). Dengan adanya kasus PT. Garuda yang mendapati
pengakuan yang tidak wajar pada laporan keuangan dan juga pembuatan laporan
keuangan dari tahun sebelumnya yang menanggung kerugian menjadi untung pada
tahun selanjutnya eakan memberikan spekulasi bahwa dalam bekerja auditor tidak
terbebas dari tekanan yang berasal dari pihak manapun, sehingga auditor menyalahi
aturan yang ada.
c. Perilaku professional
Seorang akuntan professional harus patuh pada hukum dan peraturan-peraturan
terkait dan seharusnya menghindari tindakan yang bisa mendeskreditkan profesi.
Prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional mewajibkan setiap Akuntan
Profesional untuk memelihara pengetahuan dan keahlian profesional pada tingkat
yang dibutuhkan untuk menjamin klien atau pemberi kerja akan menerima layanan
profesional yang kompeten, dan bertindak cermat dan tekun sesuai dengan standar
teknis dan profesional yang berlaku ketika memberikan jasa professional (Ikatan
Akuntan Indonesia, 2016). Dengan adanya prilaku auditor pada kasus laporan
keuangan di PT. Garuda membuat dampak buruk bagi profesi akuntan. Salah

20
satunya yaitu semakin berkurangnya rasa percaya masyarakat terhadap akuntan
yang notabene akuntan seharusnya memiliki pula sikap yang jujur, serta dapat
dipercaya.
d. Kompetensi
Menurut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2016) Prinsip kompetensi dan kehati-hatian
profesional mewajibkan setiap Akuntan Profesional untuk : 1 (a) Memelihara
pengetahuan dan keahlian profesional pada tingkat yang dibutuhkan untuk
menjamin klien atau pemberi kerja akan menerima layanan profesional yang
kompeten; dan (b) Bertindak cermat dan tekun sesuai dengan standar teknis dan
profesional yang berlaku ketika memberikan jasa profesional. Pada kasus PT
Garuda dalam melaksanakan tugasnya auditor telah melanggar aturan. Disamping
mengacu pada Standar Profesional yang telah ditetapkan dalam hal ini adalah
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia, seharusnya juga
mempertimbangkan peraturan undang-undang yang mengikat pada suatu entitas
tertentu yang diperiksa yang dalam hal ini adalah UU Pasar Modal.

SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK DI PT GARUDA


a) Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjatuhkan sanksi
kepada akuntan publik Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP)
Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan selaku auditor laporan keuangan
2018 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Hal ini terkait kejanggalan kerja
sama antara anak usaha Garuda, PT Citilink Indonesia, dengan PT Mahata Aero
Teknologi (Mahata). Sri Mulyani melalui Pusat Pembinaan Profesi Keuangan
(P2PK) menjatuhkan sanksi kepada KAP berupa peringatan tertulis dengan
disertai kewajiban untuk melakukan perbaikan terhadap Sistem Pengendalian
Mutu KAP dan dilakukan review oleh BDO International Limited.
b) Dasar pengenaan sanksi yaitu UU Nomor 5 tahun 2011 dan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) No. 154/PMK.01/2017. Selain itu, OJK turut memberikan
sanksi berupa perintah tertulis kepada KAP untuk melakukan perbaikan
kebijakan dan prosedur pengendalian mutu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah

21
ditetapkannya surat perintah dan OJK. OJK mengenakan saksi tersebit atas
pelanggaran Peraturan OJK Nomor 13/POJK.O3/2017.
c) Tidak hanya KAP, Sri Mulyani juga memberikan sanksi pembekuan izin
selama 12 bulan terhadap Kasner Sirumapea, yang mengaudit laporan keuangan
tersebut. Kasner terbukti melakukan pelanggaran berat yang berpotensi
berpengaruh signifikan terhadap opini Laporan Auditor Independen (LAI).
Pengenaan saksi ini melalui KMK No.312/KM.1/2019 tanggal 27 Juni 2019.
Sementara, OJK memberikan sanksi administratif kepada Kasner berupa
Pembekuan Surat Tanda Terdaftar (STTD) selama satu tahun. Dia dikenakan
sanksi atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 13 tahun 2017, termasuk
Standar Audit (SA) 315 Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

22
DAFTAR PUSTAKA

a. Elfieni, F. T., & Unti Ludigdo, A. C. (2016). Penegakan Kode Etik Profesi Pada Suatu
Kantor Akuntan Publik. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB. https://doi.
org/10.1017/CBO9781107415324, 4.
b. Martadi, I. F., & Suranta, S. (2006). Persepsi Akuntan, Mahasiswa Akutansi, Dan
Karyawan Bagian Akutansi Dipandang Dari Segi Gender Terhadap Etika Bisnis Dan
Etika Profesi. Simposium Nasional Akuntansi, 9, 1-25.
c. Keraf, S., & Imam, R. H. (1998). Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.
d. IAI (2020). KODE ETIK AKUNTAN AKUNTAN INDONESIA. Komite Etika Ikatan
Akuntan Indonesia Grha Akuntan, Jalan Sindanglaya No. 1 Menteng, Jakarta 10310.
e. Wirdayanti (2007). ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN (Business
Ethics and Accountant Professional Ethics). Tim Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka, Vol. 2 No. 1 Juni 2007 : 1 10

23

Anda mungkin juga menyukai